SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
3
3
3
3
3
3
45
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia dalam Negara
Kesatuan RepublikIndonesia memiliki keragaman,
mencakup beraneka ragam etnis, bahasa, agama,
budaya,dan status sosial. Keragaman dapat
menjadi ”integrating force” yang mengikat
kemasyarakatan namun dapat menjadi penyebab
terjadinya benturan antar budaya, antar ras,
etnik, agama dan antar nilai-nilai hidup.
Keragaman budaya (multikultural)
merupakan peristiwa alami karena bertemu-
nya berbagai budaya, berinteraksinya beragam
MODERASI BERAGAMA DALAM KERAGAMAN INDONESIA
RELIGIOUS MODERATION IN INDONESIA’S DIVERSITY
Agus Akhmadi
Balai Diklat Keagamaan Surabaya
agusakhmadi63@gmail.com
Bangsa Indonesia adalah masyarakat beragam budaya dengan sifat kemajemukannya. Keragaman mencakup
perbedaan budaya, agama, ras, bahasa, suku, tradisi dan sebagainya. Dalam masyarakat multibudaya yang
demikian, sering terjadi ketegangan dan konflik antar kelompok budaya dan berdampak pada keharmonisan
hidup. Tujuan penulisan ini adalah membahas keragaman budaya bangsa Indonesia, moderasi beragama
dalam keragaman dan peran penyuluh agama dalam mewujudkan kedamaian bangsa Indonesia. Metode yang
digunakan adalah penelitian pustaka. Kesimpulan kajian ini adalah bahwa dalam kehidupan multikultural
diperlukan pemahaman dan kesadaran multibudaya yang menghargai perbedaan, kemajemukan dan kemauan
berinteraksi dengan siapapun secara adil. Diperlukan sikap moderasi beragama berupa pengakuan atas
keberadaan pihak lain, memiliki sikap toleran, penghormatan atas perbedaan pendapat dan tidak memaksakan
kehendak dengan cara kekerasan. Diperlukan peran pemerintah, tokoh masyarakat, dan para penyuluh agama
untuk mensosialisasikan, menumbuhkembangkan moderasi beragama kepada masyarakat demi terwujudnya
keharmonisan dan kedamaian.
Kata Kunci : Multikultural, Moderasi beragama, Penyuluh agama.
ABSTRAK
ABSTRACT
The Indonesian is multicultural country. It’s diversity includes differences in culture, religion, race, language,
ethnicity, tradition and others. In a such multicultural society, there are frequent tensions and conflicts
among cultural groups and have impacts on harmony in life. The purpose of this paper is to discuss the
diversity of Indonesian culture, its religious moderation in the diversity and role of religious educators in
realizing Indonesian national peace. The method used is a library research. The conclusion of this study is
that multicultural life requires multicultural understanding and awareness that respects diversity, and
willingness to interact with anyone fairly. A religious attitude of moderation is needed in the form of
recognition of the existence of other parties, being tolerant, respecting differences of opinion and not
forcing the will through violence. The role of the government, community leaders, and religious guidance
is needed to socialize, develop religious moderation to the community for the sake of the realization of
harmony and peace.
Keywords : Multicultural, Religious moderation, Religious guidance.
individu dan kelompok dengan membawa perilaku
budaya, memiliki cara hidup berlainan dan spesifik.
Keragaman seperti keragaman budaya, latar
belakang keluarga, agama, danetnis tersebut saling
berinteraksi dalamkomunitasmasyarakat Indonesia.
Dalam komunikasi horizontal antar
masyarakat, Mulyana menyebut, benturan antar
suku masih berlangsung di berbagai wilayah,
mulai dari sekedar stereotip dan prasangka
antar suku, diskriminasi, hingga ke konflik terbuka
dan pembantaian antar suku yang memakan korban
jiwa (Mulyana, 2008). Persaingan antar suku
tidak hanya di kalangan masyarakat tetapi juga
dikalangan elit politik bahkan akademisi untuk
menempati jabatandi berbagai instansi.
Dalam masyarakat multikultural, interaksi
sesama manusia cukup tinggi intensitas-
nya,sehinggakemampuansosial warga masyarakat
dalam berinteraksi antar manusia perlu dimiliki
setiap anggota masyarakat. Kemampuan tersebut
menurut Curtis, mencakup tiga wilayah, yaitu :
affiliation (kerja sama), cooperation and
resolution conflict (kerjasama dan penyelesaian
konflik), kindness, care and affection/ emphatic
skill (keramahan, perhatian, dan kasih sayang).
(Curtis, 1988).
Keragaman suku, ras, agama, perbedaan
bahasa dan nilai-nilai hidup yang terjadi di
Indonesia sering berbuntut berbagai
konflik. Konflik di masyarakat yang
bersumber pada kekerasan antar
kelompok yang meledak secara
sporadis di berbagai kawasan di
Indonesia menunjukkan betapa
rentannya rasa kebersamaan yang
dibangun dalam Negara-Bangsa
Indonesia, betapa kentalnya
prasangka antara kelompok
dan betapa rendahnya saling
pengertian antar kelompok.
Konflik berbasis kekerasan di
Indonesia seringkali berakhir
menjadi bencana kemanusiaan yang cenderung
berkembang dan meluas baik dari jenis maupun
pelakunya. Hal ini yang menjadikan proses
penanganan konflik membutuhkan waktu lama
dengan kerugian sosial, ekonomi, dan politik
yang luar biasa. Berdasarkan masalah-masalah
yang datang silih berganti ini, Indonesia bisa
masuk dalam situasi darurat kompleks.
Konflik dan kekerasan sudah masuk
dalam berbagai lingkungan masyarakat.
Faktor pemicu tindak-tindak kekerasan yang
selama ini terjadi seringkali merupakan
muara terjadinya konflik yang tertangani
secara keliru. Konflik merupakan penyebab
bagi kekerasan, karena dibalik setiap bentuk
kekerasan terdapat konflik yang belum
terselesaikan. Konflik telah mencapai titik
kekerasan dapat dipastikan karena konflik
telah tertangani secara keliru atau konflik
telah diabaikan(Sutanto, 2005).
Budaya kekerasan berfokus pada anggapan
bahwa konflik sebagai perusak atau peng-
hancur. Konflik dipandang sebagai pergulatan
yang baik dan jahat, hitam dan putih, kemenangan
dan kekalahan, keuntungan dan kerugian. Konflik
dapat dianggap sebagai penyebab niscaya bagi
kekerasan, jika keberadaannya dipersepsikan
negatif dan diselesaikan dengan cara kompetitif.
Oleh karena itu perlu diusahakan agar konflik
ditangani lebih serius untuk menciptakan ke
damaiandi masyarakat.
Dalam kontek kemasya-rakatan, pengendalian
terhadap perilakukonflik ada yangdilakukansecara
ketat tetapi ada pula yang
mengembangkan pendekatan
edukatif. Sebagaicontoh, dalam
dunia pendidikan terdapat tiga
pendekatanedukatifyang umum
diterapkan untuk mengatasi
konflik pelajar, yaitu : [1]
pendidikan damai yang di-
integrasikan dengan kurikulum
sekolah,[2]latihanpenyelesaian
konflik secara konstruktif, dan
[3] mediasi dan negosiasi oleh
teman sebaya (Gerstein &
Moeschberger, 2003). Model penyelesaian konflik
tersebut efektif, di antaranya dapat meningka-
tkan pengetahuan pelajar dalam menyelesai-
kan konflik secara konstruktif, lebih bersikap
prososial, dan dapat menghindari sebagai korban
dari tindak kekerasan (Laursen, Finkelstein,
Betts, 2001).
Bagi para penyuluh agama sebagai
pelayan publik, maka fenomena keragaman
budaya mengharuskan para penyuluh memahami
pengetahuan dankesadaran multikultural, sehingga
memiliki kompetensi dalam menghadapi
perbedaan, sekecil apapun perbedaan kelompok
binaannya. Penyuluh perlu meningkatkan persepsi
mereka, mencukupkan diri dengan pengetahuan
tentang keragaman budaya, memahami adanya
3
3
3
3
3
3
46
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
Kesadaran dan pemahaman
tentang keragaman budaya
(multi-kultural) khususnya
keragaman beragama
semakin dibutuhkan
masyarakat. Penyuluh agama
sebagai pelayan public
selayaknya memiliki
kompetensi dan melakukan
gerakan moderasi
untukmeningkatkan
kedamaian umat.
bentuk-bentuk diskriminasi, stereotip dan rasisme
yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Dalam masyarakat multikultural, para penyuluh
diharapkan dapat menjadi fasilitator perubahan
dan ahli dalam mengatasi konflik dan melakukan
konsultasi kepada pihak-pihak yang terkait
untuk meningkatkan keharmonisan kelompok
binaannya.
Dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan
publik terhadap beragam kelompok masyarakat,
maka penyuluh dihadapkan dengan jangkauan
layanan yang lebih luas, sehingga perlu memahami
multikultural sehingga dapat lebih efektif dalam
pelayananpublik.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka fokus kajian artikel ini adalah kesadaran
dan pemahaman tentang keragaman budaya,
moderasi beragama dan peran yang dimainkan
para penyuluh agama untuk membangun
keharmonisan beragama pada masyarakat
Indonesia yang multikultur.
B. Permasalahan
Fokus kajian ini adalah tentang
keragaman budaya bangsa Indonesia, bagai-
mana moderasi beragama dalam keragaman
bangsa Indonesia dan bagaimana peran penyuluh
agama dalam mewujudkan keharmonisan hidup
bangsa Indonesia.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah memahami
keragaman budaya pada bangsa Indonesia,
bagaimana moderasi dalam keragaman bangsa
Indonesia dan bagaimana peran penyuluh agama
dalam keragamanbangsa Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan adalah tersedia-
nya kajian tentang keragaman budaya
bangsa Indonesia, sikap moderasi dalam
keragaman bangsa Indonesia dan peran penyuluh
agama dalam kehidupan keragaman Indonesia.
KAJIAN TEORI
A. Multikultural (Keragaman) bangsa
Indonesia
Indonesia dengan keanekaragaman budaya,
agama, suku, bahasa yang dimilikinya menunjuk-
kan sebagai salah satu bangsa yang memiliki
masyarakat multikultural. Keanekaragaman
menjadi rahmat tersendiri jika dikelola dengan
baik, menjadi keunikan dan kekuatan, namun
pluralitas demikian dapat menjadi tantangan jika
tidak disikapi dengan bijak dan arif, dapat menjadi
ancaman perpecahan dan perseteruan yang
dapat mengoyakkeamanan sosial.
Keragaman budaya merupakan peristiwa
alami karena bertemunya berbagai perbedaan
budaya di suatu tempat, setiap individu dan
kelompok suku bertemu dengan membawa
perilaku budaya masing-masing, memiliki cara
yang khas dalam hidupnya. Konsep multibudaya
berbeda dengan konsep lintas budaya sebagai-
mana pengalaman bangsa Amerika yang beragam
budaya karena hadirnya beragam budaya dan
berkumpul dalam suatu negara. Dalam konsep
multibudaya perbedaan individu meliputi cakupan
makna yang luas, sementara dalam konsep
lintas budaya perbedaan etnis yang menjadi
fokus perhatian.
Multikulturalisme secara kebahasaan dapat
dipahami dengan paham banyak kebudayaan.
Kebudayaan dalam pengertian sebagai idiologi
dan sekaligus sebagai alat menuju derajat
kemanusiaan tertinggi. Maka untuk itu penting
melihat kebudayaan secara fungsional dan
secara operasional dalam pranata-pranata sosial.
Secara istilah dikenal multikulturalisme
deskriptif dan multikulturalisme normatif. Multi-
kulturalisme deskriptif adalah kenyataan sosial
yang mencerminkan adanya kemajemukan
(pluralistik). Sedangkan multikulturalisme
normatif berkaitan dengan dasar-dasar moral,
yaitu adanya ikatan moral dari para warga dalam
lingkup negara/ bangsa untuk melakukan sesuatu
yang menjadi kesepakatan bersama (Nugraha,
2008), dan multikulturalisme normatif itulah
tampaknya yang kini dikembangkan di Indonesia.
Muzhar dalam Darlis, 2017, memandang
3
3
3
3
3
3
47
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
multikulturalisme mencakup gagasan, cara
pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan,
oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk
dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya,
namun mempunyai cita-cita untuk mengembang-
kan semangat kebangsaan yang sama dan
mempunyai kebanggaan untuk mempertahankan
kemajemukan tersebut.
Konsep multikulturalisme tidak asing di
dunia Islam, setidaknya memiliki pengalaman
historis yang menguatkan bahwa Islam meng-
hargai keragaman, sebagaimana dipraktikan
Rasul dalampemerintahan Madinah.
Multikultralisme memiliki relevansi dengan
ajaran Islam antaralaindalam toleransi, perdamaian
dan keadilan. a] Toleransi, sebagaimana Al-Qur’an
Surat Al Hujuraat : 13 yang menegaskan bahwa
Allah telah menciptakan manusia dengan ber-
macam-macam suku bangsa agar manusia saling
mengenal. Bahwa perbedaan tidak boleh menjadi
ajang konflik, karenanya harus dihargai. Dengan
saling mengenal maka jalan menuju kehidupan
multikultural akan terbuka. b] Perdamaian. Islam
berasal dari akar kata ”al-Salam ” yang berarti
perdamaian. Islam mengajak umatnya untuk
melakukan dan menyebarkan perdamaian di muka
bumi. Dalam QS al-Baqarah [2] : 208, ”Udkhulu fi
al-silmi kaffah ” - yang selama ini sering
diterjemahkan ”masuklah ke dalam agama Islam
secara kaffah”- jika meng-gunakan konsep
multikultural ada yang melakukan reorentasi
pemahaman yang mendekati konsep multi-
kulturalisme yaitu dengan menyatakannya sebagai
kebersediaan untuk masuk ke dalam perdamaian
secara kaffah (total). Makna ini berbeda dengan
makna secara literer yang menegaskan perbedaan
secara sepihak, danmenafikan keberadaan entitas
lain dalam kehidupan. c] Keadilan. Multikultural
menekankan berlaku adil dalam memandang dan
bersikap terhadap orang atau kelompok lain.
Al-Qur’an (Surat al-Maidah [5] : 8) ”Danjanganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil ”. Ayat ini mengajak untuk berlaku adil
sekalipun terhadap orang atau kelompok yang
memusuhi kita. Berlaku adil maksudnya hendak-
lah kita tetap berlaku ”obyektif” terhadap
mereka. Jika prinsip ini menjadi ruh kehidupan
kita, maka kehidupan multi-kultural akan dapat
terwujud.
Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan negara yang pluralistik dan memiliki
dua modalitas penting yang membentuk karakter-
nya yang multikultural, yaitu demokrasi dan
kearifan lokal (local wisdom) sebagai nilai yang
dipercaya dan dipahami dapat menjaga
kerukunanumat beragama.
Dalam keragaman bangsa Indonesia, secara
historis dan sosiologis agama Islam dianut
mayoritas bangsa Indonesia, namun jika dilihat
tingkat provinsi atau daerah, misalnya kabupaten/
kota maka terdapat agama Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha dan Konghuchu yang menjadi mayoritas
di lingkungan tersebut.
Fakta dan data keragaman agama-
agama di Indonesia menunjukkan bahwa
keragaman agama ini merupakan mozaik yang
memperkaya khazanah kehidupan keagamaan di
Indonesia, namun di sisi lain keragaman agama
juga mengandung potensi ancaman bagi persatuan
Negara Republik Indonesia. Disinilah diperlu-
kan keterlibatan seluruh warga masyarakat
dalam mewujudkan kedamaian.
Tugas untuk menyadarkan masyarakat
tentang multikultural ini tidaklah mudah, bahkan
membangun kesadaran kalangan masyarakat
bahwa kebhinekaan adalah sebuah keniscayaan
sejarah. Menanamkan sikap yang adil dalam
menyikapi kebinekaan adalah perkara yang
lebih sulit, karena, penyikapan terhadap
kebhinekaan kerap berimpitan dengan pelbagai
kepentingan sosial, ekonomi, dan politik.
Indonesia sebagai sebuah Negara multi-
kultural dengan mayoritas penduduk muslim
terbesar di dunia dan memiliki keragaman etnik,
budaya, bahasa, dan agama juga menjadi
masalah untuk terwujudnya keharmonisan
dan kenyamanan beragama, oleh karena itu,
disamping bekerja sama dengan para ahli yang
mempunyai perhatian terhadap masalah
multikultural, para penyuluh agama sebaiknya
juga mulai memikirkan untuk memberikan
3
3
3
3
3
3
48
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
informasi mengenai multikulturalisme kepada
berbagai lembaga, badan, dan organisasi
kemasyarakatanuntukbersama-sama membangun
kesadaranmulti-kultural.
B. Moderasi dalam keragaman Indonesia
Dalam masyarakat Indonesia yang
multibudaya, sikap keberagamaan yang ekslusif
yang hanya mengakui kebenaran dankeselamatan
secara sepihak, tentu dapat menimbulkan
gesekan antarkelompok agama.
Konflik keagamaan yang banyak terjadi di
Indonesia, umumnya dipicu adanya sikap
keberagamaan yang ekslusif, serta adanya
kontestasi antar kelompok agama dalam
meraih dukungan umat yang tidak dilandasi
sikap toleran, karena masing-masing meng-
gunakan kekuatannya untuk menang sehingga
memicu konflik.
Konflik kemasyarakatan dan pemicu
disharmoni masyarakat yang pernah terjadi
dimasa lalu berasal dari kelompok ekstrim
kiri (komunisme) dan ekstrim kanan
(Islamisme). Namun sekarang ini ancaman
disharmoni dan ancaman negara kadang
berasal dari globalisasi dan Islamisme, yang
oleh Yudi (2014 : 251) disebutnya sebagai
dua fundamentalisme : pasar dan agama.
Dalam kontek fundamentalisme agama,
maka untuk menghindari disharmoni perlu
ditumbuhkan cara beragama yang moderat,
atau cara ber-Islam yang inklusif atau sikap
beragama yang terbuka, yang disebut sikap
moderasi beragama. Moderasi itu artinya
moderat, lawan dari ekstrem, atau berlebihan
dalam menyikapi perbedaan dan keragaman.
Kata moderat dalam bahasa Arab dikenal
dengan al-wasathiyah sebagaimana terekam
dari QS.al-Baqarah [2] : 143. Kata al-Wasath
bermakana terbaik dan paling sempurna.
Dalam hadis yang juga disebutkan bahwa
sebaik-baik persoalan adalah yang berada
di tengah-tengah.
Dalam melihat dan menyelesaikan satu
persoalan, Islam moderat mencoba melaku-
kan pendekatan kompromi dan berada di tengah-
tengah, dalam menyikapi sebuah perbedaan,
baik perbedaan agama ataupun mazhab, Islam
moderat mengedepankan sikap toleransi, saling
menghargai, dengan tetap meyakini kebenaran
keyakinan masing-masing agama dan mazhab,
sehingga semua dapat menerima keputusan dengan
kepala dingin, tanpa harus terlibat dalam aksi
yang anarkis. (Darlis, 2017)
Dengan demikian moderasi beragama
merupakan sebuah jalan tengah di tengah
keberagaman agama di Indonesia. Moderasi
merupakan budaya Nusantara yang berjalan seiring,
dan tidak saling menegasikan antara agama
dan kearifan lokal (local wisdom). Tidak saling
mempertentangkan namun mencari penyelesaian
dengantoleran.
Dalam kontek beragama, memahami
teks agama saat ini terjadi kecenderungan
terpolarisasinya pemeluk agama dalam dua kutub
ekstrem. Satu kutub terlalu mendewakan teks
tanpa menghiraukan sama sekali kemampuan akal/
nalar. Teks Kitab Suci dipahami lalu kemudian
diamalkan tanpa memahami konteks. Beberapa
kalangan menyebut kutub ini sebagai golongan
konservatif. Kutub ekstrem yang lain, sebaliknya,
yang sering disebut kelompok liberal, terlalu
mendewakan akal pikiran sehingga mengabaikan
teks itu sendiri.
Jadi terlalu liberal dalam memahami nilai-
nilai ajaranagama juga sama ekstremnya.
Moderat dalam pemikiran Islam adalah
mengedepankan sikap tolerandalam perbedaan.
K e t e r b u k a a n m e ne r i m a keberagamaan
(inklusivisme). Baik beragam dalam mazhab
maupun beragam dalam beragama. Perbedaan
tidak menghalangi untuk menjalin kerja sama,
dengan asas kemanusiaan (Darlis, 2017). Meyakini
agama Islam yang paling benar, tidak berarti harus
melecehkan agama orang lain. Sehingga akan
terjadilah persaudaraan dan persatuan anatar
agama, sebagaimana yang pernah terjadi di
Madinahdi bawahkomando RasulullahSAW.
Moderasi harus dipahami ditumbuh-
kembangkan sebagai komitmen bersama
untuk menjaga keseimbangan yang paripurna,
di mana setiap warga masyarakat, apapun
3
3
3
3
3
3
49
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
suku, etnis, budaya, agama, dan pilihan politik-
nya mau saling mendengarkan satu sama lain
serta saling belajar melatih kemampuan mengelola
dan mengatasi perbedaan di antara mereka.
Untuk mewujudkan moderasi tentu
harus dihindari sikap inklusif. Menurut Shihab
bahwa konsep Islam inklusif adalah tidak
hanya sebatas pengakuan akan kemajemukan
masyarakat, tapi jugaharus diaktualisasikan dalam
bentuk keterlibatan aktif terhadap kenyataan
tersebut. Sikap inklusiv-isme yang dipahami
dalam pemikiran Islam adalah memberikan ruang
bagi keragaman pemikiran, pemahaman
dan perpsepsi keislaman.
Dalam pemahaman ini, kebenaran tidak
hanya terdapat dalam satu kelompok saja, melain-
kan juga ada pada kelompok yang lain, termasuk
kelompok agama sekalipun. Pemahaman ini
berangkat dari sebuah keyakinan bahwa pada
dasarnya semua agama membawa ajaran
keselamatan. Perbedaan dari satu agama yang
dibawah seorang nabi dari generasi ke generasi
hanyalahsyariat saja (Shihab, 1999).
Jadi jelas bahwa moderasi beragama
sangat erat terkait dengan menjaga kebersamaan
dengan memiliki sikap ‘tenggang rasa’, sebuah
warisan leluhur yang mengajarkan kita untuk
saling memahami satu sama lain yang berbeda
dengan kita.
Seruanuntukselalu menggaungkanmoderasi,
mengambil jalan tengah, melalui perkataan dan
tindakan bukan hanya menjadi kepedulian para
pelayan publik seperti penyuluh agama, atau warga
Kementerian agama namun seluruh warga negara
Indonesia saja dan seluruh umat manusia, sehingga
tidak sampai menimbulkan peristiwa sebagai
penembakan di masjid Selandia Baru yang
menewaskan 50 jamaah salat jum’at.
Berbagai konflik dan ketegangan antar
umat manusia dalam keragaman agama, suku,
faham dan sebagainya telah memunculkan
ketetapan internasional lewat Perserikatan
Bangsa Bangsa yang menetapkan tahun 2019 ini
sebagai ”Tahun Moderasi Internasional” (The
International Year of Moderation). Penetapan ini
jelas sangat relevandengan komitmen Kementerian
Agama untuk terus menggaungkan moderasi
beragama.
Agama menjadi pedoman hidup dan solusi
jalan tengah (the middle path) yang adil dalam
menghadapi masalah hidup dan kemasyarakatan,
agama menjadi cara pandang dan pedoman yang
seimbang antara urusan dunia dan akhirat, akal
dan hati, rasio dan norma, idealisme dan
fakta, individu dan masyarakat. Hal sesuai
dengan tujuan agama diturunkan ke dunia ini
agar menjadi tuntunan hidup, agama diturunkan
ke bumi untuk menjawab berbagai persoalan
dunia, baik dalam skala mikro maupun makro,
keluarga (privat)maupun negara (publik).
C. Peran penyuluh agama
Penyuluh agama merupakan salah satu
jabatan fungsional di Kementerian Agama
Republik Indonesia. Penyuluh Agama adalah ujung
tombak pemerintah dalam menyampaikan
pesan-pesan agama maupun pesan-pesan
program pemerintah.
Peran penyuluh agama dalam masyarakat
sangat penting karena sebagian masyarakat
masih memandang pentingnya sosok ideal
sebagai figur atau patron dalam kehidupan
masyarakat, oleh karena itu penyuluh agama
memiliki potensi untuk didudukkan sebagai
figur atau tokohagama di masyarakat.
Menurut teori strukturisasi, eksistensi
penyuluh agama dapat dilihat sebagai agen
yang dapat membentuk struktur dalam
masyarakat. Aktifitas para penyuluh agama
melalui praktik atau tindakan yang berulang-
ulang akan menjadi contoh atau sebagai aktor.
Penyuluh agama sebagai agen akan mengem-
bangkan kebiasaan sehari-hari yang tak hanya
memberikan perasaan aman kepada aktor, tetapi
juga memungkinkan mereka menghadapi
kehidupan sosial mereka secara efisien.
Untuk menumbuhkan motivasi dan
melakukan tindakan-tindakan membangun
kesadaran dan sikap moderasi beragama tersebut,
penyuluh agama diharapkan berfungsi sebagai :
1] informatif dan edukatif; penyuluh agama
memposisikan sebagai juru dakwah yang
3
3
3
3
3
3
50
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
berkewajiban mendakwahkan ajaran agamanya,
menyampaikan penerangan agama dan mendidik
masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai ajaran
agama 2] Fungsi Konsultatif : penyuluh agama
menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan
memecah-kan persoalan-persoalan yang dihadapi
masyarakat, baik secarapribadi, keluarga maupun
sebagai masyarakat umum.3] Fungsi administratif:
penyuluh agama memiliki tugas untuk
merencanakan, melaporkan dan mengevaluasi
pelaksanaan penyuluhan dan bimbingan yang
telahdilakukannya(Amirulloh, 2016).
Untuk menjalankan fungsi penyuluh
agama secara optimal, maka dalam naskah
akademik (Kementerian Agama RI, 2015) disebut-
kan pokok pokok kemampuan yang diperlukan,
yaitu : 1] Kemampuan untuk mengidentifikasi
dan memonitor variabel-variabel dan isu-isu
penting bagi vitalitas masyarakat (sebagai-
mana fungsi tersebut dilakukan misalnya isu
demografis, ekonomi, pelayanan manusia,
lingkungan dan lain-lain) dan kemampuan untuk
menggunakan dan menerapkan variabel-variabel
dalam memprioritaskan program, perencanaan
dan penyerahan atau disebut Proses aksi sosial 2]
kesadaran, komitmen dan kemampuan termasuk
rasa memiliki terhadap berbagai budaya yang
berbeda, asumsi-asumsi, norma-norma,
kepercayaan dan nilai-nilai multi-budaya, atau
Keanekaragaman budaya. 3] Kemampuan
merencanakan, mendesain, penerapan, meng-
evaluasi, menghitung dan menjual program
penyuluhan untuk memperbaiki mutu hidup
sasaran penyuluhan atau Pemograman bidang
penyuluhan. 4] Kemampuan untuk mengenali,
memahami, memudahkan peluang dan sumber
daya yang diperlukan sebagai respon terbaik
terhadap kebutuhan dari individu dan masyarakat
binaan (Perikatan). 5] Menguasai keterampilan
berkomunikasi baik lisan dan tulisan,
penerapan teknologi dan metode-metode
penyuluhan untuk mendukung program-program
penyuluhan dalam memandu perubahan perilaku
kelompok sasaran penyuluhan (Penyampaian
pendidikandaninformasi).6] Kemampuaninteraksi
yang efektif dengan individu dan kelompok
binaan yang beragam untuk mewujudkan kerja-
sama, membangun jaringan dan sistem dinamis
(Hubungan antara pribadi). 7] Pemahaman sejarah,
filsafat dan karakteristik dari penyuluhan
(Pengetahuan tentang organisasi) 8] Kemampuan
untuk mempengaruhi individu dan kelompok-
kelompok binaan yang berbeda secara positif,
atau pengelolaan organisasi penyuluh 9] kemam-
puan untuk menetapkan struktur, mengorganisir
proses, pengembangan, dan memonitor sumber
daya serta memimpin perubahan untuk mem-
peroleh hasil-hasil penyuluhan secara efektif dan
efisien atau fungsi kepemimpinan. 10] Kemampuan
memperagaan perilaku yang mencerminkan
tingginya tingkat dari kinerja penyuluh,
mencerminkan etika kerja yang kuat, komitmen
untuk pendidikan berkesinambungan sesuai visi,
misi dan sasaran penyuluhan dalam rangka
meningkatkan efektifitas individu dan
organisasi (Profesionalisme).
Menurut Fahrudin, 2019, dalam upaya
mewujudkan keharmonisan hidup berbangsa
dan beragama, maka membutuhkan moderasi
beragama, yaitu sikap beragama yang sedang
atau di tengah-tengah dan tidak berlebihan.
Tidak mengklaim diri atau kelompoknya yang
paling benar, tidakmenggunakanlegitimasi teologis
yang ekstrem, tidak menggunakan paksaan
apalagi kekerasan, dan netral dan tidak ber-
afiliasi dengan kepentingan politik atau kekuatan
tertentu. Sikap moderasi tersebut perlu
disosialisasikan, dididikkan, ditumbuh-kembang-
kan dengan suri teladan para penyuluh agama.
Para penyuluh dapat memposisikan diri
ikut ambil bagian dalam moderasi beragama,
yang menghadirkan kedamaian beragama pada
setiap kegiatan penyuluhannya. Bangunan
masyarakat yang toleran, damai perlu dioptimal-
kan oleh para penyuluh melalui kegiatan atau
tahapan : melakukan perencanaan kegiatan,
mengorganisir kegiatan, melaksanakan
kegiatansertamelakukanmonitoring untuk evaluasi
program moderasi beragama.
PEMBAHASAN
Bangsa Indonesia sudah terkenal dengan
3
3
3
3
3
3
51
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
3
3
3
3
3
3
52
keragaman budaya dan dengan sifat kemajemu-
kannya. Kemajemukan bangsa Indonesia tampak
dari keragaman budaya, agama, ras, bahasa,
suku, tradisi dansebagainya sehingga berpredikat
sebagai bangsa yang multikultural.
Masyarakat multikultural terdiri dari
masyarakat negara, bangsa, daerah, atau
lokasi geografis seperti kota atau kampung, yang
memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Masyarakat multikultural tidak bersifat
homogen, namun memiliki karakteristik
heterogen di mana pola hubungan sosial antar
individu di masyarakat bersifat toleran dan
menerima kenyataan untuk hidup berdampingan
secara damai satu sama lain dengan perbedaan
yang ada pada tiap entitas budayanya.
Fenomena kehidupan damai dan harmonis
tersebut ternyata tidak selalu terjadi di Indonesia,
masyarakat multikultural di Indonesia tidak
selamanya dapat hidup berdampingan sebagai-
mana yang diharpkan. Ketegangan dan konflik
sering muncul pada masyarakat Indonesia
yang memiliki keragamankultur, agama, bahasa,
ras dan tradisi yang berbeda, yang pada saat
tertentu multikultur tersebut menjadi persoalan
besar bagi keharmonisan bahkan kelangsungan
bangsa. Oleh karena itu, perlu perjuangan terus
menerus untuk mewujudkannya.
Berbagai tragedi ketidakharmonisan
masyarakat multibudaya yang pernah terjadi di
Indonesia dapat terjadi akibat dari minimnya
kesadaran multibudaya, rendahnya moderasi
beragama, serta kekurangarifan dalam mengelola
keberagaman masyarakat, yang menyebabkan
terjadinya gesekan horizontal yang berujung
pada perpecahan, yang semuanya menjadi
pengalamanpahit bangsa Indonesia.
Dalam upaya mengantisipasi terjadi-
nya ketegangan dan konflik di tengah
masyarakat, maka perlu pendekatan kultural
dengan mem-perkuat falsafah lokal atau kearifan
lokal yang mimiliki pesan-pesan luhur tentang
kedamaian. Namun, solusi dengan pendekatan
tersebut juga tidak selalu berhasil digunakan
tanpa dibarengi dengan paham keagamaan yang
tepat dan bijak, karena masyarakat Indonesia
adalah masyarakat beragama. Peran-pesan agama
menjadi sesuatu yang mendasar menjadi pijakan
masyarakat dalam bertingkahlaku.
Sebagai masyarakat yang fanatik dengan
keyakinannya,makapendekatankeagamaanmenjadi
pilihan untuk membangun keharmonisan umat.
Pendekatan yang dipilih tentunya sikap beragama
yang damai, yang sesuai dengan kultur masyarakat
Indonesia yang multikultural. Dengan pendekatan
ini, moderasi beragama yang ramah, toleran,
terbuka, fleksibel dapat menjadi jawaban terhadap
kekhawatiran konflik yang marak terjadi di tengah
masyarakat mulkultural.
Moderasi beragama tidak berarti bahwa
mencampuradukkan kebenaran dan menghilang-
kan jati diri masing-masing. Sikap moderasi tidak
menistakan kebenaran, kita tetap memiliki sikap
yang jelas dalam suatu persoalan, tentang
kebenaran, tentang hukum suatu masalah, namun
dalam moderasi beragama, kita lebih pada sikap
keterbukaan menerima bahwa diluar diri kita ada
saudara sebangsa yang juga memiliki hak yang
sama dengan kita sebagai masyarakat yang ber-
daulat dalam bingkai kebangsaan. Masing-masing
orang memiliki keyakinan di luar keyakinan atau
agama yang mesti kita hormati dan akui
keberadaannya, untuk itu kita perlu terus menerus
bertindak dan beragama dengan cara moderat.
Moderasi dalam Islam telah dicontoh-
kan oleh para pendahulu kita, mulai dari Nabi
kita, sahabat, para ulama termasuk ulama-
ulama kita adalah berlaku adil atas sesama
tanpa harus melihat latarbelakang agama, ras,
suku danbahasa.
Dalam lingkup masing-masing agama,
juga terdapat keragaman faham agama.
Schwartz, 2007 menyebutkan adanya dua
wajah yang merupakan manifestasi sosio-
kultural ajaran Islam yang tidak bisa dilepas
dari pola epistemologis yang dilaluinya yang ber-
beda secara socio—kultural, pertama, wajah Islam
yang ramah, bersahabat, toleran, dan inklusif yang
siap berdampingan dengan para penganut
keyakinan yang berbeda dan dengan sendirinya
melihat perbedaan sebagai rahmat dan kedua,
wajah Islam yang garang, mudah marah, tidak
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
toleran, dan ekslusif, yang menjadi antagonis
bagi wajahIslam yang pertama.
Demikian juga pada kelompok kristen,
terdapat juga beberapa kelompok. Mereka
yang menerima pikiran-pikiran baru dalam ber-
teologi ini disebut kelompok modernist dan atau
liberal. Tetapi tidak semua gereja dan para
pemimpin gereja, teolog dan umat Kristen
menerima teori evolusi itu. Mereka menentang
keras ajaran itu dengan membentengi dirinya
dengan berbagai argumen Alkitabiah. Mereka
yang menentang teori evolusi berargumen
bahwa gereja harus loyal kepada ”dasar-dasar
iman Protestan”, sebagaimana tertulis dalam
Alkitab. Untuk membentengi diri dari terpaan
modernismedanteori evolusionismeitu, maka para
pemimpin gereja dari berbagai kelompok
konservatif dan evangelikal bersatu menerbitkan
sebuah buku berjudul The Fundamentals : A
Testimony to the Truth, yang terbit tahun 1910.
Masi ng-masing agama memi li ki
kelompok fundamental yang melihat kelompok-
nya yang paling benar. Latar belakang kelahiran
fundamentalisme sebagaimana dibuat teolog dan
ahli sejarah, GeorgeC. Marsden, yang mengatakan
fundamentalisme adalah ”vangry evangelical ”
adalah sangat tepat dalam konteks ini.
Disamping sesama agama terdapat sikap
fundamentalis, ternyata harus diakui bahwa dalam
kehidupan agama-agama yang beragam juga
terdapat dilema yang serius yaitu ketika anggota
kelompok agama berhubungan dengan kalangan di
luar komunitasnya. Dalam komunitas agama,
hampir semua agama memandang pihak lain
lebih rendah, bahkan cenderung mendiskredit-
kan ketika berbicara komunitas di luar dirinya.
Jika ini terjadi, maka ketegangan akan tercipta.
Negara Indonesia adalah negara dengan
jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, Islam
pembawa kedamaian, nilai-nilai Islam sangat
mendukung terciptanyya kedamaian, maka
selayaknyalah umat Islamyang rohmatanlil alamin
menjadi penggerak kedamaian dan pengayom
masyarakat. Disini terdapat kesadaran bahwa
dalam keberagamanterdapat beragam keragaman
seperti perbedaan dan keragaman faham agama.
Dalam mengejawantahkan keagamaannya, masing
masing memiliki kultur, bahasa, adat, dan kewajiban
yang sama-sama dimiliki dan perlu dihormati.
Dengan keyakinan itulah akan mengantarkan
kepada sikap keterbukaan, toleran, dan fleksibel
dalam bertingkah.
Agama Islam yang datang ke Indonesia
memang tidak dalam ruang yang hampa,
datang langsung berinteraksi dengan budaya
Indonesia, wajah Islam Indonesia seperti saat
ini adalah cerminan dari hasil interaksi Islam
dengan budaya Indonesia yang kemudian melahir-
kan Islam dengantradisi NU dan Muhammadiyah.
Dengan demikian perlu diupayakan adanya
peningkatan kesadaran multikultural pada bangsa
kita, dan seklanjutnya akan memupuk sikap
moderasi beragama. Hal ini perlu dilakukan
terhadap seluruh warga bangsa Indonesia baik
oleh pemerintah, para tokoh-tokoh bangsa, dan
para penyuluh agama yang memang ditugasi mem-
berikanpenyuluhan agama.
Bagaimana sikap moderat tersebut ditumbuh-
kembangkan di masyarakat kita ? Setidaknya perlu
menggunakan pendekatan agama dan pendekatan
multikultural. Pendekatan agama didahulukan,
karena keyakinan agama sangat dominan dalam
kehidupan seseorang.
Sikap moderat dalam beragama berasal
dari konsep ”tawasuth ”, karena dalam segala
aspek ajarannya Islam itu berkarakter
moderat. Kita dianjurkan untuk tidak ber-
lebih-lebihan dalam beragama atau bersikap
ekstrim (ghuluw). Allah memerintahkan bersikap
”tawazun ” (seimbang). Dalam QS Ar-Rahman :
”Dan langit Allah tinggikan dan timbangan diletak-
kan. Agar kamu jangan melampaui timbangan
(keseimbangan)”. (Darlis, 2017).
Dalam Risalah Jakarta disepakati bahwa
konservatisme adalah sesuatu yang lumrah dalam
beragama karena pemeluk agama berkewajiban
memelihara keyakinan dan praktek keagamaannya.
Namun yang perlu untuk dihindarkan oleh
setiap pemeluk agama adalah sikap yang terlalu
berlebihan dalam beragama (ultra-conservatism).
Dalam Islam, sikap tidak berlebih-lebihan tersebut
berangkat dari konsep al wasathiyah yang ber-
3
3
3
3
3
3
53
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
makna seimbang.
Dalam konteks Indonesia, al wasathiyah
meniscayakan keseimbangan antara ber-
agama menurut teks Kitab Suci dengan penerapan-
nya secara kontekstual. Pertimbangan konteks
dalam beragama berangkat dari prinsip maqashid
atau tujuanditetapkannya hukum Islam (Syari’ah).
Moderasi Islam menjadi paham keagamaan
keislaman yang mengejewantahkan ajaran Islam
yang sangat esensial. Ajaran yang tidak hanya
mementingkan hubungan baik kepada Allah, tapi
juga yang tak kalah penting adalah hubungan baik
kepada seluruh manusia. Bukan hanya pada
saudara seiman tapi juga kepada saudara yang
beda agama. (Kementrian Agama RI, 2015).
Moderasi ini mengedepankan sikap
keterbukaan terhadap perbedaan yang ada
yang diyakini sebagai sunnatullah dan rahmat
bagi manusia. Selain itu, moderasi Islam
tercerminkan dalam sikap yang tidak mudah
untuk menyalahkan apalagi sampai pada peng-
kafiran terhadap orang atau kelompok yang ber-
beda pandangan.
Moderasi Islam lebih mengedepankan
persaudaraan yang berlandaskan pada asas
kemanusiaan, bukan hanya pada asas
keimanan atau kebangsaan. Pemahaman
seperti itu menemukan momentumnya dalam
dunia Islam secara umum yang sedang dilanda
krisis kemanusiaan dan Indonesia secara khusus
yang juga masih mengisahkan sejumlah
persoalan kemanusian akibat dari sikap yang
kurang moderat dalam beragama. Konsekuensi-
nya, perkembangan hukum Islam menjadi
dinamis dan sesuai zaman (Fahrudin, 2019).
Pendekatan kultural juga dapat diterapkan.
Kearifan lokal berasal dari dua kata : arif berarti
cerdik, pandai dan bijaksana (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Dengan awalan”ke”dan akhiran
”an” maka berarti kearifan atau kebijaksanaan
yang tumbuh yang berbeda antara satu dengan
lainnya perlu diperhatikan.
Kearifan lokal bermakna bijaksanaan
atau nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
kekayaan-kekayaan budaya lokal seperti
tradisi, pepatah pepitih dan semboyan hidup’
juga perlu diperhatikan, sehingga menjadi
modal dalam membangun keharmonisan. Dengan
menggunakan pendekatan kearifan lokal atau
local wisdom, maka beragam bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman dan
wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang
menuntun perilaku manusia dalam kehidupan
di dalam komunitas perlu juga diperhatikan.
Namun yang perlu diperhatikan, bahwa
wacana kearifan lokal juga bersandingan
dengan wacana perubahan, modernisasi dan
relevansinya. Hal ini karena kearifan lokal
terkait dengan ekspresi kebudayaan asli
dalam konteks geografis dan kultural juga
selalu dituntut untuk mampu merespon
perubahan-perubahanmasyarakat.
Untuk itu, upaya yang dilakukan sesuai
pendapat Mas’ud, (2018) perlunya mengembang-
kan wawasan multikultural bagi segenap unsur
dan lapisan masyarakat,serta peningkatan
dialog dan kerja sama intern dan antarumat
beragama dengan pemerintah dalam pembinaan
kerukunanumat beragama.
Berbagai bentuk kearifan lokal moderasi
beragama dapat menjadi contoh, sebagai-
mana pengalaman lokal Sumatera Barat : Adat
Basandi Syarak (ABS) Syarak Basandi
Kitabullah (SBK), Syarak Mangato Adat Memakai
(Ulama memfatwakan, kaum Adat yang
menjalankan), Raso jo Pareso (ulama harus
memiliki raso (rasa di hati) dan pareso (teliti di
otak) agar bisa merasakan dan meneliti.
Disinilah dipertemukan komponen
agama dan budaya dalam menyelesaikan
masalah. Sehingga tanah Minang tidak ada lagi
persoalan antara Islam dan adat. Kearifan Lokal
inilahyang menangkalketegangandalamberagama.
PENUTUP
Simpulan
Dalam kehidupan multikultural diperlukan
pemahaman dan kesadaran multibudaya yang
menghargai perbedaan, kemajemukan dan
sekaligus kemauan berinteraksi dengan
siapapunsecara adil.
Menghadapi keragaman, maka diperlu-
kan sikap moderasi, bentuk moderasi ini bisa
3
3
3
3
3
3
54
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
3
3
3
3
3
3
55
berbeda antara satu tempat dengan tempat
lainnya. Sikap moderasi berupa pengakuan atas
keberadaan pihak lain, pemilikan sikap toleran,
penghormatan atas perbedaan pendapat, dan
tidak memaksakan kehendak dengan cara
kekerasan.
Diperlukan peran pemerintah, tokoh
masyarakat, dan para penyuluh agama untuk
mensosialisasikan,menumbuhkembangkan
wawasan moderasi beragama terhadap
masyarakat Indonesia untuk terwujudnya
keharmonisan dan kedamaian.
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
Rekomendasi
Wawasan multibudaya bagi masyarakat
Indonesia menjadi kebutuhan penting dalam
membangun keharmonisan bangsa, sehingga
perlu dilakukan pendidikan, pelatihan dan
penyuluhanterhadap masyarakat.
Moderasi beragama perlu ditumbuh-
kan melalui sarasehan, pengajian, maupun
dialog kebangsaan, sehingga menjadi sikap
bangsa Indonesia.Pemerintah, melalui Kementerian
Agama, Balai Diklat Keagamaan bersama
penyuluh agama dapat menjadi penggerak
gerakan moderasi beragama ini. []
PengembanganKompetensi PenyuluhAgama padaDitjenBimas Islam KementerianAgama RI dalam
Memelihara Kerukunan Umat Beragama. Tangerang: Young Progressive Muslim.
Darlis. (2017). Mengusung Moderasi Islam di TengahMasyarakat Multikultural. Rausyan Fikr, Vol.13 No. 2
Desember, 225-255.
Fahrudin. (2019). Pentingnya Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama.Republika.
Kementrian Agama RI. (2015). Naskah Akademik Bagi Penyuluh Agama Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
Jakarta.
Mas’ud, A. (2018). Strategi Moderasi Antarumat Beragama.jakarta: Kompas.
Nugraha. (2008). Wawasan Multikultural.Bandung: BDK Bandung.
Rakhmat, C. (2008). Paradigma Konseling Berbasis Budaya: Metateori yang membumikan Konseling
dalam konteks Budaya. Pidato pengukuhan Guru Besar pada FIP UPI. Bandung : UPI.
Schwartz, S. (2007). Dua wajahIslam: moderatisme vs fundamentalismedalam wacana globa.Jakarta:
Belantika.
Shihab, A. (1999). Islam Inklusif.Bandung: Mizan.
DAFTAR PUSTAKA

More Related Content

What's hot

Hubungan etnik di Malaysia dan konsep masyarakat- kuliah 1
Hubungan etnik di Malaysia dan konsep masyarakat- kuliah 1Hubungan etnik di Malaysia dan konsep masyarakat- kuliah 1
Hubungan etnik di Malaysia dan konsep masyarakat- kuliah 1Yokhanah Palani
 
Cabaran cabaran dalam mengeratkan hubungan etnik
Cabaran cabaran dalam mengeratkan hubungan etnikCabaran cabaran dalam mengeratkan hubungan etnik
Cabaran cabaran dalam mengeratkan hubungan etnikCik BaCo
 
Manusia, keragaman dan kesetaraan
Manusia, keragaman dan kesetaraanManusia, keragaman dan kesetaraan
Manusia, keragaman dan kesetaraanAfdal Zikri
 
Bab 2 konsep asas
Bab 2 konsep asasBab 2 konsep asas
Bab 2 konsep asasFarid Hasan
 
Hubungan etnik presentation bab1
Hubungan etnik presentation bab1Hubungan etnik presentation bab1
Hubungan etnik presentation bab1Erwina Masir
 
Struktur majemuk masyarakat indonesia
Struktur majemuk masyarakat indonesiaStruktur majemuk masyarakat indonesia
Struktur majemuk masyarakat indonesiaHIMA KS FISIP UNPAD
 
Bab 1(hubungan etnik)
Bab 1(hubungan etnik)Bab 1(hubungan etnik)
Bab 1(hubungan etnik)kim rae KI
 
Bab 2 konsep asas hubungan etnik
Bab 2 konsep asas hubungan etnikBab 2 konsep asas hubungan etnik
Bab 2 konsep asas hubungan etnikFarid Hasan
 
konsep-konsep asas hubungan etnik
konsep-konsep asas hubungan etnikkonsep-konsep asas hubungan etnik
konsep-konsep asas hubungan etnikRaJa MakSum
 
Konsep Asas Etnik, Budaya, Masyarakat, Perpaduan
Konsep Asas Etnik, Budaya, Masyarakat, PerpaduanKonsep Asas Etnik, Budaya, Masyarakat, Perpaduan
Konsep Asas Etnik, Budaya, Masyarakat, Perpaduankhatijah1889
 
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDHakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDFox Broadcasting
 
MALAYSIA : KESEPADUAN DAN KEPELBAGAIAN
MALAYSIA : KESEPADUAN DAN KEPELBAGAIANMALAYSIA : KESEPADUAN DAN KEPELBAGAIAN
MALAYSIA : KESEPADUAN DAN KEPELBAGAIANwan izzati
 
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan Manusia, Keragaman dan Kesetaraan
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan pjj_kemenkes
 
manusia dan kebudayaan
manusia dan kebudayaanmanusia dan kebudayaan
manusia dan kebudayaanambonman12
 
Kesetaraan dalam keberagaman
Kesetaraan dalam keberagamanKesetaraan dalam keberagaman
Kesetaraan dalam keberagamanSanti Cristina
 
Dialog peradaban di malaysia CTU551
Dialog peradaban di malaysia CTU551Dialog peradaban di malaysia CTU551
Dialog peradaban di malaysia CTU551Ahmad Izzuddin
 
Materi diksa- wawasan-budaya
Materi diksa- wawasan-budayaMateri diksa- wawasan-budaya
Materi diksa- wawasan-budayaR Enroll
 
Fidelia museh 780912125042001 hbef1503 sosiologi masyarakat & ketamadunan
Fidelia museh 780912125042001 hbef1503 sosiologi masyarakat & ketamadunanFidelia museh 780912125042001 hbef1503 sosiologi masyarakat & ketamadunan
Fidelia museh 780912125042001 hbef1503 sosiologi masyarakat & ketamadunanFidelia Museh
 

What's hot (20)

Hubungan etnik di Malaysia dan konsep masyarakat- kuliah 1
Hubungan etnik di Malaysia dan konsep masyarakat- kuliah 1Hubungan etnik di Malaysia dan konsep masyarakat- kuliah 1
Hubungan etnik di Malaysia dan konsep masyarakat- kuliah 1
 
Cabaran cabaran dalam mengeratkan hubungan etnik
Cabaran cabaran dalam mengeratkan hubungan etnikCabaran cabaran dalam mengeratkan hubungan etnik
Cabaran cabaran dalam mengeratkan hubungan etnik
 
Manusia, keragaman dan kesetaraan
Manusia, keragaman dan kesetaraanManusia, keragaman dan kesetaraan
Manusia, keragaman dan kesetaraan
 
Bab 2 konsep asas
Bab 2 konsep asasBab 2 konsep asas
Bab 2 konsep asas
 
Hubungan etnik presentation bab1
Hubungan etnik presentation bab1Hubungan etnik presentation bab1
Hubungan etnik presentation bab1
 
Struktur majemuk masyarakat indonesia
Struktur majemuk masyarakat indonesiaStruktur majemuk masyarakat indonesia
Struktur majemuk masyarakat indonesia
 
Bab 1(hubungan etnik)
Bab 1(hubungan etnik)Bab 1(hubungan etnik)
Bab 1(hubungan etnik)
 
Bab 2 konsep asas hubungan etnik
Bab 2 konsep asas hubungan etnikBab 2 konsep asas hubungan etnik
Bab 2 konsep asas hubungan etnik
 
konsep-konsep asas hubungan etnik
konsep-konsep asas hubungan etnikkonsep-konsep asas hubungan etnik
konsep-konsep asas hubungan etnik
 
Konsep Asas Etnik, Budaya, Masyarakat, Perpaduan
Konsep Asas Etnik, Budaya, Masyarakat, PerpaduanKonsep Asas Etnik, Budaya, Masyarakat, Perpaduan
Konsep Asas Etnik, Budaya, Masyarakat, Perpaduan
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDHakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
 
MALAYSIA : KESEPADUAN DAN KEPELBAGAIAN
MALAYSIA : KESEPADUAN DAN KEPELBAGAIANMALAYSIA : KESEPADUAN DAN KEPELBAGAIAN
MALAYSIA : KESEPADUAN DAN KEPELBAGAIAN
 
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan Manusia, Keragaman dan Kesetaraan
Manusia, Keragaman dan Kesetaraan
 
Bab 2 -konsep budaya)
Bab 2 -konsep budaya)Bab 2 -konsep budaya)
Bab 2 -konsep budaya)
 
manusia dan kebudayaan
manusia dan kebudayaanmanusia dan kebudayaan
manusia dan kebudayaan
 
Kesetaraan dalam keberagaman
Kesetaraan dalam keberagamanKesetaraan dalam keberagaman
Kesetaraan dalam keberagaman
 
Dialog peradaban di malaysia CTU551
Dialog peradaban di malaysia CTU551Dialog peradaban di malaysia CTU551
Dialog peradaban di malaysia CTU551
 
Materi diksa- wawasan-budaya
Materi diksa- wawasan-budayaMateri diksa- wawasan-budaya
Materi diksa- wawasan-budaya
 
Fidelia museh 780912125042001 hbef1503 sosiologi masyarakat & ketamadunan
Fidelia museh 780912125042001 hbef1503 sosiologi masyarakat & ketamadunanFidelia museh 780912125042001 hbef1503 sosiologi masyarakat & ketamadunan
Fidelia museh 780912125042001 hbef1503 sosiologi masyarakat & ketamadunan
 

Similar to MODERASI BERAGAMA DALAM KERAGAMAN

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptAskaria Jonison
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptAskaria Jonison
 
Multikulturalisme di Indonesia dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat
Multikulturalisme di Indonesia dan Pengaruhnya Bagi MasyarakatMultikulturalisme di Indonesia dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat
Multikulturalisme di Indonesia dan Pengaruhnya Bagi MasyarakatAnissatul Mukhoiriyah
 
Manusia,keragaman dan kesederajatan.
Manusia,keragaman dan kesederajatan. Manusia,keragaman dan kesederajatan.
Manusia,keragaman dan kesederajatan. Alfin Fajar
 
keragaman dan kesetaraan.pptx
keragaman dan kesetaraan.pptxkeragaman dan kesetaraan.pptx
keragaman dan kesetaraan.pptxArdianAlaziz
 
METODE ILMIAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH.pptx
METODE ILMIAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH.pptxMETODE ILMIAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH.pptx
METODE ILMIAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH.pptxArdianAlaziz
 
Konseling lintas sosial
Konseling lintas sosialKonseling lintas sosial
Konseling lintas sosialSarahBela25
 
Hubungan Etnik Bab 1 Konsep Asas Hubungan Etnik
Hubungan Etnik Bab 1   Konsep Asas Hubungan EtnikHubungan Etnik Bab 1   Konsep Asas Hubungan Etnik
Hubungan Etnik Bab 1 Konsep Asas Hubungan EtnikWanBK Leo
 
Sosiologi (masyarakat multikultural)
Sosiologi (masyarakat multikultural)Sosiologi (masyarakat multikultural)
Sosiologi (masyarakat multikultural)MY WORLD
 
Makalah Multikuturalisme
Makalah MultikuturalismeMakalah Multikuturalisme
Makalah MultikuturalismeJuwita Yulianto
 
keanekaragaman Budaya
keanekaragaman Budayakeanekaragaman Budaya
keanekaragaman BudayaDini Saputri
 
Makalah pluralisme
Makalah pluralismeMakalah pluralisme
Makalah pluralismeasky M
 

Similar to MODERASI BERAGAMA DALAM KERAGAMAN (20)

Bab i23 fix
Bab i23 fixBab i23 fix
Bab i23 fix
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
 
Modul 2 kb 2
Modul 2 kb 2Modul 2 kb 2
Modul 2 kb 2
 
Multikulturalisme di Indonesia dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat
Multikulturalisme di Indonesia dan Pengaruhnya Bagi MasyarakatMultikulturalisme di Indonesia dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat
Multikulturalisme di Indonesia dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat
 
Manusia,keragaman dan kesederajatan.
Manusia,keragaman dan kesederajatan. Manusia,keragaman dan kesederajatan.
Manusia,keragaman dan kesederajatan.
 
keragaman dan kesetaraan.pptx
keragaman dan kesetaraan.pptxkeragaman dan kesetaraan.pptx
keragaman dan kesetaraan.pptx
 
METODE ILMIAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH.pptx
METODE ILMIAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH.pptxMETODE ILMIAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH.pptx
METODE ILMIAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH.pptx
 
Makalah multikultural
Makalah multikulturalMakalah multikultural
Makalah multikultural
 
Budaya konteks multikultural
Budaya konteks multikulturalBudaya konteks multikultural
Budaya konteks multikultural
 
Konseling lintas sosial
Konseling lintas sosialKonseling lintas sosial
Konseling lintas sosial
 
Hubungan Etnik Bab 1 Konsep Asas Hubungan Etnik
Hubungan Etnik Bab 1   Konsep Asas Hubungan EtnikHubungan Etnik Bab 1   Konsep Asas Hubungan Etnik
Hubungan Etnik Bab 1 Konsep Asas Hubungan Etnik
 
Makalah multikulturalisme
Makalah multikulturalismeMakalah multikulturalisme
Makalah multikulturalisme
 
Makalah multikultural
Makalah multikulturalMakalah multikultural
Makalah multikultural
 
Sosiologi (masyarakat multikultural)
Sosiologi (masyarakat multikultural)Sosiologi (masyarakat multikultural)
Sosiologi (masyarakat multikultural)
 
Manusia, Keseragaman dan Kesederajatan
Manusia, Keseragaman dan KesederajatanManusia, Keseragaman dan Kesederajatan
Manusia, Keseragaman dan Kesederajatan
 
Makalah Multikuturalisme
Makalah MultikuturalismeMakalah Multikuturalisme
Makalah Multikuturalisme
 
keanekaragaman Budaya
keanekaragaman Budayakeanekaragaman Budaya
keanekaragaman Budaya
 
Makalah multikulturalisme
Makalah multikulturalismeMakalah multikulturalisme
Makalah multikulturalisme
 
Makalah pluralisme
Makalah pluralismeMakalah pluralisme
Makalah pluralisme
 

Recently uploaded

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

MODERASI BERAGAMA DALAM KERAGAMAN

  • 1. 3 3 3 3 3 3 45 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia dalam Negara Kesatuan RepublikIndonesia memiliki keragaman, mencakup beraneka ragam etnis, bahasa, agama, budaya,dan status sosial. Keragaman dapat menjadi ”integrating force” yang mengikat kemasyarakatan namun dapat menjadi penyebab terjadinya benturan antar budaya, antar ras, etnik, agama dan antar nilai-nilai hidup. Keragaman budaya (multikultural) merupakan peristiwa alami karena bertemu- nya berbagai budaya, berinteraksinya beragam MODERASI BERAGAMA DALAM KERAGAMAN INDONESIA RELIGIOUS MODERATION IN INDONESIA’S DIVERSITY Agus Akhmadi Balai Diklat Keagamaan Surabaya agusakhmadi63@gmail.com Bangsa Indonesia adalah masyarakat beragam budaya dengan sifat kemajemukannya. Keragaman mencakup perbedaan budaya, agama, ras, bahasa, suku, tradisi dan sebagainya. Dalam masyarakat multibudaya yang demikian, sering terjadi ketegangan dan konflik antar kelompok budaya dan berdampak pada keharmonisan hidup. Tujuan penulisan ini adalah membahas keragaman budaya bangsa Indonesia, moderasi beragama dalam keragaman dan peran penyuluh agama dalam mewujudkan kedamaian bangsa Indonesia. Metode yang digunakan adalah penelitian pustaka. Kesimpulan kajian ini adalah bahwa dalam kehidupan multikultural diperlukan pemahaman dan kesadaran multibudaya yang menghargai perbedaan, kemajemukan dan kemauan berinteraksi dengan siapapun secara adil. Diperlukan sikap moderasi beragama berupa pengakuan atas keberadaan pihak lain, memiliki sikap toleran, penghormatan atas perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak dengan cara kekerasan. Diperlukan peran pemerintah, tokoh masyarakat, dan para penyuluh agama untuk mensosialisasikan, menumbuhkembangkan moderasi beragama kepada masyarakat demi terwujudnya keharmonisan dan kedamaian. Kata Kunci : Multikultural, Moderasi beragama, Penyuluh agama. ABSTRAK ABSTRACT The Indonesian is multicultural country. It’s diversity includes differences in culture, religion, race, language, ethnicity, tradition and others. In a such multicultural society, there are frequent tensions and conflicts among cultural groups and have impacts on harmony in life. The purpose of this paper is to discuss the diversity of Indonesian culture, its religious moderation in the diversity and role of religious educators in realizing Indonesian national peace. The method used is a library research. The conclusion of this study is that multicultural life requires multicultural understanding and awareness that respects diversity, and willingness to interact with anyone fairly. A religious attitude of moderation is needed in the form of recognition of the existence of other parties, being tolerant, respecting differences of opinion and not forcing the will through violence. The role of the government, community leaders, and religious guidance is needed to socialize, develop religious moderation to the community for the sake of the realization of harmony and peace. Keywords : Multicultural, Religious moderation, Religious guidance. individu dan kelompok dengan membawa perilaku budaya, memiliki cara hidup berlainan dan spesifik. Keragaman seperti keragaman budaya, latar belakang keluarga, agama, danetnis tersebut saling berinteraksi dalamkomunitasmasyarakat Indonesia. Dalam komunikasi horizontal antar masyarakat, Mulyana menyebut, benturan antar suku masih berlangsung di berbagai wilayah, mulai dari sekedar stereotip dan prasangka antar suku, diskriminasi, hingga ke konflik terbuka dan pembantaian antar suku yang memakan korban jiwa (Mulyana, 2008). Persaingan antar suku
  • 2. tidak hanya di kalangan masyarakat tetapi juga dikalangan elit politik bahkan akademisi untuk menempati jabatandi berbagai instansi. Dalam masyarakat multikultural, interaksi sesama manusia cukup tinggi intensitas- nya,sehinggakemampuansosial warga masyarakat dalam berinteraksi antar manusia perlu dimiliki setiap anggota masyarakat. Kemampuan tersebut menurut Curtis, mencakup tiga wilayah, yaitu : affiliation (kerja sama), cooperation and resolution conflict (kerjasama dan penyelesaian konflik), kindness, care and affection/ emphatic skill (keramahan, perhatian, dan kasih sayang). (Curtis, 1988). Keragaman suku, ras, agama, perbedaan bahasa dan nilai-nilai hidup yang terjadi di Indonesia sering berbuntut berbagai konflik. Konflik di masyarakat yang bersumber pada kekerasan antar kelompok yang meledak secara sporadis di berbagai kawasan di Indonesia menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam Negara-Bangsa Indonesia, betapa kentalnya prasangka antara kelompok dan betapa rendahnya saling pengertian antar kelompok. Konflik berbasis kekerasan di Indonesia seringkali berakhir menjadi bencana kemanusiaan yang cenderung berkembang dan meluas baik dari jenis maupun pelakunya. Hal ini yang menjadikan proses penanganan konflik membutuhkan waktu lama dengan kerugian sosial, ekonomi, dan politik yang luar biasa. Berdasarkan masalah-masalah yang datang silih berganti ini, Indonesia bisa masuk dalam situasi darurat kompleks. Konflik dan kekerasan sudah masuk dalam berbagai lingkungan masyarakat. Faktor pemicu tindak-tindak kekerasan yang selama ini terjadi seringkali merupakan muara terjadinya konflik yang tertangani secara keliru. Konflik merupakan penyebab bagi kekerasan, karena dibalik setiap bentuk kekerasan terdapat konflik yang belum terselesaikan. Konflik telah mencapai titik kekerasan dapat dipastikan karena konflik telah tertangani secara keliru atau konflik telah diabaikan(Sutanto, 2005). Budaya kekerasan berfokus pada anggapan bahwa konflik sebagai perusak atau peng- hancur. Konflik dipandang sebagai pergulatan yang baik dan jahat, hitam dan putih, kemenangan dan kekalahan, keuntungan dan kerugian. Konflik dapat dianggap sebagai penyebab niscaya bagi kekerasan, jika keberadaannya dipersepsikan negatif dan diselesaikan dengan cara kompetitif. Oleh karena itu perlu diusahakan agar konflik ditangani lebih serius untuk menciptakan ke damaiandi masyarakat. Dalam kontek kemasya-rakatan, pengendalian terhadap perilakukonflik ada yangdilakukansecara ketat tetapi ada pula yang mengembangkan pendekatan edukatif. Sebagaicontoh, dalam dunia pendidikan terdapat tiga pendekatanedukatifyang umum diterapkan untuk mengatasi konflik pelajar, yaitu : [1] pendidikan damai yang di- integrasikan dengan kurikulum sekolah,[2]latihanpenyelesaian konflik secara konstruktif, dan [3] mediasi dan negosiasi oleh teman sebaya (Gerstein & Moeschberger, 2003). Model penyelesaian konflik tersebut efektif, di antaranya dapat meningka- tkan pengetahuan pelajar dalam menyelesai- kan konflik secara konstruktif, lebih bersikap prososial, dan dapat menghindari sebagai korban dari tindak kekerasan (Laursen, Finkelstein, Betts, 2001). Bagi para penyuluh agama sebagai pelayan publik, maka fenomena keragaman budaya mengharuskan para penyuluh memahami pengetahuan dankesadaran multikultural, sehingga memiliki kompetensi dalam menghadapi perbedaan, sekecil apapun perbedaan kelompok binaannya. Penyuluh perlu meningkatkan persepsi mereka, mencukupkan diri dengan pengetahuan tentang keragaman budaya, memahami adanya 3 3 3 3 3 3 46 Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019 Kesadaran dan pemahaman tentang keragaman budaya (multi-kultural) khususnya keragaman beragama semakin dibutuhkan masyarakat. Penyuluh agama sebagai pelayan public selayaknya memiliki kompetensi dan melakukan gerakan moderasi untukmeningkatkan kedamaian umat.
  • 3. bentuk-bentuk diskriminasi, stereotip dan rasisme yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat multikultural, para penyuluh diharapkan dapat menjadi fasilitator perubahan dan ahli dalam mengatasi konflik dan melakukan konsultasi kepada pihak-pihak yang terkait untuk meningkatkan keharmonisan kelompok binaannya. Dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan publik terhadap beragam kelompok masyarakat, maka penyuluh dihadapkan dengan jangkauan layanan yang lebih luas, sehingga perlu memahami multikultural sehingga dapat lebih efektif dalam pelayananpublik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka fokus kajian artikel ini adalah kesadaran dan pemahaman tentang keragaman budaya, moderasi beragama dan peran yang dimainkan para penyuluh agama untuk membangun keharmonisan beragama pada masyarakat Indonesia yang multikultur. B. Permasalahan Fokus kajian ini adalah tentang keragaman budaya bangsa Indonesia, bagai- mana moderasi beragama dalam keragaman bangsa Indonesia dan bagaimana peran penyuluh agama dalam mewujudkan keharmonisan hidup bangsa Indonesia. C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah memahami keragaman budaya pada bangsa Indonesia, bagaimana moderasi dalam keragaman bangsa Indonesia dan bagaimana peran penyuluh agama dalam keragamanbangsa Indonesia. D. Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan adalah tersedia- nya kajian tentang keragaman budaya bangsa Indonesia, sikap moderasi dalam keragaman bangsa Indonesia dan peran penyuluh agama dalam kehidupan keragaman Indonesia. KAJIAN TEORI A. Multikultural (Keragaman) bangsa Indonesia Indonesia dengan keanekaragaman budaya, agama, suku, bahasa yang dimilikinya menunjuk- kan sebagai salah satu bangsa yang memiliki masyarakat multikultural. Keanekaragaman menjadi rahmat tersendiri jika dikelola dengan baik, menjadi keunikan dan kekuatan, namun pluralitas demikian dapat menjadi tantangan jika tidak disikapi dengan bijak dan arif, dapat menjadi ancaman perpecahan dan perseteruan yang dapat mengoyakkeamanan sosial. Keragaman budaya merupakan peristiwa alami karena bertemunya berbagai perbedaan budaya di suatu tempat, setiap individu dan kelompok suku bertemu dengan membawa perilaku budaya masing-masing, memiliki cara yang khas dalam hidupnya. Konsep multibudaya berbeda dengan konsep lintas budaya sebagai- mana pengalaman bangsa Amerika yang beragam budaya karena hadirnya beragam budaya dan berkumpul dalam suatu negara. Dalam konsep multibudaya perbedaan individu meliputi cakupan makna yang luas, sementara dalam konsep lintas budaya perbedaan etnis yang menjadi fokus perhatian. Multikulturalisme secara kebahasaan dapat dipahami dengan paham banyak kebudayaan. Kebudayaan dalam pengertian sebagai idiologi dan sekaligus sebagai alat menuju derajat kemanusiaan tertinggi. Maka untuk itu penting melihat kebudayaan secara fungsional dan secara operasional dalam pranata-pranata sosial. Secara istilah dikenal multikulturalisme deskriptif dan multikulturalisme normatif. Multi- kulturalisme deskriptif adalah kenyataan sosial yang mencerminkan adanya kemajemukan (pluralistik). Sedangkan multikulturalisme normatif berkaitan dengan dasar-dasar moral, yaitu adanya ikatan moral dari para warga dalam lingkup negara/ bangsa untuk melakukan sesuatu yang menjadi kesepakatan bersama (Nugraha, 2008), dan multikulturalisme normatif itulah tampaknya yang kini dikembangkan di Indonesia. Muzhar dalam Darlis, 2017, memandang 3 3 3 3 3 3 47 Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
  • 4. multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembang- kan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggaan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut. Konsep multikulturalisme tidak asing di dunia Islam, setidaknya memiliki pengalaman historis yang menguatkan bahwa Islam meng- hargai keragaman, sebagaimana dipraktikan Rasul dalampemerintahan Madinah. Multikultralisme memiliki relevansi dengan ajaran Islam antaralaindalam toleransi, perdamaian dan keadilan. a] Toleransi, sebagaimana Al-Qur’an Surat Al Hujuraat : 13 yang menegaskan bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan ber- macam-macam suku bangsa agar manusia saling mengenal. Bahwa perbedaan tidak boleh menjadi ajang konflik, karenanya harus dihargai. Dengan saling mengenal maka jalan menuju kehidupan multikultural akan terbuka. b] Perdamaian. Islam berasal dari akar kata ”al-Salam ” yang berarti perdamaian. Islam mengajak umatnya untuk melakukan dan menyebarkan perdamaian di muka bumi. Dalam QS al-Baqarah [2] : 208, ”Udkhulu fi al-silmi kaffah ” - yang selama ini sering diterjemahkan ”masuklah ke dalam agama Islam secara kaffah”- jika meng-gunakan konsep multikultural ada yang melakukan reorentasi pemahaman yang mendekati konsep multi- kulturalisme yaitu dengan menyatakannya sebagai kebersediaan untuk masuk ke dalam perdamaian secara kaffah (total). Makna ini berbeda dengan makna secara literer yang menegaskan perbedaan secara sepihak, danmenafikan keberadaan entitas lain dalam kehidupan. c] Keadilan. Multikultural menekankan berlaku adil dalam memandang dan bersikap terhadap orang atau kelompok lain. Al-Qur’an (Surat al-Maidah [5] : 8) ”Danjanganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil ”. Ayat ini mengajak untuk berlaku adil sekalipun terhadap orang atau kelompok yang memusuhi kita. Berlaku adil maksudnya hendak- lah kita tetap berlaku ”obyektif” terhadap mereka. Jika prinsip ini menjadi ruh kehidupan kita, maka kehidupan multi-kultural akan dapat terwujud. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang pluralistik dan memiliki dua modalitas penting yang membentuk karakter- nya yang multikultural, yaitu demokrasi dan kearifan lokal (local wisdom) sebagai nilai yang dipercaya dan dipahami dapat menjaga kerukunanumat beragama. Dalam keragaman bangsa Indonesia, secara historis dan sosiologis agama Islam dianut mayoritas bangsa Indonesia, namun jika dilihat tingkat provinsi atau daerah, misalnya kabupaten/ kota maka terdapat agama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghuchu yang menjadi mayoritas di lingkungan tersebut. Fakta dan data keragaman agama- agama di Indonesia menunjukkan bahwa keragaman agama ini merupakan mozaik yang memperkaya khazanah kehidupan keagamaan di Indonesia, namun di sisi lain keragaman agama juga mengandung potensi ancaman bagi persatuan Negara Republik Indonesia. Disinilah diperlu- kan keterlibatan seluruh warga masyarakat dalam mewujudkan kedamaian. Tugas untuk menyadarkan masyarakat tentang multikultural ini tidaklah mudah, bahkan membangun kesadaran kalangan masyarakat bahwa kebhinekaan adalah sebuah keniscayaan sejarah. Menanamkan sikap yang adil dalam menyikapi kebinekaan adalah perkara yang lebih sulit, karena, penyikapan terhadap kebhinekaan kerap berimpitan dengan pelbagai kepentingan sosial, ekonomi, dan politik. Indonesia sebagai sebuah Negara multi- kultural dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia dan memiliki keragaman etnik, budaya, bahasa, dan agama juga menjadi masalah untuk terwujudnya keharmonisan dan kenyamanan beragama, oleh karena itu, disamping bekerja sama dengan para ahli yang mempunyai perhatian terhadap masalah multikultural, para penyuluh agama sebaiknya juga mulai memikirkan untuk memberikan 3 3 3 3 3 3 48 Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
  • 5. informasi mengenai multikulturalisme kepada berbagai lembaga, badan, dan organisasi kemasyarakatanuntukbersama-sama membangun kesadaranmulti-kultural. B. Moderasi dalam keragaman Indonesia Dalam masyarakat Indonesia yang multibudaya, sikap keberagamaan yang ekslusif yang hanya mengakui kebenaran dankeselamatan secara sepihak, tentu dapat menimbulkan gesekan antarkelompok agama. Konflik keagamaan yang banyak terjadi di Indonesia, umumnya dipicu adanya sikap keberagamaan yang ekslusif, serta adanya kontestasi antar kelompok agama dalam meraih dukungan umat yang tidak dilandasi sikap toleran, karena masing-masing meng- gunakan kekuatannya untuk menang sehingga memicu konflik. Konflik kemasyarakatan dan pemicu disharmoni masyarakat yang pernah terjadi dimasa lalu berasal dari kelompok ekstrim kiri (komunisme) dan ekstrim kanan (Islamisme). Namun sekarang ini ancaman disharmoni dan ancaman negara kadang berasal dari globalisasi dan Islamisme, yang oleh Yudi (2014 : 251) disebutnya sebagai dua fundamentalisme : pasar dan agama. Dalam kontek fundamentalisme agama, maka untuk menghindari disharmoni perlu ditumbuhkan cara beragama yang moderat, atau cara ber-Islam yang inklusif atau sikap beragama yang terbuka, yang disebut sikap moderasi beragama. Moderasi itu artinya moderat, lawan dari ekstrem, atau berlebihan dalam menyikapi perbedaan dan keragaman. Kata moderat dalam bahasa Arab dikenal dengan al-wasathiyah sebagaimana terekam dari QS.al-Baqarah [2] : 143. Kata al-Wasath bermakana terbaik dan paling sempurna. Dalam hadis yang juga disebutkan bahwa sebaik-baik persoalan adalah yang berada di tengah-tengah. Dalam melihat dan menyelesaikan satu persoalan, Islam moderat mencoba melaku- kan pendekatan kompromi dan berada di tengah- tengah, dalam menyikapi sebuah perbedaan, baik perbedaan agama ataupun mazhab, Islam moderat mengedepankan sikap toleransi, saling menghargai, dengan tetap meyakini kebenaran keyakinan masing-masing agama dan mazhab, sehingga semua dapat menerima keputusan dengan kepala dingin, tanpa harus terlibat dalam aksi yang anarkis. (Darlis, 2017) Dengan demikian moderasi beragama merupakan sebuah jalan tengah di tengah keberagaman agama di Indonesia. Moderasi merupakan budaya Nusantara yang berjalan seiring, dan tidak saling menegasikan antara agama dan kearifan lokal (local wisdom). Tidak saling mempertentangkan namun mencari penyelesaian dengantoleran. Dalam kontek beragama, memahami teks agama saat ini terjadi kecenderungan terpolarisasinya pemeluk agama dalam dua kutub ekstrem. Satu kutub terlalu mendewakan teks tanpa menghiraukan sama sekali kemampuan akal/ nalar. Teks Kitab Suci dipahami lalu kemudian diamalkan tanpa memahami konteks. Beberapa kalangan menyebut kutub ini sebagai golongan konservatif. Kutub ekstrem yang lain, sebaliknya, yang sering disebut kelompok liberal, terlalu mendewakan akal pikiran sehingga mengabaikan teks itu sendiri. Jadi terlalu liberal dalam memahami nilai- nilai ajaranagama juga sama ekstremnya. Moderat dalam pemikiran Islam adalah mengedepankan sikap tolerandalam perbedaan. K e t e r b u k a a n m e ne r i m a keberagamaan (inklusivisme). Baik beragam dalam mazhab maupun beragam dalam beragama. Perbedaan tidak menghalangi untuk menjalin kerja sama, dengan asas kemanusiaan (Darlis, 2017). Meyakini agama Islam yang paling benar, tidak berarti harus melecehkan agama orang lain. Sehingga akan terjadilah persaudaraan dan persatuan anatar agama, sebagaimana yang pernah terjadi di Madinahdi bawahkomando RasulullahSAW. Moderasi harus dipahami ditumbuh- kembangkan sebagai komitmen bersama untuk menjaga keseimbangan yang paripurna, di mana setiap warga masyarakat, apapun 3 3 3 3 3 3 49 Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
  • 6. suku, etnis, budaya, agama, dan pilihan politik- nya mau saling mendengarkan satu sama lain serta saling belajar melatih kemampuan mengelola dan mengatasi perbedaan di antara mereka. Untuk mewujudkan moderasi tentu harus dihindari sikap inklusif. Menurut Shihab bahwa konsep Islam inklusif adalah tidak hanya sebatas pengakuan akan kemajemukan masyarakat, tapi jugaharus diaktualisasikan dalam bentuk keterlibatan aktif terhadap kenyataan tersebut. Sikap inklusiv-isme yang dipahami dalam pemikiran Islam adalah memberikan ruang bagi keragaman pemikiran, pemahaman dan perpsepsi keislaman. Dalam pemahaman ini, kebenaran tidak hanya terdapat dalam satu kelompok saja, melain- kan juga ada pada kelompok yang lain, termasuk kelompok agama sekalipun. Pemahaman ini berangkat dari sebuah keyakinan bahwa pada dasarnya semua agama membawa ajaran keselamatan. Perbedaan dari satu agama yang dibawah seorang nabi dari generasi ke generasi hanyalahsyariat saja (Shihab, 1999). Jadi jelas bahwa moderasi beragama sangat erat terkait dengan menjaga kebersamaan dengan memiliki sikap ‘tenggang rasa’, sebuah warisan leluhur yang mengajarkan kita untuk saling memahami satu sama lain yang berbeda dengan kita. Seruanuntukselalu menggaungkanmoderasi, mengambil jalan tengah, melalui perkataan dan tindakan bukan hanya menjadi kepedulian para pelayan publik seperti penyuluh agama, atau warga Kementerian agama namun seluruh warga negara Indonesia saja dan seluruh umat manusia, sehingga tidak sampai menimbulkan peristiwa sebagai penembakan di masjid Selandia Baru yang menewaskan 50 jamaah salat jum’at. Berbagai konflik dan ketegangan antar umat manusia dalam keragaman agama, suku, faham dan sebagainya telah memunculkan ketetapan internasional lewat Perserikatan Bangsa Bangsa yang menetapkan tahun 2019 ini sebagai ”Tahun Moderasi Internasional” (The International Year of Moderation). Penetapan ini jelas sangat relevandengan komitmen Kementerian Agama untuk terus menggaungkan moderasi beragama. Agama menjadi pedoman hidup dan solusi jalan tengah (the middle path) yang adil dalam menghadapi masalah hidup dan kemasyarakatan, agama menjadi cara pandang dan pedoman yang seimbang antara urusan dunia dan akhirat, akal dan hati, rasio dan norma, idealisme dan fakta, individu dan masyarakat. Hal sesuai dengan tujuan agama diturunkan ke dunia ini agar menjadi tuntunan hidup, agama diturunkan ke bumi untuk menjawab berbagai persoalan dunia, baik dalam skala mikro maupun makro, keluarga (privat)maupun negara (publik). C. Peran penyuluh agama Penyuluh agama merupakan salah satu jabatan fungsional di Kementerian Agama Republik Indonesia. Penyuluh Agama adalah ujung tombak pemerintah dalam menyampaikan pesan-pesan agama maupun pesan-pesan program pemerintah. Peran penyuluh agama dalam masyarakat sangat penting karena sebagian masyarakat masih memandang pentingnya sosok ideal sebagai figur atau patron dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu penyuluh agama memiliki potensi untuk didudukkan sebagai figur atau tokohagama di masyarakat. Menurut teori strukturisasi, eksistensi penyuluh agama dapat dilihat sebagai agen yang dapat membentuk struktur dalam masyarakat. Aktifitas para penyuluh agama melalui praktik atau tindakan yang berulang- ulang akan menjadi contoh atau sebagai aktor. Penyuluh agama sebagai agen akan mengem- bangkan kebiasaan sehari-hari yang tak hanya memberikan perasaan aman kepada aktor, tetapi juga memungkinkan mereka menghadapi kehidupan sosial mereka secara efisien. Untuk menumbuhkan motivasi dan melakukan tindakan-tindakan membangun kesadaran dan sikap moderasi beragama tersebut, penyuluh agama diharapkan berfungsi sebagai : 1] informatif dan edukatif; penyuluh agama memposisikan sebagai juru dakwah yang 3 3 3 3 3 3 50 Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
  • 7. berkewajiban mendakwahkan ajaran agamanya, menyampaikan penerangan agama dan mendidik masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai ajaran agama 2] Fungsi Konsultatif : penyuluh agama menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan memecah-kan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, baik secarapribadi, keluarga maupun sebagai masyarakat umum.3] Fungsi administratif: penyuluh agama memiliki tugas untuk merencanakan, melaporkan dan mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan dan bimbingan yang telahdilakukannya(Amirulloh, 2016). Untuk menjalankan fungsi penyuluh agama secara optimal, maka dalam naskah akademik (Kementerian Agama RI, 2015) disebut- kan pokok pokok kemampuan yang diperlukan, yaitu : 1] Kemampuan untuk mengidentifikasi dan memonitor variabel-variabel dan isu-isu penting bagi vitalitas masyarakat (sebagai- mana fungsi tersebut dilakukan misalnya isu demografis, ekonomi, pelayanan manusia, lingkungan dan lain-lain) dan kemampuan untuk menggunakan dan menerapkan variabel-variabel dalam memprioritaskan program, perencanaan dan penyerahan atau disebut Proses aksi sosial 2] kesadaran, komitmen dan kemampuan termasuk rasa memiliki terhadap berbagai budaya yang berbeda, asumsi-asumsi, norma-norma, kepercayaan dan nilai-nilai multi-budaya, atau Keanekaragaman budaya. 3] Kemampuan merencanakan, mendesain, penerapan, meng- evaluasi, menghitung dan menjual program penyuluhan untuk memperbaiki mutu hidup sasaran penyuluhan atau Pemograman bidang penyuluhan. 4] Kemampuan untuk mengenali, memahami, memudahkan peluang dan sumber daya yang diperlukan sebagai respon terbaik terhadap kebutuhan dari individu dan masyarakat binaan (Perikatan). 5] Menguasai keterampilan berkomunikasi baik lisan dan tulisan, penerapan teknologi dan metode-metode penyuluhan untuk mendukung program-program penyuluhan dalam memandu perubahan perilaku kelompok sasaran penyuluhan (Penyampaian pendidikandaninformasi).6] Kemampuaninteraksi yang efektif dengan individu dan kelompok binaan yang beragam untuk mewujudkan kerja- sama, membangun jaringan dan sistem dinamis (Hubungan antara pribadi). 7] Pemahaman sejarah, filsafat dan karakteristik dari penyuluhan (Pengetahuan tentang organisasi) 8] Kemampuan untuk mempengaruhi individu dan kelompok- kelompok binaan yang berbeda secara positif, atau pengelolaan organisasi penyuluh 9] kemam- puan untuk menetapkan struktur, mengorganisir proses, pengembangan, dan memonitor sumber daya serta memimpin perubahan untuk mem- peroleh hasil-hasil penyuluhan secara efektif dan efisien atau fungsi kepemimpinan. 10] Kemampuan memperagaan perilaku yang mencerminkan tingginya tingkat dari kinerja penyuluh, mencerminkan etika kerja yang kuat, komitmen untuk pendidikan berkesinambungan sesuai visi, misi dan sasaran penyuluhan dalam rangka meningkatkan efektifitas individu dan organisasi (Profesionalisme). Menurut Fahrudin, 2019, dalam upaya mewujudkan keharmonisan hidup berbangsa dan beragama, maka membutuhkan moderasi beragama, yaitu sikap beragama yang sedang atau di tengah-tengah dan tidak berlebihan. Tidak mengklaim diri atau kelompoknya yang paling benar, tidakmenggunakanlegitimasi teologis yang ekstrem, tidak menggunakan paksaan apalagi kekerasan, dan netral dan tidak ber- afiliasi dengan kepentingan politik atau kekuatan tertentu. Sikap moderasi tersebut perlu disosialisasikan, dididikkan, ditumbuh-kembang- kan dengan suri teladan para penyuluh agama. Para penyuluh dapat memposisikan diri ikut ambil bagian dalam moderasi beragama, yang menghadirkan kedamaian beragama pada setiap kegiatan penyuluhannya. Bangunan masyarakat yang toleran, damai perlu dioptimal- kan oleh para penyuluh melalui kegiatan atau tahapan : melakukan perencanaan kegiatan, mengorganisir kegiatan, melaksanakan kegiatansertamelakukanmonitoring untuk evaluasi program moderasi beragama. PEMBAHASAN Bangsa Indonesia sudah terkenal dengan 3 3 3 3 3 3 51 Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
  • 8. 3 3 3 3 3 3 52 keragaman budaya dan dengan sifat kemajemu- kannya. Kemajemukan bangsa Indonesia tampak dari keragaman budaya, agama, ras, bahasa, suku, tradisi dansebagainya sehingga berpredikat sebagai bangsa yang multikultural. Masyarakat multikultural terdiri dari masyarakat negara, bangsa, daerah, atau lokasi geografis seperti kota atau kampung, yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Masyarakat multikultural tidak bersifat homogen, namun memiliki karakteristik heterogen di mana pola hubungan sosial antar individu di masyarakat bersifat toleran dan menerima kenyataan untuk hidup berdampingan secara damai satu sama lain dengan perbedaan yang ada pada tiap entitas budayanya. Fenomena kehidupan damai dan harmonis tersebut ternyata tidak selalu terjadi di Indonesia, masyarakat multikultural di Indonesia tidak selamanya dapat hidup berdampingan sebagai- mana yang diharpkan. Ketegangan dan konflik sering muncul pada masyarakat Indonesia yang memiliki keragamankultur, agama, bahasa, ras dan tradisi yang berbeda, yang pada saat tertentu multikultur tersebut menjadi persoalan besar bagi keharmonisan bahkan kelangsungan bangsa. Oleh karena itu, perlu perjuangan terus menerus untuk mewujudkannya. Berbagai tragedi ketidakharmonisan masyarakat multibudaya yang pernah terjadi di Indonesia dapat terjadi akibat dari minimnya kesadaran multibudaya, rendahnya moderasi beragama, serta kekurangarifan dalam mengelola keberagaman masyarakat, yang menyebabkan terjadinya gesekan horizontal yang berujung pada perpecahan, yang semuanya menjadi pengalamanpahit bangsa Indonesia. Dalam upaya mengantisipasi terjadi- nya ketegangan dan konflik di tengah masyarakat, maka perlu pendekatan kultural dengan mem-perkuat falsafah lokal atau kearifan lokal yang mimiliki pesan-pesan luhur tentang kedamaian. Namun, solusi dengan pendekatan tersebut juga tidak selalu berhasil digunakan tanpa dibarengi dengan paham keagamaan yang tepat dan bijak, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Peran-pesan agama menjadi sesuatu yang mendasar menjadi pijakan masyarakat dalam bertingkahlaku. Sebagai masyarakat yang fanatik dengan keyakinannya,makapendekatankeagamaanmenjadi pilihan untuk membangun keharmonisan umat. Pendekatan yang dipilih tentunya sikap beragama yang damai, yang sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia yang multikultural. Dengan pendekatan ini, moderasi beragama yang ramah, toleran, terbuka, fleksibel dapat menjadi jawaban terhadap kekhawatiran konflik yang marak terjadi di tengah masyarakat mulkultural. Moderasi beragama tidak berarti bahwa mencampuradukkan kebenaran dan menghilang- kan jati diri masing-masing. Sikap moderasi tidak menistakan kebenaran, kita tetap memiliki sikap yang jelas dalam suatu persoalan, tentang kebenaran, tentang hukum suatu masalah, namun dalam moderasi beragama, kita lebih pada sikap keterbukaan menerima bahwa diluar diri kita ada saudara sebangsa yang juga memiliki hak yang sama dengan kita sebagai masyarakat yang ber- daulat dalam bingkai kebangsaan. Masing-masing orang memiliki keyakinan di luar keyakinan atau agama yang mesti kita hormati dan akui keberadaannya, untuk itu kita perlu terus menerus bertindak dan beragama dengan cara moderat. Moderasi dalam Islam telah dicontoh- kan oleh para pendahulu kita, mulai dari Nabi kita, sahabat, para ulama termasuk ulama- ulama kita adalah berlaku adil atas sesama tanpa harus melihat latarbelakang agama, ras, suku danbahasa. Dalam lingkup masing-masing agama, juga terdapat keragaman faham agama. Schwartz, 2007 menyebutkan adanya dua wajah yang merupakan manifestasi sosio- kultural ajaran Islam yang tidak bisa dilepas dari pola epistemologis yang dilaluinya yang ber- beda secara socio—kultural, pertama, wajah Islam yang ramah, bersahabat, toleran, dan inklusif yang siap berdampingan dengan para penganut keyakinan yang berbeda dan dengan sendirinya melihat perbedaan sebagai rahmat dan kedua, wajah Islam yang garang, mudah marah, tidak Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
  • 9. toleran, dan ekslusif, yang menjadi antagonis bagi wajahIslam yang pertama. Demikian juga pada kelompok kristen, terdapat juga beberapa kelompok. Mereka yang menerima pikiran-pikiran baru dalam ber- teologi ini disebut kelompok modernist dan atau liberal. Tetapi tidak semua gereja dan para pemimpin gereja, teolog dan umat Kristen menerima teori evolusi itu. Mereka menentang keras ajaran itu dengan membentengi dirinya dengan berbagai argumen Alkitabiah. Mereka yang menentang teori evolusi berargumen bahwa gereja harus loyal kepada ”dasar-dasar iman Protestan”, sebagaimana tertulis dalam Alkitab. Untuk membentengi diri dari terpaan modernismedanteori evolusionismeitu, maka para pemimpin gereja dari berbagai kelompok konservatif dan evangelikal bersatu menerbitkan sebuah buku berjudul The Fundamentals : A Testimony to the Truth, yang terbit tahun 1910. Masi ng-masing agama memi li ki kelompok fundamental yang melihat kelompok- nya yang paling benar. Latar belakang kelahiran fundamentalisme sebagaimana dibuat teolog dan ahli sejarah, GeorgeC. Marsden, yang mengatakan fundamentalisme adalah ”vangry evangelical ” adalah sangat tepat dalam konteks ini. Disamping sesama agama terdapat sikap fundamentalis, ternyata harus diakui bahwa dalam kehidupan agama-agama yang beragam juga terdapat dilema yang serius yaitu ketika anggota kelompok agama berhubungan dengan kalangan di luar komunitasnya. Dalam komunitas agama, hampir semua agama memandang pihak lain lebih rendah, bahkan cenderung mendiskredit- kan ketika berbicara komunitas di luar dirinya. Jika ini terjadi, maka ketegangan akan tercipta. Negara Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, Islam pembawa kedamaian, nilai-nilai Islam sangat mendukung terciptanyya kedamaian, maka selayaknyalah umat Islamyang rohmatanlil alamin menjadi penggerak kedamaian dan pengayom masyarakat. Disini terdapat kesadaran bahwa dalam keberagamanterdapat beragam keragaman seperti perbedaan dan keragaman faham agama. Dalam mengejawantahkan keagamaannya, masing masing memiliki kultur, bahasa, adat, dan kewajiban yang sama-sama dimiliki dan perlu dihormati. Dengan keyakinan itulah akan mengantarkan kepada sikap keterbukaan, toleran, dan fleksibel dalam bertingkah. Agama Islam yang datang ke Indonesia memang tidak dalam ruang yang hampa, datang langsung berinteraksi dengan budaya Indonesia, wajah Islam Indonesia seperti saat ini adalah cerminan dari hasil interaksi Islam dengan budaya Indonesia yang kemudian melahir- kan Islam dengantradisi NU dan Muhammadiyah. Dengan demikian perlu diupayakan adanya peningkatan kesadaran multikultural pada bangsa kita, dan seklanjutnya akan memupuk sikap moderasi beragama. Hal ini perlu dilakukan terhadap seluruh warga bangsa Indonesia baik oleh pemerintah, para tokoh-tokoh bangsa, dan para penyuluh agama yang memang ditugasi mem- berikanpenyuluhan agama. Bagaimana sikap moderat tersebut ditumbuh- kembangkan di masyarakat kita ? Setidaknya perlu menggunakan pendekatan agama dan pendekatan multikultural. Pendekatan agama didahulukan, karena keyakinan agama sangat dominan dalam kehidupan seseorang. Sikap moderat dalam beragama berasal dari konsep ”tawasuth ”, karena dalam segala aspek ajarannya Islam itu berkarakter moderat. Kita dianjurkan untuk tidak ber- lebih-lebihan dalam beragama atau bersikap ekstrim (ghuluw). Allah memerintahkan bersikap ”tawazun ” (seimbang). Dalam QS Ar-Rahman : ”Dan langit Allah tinggikan dan timbangan diletak- kan. Agar kamu jangan melampaui timbangan (keseimbangan)”. (Darlis, 2017). Dalam Risalah Jakarta disepakati bahwa konservatisme adalah sesuatu yang lumrah dalam beragama karena pemeluk agama berkewajiban memelihara keyakinan dan praktek keagamaannya. Namun yang perlu untuk dihindarkan oleh setiap pemeluk agama adalah sikap yang terlalu berlebihan dalam beragama (ultra-conservatism). Dalam Islam, sikap tidak berlebih-lebihan tersebut berangkat dari konsep al wasathiyah yang ber- 3 3 3 3 3 3 53 Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
  • 10. makna seimbang. Dalam konteks Indonesia, al wasathiyah meniscayakan keseimbangan antara ber- agama menurut teks Kitab Suci dengan penerapan- nya secara kontekstual. Pertimbangan konteks dalam beragama berangkat dari prinsip maqashid atau tujuanditetapkannya hukum Islam (Syari’ah). Moderasi Islam menjadi paham keagamaan keislaman yang mengejewantahkan ajaran Islam yang sangat esensial. Ajaran yang tidak hanya mementingkan hubungan baik kepada Allah, tapi juga yang tak kalah penting adalah hubungan baik kepada seluruh manusia. Bukan hanya pada saudara seiman tapi juga kepada saudara yang beda agama. (Kementrian Agama RI, 2015). Moderasi ini mengedepankan sikap keterbukaan terhadap perbedaan yang ada yang diyakini sebagai sunnatullah dan rahmat bagi manusia. Selain itu, moderasi Islam tercerminkan dalam sikap yang tidak mudah untuk menyalahkan apalagi sampai pada peng- kafiran terhadap orang atau kelompok yang ber- beda pandangan. Moderasi Islam lebih mengedepankan persaudaraan yang berlandaskan pada asas kemanusiaan, bukan hanya pada asas keimanan atau kebangsaan. Pemahaman seperti itu menemukan momentumnya dalam dunia Islam secara umum yang sedang dilanda krisis kemanusiaan dan Indonesia secara khusus yang juga masih mengisahkan sejumlah persoalan kemanusian akibat dari sikap yang kurang moderat dalam beragama. Konsekuensi- nya, perkembangan hukum Islam menjadi dinamis dan sesuai zaman (Fahrudin, 2019). Pendekatan kultural juga dapat diterapkan. Kearifan lokal berasal dari dua kata : arif berarti cerdik, pandai dan bijaksana (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dengan awalan”ke”dan akhiran ”an” maka berarti kearifan atau kebijaksanaan yang tumbuh yang berbeda antara satu dengan lainnya perlu diperhatikan. Kearifan lokal bermakna bijaksanaan atau nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kekayaan-kekayaan budaya lokal seperti tradisi, pepatah pepitih dan semboyan hidup’ juga perlu diperhatikan, sehingga menjadi modal dalam membangun keharmonisan. Dengan menggunakan pendekatan kearifan lokal atau local wisdom, maka beragam bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman dan wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas perlu juga diperhatikan. Namun yang perlu diperhatikan, bahwa wacana kearifan lokal juga bersandingan dengan wacana perubahan, modernisasi dan relevansinya. Hal ini karena kearifan lokal terkait dengan ekspresi kebudayaan asli dalam konteks geografis dan kultural juga selalu dituntut untuk mampu merespon perubahan-perubahanmasyarakat. Untuk itu, upaya yang dilakukan sesuai pendapat Mas’ud, (2018) perlunya mengembang- kan wawasan multikultural bagi segenap unsur dan lapisan masyarakat,serta peningkatan dialog dan kerja sama intern dan antarumat beragama dengan pemerintah dalam pembinaan kerukunanumat beragama. Berbagai bentuk kearifan lokal moderasi beragama dapat menjadi contoh, sebagai- mana pengalaman lokal Sumatera Barat : Adat Basandi Syarak (ABS) Syarak Basandi Kitabullah (SBK), Syarak Mangato Adat Memakai (Ulama memfatwakan, kaum Adat yang menjalankan), Raso jo Pareso (ulama harus memiliki raso (rasa di hati) dan pareso (teliti di otak) agar bisa merasakan dan meneliti. Disinilah dipertemukan komponen agama dan budaya dalam menyelesaikan masalah. Sehingga tanah Minang tidak ada lagi persoalan antara Islam dan adat. Kearifan Lokal inilahyang menangkalketegangandalamberagama. PENUTUP Simpulan Dalam kehidupan multikultural diperlukan pemahaman dan kesadaran multibudaya yang menghargai perbedaan, kemajemukan dan sekaligus kemauan berinteraksi dengan siapapunsecara adil. Menghadapi keragaman, maka diperlu- kan sikap moderasi, bentuk moderasi ini bisa 3 3 3 3 3 3 54 Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
  • 11. 3 3 3 3 3 3 55 berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Sikap moderasi berupa pengakuan atas keberadaan pihak lain, pemilikan sikap toleran, penghormatan atas perbedaan pendapat, dan tidak memaksakan kehendak dengan cara kekerasan. Diperlukan peran pemerintah, tokoh masyarakat, dan para penyuluh agama untuk mensosialisasikan,menumbuhkembangkan wawasan moderasi beragama terhadap masyarakat Indonesia untuk terwujudnya keharmonisan dan kedamaian. Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019 Rekomendasi Wawasan multibudaya bagi masyarakat Indonesia menjadi kebutuhan penting dalam membangun keharmonisan bangsa, sehingga perlu dilakukan pendidikan, pelatihan dan penyuluhanterhadap masyarakat. Moderasi beragama perlu ditumbuh- kan melalui sarasehan, pengajian, maupun dialog kebangsaan, sehingga menjadi sikap bangsa Indonesia.Pemerintah, melalui Kementerian Agama, Balai Diklat Keagamaan bersama penyuluh agama dapat menjadi penggerak gerakan moderasi beragama ini. [] PengembanganKompetensi PenyuluhAgama padaDitjenBimas Islam KementerianAgama RI dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama. Tangerang: Young Progressive Muslim. Darlis. (2017). Mengusung Moderasi Islam di TengahMasyarakat Multikultural. Rausyan Fikr, Vol.13 No. 2 Desember, 225-255. Fahrudin. (2019). Pentingnya Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama.Republika. Kementrian Agama RI. (2015). Naskah Akademik Bagi Penyuluh Agama Puslitbang Kehidupan Keagamaan. Jakarta. Mas’ud, A. (2018). Strategi Moderasi Antarumat Beragama.jakarta: Kompas. Nugraha. (2008). Wawasan Multikultural.Bandung: BDK Bandung. Rakhmat, C. (2008). Paradigma Konseling Berbasis Budaya: Metateori yang membumikan Konseling dalam konteks Budaya. Pidato pengukuhan Guru Besar pada FIP UPI. Bandung : UPI. Schwartz, S. (2007). Dua wajahIslam: moderatisme vs fundamentalismedalam wacana globa.Jakarta: Belantika. Shihab, A. (1999). Islam Inklusif.Bandung: Mizan. DAFTAR PUSTAKA