Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Gejalanya bervariasi mulai dari demam, batuk, dan sesak napas hingga gangguan sistemik lainnya. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, radiologi, dan laboratorium. Pengobatannya meliputi antibiotik, oksigenasi, dan dukungan lainnya, serta pencegahan melalui imunisasi dan hidup sehat.
5. DEFINISI
Pneumonia adalah salah satu dari penyakit yang
menyerang saluran respirasi bawah,
menyebabkan peradangan pada paru-paru,
alveolar terisi cairan
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua
paru-paru yang biasanya disebabkan oleh bakteri-
bakteri, virus-virus, atau jamur.
6. Dapat menyerang semua umur
Masnifestasi klinis terparah terjadi
pada anak-anak, orang tua, dan
penderita penyakit kronis
Proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli), bisa
bersamaan dengan infeksi pada
bronkus (bronchopneumonia).
7. Berdasarkan lokasi
Pneumonia-masyarakat (community-acquired
pneumonia), bila infeksinya terjadi di masyarakat
Pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial
(hospital-acquired pneumonia).
8.
9. AMERIKA SERIKAT (1936)
PENYEBAB KEMATIAN UTAMA PENYAKIT INFEKSI DI AS
INDONESIA
SURVEY KESEHATAN RUMAH TANGGA (1980) 26,1%
ANGKA KEJADIAN DAN 17,8% ANGKA KEMATIAN
1999 : VAKSIN 23 VALEN DIPASARKAN
2001 : PASIEN PENDERITA 50%NYA ADALAH GERIATRI,
DAN SETENGAH DARI JUMLAH PASIEN
MENGALAMI KEMATIAN
10. PATOGENESIS
Masuknya bakteri menginfeksi melalui 3 rute,
yaitu:
1. Inhalasi partikel aerosol
2. Hematogen dari ektsrapulmonari
3. Naiknya isi orofaringeal
Infeksi mikroba sebabkan aktivitas paru-paru
untuk mengeluarkan mikroba menjadi berkurang
16. Pneumonia Tipikal vs Atipikal
Pneumonia tipikal
o Disebabkan oleh bakteri yang responsif
terhadap pengobatan dengan antibiotik
beta-laktam
Pneumonia atipikal
o Tidak responsif dengan antibiotik beta-
laktam
o Terutama disebabkan oleh Mycoplasma
pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae
17. Patogen yang paling banyak menginfeksi adalah
S.pneumoniae 75% dari seluruh kasus
Patogen lain: M.pneumoniae, Legionella, C.pneumoniae,
H.influenzae, dan berbagai varietas virus influenza
Community-acquired S.aureus dan bakteri batang
gram negatif
Hospital-acquired S.aureus dan bakteri basil gram
negatif aerob
18. B. Etiologi
Medical Surgical Nursing
18
Bakteri : streptococus pneumoniae,
staphylococus aureus
Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus
Jamur : Candidiasis, histoplasmosis,
aspergifosis, coccidioido mycosis,
cryptococosis, pneumocytis carini
Aspirasi : Makanan, cairan, lambung
Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok,
debu dan gas
19. Viral Pneumonia
Penyebab utama pneumonia di negara maju
Etiologi virus tersering :
o Respiratory Syncytial Virus (RSV)
o Rhinovirus
o Virus Parainfluenzae
Secara klinis, umumnya pneumonia bakteri
sulit dibedakan dengan pneumonia virus.
20. Medical Surgical Nursing
20
Faktor risiko terkena pneumonia
Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA)
Usia lanjut
Alkoholisme, rokok
Kekurangan nutrisi
Umur dibawah 2 bulan, berat badan lahir rendah, tidak
mendapat ASI memadai, Imunisasi yang tidak memadai,
dan membedong
Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, dan penyakit
kronik menahun.
21.
22. CNS:
Sakit kepala
hilang nafsu makan
VASKULAR
BP rendah
LAMBUNG
Mual
Muntah
SENDI
Nyeri
JANTUNG
denyut jantung
tinggi
SISTEMIK
demam
menggigil
KULIT
berkeringat
kebiruan
PARU PARU
batuk dengan
sputum
nafas pendek
nyeri dada
hemoptisis
OTOT
Lelah
Nyeri
23. Gejala Infeksi Umum
Demam
Sakit kepala
Gelisah
Malaise
Penurunan napsu makan
Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah,
atau diare
25. diagnosis
Sinar – X dada akan menunjukkan infiltrat
Pemeriksaan Fisik
Tergantung luas lesi paru
Palpasi: fremitus dapat mengeras
Auskultasi: suara dasar bronkovesikuler sampai
bronkial, suara tambahan bronki basah halus sampai
bronki basah kasar pada stadium resolusi.
26. Pemeriksaan Penunjang
Gambaran radiologis: foto toraks lateral, gambaran infiltrat sampai
gambaran konsolidasi (berawan), dapat disertai air bronchogram.
Pemeriksaan laboratorium: terdapat peningkatan jumlah leukosit
lebih dari 10.000/ul kadang dapat mencapai 30.000/ul.
Untuk menentukan diagnosis etiologi dilakukan pemeriksaan
biakan dahak, biakan darah, dan serologi.
Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia; pada stadium lanjut
asidosis respiratorik.
diagnosis
27. pemeriksaan imunologik dalam mendeteksi
baik antigen maupun antibodi spesifik
terhadap kuman penyebab. Spesimen yang
dipakai ialah darah atau urin. Teknik
pemeriksaan yang dikembangkan antara
lain counter immunoelectrophoresis, ELISA,
latex agglutination atau coaglutination
Pneumonia Pneumokokus...
28. 2. Pemeriksaan radiologik
Gambaran radiologik pneumonia
pneumokokus bervariasi dari infiltrat ringan
sampai bercak-bercak konsolidasi merata
(bronkopneumonia) kedua lapang paru atau
konsolidasi pada satu lobus (pneumonia
lobaris)
Pneumonia Pneumokokus...
31. Tujuan:
a. Eradikasi mikroba antibiotik
b. Penyembuhan klinis
c. Penurunan morbiditas
Pendekatan Umum Terapi
a. Evaluasi fungsi respirasi dan
menentukan penyebab penyakit
b. Penerapan terapi pendukung :
penggunaan oksigen,
bronkodilator,
c. Terapi non-farmakologi: fisioterapi
dada, nutrisi
36. Indikasi pasien rawat inap
Penderita tampak keracunan
Dibawah umur 6 bulan
Distress pernapasan
Dehidrasi dan muntah
Abses paru
Kondisi imunokompromis
Ada penyakit penyerta lain
Pasien membutuhkan antibiotik parentral
Ketidak mampuan ortu dalam merawat
penderita
37. Pneumonia rawat inap
Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal
antibiotik intravena harus dimulai sesegera
mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis
atau meningitis
Antibiotik yang direkomendasikan adalah
antibiotik spektrum luas seperti kombinasi
beta-laktam/klavunalat dengan aminoglikosid,
atau sefalosporin generasi ketiga
Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat
diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari
38. Untuk pneumonia dengan kuman penyebab
stphylococcus maka pemberian terapi 6 – 8
minggu secara parentral
Jika penyebabnya H influenza atau
streptococcus pneumonia terapi parentral 10 -
14 hari.
Secara umum pengobatan antibiotik untuk
pneumonia adalah 14 hari.
39. Penderita imunocompromise
( gizi buruk, peny jantung bawaan, gangguan
neuromuscular, pengobatan kostikosteroid
jangka panjang, cystic fibrocis, dan infeksi
HIV)
Pilihan pertama: sefalosforin generasi ke 3
Untuk pertimbangan :
Kotrimoksazol
Antiviral (asiklovir, ribavirin,gansiklovir)
Antijamur ( ketokonazol, amfoterisin B)
Pemberian imunoglobulin
40. Pneumonia ringan
(Adanya nafas cepat tanpa penarikan
dada/chest indrawing) antibiotik oral selama
5 hari
Pilihan :amoksisilin- as klavulanat, ampisilin,
kotrimoksazol, prokain penisilin.
41. Pencegahan
Mempraktekkan hidup sehat
Mendapatkan vaksin pneumonokokus. Vaksin
ini 90% melawan bakteri dan melindungi dari
infeksi selama lima sampai sepuluh tahun
Makan dengan asupan yang tepat
Olahraga secara teratur
Cukup tidur
Tidak merokok
42. A. Sulfonamid dan Trimetoprim
1. Kotrimoksazol (kombinasi trimetoprim dan
sulfametoksazol dengan perbandingan 1:5)
Indikasi: infeksi saluran kemih dan saluran
napas (bronkitis dan pneumonia)
Perhatian: gangguan fungsi hati dan ginjal,
minum air cukup banyak, penggunaan pada
gangguan darah, wanita hamil dan menyusui
KI: Gagal ginjal dan gangguan fungsi hati berat
ES: mual, muntah, ruam, gangguan darah,
diare, dll
Dosis: Oral: 960 mg/hari tiap 12 jam
43. 1. Tetrasiklin
Indikasi: bronkitis kronis, bruselosis, efusi pleura
karena keganasan atau sirosis
Peringatan: gangguan fungsi hati dan ginjal
ES: mual, muntah, diare, eritema, sakit kepala,
gangguan penglihatan
Dosis: Oral: 250 mg tiap 6 jam
C. Gol. Makrolida
B. Gol. Tetrasiklin
44. Terapi Farmakologi-
Eritromisin
ISebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin,
untuk pengobatan enteritis kampilobakter, pneumoniae,
penyakit legionnaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatis
kronik, akne vulgaris, & profilaksis difteri dan pertusis.
Peringatan Gangguan fungsi hati & porfiria ginjal, perpanjangan interval QT
(pernah dilaporkan terjadi takikardi ventrikuler); porfiria, kehamilan (tidak diketahui
efek buruknya) & menyusui (sejumlah kecil masuk ke ASI).
KIPenyakit hati (garam estolat)
ESMual, muntah, nyeri perut, diare, urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya;
gangguan pendengaran yang reversible pernah dilaporkan setelah pemberian dosis
besar; ikaterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).
45. Terapi Farmakologi-
Azitromisin
IInfeksi saluran nafas, otitis media, infeksi
klamidia daerah genital tanpa komplikasi.
Peringatan & efek samping =eritromisin; wanita hamil atau menyusui; pernah
dilaporkan fotosensitivitas dan neutropenia ringan.
KIGangguan fungsi hati.
Dosis500 mg sekali sehari selama 3 hari; anak di atas 6 bulan: 10 mg/ kg sekali
sehari selama 3 hari; berat badan 26 – 35 kg: 300 mg sekali sehari selama 3 hari;
berat badan 36 – 45 kg: 400 mg sekali sehari selama 3 hari. Infeksi klamidia genital:
1 gram sebagai dosis tunggal.
46. Terapi Farmakologi-
Klaritromisin
IInfeksi saluran nafas, infeksi ringan dan sedang
pada kulit dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk
eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum.
Peringatan dan efek samping=eritromisin; dosis diturunkan pada
gangguan fungsi ginjal; wanita hamil & menyusui; sakit kepala, gangguan
pengecapan, stomatis, glositis, iketerus kolestatik, hepatitis & sindrom
Steven-Johnson.
InteraksiAritmia: hindarkan penggunaan bersama astemizol, terfenadin dan
cisaprid.
47. D. Gol. Sefalosporin
. Sefaklor
Indikasi: infeksi bakteri gram + dan gram –
Peringatan: alergi terhadap penisilin, gangguan
fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui
KI: hipersensitivitas terhadap sefalosporin porfiria
ES: diare, mual muntah, sakit kepala, alergi,
demam, dll.
Dosis: 250 mg tiap 8 jam, max 4 g per hari
48. 2. Sefiksim
Indikasi, peringatan, KI, ES: lihat sefaklor
Dosis: dewasa dan anak di atas 10 thn: 200-400 mg per hari
dosis tunggal atau dibagi 2 dosis
3. Sefrozil
Indikasi, peringatan, KI, ES: lihat sefaklor
Dosis: ISPA: 500 mg 1x sehari, untuk 10 hari
Otitis media anak 6 bulan-12 tahun: 20 mg/kgbb,
max 500 mg setiap 12 jam
49. 4. Seftriakson
Indikasi, peringatan, ES: lihat sefaklor
KI: bayi di bawah 6 bulan
Dosis: pemberian secara injeksi IM, IV, atau infus, 1 g/hari
dalam dosis tunggal
5. Sefuroksim
Indikasi: profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H.
Influenzae dan N. Gonorrhoeae. Lihat sefaklor
Peringatan, KI, ES: lihat sefaklor
Dosis: oral untuk ISPA dan ISPB: 250 mg 2x sehari
50. Parameter Klinis: hilangnya gejala
Pasien community-acquired ringan hingga sedang :
waktu hilangnya batuk, produksi sputum, demam, dll
Pasien dengan terapi suplemen oksigen harus
diperiksa secara berkala
Nosocomial Pneumonia: cek WBC, radiografi/ rontgen,
penentuan gas dalam darah.
Gejala dicek setidaknya 2 hari setelah terapi dan
maksimal penggunaan 10-14 hari.