Disampaikan oleh Lusius Sinurat, SS, M.Hum pada Seminar Kerukunan Umat Beragama yang diadakan oleh Bimas Katolik Kemenag RI di Kinaya Hotel Jl. Dharmawangsa Medan pada tanggal 12 Agustus 2017
3. ● Tema tentang Agama di abad ini sebetulnya tak
terlalu menarik. Sejak era modernisme
berkumandang, topik agama sudah
dipetikemaskan pada kaidah subyektif: di mana
agama dikembalikan pada ranah pribadi dan
bukan urusan sosial atau urusan negara.
● Tetapi berkat globalisasi—yang secara
bersamaan membawa efek hilangnya identitas
budaya suatu bangsa, tema ‘agama’ pun sering
menjadi “sesuatu” yang perlu dibahas.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 3
4. ● Tema tentang Agama di abad ini sebetulnya tak terlalu
menarik. Sejak era modernisme berkumandang, topik
agama sudah dipetikemaskan pada kaidah subyektif: di
mana agama dikembalikan pada ranah pribadi dan bukan
urusan sosial atau urusan negara.
● Tetapi berkat globalisasi—yang secara bersamaan
membawa efek hilangnya identitas budaya suatu bangsa,
tema ‘agama’ pun sering menjadi “sesuatu” yang perlu
dibahas.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 4
5. ● Tak hanya di negara yang agama tertentu sebagai minoritas, tetapi
juga di negara di mana mereka jadi mayoritas, trik “perang
agamaa” justru nge-hits hari-hari ini.
● PERANG ANTAR-AGAMA ternyata juga memiliki SISI POSITIF,
khususnya bagi umat beragama minoritas. Mereka mau tidak mau
harus mampu mempertahankan imannya ditengah badai yang
datang silih berganti.
● Sebaliknya, SISI NEGATIF justru ditanggung oleh kaum mayoritas
karena para elit politik yang berkuasa adalah bagian dari mereka,
dan oleh karenanya punya kecenderungan berdiri sebagai pihak
yang menentukan mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang
salah.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 5
6. ● Dalam konteks bermedia, agama semestinya dipahami
sebagai 'MEDIA YANG MENGGAPAI DAN MENGHIDUPI
KEBENARAN“, dan bukan malah sebagai alat politis, apalagi
sebagai alat kepongahan mayoritas terhadap minoritas!
● Ketika agama adalah alat untuk mengumpulkan kekuatan
untuk memerangi yang lain, maka serentak agama lebih kecil
daripada sebuah kelompok etnis atau bangsa.
● Di titik inilah agama harus digiring kembali pada misi
mulianya: menyempurnakan dunia dengan cinta tak
bersyarat.
Lantas, apakah masih dimungkinkan kerjasama strategis
antar pemeluk agama di era globalisasi ini?
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 6
8. ● STRATEGI = Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus.
● KERUKUNAN (dari kata ruknun atau arkān, Arab) = suatu
kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur yang berlainan dan setiap
unsur tersebut saling menguatkan, kesatuan tidak dapat terwujud
jika ada diantara unsur tersebut yang tidak berfungsi
● ERA GLOBAL = sebuah tatanan kehidupan dunia di mana tidak ada
lagi batas nyata (borderless) dalam tata kehidupan masyarakat
yang ditopang oleh masifnya perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi.
● MakaJadi, STRATEGI PENGEMBANGAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA DI ERA GLOBAL berarti sebuah pendekatan
menyeluruh dalam rangka mengembangkan kerukukunan umat
beragama di era global.
8Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global Lusius Sinurat,SS, M.Hum
9. Kewords: simalakama agama, konflik agama, kekerasan atas nama agama
AGAMA & PROBLEMATIKNYA
9Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global Lusius Sinurat,SS, M.Hum
10. ● Agama mempunyai kontribusi yang berpengaruh
terhadap dinamika kehidupan berbangsa dan
bermasyarakat.
● Secara negatif, klaim kebenaran (trust claim) atas
nama agama kerap menjadi sumber konfik yang
berkepanjangan. Konflik tersebut kemudian aklan
melahirkan disharmoni antar umat beragama.
● Itulah yang pernah terjadi di Poso, Ambon,
pembakaran Masjid di Tolikara, pembakaran
Gereja di Aceh Singkil, dan berbagai kasus lain di
Indonesia, tak terkecuali kasus terorisme.
10Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global Lusius Sinurat,SS, M.Hum
11. A. Paradoks Agama
● Di satu sisi, kini, dunia sedang doyan membicarakan agama,
baik sisi kekuatan maupun kelemahannya.
● Bagi sebagaian orang, agama justru dipandang
mengecewakan karena.:
1) Agama terlalu banyak mengumbar janji-janji gombal yang tak
kunjung mampu ia realisasikan.
2) Kehidupan beragama sudah terlanjur dipenuhi oleh ilusi-ilusi
yang pada gilirannya membuat agama itu sendiri kehilangan
kehormatan dan keanggunannya.
3) Orang beragama terlalu sering mengklaim dirinya sebagai
manusia-manusia pilihan Tuhan.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 11
12. ● Apatisme terhadap agama di atas memang ada benarnya. Ini
semacam otokritik dari para penganut agama yang gundah
dengan tingkah umatnya yang justru semakin menjauh dari
kebenaran yang terkandung dalam agama yang dianutnya.
● Maka, agar tak menjadi kambing hitam atas berbagai
persoalan sosial, agama dan penganutnya harus keluar dari
tradisi “memenjarakan kebenaran dalam doktrinnya”. Kini,
sudah saatnya agama harus melirik kebenaran di luar
dirinya.
● Bersamaan dengan upaya itu, agama juga harus
menghindari ekslusivitas berlebihan. Bukankah agama
seharusnya menjadi solusi bagi konflik sosial di tengah jaman?
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 12
13. B. Agama bukan sekedar urusan pribadi● Agama itu ranah pribadi. Begitu juga relasi antar
penganutnya tak boleh berhenti di ranah privat.
● Eksistensi agama semestinya mendapat perhatian dari
berbagai pihak, terutama pemerintah dan masyarakat (tokoh
agama, tokoh masyarakat).
● Buktinya banyak kerusuhan dan kekerasan yang mengatas-
namakan agama; dan bila dibiarkan maka pemerintah akan
dituduh gagal melindungi warganya.
● Agama hanya akan menjadi urusan privat apabila para
penganutnya lebih suka menjadi “sebab” bagi keharmonisan
sosial terlebih dahulu sebelum mereka kemudian peduli
terhadap realitas sosial
13Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global Lusius Sinurat,SS, M.Hum
14. C. Agama ada untuk bekerjasama
● Ketidakrukunan antar umat beragama menjadi bukti bahwa
umat beragama gagal mengaplikasikan ajaran agamanya
dalam kehidupan bermasyarakat.
● Padahal kerjasama antarumat beragama dan tradisi antara
tradisi keagamaan bukan hanya sekedar isu, tetapi menjadi
pilihan nyata dalam bingkai persatuan indonesia.
● Mengapa?
14Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global Lusius Sinurat,SS, M.Hum
15. (1) Pluralitas itu melekat pada diri kita
● Pluralitas (keberagaman) itu bagian yang
sedemikian melekat dan tidak terpisahkan dari diri
kita.
● Khusus bagi kita, warga Indonesia, pluralitas itu
bahkan terjustifikasi dalam semboyan Bhinneka
Tunggal Ika.
Pluralitas ini adalah modal sosial (social capital),
sumber kearifan luhur yang dapat menjadi perekat
harmonisasi hubungan sosial, dan energi pengikat
yang membaurkan berbagai elemen masyarakat
yang heterogen.
15Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global Lusius Sinurat,SS, M.Hum
16. (2) Kerukunan itu bersumber dari upaya untuk
saling memahami
● Kerukunan antar umat beragama bersumber dari
pemahaman yang tepat dari setiap penganut
agama mengenai (ajaran) agamanya.
● Maka, kerukunan harus dicapai lewat pendekatan
yang sistematis, rasional, dan holistik, baik dintinjau
dari segi ajaran, sejarah, maupun peradabannya.
● Sebab, dalam bahasa gaul anak muda kekinian,
“hanya orang yang tak mengerti agamanya yang
mampu menghidupi ajarannya.”
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 16Lusius Sinurat,SS, M.Hum
17. (3) kerukunan sebagai agree in disagreement
● Perbedaan iman bukanlah tembok penghalang
bagi bertautnya dua hati anak manusia yang
berbeda kayakinan.
● Tanpa ketulusan, kerjasama yang dibangun oleh
para penganut agama akan terasa kering dan
berada pada tataran fisikal saja.
● Mewujudkan kerukunan umat beragama bisa
digapai lewat prinsip agree in disagreement (setuju
atas ketidaksetujuan), dialog antaragama dan
urgensi disiplin ilmu perbandingan agama.
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 17Lusius Sinurat,SS, M.Hum
18. Kewords:
kerjasama antar –negara, kerjasama antar-agama, terorisme, agama sebagai media
STRATEGI PENGEMBANAN KERUKUNAN
UMAT
AGAMA DI ERA GLOBAL
18Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global Lusius Sinurat,SS, M.Hum
19. ● Keterbukaan global telah memaksa setiap negara untuk
saling membuka diri bagi negara lain.
● Kerjasama antar negara di berbagai bidang pun menjadi
sesuatu yang niscaya, tak terkecuali kerjasama dalam upaya
membangun kerukunan hidup antar umat beragama.
● Di titik inilah agama harus juga berbicara tentang masalah-
masalah dunia dan masalah yang dihadapi oleh umat
manusia, diluar bidang agama.
● Menurut Hans Kung, “Tidak ada perdamaian dunia, jika tidak
ada perdamaian agama.” Artinya, perdamaian hanya dapat
terwujud melalui dialog dan kerjasama yang dilaksanakan
secara baik dan konsisten.
● Persoalannya, perang antar negara di berbagai bidang
seringkali tak terlepas dari kepentingan agama dari masing-
masing negara.
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 19Lusius Sinurat,SS, M.Hum
20. ● Kemajuan teknologi informasi dan transportasi adalah faktor yang
amat penting dalam relasi global.
● Bila teknologi informasi membuat berita cepat tersiar,
termasuk berita yang salah dan bersifat provokatif, maka
kemajuan bidang transprtasi telah membuat manusia mudah
bergerak dari satu daerah ke daerah lain, termasuk daerah
konflik, baik antar daerah dalam suatu negara atau bahkan
antar negara.
● Melalui kemajuan tersebut, ajaran agama pun rentan
menjadi media yang mengaburkan kebenaran, dan bukan
mewartakan kebenaran.
● Agar relasi sosial umat beragama kembali mesra dan
kehidupan sosial kembali berlangsung dalam harmoni, maka
seluruh umat berabama perlu bersama-sama mencari
strategi terbaik untuk mengembangkan kerukunan.
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 20Lusius Sinurat,SS, M.Hum
21. Strategi Mengembangkan Kerukunan
● Ada 2 aspek yang mendasari pentingnya kerukunan antar
umat beragama, (1) aspek KEILMUAN yang dapat digapai
lewat pendekatan metodis yang tepat dalam memahami
kenyataan akan keberagamaan itu sendiri dan (2) aspek
RELASI SOSIAL yang dibangun di atas dasar keluasan
pandangan dalam berelasi antar umat beragama itu sendiri.
● Mari kita lihat satu per satu!
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 21Lusius Sinurat,SS, M.Hum
22. (1) Pendekatan Konseptual (Keilmuan)
● kerukunan umat beragama harus dibangung di atas dialog antar-
agama secara hakiki. Dialog itu harus berangkat dari etos saling
menghargai, pandangan humanisme universal yang benar-benar
menghargai kemanusiaan, persamaan martabat umat manusia,
menghapuskan egoisme, kesepakatan untuk menerima kebenaran
dari pihak lain tanpa tendensi meremehkan atau mendistorsi
● Dititik ini penting mengetahui bahwa keberagaman adalah bagian
dari anatomi agama yang dianut oleh masyarakat. Keberagaman itu
masalah yang urgen dan signifikan secara analitis. Buktinya, tidak
ada suatu bangsa atau masyarakat pun di dunia ini yang benar-
benar tunggal (unitery) dan tanpa ada unsur-unsur perbedaan di
dalamnya.
22Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global Lusius Sinurat,SS, M.Hum
23. Keberhasilan pendekatan metodis (aspek keilmuan ini)
dapat terwujuda dalam tiga bentuk pemahaman tentang
keberagaman berikut ini:
1) membangun sikap personal terhadap
keberagaman itu sendiri. Sikap yang mesti
dipertimbangkan adalah:
a) mencari cara yang tepat untuk mendamaikan klaim-
klaim kebenaran kita dengan klaim-klaim kebenaran
orang lain.
b) kesadaran tentang keberagaman agama sebagai
isyarat bahwa masing-masing agama secara nyata
memiliki karakter yang tidak dapat direduksi dan
tidak bisa dijadikan bahan perbandingan.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 23
24. 2) Peduli pada ko-eksistensi dari agama-agama
yang berbeda. Persoalan yang harus didiskusikan
adalah :
a) tujuan, prasyarat dan modalitas-modalitas yang
dipergunakan untuk melakukan komunikasi
antar umat beragama;
b) harapan-harapan dari terjadinya komunikasi
antar-umat beragama; dan
c) konsekuensi-konsekuensi dari komunikasi ini
terhadap pemaknaan dan pemahaman agama
masing-masing.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 24
25. 3) Implementasi konsep di tataran praksis dalam hubungan
antar-agama. Di titik ini dibutuhkan:
a) penggunaan bahasa dan wacana bersama untuk
mewujudkan pertemuan antar-agama yang harmonis
dan jauh dari sikap curiga.
b) Upaya pembaruan dan pengkajian ulang atas
pemahaman agama masing-masing yang selama ini
terbatas pada batas-batas sempit pengetahuan dan
alam kesadaran kita.
Dalam pencapaian langkah-langkah tersebut, diperlukan
juga refleksi ulang tentang keberadaan umat beragama lain,
partisipasi gender, dan dialog antaragama yang tidak hanya
dibatasi oleh lembaga keagamaan yang cenderung
formalistis dan sempit pemahamannya.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 25
26. (2)Pendekatan Relasional (Relasi Sosial)
● Di tataran nasional, ajakan untuk memperkuat soliditas
keindonesiaan kita adalah lewat upaya membumikan
empat pilar kehidupan berbangsa, yakni, Pancasila, UUD
1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
● Landasan untuk membina kerukunan hidup umat
beragama haruslah bersifat (1) filosofis berupa falsafah
negara (Bdk. Pancasila) yang mengundang niali-nilai dan
prinsip-prinsip dasar yang dapat diterima oleh semua
pihak dan golongan; (2) pragmatis, yakni demi
pembangunan bangsa.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 26
27. ● Umat beragama diajak untuk menyikapi dan
mengapresiasi secara jujur dan penuh kearifan belajar
dari orang-orang yang datang dari berbagai latar
belakang agama yang berbeda telah berhasil melakukan
pemaknaan nilai dan ajaran agama ke dalam realitas
konkret.
● Memandang dan menghayati keberagaman sebagai
landasan bagi persatuan sekaligus mengutuk perpecahan
dan segala bentuk aksi yang mengarah kepada
disintegrasi bangsa.
● Di tataran praksis, kita semua, umat beragama harus
berupaya menjadikan nilai agama sebagai nilai universal-
transformatif yang dikontekstualisasikan ke dalam realitas
sosial yang rukun-guyub dan harmoni.
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 27Lusius Sinurat,SS, M.Hum
29. Ketidakrukunanagamabisasajaterjadi,entahkarenaalasanfaktorkeagamaanataufaktor
non-keagamaan.
(1) Faktor Keagamaan
1. penyiaran agama,
2. bantuan keagamaan dari luar negeri,
3. perkawinan antar pemeluk agama yang
berbeda,
4. pengangkatan anak,
5. pendidikan agama,
6. perayaan hari besar keagamaan,
7. perawatan dan pemakaman jenazah,
8. penodaan agama,
9. kegiatan kelompok sempalan,
10. transparansi informasi keagamaan, dan
11. pendirian rumah ibadat.
(2) Faktor Non-Keagamaan:
1. kesenjangan ekonomi,
2. kepentingan politik,
3. perbedaan nilai sosial
budaya, dan
4. kemajuan teknologi
informasi dan
transportasi.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 29
30. Konflik-konflik yang ditimbulkan oleh kedua faktor di atas bisa diatas
dengan mengubah cara pandang dan pemahaman mereka terhadap
agamanya sendiri dan agama orang lain, termasuk cara hidup dengan
kelompok-kelompok lain.
Caranya adalah dengan senantiasa mengusahakan pluralitas agama
yang bertoleransi dan saling menghargai lewat :
1. komitmen yang kokoh terhadap agama masing-masing yang diikuti
oleh kemampuan mensosialisasikan semangat ajaran serta
keteladanan para pendiri agamanya.
2. pemahaman atas kepekaan masing-masing dari kita menyangkut
kecintaan serta ikatan batin dengan “panutan”-nya.. Untuk itu, umat
beragama seyogyanya tidak terpengaruh oleh sejarah konflik yang
pernah terjadi di dunia luar.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 30
31. ● Adapun sikap kita terhadap pluralitas agama dalam term agree in
disagreement yang mesti dibangun, yakni
1) setuju dalam perbedaan berarti orang mau menerima dan
menghormati orang lain dengan segala totalitasnya,
2) menerima dan menghormati orang lain dengan seluruh
aspirasinya, keyakinannya, kebiasaannya dan pola hidupnya,
3) menerima dan menghormati orang lain dengan kebebasannya
untuk menganut agamanya.
● Upaya lain untuk meminimalkan adanya ketegangan di antara
pemeluk agama adalah lewat transformasi pemahaman agama
secara benar kepada masyarakat.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 31
32. ● Pemimpin agama harus mampu menampilkan agama yang
menyuguhkan nilai-nilai inklusivisme, humanisme, serta bersifat
transformatif kepada segenap ruang-ruang kehidupan. Untuk itu di
dalam setiap agama dibutuhkan suatu perkembangan dinamis
dalam kehidupan personal seseorang atau sekelompok yang
didasarkan pada dinamika perubahan sosial.
● Salah satu upya terbaik untuk mengembangkan kerukunan umat
eragama di era global ini adalah lewat sebuah dialog: dialog yang
yang tidak berkutat pada dokumen-dokumen dan masuk ke dalam
living human documents, hingga mempercakapkan persoalan
kemanusiaan manusia melalui bahasa agama yang mampu
mengangkat mereka.
● Media sosial adalah satu panggung terbaik dan paling efektif untuk
mewujudkan upaya ini.
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 32
33. terimakasih
Medan, 12 Agustus 2017
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 33
34. Lusius Sinurat,S.S,M.Hum
LAHIR:
Bahtonang-Simalungun, 04November1976
Alamat:
Jl. AR. Hakim, Gg. Bunga No. 12 Sukaramai II, Medan | HP: 081322438482
PENDIDIKAN FORMAL
MasterHumaniora pada Magister Ilmu Teologi FFUnpar Bandung (2003-2005)
Sarajana Filsafat pada FFUniversitas Katolik Parahyangan Bandung (1998-2002)
PENDIDIKAN NON-FORMAL
Finance Auditory Course pada Tim Audit Keuangan CMVE,Jakarta (2014)
TOT Work Readiness pada PLAN INTERNATIONAL Semarang(2012)
TOT Soft-skill trainer pada Indonesia Business Link Regio Jawa Tengah (2011)
Outward Outbound pada Musumase Consulting Jakarta (2007)
PEKERJAAN :
Self-employed di bidang Pelatihan SDM, Konsultan Pendidikan, Penulis /Editor Buku, Blogger & Copywriter untuk berbagai media cetak dan mediaonline, Narasumber untuk tema-tema
filsafat, sosial, budaya dan agama.
PENGALAMAN KERJA:
Guru Etika dan Kepribadian pada SD Bintang Laut Bandung (2000-2001),SMP Ursula Bandung (2001-2002),dan SMA St. Aloysius Bandung (2004-2005),Project Manager PTEdo Jakarta
(2007-2008),Softskill Trainer pada PLAN International (2011-20014),Child and Family Counsultant pada CFDCMisericordia Semarang (2011-20013)
Lusius Sinurat,SS, M.HumStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global 34
www.lusius-sinurat.com
+6281 36247 6565
fb/luciusinurat
@luciusinurat
@lusiussinurat