SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN AKHIR
ILMU KAYU
DISUSUN OLEH :
ENDAH DWI PURWANINGSIH
C1L 012 015
PROGRAM STUDY KEHUTANAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Bealakang
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber daya alam yang merupakan bahan mentah
yang mudah diproses menjadi barang atau bentuk lain yang sesuai dengan kemajuan
teknologi. Pengertian kayu adalah suatu barang yang diporoleh dari hasil pemungutan pohon
di hutan yang merupakan bagian pohon tersebut. Kayu berasal dari berbagai pohon yang
memiliki sifat berbeda-beda. Bahkan dari pohon memiliki sifat agak berbeda. Sifat yang
dimaksud antara lain sifat anatomi kayu, sifat fisika dan kimianya. Dalam hubungannya maka
ada perlunya jika sifat-sifat kayu itu diketahui lebih dulu, sebelum dipergunakan berbagai
bahan bangunan industri kayu, maupun untuk pembuatan perabotan.
Kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tersedia dalam
berbagi macam spesies. Namun, salah satu sifat kayu yang tidak menguntungkan adalah
kepekaan terhadap faktor perusak kayu, baik faktor biotik maupun non biotik. Faktor biotik
perusak kayu antara lain adalah jamur, bakteri, serangga dan cacing laut. Faktor perusak kayu
non biotik meliputi pengaruh mekanis, kimia dan fisis pada kayu.
Berat jenis kayu adalah salah satu sifat fisika kayu yang paling penting. Kebanyakan
sifat mekanik kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan. Di dalam bahasan-
bahasan umum istilah berat jenis dan kerapatan sering digunakan secara campur aduk.
Namun, seperti yang akan dibahas kemudian istilah-istilah ini mempunyai arti yang tepat dan
berbeda meskipun keduanya mengacu pada konsep yang sama. Kekuatan maupun kekakuan
kayu naik dengan berat jenis. Ciri transmisi panas kayu naik dengan berat jenis seperti halnya
panas per satuan volume yang dihasilkan dalam pembakaran. Kelakuan penyusutan dan
pengembangan kayu juga terpengaruh, meskipun hubungannya tidak begitu langsung seperti
halnya sifat-sifat kekuatan. Sifat-sifat fisik lainnya adalah kadar air, kembang susut dan
kekuatan kayu.
Oleh sebab itu, pemahaman mengenai ilmu kayu penting adanya dengan maksud
untuk lebih mengetahui berbagai jenis kayu,kandungannya,manfaatnya,maupun cara
perkembangbiakannya.
2. Tujuan
Adapun tujuan praktikum anatomi dan sifat fisia kayu ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui anatomi kayu sesuai sampel yaitu kayu weru, sengon, jati, pulai,
bayur.
2. Untuk mengetahui cara pengukuran perubahan dimensi pada kayu.
3. Untuk mengetahui cara menentukan kadar air dengan metode kering tanur pada kayu.
4. Untuk mengetahui cara penentuan berat jenis kayu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Kayu
Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan
mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan pembesaran 10 kali.
Sifat makroskopis kayu dapat diidentifikasi dari beberapa hal, yaitu warna kayu, tekstur, arah
serat, corak, berat, kesan raba, lingkaran tumbuh dan bau. (Haygreen dan Bowyer 1996)
Perbedaan tekstur pada berbagai jenis kayu disebabkan oleh adanya variasi tekstur sel
dan ukuran sel penyusun masing-masing kayu yang berbeda. Kayu yang memiliki pori besar
kemungknan memiliki tekstur yang kasar sedangkan kayu yang berpori kecil memiliki tekstur
yang halus (Dumanauw, 1990).
Tekstur sering digunakan secara umum menyatakan semua sel kayu yang terpisahkan
dalam proses pempuatan pulp. Namun dalam konteks morfologi kayu istilah tekstur adalah
xylem kayu teraspanjang meruncing dan biasa berdinding tebal (Haygreen dan Bowyer,
1996).
Kekerasan atau kelunakkan kayu merupakan petunjuk penting dalam menentukan
sifat fisik kayu. Kekerasan dari suatu jenis kayu biasanya ditentukan oleh banyak tidaknya
zat dinding sel dalam kayu. Kayu keras biasanya dihasilkan dari kayu daun lebar yang
menggugurkan daunnya pada musim kemarau atau musim gugur sedangkan kayu daun jarum
menghasilkan kayu lunak. Dalam pembagian antara kayu daun lebar dan kayu daun jarum
didasarkan atas ada tidaknya pembuluh (Sjostrom, 1995).
Kilap kayu adalah suatu sifat kayu yang dapat memantulkan cahaya dimana kilap kayu
bergantung pada sudut datangnya sinar yang mengenai permukaan kayu dan juga tergantung
pada tipe sel yang menyusun permukaan kayu. Kayu berkadar ekstraktif lebih berkilap dari
pada yang berkadar ekstraktif tinggi. (http://trisnusatriadi.blogspot.com/2009/05/html.kadar-
air-kayu. Makassar).
Arah serat adalah arah sejajar sumbu batang yang sebagian besar serat kayunya
meruncing dan panjang. Arah serat dapat ditentukan oleh alur-lur yang terdapat pada
permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus jika arah sel-selnya melintang atau
membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang, maka kayu tersebut dikatakan serat
moncong (Dumanauw, 1990).
Kesan raba adalah kesan yang kita peroleh saat kita meraba permukaan suatu kayu
tertentu. Ada kayu yang bila diraba terasa kasar, licin dan sebagainya. Kesan raba yang
berbeda-beda tersebut untuk setiap jenis kayu tergantung dari tekstur kayu, besra kecilnya air
dan dikandung serta kadar zat ekstraktif yang terdapat pada kayu (Dumanauw, 1990).
1.1. Anatomi Kayu Bayur
Kayu teras bayur berwarna merah pucat, merah-coklat muda, hingga keungu-
unguan atau semu lembayung. Kayu gubalnya putih kotor hingga kelabu. (Sjostrom.
1995)
1.2. Anatomi Kayu Sengon
Tekstur kayu sengon adalah agak halus sampai kasar. Kayu tarik memiliki
banyak kelemahan, salah satunya adalah timbulnya permukaan yang berserabut pada
kayu setelah digergaji. (Tsoumis1976)
1.3. Anatomi Kayu Weru
Kayun Weru berwarna cokelat hingga cokelat terang, dengan jalur-jalur terang
dan gelap; sukar untuk digergaji karena adanya serat yang berpadu. (Sanusi, 1985).
1.4. Anatomi Kayu Jati
Jati merupakan kayu yang agak keras dan agak berat. Bagian teras berwarna
kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, mudah dibedakan dari gubal yang
berwarna putih agak keabu-abuan. Kayu bercorak dekoratif yang indah karena
mempunyai lingkaran tumbuh yang jelas yang dapat dilihat baik pada bidang lintang,
radial maupun tangensial, sedikit buram dan berminyak. Tekstur kayu agak kasar
sampai kasar dan tidak rata. Arah serat lurus, bergelombang sampai agak berpadu.
Berat jenis kayu rata-rata 0,67 (0,62-0,75) dengan kelas awet I-II, dan kelas kuat II
(Siarudin M dan Marsoem SN. 2007).
Kayu jati mudah dikerjakan, baik dengan mesin maupun dengan alat tangan.
Jika alat-alat yang digunakan cukup tajam dapat dikerjakan sampai halus, tetapi
bidang transversal harus dikerjakan dengan hati-hati karena kayunya agak rapuh.
Kayu jati dapat divernis dan dipelitur dengan baik (Martawijaya et al., 1995).
Kayu jati memiliki ciri anatomi, yaitu pori berbentuk bulat sampai oval, tata
lingkar, diameter tangensial bagian kayu awalnya sekitar 340-370 μm, bagian kayu
akhirnya sekitar 50-290 μm, pori berisi tilosis dan berisi deposit berwarna putih.
Parenkim paratrakeal selubung tipis yang pada bagian kayu awal selubungnya agak
lebar sampai membentuk pita marginal, apotrakeal jarang umumnya membentuk
rantai yang terdiri dari sekitar 4 sel. Jari-jari dengan lebar yang terdiri dari 4 sel atau
lebih, jumlahnya sekitar 4-7 per mm arah tangensial, komposisi seragam dan tinggi
dapat mencapai 0,9 mm (Pandit dan Ramdan, 2002).
1.5. Anatomi Kayu Pulai
Pulai (Alstonia scholaris) memiliki pembuluh tunggal dan radial, parenkim
metatrakea dan jari-jari kayunya terlihat bertingkat serta serat kayunya
lurus,bertekstur sedang (Martawijaya dan Kartasujana, 1977).
2. Sifat Fisika Kayu
Kayu memiliki sifat higroskopis dimana keberadaan sifat ini menyebabkan kayu dapat
menyerap (absorpsi) dan melepaskan (desorpsi) air untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungannya. Kemampuan arbspsi dan desorpsi kayu ini berakibat pada besarnya kadar air
yang selalu berubah tergantung pada suhu kelembaban lingkungan sekitarnya. Kadar air
merupakan banyaknya air yang dikandung kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat
kering tanurnya (Krisnawati H, Kallio M, dan Kanninen M. 2011)
Besarnya kadar air dalam pohon hidup bervariasi antara 30-300% tergantung dari
spesies pohon, (hardwood atau softwood), posisi dalam batang (vertical dan horizontal) serta
musim (salju, semi, panas dan gugur). (Tsoumis.1991)
Ada dua hal yang terjadi pada perubahan dimensi kayu, yaitu penyusutan dan
pengembangan kayu. Penyusutan kayu merupakan Penyusutan dinding sel terjadi saat
molekul-molekul air terikat melepaskan diri dari molekul-molekul selulosa berantai panjang
dan molekul-molekul hemiselulosa yang kemudian bergerak saling mendekat. Banyaknya
penyusutan yang terjadi umumnya sebanding dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel.
Pengembangan secara sederhana adalah kebalikan proses ini. (Siarudin M dan Marsoem SN.
2007).
Kekerasan kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik
atau suatu lekukkan. Kekerasan kayu dan kelunakkan kayu merupakan petunjuk penting
dalam menentukan sifat fisik kayu terutama tergantung pada banyaknya zat dinding sel.
(Fengel dan Wegener 1983)
Umumnya kayu memiliki berat antara 0,2-0,8 gram/cm3, jika kayu tidak memiliki
ruangan antar sel maka besarnya 12,3 gram/cm3. Berat kayu juga dipengaruhi oleh
banyaknya pori dalam kayu. Semakin banyak pori pada kayu, maka semakin ringan dan
sebaliknya kayu yang kurang memiliki pori maka kayu tersebut akan semakin berat (Sanusi,
1985).
Kadar air kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar
air tertentu, kering udara dan kering tanur. Kayu pada kondisi basah paling rawan terhadap
serangan organisme perusak misalnya serangga dan jamur. Kondisi kadar air tertentu (di
bawah titik jenuh serat) kayu rawan terhadap efek penyusutan yang tidak terkendali,
sedangkan kayu kering udara (disebut juga kering angin, seimbang, siap pakai atau stabil)
sangat penting untuk diterapkan di dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku produk
tertentu. (Sanusi, 1985).
Kerapatan suatu benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan volume,
sehingga kerapatan selalu dinyatakan dengan satuan gram/cm3 atau kg/m3. Massa atau berat
dan volume pada perhitungan kerapatan kayu dapat menggunakan berbagai macam kondisi
kayu (kondisi segar/basah, kering udara, kadar air tertentu dan kering tanur) . (Panshin dan de
Zeeuw 1980)
Kerapatan kayu di dalam suatu spesies ditemukan bervariasi dengan sejumlah faktor
yang meliputi letaknya di dalam pohon, letak dalam kisaran spesies tersebut, kondisi tempat
tumbuh, dan sumber sumber genetik. Beberapa pola variasi berat jenis yang telah dilaporkan
oleh dalam berbagai posisi batang yaitu pada arah radial (dari empulur/hati ke arah kulit).
(Panshin dan de Zeeuw 1980)
2.1. Sifat Fisika Kayu Bayur
Berat jenis kayu bayur berkisar antara 0,35–0,70 (rata-rata 0,53), dan
dimasukkan ke dalam kelas kuat III. Kayu ini termasuk mudah dikerjakan dengan
hasil yang baik; walaupun teksturnya agak kasar, namun permukaan kayu yang
dihasilkan umumnya licin dan berkilap. Kayu ini mudah dipelitur, dan mudah
dijadikan venir (lembaran tipis bahan kayu lapis). (Sanusi. 1990)
2.2. Sifat Fisika Kayu Weru
Kayu weru tergolong ke dalam kayu menengah hingga berat, dengan densitas
600–950 kg/m³ pada kadar air 15%, kuat, awet, dan tahan serangan rayap. (Tsoumis,
1991).
2.3. Sifat Fisika Kayu Jati
Kayu yang tergolong dalam kelas awet I-II dan kelas kuat II ini, memiliki
tingkat kekerasan sedang, penyusutan arah radial dan tangensialnya rendah -masing-
masing 2,8% dan 5,2%, serta mudah dikerjakan dengan tangan atau mesin
(Martawijaya, 1977 dalam Yudiarti, 2001).
2.4. Sifat Fisika Kayu Sengon
Sengon (Albizia moluccana) termasuk kelas awet IV/V dan kelas IV-V dengan
berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam
arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan 5,2 persen (basah sampai
kering tanur). Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak semudah kayu meranti merah
dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat (Martawijaya, 1989).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM
Praktikum ilmu kayu ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 13 Desember pukul
14.00 WITA sampai selesai dan hari jumat tanggal 20 Desember 2013 pukul 14.00 WITA
sampai selesai, bertempat di Laboratorium Ilmu Kayu Program Studi Kehutanan Universitas
Mataram.
B. ALAT DAN BAHAN
ï‚· Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu :
1. Loupe (kaca pembesar)
2. 1 buah oven
3. 2 buah caliper
4. 1 buah gergaji
5. 3 buah spidol permanen
6. 1 buah timbangan
7. Pisau
ï‚· Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu :
1. 5 potong sampel kayu ukuran 2x2x2 cm dan 2x2x4 cm
2. Buku praktikum
3. Alat tulis
4. Lembar pengamatan
C. CARA KERJA
ï‚· Anatomi kayu
1. Dilakukan pengamatan terhadap cirri-ciri dan sifat-sifat fisik kayu dengan mata
atau loupe.
2. Digambar bidang tranversal (x) dari setiap jenis kayu yang diamati.
3. Dibuat risalah untuk setiap jenis kayu yang diamati.
ï‚· Fisika kayu
A. Perubahan Dimensi Kayu
1. Disiapkan disk (lempeng kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 4 cm, yang
akan digergaji menjadi sampel pengukuran dimeensi kayu.
2. Diberi gambar bentuk bujursangkar dengan ukura 2 X 2 cm dari salah satu tepi ke
tepi yang lain dengan melalui pusat disk.
3. Digergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehiingga diperoleh
sampel kecil dengan ukuran 2 X 2 X 4 cm.diberi kode dengan penomoran pada
masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial, dan
longitudinal.
4. Diukur dimensi awal dari contoh uji pada tempat/bagian yang telah diberi garis
yaitu pada arah radial, tangensial, dan longitudinal dengan menggunakan caliper.
5. Dimasukkan sampel kayu ke dalam oven pada suhu 103 ˚C ± 2 ˚C, sampai
mencapai kondisi kering tanur.
6. Diujkur dimensi dari contoh uji yang telah mencapai kondisi kering tanur pada
tempat yang telah digaris yaitu arah radial, tangensial, longitudinaldengan
menggunakan caliper.
7. Dicatat semua hasil pengukuran yang telah dilakukan.
B. Kadar Air Kayu
1. Disiapkan disk (lempeng kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 2 cm, yang
akan digergaji menjadi sampel pengukuran dimensi kayu.
2. Diberi gambar bentuk bujursangkar dengan ukura 2 X 2 cm dari salah satu tepi ke
tepi yang lain dengan melalui pusat disk.
3. Digergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehiingga diperoleh
sampel kecil dengan ukuran 2 X 2 X 2 cm.diberi kode dengan penomoran pada
masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial, dan
longitudinal.
4. Ditimbang sampel kayu sebagai berat awal, kemudian sampel dimasukkan ke
dalam oven pada suhu 103 ˚C ± 2 ˚C. setiap hari selama satu minggu sampel
ditimbang pada waktu yang sama sampai diperoleh berat sampel konstan.
5. Dicatat hasil penimbangan yang diperoleh ke dalam lembar pengamatan.
C. Berat Jenis Kayu
1. Disiapkan disk (lempeng kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 2 cm dan 4 cm,
yang akan digergaji menjadi sampel pengukuran dimeensi kayu.
2. Diberi gambar bentuk bujursangkar dengan ukura 2 X 2 cm dari salah satu tepi ke
tepi yang lain dengan melalui pusat disk.
3. Digergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehiingga diperoleh sampel
kecil dengan ukuran 2 X 2 X 4 cm dan 2 X 2 X 2 cm.diberi kode dengan penomoran
pada masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial, dan
longitudinal untuk kayu berukuran 2 X 2 X 4 cm.
4. Diukur volume kayu dengan mengukur panjang masing-masing sisi kayu kemudian
dikelola dengan menggunakan rumus V=P X I X t.
5. Dimasukkan sampel kayu ke dalam oven pada suhu 103 ˚C ± 2 ˚C, sampai mencapai
kondisi kering tanur.
6. Diulangi langkah kerja 4, di catat hasil pengukuran pada lembar pengamatan.
BAB IV
HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum yang dilakukan di dapat sifat anatomi atau struktur 5 kayu sampel yaitu
Kayu Bayur, Kayu Sengon, Kayu Weru, Kayu Pulai dan Kayu Jati pada perbesaran loupe
dengan 10 kali perbesaran antara lain yaitu :
Dari hasil pengamatan di dapat struktur kayu bayur antara lain, tidak memiliki ligkaran
tahun, memiliki pembuluh dengan bentuk penyebaran tunggal, ganda radial, juga memiliki
tekstur sedang dan serat yang berpadu. Kayu bayur memiliki sifat fisik antara lain: warna
yang khas, bau yang khas apabila dicium namun memiliki berat yang termasuk kayu ringan,
kayu lunak, dengan kenampakan yang suram dan kesan raba licin. Kayu bayur biasanya
digunakan sebagai: konstruksi dibawah atap, kayu pertukangan, lantai, mebel, tangkai
peralatan, kano dan korek api.
Kayu Sengon memiliki ciri struktur antara lain, tidak memiliki lingkaran, tekstur kayu
halus dan terdapat serat yang lurus. Sifat-sifat fisik kayu sengon antara lain adalah memiliki
warna yang khas, tidak berbau apabila dicium, termasuk berat yang ringan, dan kayu lunak,
dan jika diperhatikan kayu sengon terlihat kilap dan terasa licin apabila dipegang.
Penggunaannya adalah sebagai bahan bangunan, kayu lapis, bahan pembungkus korek api,
dan sebagai pulp.
Ciri-ciri strutur kayu Weru adalah pori-pori berbentuk tunggal, ganda radial dan baris
radial, tidak terlihat parenkim dan jari-jari kayunya, tektur kasar, dan serat berpadu.
Sedangkan sifat-sifat fisik kayu weru antara lain: memiliki warna yang tidak khas, dan tidak
bebbau, berat sedang, termasuk kayu lunak dan kilap suram, kesan raba licin. Penggunaan
kayu weru biasanya adalah untuk pembuatan jembatan, tiang rumah, lantai veneer, dan alat-
alat musik.
Struktur kayu Pulai yaitu, tidak terdapat lingkaran tahun, terlihat pembuluh atu pori-
pori dengan penyebaran tunggal, ganda radial dan baris radial yang tidak terlihat isi pada
pembuluhnya karena hanya bisa dilihat melalui mikroskop, tidak terlihat jari-jari kayu,
memiliki tekstur kasar dan serat yang terlihat berpadu. Sifat fisik kayu pulai adalah kayunya
memiliki warna yang tidak khas, bau yang harum apabila dicium, berat yang tergolong
ringan, temasuk kayu lunak, kilapnya agak seram, dan kesan rabanya licin. Kayu ini biasanya
digunakan untuk membuat peti, korek api, cetakan beton, barang kerajinan seperti wayang
golek dan topeng.
Ciri-ciri struktur kayu Jati adalah terdapat lingkaran tahun yang sangat jelas, memiliki
pembuluh tata lingkar semu, tekstur kayu kasar, dan memiliki serat yang lurus. Sifat-sifat
fisik kayu jati adalah warna yang khas, bau yang harum,memiliki berat yang tergolong berat
dan keras , kayunya kilap dan kesan raba yang licin. Penggunaannya adalah sebagai bahan
bangunan, mebel, papan dinding, lantai, tiang listrik, telepon perkapalan, patung, ukiran dan
kerajinan tangan.
1). Penyusutan
*data 1B Kayu Bayur
*data 1A Kayu Kemiri
Ulangan
Dimensi Awal (gram) Dimensi Akhir (gram) Penyusutan (%)
L T R L T R L T R
1 3,57 2,11 1,57 3,5 2,07 1,5 1,96 1,89 4,45
2 3,66 2,05 1,72 3,52 1,98 1,67 3,83 3,14 2,9
3 3,61 2,06 1,62 3,51 1,96 1,58 2,77 4,85 2,47
4 3,75 2,14 1,58 3,61 2,05 1,54 3,73 4,2 2,53
5 3,79 2,08 1,54 3,69 1,98 1,47 3,79 4,8 4,54
Rata-Rata 3,22 3,78 3,38
Penyusutan kayu adalah perubahan dimensi atau perubahan volume yang terjadi
karena adanya perubahan kadar air di bawah titik jenuh serat (TJS). Penyusutan terjadi pada
saat molekul-molekul air terikat melepaskan diri antar molekul-molekul selulosa berantai
panjang dan molekul-molekul hemiselulosa dan kemudian molekul- molekul rantai ini akan
bergerak saling mendekat. Besarnya penyusutan yang terjadi pada umumnya sebanding
dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel. Besarnya kembang susut tidak sama pada
berbagai arah orientasi, penyusutan terbesar ada pada arah radial dengan rata-rata 22,82 %,
kemudian tangensial rata-rata 16,14%, dan susut paling kecil terjadi pada arah longitudinal
rata-rata 9,61%.
Ulangan
Dimensi Awal Dimensi Akhir Penyusutan
L T R L T R L T R
1 4 2,15 1,74 3,62 1,84 1,35 9,50% 14,41% 22,41%
2 3,95 2,25 2,1 3,54 1,91 1,35 10,37% 15,11% 35,71%
3 4,02 2,05 1,8 3,62 1,68 1,42 9,95% 18,04% 21,11%
4 4 2,23 2,15 3,63 1,88 1,36 9,25% 15,69% 36,74%
5 4 2,12 1,75 3,64 1,75 1,83 9% 17,45% -4,57%
Rata2 3,994 2,16 1,90 3,61 1,81 1,46 9,61% 16,14% 22,28%
Pada Kayu kemiri memiliki penyusutan lebih besar dibandingkan dengan kayu bayur,
hal ini menunjukkan bahwa selain perbedaan arah, besar kecilnya pembuluh atau pori-pori
pada kayu, jenis kayu juga berpengaruh paling besar terhadap tingkat penyusutan kayunya.
Pada arah longitudinal, Variasi susut yang terjadi pada jenis yang sama dibawah
kondisi yang sama terutama disebabkan oleh tiga faktor yaitu ukuran dan bentuk potongan
sampel, kerapatan, serta laju pengeringan. Selain pengaruh kadar air, penyusutan kayu juga
dipengaruhi oleh berat jenis kayu. Berat jenis memberikan hubungan yang linier terhadap
penyusutan kayu, semakin tinggi berat jenis suatu kayu maka penyusutan kayu akan semakin
tinggi.
2). Kadar Air
*data 1B Kayu Bayur
Ulangan Berat
Awal(g)
Berat Akhir(g) Kadar Air(%)
1 6,146 3,577 71,81
2 3,402 2,345 45,07
3 3,435 2,393 43,54
4 3,155 2,225 41,79
5 3,224 2,225 44,89
Rata2 3,874 2,553 49,42
*data 1A Kayu Kemiri
Ulangan Berat Awal
(gram)
Berat Akhir
(gram)
Kadar Air
(%)
1 6,285 3,347 87,78
2 5,814 2,913 99,59
3 6,33 3,102 104,06
4 6,039 2,957 104,22
5 6,259 3,042 105,57
Rata-Rata 100,2
Kadar air merupakan berat air dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap
berat kering tanur. Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetahui berapa persentase kadar
air yang masih terkandung di dalam kayu. Air dalam kayu terdiri dari air bebas dan air terikat
dimana keduanya secara bersama-sama menentukan kadar air kayu. Kadar air sangat
mempengaruhi kekuatan kayu, jika terjadi penurunan kadar air atau kayu tersebut kering
maka kekuatan kayu akan meningkat. Di dalam kayu bayur, KA rata-rata sebesar 49,42%.
besarnya kadar air bervariasi tergantung dari jenis, posisi dalam batang, dan musim.
Sedangkan rata-rata KA pada kayu kemiri yaitu sebesar 100,2%.
3). Berat Jenis Kayu
*data 1B Kayu Bayur
Ulangan
Berat Kering
Tanur(BKT)
Volume(m3) Berat Jenis(BJ)
Awal Akhir Segar Kering
Tanur
1 4,706 14,964 8,992 0,31 0,52
2 4,49 18,663 9,127 0,24 0,49
3 5,06 14,833 8,635 0,34 0,58
4 4,419 19,178 9,281 0,23 0,47
5 4,357 14,807 11,657 0,29 0,37
Rata2 4,606 16,489 9,538 0,282 0,486
*data 1A Kayu Kemiri
Ulangan
BKT (gram)
Volume (cm3 ) Berat Jenis
Awal Akhir Segar
Kering
Tanur
1 2,913 5,041 4,712 0,58 0,62
2 3,165 5,605 4,823 0,56 0,66
3 3,102 6,169 4,83 0,5 0,64
4 2,957 5,545 4,842 0,53 0,61
5 3,042 5,707 5,206 0,53 0,58
Rata-Rata 0,54 0,62
Besarnya berat jenis kayu berbeda-beda, tergantung struktur kayu dan perbandingan
antara jumlah dinding sel dan rongga kayu, nilai BJ biasanya bertambah jika KA kayu
berkurang di bawah TJS-nya. Berat jenis kayu bervariasi tergantung dari kadar air yang
dikandung. BJ kayu umumnya dipengaruhi oleh ukuran sel, tebal dinding sel serta hubungan
antara jumlah sel dengan berat dan tebal dinding sel. Sel serat sangat penting pengaruhnya
terhadap BJ karena porsinya yang tergolong tinggi sebagai komponen penyusun kayu.
Dengan luasan penampang lintangnya yang relatif kecil, hanya dibutuhkan ruang yang sempit
untuk menempatkan jumlah sel yang lebih banyak. Jika serat berdinding tebal dan berongga
sempit, maka jumlah rongga udara sedikit dan BJ akan tinggi, sebaliknya jika serat
berdinding tipis dan berongga besar maka BJ akan berkurang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi berat jenis kayu diantara nya umur pohon, tempat tumbuh, kecepatan tumbuh,
dan posisi kayu dalam batang.
Berdasarkan data hasil pengamatan praktikum diperoleh bahwa berat jenis kayu pada saat
kering tanur rata-rata sebesar 0,486 sedangkan pada berat jenis segar rata-rata sebesar 0,282.
Sedangkan pada kayu kemiri rata-rata berat jenis segarnya sebesar 0,54 dan berat jenis tanur
sebesaar 0,62.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Besarnya penyusutan yang terjadi pada umumnya sebanding dengan jumlah air yang
keluar dari dinding sel. Besarnya kembang susut tidak sama pada berbagai arah
orientasi, penyusutan terbesar pada kayu bayur yaitu ada pada arah radial dengan rata-
rata 22,82 %, kemudian tangensial rata-rata 16,14%, dan susut paling kecil terjadi
pada arah longitudinal rata-rata 9,61%.
2. Di dalam kayu bayur, KA rata-rata sebesar 49,42%. besarnya kadar air bervariasi
tergantung dari jenis, posisi dalam batang, dan musim.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu diantara nya umur pohon, tempat
tumbuh, kecepatan tumbuh, dan posisi kayu dalam batang. Berdasarkan data hasil
pengamatan praktikum diperoleh bahwa berat jenis kayu pada saat kering tanur rata-
rata sebesar 0,486 sedangkan pada berat jenis segar rata-rata sebesar 0,282.
B. Saran
Praktikum yang efektif dan efisien adalah praktikum yang berjalan secara
sistematis dengan arahan yang terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Dumanauw, J.F., 1999. Mengenal Kayu. Pika, Semarang.
Haygreen JG, Bowyer JL. 2003. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar,
Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
http://trisnusatriadi.blogspot.com/2009/05/html.kadar-air-kayu. Makassar
Diakses pada hari kamis, pukul 01.54 WITA
Krisnawati H, Kallio M, dan Kanninen M. 2011. Anthocephalus cadamba Miq :
Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor : Center for International Forestry
Research.
Martawijaya, 1977 dalam Yudiarti, 2001. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan.
Yayasan Porsea. Bogor .
Pandit dan Ramdan, H. 2005, Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Baku,
Tarsito, Bandung
Pandit IKN dan Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan
Baku. Bogor : Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Panshin AJ dan De Zeeuw C. 1964. Textbook of Wood Technology 4th Ed. New York :
McGraw Hill.
Sanusi, Djamal. 1990. Teknologi Kayu , Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin ;
Makasar
Siarudin M dan Marsoem SN. 2007. Karakteristik dan Varisasi Sifat Fisik Kayu
Gajah Mada Universitas Press ; Jogyakarta.
Sjostrom. E. 1995. Kimia Kayu, Fakultas Kehhutanan Universitas Hasanuddin ; Makasar
Sonardi, B. 1974. Ilmu Kayu. Yayasan Pembinaan Pertanian dan Kehutanan, UGM ;
Jogyakarta
Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties,. Utilization. New
York : Van Nostrand Reinhold.

More Related Content

What's hot

PPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
PPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptxPPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
PPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
MiRedz
 
PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSIT
PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSITPAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSIT
PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSIT
EDIS BLOG
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
Septian Muna Barakati
 
laporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutananlaporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutanan
abdul gonde
 
Arsitektur pohon
Arsitektur pohonArsitektur pohon
Arsitektur pohon
Rafika Nur Handayani
 
laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan
abdul gonde
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
Google
 
Penyakit hutan
Penyakit hutanPenyakit hutan
Penyakit hutanbayu meido
 
struktur kayu I
struktur kayu Istruktur kayu I
struktur kayu I
Syafutri Asbintari
 
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Awe Wardani
 
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide showPetak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
IndraSetiawan115511
 
Komunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhanKomunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhan
Jessy Damayanti
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
Moh Masnur
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
dyahpuspita73
 
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNPENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNSyawalina Soerbakti
 
Analisis vegetasi
Analisis vegetasiAnalisis vegetasi
Analisis vegetasidevi_anriani
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTAN
EDIS BLOG
 
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiLaporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Jeanne Isbeanny LFH
 
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"Biology Education
 
Morfologi Batang
Morfologi BatangMorfologi Batang
Morfologi Batang
Abulkhair Abdullah
 

What's hot (20)

PPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
PPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptxPPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
PPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
 
PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSIT
PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSITPAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSIT
PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSIT
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
 
laporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutananlaporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutanan
 
Arsitektur pohon
Arsitektur pohonArsitektur pohon
Arsitektur pohon
 
laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
 
Penyakit hutan
Penyakit hutanPenyakit hutan
Penyakit hutan
 
struktur kayu I
struktur kayu Istruktur kayu I
struktur kayu I
 
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
 
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide showPetak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
 
Komunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhanKomunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhan
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNPENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
 
Analisis vegetasi
Analisis vegetasiAnalisis vegetasi
Analisis vegetasi
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTAN
 
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiLaporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
 
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
 
Morfologi Batang
Morfologi BatangMorfologi Batang
Morfologi Batang
 

Similar to Laporan akhir ilmu kayu

Kayu
KayuKayu
Bab i
Bab iBab i
Bab i
Pvtv11
 
Sifat kayu
Sifat kayuSifat kayu
Sifat kayu
Azis Hamid
 
KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYU
KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYUKARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYU
KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYU
CintaPadostahiMuliaS
 
Kayu _ Material dan Konstruksi
Kayu _ Material dan KonstruksiKayu _ Material dan Konstruksi
Kayu _ Material dan KonstruksiAlat_Survey_Pemetaan
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
G7CORNELIA
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
G7CORNELIA
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
G7CORNELIA
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
G7CORNELIA
 
Kayu
KayuKayu
BAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYUBAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYU
MOSES HADUN
 
2. Mutu dan Jenis Kayu.pdf
2. Mutu dan Jenis Kayu.pdf2. Mutu dan Jenis Kayu.pdf
2. Mutu dan Jenis Kayu.pdf
AgilHandayani2
 
ILMU KAYU CIRI FISIK KAYU
ILMU KAYU CIRI FISIK KAYUILMU KAYU CIRI FISIK KAYU
ILMU KAYU CIRI FISIK KAYU
EDIS BLOG
 
Modul bahan bangunan kayu
Modul bahan bangunan kayuModul bahan bangunan kayu
Modul bahan bangunan kayudoloksanggul
 
ppt fisika kayu_anggitya tiara pakpahan(g1012211004).pptx
ppt fisika kayu_anggitya tiara pakpahan(g1012211004).pptxppt fisika kayu_anggitya tiara pakpahan(g1012211004).pptx
ppt fisika kayu_anggitya tiara pakpahan(g1012211004).pptx
ViniElvionika
 
PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
 PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
I02ALEXANDERRISFENDI
 
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
YosEpPldSinaGa
 
KARAKTERISTIK DAN SIFAT KAYU - KONSTRUKSI BANGUNAN
KARAKTERISTIK DAN SIFAT KAYU - KONSTRUKSI BANGUNANKARAKTERISTIK DAN SIFAT KAYU - KONSTRUKSI BANGUNAN
KARAKTERISTIK DAN SIFAT KAYU - KONSTRUKSI BANGUNAN
CintaPadostahiMuliaS
 
604cd429c80ddec6c1cd2642d5bba73b
604cd429c80ddec6c1cd2642d5bba73b604cd429c80ddec6c1cd2642d5bba73b
604cd429c80ddec6c1cd2642d5bba73bAlen Pepa
 
RPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas X
RPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas XRPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas X
RPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas X
Diva Pendidikan
 

Similar to Laporan akhir ilmu kayu (20)

Kayu
KayuKayu
Kayu
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Sifat kayu
Sifat kayuSifat kayu
Sifat kayu
 
KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYU
KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYUKARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYU
KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYU
 
Kayu _ Material dan Konstruksi
Kayu _ Material dan KonstruksiKayu _ Material dan Konstruksi
Kayu _ Material dan Konstruksi
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
 
Kayu
KayuKayu
Kayu
 
BAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYUBAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYU
 
2. Mutu dan Jenis Kayu.pdf
2. Mutu dan Jenis Kayu.pdf2. Mutu dan Jenis Kayu.pdf
2. Mutu dan Jenis Kayu.pdf
 
ILMU KAYU CIRI FISIK KAYU
ILMU KAYU CIRI FISIK KAYUILMU KAYU CIRI FISIK KAYU
ILMU KAYU CIRI FISIK KAYU
 
Modul bahan bangunan kayu
Modul bahan bangunan kayuModul bahan bangunan kayu
Modul bahan bangunan kayu
 
ppt fisika kayu_anggitya tiara pakpahan(g1012211004).pptx
ppt fisika kayu_anggitya tiara pakpahan(g1012211004).pptxppt fisika kayu_anggitya tiara pakpahan(g1012211004).pptx
ppt fisika kayu_anggitya tiara pakpahan(g1012211004).pptx
 
PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
 PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
 
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
 
KARAKTERISTIK DAN SIFAT KAYU - KONSTRUKSI BANGUNAN
KARAKTERISTIK DAN SIFAT KAYU - KONSTRUKSI BANGUNANKARAKTERISTIK DAN SIFAT KAYU - KONSTRUKSI BANGUNAN
KARAKTERISTIK DAN SIFAT KAYU - KONSTRUKSI BANGUNAN
 
604cd429c80ddec6c1cd2642d5bba73b
604cd429c80ddec6c1cd2642d5bba73b604cd429c80ddec6c1cd2642d5bba73b
604cd429c80ddec6c1cd2642d5bba73b
 
RPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas X
RPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas XRPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas X
RPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas X
 

Recently uploaded

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 

Recently uploaded (20)

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 

Laporan akhir ilmu kayu

  • 1. LAPORAN AKHIR ILMU KAYU DISUSUN OLEH : ENDAH DWI PURWANINGSIH C1L 012 015 PROGRAM STUDY KEHUTANAN UNIVERSITAS MATARAM 2014
  • 2.
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Bealakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber daya alam yang merupakan bahan mentah yang mudah diproses menjadi barang atau bentuk lain yang sesuai dengan kemajuan teknologi. Pengertian kayu adalah suatu barang yang diporoleh dari hasil pemungutan pohon di hutan yang merupakan bagian pohon tersebut. Kayu berasal dari berbagai pohon yang memiliki sifat berbeda-beda. Bahkan dari pohon memiliki sifat agak berbeda. Sifat yang dimaksud antara lain sifat anatomi kayu, sifat fisika dan kimianya. Dalam hubungannya maka ada perlunya jika sifat-sifat kayu itu diketahui lebih dulu, sebelum dipergunakan berbagai bahan bangunan industri kayu, maupun untuk pembuatan perabotan. Kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tersedia dalam berbagi macam spesies. Namun, salah satu sifat kayu yang tidak menguntungkan adalah kepekaan terhadap faktor perusak kayu, baik faktor biotik maupun non biotik. Faktor biotik perusak kayu antara lain adalah jamur, bakteri, serangga dan cacing laut. Faktor perusak kayu non biotik meliputi pengaruh mekanis, kimia dan fisis pada kayu. Berat jenis kayu adalah salah satu sifat fisika kayu yang paling penting. Kebanyakan sifat mekanik kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan. Di dalam bahasan- bahasan umum istilah berat jenis dan kerapatan sering digunakan secara campur aduk. Namun, seperti yang akan dibahas kemudian istilah-istilah ini mempunyai arti yang tepat dan berbeda meskipun keduanya mengacu pada konsep yang sama. Kekuatan maupun kekakuan kayu naik dengan berat jenis. Ciri transmisi panas kayu naik dengan berat jenis seperti halnya panas per satuan volume yang dihasilkan dalam pembakaran. Kelakuan penyusutan dan pengembangan kayu juga terpengaruh, meskipun hubungannya tidak begitu langsung seperti halnya sifat-sifat kekuatan. Sifat-sifat fisik lainnya adalah kadar air, kembang susut dan kekuatan kayu. Oleh sebab itu, pemahaman mengenai ilmu kayu penting adanya dengan maksud untuk lebih mengetahui berbagai jenis kayu,kandungannya,manfaatnya,maupun cara perkembangbiakannya. 2. Tujuan Adapun tujuan praktikum anatomi dan sifat fisia kayu ini sebagai berikut:
  • 4. 1. Untuk mengetahui anatomi kayu sesuai sampel yaitu kayu weru, sengon, jati, pulai, bayur. 2. Untuk mengetahui cara pengukuran perubahan dimensi pada kayu. 3. Untuk mengetahui cara menentukan kadar air dengan metode kering tanur pada kayu. 4. Untuk mengetahui cara penentuan berat jenis kayu.
  • 5. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Anatomi Kayu Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan pembesaran 10 kali. Sifat makroskopis kayu dapat diidentifikasi dari beberapa hal, yaitu warna kayu, tekstur, arah serat, corak, berat, kesan raba, lingkaran tumbuh dan bau. (Haygreen dan Bowyer 1996) Perbedaan tekstur pada berbagai jenis kayu disebabkan oleh adanya variasi tekstur sel dan ukuran sel penyusun masing-masing kayu yang berbeda. Kayu yang memiliki pori besar kemungknan memiliki tekstur yang kasar sedangkan kayu yang berpori kecil memiliki tekstur yang halus (Dumanauw, 1990). Tekstur sering digunakan secara umum menyatakan semua sel kayu yang terpisahkan dalam proses pempuatan pulp. Namun dalam konteks morfologi kayu istilah tekstur adalah xylem kayu teraspanjang meruncing dan biasa berdinding tebal (Haygreen dan Bowyer, 1996). Kekerasan atau kelunakkan kayu merupakan petunjuk penting dalam menentukan sifat fisik kayu. Kekerasan dari suatu jenis kayu biasanya ditentukan oleh banyak tidaknya zat dinding sel dalam kayu. Kayu keras biasanya dihasilkan dari kayu daun lebar yang menggugurkan daunnya pada musim kemarau atau musim gugur sedangkan kayu daun jarum menghasilkan kayu lunak. Dalam pembagian antara kayu daun lebar dan kayu daun jarum didasarkan atas ada tidaknya pembuluh (Sjostrom, 1995). Kilap kayu adalah suatu sifat kayu yang dapat memantulkan cahaya dimana kilap kayu bergantung pada sudut datangnya sinar yang mengenai permukaan kayu dan juga tergantung pada tipe sel yang menyusun permukaan kayu. Kayu berkadar ekstraktif lebih berkilap dari pada yang berkadar ekstraktif tinggi. (http://trisnusatriadi.blogspot.com/2009/05/html.kadar- air-kayu. Makassar). Arah serat adalah arah sejajar sumbu batang yang sebagian besar serat kayunya meruncing dan panjang. Arah serat dapat ditentukan oleh alur-lur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus jika arah sel-selnya melintang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang, maka kayu tersebut dikatakan serat moncong (Dumanauw, 1990).
  • 6. Kesan raba adalah kesan yang kita peroleh saat kita meraba permukaan suatu kayu tertentu. Ada kayu yang bila diraba terasa kasar, licin dan sebagainya. Kesan raba yang berbeda-beda tersebut untuk setiap jenis kayu tergantung dari tekstur kayu, besra kecilnya air dan dikandung serta kadar zat ekstraktif yang terdapat pada kayu (Dumanauw, 1990). 1.1. Anatomi Kayu Bayur Kayu teras bayur berwarna merah pucat, merah-coklat muda, hingga keungu- unguan atau semu lembayung. Kayu gubalnya putih kotor hingga kelabu. (Sjostrom. 1995) 1.2. Anatomi Kayu Sengon Tekstur kayu sengon adalah agak halus sampai kasar. Kayu tarik memiliki banyak kelemahan, salah satunya adalah timbulnya permukaan yang berserabut pada kayu setelah digergaji. (Tsoumis1976) 1.3. Anatomi Kayu Weru Kayun Weru berwarna cokelat hingga cokelat terang, dengan jalur-jalur terang dan gelap; sukar untuk digergaji karena adanya serat yang berpadu. (Sanusi, 1985). 1.4. Anatomi Kayu Jati Jati merupakan kayu yang agak keras dan agak berat. Bagian teras berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, mudah dibedakan dari gubal yang berwarna putih agak keabu-abuan. Kayu bercorak dekoratif yang indah karena mempunyai lingkaran tumbuh yang jelas yang dapat dilihat baik pada bidang lintang, radial maupun tangensial, sedikit buram dan berminyak. Tekstur kayu agak kasar sampai kasar dan tidak rata. Arah serat lurus, bergelombang sampai agak berpadu. Berat jenis kayu rata-rata 0,67 (0,62-0,75) dengan kelas awet I-II, dan kelas kuat II (Siarudin M dan Marsoem SN. 2007). Kayu jati mudah dikerjakan, baik dengan mesin maupun dengan alat tangan. Jika alat-alat yang digunakan cukup tajam dapat dikerjakan sampai halus, tetapi bidang transversal harus dikerjakan dengan hati-hati karena kayunya agak rapuh. Kayu jati dapat divernis dan dipelitur dengan baik (Martawijaya et al., 1995).
  • 7. Kayu jati memiliki ciri anatomi, yaitu pori berbentuk bulat sampai oval, tata lingkar, diameter tangensial bagian kayu awalnya sekitar 340-370 μm, bagian kayu akhirnya sekitar 50-290 μm, pori berisi tilosis dan berisi deposit berwarna putih. Parenkim paratrakeal selubung tipis yang pada bagian kayu awal selubungnya agak lebar sampai membentuk pita marginal, apotrakeal jarang umumnya membentuk rantai yang terdiri dari sekitar 4 sel. Jari-jari dengan lebar yang terdiri dari 4 sel atau lebih, jumlahnya sekitar 4-7 per mm arah tangensial, komposisi seragam dan tinggi dapat mencapai 0,9 mm (Pandit dan Ramdan, 2002). 1.5. Anatomi Kayu Pulai Pulai (Alstonia scholaris) memiliki pembuluh tunggal dan radial, parenkim metatrakea dan jari-jari kayunya terlihat bertingkat serta serat kayunya lurus,bertekstur sedang (Martawijaya dan Kartasujana, 1977). 2. Sifat Fisika Kayu Kayu memiliki sifat higroskopis dimana keberadaan sifat ini menyebabkan kayu dapat menyerap (absorpsi) dan melepaskan (desorpsi) air untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Kemampuan arbspsi dan desorpsi kayu ini berakibat pada besarnya kadar air yang selalu berubah tergantung pada suhu kelembaban lingkungan sekitarnya. Kadar air merupakan banyaknya air yang dikandung kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya (Krisnawati H, Kallio M, dan Kanninen M. 2011) Besarnya kadar air dalam pohon hidup bervariasi antara 30-300% tergantung dari spesies pohon, (hardwood atau softwood), posisi dalam batang (vertical dan horizontal) serta musim (salju, semi, panas dan gugur). (Tsoumis.1991) Ada dua hal yang terjadi pada perubahan dimensi kayu, yaitu penyusutan dan pengembangan kayu. Penyusutan kayu merupakan Penyusutan dinding sel terjadi saat molekul-molekul air terikat melepaskan diri dari molekul-molekul selulosa berantai panjang dan molekul-molekul hemiselulosa yang kemudian bergerak saling mendekat. Banyaknya penyusutan yang terjadi umumnya sebanding dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel. Pengembangan secara sederhana adalah kebalikan proses ini. (Siarudin M dan Marsoem SN. 2007). Kekerasan kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau suatu lekukkan. Kekerasan kayu dan kelunakkan kayu merupakan petunjuk penting dalam menentukan sifat fisik kayu terutama tergantung pada banyaknya zat dinding sel. (Fengel dan Wegener 1983)
  • 8. Umumnya kayu memiliki berat antara 0,2-0,8 gram/cm3, jika kayu tidak memiliki ruangan antar sel maka besarnya 12,3 gram/cm3. Berat kayu juga dipengaruhi oleh banyaknya pori dalam kayu. Semakin banyak pori pada kayu, maka semakin ringan dan sebaliknya kayu yang kurang memiliki pori maka kayu tersebut akan semakin berat (Sanusi, 1985). Kadar air kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar air tertentu, kering udara dan kering tanur. Kayu pada kondisi basah paling rawan terhadap serangan organisme perusak misalnya serangga dan jamur. Kondisi kadar air tertentu (di bawah titik jenuh serat) kayu rawan terhadap efek penyusutan yang tidak terkendali, sedangkan kayu kering udara (disebut juga kering angin, seimbang, siap pakai atau stabil) sangat penting untuk diterapkan di dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku produk tertentu. (Sanusi, 1985). Kerapatan suatu benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan volume, sehingga kerapatan selalu dinyatakan dengan satuan gram/cm3 atau kg/m3. Massa atau berat dan volume pada perhitungan kerapatan kayu dapat menggunakan berbagai macam kondisi kayu (kondisi segar/basah, kering udara, kadar air tertentu dan kering tanur) . (Panshin dan de Zeeuw 1980) Kerapatan kayu di dalam suatu spesies ditemukan bervariasi dengan sejumlah faktor yang meliputi letaknya di dalam pohon, letak dalam kisaran spesies tersebut, kondisi tempat tumbuh, dan sumber sumber genetik. Beberapa pola variasi berat jenis yang telah dilaporkan oleh dalam berbagai posisi batang yaitu pada arah radial (dari empulur/hati ke arah kulit). (Panshin dan de Zeeuw 1980) 2.1. Sifat Fisika Kayu Bayur Berat jenis kayu bayur berkisar antara 0,35–0,70 (rata-rata 0,53), dan dimasukkan ke dalam kelas kuat III. Kayu ini termasuk mudah dikerjakan dengan hasil yang baik; walaupun teksturnya agak kasar, namun permukaan kayu yang dihasilkan umumnya licin dan berkilap. Kayu ini mudah dipelitur, dan mudah dijadikan venir (lembaran tipis bahan kayu lapis). (Sanusi. 1990) 2.2. Sifat Fisika Kayu Weru
  • 9. Kayu weru tergolong ke dalam kayu menengah hingga berat, dengan densitas 600–950 kg/m³ pada kadar air 15%, kuat, awet, dan tahan serangan rayap. (Tsoumis, 1991). 2.3. Sifat Fisika Kayu Jati Kayu yang tergolong dalam kelas awet I-II dan kelas kuat II ini, memiliki tingkat kekerasan sedang, penyusutan arah radial dan tangensialnya rendah -masing- masing 2,8% dan 5,2%, serta mudah dikerjakan dengan tangan atau mesin (Martawijaya, 1977 dalam Yudiarti, 2001). 2.4. Sifat Fisika Kayu Sengon Sengon (Albizia moluccana) termasuk kelas awet IV/V dan kelas IV-V dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan 5,2 persen (basah sampai kering tanur). Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat (Martawijaya, 1989).
  • 10. BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM A. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM Praktikum ilmu kayu ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 13 Desember pukul 14.00 WITA sampai selesai dan hari jumat tanggal 20 Desember 2013 pukul 14.00 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Ilmu Kayu Program Studi Kehutanan Universitas Mataram. B. ALAT DAN BAHAN ï‚· Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu : 1. Loupe (kaca pembesar) 2. 1 buah oven 3. 2 buah caliper 4. 1 buah gergaji 5. 3 buah spidol permanen 6. 1 buah timbangan 7. Pisau ï‚· Bahan Adapun bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu : 1. 5 potong sampel kayu ukuran 2x2x2 cm dan 2x2x4 cm 2. Buku praktikum 3. Alat tulis 4. Lembar pengamatan C. CARA KERJA ï‚· Anatomi kayu 1. Dilakukan pengamatan terhadap cirri-ciri dan sifat-sifat fisik kayu dengan mata atau loupe. 2. Digambar bidang tranversal (x) dari setiap jenis kayu yang diamati. 3. Dibuat risalah untuk setiap jenis kayu yang diamati.
  • 11. ï‚· Fisika kayu A. Perubahan Dimensi Kayu 1. Disiapkan disk (lempeng kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 4 cm, yang akan digergaji menjadi sampel pengukuran dimeensi kayu. 2. Diberi gambar bentuk bujursangkar dengan ukura 2 X 2 cm dari salah satu tepi ke tepi yang lain dengan melalui pusat disk. 3. Digergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehiingga diperoleh sampel kecil dengan ukuran 2 X 2 X 4 cm.diberi kode dengan penomoran pada masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial, dan longitudinal. 4. Diukur dimensi awal dari contoh uji pada tempat/bagian yang telah diberi garis yaitu pada arah radial, tangensial, dan longitudinal dengan menggunakan caliper. 5. Dimasukkan sampel kayu ke dalam oven pada suhu 103 ËšC ± 2 ËšC, sampai mencapai kondisi kering tanur. 6. Diujkur dimensi dari contoh uji yang telah mencapai kondisi kering tanur pada tempat yang telah digaris yaitu arah radial, tangensial, longitudinaldengan menggunakan caliper. 7. Dicatat semua hasil pengukuran yang telah dilakukan. B. Kadar Air Kayu 1. Disiapkan disk (lempeng kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 2 cm, yang akan digergaji menjadi sampel pengukuran dimensi kayu. 2. Diberi gambar bentuk bujursangkar dengan ukura 2 X 2 cm dari salah satu tepi ke tepi yang lain dengan melalui pusat disk. 3. Digergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehiingga diperoleh sampel kecil dengan ukuran 2 X 2 X 2 cm.diberi kode dengan penomoran pada
  • 12. masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial, dan longitudinal. 4. Ditimbang sampel kayu sebagai berat awal, kemudian sampel dimasukkan ke dalam oven pada suhu 103 ËšC ± 2 ËšC. setiap hari selama satu minggu sampel ditimbang pada waktu yang sama sampai diperoleh berat sampel konstan. 5. Dicatat hasil penimbangan yang diperoleh ke dalam lembar pengamatan. C. Berat Jenis Kayu 1. Disiapkan disk (lempeng kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 2 cm dan 4 cm, yang akan digergaji menjadi sampel pengukuran dimeensi kayu. 2. Diberi gambar bentuk bujursangkar dengan ukura 2 X 2 cm dari salah satu tepi ke tepi yang lain dengan melalui pusat disk. 3. Digergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehiingga diperoleh sampel kecil dengan ukuran 2 X 2 X 4 cm dan 2 X 2 X 2 cm.diberi kode dengan penomoran pada masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial, dan longitudinal untuk kayu berukuran 2 X 2 X 4 cm. 4. Diukur volume kayu dengan mengukur panjang masing-masing sisi kayu kemudian dikelola dengan menggunakan rumus V=P X I X t. 5. Dimasukkan sampel kayu ke dalam oven pada suhu 103 ËšC ± 2 ËšC, sampai mencapai kondisi kering tanur. 6. Diulangi langkah kerja 4, di catat hasil pengukuran pada lembar pengamatan.
  • 13. BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN Dari praktikum yang dilakukan di dapat sifat anatomi atau struktur 5 kayu sampel yaitu Kayu Bayur, Kayu Sengon, Kayu Weru, Kayu Pulai dan Kayu Jati pada perbesaran loupe dengan 10 kali perbesaran antara lain yaitu : Dari hasil pengamatan di dapat struktur kayu bayur antara lain, tidak memiliki ligkaran tahun, memiliki pembuluh dengan bentuk penyebaran tunggal, ganda radial, juga memiliki tekstur sedang dan serat yang berpadu. Kayu bayur memiliki sifat fisik antara lain: warna yang khas, bau yang khas apabila dicium namun memiliki berat yang termasuk kayu ringan, kayu lunak, dengan kenampakan yang suram dan kesan raba licin. Kayu bayur biasanya digunakan sebagai: konstruksi dibawah atap, kayu pertukangan, lantai, mebel, tangkai peralatan, kano dan korek api. Kayu Sengon memiliki ciri struktur antara lain, tidak memiliki lingkaran, tekstur kayu halus dan terdapat serat yang lurus. Sifat-sifat fisik kayu sengon antara lain adalah memiliki warna yang khas, tidak berbau apabila dicium, termasuk berat yang ringan, dan kayu lunak, dan jika diperhatikan kayu sengon terlihat kilap dan terasa licin apabila dipegang. Penggunaannya adalah sebagai bahan bangunan, kayu lapis, bahan pembungkus korek api, dan sebagai pulp. Ciri-ciri strutur kayu Weru adalah pori-pori berbentuk tunggal, ganda radial dan baris radial, tidak terlihat parenkim dan jari-jari kayunya, tektur kasar, dan serat berpadu. Sedangkan sifat-sifat fisik kayu weru antara lain: memiliki warna yang tidak khas, dan tidak bebbau, berat sedang, termasuk kayu lunak dan kilap suram, kesan raba licin. Penggunaan kayu weru biasanya adalah untuk pembuatan jembatan, tiang rumah, lantai veneer, dan alat- alat musik. Struktur kayu Pulai yaitu, tidak terdapat lingkaran tahun, terlihat pembuluh atu pori- pori dengan penyebaran tunggal, ganda radial dan baris radial yang tidak terlihat isi pada pembuluhnya karena hanya bisa dilihat melalui mikroskop, tidak terlihat jari-jari kayu, memiliki tekstur kasar dan serat yang terlihat berpadu. Sifat fisik kayu pulai adalah kayunya memiliki warna yang tidak khas, bau yang harum apabila dicium, berat yang tergolong ringan, temasuk kayu lunak, kilapnya agak seram, dan kesan rabanya licin. Kayu ini biasanya digunakan untuk membuat peti, korek api, cetakan beton, barang kerajinan seperti wayang golek dan topeng.
  • 14. Ciri-ciri struktur kayu Jati adalah terdapat lingkaran tahun yang sangat jelas, memiliki pembuluh tata lingkar semu, tekstur kayu kasar, dan memiliki serat yang lurus. Sifat-sifat fisik kayu jati adalah warna yang khas, bau yang harum,memiliki berat yang tergolong berat dan keras , kayunya kilap dan kesan raba yang licin. Penggunaannya adalah sebagai bahan bangunan, mebel, papan dinding, lantai, tiang listrik, telepon perkapalan, patung, ukiran dan kerajinan tangan. 1). Penyusutan *data 1B Kayu Bayur *data 1A Kayu Kemiri Ulangan Dimensi Awal (gram) Dimensi Akhir (gram) Penyusutan (%) L T R L T R L T R 1 3,57 2,11 1,57 3,5 2,07 1,5 1,96 1,89 4,45 2 3,66 2,05 1,72 3,52 1,98 1,67 3,83 3,14 2,9 3 3,61 2,06 1,62 3,51 1,96 1,58 2,77 4,85 2,47 4 3,75 2,14 1,58 3,61 2,05 1,54 3,73 4,2 2,53 5 3,79 2,08 1,54 3,69 1,98 1,47 3,79 4,8 4,54 Rata-Rata 3,22 3,78 3,38 Penyusutan kayu adalah perubahan dimensi atau perubahan volume yang terjadi karena adanya perubahan kadar air di bawah titik jenuh serat (TJS). Penyusutan terjadi pada saat molekul-molekul air terikat melepaskan diri antar molekul-molekul selulosa berantai panjang dan molekul-molekul hemiselulosa dan kemudian molekul- molekul rantai ini akan bergerak saling mendekat. Besarnya penyusutan yang terjadi pada umumnya sebanding dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel. Besarnya kembang susut tidak sama pada berbagai arah orientasi, penyusutan terbesar ada pada arah radial dengan rata-rata 22,82 %, kemudian tangensial rata-rata 16,14%, dan susut paling kecil terjadi pada arah longitudinal rata-rata 9,61%. Ulangan Dimensi Awal Dimensi Akhir Penyusutan L T R L T R L T R 1 4 2,15 1,74 3,62 1,84 1,35 9,50% 14,41% 22,41% 2 3,95 2,25 2,1 3,54 1,91 1,35 10,37% 15,11% 35,71% 3 4,02 2,05 1,8 3,62 1,68 1,42 9,95% 18,04% 21,11% 4 4 2,23 2,15 3,63 1,88 1,36 9,25% 15,69% 36,74% 5 4 2,12 1,75 3,64 1,75 1,83 9% 17,45% -4,57% Rata2 3,994 2,16 1,90 3,61 1,81 1,46 9,61% 16,14% 22,28%
  • 15. Pada Kayu kemiri memiliki penyusutan lebih besar dibandingkan dengan kayu bayur, hal ini menunjukkan bahwa selain perbedaan arah, besar kecilnya pembuluh atau pori-pori pada kayu, jenis kayu juga berpengaruh paling besar terhadap tingkat penyusutan kayunya. Pada arah longitudinal, Variasi susut yang terjadi pada jenis yang sama dibawah kondisi yang sama terutama disebabkan oleh tiga faktor yaitu ukuran dan bentuk potongan sampel, kerapatan, serta laju pengeringan. Selain pengaruh kadar air, penyusutan kayu juga dipengaruhi oleh berat jenis kayu. Berat jenis memberikan hubungan yang linier terhadap penyusutan kayu, semakin tinggi berat jenis suatu kayu maka penyusutan kayu akan semakin tinggi. 2). Kadar Air *data 1B Kayu Bayur Ulangan Berat Awal(g) Berat Akhir(g) Kadar Air(%) 1 6,146 3,577 71,81 2 3,402 2,345 45,07 3 3,435 2,393 43,54 4 3,155 2,225 41,79 5 3,224 2,225 44,89 Rata2 3,874 2,553 49,42 *data 1A Kayu Kemiri Ulangan Berat Awal (gram) Berat Akhir (gram) Kadar Air (%) 1 6,285 3,347 87,78 2 5,814 2,913 99,59 3 6,33 3,102 104,06 4 6,039 2,957 104,22 5 6,259 3,042 105,57 Rata-Rata 100,2 Kadar air merupakan berat air dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur. Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetahui berapa persentase kadar air yang masih terkandung di dalam kayu. Air dalam kayu terdiri dari air bebas dan air terikat dimana keduanya secara bersama-sama menentukan kadar air kayu. Kadar air sangat mempengaruhi kekuatan kayu, jika terjadi penurunan kadar air atau kayu tersebut kering maka kekuatan kayu akan meningkat. Di dalam kayu bayur, KA rata-rata sebesar 49,42%. besarnya kadar air bervariasi tergantung dari jenis, posisi dalam batang, dan musim. Sedangkan rata-rata KA pada kayu kemiri yaitu sebesar 100,2%.
  • 16. 3). Berat Jenis Kayu *data 1B Kayu Bayur Ulangan Berat Kering Tanur(BKT) Volume(m3) Berat Jenis(BJ) Awal Akhir Segar Kering Tanur 1 4,706 14,964 8,992 0,31 0,52 2 4,49 18,663 9,127 0,24 0,49 3 5,06 14,833 8,635 0,34 0,58 4 4,419 19,178 9,281 0,23 0,47 5 4,357 14,807 11,657 0,29 0,37 Rata2 4,606 16,489 9,538 0,282 0,486 *data 1A Kayu Kemiri Ulangan BKT (gram) Volume (cm3 ) Berat Jenis Awal Akhir Segar Kering Tanur 1 2,913 5,041 4,712 0,58 0,62 2 3,165 5,605 4,823 0,56 0,66 3 3,102 6,169 4,83 0,5 0,64 4 2,957 5,545 4,842 0,53 0,61 5 3,042 5,707 5,206 0,53 0,58 Rata-Rata 0,54 0,62 Besarnya berat jenis kayu berbeda-beda, tergantung struktur kayu dan perbandingan antara jumlah dinding sel dan rongga kayu, nilai BJ biasanya bertambah jika KA kayu berkurang di bawah TJS-nya. Berat jenis kayu bervariasi tergantung dari kadar air yang dikandung. BJ kayu umumnya dipengaruhi oleh ukuran sel, tebal dinding sel serta hubungan antara jumlah sel dengan berat dan tebal dinding sel. Sel serat sangat penting pengaruhnya terhadap BJ karena porsinya yang tergolong tinggi sebagai komponen penyusun kayu. Dengan luasan penampang lintangnya yang relatif kecil, hanya dibutuhkan ruang yang sempit untuk menempatkan jumlah sel yang lebih banyak. Jika serat berdinding tebal dan berongga sempit, maka jumlah rongga udara sedikit dan BJ akan tinggi, sebaliknya jika serat berdinding tipis dan berongga besar maka BJ akan berkurang. Faktor-faktor yang
  • 17. mempengaruhi berat jenis kayu diantara nya umur pohon, tempat tumbuh, kecepatan tumbuh, dan posisi kayu dalam batang. Berdasarkan data hasil pengamatan praktikum diperoleh bahwa berat jenis kayu pada saat kering tanur rata-rata sebesar 0,486 sedangkan pada berat jenis segar rata-rata sebesar 0,282. Sedangkan pada kayu kemiri rata-rata berat jenis segarnya sebesar 0,54 dan berat jenis tanur sebesaar 0,62.
  • 18. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa: 1. Besarnya penyusutan yang terjadi pada umumnya sebanding dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel. Besarnya kembang susut tidak sama pada berbagai arah orientasi, penyusutan terbesar pada kayu bayur yaitu ada pada arah radial dengan rata- rata 22,82 %, kemudian tangensial rata-rata 16,14%, dan susut paling kecil terjadi pada arah longitudinal rata-rata 9,61%. 2. Di dalam kayu bayur, KA rata-rata sebesar 49,42%. besarnya kadar air bervariasi tergantung dari jenis, posisi dalam batang, dan musim. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu diantara nya umur pohon, tempat tumbuh, kecepatan tumbuh, dan posisi kayu dalam batang. Berdasarkan data hasil pengamatan praktikum diperoleh bahwa berat jenis kayu pada saat kering tanur rata- rata sebesar 0,486 sedangkan pada berat jenis segar rata-rata sebesar 0,282. B. Saran Praktikum yang efektif dan efisien adalah praktikum yang berjalan secara sistematis dengan arahan yang terpadu.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Dumanauw, J.F., 1999. Mengenal Kayu. Pika, Semarang. Haygreen JG, Bowyer JL. 2003. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar, Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. http://trisnusatriadi.blogspot.com/2009/05/html.kadar-air-kayu. Makassar Diakses pada hari kamis, pukul 01.54 WITA Krisnawati H, Kallio M, dan Kanninen M. 2011. Anthocephalus cadamba Miq : Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor : Center for International Forestry Research. Martawijaya, 1977 dalam Yudiarti, 2001. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Yayasan Porsea. Bogor . Pandit dan Ramdan, H. 2005, Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Baku, Tarsito, Bandung Pandit IKN dan Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Baku. Bogor : Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Panshin AJ dan De Zeeuw C. 1964. Textbook of Wood Technology 4th Ed. New York : McGraw Hill. Sanusi, Djamal. 1990. Teknologi Kayu , Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin ; Makasar Siarudin M dan Marsoem SN. 2007. Karakteristik dan Varisasi Sifat Fisik Kayu Gajah Mada Universitas Press ; Jogyakarta. Sjostrom. E. 1995. Kimia Kayu, Fakultas Kehhutanan Universitas Hasanuddin ; Makasar Sonardi, B. 1974. Ilmu Kayu. Yayasan Pembinaan Pertanian dan Kehutanan, UGM ; Jogyakarta Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties,. Utilization. New York : Van Nostrand Reinhold.