SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
TUGAS ARTIKEL 
“Membangun Kerukunan Beragama Dalam 
Kehidupan Sehari Hari” 
D 
I 
S 
U 
S 
U 
N 
OLEH : 
Nama: Ricky Suadma 
Kelas: XI – TKJ1 
SMKN 4 PEKANBARU 
TP. 2014/2015
INTI PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN 
Dalam negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk di daerah kita 
terdapat beberapa jenis agama yang berbeda. Dari satu sisi, perbedaan-perbedaan yang ada dilihat dan 
dinilai sebagai kekayaan bangsa dimana para penganut agama yang berbeda bisa saling menghargai 
atau menghormati, saling belajar, saling menimbah serta memperkaya dan memperkuat nilai -nilai 
keagamaan dan keimanan masing-masing. Perbedaan tidak perlu dipertentangkan, tetapi dilihat dan 
dijadikan sebagai pembanding, pendorong, bahkan penguat dan pemurni apa yang dimiliki. Kaum 
beriman dan penganut agama yang berbeda-beda semestinya bisa hidup bersama dengan rukun dan 
damai selalu, bisa bersatu, saling menghargai, saling membantu dan saling mengasihi. 
Namun dalam sejarah kehidupan umat beragama, sering terjadi bahwa perbedaan 
keagamaan dan keimanan dijadikan sebagai pemicu atau alasan pertentangan dan perpecahan. Di 
banyak tempat, telah terjadi konflik berdarah dan berapi yang menelan banyak korban manusia dan harta 
benda, serta menghancurkan sendi-sendi kehidupan di pelbagai bidang, di lingkungan kita. Unsur-unsur 
keagamaan dijadikan sebagai pemicu dan sasaran penghancuran dalam konflik tersebut. 
Menurut pemahaman teoritis dan pengakuan “oral” banyak pihak, agama bukan dan tidak boleh 
dipandang serta dijadikan sebagai pemicu konflik dan perpecahan, melainkan adalah dan harus 
dipandang serta dijadikan sebagai penunjang perdamaian dan persatuan. 
Namun kenyataannya dalam perilaku atau tindakan orang-orang tertentu, entah dengan 
sengaja atau tidak, agama dipakai sebagai pemicu konflik dan perpecahan. 
Bahkan ada orang-orang tertentu yang menganggap dan menjadikan agama sebagai dasar atau 
alasan untuk tidak boleh hidup bersama atau harus hidup terpisah, tidak boleh berdamai atau rukun 
dengan orang yang berbeda agama. Bahkan ada anjuran untuk memusuhi dan membinasakan orang-orang 
yang beragama lain. 
Kenyataan bahwa unsur-unsur keagamaan dijadikan sebagai pemicu serentak sasaran konflik, 
baik pada tingkat lokal dan nasional maupun internasional akhir-akhir ini, tentu memprihatinkan dan 
mencemaskan banyak orang, terutama bagi kita bangsa Indonesia umumnya yang berciri majemuk. 
Persaudaraan, kekeluargaan, kerukunan, perdamaian dan ketenteraman serta kebersamaan, 
persekutuan dan kerjasama akan terancam, terganggu dan merosot. Timbul kecemasan akan konflik, 
kekerasan, perpecahan dan kehancuran yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Cukup banyak orang cemas 
akan ancaman terhadap kesatuan dan persatuan bangsa, atau akan terjadinya disintegrasi bangsa, yang 
dipicu dengan issu agama. 
Maka kita perlu memberi perhatian khusus pada permasalahan yang ada, mendalami serta 
mengupayakan langkah-langkah penyelesaian maupun antisipatif. Perlu diupayakan peningkatan akan 
pemahaman, penghayanan, implementasi dan pelestarian akan : 
1. wawasan kebangsaan kita seperti tersurat dan tersirat dalam falsafah bangsa seperti 
: “Bhinek a Tunggal Ik a”, “Bersatu k ita teguh, bercerai k ita runtuh”. 
2. kekeluargaan dan persaudaraan sejati antar suku, ras, golongan, daerah dan agama; 
3. kerukunan dan toleransi antar umat beragama maupun suku, ras dan golongan.
Untuk itu kita perlu upaya pengkajian dan pemahaman tentang inti permasalahan kita dan sebab-musebabnya, 
tatacara mengatasi dan mencegahnya, serta dasar pijak dan pedoman arah dari langkah 
kita. 
SEBAB KONFLIK YANG BERKAITAN DENGAN AGAMA 
SERTA CARA MENGATASI DAN MENCEGAHNYA 
Fakta bahwa ada konflik dan kekerasan maupun perpecahan dan penghancuran yang berkaitan dengan 
agama disebabkan karena : 
1. Perbedaan yang ada salah dipahami dan salah disikapi, dan tidak dilihat dan ditanggapi 
secara positif serta tidak dikelola dengan baik dalam konteks kemajemukan. 
2. Fanatisme yang salah. Penganut agama tertentu menganggap hanya agamanyalah yang paling 
benar, mau “menang sendiri”, tidak mau menghargai, mengakui dan menerima keberadaan serta 
kebenaran agama dan umat beragama yang lain. 
3. Umat beragama yang fanatik (secara negatif) dan yang terlibat dalam konflik ataupun yang 
menciptakan konflik adalah orang-orang yang pada dasarnya : 
4. kurang memahami makna dan fungsi agama pada umumnya; 
5. kurang memahami dan menghidupi agamanya secara lengkap, benar, mendalam; 
6. kurang matang imannya dan takwanya; 
7. kurang memahami dan menghargai agama lain serta umat beragama lain; 
8. kurang memahami dan menghargai hakekat dan martabat manusia; 
9. kurang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang universal, terutama hati nurani dan cinta kasih; 
10. kurang memahami dan menghidupi wawasan kebangsaan dan kemasyarakatan yang khas 
Indonesia, yakni kerukunan, toleransi dan persatuan dalam kemajemukan, baik pada tingkat 
nasional maupun lokal. 
Oleh sebab itu permasalahan yang timbul, ataupun yang dikhawatirkan akan timbul, dapat diatasi atau 
dicegah dengan upaya peningkatan pemahaman dan implementasi yang memadai dari kekurangan-kekurangan 
tersebut, terutamapeningkatan kwalitas iman dan takwa, hati nurani dan cinta kasih. Hal 
ini dapat dilaksanakan dengan: 
1. Mengembangkan Dialog atau komunikasi timbal balik, yang dilandaskan pada kesadaran 
akan : 
A.adanya kesamaan maupun perbedaan yang tak dapat diingkari dan disingkirkan, sesuai 
hakekat atau harkat dan martabat manusia; 
B. adanya kesamaan nilai-nilai serta permasalahan dan kebutuhan yang universal, yang 
berkaitan dengan kemanusiaan, seperti kebenaran, keadilan, HAM, persaudaraan dan cinta 
kasih; 
C.adanya fakta kehidupan bersama dalam kemajemukan serta hubungan dan ketergantungan 
satu sama lain; 
D.mutlak perlunya kerukunan dan damai sejahtera, persatuan dan kerjasama dengan prinsip 
keadilan, saling menguntungkan, saling menghargai, saling terbuka dan saling percaya.
2. Mengevaluasi dan memperbaiki sistem dan bobot pendidikan dan pembinaan, baik yang 
khas keagamaan maupun yang bukan khas atau yang bersifat umum, untuk menambah 
pengetahuan, mematangkan iman, meningkatkan moral dan spiritual, memantapkan 
kepribadian; 
Sasaran pendidikan dan pembinaan bukan hanya pada aspek intelektual dan ketrampilan, tetapi juga 
pada budi pekerti dan hati nurani (moral dan spiritual) sertaemosionalitas dan perilaku, pola 
pikir dan pola hidup. 
3. Mencermati, mengevaluasi dan membaharui doktrin dan praktek-praktek 
keagamaan yang terlalu atau bahkan hanya formal dan ritualistik belakaagar lebih 
fungsional atau berdaya-guna secara tepat dan efektif bagi pemantapan kwalitas diri dan 
kehidupan penganutnya pada khususnya maupun masyarakat pada umumnya. 
4. Mengembangkan hidup bersama, kegiatan bersama dan kerjasama secara proporsional yg 
dilandaskan pada kesadaran akan kebutuhan dan ketergantungan satu sama lain sebagai 
konsekwensi hidup bersama serta kesamaan martabat dan hak sebagai manusia. 
DASAR KERUKUNAN DAN TOLERANSI 
ANTAR UMAT BERAGAMA 
Dasar atau landasan dari ketiga cara untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama 
sebagaimana yang telah dikemukakan adalah hakekat dan martabat kemanusiaan, reali ta sosial yang 
ada, ideologi keagamaan yang dianut dan dicita-citakan, dan komitment konstitusional yang 
dicanangkan. 
1. Dasar Kemanusian (Filosofis) 
Kerukunan dan toleransi antar umat beragama merupakan konsekwensi serta kebutuhan hakiki dari 
kemanusiaan yang universal, yang tidak dapat ditolak dan wajib diusahakan oleh setiap insan beragama 
karena manusia pada hakekatnya adalah makhluk hidup yang : 
1. individual dan serentak komunal yang hidup bersama, mengelompokkan diri atas dasar 
tertentu, saling membutuhkan, saling berelasi, saling mempengaruhi; 
2. yang memiliki kesamaan martabat, nilai-nilai kemanusiaan, dan hak asasi, eksistensi atau 
keberadaan, permasalahan dan kebutuhan, ideologi dan cita-cita 
3. dan serentak memiliki kekhasan yang membedakan individu yang satu dengan yang lain 
maupun kelompok yang satu dengan kelompok yang lain; 
4. yang memiliki kebebasan batiniah (kehendak) dan lahiriah (tindakan),namun serentak dapat 
pula mempengaruhi dan dipengaruhi; 
5. yang memiliki kecenderungan “egositis” maupun “al troistis”, baik secara individual maupun 
komunal; 
6. yang mempunyai akal budi, hati nurani dan keutamaan untuk memikirkan dan mengetahui, 
menilai dan memutuskan, serta bertindak atau berbuat; 
7. yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma: adat/budaya, kenegaraan, keagamaan. 
Penghargaan terhadap agama/umat beragama lain, hidup rukun dan damai dengan umat beragama lain, 
bukan hanya merupakan kebutuhan dan tuntutan atau kewajiban keagamaan, tetapi lebih luas dan dalam
dari itu, yaitu karena kemanusiaan. Kerukunan dan toleransi antar sesama manusia, baik yang 
beragama maupun yang tidak beragama, merupakan tuntutan kebutuhan dan kewajiban kemanusiaan 
dari setiap orang (termasuk orang yang tidak beragama). Kerukunan dan toleransi antar umat beragama 
merupakan konsekwensi dari hakekat kemanusiaan kita. 
Oleh sebab itu bila ada orang yang merusakkan atau menolak kerukunan dan toleransi antar umat 
beragama, sama dengan ia merusakkan atau menolak kemanusiaan. 
Apakah kita menghendaki demikian ? Kiranya tidak ! Oleh sebab itu kita perlu waspada terhadap oknum 
ataupun kelompok yang mencoba merusakkan atau menolaknya, seraya berusaha untuk membangun 
kerukunan dan toleransi antar umat beragama, karena dan demi kemanusiaan (harkat dan martabat 
manusia) yang universal. 
2. Dasar kebudayaan (Sosio-kultural) 
Masyarakat Indonesia, baik secara lokal maupun nasional memiliki nilai -nilai dan norma-norma 
budaya yang pada dasarnya sangat mengutamakan, menjamin serta mencirikhaskan kerukunan dan 
toleransi, perdamaian dan persatuan,persaudaraan dan kekeluargaan, solidaritas dan kerjasama, 
bukan hanya antar umat beragama tetapi antar setiap individu dan kelompok dari latarbelakang 
manapun. 
Kerukunan dan toleransi merupakan ciri budaya kita, baik secara lokal maupun nasional. Maka 
menolak atau merusakkan kerukunan dan toleransi dalam aspek manapun dengan alasan apapun tidak 
dapat diterima secara kultural karena sama dengan menolak atau merusakkan budaya lokal maupun 
nasional kita. 
Apakah kita menghendaki demikian ? Kiranya tidak ! Oleh sebab itu kita perlu waspada terhadap oknum 
ataupun kelompok yang mencoba merusakkan atau menolaknya, seraya berusaha untuk membangun 
kerukunan dan toleransi antar umat beragama, demi mempertahankan eksistensi kemajemukan 
agama serta budaya lokal dan nasional kita. 
Untuk itu kita perlu mengusahakan penyadaran dan “pelestarian” nilai-nilai budaya atau kearifan lokal 
maupun nasional, secara kontekstual melalui penggalian danpencerahan (sosialisasi) untuk sungguh-sungguh 
dimiliki dan diwujudkan dalam hidup. 
3. Dasar Kemasyarakatan dan Kenegaraan (Sosial dan Konstitusional) 
Secara faktual, masyarakat Indonesia pada umumnya bercorak majemuk. Kemajemukan, 
termasuk dalam bidang keagamaan, merupakan ciri khas masyarakat kita. Maka konsekwensi dari 
kemajemukan adalah kebutuhan dan kewajiban untuk menerima dan mengusahakan kerukunan dan 
toleransi. Misalnya antar umat beragama. 
Maka warga masyarakat atau umat beragama yang menolak atau merusakkan kerukunan dan toleransi 
umat beragama pada dasarnya menolak atau merusakkan kemajemukan dalam masyarakatnya. 
Menolak atau merusakkan kemajemukan dalam suatu masyarakat yang majemuk adalah sama dengan 
menolak atau merusakkan eksistensi masyarakat tersebut. 
Sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang adalah masyarakat yang majemuk, 
apakah kita mau merusakkan atau menolak eksistensi masyarakat kita ? Kiranya tidak ! Namun kita tidak 
dapat ingkari adanya ancaman pengrusakan ataupun penolakan terhadap eksistensi masyarakat kita. 
Oleh sebab itu kita perlu waspada terhadap oknum ataupun kelompok yang mencoba merusakkan atau 
menolaknya, seraya berusaha untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama, demi 
mempertahankan dan mengembangkan eksistensi bangsa Indonesia yang majemuk. 
Sejak Negera Kesatuan Republik Indonesia didirikan, para pendirinya kiranya telah menyadari 
kemajemukan bangsa kita ini serta ancaman terhadap kerukunan dan persatuan di satu sisi maupun 
potensi untuk membangun kehidupan bersama, berbangsa dan bernegara, bermasyarakat dan
beragama, dengan rukun dan damai dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, dari lain sisi. 
Bahkan jauh sebelum kemerdekaan dan penderian Negara Kesatuan Republik Indonesia, para pencetus 
Sumpah Pemuda telah menyadari ciri kemajukan bangsa kita dan kebutuhan akan persatuan dan 
perdamaian. Karena itu untuk mencegah perselisihan dan perpecahan serta memelihara kerukunan dan 
toleransi serta persatuan, disusunlah falsafah bangsa dan dasar negara sebagaimana tertuang dalam 
Pancasila dan UUD 45. 
Jadi dasar kenegaraan atau konstitusional dari kerukunan dan toleransi antar umat beragama 
adalah Pancasila dan UUD 45 (khusunya pasal 29). Selain itu, juga undang-undang, peraturan 
pemerintah, peraturan/keputusan presiden, peraturan/keputusan menteri, yang lebih bersifat operasional 
dan merupakan penjabaran dari Pancasila dan UUD 45. Kerukunan dan toleransi antar umat beragama 
amat dibutuhkan dan menentukan kedamaian, persatuan dan keutuhan dari bangsa kita yang majemuk. 
Karena itu komitment, undang-undang dan peraturan untuk mewujudkan dan memelihara 
kerukunan dan toleransi antar umat beragama dibuat dan perlu dipatuhi oleh segenap warga 
negara. 
Maka menolak atau merusakkan kerukunan dan toleransi antar umat beragama sama dengan 
menolak atau merusakkan Pancasila dan UUD 45, serentak menolak atau merusakkan Negara Kesatuan 
Republik Indonesia. 
Apakah kita menghendaki demikian ? Kiranya tidak ! Oleh sebab itu kita perlu waspada terhadap oknum 
ataupun kelompok yang mencoba merusakkan atau menolaknya, seraya berusaha untuk membangun 
kerukunan dan toleransi antar umat beragama, demi mempertahankan eksistensi bangsa dan negara 
kita dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
4. Dasar Keagamaan (Spiritual dan moral) 
Sejauh yang kami ketahui, semua agama “moderen” yang ada di dunia sekarang ini amat 
menekankan tentang nilai-nilai hidup manusia seperti: kerukunan, perdamaian, persaudaraan, solidaritas, 
cinta kasih, persatuan, dan kerjasama dalam hidup bersama. Tujuan yang hendak dicapai setiap 
agama adalah kematangan spiritual dan moral yang terwujud atau terbukti dalam hubungan yang 
baik antara manusia dengan Allah serta antara manusia dengan sesamanya. Pembentukan pribadi 
yang baik yang terungkap dan nampak secara nyata dalam kata-kata, sikap atau perilaku dan perbuatan 
yang baik terhadap orang lain merupakan misi dari setiap agama. Hal -hal ini bukan hanya dicita-citakan, 
diwajibkan dan diusahakan untuk terwujud oleh, bagi dan antar orang-orang yang seagama, tetapi juga 
oleh, bagi dan antar orang-orang yang berbeda agamanya. Karena itu toleransi antar umat beragama 
adalah sesuatu yang mutlak perlu sebagai konsekwensi logis dari cita-cita setiap 
agama serta konsekwensi adanya kemajemukan agama dalam suatu masyarakat. 
Orang beragama yang tidak toleran terhadap agama atau orang beragama yang lain, pada 
dasarnya mengingkari cita-cita agamanya sendiri serta menolak atau merusakkan kemajemukan agama 
dalam lingkungan masyarakatnya. Menolak atau merusakkan kemajemukan agama dalam suatu 
masyarakat yang majemuk sama dengan menolak atau merusakkan eksistensi masyarakat tersebut. 
Apakah kita menghendaki demikian ? Kiranya tidak ! Oleh sebab itu kita perlu waspada terhadap 
oknum ataupun kelompok yang mencoba merusakkan atau menolaknya, seraya berusaha untuk 
membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama, agar dapat mempertahankan dan 
mengembangkan masyarakat kita yang majemuk serta mewujudkan cita-cita dan kewajiban kita sebagai 
umat beragama.
KERUKUNAN DAN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA 
MENURUT GEREJA KATOLIK 
Sejak Konsili Vatikan II, Gereja Katolik sangat menekankan dan turut memperjuangkan kerukunan dan 
toleransi antar umat beragama, karena dan demi keharmonisan, persaudaraan, damai sejahtera, 
persatuan, dan “keselamatan” segenap umat manusia. Kerukunan dan toleransi antar umat beragama 
dilihat sebagai suatu kebutuhan hakiki dan universal. Dikatakan oleh Konsili Vatikan II : 
“ Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-orang tertentu, 
yang diciptakan menurut citra-kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan 
manusia dengan Allah Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, 
sehingga Allah berkata : “Barang siapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah” (1 Yoh 4:8). 
Jadi tiadalah dasar bagi setiap teori atau praktek, yang mengadakan pembedaan mengenai martabat 
manusia serta hak-hak yang bersumber padanya antara manusia dengan manusia, antara bangsa 
dengan bangsa. 
Maka Gereja mengecam setiap diskriminasi antara orang-orang atau penganiayaan berdasarkan 
keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama, sebagai berlawanan dengan semangat Kristus. 
Oleh karena itu Konsili suci, mengikuti jejak para Rasul kudus Petrus dan Paulus, meminta dengan 
sangat kepada Umat beriman kristiani, supaya bila ini mungkin “memelihara cara hidup yang baik di 
antara bangsa-bangsa bukan Yahudi” (1Ptr 2:12), dan sejauh bergantung dari mereka hidup dalam 
damai dengan semua orang, sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi putera Bapa di 
sorga.“ (Hardawiryana, S.J.; Dok. Konsili Vatikan II, Obor, Jakarta 1993, hal. 314-315). 
Dalam kutipan ini kiranya dapat dilihat pandangan Gereja Katolik tentang pentingnya, dasar, dan cara 
membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama. 
1. Pentingnya kerukunan dan toleransi antar umat beragama 
Dalam pandangan Gereja Katolik, kerukunan dan toleransi antar umat beragama adalah penting bagi : 
1. Praktek hidup beragama secara benar, konsekwen dan efektif; 
2. Tercapainya tujuan dari agama, yakni terwujudnya keselamatan/kebahagiaan di dunia maupun di 
akhirat, yang dapat dicapai melalui cinta kasih, yang tidak lain adalah intimitas relasi antara 
manusia dengan Allah dalam intimitas relasi antara manusia dengan manusia; 
3. Terwujudnya kebutuhan yang hakiki dan cita-cita setiap insan manusia, yaitu damai sejahtera 
lahir dan batin dalam “dunia” yang harmonis, rukun dan damai. 
2. Dasar kerukunan dan toleransi antar umat beragama 
Ada beberapa pandangan theologis dogmatis dari Gereja Katolik yang mendasari kerukunan dan 
toleransi antar umat beragama, yakni misalnya : 
1. Kesamaan kodrat dan martabat, kebebasan, hak dan kewajiban dari segenap umat manusia 
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang secitra denganNya; 
2. Persaudaraan universal, segenap bangsa merupakan suatu masyarakat atau keluarga umat 
manusia, yang adalah putera-puteri dari Allah yang satu dan sama; 
3. Allah yang satu dan sama sebagai sebagai sumber dan tujuan dari segala bangsa, termasuk 
sumber dan tujuan dari agama-agama yang berbeda; 
4. Allah itu merupakan sumber keselamatan yg dibutuhkan dan didambakan setiap orang;
5. Universalitas Keselamatan dari Allah, yang terwujud secara penuh dalam Yesus 
Kristus, diperuntukkan bagi segenap bangsa. Jadi bagi segenap umat dari pelbagai golongan 
agama; 
6. Inti dari keselamatan dari Allah adalah ketenteraman lahir dan batin yang diperoleh 
melalui intimitas relasi vertikal maupun horizontal , yakni damai sejahtera dan persekutuan 
lahir dan batin antara manusia yang satu dengan sesama manusia yang lain sebagai wujud nyata 
dari intimitas relasi dengan Tuhan; 
7. Dasar dan serentak tujuan maupun wujud dari relasi tersebut adalah cinta kasih. 
Dan yang dimaksudkan dengan cinta kasih adalah seperti apa yang dilukiskan oleh rasul Paulus, yaitu: “ 
murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak melakukan yang 
tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan 
kesalahan orang lain, tidak bersuka cita karena ketidak-adilan, tetapi karena kebenaran, menutupi 
segala sesuatu (tidak membeberkan jelekan/kesalahan orang lain), mengharapkan segala sesuatu, 
sabar menanggung segala sesuatu (Kor.13:4-7). “ Cinta inilah yang menjadi dasar atau landasan 
utama bagi usaha dan terwujudnya kerukunan dan toleransi antar umat beragama. Dengan adanya cinta 
manusia mampu menghargai satu sama lain, hidup bersama dengan rukun dan damai, kendati ada rupa-rupa 
perbedaan, dan saling menunjang atau bekerjasama dengan baik. 
1. Cinta kasih tersebut merupakan buah dari Roh Kudus, yang tidak lain adalah Roh Allah sendiri. 
Dengan daya Roh Kudus orang-orang yang berbeda dan asing satu sama lain dapat saling 
menghargai, memahami dan berkomunikasi dengan baik (Kisah Para Rasul 2:1-12), dapat 
menjadi sehati sejiwa, saling menunjang dan solider dalam suka dan duka (Kisah Rasul-Rasul 
2:41-47). Kehadiran, karya dan buah-buah Roh Kudus tak dibatasi dengan ruang dan waktu. Roh 
Kudus dapat hadir dan berkarya dalam diri setiap orang, yang adalah ciptaan Allah, kapan saja 
dan dimana saja, tanpa membedakan agama, asal, dll. Maka Roh yang satu dan sama dapat 
mempersatukan orang-orang yang berbeda-beda, entah dalam iman dan agama maupun dalam 
hal apa saja. 
3. Cara membangun kerukunan dan toleransi menurut Gereja Katolik. 
Konsili Vatikan II dalam beberapa dokumennya tentang hubungan Gereja Katolik dengan agama-agama 
lain (Kristen lain, Islam, Yahudi, Hindu/Budha, dll.), selain menjelaskan tentang kebutuhan, kewajiban 
dan dasar-dasar untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama, menjelaskan pula 
tentang cara-caranya. Cara-cara yang dikemukakan oleh Konsili Vatikan II dapat dirangkumkan sebagai 
berikut : 
1. Membangkitkan kesadaran dan pengakuan akan masalah, kebutuhan dan kewajiban 
bersama, serta dasar-dasar dan cara-cara untuk membangun kerukunan dan toleransi antar 
umat beragama, untuk menjadi motivasi serta “bekal” bagi usaha dimaksud. Jadi perlu proses 
penyadaran dan komitment. Hal ini dapat dilakukan terutama melalui dialog kemanusiaan dan 
persaudaraan insani maupun ilahi. 
2. Menumbuh-kembangkan sikap dasar yang mutlak perlu bagi kerukunan dan toleransi antar 
umat beragama. Misalnya sikap mau dan senantiasa berusaha untuk SALING terbuka, 
memahami, mengakui, menghargai, dan berdialog satu sama lain. Juga mau dan selalu 
berusaha untuk saling berelasi dan bekerjasama.
3. Berusaha meningkatkan pemahaman akan pihak lain melalui study bersama atau saling tukar 
informasi tentang kekayaan rohani/keagamaan masing-masing. 
4. Berusaha untuk senantiasa menghindari cara-cara yang dapat merusakkerukunan dan 
toleransi antar umat beragama. Misalnya mengadakan pelbagai upaya untuk menghindari kata-kata, 
penilaian-penilaian, tindakan-tindakan, yang ditinjau dari segi keadilan dan kebenaran tidak 
cocok dengan saudara-saudari dari golongan agama lain, sehingga mempersulit hubungan 
dengan mereka. 
5. Penghargaan terhadap nilai-nilai atau kebijakan lokal dan penggalian, 
pelestarian serta pendayagunaannya secara bersama-sama. 
6. Melaksanakan pertobatan hati secara tulus, meluas, konsekwen dan konsisten. 
7. Melaksanakan beberapa program bersama seperti : 
1. Study bersama tentang teologi dan Kitab Suci; 
2. Study banding atau mengkaji bersama tentang praktek-praktek keagamaan maupun tata 
hidup sehari-hari dari umat beragama; 
3. Berdoa bersama; 
4. Karya amal bersama; 
5. Pembinaan bersama.

More Related Content

What's hot

Konsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi BeragamaKonsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi BeragamaAnis Masykhur
 
Kesadaran berbangsa dan bernegara mpls 2019 2020
Kesadaran berbangsa dan bernegara mpls 2019 2020Kesadaran berbangsa dan bernegara mpls 2019 2020
Kesadaran berbangsa dan bernegara mpls 2019 2020Muhammad Ismatulloh
 
keberagaman dalam suatu bhineka tunggal ika
keberagaman dalam suatu bhineka tunggal ikakeberagaman dalam suatu bhineka tunggal ika
keberagaman dalam suatu bhineka tunggal ikagabrielpanjaitan
 
Strategi pembinaan kerukunan umat beragama
Strategi pembinaan kerukunan umat beragamaStrategi pembinaan kerukunan umat beragama
Strategi pembinaan kerukunan umat beragamaFirman Nugraha
 
PPT KEARIFAN LOKAL.pptx
PPT KEARIFAN LOKAL.pptxPPT KEARIFAN LOKAL.pptx
PPT KEARIFAN LOKAL.pptxbayuajiprayogo
 
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul manusia
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul manusiaSEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul manusia
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul manusiaFransiska Puteri
 
Keragaman Sosial Budaya
Keragaman Sosial BudayaKeragaman Sosial Budaya
Keragaman Sosial BudayaRatri nia
 
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945ALISSA
 
PPT P5 (Budaya dan Kearifan lokal) s.pptx
PPT P5 (Budaya dan Kearifan lokal) s.pptxPPT P5 (Budaya dan Kearifan lokal) s.pptx
PPT P5 (Budaya dan Kearifan lokal) s.pptxChandraSergioAguero
 
Tentang sosiometri
Tentang sosiometriTentang sosiometri
Tentang sosiometriAlexander Z
 
Buku Siswa PPKn Kelas VII Edisi Revisi 2017
Buku Siswa PPKn Kelas VII Edisi Revisi 2017Buku Siswa PPKn Kelas VII Edisi Revisi 2017
Buku Siswa PPKn Kelas VII Edisi Revisi 2017Muhamad Yogi
 
Pengamalan nilai nilai pancasila
Pengamalan nilai nilai pancasilaPengamalan nilai nilai pancasila
Pengamalan nilai nilai pancasilaDul Bjn
 
Kerukunan Antar Umat Beragama
Kerukunan Antar Umat BeragamaKerukunan Antar Umat Beragama
Kerukunan Antar Umat BeragamaYopi Adie
 
Aswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyahAswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyahAhmad Rouf
 

What's hot (20)

Konsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi BeragamaKonsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi Beragama
 
Kesadaran berbangsa dan bernegara mpls 2019 2020
Kesadaran berbangsa dan bernegara mpls 2019 2020Kesadaran berbangsa dan bernegara mpls 2019 2020
Kesadaran berbangsa dan bernegara mpls 2019 2020
 
keberagaman dalam suatu bhineka tunggal ika
keberagaman dalam suatu bhineka tunggal ikakeberagaman dalam suatu bhineka tunggal ika
keberagaman dalam suatu bhineka tunggal ika
 
Strategi pembinaan kerukunan umat beragama
Strategi pembinaan kerukunan umat beragamaStrategi pembinaan kerukunan umat beragama
Strategi pembinaan kerukunan umat beragama
 
PPT KEARIFAN LOKAL.pptx
PPT KEARIFAN LOKAL.pptxPPT KEARIFAN LOKAL.pptx
PPT KEARIFAN LOKAL.pptx
 
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul manusia
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul manusiaSEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul manusia
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul manusia
 
Keragaman Sosial Budaya
Keragaman Sosial BudayaKeragaman Sosial Budaya
Keragaman Sosial Budaya
 
Teks upacara
Teks upacaraTeks upacara
Teks upacara
 
Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945
 
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
 
PPT P5 (Budaya dan Kearifan lokal) s.pptx
PPT P5 (Budaya dan Kearifan lokal) s.pptxPPT P5 (Budaya dan Kearifan lokal) s.pptx
PPT P5 (Budaya dan Kearifan lokal) s.pptx
 
Pembukaan uud 1945
Pembukaan uud 1945Pembukaan uud 1945
Pembukaan uud 1945
 
PPT Makna Pancasila
PPT Makna PancasilaPPT Makna Pancasila
PPT Makna Pancasila
 
ppt nilai - nilai pancasila masa kini
ppt nilai - nilai pancasila masa kinippt nilai - nilai pancasila masa kini
ppt nilai - nilai pancasila masa kini
 
Tentang sosiometri
Tentang sosiometriTentang sosiometri
Tentang sosiometri
 
Buku Siswa PPKn Kelas VII Edisi Revisi 2017
Buku Siswa PPKn Kelas VII Edisi Revisi 2017Buku Siswa PPKn Kelas VII Edisi Revisi 2017
Buku Siswa PPKn Kelas VII Edisi Revisi 2017
 
Bab 11 Perilaku Terpuji (Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti)
Bab 11  Perilaku Terpuji (Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti)Bab 11  Perilaku Terpuji (Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti)
Bab 11 Perilaku Terpuji (Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti)
 
Pengamalan nilai nilai pancasila
Pengamalan nilai nilai pancasilaPengamalan nilai nilai pancasila
Pengamalan nilai nilai pancasila
 
Kerukunan Antar Umat Beragama
Kerukunan Antar Umat BeragamaKerukunan Antar Umat Beragama
Kerukunan Antar Umat Beragama
 
Aswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyahAswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyah
 

Viewers also liked

Konsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & WahyuKonsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & WahyuGiovanni Promesso
 
Makalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaMakalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaWahiid Sayy'a
 
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILA
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILAArtikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILA
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILARaha Sia
 
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
 
Artikel pendidikan
Artikel  pendidikan Artikel  pendidikan
Artikel pendidikan Bang Zaenal
 
CONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMACONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMAEman Syukur
 
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Ser i2.6 toleransi dan kerukunan
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Ser i2.6 toleransi dan kerukunanRPP PAI XI Kurikulum 2013 Ser i2.6 toleransi dan kerukunan
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Ser i2.6 toleransi dan kerukunanyasirmaster web.id
 

Viewers also liked (8)

Konsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & WahyuKonsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
 
Makalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaMakalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragama
 
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILA
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILAArtikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILA
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILA
 
Pertemuan XI
Pertemuan XIPertemuan XI
Pertemuan XI
 
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...
 
Artikel pendidikan
Artikel  pendidikan Artikel  pendidikan
Artikel pendidikan
 
CONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMACONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMA
 
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Ser i2.6 toleransi dan kerukunan
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Ser i2.6 toleransi dan kerukunanRPP PAI XI Kurikulum 2013 Ser i2.6 toleransi dan kerukunan
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Ser i2.6 toleransi dan kerukunan
 

Similar to ARTIKEL PKN : Membangun kerukunan beragama dalam kehidupan sehari hari by Ricky Suadma

WUJUD TOLERANSI DIKABUPATEN MAROS.docx
WUJUD TOLERANSI DIKABUPATEN MAROS.docxWUJUD TOLERANSI DIKABUPATEN MAROS.docx
WUJUD TOLERANSI DIKABUPATEN MAROS.docxNurRahmaeda
 
MODUL MATERI 1 - SMA.docx
MODUL MATERI 1 - SMA.docxMODUL MATERI 1 - SMA.docx
MODUL MATERI 1 - SMA.docxMIRZAFARABDIBA
 
Kerjasama antar umat beragama, membangun persaudaraan sejati
Kerjasama antar umat beragama, membangun persaudaraan sejatiKerjasama antar umat beragama, membangun persaudaraan sejati
Kerjasama antar umat beragama, membangun persaudaraan sejatiElsa Lopez
 
Manusia, keragaman dan kesetaraan
Manusia, keragaman dan kesetaraanManusia, keragaman dan kesetaraan
Manusia, keragaman dan kesetaraanAfdal Zikri
 
Materi 1-Moderasi Beragama.pptx
Materi 1-Moderasi Beragama.pptxMateri 1-Moderasi Beragama.pptx
Materi 1-Moderasi Beragama.pptxAhmadMuzaniMPdI
 
PAK berwawasan Kemajemukan dalam Membina Sikap Toleransi Beragama Siswa
PAK berwawasan Kemajemukan dalam Membina Sikap Toleransi Beragama SiswaPAK berwawasan Kemajemukan dalam Membina Sikap Toleransi Beragama Siswa
PAK berwawasan Kemajemukan dalam Membina Sikap Toleransi Beragama SiswaDella Gita Van Gobel
 
Alissa 210601 PERGURUAN TINGGI DAN MODERASI BERAGAMA.pptx
Alissa 210601 PERGURUAN TINGGI DAN MODERASI BERAGAMA.pptxAlissa 210601 PERGURUAN TINGGI DAN MODERASI BERAGAMA.pptx
Alissa 210601 PERGURUAN TINGGI DAN MODERASI BERAGAMA.pptxMohZaini6
 
BUTIR-BUTIR PANCASILA.docx
BUTIR-BUTIR PANCASILA.docxBUTIR-BUTIR PANCASILA.docx
BUTIR-BUTIR PANCASILA.docxSYARIFUDDIN66
 
Presentasi Agama
Presentasi AgamaPresentasi Agama
Presentasi AgamaIndra West
 
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbukaSikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbukaAlfian Akatsuki
 
Makalah agama kerukunan antar umat beragama
Makalah agama kerukunan antar umat beragamaMakalah agama kerukunan antar umat beragama
Makalah agama kerukunan antar umat beragamaandreanapulu
 
Bab 8 Pertentangan dan Integrasi Masyarakat
Bab 8 Pertentangan dan Integrasi MasyarakatBab 8 Pertentangan dan Integrasi Masyarakat
Bab 8 Pertentangan dan Integrasi Masyarakatmuhammad harsye ibra
 

Similar to ARTIKEL PKN : Membangun kerukunan beragama dalam kehidupan sehari hari by Ricky Suadma (20)

Resume agama.docx
Resume agama.docxResume agama.docx
Resume agama.docx
 
WUJUD TOLERANSI DIKABUPATEN MAROS.docx
WUJUD TOLERANSI DIKABUPATEN MAROS.docxWUJUD TOLERANSI DIKABUPATEN MAROS.docx
WUJUD TOLERANSI DIKABUPATEN MAROS.docx
 
MODUL MATERI 1 - SMA.docx
MODUL MATERI 1 - SMA.docxMODUL MATERI 1 - SMA.docx
MODUL MATERI 1 - SMA.docx
 
ppt%20agama.pptx
ppt%20agama.pptxppt%20agama.pptx
ppt%20agama.pptx
 
Kerjasama antar umat beragama, membangun persaudaraan sejati
Kerjasama antar umat beragama, membangun persaudaraan sejatiKerjasama antar umat beragama, membangun persaudaraan sejati
Kerjasama antar umat beragama, membangun persaudaraan sejati
 
Islam dan hubungan etnik
Islam dan hubungan etnikIslam dan hubungan etnik
Islam dan hubungan etnik
 
Manusia, keragaman dan kesetaraan
Manusia, keragaman dan kesetaraanManusia, keragaman dan kesetaraan
Manusia, keragaman dan kesetaraan
 
Materi 1-Moderasi Beragama.pptx
Materi 1-Moderasi Beragama.pptxMateri 1-Moderasi Beragama.pptx
Materi 1-Moderasi Beragama.pptx
 
PAK berwawasan Kemajemukan dalam Membina Sikap Toleransi Beragama Siswa
PAK berwawasan Kemajemukan dalam Membina Sikap Toleransi Beragama SiswaPAK berwawasan Kemajemukan dalam Membina Sikap Toleransi Beragama Siswa
PAK berwawasan Kemajemukan dalam Membina Sikap Toleransi Beragama Siswa
 
Alissa 210601 PERGURUAN TINGGI DAN MODERASI BERAGAMA.pptx
Alissa 210601 PERGURUAN TINGGI DAN MODERASI BERAGAMA.pptxAlissa 210601 PERGURUAN TINGGI DAN MODERASI BERAGAMA.pptx
Alissa 210601 PERGURUAN TINGGI DAN MODERASI BERAGAMA.pptx
 
BUTIR-BUTIR PANCASILA.docx
BUTIR-BUTIR PANCASILA.docxBUTIR-BUTIR PANCASILA.docx
BUTIR-BUTIR PANCASILA.docx
 
Presentasi Agama
Presentasi AgamaPresentasi Agama
Presentasi Agama
 
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbukaSikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka
 
Teloeransi antar umat beragama 2
Teloeransi antar umat beragama 2Teloeransi antar umat beragama 2
Teloeransi antar umat beragama 2
 
Makalah agama kerukunan antar umat beragama
Makalah agama kerukunan antar umat beragamaMakalah agama kerukunan antar umat beragama
Makalah agama kerukunan antar umat beragama
 
Konsep mb kemenag
Konsep mb kemenagKonsep mb kemenag
Konsep mb kemenag
 
Bab 8 Pertentangan dan Integrasi Masyarakat
Bab 8 Pertentangan dan Integrasi MasyarakatBab 8 Pertentangan dan Integrasi Masyarakat
Bab 8 Pertentangan dan Integrasi Masyarakat
 
Pp
PpPp
Pp
 
Patani matkul pancasila kel 7
Patani matkul pancasila kel 7Patani matkul pancasila kel 7
Patani matkul pancasila kel 7
 
Bertoleransi
Bertoleransi Bertoleransi
Bertoleransi
 

More from Ricky Suadma

Proposal sederhana
Proposal sederhanaProposal sederhana
Proposal sederhanaRicky Suadma
 
Sejarah singkat masuknya islam di indonesia
Sejarah singkat masuknya islam di indonesiaSejarah singkat masuknya islam di indonesia
Sejarah singkat masuknya islam di indonesiaRicky Suadma
 
MENYUNTING TEKS CERPEN
MENYUNTING TEKS CERPENMENYUNTING TEKS CERPEN
MENYUNTING TEKS CERPENRicky Suadma
 
OSI 7 Layer, |Kelompok 3 Ricky Suadma DKK
OSI 7 Layer, |Kelompok 3 Ricky Suadma DKKOSI 7 Layer, |Kelompok 3 Ricky Suadma DKK
OSI 7 Layer, |Kelompok 3 Ricky Suadma DKKRicky Suadma
 
TKJ : Beberapa Model Koneksi, Bentuk-bentuk Topologi,dan Pembagian TCP/IP Kel...
TKJ : Beberapa Model Koneksi, Bentuk-bentuk Topologi,dan Pembagian TCP/IP Kel...TKJ : Beberapa Model Koneksi, Bentuk-bentuk Topologi,dan Pembagian TCP/IP Kel...
TKJ : Beberapa Model Koneksi, Bentuk-bentuk Topologi,dan Pembagian TCP/IP Kel...Ricky Suadma
 
TKJ : Hardware sistem operasi jaringan kelompok 8 | Ricky Suadma DKK
TKJ : Hardware sistem operasi jaringan kelompok 8 | Ricky Suadma DKKTKJ : Hardware sistem operasi jaringan kelompok 8 | Ricky Suadma DKK
TKJ : Hardware sistem operasi jaringan kelompok 8 | Ricky Suadma DKKRicky Suadma
 
TKJ : Instalasi Win Server 2003 Kelompok 4 | Ricky Suadma DKK
TKJ : Instalasi Win Server 2003 Kelompok 4 | Ricky Suadma DKKTKJ : Instalasi Win Server 2003 Kelompok 4 | Ricky Suadma DKK
TKJ : Instalasi Win Server 2003 Kelompok 4 | Ricky Suadma DKKRicky Suadma
 
TKJ : Instalasi Linux Debian Berbasis Gui by Ricky Suadma
TKJ : Instalasi Linux Debian Berbasis Gui by Ricky Suadma TKJ : Instalasi Linux Debian Berbasis Gui by Ricky Suadma
TKJ : Instalasi Linux Debian Berbasis Gui by Ricky Suadma Ricky Suadma
 
Tugas kewarganegaraan BAB 1 by ricky suadma
Tugas kewarganegaraan BAB 1 by ricky suadma Tugas kewarganegaraan BAB 1 by ricky suadma
Tugas kewarganegaraan BAB 1 by ricky suadma Ricky Suadma
 
Cara menginstal linux red hat melalui virtual box by ricky suadma
Cara menginstal linux red hat melalui virtual box by ricky suadma Cara menginstal linux red hat melalui virtual box by ricky suadma
Cara menginstal linux red hat melalui virtual box by ricky suadma Ricky Suadma
 
Tutorial penginstalan system operasi windows 8.1 ricky suadma
Tutorial penginstalan system operasi windows 8.1 ricky suadma Tutorial penginstalan system operasi windows 8.1 ricky suadma
Tutorial penginstalan system operasi windows 8.1 ricky suadma Ricky Suadma
 
Pengertian sepak bola Aturan, dan teknik dasar permainan
Pengertian sepak bola Aturan, dan teknik dasar permainanPengertian sepak bola Aturan, dan teknik dasar permainan
Pengertian sepak bola Aturan, dan teknik dasar permainanRicky Suadma
 
Rangkuman cerpen juru masak dan sulaiman pergi ke tanjung cina by ricky suadma
Rangkuman cerpen juru masak dan sulaiman pergi ke tanjung cina by ricky suadmaRangkuman cerpen juru masak dan sulaiman pergi ke tanjung cina by ricky suadma
Rangkuman cerpen juru masak dan sulaiman pergi ke tanjung cina by ricky suadmaRicky Suadma
 

More from Ricky Suadma (13)

Proposal sederhana
Proposal sederhanaProposal sederhana
Proposal sederhana
 
Sejarah singkat masuknya islam di indonesia
Sejarah singkat masuknya islam di indonesiaSejarah singkat masuknya islam di indonesia
Sejarah singkat masuknya islam di indonesia
 
MENYUNTING TEKS CERPEN
MENYUNTING TEKS CERPENMENYUNTING TEKS CERPEN
MENYUNTING TEKS CERPEN
 
OSI 7 Layer, |Kelompok 3 Ricky Suadma DKK
OSI 7 Layer, |Kelompok 3 Ricky Suadma DKKOSI 7 Layer, |Kelompok 3 Ricky Suadma DKK
OSI 7 Layer, |Kelompok 3 Ricky Suadma DKK
 
TKJ : Beberapa Model Koneksi, Bentuk-bentuk Topologi,dan Pembagian TCP/IP Kel...
TKJ : Beberapa Model Koneksi, Bentuk-bentuk Topologi,dan Pembagian TCP/IP Kel...TKJ : Beberapa Model Koneksi, Bentuk-bentuk Topologi,dan Pembagian TCP/IP Kel...
TKJ : Beberapa Model Koneksi, Bentuk-bentuk Topologi,dan Pembagian TCP/IP Kel...
 
TKJ : Hardware sistem operasi jaringan kelompok 8 | Ricky Suadma DKK
TKJ : Hardware sistem operasi jaringan kelompok 8 | Ricky Suadma DKKTKJ : Hardware sistem operasi jaringan kelompok 8 | Ricky Suadma DKK
TKJ : Hardware sistem operasi jaringan kelompok 8 | Ricky Suadma DKK
 
TKJ : Instalasi Win Server 2003 Kelompok 4 | Ricky Suadma DKK
TKJ : Instalasi Win Server 2003 Kelompok 4 | Ricky Suadma DKKTKJ : Instalasi Win Server 2003 Kelompok 4 | Ricky Suadma DKK
TKJ : Instalasi Win Server 2003 Kelompok 4 | Ricky Suadma DKK
 
TKJ : Instalasi Linux Debian Berbasis Gui by Ricky Suadma
TKJ : Instalasi Linux Debian Berbasis Gui by Ricky Suadma TKJ : Instalasi Linux Debian Berbasis Gui by Ricky Suadma
TKJ : Instalasi Linux Debian Berbasis Gui by Ricky Suadma
 
Tugas kewarganegaraan BAB 1 by ricky suadma
Tugas kewarganegaraan BAB 1 by ricky suadma Tugas kewarganegaraan BAB 1 by ricky suadma
Tugas kewarganegaraan BAB 1 by ricky suadma
 
Cara menginstal linux red hat melalui virtual box by ricky suadma
Cara menginstal linux red hat melalui virtual box by ricky suadma Cara menginstal linux red hat melalui virtual box by ricky suadma
Cara menginstal linux red hat melalui virtual box by ricky suadma
 
Tutorial penginstalan system operasi windows 8.1 ricky suadma
Tutorial penginstalan system operasi windows 8.1 ricky suadma Tutorial penginstalan system operasi windows 8.1 ricky suadma
Tutorial penginstalan system operasi windows 8.1 ricky suadma
 
Pengertian sepak bola Aturan, dan teknik dasar permainan
Pengertian sepak bola Aturan, dan teknik dasar permainanPengertian sepak bola Aturan, dan teknik dasar permainan
Pengertian sepak bola Aturan, dan teknik dasar permainan
 
Rangkuman cerpen juru masak dan sulaiman pergi ke tanjung cina by ricky suadma
Rangkuman cerpen juru masak dan sulaiman pergi ke tanjung cina by ricky suadmaRangkuman cerpen juru masak dan sulaiman pergi ke tanjung cina by ricky suadma
Rangkuman cerpen juru masak dan sulaiman pergi ke tanjung cina by ricky suadma
 

Recently uploaded

Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 

Recently uploaded (7)

Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 

ARTIKEL PKN : Membangun kerukunan beragama dalam kehidupan sehari hari by Ricky Suadma

  • 1. TUGAS ARTIKEL “Membangun Kerukunan Beragama Dalam Kehidupan Sehari Hari” D I S U S U N OLEH : Nama: Ricky Suadma Kelas: XI – TKJ1 SMKN 4 PEKANBARU TP. 2014/2015
  • 2. INTI PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN Dalam negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk di daerah kita terdapat beberapa jenis agama yang berbeda. Dari satu sisi, perbedaan-perbedaan yang ada dilihat dan dinilai sebagai kekayaan bangsa dimana para penganut agama yang berbeda bisa saling menghargai atau menghormati, saling belajar, saling menimbah serta memperkaya dan memperkuat nilai -nilai keagamaan dan keimanan masing-masing. Perbedaan tidak perlu dipertentangkan, tetapi dilihat dan dijadikan sebagai pembanding, pendorong, bahkan penguat dan pemurni apa yang dimiliki. Kaum beriman dan penganut agama yang berbeda-beda semestinya bisa hidup bersama dengan rukun dan damai selalu, bisa bersatu, saling menghargai, saling membantu dan saling mengasihi. Namun dalam sejarah kehidupan umat beragama, sering terjadi bahwa perbedaan keagamaan dan keimanan dijadikan sebagai pemicu atau alasan pertentangan dan perpecahan. Di banyak tempat, telah terjadi konflik berdarah dan berapi yang menelan banyak korban manusia dan harta benda, serta menghancurkan sendi-sendi kehidupan di pelbagai bidang, di lingkungan kita. Unsur-unsur keagamaan dijadikan sebagai pemicu dan sasaran penghancuran dalam konflik tersebut. Menurut pemahaman teoritis dan pengakuan “oral” banyak pihak, agama bukan dan tidak boleh dipandang serta dijadikan sebagai pemicu konflik dan perpecahan, melainkan adalah dan harus dipandang serta dijadikan sebagai penunjang perdamaian dan persatuan. Namun kenyataannya dalam perilaku atau tindakan orang-orang tertentu, entah dengan sengaja atau tidak, agama dipakai sebagai pemicu konflik dan perpecahan. Bahkan ada orang-orang tertentu yang menganggap dan menjadikan agama sebagai dasar atau alasan untuk tidak boleh hidup bersama atau harus hidup terpisah, tidak boleh berdamai atau rukun dengan orang yang berbeda agama. Bahkan ada anjuran untuk memusuhi dan membinasakan orang-orang yang beragama lain. Kenyataan bahwa unsur-unsur keagamaan dijadikan sebagai pemicu serentak sasaran konflik, baik pada tingkat lokal dan nasional maupun internasional akhir-akhir ini, tentu memprihatinkan dan mencemaskan banyak orang, terutama bagi kita bangsa Indonesia umumnya yang berciri majemuk. Persaudaraan, kekeluargaan, kerukunan, perdamaian dan ketenteraman serta kebersamaan, persekutuan dan kerjasama akan terancam, terganggu dan merosot. Timbul kecemasan akan konflik, kekerasan, perpecahan dan kehancuran yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Cukup banyak orang cemas akan ancaman terhadap kesatuan dan persatuan bangsa, atau akan terjadinya disintegrasi bangsa, yang dipicu dengan issu agama. Maka kita perlu memberi perhatian khusus pada permasalahan yang ada, mendalami serta mengupayakan langkah-langkah penyelesaian maupun antisipatif. Perlu diupayakan peningkatan akan pemahaman, penghayanan, implementasi dan pelestarian akan : 1. wawasan kebangsaan kita seperti tersurat dan tersirat dalam falsafah bangsa seperti : “Bhinek a Tunggal Ik a”, “Bersatu k ita teguh, bercerai k ita runtuh”. 2. kekeluargaan dan persaudaraan sejati antar suku, ras, golongan, daerah dan agama; 3. kerukunan dan toleransi antar umat beragama maupun suku, ras dan golongan.
  • 3. Untuk itu kita perlu upaya pengkajian dan pemahaman tentang inti permasalahan kita dan sebab-musebabnya, tatacara mengatasi dan mencegahnya, serta dasar pijak dan pedoman arah dari langkah kita. SEBAB KONFLIK YANG BERKAITAN DENGAN AGAMA SERTA CARA MENGATASI DAN MENCEGAHNYA Fakta bahwa ada konflik dan kekerasan maupun perpecahan dan penghancuran yang berkaitan dengan agama disebabkan karena : 1. Perbedaan yang ada salah dipahami dan salah disikapi, dan tidak dilihat dan ditanggapi secara positif serta tidak dikelola dengan baik dalam konteks kemajemukan. 2. Fanatisme yang salah. Penganut agama tertentu menganggap hanya agamanyalah yang paling benar, mau “menang sendiri”, tidak mau menghargai, mengakui dan menerima keberadaan serta kebenaran agama dan umat beragama yang lain. 3. Umat beragama yang fanatik (secara negatif) dan yang terlibat dalam konflik ataupun yang menciptakan konflik adalah orang-orang yang pada dasarnya : 4. kurang memahami makna dan fungsi agama pada umumnya; 5. kurang memahami dan menghidupi agamanya secara lengkap, benar, mendalam; 6. kurang matang imannya dan takwanya; 7. kurang memahami dan menghargai agama lain serta umat beragama lain; 8. kurang memahami dan menghargai hakekat dan martabat manusia; 9. kurang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang universal, terutama hati nurani dan cinta kasih; 10. kurang memahami dan menghidupi wawasan kebangsaan dan kemasyarakatan yang khas Indonesia, yakni kerukunan, toleransi dan persatuan dalam kemajemukan, baik pada tingkat nasional maupun lokal. Oleh sebab itu permasalahan yang timbul, ataupun yang dikhawatirkan akan timbul, dapat diatasi atau dicegah dengan upaya peningkatan pemahaman dan implementasi yang memadai dari kekurangan-kekurangan tersebut, terutamapeningkatan kwalitas iman dan takwa, hati nurani dan cinta kasih. Hal ini dapat dilaksanakan dengan: 1. Mengembangkan Dialog atau komunikasi timbal balik, yang dilandaskan pada kesadaran akan : A.adanya kesamaan maupun perbedaan yang tak dapat diingkari dan disingkirkan, sesuai hakekat atau harkat dan martabat manusia; B. adanya kesamaan nilai-nilai serta permasalahan dan kebutuhan yang universal, yang berkaitan dengan kemanusiaan, seperti kebenaran, keadilan, HAM, persaudaraan dan cinta kasih; C.adanya fakta kehidupan bersama dalam kemajemukan serta hubungan dan ketergantungan satu sama lain; D.mutlak perlunya kerukunan dan damai sejahtera, persatuan dan kerjasama dengan prinsip keadilan, saling menguntungkan, saling menghargai, saling terbuka dan saling percaya.
  • 4. 2. Mengevaluasi dan memperbaiki sistem dan bobot pendidikan dan pembinaan, baik yang khas keagamaan maupun yang bukan khas atau yang bersifat umum, untuk menambah pengetahuan, mematangkan iman, meningkatkan moral dan spiritual, memantapkan kepribadian; Sasaran pendidikan dan pembinaan bukan hanya pada aspek intelektual dan ketrampilan, tetapi juga pada budi pekerti dan hati nurani (moral dan spiritual) sertaemosionalitas dan perilaku, pola pikir dan pola hidup. 3. Mencermati, mengevaluasi dan membaharui doktrin dan praktek-praktek keagamaan yang terlalu atau bahkan hanya formal dan ritualistik belakaagar lebih fungsional atau berdaya-guna secara tepat dan efektif bagi pemantapan kwalitas diri dan kehidupan penganutnya pada khususnya maupun masyarakat pada umumnya. 4. Mengembangkan hidup bersama, kegiatan bersama dan kerjasama secara proporsional yg dilandaskan pada kesadaran akan kebutuhan dan ketergantungan satu sama lain sebagai konsekwensi hidup bersama serta kesamaan martabat dan hak sebagai manusia. DASAR KERUKUNAN DAN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA Dasar atau landasan dari ketiga cara untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama sebagaimana yang telah dikemukakan adalah hakekat dan martabat kemanusiaan, reali ta sosial yang ada, ideologi keagamaan yang dianut dan dicita-citakan, dan komitment konstitusional yang dicanangkan. 1. Dasar Kemanusian (Filosofis) Kerukunan dan toleransi antar umat beragama merupakan konsekwensi serta kebutuhan hakiki dari kemanusiaan yang universal, yang tidak dapat ditolak dan wajib diusahakan oleh setiap insan beragama karena manusia pada hakekatnya adalah makhluk hidup yang : 1. individual dan serentak komunal yang hidup bersama, mengelompokkan diri atas dasar tertentu, saling membutuhkan, saling berelasi, saling mempengaruhi; 2. yang memiliki kesamaan martabat, nilai-nilai kemanusiaan, dan hak asasi, eksistensi atau keberadaan, permasalahan dan kebutuhan, ideologi dan cita-cita 3. dan serentak memiliki kekhasan yang membedakan individu yang satu dengan yang lain maupun kelompok yang satu dengan kelompok yang lain; 4. yang memiliki kebebasan batiniah (kehendak) dan lahiriah (tindakan),namun serentak dapat pula mempengaruhi dan dipengaruhi; 5. yang memiliki kecenderungan “egositis” maupun “al troistis”, baik secara individual maupun komunal; 6. yang mempunyai akal budi, hati nurani dan keutamaan untuk memikirkan dan mengetahui, menilai dan memutuskan, serta bertindak atau berbuat; 7. yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma: adat/budaya, kenegaraan, keagamaan. Penghargaan terhadap agama/umat beragama lain, hidup rukun dan damai dengan umat beragama lain, bukan hanya merupakan kebutuhan dan tuntutan atau kewajiban keagamaan, tetapi lebih luas dan dalam
  • 5. dari itu, yaitu karena kemanusiaan. Kerukunan dan toleransi antar sesama manusia, baik yang beragama maupun yang tidak beragama, merupakan tuntutan kebutuhan dan kewajiban kemanusiaan dari setiap orang (termasuk orang yang tidak beragama). Kerukunan dan toleransi antar umat beragama merupakan konsekwensi dari hakekat kemanusiaan kita. Oleh sebab itu bila ada orang yang merusakkan atau menolak kerukunan dan toleransi antar umat beragama, sama dengan ia merusakkan atau menolak kemanusiaan. Apakah kita menghendaki demikian ? Kiranya tidak ! Oleh sebab itu kita perlu waspada terhadap oknum ataupun kelompok yang mencoba merusakkan atau menolaknya, seraya berusaha untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama, karena dan demi kemanusiaan (harkat dan martabat manusia) yang universal. 2. Dasar kebudayaan (Sosio-kultural) Masyarakat Indonesia, baik secara lokal maupun nasional memiliki nilai -nilai dan norma-norma budaya yang pada dasarnya sangat mengutamakan, menjamin serta mencirikhaskan kerukunan dan toleransi, perdamaian dan persatuan,persaudaraan dan kekeluargaan, solidaritas dan kerjasama, bukan hanya antar umat beragama tetapi antar setiap individu dan kelompok dari latarbelakang manapun. Kerukunan dan toleransi merupakan ciri budaya kita, baik secara lokal maupun nasional. Maka menolak atau merusakkan kerukunan dan toleransi dalam aspek manapun dengan alasan apapun tidak dapat diterima secara kultural karena sama dengan menolak atau merusakkan budaya lokal maupun nasional kita. Apakah kita menghendaki demikian ? Kiranya tidak ! Oleh sebab itu kita perlu waspada terhadap oknum ataupun kelompok yang mencoba merusakkan atau menolaknya, seraya berusaha untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama, demi mempertahankan eksistensi kemajemukan agama serta budaya lokal dan nasional kita. Untuk itu kita perlu mengusahakan penyadaran dan “pelestarian” nilai-nilai budaya atau kearifan lokal maupun nasional, secara kontekstual melalui penggalian danpencerahan (sosialisasi) untuk sungguh-sungguh dimiliki dan diwujudkan dalam hidup. 3. Dasar Kemasyarakatan dan Kenegaraan (Sosial dan Konstitusional) Secara faktual, masyarakat Indonesia pada umumnya bercorak majemuk. Kemajemukan, termasuk dalam bidang keagamaan, merupakan ciri khas masyarakat kita. Maka konsekwensi dari kemajemukan adalah kebutuhan dan kewajiban untuk menerima dan mengusahakan kerukunan dan toleransi. Misalnya antar umat beragama. Maka warga masyarakat atau umat beragama yang menolak atau merusakkan kerukunan dan toleransi umat beragama pada dasarnya menolak atau merusakkan kemajemukan dalam masyarakatnya. Menolak atau merusakkan kemajemukan dalam suatu masyarakat yang majemuk adalah sama dengan menolak atau merusakkan eksistensi masyarakat tersebut. Sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang adalah masyarakat yang majemuk, apakah kita mau merusakkan atau menolak eksistensi masyarakat kita ? Kiranya tidak ! Namun kita tidak dapat ingkari adanya ancaman pengrusakan ataupun penolakan terhadap eksistensi masyarakat kita. Oleh sebab itu kita perlu waspada terhadap oknum ataupun kelompok yang mencoba merusakkan atau menolaknya, seraya berusaha untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama, demi mempertahankan dan mengembangkan eksistensi bangsa Indonesia yang majemuk. Sejak Negera Kesatuan Republik Indonesia didirikan, para pendirinya kiranya telah menyadari kemajemukan bangsa kita ini serta ancaman terhadap kerukunan dan persatuan di satu sisi maupun potensi untuk membangun kehidupan bersama, berbangsa dan bernegara, bermasyarakat dan
  • 6. beragama, dengan rukun dan damai dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, dari lain sisi. Bahkan jauh sebelum kemerdekaan dan penderian Negara Kesatuan Republik Indonesia, para pencetus Sumpah Pemuda telah menyadari ciri kemajukan bangsa kita dan kebutuhan akan persatuan dan perdamaian. Karena itu untuk mencegah perselisihan dan perpecahan serta memelihara kerukunan dan toleransi serta persatuan, disusunlah falsafah bangsa dan dasar negara sebagaimana tertuang dalam Pancasila dan UUD 45. Jadi dasar kenegaraan atau konstitusional dari kerukunan dan toleransi antar umat beragama adalah Pancasila dan UUD 45 (khusunya pasal 29). Selain itu, juga undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan/keputusan presiden, peraturan/keputusan menteri, yang lebih bersifat operasional dan merupakan penjabaran dari Pancasila dan UUD 45. Kerukunan dan toleransi antar umat beragama amat dibutuhkan dan menentukan kedamaian, persatuan dan keutuhan dari bangsa kita yang majemuk. Karena itu komitment, undang-undang dan peraturan untuk mewujudkan dan memelihara kerukunan dan toleransi antar umat beragama dibuat dan perlu dipatuhi oleh segenap warga negara. Maka menolak atau merusakkan kerukunan dan toleransi antar umat beragama sama dengan menolak atau merusakkan Pancasila dan UUD 45, serentak menolak atau merusakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apakah kita menghendaki demikian ? Kiranya tidak ! Oleh sebab itu kita perlu waspada terhadap oknum ataupun kelompok yang mencoba merusakkan atau menolaknya, seraya berusaha untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama, demi mempertahankan eksistensi bangsa dan negara kita dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Dasar Keagamaan (Spiritual dan moral) Sejauh yang kami ketahui, semua agama “moderen” yang ada di dunia sekarang ini amat menekankan tentang nilai-nilai hidup manusia seperti: kerukunan, perdamaian, persaudaraan, solidaritas, cinta kasih, persatuan, dan kerjasama dalam hidup bersama. Tujuan yang hendak dicapai setiap agama adalah kematangan spiritual dan moral yang terwujud atau terbukti dalam hubungan yang baik antara manusia dengan Allah serta antara manusia dengan sesamanya. Pembentukan pribadi yang baik yang terungkap dan nampak secara nyata dalam kata-kata, sikap atau perilaku dan perbuatan yang baik terhadap orang lain merupakan misi dari setiap agama. Hal -hal ini bukan hanya dicita-citakan, diwajibkan dan diusahakan untuk terwujud oleh, bagi dan antar orang-orang yang seagama, tetapi juga oleh, bagi dan antar orang-orang yang berbeda agamanya. Karena itu toleransi antar umat beragama adalah sesuatu yang mutlak perlu sebagai konsekwensi logis dari cita-cita setiap agama serta konsekwensi adanya kemajemukan agama dalam suatu masyarakat. Orang beragama yang tidak toleran terhadap agama atau orang beragama yang lain, pada dasarnya mengingkari cita-cita agamanya sendiri serta menolak atau merusakkan kemajemukan agama dalam lingkungan masyarakatnya. Menolak atau merusakkan kemajemukan agama dalam suatu masyarakat yang majemuk sama dengan menolak atau merusakkan eksistensi masyarakat tersebut. Apakah kita menghendaki demikian ? Kiranya tidak ! Oleh sebab itu kita perlu waspada terhadap oknum ataupun kelompok yang mencoba merusakkan atau menolaknya, seraya berusaha untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama, agar dapat mempertahankan dan mengembangkan masyarakat kita yang majemuk serta mewujudkan cita-cita dan kewajiban kita sebagai umat beragama.
  • 7. KERUKUNAN DAN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA MENURUT GEREJA KATOLIK Sejak Konsili Vatikan II, Gereja Katolik sangat menekankan dan turut memperjuangkan kerukunan dan toleransi antar umat beragama, karena dan demi keharmonisan, persaudaraan, damai sejahtera, persatuan, dan “keselamatan” segenap umat manusia. Kerukunan dan toleransi antar umat beragama dilihat sebagai suatu kebutuhan hakiki dan universal. Dikatakan oleh Konsili Vatikan II : “ Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra-kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan manusia dengan Allah Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Allah berkata : “Barang siapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah” (1 Yoh 4:8). Jadi tiadalah dasar bagi setiap teori atau praktek, yang mengadakan pembedaan mengenai martabat manusia serta hak-hak yang bersumber padanya antara manusia dengan manusia, antara bangsa dengan bangsa. Maka Gereja mengecam setiap diskriminasi antara orang-orang atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama, sebagai berlawanan dengan semangat Kristus. Oleh karena itu Konsili suci, mengikuti jejak para Rasul kudus Petrus dan Paulus, meminta dengan sangat kepada Umat beriman kristiani, supaya bila ini mungkin “memelihara cara hidup yang baik di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi” (1Ptr 2:12), dan sejauh bergantung dari mereka hidup dalam damai dengan semua orang, sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi putera Bapa di sorga.“ (Hardawiryana, S.J.; Dok. Konsili Vatikan II, Obor, Jakarta 1993, hal. 314-315). Dalam kutipan ini kiranya dapat dilihat pandangan Gereja Katolik tentang pentingnya, dasar, dan cara membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama. 1. Pentingnya kerukunan dan toleransi antar umat beragama Dalam pandangan Gereja Katolik, kerukunan dan toleransi antar umat beragama adalah penting bagi : 1. Praktek hidup beragama secara benar, konsekwen dan efektif; 2. Tercapainya tujuan dari agama, yakni terwujudnya keselamatan/kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, yang dapat dicapai melalui cinta kasih, yang tidak lain adalah intimitas relasi antara manusia dengan Allah dalam intimitas relasi antara manusia dengan manusia; 3. Terwujudnya kebutuhan yang hakiki dan cita-cita setiap insan manusia, yaitu damai sejahtera lahir dan batin dalam “dunia” yang harmonis, rukun dan damai. 2. Dasar kerukunan dan toleransi antar umat beragama Ada beberapa pandangan theologis dogmatis dari Gereja Katolik yang mendasari kerukunan dan toleransi antar umat beragama, yakni misalnya : 1. Kesamaan kodrat dan martabat, kebebasan, hak dan kewajiban dari segenap umat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang secitra denganNya; 2. Persaudaraan universal, segenap bangsa merupakan suatu masyarakat atau keluarga umat manusia, yang adalah putera-puteri dari Allah yang satu dan sama; 3. Allah yang satu dan sama sebagai sebagai sumber dan tujuan dari segala bangsa, termasuk sumber dan tujuan dari agama-agama yang berbeda; 4. Allah itu merupakan sumber keselamatan yg dibutuhkan dan didambakan setiap orang;
  • 8. 5. Universalitas Keselamatan dari Allah, yang terwujud secara penuh dalam Yesus Kristus, diperuntukkan bagi segenap bangsa. Jadi bagi segenap umat dari pelbagai golongan agama; 6. Inti dari keselamatan dari Allah adalah ketenteraman lahir dan batin yang diperoleh melalui intimitas relasi vertikal maupun horizontal , yakni damai sejahtera dan persekutuan lahir dan batin antara manusia yang satu dengan sesama manusia yang lain sebagai wujud nyata dari intimitas relasi dengan Tuhan; 7. Dasar dan serentak tujuan maupun wujud dari relasi tersebut adalah cinta kasih. Dan yang dimaksudkan dengan cinta kasih adalah seperti apa yang dilukiskan oleh rasul Paulus, yaitu: “ murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersuka cita karena ketidak-adilan, tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu (tidak membeberkan jelekan/kesalahan orang lain), mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (Kor.13:4-7). “ Cinta inilah yang menjadi dasar atau landasan utama bagi usaha dan terwujudnya kerukunan dan toleransi antar umat beragama. Dengan adanya cinta manusia mampu menghargai satu sama lain, hidup bersama dengan rukun dan damai, kendati ada rupa-rupa perbedaan, dan saling menunjang atau bekerjasama dengan baik. 1. Cinta kasih tersebut merupakan buah dari Roh Kudus, yang tidak lain adalah Roh Allah sendiri. Dengan daya Roh Kudus orang-orang yang berbeda dan asing satu sama lain dapat saling menghargai, memahami dan berkomunikasi dengan baik (Kisah Para Rasul 2:1-12), dapat menjadi sehati sejiwa, saling menunjang dan solider dalam suka dan duka (Kisah Rasul-Rasul 2:41-47). Kehadiran, karya dan buah-buah Roh Kudus tak dibatasi dengan ruang dan waktu. Roh Kudus dapat hadir dan berkarya dalam diri setiap orang, yang adalah ciptaan Allah, kapan saja dan dimana saja, tanpa membedakan agama, asal, dll. Maka Roh yang satu dan sama dapat mempersatukan orang-orang yang berbeda-beda, entah dalam iman dan agama maupun dalam hal apa saja. 3. Cara membangun kerukunan dan toleransi menurut Gereja Katolik. Konsili Vatikan II dalam beberapa dokumennya tentang hubungan Gereja Katolik dengan agama-agama lain (Kristen lain, Islam, Yahudi, Hindu/Budha, dll.), selain menjelaskan tentang kebutuhan, kewajiban dan dasar-dasar untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama, menjelaskan pula tentang cara-caranya. Cara-cara yang dikemukakan oleh Konsili Vatikan II dapat dirangkumkan sebagai berikut : 1. Membangkitkan kesadaran dan pengakuan akan masalah, kebutuhan dan kewajiban bersama, serta dasar-dasar dan cara-cara untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama, untuk menjadi motivasi serta “bekal” bagi usaha dimaksud. Jadi perlu proses penyadaran dan komitment. Hal ini dapat dilakukan terutama melalui dialog kemanusiaan dan persaudaraan insani maupun ilahi. 2. Menumbuh-kembangkan sikap dasar yang mutlak perlu bagi kerukunan dan toleransi antar umat beragama. Misalnya sikap mau dan senantiasa berusaha untuk SALING terbuka, memahami, mengakui, menghargai, dan berdialog satu sama lain. Juga mau dan selalu berusaha untuk saling berelasi dan bekerjasama.
  • 9. 3. Berusaha meningkatkan pemahaman akan pihak lain melalui study bersama atau saling tukar informasi tentang kekayaan rohani/keagamaan masing-masing. 4. Berusaha untuk senantiasa menghindari cara-cara yang dapat merusakkerukunan dan toleransi antar umat beragama. Misalnya mengadakan pelbagai upaya untuk menghindari kata-kata, penilaian-penilaian, tindakan-tindakan, yang ditinjau dari segi keadilan dan kebenaran tidak cocok dengan saudara-saudari dari golongan agama lain, sehingga mempersulit hubungan dengan mereka. 5. Penghargaan terhadap nilai-nilai atau kebijakan lokal dan penggalian, pelestarian serta pendayagunaannya secara bersama-sama. 6. Melaksanakan pertobatan hati secara tulus, meluas, konsekwen dan konsisten. 7. Melaksanakan beberapa program bersama seperti : 1. Study bersama tentang teologi dan Kitab Suci; 2. Study banding atau mengkaji bersama tentang praktek-praktek keagamaan maupun tata hidup sehari-hari dari umat beragama; 3. Berdoa bersama; 4. Karya amal bersama; 5. Pembinaan bersama.