Dokumen tersebut membahas upaya membangun persaudaraan antarpemeluk agama melalui kerja sama. Disebutkan beberapa masalah kehidupan beragama seperti fanatisme dan takhayul yang dapat memicu kerusuhan, serta fungsi agama sebenarnya yaitu memberikan panduan hidup yang baik. Dokumen ini juga mengutip ajaran agama tentang persaudaraan dan contoh usaha dialog antaragama.
2. Masalah-masalah Kehidupan
Beragama
• Fakta Kerusuhan Antarumat Beragama
- Irlandia Utara Kerusuhan Katolik dan Protestan
- Khasmir Kerusuhan dan Perang antara Umat
Hindu dan Islam
- Timur Tengah Kekerasan terhadap penganut
Kristen.
- Afrika Kerusuhan antara Kristen dan Islam
- Eropa Intimidasi terhadap Agama minoritas
(Agama Islam)
- Indonesia Kerusuhan antarumat beragama
(Islam dan Kristen); skala kecil ataupun besar
3. Sebab-Sebab
Kerusuhan
Antarpemeluk Agama
• Agama sering diperalat atau ditunggangi demi
kepentingan lain yang bersifat politis dan ekonomis.
• Fanatisme sempit karena kurang memahami agamanya
sendiri dan agama orang lain.
• Merasa posisi dan pengaruhnya terancam karena
adanya agama lain. Merasa agama lain sebagai
saingan.
• Pencemaran simbol-simbol agama oleh pemeluk
agama lain. Hal ini sering membakar emosi massa,
karena agama sering diyakini sebagai benteng terakhir
untuk menegakkan martabat pribadi atau
kelompoknya.
4. Akibat Kerusuhan Antarpemeluk Agama
• Hilangnya banyak nyawa secara sia-sia, bahkan
nyawa orang-orang yang tidak berdosa.
• Terjadinya gelombang pengungsian, sebab
mereka takut dan sudah kehilangan segala-
galanya.
• Hancurnya sarana-sarana ibadat serta rumah-
rumah penduduk serta properti lainnya.
• Trauma yang berkepanjangan bagi mereka
yang telah mengalaminya.
• Kegiatan baik ekonomi, pendidikan, maupun
keagamaan terganggu sehingga
menyengsarakan masyarakat pada umumnya.
6. Fanatisme
• Sikap yang hanya menonjolkan agamanya sendiri
dengan kecenderungan menghina agama lain dan
mengurangi hak hidupnya
• Fanatisme sering mengarah ke dominasi politik
dan cita-cita mendirikan negara agama. Sebab-
sebab dari fanatisme agama itu kompleks
• Kurang mengenal agama lain karena hidup dalam
daerah tertutup, pendidikan agama yang sempit
dan defensif yang mencari-cari kejelekan dari
agama lain, rasa bangga yang berlebihan atas
kejayaan agamanya sendiri dengan tidak melihat
kekurangan-kekurangan diri, rasa takut akan
kemajuan agama lain, dan lain-lain
7. Fanatisme
• Sebab-sebab ini umumnya kurang disadari,
sehingga fanatisme bisa sampai menutup
diri sama sekali terhadap agama lain,
membabibuta dan bertahan lama sekali.
• Sebab yang utama dari fanatisme agama
adalah tidak adanya keyakian yang tenang,
dewasa, realistis dan terbuka.
• Fanatisme adalah sikap mental yang paling
berbahaya untuk perkembangan pribadi,
kesatuan bangsa dan kerukunan
internasional.
8. Fanatisme
• Perkembangan pribadi dicekik, karena fanatisme
membelenggu orang-orang dalam pandangan hidup
yang tetap sama, statis, tertutup, sehingga tidak ada
evolusi dan perluasan pandangan yang sangat
dibutuhkan untuk mencapai kedewasaan akhlak.
• Fanatisme ini juga cenderung mencurigai hasil-hasil
ilmu pengetahuan dan dengan demikian menanam
kebodohan.
• Sejarah agama-agama besar banyak dinodai oleh
fanatisme
• agama. Tak ada satu agama besarpun yang bersih
dalam hal ini. Perang-perang dashyat dicetuskan oleh
fanatisme. Misalnya, Perang Salib pada abad
pertengahan, yang berkobar antara bangsa-bangasa
penganut agama Kristen dan Islam.
9. Takhayul
• Kepercayaan yang terlalu besar akan benda atau
perayaan tertentu, untuk dengan demikian
mendapat bantuan dari Tuhan.
• Orang sebetulnya lebih percaya akan benda atau
perayaan tertentu daripada akan Tuhan sendiri.
Takhayul terutama merajalela dikalangan bangsa
yang menganut agama primitif, yaitu animisme.
• Manusia, hampir selalu dengan perantaraan
seorang imam atau dukun, dengan perayaan-
perayaan tertentu, seperti pengorbanan,
persembahan, penyiksaan, bertapa, matiraga,
berusaha mencegah pengaruh roh-roh jahat dan
mendapat bantuan dari roh-roh yang baik.
10. Takhayul
• Tempat-tempat tertentu, lebih-lebih kuburan dianggap keramat; tanah dari
situ untuk mendapatkan berkat. Atau sebaliknya tempat-tempat tertentu
dianggap angker. Orang-orang berpandangan bahwa tempat-tempat itu
diduduki oleh roh-roh jahat.
• Takhayul dapat berkembang menuju ilmu hitam jika ia bermaksud dengan
bantuan dari roh-roh merugikan sesama manusia, dimana ia mengabdikan
Tuhan, atau kekuasaan adikodrati untuk kepentingannya sendiri. Tuhan
harus melayani kepentingan manusia.
• Dengan perayaan tertentu, misalnya dengan mengucapkan mantera, ia
seakan-akan mau memaksa Tuhan atau roh untuk melakukan sesuatu
baginya.
11. Takhayul
• Takhayul merusak iman
yang sejati, menutup
terhadap ilmu
pengetahuan, dan sering
memboroskan uang.
• Tak dapat disangkal bahwa
takhayul di Indonesia, baik
di kota maupun di daerah,
masih cukup kuat.
Takhayul membelenggu
jiwa dalam ketakutan.
12. Fatalisme
• Fatalisme adalah sikap mudah menyerah pada nasib.
Sebabsebabnya sering kali adalah kekurangan tenaga
dibantu oleh alasan-alasan religius. Nasib dianggap
ditakdirkan oleh Tuhan.
• Sikap fatalistis mengakibatkan manusia kurang
berusaha menentang sengsara, terlalu mudah
menghibur diri dengan perayaan-perayaan
keagamaan dan menantikan surga.
• Orang-orang fatalis mempunyai pandangan tentang
Tuhan yang picik dan paham yang tidak realistis
tentang dunia. Tuhan seakan-akan menakdirkan
segala nasib buruk. Ia mudah lari ke dalam impian
idealistis.
13. Fatalisme
• Misalnya, jika dalam perkawinan ada
suatu ketegangan, cepat diambil
kesimpulan bahwa jodoh ini
memang tidak ditakdirkan oleh
Tuhan, jadi baiknya diceraikan saja.
• Fatalisme di Indonesia yang bercokol
di belakang topeng agama
melumpuhkan daya tekun, kekuatan
untuk melawan rintangan-rintangan,
dan jelas menghambat
pembangunan nasional di segala
bidang.
15. Dalam kerusuhan yang bernuansa agama itu, banyak orang mulai
mempertanyakan lagi apa sebenarnya fungsi agama.
Bukankah semua agama mengajarkan cinta kasih, kerukunan, dan
persaudaraan yang sejati?
Mengapa justru kerusuhan bernuansa agama dapat terjadi dan
sering berlangsung sangat lama dan sangat kejam?
16. Fungsi Agama
• Mewartakan keselamatan. Semua agama mewartakan dan menjanjikan
keselamatan, bukan bencana. Karena mewartakan dan menjanjikan
keselamatan itulah, maka manusia memeluk suatu agama. Manusia
mendambakan keselamatan.
• Mewartakan arti hidup. Agama-agama memberikan pandangan hidup dan
meyakinkan penganut-penganutnya untuk menghayati pandangan hidup
itu.
• Agama memberi jawaban atas pertanyaan hidup: dari mana asal hidup
manusia, apa makna hidup manusia, apa tujuan hidup manusia, dsb.
Menghayati pandangan hidup menurut agamanya akan membuat manusia
bahagia dan selamat.
17. • Mengajarkan cara hidup. Semua agama mengajarkan kepada para
penganutnya untuk hidup baik; hidup beretika dan hidup bermoral;
hidup yang baik akan membahagiakan dan menyelamatkan.
18. • Dilihat dari fungsi-fungsi agama
itu, sebenarnya sulit dipahami
bahwa ada kerusuhan dan
bencana yang disebabkan oleh
agama. Hal itu dapat terjadi hanya
kalau agama itu ditunggangi oleh
kepentingan lain atau tidak
dipahami.
• Maka, semua penganut agama-
agama diharapkan untuk
menyadari fungsi agama yang
sebenarnya dan berusaha untuk
menjalin kerja sama dalam
persaudaraan yang sejati, karena
cita-cita semua agama sebenarnya
sama, yaitu keselamatan manusia.
20. Injil Lukas 10:25-37
• Sikap Yesus tegas dalam hal membangun
persaudaraan sejati tanpa mengenal latarbelakang,
atau asal usul seseorang. Hal itu tampak dalam
perumpamaan tentang orang Samaria yang baik
hati.
• Orang Samaria itu sanggup menjadi sesama bagi
orang lain yang menderita, tanpa memandang asal-
usul dan latar belakang hidupnya.
• Orang yang berbeda suku, agama, cara beribadah,
dan berbeda kebudayaannya ditolongnya,
dikasihinya sepenuh hati dengan segenap jiwa dan
akal budinya. Itulah persaudaraan sejati.
• Persaudaraan sejati antara manusia dan sesama
makhluk Tuhan. Persaudaraan sejati tidak dibatasi
oleh ikatan darah, suku, atau agama. Setiap
manusia siapa pun dia sungguh harus dikasihi
sebagai saudara dan sesama.
22. Nostra Aetate Art. 1 dan 2
• Kita hendaknya menghormati agama-
agama dan kepercayaan lain, sebab
dalam agama-agama itu terdapat
pula kebenaran dan keselamatan. kita
hendaknya berusaha dan bersatu
dalam persaudaraan sejati demi
keselamatan manusia dan bumi
tempat tinggal kita.
• Nostra Aetate juga menegaskan
bahwa setiap orang yang tidak
mencintai sesamanya dan tidak mau
bersikap sebagai saudara dengan
umat dari agama yang lain, maka ia
tidak mengenal Allah. Hal ini
terinspirasi dari Injil.
• Gereja melalui dokumen ini ingin
mengecam segala bentuk diskriminasi
berdasarkan keturunan atau warna
kulit, kondisi hidup atau agama, atau
lainnya yang berlawanan dengan
semangat Kristus.
24. • Dewasa ini dialog agama-agama
terasa amat kuat pengaruhnya.
• Pengaruhnya nyata tidak hanya
dalam hidup Gereja partikular Asia
yang menganut pola masyarakat
pluri-religius, melainkan juga telah
mewarnai Gereja universal pada
umumnya.
• Sebab gerakan dialog dengan agama-
agama lain telah, sedang dan pasti
akan dirintis di mana-mana mulai
dari tingkat yang paling kecil yaitu
keluarga, kampung, dan desa sampai
tingkat yang lebih luas nasional dan
internasional.
25. 1. Dialog Kehidupan
• Dialog kehidupan diperuntukkan bagi semua orang dan sekaligus
merupakan level dialog yang paling mendasar. Sebab ciri kehidupan
bersama sehari-hari dalam masyarakat majemuk yang paling umum
dan mendasar ialah ciri dialogis.
• Kita sering hidup bersama dengan umat beragama lain dalam suatu
lingkungan atau daerah.
• Dalam hidup bersama itu, kita tentu berusaha untuk bertegur sapa,
bergaul, saling mendukung dan saling membantu satu sama lain. Hal
itu dilakukan bukan saja demi tuntutan sopan santun dan etika
pergaulan, tetapi juga tuntutan iman kita.
26. 2. Dialog Karya
• Dialog karya adalah kerjasama
yang lebih intens dan
mendalam dengan para
pengikut agama-agama lain.
• Sasaran yang hendak diraih
jelas dan tegas, yakni
pembangunan manusia dan
peningkatan martabat
manusia.
• Bentuk dialog semacam ini
sekarang kerap berlangsung
dalam kerangka kerjasama
organisasi-organisasi
internasional, di mana orang-
orang Kristen dan para
pengikut agama-agama lain
bersama-sama menghadapi
masalah-masalah dunia.
27. 2. Dialog Karya
• Dalam hidup bersama dengan umat
beragama lain, kita sering diajak dan
didorong untuk bekerja sama demi
kepentingan bersama atau kepentingan
yang lebih luas dan luhur.
• Kita bekerja sama dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan, kegiatan sosial karitatif,
kegiatan rekreatif, dan sebagainya.
• Dalam kegiatan-kegiatan seperti itu, kita
dapat lebih saling mengenal dan
menghargai.
28. 3. Dialog Pengalaman Iman
• Dialog pengalaman iman atau pengalaman keagamaan
merupakan dialog tingkat tinggi.
• Dialog pengalaman iman dimaksudkan untuk saling
memperkaya dan memajukan penghayatan nilai-nilai
tertinggi dan cita-cita rohani masing-masing pribadi.
• Dalam hidup beriman, kita dapat saling memperkaya,
walaupun berbeda agama. Ada banyak ajaran iman
yang sama, ada banyak visi dan misi agama yang sama.
• Lebih dari itu, semua orang ternyata mempunyai
perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran
imannya, dan dalam hal ini kita dapat saling belajar,
saling meneguhkan, dan saling memperkaya.
29. 3. Dialog Pengalaman Iman
• Kita dapat memperoleh banyak hal dari apa
yang kita pelajari dari agama Islam, Hindu,
Buddha, Khonghucu, Aliran Kepercayaan dan
agama asli, yaitu:
• Dari agama Islam, kita dapat belajar sikap
pasrah, kepercayaan yang teguh pada Allah
Yang Maha Esa, ketekunan dalam berdoa
secara teratur, dan sikap tegar menolak
kemaksiatan.
• Dari agama Hindu dan Buddha (juga Aliran
Kepercayaan), kita dapat belajar, misalnya,
tentang penekanan pada hal-hal batin. Agama
Hindu dan Buddha (demikian juga agama-
agama orientalis lainnya) sangat menekankan
doa batin, meditasi, konteplasi. Yoga dan
berbagai seni bermeditasi lainnya sangat
disukai dan dipraktekkan di seluruh dunia.
30. 3. Dialog Pengalaman Iman
• Dari agama Konghucu (juga agama Buddha), kita
dapat belajar tentang penekanan dan penghayatan
umatnya pada hidup moral dan perilaku. Mereka
sangat menekankan praktek hidup yang baik.
Agama Konghucu dan agama Buddha adalah
agama moral.
• Dari Aliran Kepercayaan dan agama asli, kita
dapat belajar tentang kedekatan mereka pada
alam lingkungan hidup.
• Agama asli percaya akan keharmonisan seluruh
kosmis. Ada mata rantai kehidupan yang
melingkupi seluruh alam raya, yang tidak
bolehdirusakkan.
• Maka, umat agama asli selalu membuat upacara
sebelum mereka mengolah tanah atau menebang
pohon, semacam tindakan minta izin kepada
sesama saudara sekehidupan. Dalam gerakan
melestarikan ekologi saat ini rupanya kita perlukan
menimba inspirasi dari agama asli ini.
31. 4. Sikap-sikap yang perlu kita miliki
a) Bersikap dewasa, kritis, agar
agama tidak diperalat demi
kepentingan politik dan
ekonomi.
b) Menjauhkan diri dari setiap
provokasi yang muncul dari
fanatisme buta.
c) Berani mencegah terjadinya
pencemaran terhadap simbol-
simbol agama mana pun.