LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)UNESA
Kemampuan bertunas berhenti saat biji mengalami dormansi. Dormansi terjadi segera setelah pemanenan atau saat kondisi lingkungannya tidak mendukung pada periode akhir pertumbuhannya. Fase awal dormansi ini merupakan titik awal proses pematangan fisiologis, seringkali disebut sebagai ‘wilting point’. Periode dormansi dapat didefinisikan sebagai periode menurunnya aktivitas metabolisme endogeneous dimana biji tidak menunjukkan pertumbuhan tunas di dalam atau di luar, walaupun komoditas tetap mempertahankan potensi pertumbuhannya pada masa berikutnya saat kondisi memungkinkan. Kemampuan dormansi ini merupakan karakteristik yang membedakan antar spesies dan varietas. Periode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban, oksigen dan CO2, komposisi atmosfir ruang penyimpanan serta ada atau tidaknya luka karena kerusakan fisik atau penyakit (Estiasih, dkk., 2017).
Dormansi merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi yang disebabkan adanya pengaruh dari dalam biji (Salisbury dan Ross, 1995). Dormansi benih mengakibatkan benih menjadi sulit berkecambah. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat atau tekstur kulit biji yang keras (Mulyana dan Asmarahman, 2012).
Bila penyebab terjadinya dormansi adalah embrio benih disebut dormansi fisiologi, sedangkan bila penyebabnya kulit benih disebut dormansi fisik. Penyebab dormansi fisik dan dormansi fisiologi dapat dijumpai pada berbagai spesies, tetapi ada spesies yang mempunyai dormansi ganda. Dari semua perlakuan pematahan dormansi secara fisik yang dicoba ternyata skarifikasi (dengan kertas amplas) adalah cara yang cocok untuk mematahkan dormansi benih aren, sebab mampu mempercepat proses perkecambahan (43 hari setelah ditanam) dan mempunyai daya berkecambah yang tinggi yaitu 79,41 % (Hartawan, 2016).
Umumnya perlakuan pematahan dormansi diberikan secara fisik, seperti skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik meliputi pengamplasan, pengikiran, pemotongan dan penusukan bagian tertentu pada benih. Kimiawi biasanya dilakukan dengan menggunakan air panas dan bahan-bahan kimia seperti asam kuat (H2SO4 dan HCl), alkohol dan H2O2 yang bertujuan untuk merusak atau melunakkan kulit benih (Kartika, et al., 2015).
Kesimpulan
Proses dormansi biji sirsak cepat tumbuh pada biji yang diamplas, dibandingkan dengan biji yang direndam H2SO4 dan dicuci air.
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)UNESA
Kemampuan bertunas berhenti saat biji mengalami dormansi. Dormansi terjadi segera setelah pemanenan atau saat kondisi lingkungannya tidak mendukung pada periode akhir pertumbuhannya. Fase awal dormansi ini merupakan titik awal proses pematangan fisiologis, seringkali disebut sebagai ‘wilting point’. Periode dormansi dapat didefinisikan sebagai periode menurunnya aktivitas metabolisme endogeneous dimana biji tidak menunjukkan pertumbuhan tunas di dalam atau di luar, walaupun komoditas tetap mempertahankan potensi pertumbuhannya pada masa berikutnya saat kondisi memungkinkan. Kemampuan dormansi ini merupakan karakteristik yang membedakan antar spesies dan varietas. Periode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban, oksigen dan CO2, komposisi atmosfir ruang penyimpanan serta ada atau tidaknya luka karena kerusakan fisik atau penyakit (Estiasih, dkk., 2017).
Dormansi merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi yang disebabkan adanya pengaruh dari dalam biji (Salisbury dan Ross, 1995). Dormansi benih mengakibatkan benih menjadi sulit berkecambah. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat atau tekstur kulit biji yang keras (Mulyana dan Asmarahman, 2012).
Bila penyebab terjadinya dormansi adalah embrio benih disebut dormansi fisiologi, sedangkan bila penyebabnya kulit benih disebut dormansi fisik. Penyebab dormansi fisik dan dormansi fisiologi dapat dijumpai pada berbagai spesies, tetapi ada spesies yang mempunyai dormansi ganda. Dari semua perlakuan pematahan dormansi secara fisik yang dicoba ternyata skarifikasi (dengan kertas amplas) adalah cara yang cocok untuk mematahkan dormansi benih aren, sebab mampu mempercepat proses perkecambahan (43 hari setelah ditanam) dan mempunyai daya berkecambah yang tinggi yaitu 79,41 % (Hartawan, 2016).
Umumnya perlakuan pematahan dormansi diberikan secara fisik, seperti skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik meliputi pengamplasan, pengikiran, pemotongan dan penusukan bagian tertentu pada benih. Kimiawi biasanya dilakukan dengan menggunakan air panas dan bahan-bahan kimia seperti asam kuat (H2SO4 dan HCl), alkohol dan H2O2 yang bertujuan untuk merusak atau melunakkan kulit benih (Kartika, et al., 2015).
Kesimpulan
Proses dormansi biji sirsak cepat tumbuh pada biji yang diamplas, dibandingkan dengan biji yang direndam H2SO4 dan dicuci air.
Goal IOS:
50.000 perpustakaan terintegrasi ke IOS.
3500+ Jurnal Online di Indonesia tergabung ke IOS.
Seluruh fullteks dari jurnal dan digital repository terdownload, disimpan, dan diolah di IOS.
Produktif dalam menghasilkan riset, reporting, dan insight tentang knowledge map yang diekstrak dari fullteks.
Jumlah pengunjung dan pengguna yang semakin meningkat.
Advisor
Indonesia OneSearch milik kita semua. Perpusnas berperan sebagai penjaga gawang agar program ini berjalan berkelanjutan baik dari sisi aktifitas, pengembangan, infrastruktur, dan pendanaan.
Namun, untuk menjamin agar IOS benar-benar memberi manfaat dan mampu memberi kontribusi riil kepada penggunanya, semakin besar, dan diterima oleh semua pihak, IOS perlu selalu dibina dan didampingi oleh para pakar, ahli, begawan, visionaris, dll. Mereka menjadi advisor, yang diharapkan masukan dan kritikan membangun setiap saat bagi IOS.
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)Kartika Dhewii
Sayuran indigenous tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sayuran alternatif yang memenuhi kualitas hortikultura dan permintaan pasar. Namun, pada umumnya sayuran tersebut belum dikenal oleh masyarakat umum secara luas dan biasanya sayuran ini hanya terdapat di pasar lokal. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mempelajari teknik budidaya tanaman indigenous khususnya tanaman Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) agar tanaman tersebut dikenal oleh masyarakat luas sehingga pemanfaatannya sebagai tanaman yang memiliki khasiat obat dapat dinikmati oleh masyarakat.
Setiap orang mempunyai hak untuk hidup sehat dan sekaligus juga mempunyai kewajiban untuk memelihara dan mutu kesehatannya. Bumi seisinya diserahkan oleh Allah SWT kepada manusia untuk kelangsungan hidupnya, dan sekaligus menjadi tanggung jawab manusia untuk memelihara dan melestarikannya.
Madrasah sebagai sarana pembelajaran kepada anak didik, sudah sepatutnya menanamkan rasa cinta akan lingkungan dan mahluk hidup lainnya. Menanamkan cara hidup sehat secara alami, juga harus sudah dibiasakan sejak dini. Salah satunya adalah pengenalan terhadap obat – obatan yang cukup banyak di negara kita. Pengobatan tradisional (herbalisme) adalah pengobatan yang bahan- bahannya di ambil dari tanaman / tumbuhan.
MAN TIGARAKSA mempunyai cukup lahan yang luas dan subur. Sarana ini kita gunakan sebagai sarana pembelajaran kepada siswa. Salah satunya adalah dengan membuat TOGA ( tanaman obat keluarga ). TOGA MAN Tigaraksa berada di belakang sekolah, dengan lahan yang cukup luas untuk pertumbuhan berbagai macam tanaman obat. Penanaman dan perawatan juga dilakukan oleh siswa. Jika ada siswa yang sakit, kita manfaatkan tanaman dari TOGA sebagai langkah penyembuhan, sekaligus pembelajaran akan manfaatnya obat-obat tradisional.
Buku ini memuat daftar tanaman obat yang ada di TOGA MAN TIGARAKSA, masih banyak kekurangan pada TOGA kami, tapi kami terus berbenah dan menambah tanaman obat di sekolah kami. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat untuk kalian. Hidup sehat dan hidup secara alami.
1. MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN OBAT
TANAMAN OBAT KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra (L.) L.)
Disusun oleh:
Nama Kelompok: 1. Efri Nuryani (12698)
2. Nur Azizah (12703)
3. Agustin Dyah (12708)
4. Mukti Astrini (12766)
Kelompok : 2
Dosen pengampu : Ir. Rohlan Rogomulyo, M. P.
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
2. BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mengenal dan memakai tanaman obat
sebagai salah satu uapaya penanggulangan masalah kesehatan, ssebelum pelayanan
kesehatan formal dengan pengobaatan modern menggunakan obat farmasi dikenaal
masyarakat. Pengetahuan tentang tanaman obat tradisional merupakan warisan
budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan secara turun
temurun dari nenek moyang yang diteruskan kepada generasi penerus bangsa.
Penelitian secara ilmiah juga terbukti adanya sifat penyembuhan dalam tanaman obat
yang telah digunakan dalam pengobatan tradisional. Oleh sebab itu penggunaan
tanaman obat untuk kesehatan ada kecenderungan meningkat.
Berdasarkan letak geografis dan lingkungan alamnya. Indonesia mempunyai
potensi dan prospek yang baik untuk pengembangan tanaman obat karena banyak
daerah yang memenuhi persyaratan lingkungan tumbuh bagi tanaman obat. Faktor
pendukung untuk pengembangan tanaman obat lainnya adalah adanya kekayaan
keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia.
Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal
luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih
ini memiliki bau dan khasiat yang sangat khas, sehingga banyak dipakai oleh setiap
orang, terutama pada bayi. Pohon kayu putih terdapat secara alami di daerah Asia
Tenggara, yang tumbuh di dataran rendah atau rawa tetapi jarang ditemui di daerah
pegunungan. Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah sineol yang
mencapai 65%. Dengan adanya komponen tersebut, minyak kayu putih dapat
langsung digunakan sebagai obat-obatan dan minyak wangi. Tetapi di luar negeri,
minyak kayu putih juga digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan
parfum. Tanaman lain yang juga mengandung sineol adalah eucalyptus, dengan kadar
yang kebih besar yakni sekitar 85%.
B. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini dibuat yaitu:
1. Mengetahui cara budidaya tanaman kayu putih
2. Mengetahui kelemahan, kekuatan, peluang serta ancaman budidaya tanaman kayu
putih melalui analisis SWOT.
3. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Urutan klasifikasi dari tanaman kayu putih adalah sebagai berikut (Tjitrosoepomo,
2002):
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies : Melaleuca leucadendra L
Stocker (1972) cit. Doran et al. (1998) mendeskripsikan kayu putih sebagai pohon
berukuran sedang dengan batang pokok dan tinggi kurang lebih 30 m. Dalam keadaan
tertentu pertumbuhannya dapat berkurang sehingga pohon ini tumbuh menjadi belukar
dengan cabang yang banyak, tetapi di wilayah Australia kayu putih dapat mencapai tinggi
lebih dari 40 m dan diameter 1,2 m. Batang kayu putih berwarna abu-abu sampai putih,
seperti kertas, dengan pucuk pohon berwarna agak keperakan.
Tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra L.) merupakan tumbuhan perdu yang
mempunyai batang pohon kecil dengan banyak anak cabang yang menggantung ke bawah.
Daunnya berbentuk lancip dengan tulang daun yang sejajar. Bunga kayu putih berwarna
merah, sedangkan kulit batang kayunya berlapis-lapis dengan permukaan terkelupas.
Keistimewaan tanaman ini adalah mampu bertahan hidup di tempat yang kering, di tanah
yang berair, atau di daerah yang banyak memperoleh guncangan angin atau sentuhan air laut.
Tanaman ini tumbuh liar di daerah berhawa panas. Tanaman kayu putih tidak memerlukan
syarat tumbuh yang spesifik. Pohon kayu putih dapat mencapai ketinggian 45 kaki. Dari
ketinggian antara 5 - 450 m di atas permukaan laut, terbukti bahwa tanaman yang satu ini
memiliki toleransi yang cukup baik untuk berkembang. (Lutony dan Rahmayanti, 1994).
Bagian yang paling berharga dari tanaman kayu putih untuk keperluan produksi
minyak atsiri adalah daunnya. Daun kayu putih yang akan disuling minyaknya mulai bisa
dipangkas atau dipungut setelah berumur lima tahun. Seterusnya dapat dilakukan setiap enam
bulan sekali sampai tanaman berusia 30 tahun. Di beberapa daerah yang subur, tanaman kayu
putih telah bisa dipungut daunnya pada usia dua tahun. Setiap pohon kayu putih yang telah
berumur lima tahun atau lebih dapat menghasilkan sekitar 50-100 kg daun berikut ranting.
4. Daun dengan kenampakan tebal, tidak mengkilat, berwarna hijau, berbentuk lurus
atau melengkung umumnya mempunyai panjang 5-10 cm dan lebar 1-4 cm serta berbulu, dan
terdapat 5 – 7 tulang daun dengan panjang 3 – 11 mm dalam setiap helaian daun. Kelenjar
minyak biasanya kurang jelas. Pucuk daun muda tertutup oleh bulu-bulu yang tebal, lembut
dan tersebar dengan panjang 0,3 – 2 mm. Perbungaan berbentuk bulir dan banyak terdapat
pada ujung ranting terminal dan ketiak daunnya (Doran et al., 1998). Bunga pohon kayu
putih bersifat biseksual. Bagian dalam bakal buah terbagi menjadi 3 ruang dengan ovul dalam
jumlah besar dan satu putik serta kepala putik. Kelopak dan mahkota bunganya kecil, benang
sari kebanyakan lebih panjang dari perhiasan bunga dan bentuknya merupakan daya tarik
bagi polinator. Jumlah biji pada buah kayu putih biasanya sangat rendah, kadang-kadang
hanya 1-2% dari jumlah ovule. Buah kayu putih berbentuk kapsul dan bertipe dehiscent, yaitu
mempunyai kulit buah yang kering dan akan terbuka ketika mencapai kemasakan untuk
melepaskan biji-biji yang ada di dalamnya.
Brophy and Doran (1996) menyebutkan bahwa kayu putih tersebar secara alami di
Kepulauan Maluku, Pulau Timor, Australia bagian utara dan barat daya. Spesies ini tumbuh
pada ketinggian antara 5-400 m di atas permukaan laut, dengan zona iklim tropis, curah hujan
rata-rata 1.300-1.750 mm per tahun. Kayu putih mampu tumbuh baik pada lahan-lahan
marginal maupun di daerah rawa-rawa dan genangan air. Di Kepulauan Maluku, kayu putih
tumbuh pada berbagai kondisi tapak, baik di dataran tinggi maupun rendah yang berbatasan
dengan hutan pantai dan tumbuh secara monokultur. Di samping itu kayu putih mampu
beradaptasi pada tanah dengan drainase jelek, tahan terhadap kebakaran dan toleran terhadap
tanah dengan kadar garam rendah – tinggi (Doran et al., 1998).
Pemungutan daun kayu putih sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Alasannya, pada
waktu pagi hari daun mampu menghasilkan rendeman minyak atsiri lebih tinggi dengan
kualitas baik. Setelah pemungutan daun yang pertama, pohon kayu putih dipangkas agar bisa
tumbuh tunas baru dan yang akan menghasilkan daun yang lebih banyak. Selanjutnya setiap
kali pemungutan daun selalu diikuti dengan pemangkasan. (Lutony dan Rahmayanti, 1994).
Cara yang digunakan untuk memproduksi minyak kayu putih bisa langsung dengan
menyuling daunnya saja atau dengan cara menyuling daun kayu putih tersebut berikut ranting
daunnya sepanjang lebih kurang 20 cm dari pucuk daun. Apabila yang disuling itu berikut
dengan ranting daunnya sebaiknya menggunakan perbandingan antara berat ranting terhadap
berat daun sebesar 15%, karena ranting daun hanya mengandung 0,1% minyak (Ketaren,
1985).
5. Kayu putih sebagai salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu memiliki potensi
yang cukup menjanjikan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa dari kebutuhan dalam negri
terhadap permintaan kayu putih sebesar 1500 ton per tahun baru dapat dipenuhi oleh industri
dalam negri kurang lebih 500 ton per tahun. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut perlu
mengimport minyak eucalyptus dari Cina. Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya
peluang untuk pengembangan industri minyak kayu putih masih terbuka lebar.
Daun kayu putih yang direbus dapat digunakan sebagai obat sakit perut, rematik,
nyeri pada tulang dan saraf (neuralgia), radang, usus, diare, batuk, demam, sakit kepala dan
sakit gigi atau dimanfaatkan sebagai obat luar untuk radang kulit akzema dan sakit kulit
karena alergi. Kulit kayu putih dapat dicampur dengan ramuan lain dalam penggunaannya.
Misalnya untuk obat luka bernanah, kulit kayu putih dapat dicampur dengan sedikit jahe dan
asem jawa lalu ditumbuk halus yang kemudian ditempelkan pada bagian yang luka.
Tanaman ini juga diketahui berkhasiat sebagai antioksidan (Hariana, 2006).
6. BAB III. PEMBAHASAN
A. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KAYU PUTIH
TEKNIK PERSEMAIAN
Teknik pembibitan tanaman kayuputih dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.
1. PERBANYAKAN SECARA GENERATIF
Secara generatif, perbanyakan dilakukan dengan biji. Biji yang dipanen sebaiknya
berasal dari pohon induk yang bagus dan dipanen ketika masa puncak pembuahan. Musim
berbunga dan berbuah sangat bervariasi antar lokasi dan waktu. Puncak pembungaan dan
pembuahan terjadi pada bulan Februari dan pemanenan buah yang tepat dilakukan pada bulan
Juli - Agustus.Biji kayu putih terbungkus dalam kapsul-kapsul, dimana dalam setiap kapsul
terdapat kurang lebih 10-30 biji. Seringkali biji kayu putih tercampur dengan sekamnya yang
sangat mirip penampilannya dengan biji. Dalam 1 gram biji kayu putih dapat menghasilkan
semai kurang lebih 4000 – 6000 semai. Biji kayuputih sangat lembut sehingga dalam
penaburan benih perlu perlakuan khusus yaitu dengan dicampur pasir halus ketika penaburan.
1.1 PEMBIBITAN
Persiapan awal dalam melakukan pembibitan kayu putih dimulai dengan penyiapan
bak tabur yang bak plastik ukuran sedang dengan drainase dibawahnya. Media tabur berupa
pasir halus yang sudah disterilkan dengan cara penggorengan (sangrai) atau dengan dijemur
dibawah terik matahari selama beberapa hari. Sebelum dilakukan penaburan benih, benih
dicampur dengan pasir halus steril untuk menjaga persebaran benih di bak tabur yang lebih
merata. Penaburan benih dilakukan dalam bak-bak tabur. Pemeliharaan selama masa
perkecambahan adalah dengan cara memelihara kelembaban dan suhu dalam media.
Penyiraman dilakukan setiap hari dengan air yang sudah disterilisasi (dengan cara
pemanasan hingga mendidih) dan ditambahkan sedikit kapur untuk mengurangi tingkat
keasaman air. Penyiraman dilakukan setiap pagi dansore hari. Benih berkecambah setelah 5-
21 hari. Setelah satu minggu,semai ini harus disapih kedalam polibag yang telah diisi
dengan media sapih berupa campuran antara top soil dan pupuk kandang dan pupuk organik
7. 1.2 PENYAPIHAN DAN PEMELIHARAAN DI PERSEMAIAN
Tahap kedua dari penyiapan bibit adalah penyapihan. Penyapihan kecambah dari bak
tabur dilakukan dengan menggunakan alat bantu pinset, karena ukuran kecambah yang sangat
kecil. Setelah penyapihan dilakukan, bibit harus ditempatkan dalam sungkup plastik untuk
menjaga kelembaban dan suhu agar tetap stabil selama satu bulan. Penyiraman dengan
sprayer dilakukan setiap pagi sedangkan penyiraman media dilakukan 2 kali seminggu untuk
menjaga media sapih tetap basah. Sebulan kemudian, atau setelah muncul daun empat
pasang, sungkup dapat dibuka karena pada umur tersebut, bibit sudah kuat dan tahan terhadap
perubahan kelembaban dan suhu udara, namun naungan/paranet masih tetap dipasang selama
satu bulan setelah pembukaan sungkup. Pemangakasan cabang dan pengurangan daun pada
bibit dilakukan sebelum bibit diangkut ke lapangan untuk mengurangi penguapan sehingga
bibit tidak mengalami stres pada saat ditanam dilapangan.
2. PERBANYAKAN SECARA VEGETATIF
Perbanyakan secara vegetatif pada kayu putih dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain:
2.1 STEK PUCUK
Teknik perbanyakan dengan stek pucuk pada kayu putih dilakukan dengan
memanfaatkan tunas-tunas muda.Tanaman kayuputih memiliki kemampuan bertunas
(sprouting ability) yang bagus, sehingga untuk menumbuhkan tunas-tunas muda dapat
dilakukan dengan mudah. Untuk memacu munculnya tunas-tunas muda, batang tanaman
kayu putih dilukai atau di girdling. Selanjutnya akan muncul tunas-tunas muda dalam jumlah
yang banyak. Tunas yang masih muda dipotong kurang lebih sepanjang 10 cm, kemudian
diberi hormon IBA pada bagian pangkal tunas. Selanjutnya ditanam pada bak plastik dengan
media tanam berupa pasir halus dan ditutup dengan sungkup. Stek pucuk yang berhasil
tumbuh akan menampakkan kondisi stek yang masih segar (tidak layu) dan muncul tunas
baru. Penyiraman dilakukan dengan hand spayer setiap pagi dan sore untuk menjaga
kelembabannya. Setelah tunasbaru berkembang dan kokoh, kemudian dilakukan aklimatisasi
dengan membuka sungkup secara bertahap. Teknik perbanyakan dengan stek pucuk ini
dilakukan terutama pada pohon-pohon unggul yang memiliki rendemen dan kadar 1,8 cineole
yang tinggi. Melalui perbanyakan stek pucuk ini maka sifat genetik yang dimiliki oleh pohon
induknya akan terbawa pada bibit yang dikembangkan. Teknik perbanyakan dengan stek
pucuk ini memberikan persen keberhasilan yang cukup tinggi, hamper 90 %.
8. 2.2 GRAFTING/MENYAMBUNG
Perbanyakan dengan teknik grafting atau menyambung dilakukan dengan
menyambungkan bagian bawah tanaman (root stock) dengan bagian atas berupa potongan
ranting dari pohon yang sudah tua (scion). Oleh karena itu perlu menyiapkan semai yang
akan digunakan sebagai rootstock dan menyiapkan bagian yang akan disambungkan (scion).
Benih yang disemaikan untuk rootstock sebaiknya benih-benih dari pohon induk dengan
nomor sama yang akan digunakan sebagai scion. Ini berkaitan dengan tingkat kompatibilitas
antara batang atas (scion) dan batang bawah (root stock) sehingga dapat diperoleh persen
keberhasilan lebih tinggi. Scion diambil dari ranting pohon kayuputih yang memenuhi
kriteria untuk grafting yaitu: diameter kurang lebih 5-10 mm, memiliki daun dan berkayu.
Ranting-ranting tersebut kemudian diikat dan dibungkus dengan kertas untuk menjaga
kelembaban. Pembuatan grafting mengikuti metode yang telah dikembangkan pada tanaman
eucalyptus, yaitu top cleft grafting. Jika dibandingkan dengan metode yang lain, top cleft
grafting memberikan persen keberhasilan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena luas
permukaan yang saling bersinggungan antara rootstock dan scion lebih banyak sehingga
kemungkinan untuk bersambung lebih besar. Selain itu dalam grafting ini digunakan nomor
pohon induk yang sama karena tingkat kompatibilitasnya lebih besar, sehingga tingkat
keberhasilannya juga lebih besar. Hartman (1990) menyebutkan bahwa selain faktor
kompatibilitas faktor lain yang mempengaruhi tingkat keberhasilan sambungan antara lain
penggunaan materi yang bebas penyakit, kondisi pertumbuhan batang bawah dan scion,
luasan permukaan kambium yang saling menempel antara batang atas dan bawah serta
perawatan setelah dilakukan penyambungan yang meliputi pemberian naungan, sungkup pada
sambungan dan pembersihan tunas yang tumbuh pada rootstock. Setelah dilakukan grafting,
kegiatan selanjutnya adalah pemeliharaan agar grafting tetap hidup dan segar. Kira-kira 1
minggu setelah dilakukan grafting, apabila berhasil akan tumbuh tunas-tunas baru dari
scion.Selanjutnya untuk aklimatisasi plastik sungkup grafting dibuka secara bertahap untuk
memberikan lingkungan yang mendukung.Demikian juga sarlon/shading secara bertahap
dbuka hingga akhirnya bibit grafting dapat tumbuh bagus tanpa naungan dipersemaian.
Penyiraman dilakukan setiap hari untuk menjaga bibit grafting tetap segar.
9. A. TEKNIK PENANAMAN
1. PERSIAPAN LAHAN
Kegiatan persiapan lahan mencakup pembersihan dan pengolahan lahan, pemasangan ajir,
pembuatan lubang tanam dan pemupukan dasar. Lahan yang digunakan untuk penanaman
kayuputih sebaiknya yang bebas dari serangan rayap, mengingat tanaman kayuputih rentan
dengan serangan rayap. Pemupukan dasar dilakukan dengan cara penaburan pupuk makro
TSP dan pupuk mikro organik pada setiap lubang tanam. Pemupukan dasar ini ditujukan
untuk menyediakan unsur hara sehingga pada saat tanaman beradaptasi pada kondisi
lingkungan yang baru, unsur hara sudah siap untuk diserap akar tanaman.
2. PENANAMAN
Pada umumnya penanaman kayu putih dilakukan dengan menggunakan sistem tumpangsari.
Jarak tanam untuk tanaman pokok (kayu putih) yang banyak diterapkan adalah 3 x 1 meter
sehingga di sela-sela tanaman pokok tersebut petani penggarap dapat menanam tanaman
palawija dengan radius minimal 0,5 meter dari tanaman pokok. Disisi lain, model pemanenan
daun kayu putih dengan sistem pangkas tunas ini memberikan manfaat lain bagi tanaman
palawija/tanaman sela untuk mendapatkan sinar matahari dengan maksimal.
3. PEMELIHARAAN
Kegiatan pemeliharaan mencakup penyulaman dan pemupukan tanaman kayu putih. Rayap
menyerang tanaman yang sebelumnya menyerang bambu yang digunakan sebagai ajir.Untuk
mengurangi intensitas serangan rayap tersebut telah dilakukan penaburan insektisida
(Furadan) di sekitar tanaman. Kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar tanaman
dapat tumbuh dengan baik dan mengurangi gangguan dari hama maupun gulma.
4. PEMUPUKAN
Untuk memacu pertumbuhan awal tanaman kayu putih, sebelum mulai menanam sebaiknya
lubang tanam diberi pupuk kompos. Pola penanaman sebaiknya dilakukan pada saat curah
hujan tinggi (Januari – Februari) karena bibit tanaman kayu putih memerlukan kelembaban
yang tinggi.Pendangiran, berupa pekerjaan penggemburan permukaan media agar aerasi
menjadi baik dan perakaran menjadi sempurna. Dilakukan bersamaan dengan pekerjaan
pembersihan gulma. Penyiangan rutin 2-3 bulan sekali atau sesuai kondisi kebun. Untuk
memacu pertumbuhan bibit dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK (I5:15:15), yang
dilarutkan dan disemprotkan setiap 2 minggu sekali. Atau pemberian pupuk butiran NPK
sebanyak 2-3 butir per polybag setiap 2 minggu sekali. Diberikan pupuk organik seperti
kompos, pupuk kandang, atau bokashi.
10. Pemupukan dilakukan sejak umur 3 bulan dan diulangi setiap 6 bulan. Bokashi ditaburkan
sebanyak 0,5—1 kg/pohon/tahun. Pupuk kandang dibenamkan ke dalam lubang selebar 20
cm. Lokasi tepat lingkaran tajuk tanaman. Agar lebih efektif dan efesien, pekerjaan ini
dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pendangiran dan pada saat musim hujan.
B. HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KAYU PUTIH
Tanaman kayu putih sendiri memiliki sifat yang unik. Kandungan senyawa alkohol
yang ada pada daun kayu putih seringkali digunakan sebagai anti serangga ataupun pestisida
nabati. Oleh karena itu, serangan hama pada komoditas ini lebih terfokus pada batang dan
perakaran tanaman dan sangat minim pada daun.
1. Rayap (Macrotermes spp.)
Rayap menyerang batang tanaman, sumber infestasi dapat berasal dari bambu yang
sebelumnya digunakan sebagai ajir ataupun terbawa selama aktivitas manusia dan
lingkungan. Rayap menyerang bagian tengah pohon serta beberapa spesies juga ditemukan
merusak bagian batang yang dekat atau tertutup tanah. Untuk mengurangi intensitas serangan
rayap tersebut telah dilakukan penaburan insektisida (Furadan) di sekitar tanaman. Selain itu,
pemilihan bambu yang bebas rayap sebagai ajir juga penting.
11. 2. Ganoderma
Ganoderma sp. merupakan jamur patogen (penyebab penyakit) akar merah yang
menyebabkan kerusakan tanaman perkebunan dan kehutanan.Karena sifatnya yang memiliki
kisaran inang yang luas, tidak mengherankan kalau Ganoderma sp. Juga menyerang kayu
putih meskipun tidak sering terjadi. Jamur ganoderma terlihat jelas pada tanaman, karena
badan jamur yang besar. Tumbuh dari ujung batang yang dekat tanah dengan kelembaban
tinggi, lalu menyerap unsur hara dari tanaman, selain itu ganoderma juga dapat menyebabkan
busuk akar pada serangan berat (Widyastuti, 2007).
Prinsip-prinsip pengelolaan penyakit yang dapat dikembangkan dalam program
kesehatan hutan menurut Widyastuti et al., 2007 yaitu:
a. Resistensi, mengusahakan tanaman yang tahan penyakit.
b. Eradikasi, memusnahkan tanaman yang terserang penyakit supaya tidak menjadi sumber
inokulum/penularan bagi tanaman yang lain.
B. BAGIAN YANG DIMANFAATKAN
Kayu putih merupakan jenis tumbuhan yang memiliki rasa tawar, netral, dan bersifat
penenang. Daun kayu putihmemiliki rasa pedas dan hangat. Secara kimia, kayu putih
mengandung lignin, melaleucin, serta minyak atsiri. Kayu putih merupakan pohon anggota
suku Myrtaceae yang dimanfaatkan sebagai sumber minyak (cajuput oil). Minyak atsiri dari
kayu putih banyak terkandung pada bagian daunnya. Oleh karena itu, minyak yang diekstrak
biasanya berasal dari daun atau ranting.
Pada industri obat dan kosmetik, minyak kayu putih dipakai sebagai bahan campuran
seperti pada minyak telon dan parfum. Minyak yang dihasilkan tanaman kayu putih bersifat
mudah menguap, berwarna hijau, transparan, berbau, dan berasa tajam. Senyawa 1,8 cineole
yang terkandung pada tanaman kayu putih menyebabkan minyak yang dihasilkan beraroma
kuat dan khas serta menimbulkan rasa hangat.
Minyak kayu putih dihasilkan melalui proses destilasi dari daun dan kuncup terminal.
Unsur pokok bahan aktif yang terkandung di dalam minyak kayu putih adalah 1,8 cineol dan
alpha-terpineol yang mengandung obat serta baik digunakan untuk antiseptic dan obat
penolak serangga. Minyak atsiri dari kayu putih mengandung empat senyawa utama yang
terdiri dari 1,8 cineol (15-60%), sesquiterpene alcohols globulol (0,2-8%), viridiflorol (0,2-
30%), spathulenol (0,4-30%). Sementara senyawa yang lain adalah limonene (1,3-5%), betha
caryophyllene (1-4%), humulene (0,2-2%), viridiflorene (0,5-7%), alpha terpineol (1-7%),
12. alpha, betha selinene ( masing-masing 0,3-2%), dan caryophyllene oxide (1-8%)
(Kartikawati, dkk., 2014).
Minyak kayu putih dimnfaatkan dalam industri obat, makanan, maupun kosmetik.
Senyawa sineol yang terdapat pada minyak kayu putih berguna sebagai bahan obat. Selain
itu, dalam industri senyawa tersebut dapat digunakan sebagai penyedap makanan. Senyawa
kimia dari anggota terpene yang terkandung dalam minyak kayu putih merupakan senyawa
esensial yang paling banyak digunakan dalam wewangian. Senyawa ini juga digunakan
dalam pembuatan vitamin A (retinol), makanan, dan produksi kosmetik (zat aromatic). Dalam
minyak kayu putih juga terkandung senyawa formadida. Formadida adalah amida yang
berasal dari asam format yang berupa cairan bening, larut dalam air, dan memiliki bau seperti
ammonia. Senyawa ini dimanfaatkan sebagai bahan baku kimia untuk membuat herbisida
atau pestisida (Widianto dan Siarudin, 2014).
Ada berbagai macam manfaat yang diperoleh dari minyak kayu putih. Minyak
kayuputih memiliki sifat antibakteri dan antimikroba sehingga digunakan dalam sabun,
deodorant, lotion, parfum, dan produk kesehatan lainnya. Minyak kayu putih juga dapat
mengobati masalah kulit, seperti memar dan gangguan kulit, sebagai bahan dalam produk
perawatan gigi, aroma minyak memiliki efek menenangkan pada tubuh dan pikiran,
mengurangi rasa sakit tenggorokan dan batuk. Minyak kayu putih adalah stimulant yang baik
dan membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan meningkatkan aktivitas jantung. Minyak
kayu putih jika dicampur dengan air dapat menjadi disinfektasn.
Khasiat kayu putih sangat banyak terutama dalam bidang kesehatan, diantara bagian-
bagian dari kayu putih yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan adalah daun, ranting, kulit
kayu, dan buahnya. Berikut adalah beberapa khasiat kayu putih untuk mengobati berbagai
penyakit dan cara mengolahnya .
a. Untuk demam, flu, dan batuk
Siapkan daun kayu putih yang masih segar 13 gram.
Rebus daun tersebut dengan volume air dua gelas hingga airnya berkurang menjadi
satu gelas.
Saring ambil airnya
Minum ramuan tersebut dua kali sehari masing-masing setengah gelas.
b. Untuk insomnia
Siapkan 9 gram kulit kayu putih yang sudah kering.
Rebus dengan volume air duagelas hingga airnya berkurang menjadi setengahnya.
13. Saring ambil airnya.
Minum air ramuan tersebut dua kali sehari, dan sekali minum setengah gelas.
c. Untuk luka yang bernanah.
Ambil kulit kayu putih yang masih muda.
Kunyah kulit kayu tersebut dan tambahkan jahe dan asam jawa.
Setelah lumat tempelken pada luka yang bernanah tersebut.
Lakukan dengan rutin.
d. Untuk radang kulit
Siapkan satu genggam daun kayu putih yang masih segar.
Cuci sampai bersih ramuan tersebut.
Rebus ramuan tersebut dengan volume air tiga gelas sampai mendidih.
Angkat dan biarkan hingga suam-suam kuku.
Gunakan air rebusan tersebut untuk membasuh bagian tubuh yang terkena radang
kulit.
e. Untuk reumatik dan nyeri tulang.
Siapkan 9 gram daun kayu putih yang sudah kering.
Rebus ramuan tersebut dengan volume air dua gelas hingga airnya tersisa menjadi
satu gelas. Dinginkan.
Saring ambil airnya. Minum ramuan tersebut dua kali sehari masing-masing setengah
gelas.
C. Analisis SWOT
a. Strength
1. Senyawa kimia yang terkandung dalam minyak kayu putih dapat berguna tidak
hanya sebagai bahan obat tetapi juga sebagai bahan industri makanan dan
kosmetik.
2. Tanaman kayu putih tumbuh baik di daerah kering dan tandus dan toleransi pada
daerah yang berawa atau lembab.
3. Sela-sela tegakan kayu putih dapat dimanfaatkan untuk penanaman palawija. Jika
tinggi tanaman kayu putih dijaga 1,5 meter maka paparan cahaya matahari masih
dapat mengenai tanaman sela.
14. b. Weaknes
1. Produksi minyak kayu putih selama ini masih rendah yaitu kurang dari 500
ton/tahun.
2. Penyulingan minyak kayu putih masih menggunakan teknologi yang tradisional.
c. Opportunity
1. Kebutuhan industri yang berbahan minyak kayu putih di dalam negeri cukup
tinggi yaitu kurang lebih 1.500 ton/tahun.
2. Kegiatan pemuliaan tanaman kayu putih sedang berkembang pesat di dalam
negeri. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kadar sineol 65-73%,
mengingat sineol merupakan senyawa utama pada minyak kayu putih.
3. Harga komoditas minyak kayu putih cukup menjanjikan yaitu Rp. 211.000 per
liter (2014).
d. Threat
Masuknya minyak eukaliptus dari Tiongkok dan Vietnam ke dalam negeri yang
diklaim sebagi minyak kayu putih. Hal ini tentu merugikan konsumen karena kadar
sineolnya lebih rendah dari minyak kayu putih sehingga khasiatnya pun tidak
sebesar minyak kayu putih.
D. Perkembangan Tanaman Kayu Putih di Indonesia
Tanaman kayu putih (Melaleuca cajupu) merupakan tanaman asli di Indonesia yang
sangat penting dalam industri minyak kayu putih. Tanaman kayu putih di Australia dikenal
sebagai tea oil. Tanaman ini dapat tumbuh didataran rendah dan di pegunungan.
Sebaran alami jenis tanaman kayu putih (Melaleuca cajupati) di Indonesia dibagi
menjadi 3 sub species, yaitu: Sub species cajuputi Powell tumbuh Kepulauan Maluku dan
Timor, sub species cumingiana Barlow tumbuh dibagian barat Indonesia (Sumatera, Jawa
Barat, dan Kalimantan Bagian Selatan), sub species platyphylla Barlow tumbuh di bagian
Selatan Papua, Kepulauan Aru, dan Kepulauan Tanimbar tanaman kayu putih sub species
cajuputi powell, umumnya dapat menghasilkan minyak kayu putih dengan kadar 1,8-sineol
dan mempunyai rendemen yang tinggi.
Kayu putih merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-
wangian. Selain itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis dan
kayunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan (bukan sebagai bahan bangunan).
Dengan demikian, kayu putih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Tanaman kayu putih
jenis Asteromyrtus symphyocarpa dan Melaleuca sp. banyak tumbuh di sekitar kawasan TN
Wasur. juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat kamune suku marind yang tinggal di
15. kawasan tanaman nasional wasur Papua, telah mengenal minyak kayu putih sebagai obat dan
penghangat tubuh sejak lama.
Industri minyak kayu putih tela berkembang di masyarakat baik dalam skala rumah
tangga dan industri. Pada tahun 1964-1995 karena pada tahun tersebut merupakan awal
berdirinya sebuah pabrik minyak kayu putih Krai. pabrik minyak kayu putih Krai mengalami
kemajuan karena pada tahun 1970 sudah dibangun pabrik dan kemudian disusul dengan
penambahan ketel pemasak dan renovasi pabrik pada tahun 1987. Hingga kini total luas
tanaman kayuputih di Indonesia telah mencapai lebih dari 248.756 hektar (Sunanto, 2003)
yang sebagian besar berada di wilayah Perum Perhutani dengan produksi tahunan mencapai
300 ton. Angka ini adalah separuh dari perkiraan total produksi seluruh dunia. Di Kepulauan
Ambon produksi tahunan mencapai 90 ton dengan bahan baku dari tegakan alam (Gunn et al.
1997). Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY sejak tahun 2002 memasok ± 40.000 liter
(setara dengan 36 ton) minyak setiap tahunnya dari luas lahan ± 4.000 ha (Laporan Tahunan
Balai Pengolahan Hasil Hutan dan Perkebunan Dishutbun Yogyakarta, 2005). Kebutuhan
minyak kayuputih di dalam negeri sampai saat ini diperkirakan masih defisit sehingga dalam
industri farmasi diperlukan produk komplementer berupa minyak eucalyptusyang diimpor
dari RRC dalam jumlah yang tidak sedikit. Melihat produksi minyak kayu putih yang belum
memenuhi kebutuhan tersebut maka masih terbuka peluang untuk meningkatkan produksi
minyak kayu putih di Indonesia dengan tingkat keterlibatan masyarakat yang lebih intensif.
(Kartikawati dkk, 2014).
Contoh gambar tanaman kayu putih:
Sumber: :
(https://www.google.com/search?q=gamba
r+tanaman+kayu+putih&source)
Sumber:
(https://www.google.com/search?q=gamba
r+tanaman+kayu+putih&source)
16. BAB IV. KESIMPULAN
Beberapa aspek budidaya tanaman kayu putih mulai dari persiapan persemaian hingga
pengelolaan hama dan penyakit dapat diterapkan untuk mencapai hasil produksi yang tinggi.
Berbagai bagian dari tanaman kayu putih juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan dan
industri lainnya. Pengembangan budidaya tanaman kayu putih juga haruss memperhatikan
beberapa analisis peluang, ancaman, kekurangan dan kelebihannya. Perkembangan tanaman
kayu putih di Indonesia telaah mencapai skala rumah tangga maupun industri.
17. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, buku iptek seri V kehutanan, ( http://www.forda-mof.org/files/seri_iptek_5-
topik_1.pdf). Diakses pada 24 oktober 2015.
Anonim, minyak kayu putih walabi,
(http://www.wwf.or.id/program/inisiatif/social_development/greenandfairproducts/wa
labi/). Diakses pada 14 oktober 2015.
Brophy, J.J. and Doran, J.C. 1996. Essential oils of tropical Asteromyrtus, Callistemon and
Melaleuca species: In search of interesting oils with commercial potential. ACIAR
Monograph (40).
Doran, J.C, Rimbawanto A, Gunn, B.V dan Nirsatmanto, A. 1998. Breeding plan for
Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi in Indonesia. CSIRO Forestry and Forest
Products, Australian Tree Seed Centre and Forest Tree Improvement Research and
Development Institute, Indonesia.
Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kartikawati, N.K., A. Rimbawanto, M. Susanto, L. Baskorowati, dan Prasetyono. 2014.
Budidaya dan Prospek Pengembangan Kayu Putih (Melaleuca cajuputi). IPB Press,
Bogor.
Ketaren,S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.
Lutony, T.L. dan Y. Rahmayanti. 1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar
Swadaya, Jakarta.
M. Aniq Afiffuddin, 2012. Pengaruh Perkebunan Kayu Putih Terhadap Perkembangan Sosial
Ekonomi Masyarakat Di Dusun Krai Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun
1964-1995. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Widiyanto, A. dan M. Siarudin. 2014. Sifat fisikokimia minyak kayu putih jenis Asteromyrtus
brasii. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 32:243-252.