Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Populasi IkanAmos Pangkatana
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah
Terumbu karang adalah sekumpulan dari hewan karang yang melakukan simbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut dengan zooxanthellae.
Dalam kelas tumbuhan, terumbu karang merupakan termasuk jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang mempunyai tentakel- tentakel. Koloni terumbu karang ini terbentuk oleh beribu- ribu hewan yang kecil- kecil yang dinamakan Polip.
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Populasi IkanAmos Pangkatana
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah
Terumbu karang adalah sekumpulan dari hewan karang yang melakukan simbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut dengan zooxanthellae.
Dalam kelas tumbuhan, terumbu karang merupakan termasuk jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang mempunyai tentakel- tentakel. Koloni terumbu karang ini terbentuk oleh beribu- ribu hewan yang kecil- kecil yang dinamakan Polip.
Presentasi ini mengenai dunia bawah laut, dan ekosistem Laut.. Bagaimana biota dan hewan yang tinggal di dalam laut. Juga pembahasan zona laut secara horizontal dan vertikal.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Presentasi ini mengenai dunia bawah laut, dan ekosistem Laut.. Bagaimana biota dan hewan yang tinggal di dalam laut. Juga pembahasan zona laut secara horizontal dan vertikal.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Assalamualaikum wr. wb
KELOMPOK 5 TUGAS KWU Kerajinan Bahan Keras
Nama Kelompok :
Agnes Kusuma Rahayu
Efita Syawalia
Lathifa Mia Zulfani
Tiara Richna Rumata
Kelas XI MIA 2
ini tugas yang sudah kami buat dengan sebaik-baiknya. kurang lebihnya mohon maaf.
Wassalamualaikum wr. wb
1. Hasil Hutan NonKayu-Rotan
Presented by:
Rahmat Darmawansyah
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2013
Teknologi Pengolahan Hasil Hutan
2. PENDAHULUAN
Kata rotan dalam bahasa Melayu diturunkan dari kata "raut"
yang berarti mengupas (menguliti), menghaluskan.
Rotan merupakan palem berduri yang memanjat dan hasil hutan
bukan kayu yang terpenting di Indonesia.
Ciri-Ciri:
-Akar: serabut, berwarna keputih-putihan s.d. kehitam-hitaman
-Batang: Silindris beruas-ruas
-Daun: Majemuk, berduri, melekat pada pelepah
-Bunga: Majemuk
-Buah: Bulat. Lonjong, halus atau kasar berbulu
Teknologi Pengolahan Hasil Hutan
3. Jenis-jenis Rotan
Jenis rotan yang paling umum di Indonesia yaitu:
1.Rotan Cacing
Batang berwarna hijau kekuningan, agak keras dan kuat.
Panjang batang dapat mencapai 50 m dan diameter 0,5-0,9 cm
dengan panjang ruas 15-40 cm. Daun berwarna hijau tua dan tidak
mengkilap
Teknologi Pengolahan Hasil Hutan
4. Sambungan…
2. Rotan sega
Panjang tiap batang 19.5 cm, diameter batang ikut pelepah
0.79 cm. Tekstur daun berduri, ujung daun mempunyai kucir. Warna
batang hijau tua, buah berkeping satu yang memiliki tekstur keras.
3. Rotan Manau
Warna batang kuning lansat, dengan diameter batang
berkisar 25 mm, panjang ruasnya 35 cm dengan total panjang batang
bila dewasa mencapai 40 meter.
Rotan Sega
Rotan Manau
5. POTENSI
Diperkirakan 80% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan
oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh negara lain seperti
Philippina, Vietnam dan negara-negara Asia lainnya.
Dari 143 juta hektar luas hutan di Indonesia, diperkirakan hutan
yang ditumbuhi rotan seluas 13,20 juta hektar, dan tersebar di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa.
Dalam setahun, Aceh mampu menghasilkan 200.000 hingga
250.000 ton rotan mentah
Teknologi Pengolahan Hasil Hutan
6. Peta Potensi Rotan di Aceh
1. Kab.Pidie (24.000 ton)
1. Kab.Pidie (24.000 ton)
2. Kab. Aceh Sel. (23.000
2. Kab. Aceh Sel. (23.000
ton)
ton)
3. Kab. Aceh Barat (21.000
3. Kab. Aceh Barat (21.000
ton)
ton)
4. Kab.
4. Kab. Aceh
Aceh Singkil
Singkil
(20.000 ton).
(20.000 ton).
Sisanya:
Sisanya:
Aceh
Aceh Besar,
Besar, Sabang,
Sabang,
Bireuen, Aceh Utara,
Bireuen, Aceh Utara,
Aceh
Aceh Timur,
Timur, Aceh
Aceh
Tamiang, Aceh Jaya,
Tamiang, Aceh Jaya,
Nagan Raya, Aceh Barat
Nagan Raya, Aceh Barat
Daya,
Daya, Gayo
Gayo Lues,
Lues,
Simeulue, Bener Meriah,
Simeulue, Bener Meriah,
dan Subulussalam.
dan Subulussalam.
7. Pengolahan
• Penggorengan
Bertujuan untuk menurunkan kadar air dan untuk mencegah
terjadinya serangan jamur. Cara penggorengannya adalah potongan batang
rotan diikat menjadi suatu bundelan, kemudian dimasukkan ke dalam
wadah yang berbentuk sedemikian rupa (pada bagian bawahnya terdapat
tungku untuk memanaskan campuran solar dan minyak kelapa).
• Penggosokan dan pencucian
•
Rotan yang telah digoreng, ditiriskan beberapa menit lalu digosok
dengan kain perca (sabut kelapa) yang dicampur dengan serbuk gergaji dan
tanah atau pasir, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel
pada kulit rotan dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi bersih dan
akan dihasilkan warna rotan yang bewarna cerah dan mengkilap.
Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan menjemur rotan pada panas matahari
sampai kering dengan kadar air berkisar 15% – 19%.
8. Sambungan….
Pengolahan
•
•
•
Pengupasan dan pemolesan
Pengupasan dan pemolisan umumnya dilakukan menggunakan alat
poles berupa kain amplas berbentuk selendang yang berputar gunanya
adalah untuk menghilangan kulit rotan tersebut, sehingga diameter dan
warna menjadi lebih seragam dan merata
Pengawetan
Proses perlakuan kimia atau fisis terhadap rotan yang bertujuan
meningkatkan masa pakai rotan merupakan hal yang terjadi saat
pengawetan rotan. Selain berfungsi untuk mencegah atau memperkecil
kerusakan rotan akibat oganisme perusak, juga memperpanjang umur pakai
rotan.
Pelurusan
Dilakukan dengan menekuk rotan pada dua buah tonggak agar batang
rotan menjadi lurus dan mudah untuk disusun
9. MANFAAT
Secara umum, klasifikasi industri rotan di Indonesia dapat
dibedakan menjadi:
•Pertama, industri pengolahan bahan rotan dan rotan setengah jadi
yang sering disebut sebagai industri antara. Contoh: Webbing
•Kedua, industri furnitur rotan. Contoh: meja.
Contohnya:
•Ketiga, industri barang-barang kerajinan rotan.
Handicraft
Rattan Webbing
Rattan Furniture
Rattan Handicraft
10. Sambungan…
Manfaat Bagian-Bagian Rotan
1. Batang: meubel, furniture, tali-temali
2. Kulit: Tikar, Keranjang, Fiber Glass
3. Buah: Pewarna biola dan keramik
Teknologi Pengolahan Hasil Hutan
The deforestation rate in Côte d’Ivoire is thought to be one of the highest in tropical regions worldwide. Conservation of large forested areas, such as those within the boundaries of the Tai National Park, is of primary importance, especially from a continental perspective. Conservation of smaller forested areas is also essential, both for biological conservation purposes and to meet the needs of rural communities. A comparison of these satellite images from 1988 and 2002 shows the destruction of small forest fragments due to increased pressure from coffee and rubber plantations as well as their exploitation for fuel wood. The lighter green strip bisecting the images is the result of extensive deforestation and intensive cultivation between the protected Grebo National Forest and the Tai National Park. Encouragingly, the boundaries of the protected areas have remained relatively intact.
Kisangani, in the Democratic Republic of the Congo, is located along the Congo River in the northwestern part of the country. It is a city of roughly a half million people.
In these images, most of the region around Kisangani is a rich green colour, indicative of dense forest cover. However, directly around the city is a light green zone—evidence of deforestation and conversion of the land to other uses. In the second image, taken in 2001, the cleared area around the city has grown and become consolidated; it has also spread along the rivers and the roads. Much of the deforestation is attributed to the influx of refugees into the country. Even the denser parts of the forest, once thought to be impenetrable, show signs of deforestation.
Madagascar is the world’s fourth largest island and has been described as an
“alternative world” or a “world apart” because of its unique and rare plant and animal species. Madagascar was once almost completely forested. But the practice of burning the forest to clear land for dry rice cultivation has over time denuded most of the landscape, particularly in the central highlands (tan colour in the 2001 image). Coffee production, grazing, gathering fuelwood, logging, cattle ranching, mining and other activities also have contributed to deforestation and land degradation. This set of satellite images shows a narrow coastal plain near the Linta River of southwestern Madagascar. Between 1973 and 2001, the forests in this area have all but disappeared. Remarkably, numerous endemic species still remain in scattered forest remnants.
Temperate forests tend to be found in mid latitude areas and are characterized by well defined seasons with warm summers and cold winters, with precipitation that is sufficient for tree growth. The same regions of the world in which temperate forests occur are also home to large numbers of people. As a result, temperate forests constitute one of the most altered biomes on the planet. Only scattered remnants of the Earth’s original temperate forests remain today, some of which still contain stands of trees that are in high demand for their valuable wood. The interior of British Columbia is a perfect example. Logging is a major industry in British Columbia, carried out almost exclusively in virgin forest, which is very rich in endemic biodiversity. This pair of satellite images of the Fraser River Valley in British Columbia shows the impact of logging and other human activities during a period of about 25 years, from 1973-1999. The heavy exploitation of the forest is evidenced by the “patchwork quilt” appearance that is typical of logged-over areas.
The oyamel fir forest of Angangueo, central Mexico, is an important habitat for wintering monarch butterflies. Because this forest occurs within the tropics at high elevation, it provides a relatively stable microclimatic envelope that protects the butterflies from freezing on cold nights during the five month over wintering season. Adiabatic rainfall together with fog condensation on the fir and pine boughs provides the moisture that prevents the butterflies from desiccating as the dry season advances. A comparison of the 1986 image to the 2001 image reveals that parts of the forests have been degraded severely. The two close-up images serve to illustrate the most affected areas. In these images, the unaffected forest is green in colour while the degraded area is tan. It is estimated that between 1984 and 1999, 38 per cent of the forests protected by two presidential decrees were degraded.
The border between Guatemala and Mexico runs through Mexico’s Chiapas Forest and Guatemala’s El Peten. In this pair of images, the border even without the black lines that have been overlaid on the images to show the outlines of the two countries. The region crossed by this border was once biologically very diverse. On the Guatemalan side, it still is, as most of the El Peten remains as closed canopy forest because of lower population densities and the protected status of the Sierra de Lacondon and Laguna del Tigre National Parks. Across the border in Chiapas, however, a larger and increasing population has an obvious effect on the landscape. Between 1974 and 2000, much of the forest on the Mexican side of the border has been converted to cropland or pasture.