SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
SIFAT KAYU
TERHADAP PANAS
FAKULTASKEHUTANAN
UNIVERSITASTANJUNGPURA
2022
PONTIANAK
Hantaran panas (Thermal Conductivity) kayu adalah suatu
pengukuran aliran panas dalam satu unit ketebalan kayu pada
temperatur tertentu (gradien). Dalam sistem inggris, daya hantaran
panas kayu (k) adalah banyaknya panas dalam BTU (British Thermal
Unit) yang dihantarkan selama 1 jam melalui benda dengan tebal 1 inchi
(2,54 cm), dengan penampang 1 feet2 (30,48 cm2), jika diusahakan
perbedaan suhu 1oF di kedua ujungnya. Satu BTU ialah banyaknya panas
yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 pound air 1oF yaitu 0,252 Kcal.
Dengan kata lain bahwa nilai hantaran panas kayu ditunjukkan oleh
koefisien konduktivitas panas (k), yang merupakan ukuran jumlah panas
dalam kalori, yang mengalir dalam satuan unit atau 1 satuan waktu (s)
pada benda setebal 1 cm dan luas permukaan 1 cm2 bila perbedaan suhu
pada kedua permukaan benda 1oC. Satuan untuk k adalah cal.cm/s.cm2.oC
atau Kcal m/h.m2.oC.
A. Hantaran Panas
Nilai daya hantar panas kayu lebih rendah dibandingkan dengan
material lainnya (aluminium, besi, gelas, gips dll) dan kurang lebih
sama dengan bahan isolasi. Hal ini disebabkan kayu mempunyai
struktur yang berporos (banyak rongga).
Besarnya hantaran panas dipengaruhi oleh :
 Kerapatan
 Kadar air
 Kandungan zat ekstraktif
 Arah serat
 Cacat (checks, knots, sudut serat, cross grain)
 Temperatur
Daya hantar panas kayu bervariasi menurut berat jenis atau kerapatan, kadar air,
temperatur yang masing-masing dalam hubungan garis lurus. Hubungan antara
ketiga faktor diatas dengan daya hantar panas kayu dapat dituliskan dalam rumus
daya hantar panas dalam arah melintang (tangensial dan radial) kayu, yaitu :
K = G (B + C.M) + A
Dimana : G = Berat jenis kayu pada kadar air yang ditentukan
(kering oven)
M = Kadar air dalam %
A, B & C = Konstanta
Konstanta untuk kerapatan > 0,3 dengan suhu sekitar 24oC dan nilai kadar air <
25%, maka :
•Nilai A = 0,01864, B = 1,1941 dan C = 0,004064 dengan nilai K dalam satuan
W/m.K
•Nilai A = 0,129, B = 1,34 dan C = 0,028 dengan nilai K dalam satuan
BTU.M/(h.ft2.oF).
Pengaruh kombinasi antara kerapatan dengan kadar air memiliki hubungan sebagai
berikut :
K = 0,165 + (r0 (1,39 + 0,038 m)
Dimana : m = Kadar air (%)
r0 = Kerapatan kering tanur (gr/cm3)
1 - 270 r0
1 - 270 r0
Pengaruh temperatur terhadap hantaran panas
membentuk hubungan sebagai berikut :
1 - 270 r0
rW
Dimana : K0 = Hantaran panas (TC) pada 0oC
t = Temperatur
b = Koefisien proporsionalitas, dihubungkan dengan
pengaruh dari kerapatan dan kadar air
r0 = Kerapatan kering tanur
rW = 1,59 g/cm3
Arah
Sumbu
K (K
Cal.m/hoC
Keterangan
Aksial 0,191 – 0,284 Terjadi karena adanya
morfologi
serat (fibrous)
Radial 0,104 – 0,151 Karena ada jari-jari kayu
Tangensial 0,090 –
0,140
Perbedaan kerapatan
antara kayu
awal dan kayu akhir
Koefisien konduktivitas panas berbeda menurut jenis kayu, pada temperatur (t) = 20oC, nilai rata-
ratanya dapat dilihat pada Tabel 11.
Besarnya Koefisen konduktivitas arah sumbu batang
Hantaran panas meningkat dengan meningkatnya kerapatan kayu, kadar air dan suhu. Hubungan
tersebut linier, sebagai contoh untuk konduktivitas tranversal pada kerapatan 0,2 – 0,8 g/cm2 dan
pada suhu 25oC. Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan rumus :
K= 0,177 R12 + 0,0205
Dimana : K = Koefisien hantaran panas
R12 = Kerapatan kering udara pada KA 12%
Kayu dengan kandungan ekstraktif tinggi, mempunyai
daya hantar panas yang lebih tinggi. Beberapa
penggunaan praktis kayu ditinjau dari sifat insulasi
panas, yaitu :
 Kayu memiliki kapasitas insulasi panas lebih besar
dalam arah, tranversal (sifat menguntungkan kayu,
misal konstruksi pintu kayu, dinding penyekat dan
lain-lain)
 Kayu kering dan ringan lebih baik sifat insulasi
panasnya
 Kayu yang terang insulasi panasnya baik
B. Panas Jenis
Panas jenis (Spesific Heat = SH) adalah jumlah
panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan
temperatur 1oC per satuan massa benda. Satuan SH
adalah cal/g oC atau K cal/Kg oC. Rata-rata panas
jenis untuk air diketahui 1 (artinya 1 kalori
dibutukan untuk meningkatkan temperatur 1 gram
air dari 15oC ke 16oC).
C. Difusivitas atau Penyebaran Panas
Difusivitas atau penyebaran panas (Thermal Diffusivity =
TD) merupakan ukuran kecepatan temperatur sebuah
benda, bila temperatur di sekitar benda tersebut
mengalami perubahan.
Kayu memiliki penyebaran panas yang jauh lebih kecil dari
baja (Steel). TD mempunyai nilai yang lebih kecil pada kayu
yang memiliki kadar air lebih rendah dan kerapatan lebih
tinggi, tetapi pengaruhnya kemudian lebih kecil.
D. Ekspansi dan Kontraksi Panas atau Koefisien Ekspansi Panas
Besarnya koefisien ekspansi panas berbeda sesuai dengan arah sumbu
pertumbuhan (sumbu utama) pada kayu berturut-turut dari nilai
koefisien yang paling kecil yaitu arah aksial, radial dan yang paling besar
adalah arah tangensial.
Sumbu aksial : 3,7 x 10–6 (fir) – 9,5 x 10–6 (ash)
Sumbu radial : 6,3 x 10–6 (spruce) – 22 x 10–6 (beech)
Sumbu tangensial : 29 x 10–6 (pine) – 72,7 x 10–6 (pine)
Bandingkan dengan nilai koefisien ekspansi panas pada :
Gelas = 9 x 10–4
Baja = 11 x 10–6
Aluminium = 24 x 10–6
Dimana
:
D = Ekspansi (cm/cm,
in/in)
I1
I
2
=
=
Panjang mula-mula
(cm, in)
Panjang akhir (cm,
in)
Hubungan antara ekspansi dengan temperatur berbentuk linier dalam
semua bidang pertumbuhan pohon. Begitu juga dengan hubungan antara
ekspansi dengan kerapatan, tetapi pengaruh kerapatan sangat kecil
dalam arah aksial. Ekspansi kayu pada setiap arah pertumbuhan untuk
perubahan temperatur dari t1 ke t2 (oC, oF) dapat dihitung dari
hubungan :
Hantaran panas (Thermal Conductivity) kayu adalah suatu pengukuran aliran panas dalam satu unit
ketebalan kayu pada temperatur tertentu (gradien). Nilai daya hantar panas kayu lebih rendah
dibandingkan dengan material lainnya (aluminium, besi, gelas, gips dll) dan kurang lebih sama dengan
bahan isolasi. Daya hantar panas kayu bervariasi menurut berat jenis atau kerapatan, kadar air,
temperatur yang masing-masing dalam hubungan garis lurus.
KESIMPULAN

More Related Content

What's hot

Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutananHutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
EDIS BLOG
 

What's hot (20)

Pengeringan Kayu.pptx
Pengeringan Kayu.pptxPengeringan Kayu.pptx
Pengeringan Kayu.pptx
 
Wood properties.pptx
Wood properties.pptxWood properties.pptx
Wood properties.pptx
 
Ppt sifat fisik dan mekanik kayu beserta cacat cacatnya
Ppt sifat fisik dan mekanik kayu beserta cacat cacatnyaPpt sifat fisik dan mekanik kayu beserta cacat cacatnya
Ppt sifat fisik dan mekanik kayu beserta cacat cacatnya
 
Pengertian Kayu
Pengertian KayuPengertian Kayu
Pengertian Kayu
 
Pengolahan rotan (rattan processing)
Pengolahan rotan (rattan processing)Pengolahan rotan (rattan processing)
Pengolahan rotan (rattan processing)
 
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutananHutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
 
Wood working basics and shrinkage types
Wood working basics and shrinkage typesWood working basics and shrinkage types
Wood working basics and shrinkage types
 
Bab 5 3. metode perhitungan etat
Bab 5 3. metode perhitungan etatBab 5 3. metode perhitungan etat
Bab 5 3. metode perhitungan etat
 
composite boards
composite boardscomposite boards
composite boards
 
Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih
 
Chapter 7: Timber
Chapter 7: TimberChapter 7: Timber
Chapter 7: Timber
 
Analisis usaha tani
Analisis usaha taniAnalisis usaha tani
Analisis usaha tani
 
RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptxRESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
 
10 kerusakan produk pascapanen
10 kerusakan produk pascapanen10 kerusakan produk pascapanen
10 kerusakan produk pascapanen
 
conversion of timber.pptx
conversion of timber.pptxconversion of timber.pptx
conversion of timber.pptx
 
Respirasi fistum1
Respirasi fistum1Respirasi fistum1
Respirasi fistum1
 
OSB & WOOD COMPOSITES
OSB & WOOD COMPOSITESOSB & WOOD COMPOSITES
OSB & WOOD COMPOSITES
 
Anatomi Kayu daun jarum (KDJ)
Anatomi Kayu daun jarum (KDJ)Anatomi Kayu daun jarum (KDJ)
Anatomi Kayu daun jarum (KDJ)
 
Sni 03 3527-1994
Sni 03 3527-1994Sni 03 3527-1994
Sni 03 3527-1994
 
Cnc 1
Cnc 1Cnc 1
Cnc 1
 

Similar to SIFAT KAYU TERHADAP PANAS( RONI) (Universitas Tanjungpura Pontianak).pptx

display-flipchartsuhukalor-160618070233 (1).pptx
display-flipchartsuhukalor-160618070233 (1).pptxdisplay-flipchartsuhukalor-160618070233 (1).pptx
display-flipchartsuhukalor-160618070233 (1).pptx
WahyuYulianto12
 
Materi_Perpindahan_Kalor.ppt
Materi_Perpindahan_Kalor.pptMateri_Perpindahan_Kalor.ppt
Materi_Perpindahan_Kalor.ppt
ayumaulira
 
penerapan hukum perpindahan panas pada mesin pendingin.pptx
penerapan hukum perpindahan panas pada mesin pendingin.pptxpenerapan hukum perpindahan panas pada mesin pendingin.pptx
penerapan hukum perpindahan panas pada mesin pendingin.pptx
IrwanKurniawan57
 
9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas
Habibur Rohman
 
14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panas14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panas
Habibur Rohman
 
Modul kelas x unit 7
Modul kelas x unit 7Modul kelas x unit 7
Modul kelas x unit 7
Eko Supriyadi
 
Bab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalorBab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalor
Eko Supriyadi
 

Similar to SIFAT KAYU TERHADAP PANAS( RONI) (Universitas Tanjungpura Pontianak).pptx (20)

display-flipchartsuhukalor-160618070233 (1).pptx
display-flipchartsuhukalor-160618070233 (1).pptxdisplay-flipchartsuhukalor-160618070233 (1).pptx
display-flipchartsuhukalor-160618070233 (1).pptx
 
Materi_Perpindahan_Kalor.ppt
Materi_Perpindahan_Kalor.pptMateri_Perpindahan_Kalor.ppt
Materi_Perpindahan_Kalor.ppt
 
PPT Suhu dan Kalor
PPT Suhu dan KalorPPT Suhu dan Kalor
PPT Suhu dan Kalor
 
Kalor dan Perubahan Kalor.pptx
Kalor dan Perubahan Kalor.pptxKalor dan Perubahan Kalor.pptx
Kalor dan Perubahan Kalor.pptx
 
penerapan hukum perpindahan panas pada mesin pendingin.pptx
penerapan hukum perpindahan panas pada mesin pendingin.pptxpenerapan hukum perpindahan panas pada mesin pendingin.pptx
penerapan hukum perpindahan panas pada mesin pendingin.pptx
 
Sains arsitektur
Sains arsitekturSains arsitektur
Sains arsitektur
 
P08 0809 suhu dan kalor
P08 0809 suhu dan kalorP08 0809 suhu dan kalor
P08 0809 suhu dan kalor
 
Suhu dan-kalor final
Suhu dan-kalor finalSuhu dan-kalor final
Suhu dan-kalor final
 
9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas
 
14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panas14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panas
 
suhu-dan-kalor (1).ppt
suhu-dan-kalor (1).pptsuhu-dan-kalor (1).ppt
suhu-dan-kalor (1).ppt
 
suhu-dan-kalor.ppt
suhu-dan-kalor.pptsuhu-dan-kalor.ppt
suhu-dan-kalor.ppt
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
 
jurnal
jurnaljurnal
jurnal
 
Suhu dan Kalor
Suhu dan KalorSuhu dan Kalor
Suhu dan Kalor
 
Materi LKS Fisika X S2
Materi LKS Fisika X S2Materi LKS Fisika X S2
Materi LKS Fisika X S2
 
Modul kelas x unit 7
Modul kelas x unit 7Modul kelas x unit 7
Modul kelas x unit 7
 
Bab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalorBab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalor
 
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
 
Remidi fisika riko saputra x tmo-b
Remidi fisika riko saputra x tmo-bRemidi fisika riko saputra x tmo-b
Remidi fisika riko saputra x tmo-b
 

Recently uploaded

perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
Mas PauLs
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
aji guru
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
AgusSuarno2
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
AvivThea
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
 
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptxMETODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanMateri Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 

SIFAT KAYU TERHADAP PANAS( RONI) (Universitas Tanjungpura Pontianak).pptx

  • 2. Hantaran panas (Thermal Conductivity) kayu adalah suatu pengukuran aliran panas dalam satu unit ketebalan kayu pada temperatur tertentu (gradien). Dalam sistem inggris, daya hantaran panas kayu (k) adalah banyaknya panas dalam BTU (British Thermal Unit) yang dihantarkan selama 1 jam melalui benda dengan tebal 1 inchi (2,54 cm), dengan penampang 1 feet2 (30,48 cm2), jika diusahakan perbedaan suhu 1oF di kedua ujungnya. Satu BTU ialah banyaknya panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 pound air 1oF yaitu 0,252 Kcal. Dengan kata lain bahwa nilai hantaran panas kayu ditunjukkan oleh koefisien konduktivitas panas (k), yang merupakan ukuran jumlah panas dalam kalori, yang mengalir dalam satuan unit atau 1 satuan waktu (s) pada benda setebal 1 cm dan luas permukaan 1 cm2 bila perbedaan suhu pada kedua permukaan benda 1oC. Satuan untuk k adalah cal.cm/s.cm2.oC atau Kcal m/h.m2.oC. A. Hantaran Panas
  • 3. Nilai daya hantar panas kayu lebih rendah dibandingkan dengan material lainnya (aluminium, besi, gelas, gips dll) dan kurang lebih sama dengan bahan isolasi. Hal ini disebabkan kayu mempunyai struktur yang berporos (banyak rongga). Besarnya hantaran panas dipengaruhi oleh :  Kerapatan  Kadar air  Kandungan zat ekstraktif  Arah serat  Cacat (checks, knots, sudut serat, cross grain)  Temperatur
  • 4. Daya hantar panas kayu bervariasi menurut berat jenis atau kerapatan, kadar air, temperatur yang masing-masing dalam hubungan garis lurus. Hubungan antara ketiga faktor diatas dengan daya hantar panas kayu dapat dituliskan dalam rumus daya hantar panas dalam arah melintang (tangensial dan radial) kayu, yaitu : K = G (B + C.M) + A Dimana : G = Berat jenis kayu pada kadar air yang ditentukan (kering oven) M = Kadar air dalam % A, B & C = Konstanta Konstanta untuk kerapatan > 0,3 dengan suhu sekitar 24oC dan nilai kadar air < 25%, maka : •Nilai A = 0,01864, B = 1,1941 dan C = 0,004064 dengan nilai K dalam satuan W/m.K •Nilai A = 0,129, B = 1,34 dan C = 0,028 dengan nilai K dalam satuan BTU.M/(h.ft2.oF). Pengaruh kombinasi antara kerapatan dengan kadar air memiliki hubungan sebagai berikut : K = 0,165 + (r0 (1,39 + 0,038 m) Dimana : m = Kadar air (%) r0 = Kerapatan kering tanur (gr/cm3) 1 - 270 r0 1 - 270 r0
  • 5. Pengaruh temperatur terhadap hantaran panas membentuk hubungan sebagai berikut : 1 - 270 r0 rW Dimana : K0 = Hantaran panas (TC) pada 0oC t = Temperatur b = Koefisien proporsionalitas, dihubungkan dengan pengaruh dari kerapatan dan kadar air r0 = Kerapatan kering tanur rW = 1,59 g/cm3
  • 6. Arah Sumbu K (K Cal.m/hoC Keterangan Aksial 0,191 – 0,284 Terjadi karena adanya morfologi serat (fibrous) Radial 0,104 – 0,151 Karena ada jari-jari kayu Tangensial 0,090 – 0,140 Perbedaan kerapatan antara kayu awal dan kayu akhir Koefisien konduktivitas panas berbeda menurut jenis kayu, pada temperatur (t) = 20oC, nilai rata- ratanya dapat dilihat pada Tabel 11. Besarnya Koefisen konduktivitas arah sumbu batang Hantaran panas meningkat dengan meningkatnya kerapatan kayu, kadar air dan suhu. Hubungan tersebut linier, sebagai contoh untuk konduktivitas tranversal pada kerapatan 0,2 – 0,8 g/cm2 dan pada suhu 25oC. Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan rumus : K= 0,177 R12 + 0,0205 Dimana : K = Koefisien hantaran panas R12 = Kerapatan kering udara pada KA 12%
  • 7. Kayu dengan kandungan ekstraktif tinggi, mempunyai daya hantar panas yang lebih tinggi. Beberapa penggunaan praktis kayu ditinjau dari sifat insulasi panas, yaitu :  Kayu memiliki kapasitas insulasi panas lebih besar dalam arah, tranversal (sifat menguntungkan kayu, misal konstruksi pintu kayu, dinding penyekat dan lain-lain)  Kayu kering dan ringan lebih baik sifat insulasi panasnya  Kayu yang terang insulasi panasnya baik
  • 8. B. Panas Jenis Panas jenis (Spesific Heat = SH) adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur 1oC per satuan massa benda. Satuan SH adalah cal/g oC atau K cal/Kg oC. Rata-rata panas jenis untuk air diketahui 1 (artinya 1 kalori dibutukan untuk meningkatkan temperatur 1 gram air dari 15oC ke 16oC).
  • 9. C. Difusivitas atau Penyebaran Panas Difusivitas atau penyebaran panas (Thermal Diffusivity = TD) merupakan ukuran kecepatan temperatur sebuah benda, bila temperatur di sekitar benda tersebut mengalami perubahan. Kayu memiliki penyebaran panas yang jauh lebih kecil dari baja (Steel). TD mempunyai nilai yang lebih kecil pada kayu yang memiliki kadar air lebih rendah dan kerapatan lebih tinggi, tetapi pengaruhnya kemudian lebih kecil.
  • 10. D. Ekspansi dan Kontraksi Panas atau Koefisien Ekspansi Panas Besarnya koefisien ekspansi panas berbeda sesuai dengan arah sumbu pertumbuhan (sumbu utama) pada kayu berturut-turut dari nilai koefisien yang paling kecil yaitu arah aksial, radial dan yang paling besar adalah arah tangensial. Sumbu aksial : 3,7 x 10–6 (fir) – 9,5 x 10–6 (ash) Sumbu radial : 6,3 x 10–6 (spruce) – 22 x 10–6 (beech) Sumbu tangensial : 29 x 10–6 (pine) – 72,7 x 10–6 (pine) Bandingkan dengan nilai koefisien ekspansi panas pada : Gelas = 9 x 10–4 Baja = 11 x 10–6 Aluminium = 24 x 10–6
  • 11. Dimana : D = Ekspansi (cm/cm, in/in) I1 I 2 = = Panjang mula-mula (cm, in) Panjang akhir (cm, in) Hubungan antara ekspansi dengan temperatur berbentuk linier dalam semua bidang pertumbuhan pohon. Begitu juga dengan hubungan antara ekspansi dengan kerapatan, tetapi pengaruh kerapatan sangat kecil dalam arah aksial. Ekspansi kayu pada setiap arah pertumbuhan untuk perubahan temperatur dari t1 ke t2 (oC, oF) dapat dihitung dari hubungan :
  • 12. Hantaran panas (Thermal Conductivity) kayu adalah suatu pengukuran aliran panas dalam satu unit ketebalan kayu pada temperatur tertentu (gradien). Nilai daya hantar panas kayu lebih rendah dibandingkan dengan material lainnya (aluminium, besi, gelas, gips dll) dan kurang lebih sama dengan bahan isolasi. Daya hantar panas kayu bervariasi menurut berat jenis atau kerapatan, kadar air, temperatur yang masing-masing dalam hubungan garis lurus. KESIMPULAN