1. LAPORAN EKOLOGI PERAIRAN ACARA
ESTIMASI POPULASI GASTROPODA
ESTIMASI POPULASI GASTROPODA
Ardian Kurniawan
12/331508/PN/12669
Budidaya Perikanan
INTISARI
Gastropoda merupakan hewan invertebrata yang melakukan aktivitas lokomosi dengan kaki
perutnya (gastro=perut, podos=kaki). Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari penerapan
metode tanpa plot (plotless) untuk mengestimasi populasi gastropoda dan mempelajari korelasi
antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos (gastropoda). Pada metode
plotless ini pengambilan datanya yaitu dengan cara menancapkan sebuah tongkat bambu ke dasar
perairan secara acak dan sembarang sebagai titik pengambilan cuplikan selanjutnya mengukur
jarak gastropoda terdekat yang ada di sekitar titik cuplikan. Praktikum ini dilaksanakan pada
hari kamis, 4 April 2013 pukul 14.00 WIB dan berlokasi di sungai Tambak Bayan. Pengamatan
dibagi menjadi 4 stasiun dan diukur parameter fisik, kimia, dan biologinya. Data yang diperoleh
pada stasiun II yaitu untuk parameter fisik hasil pengukuran suhu udara 23°C, suhu air 25,6°C,
kecepatan air 0,69 m/s, debit air 2,33 m3/s. Untuk parameter kimia hasil pengukuran DO 6,4
ppm, CO2 7 ppm, alkalinitas 33,2 ppm, pH 7 dan untuk parameter biologi hasil pengamatan
densitas gastropodanya yaitu 381 idv/m2 Dari data yang telah diperoleh dan setelah
membandingkan dengan masing-masing stasiun, stasiun dengan densitas gastropoda tertinggi
yaitu stasiun II.
Kata kunci: densitas, gastropoda, parameter lingkungan, plotless, sungai Tambak Bayan.
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai banyak sungai baik besar maupun kecil. Dalam sungai tersebut
hidup berbagai organisme salah satunya yaitu gastropoda. Pada perkembangannya sungai-sungai
di Indonesia kualitasnya semakin menurun akibat ulah manusia, misalnya pembuangan limbah
industri yang dialirkan kesungai. Dengan adanya limbah tersebut jumlah populasi yang ada pun
semakin menurun.
Gastropoda merupakan hewan invertebrata dan termasuk dalam filum mollusca.
Gastropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu gaster yang berarti perut dan podos yang berarti
kaki. Jadi gastropoda berarti hewan yang melakukan aktivitas lokomosi (bergerak) dengan kaki
perutnya (Setyobudiandi,1997). Kecenderungan dan aktivitas gastropoda sangat dipengaruhi oleh
kondisi air dan keberadaan makanan (Hutagalung,2004). Gastropoda pada umumnya memiliki
tubuh yang lunak, berlendir, dan bermantel. Biasanya dilindungi oleh cangkang zat kapur. Selain
melindungi tubuh cangkang tersebut juga melindungi organ yang berada di dalamnya (Isnaeni,
2002). Cangkang yang melindungi merupakan cangkang skeleton yang disebut body case,
sehingga aman lingkungan. Contoh gastropoda di antaranya yaitu bekicot (Archatina fulica),
siput air tawar (Lemnaea javanica) dll (Prawirohartono, 2004). Kebanyakan siput merupakan
herbivora walaupun beberapa spesies yang hidup didarat dan dilaut merupakan omnivora atau
karnivora predator (Aryulina, 2004).
2. Praktikum estimasi populasi gastropoda ini bertujuan untuk mempelajari penerapan
metode tanpa plot (plotless) untuk mengestimasi populasi gastropoda dan mempelajari korelasi
antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos (gastropoda).
METODOLOGI
Praktikum ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda dilaksanakan di sungai
Tambak Bayan pada hari Kamis tanggal 4 April 2013 pukul 14.00 WIB. Praktikum dibagi
menjadi empat stasiun pengamatan dengan stasiun I berlokasi di paling atas (hulu sungai) hingga
stasiun IV di paling bawah (hilir sungai).
Parameter yang diamati dalam praktikum ini yaitu parameter fisik meliputi suhu udara,
suhu air, kecepatan arus dan debit air. Parameter kimia meliputi kadar DO, kandungan CO2,
alkalinitas dan PH dan untuk parameter biologi meliputi organisme yang ada di lokasi
pengamatan. Alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah tongkat kecil (bari
bambu/kayu), bola tenis meja, stop-watch/arloji, roll-meter, meteran kain/penggaris, termometer,
botol oksigen, erlrnmeyer, gelas ukur, pipet ukur atau buret (yang digunakan adalah pipet ukur,
agar tidak repot di lapangan), pipet tetes, mikroburet, kertas label, dan pensil. Ada pula beberapa
bahan yang juga diperlukan untuk praktikum ini yaitu kertas pH atau pH meter, larutan MnSO4,
larutan regan oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH,
larutan 1/50 N H2SO4, larutan 1/50 N HCl, larutan indikator amilum, larutan indikator Methyl
Red (MR), larutan indikato Phenolphphtaline (PP), larutan Methyl Orange (MO), larutan 0,01 N
kalium permanganat, 6 N H2SO4, larutan 0,01 Asam oksalat dan larutan 4% formalin.
Metode yang digunakan pada praktikum estimasi populasi gastropoda ini yaitu metode
tanpa plot (plotless). Pengambilan datanya dengan cara menancapkan sebuah tongkat bambu ke
dasar perairan secara acak dan sembarang sebagai titik pengambilan cuplikan selanjutnya
mengukur jarak gastropoda terdekat yang ada di sekitar titik cuplikan. Kerapatan populasi
(densitas) gastropoda dapat dihitung menggunakan rumus:
D=D2S-2 D=S-1Y Y=i=1sYi Yi= π(Xi)2
S : jumlah titik cuplikan yang diambil, D : estimasi kerapatan gastropoda, X : jarak terdekat
gastropoda dengan titik yang ditentukan scara acak, Y : Luas area kajian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Data Hasil Pengamatan Acara Estimasi Populasi Gastropoda
Parameter
Stasiun
I II III IV
Fisik
Suhu udara (°C) - 23 29 26
Suhu air (°C) - 25.6 28.5 29
Kecepatan arus (m/s ) 1.1 0.69 0.58 11.28
Debit (m3/s) 1.914 2.33 0.11 3.19
Kimia
DO (ppm) 6.34 6.4 6.1 4.5
CO2 (ppm) 11.2 7 7.4 7.6
Alkalinitas (ppm) 62 33.2 76 134
pH 7 7 7 7
3. Biologi
Densitas Gastropoda
(idv/m2) 0.06 381 25 36
Cuaca Mendung Hujan Hujan Hujan
Vegetasi Semak bambu Semak, pohon Semak, pohon Semak, pohon
Gastropoda merupakan hewan invertebratadan masuk dalam kelas mollusca. Gastropoda
berasal dari bahasa Yunani yaitu gaster yang berarti perut dan podos yang berarti kaki. Jadi
gastropoda berarti hewan yang melakukan aktivitas (bergerak) dengan kaki perutnya (
Setyobudiandi, 1997 ). Gastrpoda merupakan kelas dari molluska yang paling sukses dalam
siklus hidupnya dan memiliki jumlah spesies terbanyak. Habitat gastropoda sangat beragam dan
suka pada berbagai tipe substrat dasar perairan, baik berbatu, berlumpur maupun berpasir. Suhu
yang baik untuk kehidupan gastropoda tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 20-30°C. Gastropoda
tidak menyukai perairan yang memiliki arus deras, karena bisa hanyut terbawa arus sungai. DO
dan CO2 yang baik untuk kehidupan gastropoda yaitu berkisar antara 5-8 ppm ( Setyobudiandi,
1997).
Praktikum acara estimasi populasi gastropoda yang berlokasi di sungi Tambak Bayan
dilaksanakan bersamaan dengan turunnya hujan. Keadaan sungai saat dilakukan pengukuran
parameter lingkungan kondisinya kurang baik. Banyak sampah dipinggiran maupun yang ikut
hanyut terbawa arus sungai. Selain itu diatas lokasi praktikum distasiun II terdapat kolam
budidaya ikan yang air kuluarannya dialirkan kesungai. Pada air buangam tersebut tentu
kualitasnya kurang baik karena mengandung racun yang disebabkan oleh sisa pelet (makanan
ikan) yang tidak termakan. Untuk keadaan vegetasi disekitar stasiun II yaitu semak-semak,
rerumputan dan terdapat pohon pisang. Selain itu diseberang sungai banyak dijumpai ponon
bambu yang menjulan tingggi dan menutupi sungai sehingga cahaya sedikit terhalang masuk.
Sungai Tambak Bayan sendiri masih banyak digunakan masyarakat sekitar untuk keperluan
rumh tangga, irigasi, dan industri.
Metode yang digunakan dalam praktikum estimasi populasi gastropoda kali ini adalah
metode plotless atau metode yang cara pengambilan datanya tanpa menggunakan plot. Cara
pengambilan datanya yaitu dengan cara menancapkan tongkat bambu kedasar perairan secara
acak dan sembarang. Kemudian mengamati apakah ada gastropoda di sekitar tongkat yang
ditancapkan tadi. Apabila terdapat banyak populasi gastropoda, maka gastropoda yang memiliki
jarak terdekat dengan tongkat diukur. Cara ini dilakukan sebanyak 30 kali pada setiap stasiun
dengan lokasi berbeda beda. Data yang diperoleh kemudian dihitung menggunakan rumus
densitas populasi gastropoda.
Data Densitas Gastropoda
Stasiun 1
7. 7 0.01 0.0001 0.000314
8 0.005 0.000025 7.85E-05
9 0.03 0.0009 0.002826
10 0.24 0.0576 0.180864
11 0.11 0.0121 0.037994
12 0.11 0.0121 0.037994
13 0.23 0.0529 0.166106
14 0.3 0.09 0.2826
15 0.08 0.0064 0.020096
16 0.05 0.0025 0.00785
17 0.06 0.0036 0.011304
18 0.02 0.0004 0.001256
19 0.06 0.0036 0.011304
20 0.03 0.0009 0.002826
21 0.02 0.0004 0.001256
22 0.06 0.0036 0.011304
23 0.06 0.0036 0.011304
24 0.04 0.0016 0.005024
25 0.03 0.0009 0.002826
26 0.06 0.0036 0.011304
27 0.08 0.0064 0.020096
28 0.06 0.0036 0.011304
29 0.03 0.0009 0.002826
30 0.03 0.0009 0.002826
∑ 0.908795
Ď = s-1ΣY = 30-10.908795= 31,9
D = Ď^2s-2 = 31,9^230-2 = 36 indv/m2
Data hasil pengukuran parameter lingkungan yang diperoleh distasiun II yaitu untuk
parameter fisik hasil pengukuran suhu udara 23°C, suhu air 25,6°C, kecepatan arus 0,69 m/s dan
debit air 2,33 m/s. Untuk parameter kimia hasil pengukuran DO 6,4 ppm, kadar CO2 bebas 7
ppm, alkalinitasb33,2 ppm dan PH 7. Untuk parameter biologi densitas gastropodanya adalah
381 idv/m2. Hasil densitas gasropoda distasiun II merupakan hasil terbesar dibandingkan dengan
stasiun lainnya.
Densitas Gastropoda VS Kecepatan Arus
8. Dengan membandingkan hasil dua grafik antara densitas gastropoda dengan kecepatan
arus menunjukkan bahwa hasil pengukuran densitas untuk stasiun II tertinggi dengan kecepatan
arus cukup rendah. Dengan begitu berarti dapat disimpulkan bahwa populasi gastropoda lebih
menyukai habitat dengan kecepatan arus rendah. Sedangkan stasiun IV memiliki densitas
gastropoda yang rendah karena kecepatan arusnya tinggi, arus yang tinggi ini dikarena pada
stasiun IV memiliki kedalaman yang yang cukup dalam serta sungainya agak lebar. Selain itu
kecepatan arus juga dipengaruhi oleh banyak sedikitnya penghalang, misalnya batu-batuan.
Semakin banyak batu-batuan kecepatannya menjadi berkurang.
Densitas Gastropoda VS DO
Densitas gastropoda di stasiun II menunjukkan yang tertinggi dan apabila dikaitkan
dengan DO ( kandungan oksigen terlarut ) juga menunjukkan hasil yang tinggi. Dari grafik DO
vs stasiun menunjukkan kandungan DO dari stasiun I ke IV semakin rendah. Hal ini sesuai teori
yang menyatakan bahwa semakin ke hulu (daerah atas) kandungan oksigen terlarutnya semakin
tinggi, karena di daerah hulu lebih banyak dijumpai tumbuhan air sehingga lebih banyak oksigen
yang dihasilkan dari proses fotosintesis (Hutagalung, 2004). Gastropoda cenderung lebih
menyukai daerah yang memiliki kandungan DO tinggi karena dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen untuk respirasinya lebih mudah didapatkan tanpa harus bersaing dengan organisme
lainnya. Sehingga untuk daerah yang memiliki kandungan DO tinggi sering ditemukan densitas
yang tinggi pula.
Densitas Gastropoda VS CO2 bebas
Dari membandingkan data antara kedua grafik menunjukkan bahwa kadar CO2 bebas di
stasiun II paling rendah tetapi memiliki densitas gastropoda yang tertinggi. Hal ini berarti bahwa
populasi gastropoda lebih menyukai daerah dengan kandungan CO2 rendah. Hasil pengukuran
kadar CO2 bebas sering dijumpai berkebalikan dengan kandungan DO nya, apabila CO2 maka
DO rendah, begitu pula sebaliknya. Kadar CO2 bebas yang rendah menjadikan gastropoda lebih
mudah dalam proses respirasi karena kadar CO2 yang tinggi dapat mengganggu proses repirasi
dan apabila kadar CO2 nya sangat tinggi dapat mengakibatkan kematian pada gastropoda. Itu
sebabnya kenapa lebih banyak dijumpai populasi gasatropoda pada daerah yang memiliki kadar
CO2 rendah. Hasil pengukuran densitas gastropoda pada 4 stasiun yaitu sebagai berikut:
Stasiun
I II III IV
Densitas Gastropoda (idv/m2) 0.06 381 25 36
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa stasiun yang memiliki densitas gastropoda
terbesar adalah stasiun II sebanyak 381 idv/m2 dan stasiun yang memiliki densitas terendah
adalah stasiun I sebanyak 0,06 idv/m2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa stasiun yang me-
miliki kondisi perairan cukup baik dan cocok untuk kehidupan gastropoda adalah stasiun II.
KESIMPULAN
Cara pengambilan data dengan metode plotless yaitu dengan cara menancapkan tongkat
bambu kedasar perairan secara acak dan sembarang. Kemudian mengamati apakah ada
gastropoda di sekitar tongkat yang ditancapkan tadi. Apabila terdapat banyak populasi
gastropoda, maka gastropoda yang memiliki jarak terdekat dengan tongkat diukur. Cara ini
dilakukan sebanyak 30 kali pada setiap stasiun dengan lokasi populasi gastropoda. Korelasi
antara parameter lingkungan dengan populasi gastropoda contohnya yaitu kandungan DO yang
tinggi menyebabkan densitas gastropoda juga ikut tinggi sedangkan kecepatan arus dan kadar
CO2 yang tinggi menyebabkan densitas gastropoda rendah.
9. SARAN
Sebaiknya sungai yang digunakan untuk estimasi populasi gastropoda tidak hanya di
sungai Tambak Bayan, tetapi ditambah satu sungai lagi. Sehingga dapat dibandingkan data yang
diperoleh dan dapat diketahui sungai mana yang lebih baik kualitas perairannya untuk
kehidupan gastropoda.
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, D. 2004. Biologi SMA untuk Kelas X. Erlangga. Jakarta.
Hutagalung, R.A. 2004. Ekologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Isnaeni, W. 2002. Fisiologi Hewan. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Prawirohartono, Slamet. 2004. Sains Biologi Kelas I SMP. Bumi Aksara. Jakarta.
Setyobudiandi, I. 1997. Makrozoobentos. Institut Pertanian Bogor. Bogor.