Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)Ahmad Dzikrullah
percobaan yang berjudul “Reaksi Asam Basa: Asam Poliprotik” yang bertujuan untuk mengenali ada tidaknya ion karbonat dan bikarbonat dalam suatu cuplikan dan mampu menentukan banyaknya komponen ion poliprotik karbonat dan bikarbonat dalam larutan. Reaksi antara cuplikan Na2CO3 dengan CaCl2 menghasilkan endapan CaCO3 yang mengandung ion karbonat dan bikarbonat. Terbentuknya ketika penambahan NH3 menunjukkan adanya ion bikarbonat
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhuEmmy Nurul
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya diubah, maka hasil kelarutannya juga akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh.Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut.Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh.Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur dan sedikit tekanan.
hingga 50 juta titik resolusi secara terus-menerus; perubahan berat sampel sebesar 5 gram ditentukan ke 0,1 µg.
Ini berarti Anda dapat mengukur sampel kecil dan besar dengan resolusi tinggi yang sama tanpa harus mengubah kisaran berat.
Otomatisasi yang efisien
Semua model TGA dapat diotomatisasi. Robot sampel dapat memproses hingga 34 sampel meskipun setiap sampel memerlukan metode dan krusibel yang berbeda.
Permulaan Eksperimen One Click
Fungsi One Click™ yang unik memungkinkan Anda memulai metode pengukuran standar langsung dari tampilan layar sentuh warna instrumen dengan aman dan mudah. Hal ini akan mempermudah pemrosesan pengukuran rutin oleh staf produksi dalam kontrol kualitas secara signifikan.
Berlangganan ke eNewsLetter TA
Pengetahuan Analisis Termal – Berita Kuartal tentang Aplikasi, Webinar, Pelajaran, dan Video Petunjuk
Enter your email
Kirim
Produk dan Spek
\
Produk dan Spek
TGA 2 - Thermogravimetric Analyzer with small furnace (SF)
Heating rate
0.02 to 250 K/min
Crucible volume
Up to 100 µL
Baca lebih lanjut
TGA 2 - Thermogravimetric Analyzer with large furnace (LF)
Heating rate
0.02 to 150 K/min
Crucible volume
Up to 900 µL
Baca lebih lanjut
Dokumentasi
Brosur
Datasheets
Servis
Permintaan untuk Servis
Hubungi Servis
Jelajahi Layanan kami - Dirancang Sesuai Peralatan Anda
Berdasarkan ICTAC (Konfederasi Internasional untuk Analisis Termal dan Kalorimetri), analisis termal adalah serangkaian teknik yang mengukur sifat fisika suatu zat sebagai fungsi suhu, sementara zat tersebut dikenai program suhu terkontrol.
Uptime
Dukungan & Perbaikan
Layanan Perbaikan
Suku Cadang dan Kit
Layanan Dukungan
Kinerja
Pemeliharaan & Optimasi
Pemasangan Profesional
Pemeliharaan Preventif
Kepatuhan
Kalibrasi & Kualitas
Kalibrasi dan Sertifikat
Kualifikasi Peralatan
Keahlian
Pelatihan & Konsultasi
Pelatihan Pengguna
Good Thermal Analysis Practice
Dokumentasi dan Unduhan
Aplikasi
Aplikasi Baru, Tinjauan Topik Analitis, Tips Praktis
Thermal Analysis Applications
Advanced Search Overview
The future of thermal analysis
Hundreds of interesting articles on thermal analysis are now available from METTLER TOLEDO. They describe new applications, review analytical topics or give practical tips on how to perform and evaluate measurements. The articles have been taken from UserCom, our bi-annual technical customer journal, and from our comprehensive application handbooks.
Take advantage of METTLER TOLEDO’s more than 40 years of experience in thermal analysis
Thermal Analysis Applications
Acara
Apr 24, 2023
Thermal Analysis Onsite Trainings 2023
Nov 16, 2023
Live Webinar: Differential Scanning Calorimetry
Nov 20, 2023
Thermal Analysis Online Trainings 2023
Dec 07, 2023
Live Webinar: Service for Thermal Analysis Instrumentation
Jan 25, 2024
Live Webinar: Material Characterization by Thermal Analysis
Lainnya Acara ...
Webinar
Webinar Sesuai Permintaan
Webinar - Kalibrasi dan Penyesuaian dalam Analisis Termal
Webinar – Analisis Termal
Analisis Te
mengapa logam Zink, Kadmium ,dan raksa tidak termasuk golongan logam-logam trasisi, demikian juga tidak termasuk golongan logam alkali tanah.
susunan baterai NiCad, dan bagaimana cara pengisian kembali.
Raksa (II) iodida tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan kalium iodida, jelaskan
Bandingkan keasaman/perbedaan sifat
a. Zink dengan Magnesium
b. Zink dengan Aluminium
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
1
I.JUDUL PERCOBAAN : TITRASI KOMPLEKSIOMETRI
II.TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mengetahui pengertian kompleksiometri
2. Mengetahui penyebab utama kesadahan air
3. Mengetahui bagaimana cara membuat larutan Na-EDTA dan standarisasi Na-EDTA
dengan CaCl2 0,01 M
III.TINJAUAN TEORITIS
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks,
sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau
yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak tidak hanya dalam
titrasi. Karena itu perlu penggantian yang cukup luas tentang kompleks. Sekalipun disini
pertama-tama akan ditetapkan pada titrasi. Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai
dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks
yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang bermaksud disini adalah kompleks yang
dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah katian, dengan sebuah anion atau molekul netral.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion
logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang sedikit asam,
dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam yang
menghasilkan secara spesies seperi CuHY- . Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam
larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang
ada dalam larutan tersebut. Titrasi kompleksometri yang berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk hasil berupa
kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak
sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian
yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi, selain titrasi
kompleksometri yang dikenal sebagai kelartometri seperti yang menyambut penggunaan
EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan (polidentat). Selektivitas kompleks
dapat diatur dengan pengendalian pH= 10 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri
mempergunakaan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator
demikian disebut indikator metalokromat (Khopkar, 2002).
2. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
2
Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan menunjukkan
komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks dapat diatur dengan penegendalian pH
misal pada magnesium, krom, kalsium dapat di titrasi pada pH=11. Etilen diamin asetat
(EDTA) sebagai garam natrium sendii merupakan standar primer sehingga tidak perlu
standarisasi lebih lanjut. Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan. Kestabilan
kompleks-kompleks logam EDTA dapat diubah dengan mengubah pH dan adanya zat-zat
pengompleks lain. Maka tetapan kestabilan kompleks EDTA akan berbeda dari nilai yang
dicatat pada suatu pH tertentu. Larutan air EDTA akan memiliki nilai yang berbeda dari
nilaiyang telah dicatat. Kondisi baru ini dinamakan tetapan kestabilan nampak atau tetapan
kestabilan menurut kondisi (Agustina, 2017).
Analisa kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode kompleksometri. Titrasi
kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation
dengan zat pembentukan ompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah
garam dinatrium etilen diamin tetraasetat ( dinatrium EDTA). Titrasi ini digunakan dalam
estimasi garam logam. Etilen diamin asam tetra asetat (EDTA) adalah titran yang biasa
digunakan membentuk stabel 1:1 komplek dengan semua logam efektif. Logam alkali seperti
natrium dan kalium. Logam alkali tanah seperi kalsium dan magnesium bentuk kompleks yang
stabil pada nilai pH rendah dan dititrasi dalam ammonium klorida penyangga di pH= 10
(Hidayanti, 2010).
Titrasi kompleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar logam. Selektivitas
dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah agar pengompleks lainnya
adalah asam lemah dan basa lemah yang kestimbangan, dan pengaruh pH pada kstimbangan
ini. Kami menjelaskan titrasi ion logam dengan zat pengompleks sangat berguna yaitu EDTA,
faktor-faktor yang mempengaruhi mereka, dan indikator untuk titrasi. Titrasi EDTA pada
kalsium ditambah magnesium umumnya digunakan untuk memerlukan kesadahan air. Hampir
semua logam lainnya dapat secara akurat ditentukan oleh titrasi kompleksometri.
Kompleksometri memainkan peran penting dalam banyak kimia dan biokimia. Banyak kation
akan membentuk kompleks dalam larutan dengan berbagai zat yang memiliki pasangan
elektron baik terbagi ( misalnya pada N,O,S atom dalam molekul ) mampu memuaskan bilang
koordinasi pada logam. Ion logam adalah asam lewis (elektron pasangan akseptor), komplexer
adalah basa lewis (donor pasangan elektron). (Christian, 2009).
3. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
3
IV. ALAT DAN BAHAN
4.1 ALAT
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1. Neraca
2. Pipet
3. Labu ukur
4. Termometer
5. PH meter
6. Buret
7. Erlenmeyer
8. Corong
4.2 BAHAN
No Nama Bahan R. Kimia [x] Wujud Warna MSDS Jumlah
1. Larutan dapar
salmiak pH 10
- - - Bening Berbabahaya jika
terhirup, sangat
korosif
2. Larutan
magnesium
Mg2+ - Padat Abu-
abu
Debu dapat
menyebabkan iritasi
kulit dan mata
3. Larutan
kalsium
Ca2+ - Padat Putih Menyebabkan iritasi,
sangat korosif
4. Indikator
Murexide
NH4C8H4N5
O6
- Padat Putih Berbahaya jika
tertelan
5. Aquades H2O - Cair Bening Pelarut murni, tidak
mudah terbakar
6. Natrium asetat CH3COONa - Cair - Tidak berbau
7. Seng sulfat ZnSO4 - Padat Putih Berbahaya, merusak
lingkungan
8. Larutan
MgEDTA 2 M
MgEDTA - Padat Abu-
abu
Merusak lingkungan,
iritasi
4. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
4
9. Asam fosfat H3PO4 - - - Korosif, merusak
lingkungan
10. Indikator EBT - - - Biru Beracun,
menyebabkan luka
bakar
11. Larutan
Na2EDTA
Na2EDTA - Menyebabkan
gangguan
pernapasan
12. Kalium
hidroksida
KOH - Cair Bening Iritasi, merusak
lingkungan
13. Larutan besi Fe3+ - Zat Hijau
tua
Sangat beracun,
berbahaya jika
tertelan
14. Asam klorida
2M
HCl - Cair Bening Mengganggu
pernapasan, sangat
korosif dan reaktif
15. Magnesium
sulfat
MgSO4 - Padat Putih Iritasi pada mata dan
kulit
16. Larutan
aluminium
Al3+ - Cair Bening Berbahaya jika
terhirup
17. Barium klorida BaCl2 - Padat Putih Menyebabkan luka
bakar
18. Larutan sulfat SO4 - Padat Putih Iritasi, sangat korosif
IV PROSEDUR KERJA
A.Persiapan Pereaksi
1. Larutan Baku sekunder Na2EDTA
Larutkan 37,32 gram Na2EDTA dalam 2 L akuades,Kemudian tambahkan indicator
asam sulfosalsilat dan titrasi dengan larutan Na2EDTA sampai terjadi warna dari merah
ke kuning.
2. Cara Titrasi Kembali
a. Penetapan kadar nikel(II) dengan EBT sebagai indikator
5. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
5
Pipet 25 mL larutan garam nikel (netral), masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL.
Tambahkan 30 – 35 mL larutan EDTA 0,05 M dan buret lalu encerkan dengan
akuades sampai volume ± 100 ml, tambahkan 4 mL larutan daparsalmiak pH 10 dan
50 mg indicator EBT. Titrasi kelebihan EDTA dengan larutan baku ZnSO4 0,05 M
sampai terjadi perubahan warna dari biru kemerah anggur.
b. Penetapan kadar aluminium
Pipet 25 mL larutan garam aluminium, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL,
tambahkan 30 - 35 mL larutan EDTA 0,01 M. Atur pH-nya menjadi pH 7-8 dengan
penambahan larutan ammonia (periksa dengan kertas merah fenol). Didihkan
larutan supaya kompleks antara aluminium dengan EDTA sempurna, lalu dinginkan.
Tambahkan ± 50 mg indicator EBT dan titrasi kelebihan pentiter EDTA dengan
larutan baku ZnSO4 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari biru kemerah
anggur.
3. Cara Titrasi Substitusi
Penetapan kadar Ca(II)
Pipet 25,00 mL larutan yang konsentrasinya sekitar 0,05 M, masukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL, encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL. Tambahkan 2
mL larutan daparsalmiak pH 10. 1 mL larutan mg EDTA 2 M dan 50 mg indicator EBT.
Titrasi dengan larutan Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur ke
biru.
4. Cara Titrasi Tidak Langsung
Penetapan kadar sulfat
Di sini silaf diendapkan sebagai barium sulfat dengan cara penambahan larutan barium
klorida dalam suasana asam Endapan barium sulfat disaring dan dicuci, lalu dilarutkan
dalam EDTA berlebih. Kelebihan EDTA dititrasi dengan larutan baku Mg2+atau Zn2+
dengan indicator EBT. Pipet 25,00 mL larutan sulfat yang kadarnya sekitar 0,05 M,
masukkan ke dalam gelas piala, encerkan dengan akuades sampai volume ± 50 mL.Atur
pH dengan penambahan HCl 2 M lalu dididihkan, tambahkan 25 mL larutan BaCl2 0,10
M, panaskan sampai hamper mendidih sambil diaduk. Panaskan di atas penangas air
selama 1 jam, lalu saring dengan botol hisap dengan memakai kertas saring halus, cuci
endapan dengan akuades. Pindahkan endapan secara kuantitatif ke dalam Erlenmeyer
250 mL, tambahkan 35 mL larutan standar EDTA 0,05 M dan 5 mL ammonia pekat.
6. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
6
Didihkanselama 15-20 menit. Dinginkan dan tambahkan 2 mL larutan daparsalmiak pH
10 dan ± 50 mg indicator EBT, titrasi dengan larutan standar Mg2+ 0,05 M sampai
larutan berwarna merah. Hitunglah kadar sulfat di dalam sampel !
B. Pembakuan Na2EDTA dengan larutan Baku Primer
Pipet 25 mL larutan baku seng, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Encerkan dengan air
suling sampai ±50 mL.tambahkan 2 mL larutan dapar salmiak pH 10 dan tambahkan ±50 mg
indikator EBT.titrasi dengan larutan Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah
anggur kebiru.
C. Penetapan kadar
1. Cara titrasi Langsung
a. Penetapan kadar larutan magnesium
Pipet 25 mL larutan magnesium, masukkan kedalamerlenmeyer 250 mL, encerkan
dengan aquades sampai volume 100 mL. Tambahkan 2 mL larutan dapar salmiak
pH 10 dan tambahkan ±50 mg indikator EBT. Titrasi dengan larutan Na2EDTA
pada temperatur ±40˚C sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur ke biru.
b. Penetapan kadar kalsium
Pipet 25 mL larutan kalsium yang konsentrasinya sekitar 0,05M, masukkan
kedalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 10 mL larutan KOH 2 M dan encerkan
dengan aquades sampai volume ±200 mL. Tambahkan ±50 mg indikator murexide
dan titrasi dengan larutan Na2EDTA. Menjelang titik akhir titrasi, penambahan
larutan peniter dilakukan perlahan-lahan sampai terjadi perubahan warna lain merah
ke ungu.
c. Penetapan kadar besi (III)
Pipet 25 ml garam ferri yang konsentrasinya 0,02M, masukkan dalam erlenmeyer
250 mL.encerkan dengan aquades sampai volume 100 mL, atur pHnya dengan HCl
2 M, bila pH larutan >3 atau dengan larutan CH3COONa bila pH larutan <2,
sehingga pH=2 s/d 3 (periksa dengan indikator universal).sambil dikocok secara
tetap, larutan dipanaskan pada temperatur 50˚C.
7. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
7
2. Larutan Baku Primer
a. Larutan baku Zn2+ 0,05 M
Timbang dengan teliti 1,63 gram logam Zn, larutkan dalam HCl 4 N sebanyak 10-
15 ml. Atur pH 3-4 dengan penambahan NaOH 1 M, encerkan sampai volume 500
ml, dengan pembahan akuades di dalam labu ukur.
b. Larutan baku Mg2+ 0,05 M
Timbang dengan teliti 0,61 g logam Mg, larutkan dengan HCl encer lalu netralkan
dengan NaOH 1 M. Encerkan dengan akuades sampai 500 ml di dalam labu ukur.
D.Indikator-indikator
Larutan Eriochrom Black T. (EBT)
1 g EBT digerus dengan 100 g NaCl kering di dalam mortir. Simpan di dalam botol
yang kering
Murexide
1 g merexide + NaCl 1 : 100. Simpan di dalam botol kering
Xylenorange (silenol jingga)
1 g jingga silenol + kalium nitrat 1 : 100
Ftalein komplekson
1 g ftalein komplekso + NaCl 1 : 100
Pirokatekol Ungu (Pyrocatechol violet)
1 g pirokatekol ungu + kalium nitrat 1 : 100
Ditizoa
Larutkan 0,001 M ditizon di dalam alkohol.
Asam sulfosalisilat
Larutkan asam salfosalisilat 2% di dalam alkohol
8. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
8
V. HASIL PERCOBAAN/REAKSI – REAKSI/ PEMBAHASAN
5.1.Reaksi-Reaksi
1.Penambahan Na2EDTA dengan Larutan baku primer
2.Penetapan kadar larutan Mg
5.2 Perhitungan
Rumus Perhitugan Mencari kadar Mg,sebagai berikut:
Kadar Mg =
( 𝑉 𝑥𝑀)Na2EDTA x Bm Mg x 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑀𝑔
5.3 Hasil Percobaan Menurut Teori
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara
bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa
ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang
9. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
9
terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada
titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua
komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda
tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada
pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum
titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan
akanberwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif.
Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup agar diperoleh
perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks - indikator logam itu harus kurang stabil
dibanding komplekslogam - EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan
ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTAharus tajam dan cepat.
Kelima, kontras warna antara indikator bebas dankompleks - indikator logam harus sedemikian
sehingga mudah diamati.Indikator harus sangat peka terhadap ion logam sehingga perubahan
warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat
dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 denganindikator eriochrome black
T.
Metode kerja dari pada praktikum titrasi kompleksiometri ini adalah pada larutan sampel
ditambahkan larutan buffer pH 10,jadi dari penambahan larutan buffer ini untuk menjaga pH
larutan agar pembentukan ion kompleks Magnesium (Mg2+) dan Seng Sulfat (ZnSO4) stabil
dan tidak menganggu ion logam lain.Selain itu,penambahan NaOH untuk memberi suasana
adam pada larutan.
Titrasi kompleksiometri digunakan indicator EBT.Indikator ini diberikan sebelum
titrasi,agar terjadi reaksi antara logam dengan indicator terlebih dahulu untuk membentuk ion
komleks.Penambahan indicator ini tidak boleh berlebihan,karenz indikator EBT dalam
keadaan bebas warnanya berbeda tergantung dari pH larutan.Pada saat titrasi dengan larutan
baku Na2EDTA,terjadi persaingan antara kompleks logam dengan EDTA dimana pada
akhirtnya indikator terlepas dalam keadaan bebasnya kembali dan terbentuk ion kompleks
EDTA dengan logam.Warna biru yang Nampak pada titik akhir titrasi adalah warna dari
indikator EBT bebas dan merupakan titik akhir titrasi.
10. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
10
Indikator EBT yang biasanya digunakan termasuk dalam indikator logam.Ion Kompleks
dari indikato dari indikator logam ini dan ion logam yang bila bereaksi dengan ion logam akan
berubah warna,Selain itu syarat yang lain dari titrasi kompleksiometri adalah ion komplek
indikator dan ion logam tidak boleh sama,stabil dengan kompleks pembentuk khelat yang ada
dalam larutan pengukuran ion logam atau dengan kata lain logam harus bereaksi terlebih
dahulu dengan ion logam pada waktu larutan pengukur yang ditambahkan atau sebaliknya,ion
logam harus dibabaskan kembali,jika larutan pengukuran ditambahkan.
Hasil dari titrasi kompleksometri dari 25 ml larutan Magnesium ditambah 100 ml air dan
ditambah larutan dapar salmiak 2ml dan juga ditambah 50 mg EBT menghasilkan perubahan
warna dari ungu menjadi biru.Dengan volume Na2EDTA sebagai zat titran sebanyak 27
ml.Kelarutan Mg2+ masih rendah pada proses titrasi tetapi sudah terbentuk secara mendasar
persyaratan kompleksometri dengan kelarutan yang sedang.
Berdasarkan teori yang ada(manihar,2012) persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah ketika tingkat kelarutan yang tinggi.Titrasi kompleksometri adalah titrasi
berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk
kompleks.Kompleksometri merupakan salah satu cara menentukan kadar-kadar zat pembentuk
kation kompleks antara ion logam dan EDTA.EDTA merupakan ligan yang dapat
berkoordinasi dengan ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus
karboksil.Pada titrasi kompleksometri penambahan EBT menyebabkan larutan berubah warna
menjadi merah anggur.Kemudian dititrasi dengan Na2EDTA larutan akan berubah warna
menjadi biru.
11. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
11
VII.KESIMPULAN
1. Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling meng kompleks dan
membentuk hasil berupa kompleks.
2. Penyebab utama kesadahan air adalah adanya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air.
3. Pembuatan Na-EDTA dapat dilakukan dengan cara mencampurkan Na-EDTA dan
MgCl2.6H2O kemudian diencerkan dengan aquabides sampai volume tertentu.
Standarisasi Na-EDTA dilakukan dengan metode titrasi kompleksometri menggunakan
larutan standar primer CaCl2 0,01 M.
VIII. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS
1. Kelat terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan
tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
2. Ligan Monodentat contohnya, F-, Cl-, H2O dan CO,Ligan Bidentat contohnya, anion
diamin, difosfin, dieter,dan Ligan Polidentat contohnya, etilendiamin
3. Pembuatan Na-EDTA dapat dilakukan dengan cara mencampurkan Na-EDTA dan
MgCl2.6H2O kemudian diencerkan dengan aquabides sampai volume tertentu.
Standarisasi Na-EDTA dilakukan dengan metode titrasi kompleksometri menggunakan
larutan standar primer CaCl2 0,01 M.
4. Kestabilan kinetika pada senyawa kompleks dalam larutan berhubungan dengan laju
reaksi, mekanisme reaksi kimia serta besaran-besaran yang terlibat dalam pembentukan
kompleks
5. Tujuan ditambahkan larutan dapar amilum pH 10 untuk menjaga ion tetap dalam
larutan
6. Penentuan titik akhir susah ditentukan, karena sangat dipengaruhi oleh pH dan bahan
yang digunakan cukup banyak dibandingkan dengan metode lain yaitu larutan bak,
indikator, larutan dapar, dan larutan asam atau basa.
7. Syarat-syarat indikator logam yaitu :
Stabilitas dari ikatan kompleks indikator-logam harus lebih rendah daripada
ikatan kompleks logam-EDTA.
Terjadi perubahan warna pada range pH yang ditetapkan, dimana terjadi
pembentukan kompleks stabil.
12. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LABORATORIUM KIMIA
Jl. Willem IskandarPsr. V Medan Telp. (061) 618754
12
Perubahan warna terjadi oleh adanya indicator bebas dari kompleks logam
dalam larutan, karena sejumlah eqivalen EDTA ditambahkan untuk membentuk
kompleks logam-EDTA.
8. Keuntungan titrasi kembali yaitu, dapat digunakan untuk ion-ion logam yang
mengendap pada pH titras.
IX. DAFTAR PUSTAKA :
Agustina, A.S ., Choiril ., Hidayat, R ., (2017) ., Pengaruh Perebusan Terhadap Kadar Kalsium
Pada Bayam Hijau (Amaranthus Tricolor, L) Dengan Metode Kompleksometri.,
Motorik., Vol 12. No. 24 : Hal 75-83.
Christian, Gary. D., (2004)., Analytical Chemistry.,University of Washington., United States
of America.
Hidayanti, A.,(2010)., Penetapan Kadar Senyawa Kalsium (Ca) pada Pasta Gigi., Jurnal Kimia.,
Vol 02. No 01 : Hal 43-47.
Khopkar ., (2002) ., Konsep Dasar Kimia Analitik ., UI Press ., Jakarta.
MEDAN, 14 Mei 2019
DOSEN/ASISTEN PRAKTIKAN
(IKHSAN SOBIRIN RITONGAH) ( KELOMPOK 1 )
NIM : 4161131011 NIM : -