Presentasi Kualitas Air ini dibuat oleh Romi Novriadi, S.Pd,kim., M.Sc dalam upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya lingkungan dalam mendukung produksi budidaya ikan laut
Presentasi Kualitas Air ini dibuat oleh Romi Novriadi, S.Pd,kim., M.Sc dalam upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya lingkungan dalam mendukung produksi budidaya ikan laut
Ciri-Ciri
Variasi suhu tidak mencolok
Tumbuhan yang paling banyak ditemui adalah jenis ganggang
Organisme yang hidup di dalam ekosistem ini telah mengalami adaptasi
Kadar garam sangat rendah
Ekosistem Lentik (Air Tenang)
Ekosistem Lotik (Air yang Mengalir)
Ciri-Ciri
Variasi suhu tidak mencolok
Tumbuhan yang paling banyak ditemui adalah jenis ganggang
Organisme yang hidup di dalam ekosistem ini telah mengalami adaptasi
Kadar garam sangat rendah
Ekosistem Lentik (Air Tenang)
Ekosistem Lotik (Air yang Mengalir)
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
Produksi udang sayur ini dimaksudkan untuk memanfaatkan serta memberdayakan bak-bak backyard hatchery udang yang telah lama tidak beroperasi. Produksi udang sayur juga merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi serangan penyakit Myo pada udang vaname.
2. Komoditas akuakultur: spesies atau jenis ikan (dalam
arti luas) yang diproduksi dalam kegiatan akuakultur
dan menjadi barang/produk yang bisa
diperdagangkan.
Jenis ikan di dunia > 20.000
Dibudidayakan secara komersial: 25-30 spesies
Potensial/dapat dibudidayakan: ratusan
Banyaknya spesies yang dapat dibudidayakan
keunggulan banyak pilihan komoditas
Kelemahan pengembangan komoditas tidak fokus
Banyaknya komoditas akuakultur mendorong perlunya
pengelompokan sehingga pemilihan dan pengelolaan spesies
menjadi lebih terfokus.
3. PENGELOMPOKAN KOMODITAS AKUAKULTUR
1. Berdasarkan tujuan akuakultur
2. Berdasarkan klasifikasi taksonomik
Ciprinid (mas, nilem, tawes, kowan, koki,
dsb), siklid (nila, mujair, diskus, manvis,
louhan, dsb), salmonid, klaridid (catfish)
• Produksi makanan
• Perbaikan stok alam (stock enhancement)
• Produksi ikan untuk rekreasi
• Produksi ikan umpan
• Produksi ikan hias
• Daur ulang bahan organik
• Produksi bahan industri
4. 3. Berdasarkan karakteristik morfologi dan biologi
Pengelompokan komoditas akuakultur berdasarkan bentuk dan
ciri khas dari tubuh, seperti bersirip (ikan), berkarapas (udang),
bercangkang (moluska), berduri (ekinodermata), alga dan
tanaman
Habitat Karakter morfologi
ikan udang moluska Ekinoder-
mata
alga
Air tawar Mas,
gurame, lele,
patin
Udang galah,
cherax
Kijing
taiwan -
Tanaman
hias
Air payau Bandeng,
belanak,
Udang windu,
udang vaname,
udang biru,
kepiting bakau
- - -
Air laut Kerapu,
kakap,
baronang,
napoleon
Lobster Kerang
hijau,
kerang
mutiara,
abalone
Teripang,
bulu babi
Rumput
laut,
Chlorella
5. 4. Berdasarkan jenis makanan
- herbivora: pemakan tanaman
- karnivora: pemakan hewan
- omnivora: pemakan campuran (gabungan antara
tanaman dan hewan, atau selain hewan dan
tanaman seperti sampah, detritus, bangkai)
a. Herbivora: spesies akuakultur dengan makanan
utamanya berupa tanaman.
- gurame: pemakan daun (makrofita)
- kowan, tawes: pemakan rumput (makrofita)
- mola, tambakan: pemakan fitoplankton (mikrofita)
- bandeng: pemakan klekap (koloni makanan alami
yang terdiri dari lumut, perifiton, benthos yang
tumbuh didasar tambak)
Herbivora pemakan fitoplankton disebut herbivor
mikrofiltering (fitofagus)
6. b. Karnivora: spesies akuakultur pemakan hewan atau
disebut (predator)
- kerapu, kakap putih, betutu, belut, udang, lobster.
- dalam akuakultur ikan predator diberi ikan rucah,
atau memangsa ikan lain/ikan liar
- umumnya, spesies predator sulit menerima pakan
buatan, dengan pembelajaran makan (weaning)
kerapu, kakap putih sudah bisa makan pakan buatan
c. Omnivora: spesies akuakultur yang bisa makan segala
jenis makanan
- Omnivora cenderung herbivora (pakan yang
dikonsumsi sebagian besar nabati, mas, nila, mujair,
koki, koi)
- Omnivora cenderung karnivora (pakan yang
dikonsumsi sebagian besar hewani, lele, patin, sidat,
udang windu, udang galah, udang vaname)
- Scavenger feeder: memakan bahan organik yang
sedang mengalami proses pembusukan (bangkai,
scavenger)
- Detritus feeder: memakan sampah organik (detritus)
7. Dalam piramida atau rantai makanan, spesies
herbivora memiliki jarak paling dekat dengan
sumber energi matahari sehingga relatif sedikit
mengalami kehilangan energi dalam perjalanan
transfer materi menjadi daging ikan.
Ikan herbivora: konversi karbohidrat menjadi protein
Ikan karnivora: konversi protein menjadi protein
Secara ekologi, yang paling dikehendaki adalah jenis-
jenis ikan herbivor microfiltering (fitofagus) seperti
bandeng dan silver carp, kemudian pemakan
zooplankton (planktonfagus), selanjutnya pemakan
detritus seperti bighead dan ikan mas, dan yang
kurang dikehendaki adalah ikan karnivora seperti
kerapu
8. 5. Berdasarkan penyebaran geografis
Penyebaran geografis dari spesies akuakultur
disebabkan oleh kebutuhan biologis organisme
tersebut terhadap lingkungan dan daya adaptasi
Ikan tropis, ikan subtropis, ikan dataran tinggi, ikan
dataran rendah, ikan danau, ikan sungai, dsb
6. Berdasarkan habitat/media hidup
- Komoditas ikan air tawar: ikan mas, lele, gurame,
nila, mujair, patin
- Komoditas ikan air payau: udang windu, bandeng
- Komoditas ikan laut: kerapu macan, kerapu bebek,
kakap putih, napoleon, kerang mutiara, rumput
laut Euchema cottonii
9. Komoditas euryhaline, bisa hidup pada kisaran
salinitas yang luas, bisa dikultur di luar habitat
alaminya.
Kakap putih, rumput laut Gracilaria sp. (komoditas
laut) bisa dikultur di tambak
Nila (komoditas tawar) bisa dikultur dalam jaring
apung di laut
Bandeng (komoditas payau) bisa dikultur jaring
apung di perairan waduk
Udang windu (komoditas payau) bisa dikultur di
sawah
10. 7. Berdasarkan orientasi pasar produk
Terdapat hubungan antara jenis etnis di masyarakat
dengan kesukaan (preferensi) mengonsumsi jenis
ikan tertentu.
Jawa Barat, Sumatera Utara: ikan mas
Masyarakat Cina, Sulawesi Selatan: ikan laut
(kerapu, kakap putih, napoleon)
Kalimantan Selatan, Sumbagsel: patin, ikan sungai
Faktor preferensi akan menentukan orientasi pasar
Domestik/lokal: ikan mas (Jawa Barat)
Ekspor: kerapu, udang windu, ikan hias, rumput
laut, kerang mutiara, sidat, labi-labi, kodok, dsb.
Antar pulau: patin dari Jawa Barat dijual ke
Lampung dan Sumatera Selatan
11. 8. Berdasarkan tipe produk
Produk hidup: ikan mas, lele, gurame, kerapu, ikan
hias
Produk segar: udang windu, udang vaname, udang
biru, bandeng, tawes, kodok
Komoditas akuakultur yang biasa dijual hidup akan
turun harganya ketika dijual segar
Ikan mas (hidup) Rp 18.000-Rp 20.000 Rp 15.000
an (segar)
Kerapu (hidup) Rp 200.000-Rp 250.000 Rp 40.000-
Rp 50.000.
Produk olahan: pengeringan, pengasinan,
filleting/deboning dilanjutkan pembekuan,
pengalengan
Rumput laut: dijual dalam bentuk kering
Nila dan patin: filleting/deboning dilanjutkan
pembekuan
12. 9. Berdasarkan harga
Golongan Harga
Murah Sedang Tinggi
Ikan Ikan lele, mas,
mujair, patin,
tambakan,
bandeng
Ikan gurame,
kakap putih,
baronang
Ikan napoleon,
kerapu, betutu
Udang - Udang vaname,
udang biru
Udang lobster,
udang windu,
udang galah
Moluska Kerang hijau Kerang mutiara
air tawar
Kerang mutiara
laut
Ekinodermata - - Teripang
Alga Rumput laut - -
-Spesies predator lebih mahal dibanding omnivora
-Ikan hidup lebih mahal dibanding ikan segar
-Komoditas yang lambat tumbuh lebih mahal
13. 10. Berdasarkan tingkat pengembangan komersial
No. Tingkat Komoditas
1 Industri komersial Patin, mas, udang windu, kerang mutiara
2 Industri yang baru tumbuh Kerapu, kakap putih
3 Skala pilot Rumput laut
4 Teknologi belum tersedia Udang lobster, belida, botia, betutu
Industri komersial: teknologi sudah mantap, profitable market, kontinu.
Riset yang dibutuhkan: perbaikan produk, efisiensi produksi, pemasaran
Industri yang baru tumbuh: perlu riset beberapa aspek produksi,
pemasaran, kelembagaan
Skala pilot: upaya ditujukan untuk memecahkan masalah yang muncul
ketika skala ditingkatkan
Teknologi belum tersedia: banyak teknologi yang perlu dicari dan
dimantapkan (teknologi reproduksi, pemeliharaan larva, nutrisi dan
pemberian pakan, sistem produksi, dsb). Peran perguruan tinggi dan
lembaga penelitian sangat diperlukan.
14. PEMILIHAN SPESIES
Karena spesies yang berpotensi untuk komoditas akuakultur
sangat banyak maka perlu dilakukan pemilihan spesies agar
lebih fokus. Pemilihan spesies untuk akuakultur didasarkan
kepada pertimbangan karakteristik biologi dan pasar serta
sosial ekonomi.
Pertimbangan biologi mencakup: 1) kemampuan memijah dalam
lingkungan budidaya, 2) ukuran dan umur pertama kali matang
gonad, 3) fekunditas, 4) laju pertumbuhan dan produksi, 5)
tingkat trofik, 6) toleransi terhadap kualitas air dan daya
adaptasi, 7) ketahanan terhadap stress dan penyakit, 8)
kemampuan mengkonsumsi pakan buatan, 9) konversi pakan,
10) toleransi terhadap penanganan, 11) dampak terhadap
lingkungan
Pertimbangan ekonomi dan pasar: 1) permintaan pasar, 2) harga
dan keuntungan, 3) sistem pemasaran, 4) ketersediaan sarana
dan prasarana produksi, 5) pendapatan masyarakat
15. 1. PERTIMBANGAN BIOLOGI
a. Kemampuan memijah dalam lingkungan budidaya
Ketersediaan benih alam tidak cukup dan konsisten
untuk mendukung kegiatan akuakultur yang besar
dan bersifat industri
Benih alami biasanya lebih mahal dan hanya
tersedia musiman sehingga tidak memenuhi kriteria
industri yang tepat waktu, jumlah, ukuran, mutu,
harga (5T)
Kegiatan akuakultur terbatas dimana benih
terdapat
Domestikasi dan perbaikan genetik tidak mungkin
dilakukan tanpa pemijahan buatan
Jasad-jasad penyakit, parasit dan hama lebih efektif
dikendalikan dengan pemijahan buatan
16. b. Ukuran dan umur pertama kali matang gonad
Ikan diharapkan mencapai ukuran pasar sebelum
matang gonad sehingga sebagian besar energi dari
pakan digunakan untuk pertumbuhan
somatik/daging
Idealnya ikan budidaya akan mencapai
kematangan seksual dalam beberapa minggu
setelah ukuran minimum yang dapat dipasarkan.
Tilapia matang kelamin pada umur 3-4 bulan atau
bobot rata-rata 50 g, sebelum mencapai ukuran
pemasaran
17. Disisi lain, dalam operasional hatchery, jenis-jenis ikan
yang cepat matang gonad lebih menguntungkan
daripada ikan yang lambat matang gonad, karena dapat
menghemat:
a. Ongkos pakan
b. Ruang
c. Tenaga
d. Faktor-faktor pengelolaan
e. Resiko kehilangan karena bencana, penyakit
Ikan kecil lebih mudah ditangani dan lebih sedikit
mendapat stress daripada ikan besar.
Perbaikan genetik dan domestikasi lebih cepat
dicapai pada ikan-ikan yang matang gonad lebih
awal.
18. c. Fekunditas
Ikan yang memiliki frekuensi pemijahan dan
fekunditas (jumlah telur yang mampu diproduksi
oleh induk berbobot 1 kg) yang tinggi sangat
menguntungkan dalam akuakultur, karena akan
menjamin tersedianya benih yang diproduksi
hatchery.
Contoh: kerapu, udang windu
Fekunditas tinggi diameter telur kecil larva
kecil bukaan mulut kecil pakan yang
berukuran kecil kultur pakan alami
19. d. Laju pertumbuhan/ukuran:
Ikan yang tumbuh cepat dapat mencapai ukuran pasar
dalam waktu relatif singkat sehingga pemanenan
bisa lebih sering
Ukuran minimum jenis ikan dicapai dengan laju
pertumbuhan yang berbeda-beda
Ikan tumbuh cepat: patin, bawal, mas
Ikan tumbuh lambat: gurame, betutu, udang
lobster, kerapu bebek
Kaitan laju pertumbuhan dengan ukuran yang dapat
dicapai:
Laju pertumbuhan sebanding dengan ukuran
maksimum potensial
Jenis ikan air panas tumbuh lebih cepat daripada
ikan air dingin
20. e. Tingkat tropik (herbivora, omnivora, karnivora)
Yang paling dikehendaki: herbivora mikrofiltering
(fitofagus)
a. Bandeng
b. Silver carp
Selanjutnya: fito dan zoo makrofiltering
(planktonfagus) dan omnivor pemakan detritus
a. Bighead
b. Ikan mas
Yang kurang dikehendaki: karnivora
a. Kerapu
b. Betutu
Ikan karnivora membutuhkan pakan dengan
kandungan protein tinggi (mahal), kompensasinya
harga pasar ikan karnivora juga tinggi
21. f. Toleransi terhadap kualitas air dan daya adaptasi
Lingkungan dalam wadah akuakultur bersifat
buatan (artifisial) sehingga mudah berubah-ubah
(terutama outdoor)
Perubahan harian di kolam, secara normal
berkaitan dengan suhu, pH, O2, CO2, dsb yang
sering menyebabkan ikan stress, terserang
penyakit dan kemudian mati.
Toleransi spesies terhadap perubahan yang normal
dalam lingkungan akuakultur tersebut penting
bagi penyeleksian ikan-ikan budidaya.
Faktor-faktor produksi (kelimpahan pakan alami,
laju pertumbuhan, laju mortalitas, dan hasil)
dipengaruhi oleh kondisi kualitas air.
Ikan-ikan yang toleran terhadap perubahan
kualitas air dalam lingkungan akuakultur,
produksinya tidak terlalu dipengaruhi oleh kualitas
air yang buruk.
22. Toleransi terhadap perubahan kualitas air ditentukan
oleh daya adaptasi ikan terhadap lingkungan yang
baru
Ikan nila relatif cepat beradaptasi daripada jenis ikan
lain
Di karamba, ikan yang berukuran besar kurang cepat
beradaptasi dibanding ikan yang berukuran kecil
Ikan yang biasa hidup di air dingin (salmon, trout)
tidak dapat dipaksakan untuk dipelihara di air panas
dan sebaliknya mujair dan nila tidak dapat dipelihara
di air dingin
Ikan air tawar tidak dapat dipaksakan untuk dipelihara
dalam air bersalinitas dan sebaliknya.
Euryhaline >< stenohaline
23. g. Ketahanan terhadap stress dan penyakit
Dalam akuakultur, sesungguhnya ikan dipaksa hidup
dalam lingkungan buatan. Fluktuasi suhu, oksigen
dan memburuknya kualitas air media budidaya
sering kali terjadi dan tidak bisa dihindari oleh ikan
kultur. Kondisi ini menyebabkan ikan stress dan
akhirnya sakit.
Jenis ikan dan ketahanan terhadap penyakit:
Kerapu secara alamiah hidup di dasar terumbu
karang dan soliter (tidak berkelompok), dapat
mengalami stress ketika dipelihara dalam karamba
jaring apung karena tidak mampu menghindari
cahaya, suara, pergerakan orang, keberadaan ikan
lain, dsb
24. Gurame dan diskus, perubahan suhu media
pemeliharaan dapat menyebabkan stress dan sakit
Nila relatif tahan terhadap fluktuasi suhu
Bandeng selain tahan terhadap fluktuasi suhu juga
salinitas
Stress dan penyakit harus dicegah, karena
dampaknya bagi budidaya akan merugikan:
- menurunkan laju pertumbuhan
- menurunkan kelangsungan hidup
- menurunkan efisiensi pemberian pakan
- menurunkan hasil
- menurunkan reproduksi
- menurunkan keuntungan
25. h. Kemampuan mengonsumsi pakan buatan
Beberapa kelebihan pakan buatan:
-bisa disimpan dan digudangkan relatif lama
-ketersediaannya tidak tergantung pada musim
-pengadaan dan penyimpanannya relatif sederhana
-kandungan gizi/nutrisinya dapat diatur sesuai
kebutuhan
- efisiensi pakan dapat ditingkatkan dengan bahan baku
tertentu
Penggunaan pakan buatan mengarahkan akuakultur
sebagai suatu industri (5T)
Spesies ikan yang dipilih untuk diusahakan dan
dikembangkan dalam akuakultur sebaiknya yang dapat
mengambil pakan buatan selama siklus hidupnya
(induk, telur, larva, juvenil, dewasa, calon induk)
Stadia larva ?? Pada umumnya masih sulit menerima
pakan buatan
26. i.Konversi pakan
Definisi: kemampuan spesies akuakultur
mengubah pakan menjadi daging. Jumlah pakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging
atau rasio antara bobot pakan yang dibutuhkan
dan bobot daging ikan yang diproduksi atau feed
conversion ratio (FCR). Semakin rendah nilai FCR
semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 kg daging, artinya semakin
efisien.
Konversi pakan tergantung pada:
-spesies (kebiasaan makan, tingkat trofik,
ukuran/stadia
- kualitas air (O2, suhu, pH, amonia)
- pakan (kualitas, kuantitas), dsb
27. Spesies akuakultur yang dikehendaki adalah yang mampu
mengubah pakan lebih efisien atau mampu mengubah
pakan (bahan) murah menjadi daging yang bernilai tinggi
Konversi pakan ikan patin di jaring apung: 1,2 - 1,3
Konversi pakan udang windu di tambak: 1,6 - 1,9
Konversi pakan ikan yang dipelihara di jaring apung atau
karamba dapat mencapai 1 atau <1, hal ini dapat
disebabkan:
- Terdapat kontribusi atau peranan pakan alami
- Penentuan konversi pakan didasarkan pada
perbandingan pakan buatan dalam bobot kering dengan
daging ikan dalam bobot basah. Konversi pakan kerapu
yang diberi ikan rucah dapat mencapai 7-9, artinya untuk
menghasilkan 1 kg daging kerapu (bobot basah)
dibutuhkan pakan rucah segar 7-9 kg (bobot basah)
28. j. Toleransi terhadap penanganan budidaya
Bentuk penanganan ikan dalam akuakultur
a. Penangkapan e. pengangkutan
b. Pemberokan f. penebaran
c. Sortasi g. pengobatan
d. Grading h. sampling, dsb
Semakin toleran semakin kecil kemungkinan ikan
terserang penyakit dan kematian.
Ikan kanibal dan predator seperti betutu, kerapu, arwana
kurang toleran terhadap penanganan, apalagi jika
dipelihara dengan kepadatan tinggi.
Kebanyakan ikan budidaya tidak sukar untuk ditangkap
Ikan-ikan yang mudah ditangkap adalah ikan-ikan yang
bergerak bersama dengan atau menentang arus dan
dikumpulkan disuatu tempat.
Yang sulit ditangkap yaitu yang meloncat jaring atau membenam
di lumpur dasar ~ udang.
29. k. Dampak spesies terhadap lingkungan
Ikan mas sebagai pemakan di dasar mencari makan
dengan menggali tanah dasar atau pematang.
Ikan lele, kepiting bakau, belut, sidat cenderung lolos
dari wadah budidaya sehingga perlu konstruksi
wadah budidaya.
Ketinggian air kolam yang hampir mencapai bibir
kolam memungkinkan lele “berjalan” keluar (walking
catfish).
30. 2. PERTIMBANGAN EKONOMI DAN PASAR
Pertimbangan ekonomi dan pasar dalam pemilihan
spesies mencakup beberapa hal, antara lain:
a. Permintaan pasar
Tujuan akhir budidaya adalah untuk mendapatkan
keuntungan, sehingga spesies yang dikulturkan
harus berdasarkan permintaan pasar yang sangat
ditentukan oleh penerimaan konsumen.
Produk akuakultur berkompetisi atau bersubstitusi
dengan produk peternakan (daging, ayam, telur,
dsb)
Penting untuk mengetahui jumlah, ukuran dan
kualitas, waktu dan kontinuitas pengiriman produk
akuakultur yang diminta oleh pasar sehingga dapat
diatur skala produksi, pola tanam, jadwal panen,
lama pemeliharaan, jumlah dan waktu tebar, serta
teknologi akuakultur.
31. b. Harga dan keuntungan
Harga terbentuk karena mekanisme pasar sebagai
interaksi antara penawaran dan permintaan.
Ketika suplai terbatas sementara permintaan tinggi maka
harga akan mahal dan sebaliknya.
Keuntungan adalah selisih (margin) antara harga produk
dan biaya produksi.
Biaya produksi adalah biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi produk akuakultur dalam satuan produksi
tertentu (kg, ekor)
Biaya tersebut terdiri dari beberapa komponen: sewa
wadah, persiapan wadah, benih, pakan, BBM, pupuk,
obat-obatan, tenaga kerja, penyusutan, dsb.
Proporsi setiap komponen bervariasi, pada teknologi
intensif biaya pakan dapat mencapai 50-75%, sehingga
seringkali biaya pakan menjadi acuan dalam pemilihan
dan pengembangan komoditas akuakultur.
32. c. Sistem pemasaran
Pembudidaya
rumput laut
Pengumpul
lokal
Pengumpul
menengah
Pengumpul
besar
(Eksportir)
Pasar
internasional
Pengumpul
menengah
Rantai pemasaran rumput laut
Pembudidaya Pengumpul Pasar Rumah tangga
Restoran
Rantai pemasaran ikan patin
Perusahaan
makanan
Perusahaan
deboning
33. d. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Ketersediaan benih, pakan, tenaga kerja, dan
komponen produksi lainnya merupakan beberapa hal
yang harus diperhatikan ketika memilih dan
mengembangkan suatu spesies akuakultur
- Pada budidaya rumput laut, selain lokasi yang layak
juga perlu adanya penduduk karena budidaya rumput
laut bersifat padat karya dan skala kawasan
- Budidaya udang lobster dan teripang menghadapi
masalah karena benih yang belum dapat diproduksi
secara komersial di hatchery
e. Pendapatan masyarakat
Pemilihan dan pengembangan spesies akuakultur yang
memberi dampak yang luas terhadap perekonomian
masyarakat merupakan pertimbangan penting
- Pengembangan budidaya udang windu di tambak
Pantura
- Pengembangan budidaya ikan mas di Jawa Barat
34. DIVERSIFIKASI KOMODITAS AKUAKULTUR
Domestikasi dan introduksi spesies baru bertujuan untuk
menambah jumlah (diversifikasi) komoditas
akuakultur
1. Domestikasi spesies: menjadikan spesies liar (wild
spesies) menjadi spesies akuakultur. Terdapat 3
tahapan domestikasi spesies liar:
- mempertahankan agar bisa tetap hidup dalam
lingkungan akuakultur (wadah terbatas, lingkungan
artifisial dan terkontrol) rekayasa lingkungan
wadah pemeliharaan
- menjaga agar bisa tumbuh rekayasa pakan
- mengupayakan agar bisa berkembangbiak dalam
lingkungan akuakultur rekayasa pakan untuk
mendorong pertumbuhan gonad dan rekayasa
lingkungan dan hormonal yang berpengaruh terhadap
proses vitelogenesis dan ovulasi, serta tingkah laku
pemijahan dan perkembangan embrio dan larva
35. 2. Introduksi spesies
Introduksi spesies adalah mendatangkan spesies akuakultur
dari kawasan lain untuk meningkatkan jumlah jenis
komoditas dan perbaikan genetis
Tujuan introduksi: meningkatkan produksi akuakultur,
mendatangkan biota ikan hias, dan biota sebagai filter
biologis
Beberapa pertimbangan untuk mengintroduksi spesies baru:
a. Spesies yang diintroduksi sesuai dengan kebutuhan,
tujuan introduksi juga harus jelas
b. Tidak menyaingi spesies native sehingga menyebabkan
menurunnya bahkan punahnya populasi spesies native
c. Tidak terjadi kawin silang dengan spesies native
sehingg menghasilkan hibrid yang tidak dikehendaki
d. Spesies yang diintroduksi tidak ditungganggi oleh
hama, parasit, penyakit yang bisa menyerang spesies
native
e. Spesies yang diintroduksikan dapat hidup dan
berkembangbiak dengan lingkungan barunya
46. oleh :
Dr. Ir. Made L Nurdjana
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Disampaikan Pada Kuliah Umum di Dep. Budidaya Perairan
FPIK - IPB
Bogor, 8 Maret 2006
47. • Teknologi dikuasai dan
berkembang di
masyarakat.
• Peluang pasar ekspor
tinggi
• Serapan pasar luar
negeri tinggi
• Penyerapan tenaga
kerja tinggi
UDANG
(vaname dan Windu
RUMPUT LAUT
(Euchema dan
Gracillaria)
• Hemat BBM
• Permodalan relatif
rendah
48. 1. NILA
2. KERAPU
3. BANDENG
4. PATIN
5. LELE
6. GURAME
7. ABALONE
8. IKAN HIAS
9. SIDAT
• Teknologi dikuasai
dan berkembang di
masyarakat.
• Peluang pasar
ekspor tinggi
• Serapan pasar
dalam negeri cukup
besar
• Permodalan relatif
rendah
• Penyerapan tenaga
kerja tinggi
• Hemat BBM
49. Produksi : 350.000 ton terdiri 110.00 ton
windu dan 240.000 ton vaname
• Lahan : 150.500 Ha terdiri 93.500 Ha
windu dan 57.000 Ha vaname
• Tenaga kerja : 194.316 orang
• Jumlah Propinsi : 27 propinsi
51. • Produksi : 1.12 juta ton terdiri 235.789
ton Gracillaria dan 884.211 ton
Euchema
• Lahan : 18.220 Ha terdiri 5.895 Ha
Gracillaria dan 8.842 Eucheuma
• Tenaga kerja : 150.315 orang
• Jumlah Propinsi terlibat : 7 propinsi
Gracillaria dan 23 propinsi Eucheuma.
Revitalisasi Budidaya Rumput Laut
Pasca Panen - Sekotong
52.
53. LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN
• Pertumbuhan yang cepat dan dapat
dipelihara dalam berbagai wadah
budidaya (kolam, karamba, KJA,
kolam air deras dan sawah).
• Bahan baku berbagai olahan,
sehingga mempunyai nilai tambah
tinggi, terutama untuk komoditas
ekspor.
• Pengembangan usahanya dapat
dibagi dalam beberapa segmen
usaha, sehingga dapat bersifat
“quick yielding” yang
menguntungkan pada setiap
segmen usaha.
Hapa Seleleksi Famili - BBAT SBM
Pembesaran Nila
Komoditas Unggulan
54. Komoditas dapat dipelihara dengan padat tebar tinggi dalam lahan terbatas
(hemat lahan) di kawasan marginal dan hemat air. Pengembangan
usahanya dapat dilakukan dalam beberapa segmen usaha, terutama untuk
dapat mencapai ukuran ekspor (500 gram/ekor), sehingga usaha budidaya
lele akan menguntungkan pada setiap segmen usaha.
Komoditas Unggulan
55. Untuk program revitalisasi spesies yang dikembangkan adalah Patin
Jambal (Pangasius jambal). Patin species ini memiliki warna daging
putih, sehingga dapat diterima pasar Amerika dan Eropa.
Teknik budidaya untuk Patin Jambal adalah di keramba di sungai,
karena memerlukan air yang mengalir.
Komoditas Unggulan
56. 1. Tekstur daging yang khas dan rasa
yang disukai masyarakat,
2. Harga jual yang tinggi,
3. Dikembangkan dalam beberapa
segmen usaha, yang masing-
masing tahapan mempunyai margin
yang cukup besar.
Komoditas Unggulan
57. 1. Komoditas budidaya laut yang mempunyai nilai
prestisius bagi konsumennya, khususnya di negara-
negara Asia.
2. Mempunyai nilai ekonomis tinggi,
3. Teknologi budidayanya sudah dikembangkan dan
4. Segmentasi usaha budidayanya cukup luas
Komoditas Unggulan
58. 1. Pangsa pasar untuk konsumsi lokal
dan ekspor, serta sebagai bahan
umpan ikan tuna.
2. Dikembangkan secara intensif dan
ekstensif pada tambak udang yang
idle, atau di karamba jaring apung air
tawar.
3. Segmentasi usahanya sangat luas,
dapat dibagi ke dalam pembenihan,
pembesaran maupun olahan.
59. 1. Dikembangkan dalam skala rumah tangga maupun
skala besar dengan sasaran ekspor.
2. Jenis ikan hias yang dikembangkan untuk diekspor
seperti Tetra, Rainbow, Botia, Corydoras, Chiclyd,
Arwana Irian, Gurame Hias, Red fin, Koi, Manfish, Mas
koki, dan jenis yang lainnya.
Komoditas Unggulan
60. 1. Permintaan ekspor tinggi untuk
konsumsi dan cangkangnya untuk
perhiasan
2. Produksi abalon sebelumnya
berasal dari hasil tangkapan,
namun saat ini sudah mulai
dikembangkan teknologi
budidayanya pada beberapa
kawasan budidaya potensial
Komoditas Unggulan
62. induk
Induk matang
gonad
Telur
Larva
Benih
Benih siap
jual
Benih siap
jual
Pemeliharaan induk/
Pematangan gonad
Pemijahan induk
Penetasan telur (ditentukan kualitas telur dan sperma)
Pemeliharaan larva
Pendederan benih
Pendederan benih
lanjutan
Kultur pakan
alami
Kegiatan pembenihan berdasarkan
siklus hidup ikan
63. A. Pemeliharaan induk
• Tujuan: menumbuhkan dan mematangkan gonad (sel telur dan
sperma) ikan, dengan pendekatan:
- lingkungan (optimal)
- pakan (kualitas & kuantitas)
- hormonal
• Wadah pemeliharaan induk disebut bak induk
• Pemeriksaan kematangan gonad
- induk betina: perut bunting, lembek, urogenital
kemerahan, pemeriksaan dengan kateter.
- induk jantan: keluar sperma bila dilakukan
pengurutan ke lubang anus
64. B. Pemijahan induk: proses pembuahan telur oleh sperma
• Sifat pemijahan
- alami: berkelompok (kerapu) atau berpasangan (diskus)
- buatan:
Proses pemijahan buatan
65. Pemijahan induk…
• Perangsangan pemijahan
• Lingkungan: suhu, bau (petrichor, feromon),
tekanan air, arus, salinitas, daya
hantar listrik, keberadaan substrat
penempel telur, keberadaan lawan
jenis
Pemijahan
Perangsangan
Lingkungan Hormonal
Alamiah √ √
Buatan √ √
66. Pemijahan induk…
• Hormonal : golongan gonadotropin, LHRHa, steroid
(lihat buku Pengantar Akuakultur)
- gonadotropin: hipofisa ikan,
gonadotropin mamalia (HCG, LH, FSH,
PMSG,)
- LHRH: hormon dari golongan protein
yang dihasilkan hipotalamus (LHRH-a:
analog)
- Hormon steroid: korticosteroid (lele
Afrika)
67. Spesies Substrat Keterangan
Ikan mas, koi
(Cyprinus
carpio)
Ijuk,
kakaban
Kakaban diapungkan di permukaan air dengan
bagian ijuk terendam sekitar 2-10 cm dari
permukaan air. Aktivitas pemijahan induk
berlangsung di bawah kakaban sehingga telur
yang dikeluarkan menempel pada ijuk
Gurame
(Osphronemus
gouramy)
Ijuk
Ijuk disediakan di dalam kolam dan induk
menyusun sendiri sarangnya. Sarang
berbentuk bola yang memiliki bagian terbuka
untuk keluar masuk induk. Telur diletakkan di
bagian dalam sarang
Lele (Clarias sp.) Ijuk
Ijuk diletakkan dibagian yang terlindung di
dalam bak, biasanya di antara dua unit batako.
Induk memijah di sekitar ijuk tersebut sehingga
telur yang dikeluarkan akan menempel pada
ijuk
Diskus
(Symphysodon
sp.)
Paralon
Pipa paralon sepanjang 20 cm diletakkan
berdiri di dasar akuarium. Induk
menempelkan telurnya pada paralon
bagian luar
Komoditas akuakultur yang memijah alamiah dan memiliki telur yang
bersifat menempel serta jenis substrat penempelan telur
68. Spesies Substrat Keterangan
Mannvis
(Pterophylum sp.)
Paralon Sama dengan diskus
Betutu
(Oxyeleotris
marmorata)
Asbes
Lempeng asbes berukuran 30x30x30cm
dirangkai menjadi sarang berbentuk segi
tiga. Sarang diletakkan di dasar kolam.
Induk memijah di bagian dalam sarang
sehingga telur menempel pada asbes
bagian dalam, bisa 1, 2, bahkan 3
lempeng
Black gost
Akar
pakis
Lempeng akar pakis diletakkan di dasar
akuarium dan ditutup dengan lempeng
keramik sehingga berkesan terlindung.
Induk menempelkan telurnya pada akar
pakis tersebut
Koki Tali rafia
Tali rafia dibuat rumbai halus dan diberi
pemberat dan diletakkan di dasar
akuarium/bak sehingga seperti tanaman
air. Induk menempelkan telurnya pada
tali rafia yang dihaluskan tersebut
69. • Wadah penetasan: bak, tangki, akuarium, kolam,
ember
• Wadah khusus untuk penetasan atau pemijahan
sekaligus penetasan
• Pemindahan telur: telur menempel atau tidak
menempel
C. Penetasan telur (1)
70. • Lingkungan harus optimal, telur adalah makhluk
hidup yang sedang memulai kehidupannya
• Telur sangat peka terhadap serangan
mikroorganisme, terutama cendawan (zat anti jamur,
sinar UV)
• Lama waktu penetasan dipengaruhi suhu, sampai
batas tertentu semakin tinggi suhu waktu penetasan
semakin singkat. Suhu optimal memberikan efisiensi
pemanfaatan kuning telur yang maksimal.
C. Penetasan telur (2)
71. • Pemeliharaan larva merupakan kegiatan yang paling
menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan
(sulit)
• Larva merupakan stadia paling kritis dalam siklus hidup
ikan
• Faktor yang menyebabkan pemeliharaan larva sulit:
- tubuh larva kecil dan bukaan mulut larva kecil,
pemberian pakan dan pengelolaan lingkungan sulit
- larva butuh pakan alami, kultur pakan alami juga
sulit
D. Pemeliharaan larva dan benih (1)
72. • Kegiatan pemeliharaan larva:
- persiapan wadah
- penebaran larva
- pemberian pakan
- pengelolaan air
D. Pemeliharaan larva dan benih (2)
praktikum
73. Tingkat kesulitan dalam kegiatan pembenihan
Kegiatan
Pembenihan
Tingkat Kesulitan
Mudah
Agak
Sulit
Sulit
Sangat
Sulit
Pemeliharaan
induk
√
Pemijahan induk √
Penetasan telur √
Pemeliharaan
larva
√
Pemeliharaan
benih
√
Kultur pakan
alami
√
74. No Kegiatan
Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6
1 Persiapan wadah
- Pengeringan
- Perbaikan
- Desinfektan dan
eradikasi
- Pengisian air
2 Penebaran larva
3 Pemberian pakan
4 Pengelolaan air
5 Penanggulangan
hama dan penyakit
6 Pemantauan larva
(sampling)
- Pertumbuhan
- Populasi
- Kondisi
7 Pemanenan
Jadwal kegiatan pemeliharaan larva dalam suatu kegiatan pembenihan ikan
75. Jadwal pemberian pakan larva
No Pakan
Umur Larva (dalam wadah pemeliharaan), Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Chlorella
2 Rotifera
3 Artemia
4 Daphnia
5 Cacing sutra
-Weaning: proses pembelajaran makan dari endogenous feeding ke exogenous feeding
-Point of no return: suatu kondisi kerusakan fisiologis yang tidak bisa
disembuhkan/dipulihkan sekalipun larva sudah bisa makan. Hal ini terjadi akibat larva
tidak makan sementara kuning telur dan butir minyak sudah habis.
77. E. Kultur pakan alami (2)
• Keuntungan pakan alami dibanding pakan buatan:
- berukuran kecil
- hidup dan bergerak
- berwarna menarik
- mengandung exogenous enzymes
• Kelemahan pakan alami dibanding pakan buatan:
- pengadaannya harus melalui kultur (sulit) tepat
waktu, tepat jumlah, tepat mutu ketika dibutuhkan
larva atau benih
81. Upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
pembenihan
• Meningkatkan persentase induk matang gonad
• pakan, genetik,hormonal,
• Meningkatkan frekuensi pemijahan induk
• Meningkatkan produksi telur induk betina (jumlah pakan)
• Meningkatkan derajat pembuahan telur
• Meningkatkan derajat penetasan telur
• Menekan derajat abnormalitas larva
• Meningkatkan kelangsungan hidup larva dan benih
• Meningkatkan laju pertumbuhan benih
82. Faktor penting yang menentukan keberhasilan kegiatan pembenihan
secara teknis
No
Kegiatan
Pembenihan
Obyek Faktor Penting
1 Pemeliharaan
induk
(pematangan
gonad)
Induk - Biologi-reproduksi &
tingkah laku induk
- Nutrisi induk
- Kualitas air
- Hormonal
2 Pemijahan
induk
Induk - Biologi-reproduksi &
tingkah laku induk
- Hormonal
- Teknik pemijahan: alami vs.
buatan
- Kualitas air
3 Penetasan telur Telur - Kualitas telur
- Kualitas air
83. Faktor penting yang menentukan keberhasilan kegiatan
pembenihan secara teknis
No
Kegiatan
Pembenihan
Obyek Faktor Penting
4 Pemeliharaan
larva
Larva - Kualitas larva
- Pakan alami
- Kualitas air
5 Pendederan
benih
Larva - Kualitas benih
- Nutrisi dan pemberian
pakan
- Kualitas air
6 Kultur pakan
alami
Pakan
alami
- Kualitas air
- Biologi-reproduksi &
tingkah laku pakan alami
84. Biologi-reproduksi dan
Tingkah laku induk
Kualitas air Nutrisi induk
Pematangan
gonad
Hormonal
Pendekatan melalui aspek/faktor penting dalam
kegiatan pemeliharaan induk
85. Pelaku Spesifikasi Kegiatan Utama Contoh
Produsen
induk
Produksi induk
(matang
gonad/siap
suntik)
Pemeliharaan induk 1. Usaha budidaya
patin
2. Usaha budidaya
udang windu
Produsen
telur
Produksi telur 1. Pemeliharaan
induk
2. Pemijahan induk
1. Usaha budidaya
udang windu
2. Usaha budidaya
gurami
3. Usaha budidaya
kerapu
Produsen
larva
Produksi larva 1. Pemeliharaan
induk
2. Pemijahan induk
3. Penetasa telur
1. Usaha budidaya
udang windu
2. Usaha budidaya lele
dumbo
Produsen
benih
Produksi benih 1.Pemeliharaan
induk
2.Pemijahan induk
3.Penetasan telur
4.Pemeliharaan larva
1. Usaha budidaya
patin
2. Usaha budidaya lele
dumbo
3. Usaha budidaya ikan
mas
4. Usaha budidaya
udang windu
Segmentasi bisnis pembenihan
86. Pelaku Spesifikasi Kegiatan Utama Contoh
Produsen
benih
Produksi
benih
lanjutan
(dederan)
1.Pemeliharaan
induk
2.Pemijahan induk
3.Penetasan telur
4.Pemeliharaan
larva
5.Pemeliharaan
benih
1. Usaha budidaya
patin
2. Usaha budidaya lel
dumbo
3. Usaha budidaya ikan
mas
4. Usaha budidaya
udang windu
5. Usaha budidaya
kerapu
Pengumpul
benih
Pengumpulan
Benih
1.Mengumpulkan
benih (holding)
2.Transportasi
benih hidup
1. Benih ikan konsumsi
2. Benih ikan hias
Produsen
pakan alami
Kultur pakan
alami
Memanen pakan
alami dari alam
1. cacing Tubifex
2. Chironomus
Segmentasi bisnis pembenihan
87. Beberapa keuntungan adanya segmentasi usaha
pembenihan ikan
• Risiko usaha dibagi (sharing) kepada lebih banyak pihak
yang berkecimpung dalam bisnis tersebut
• Waktu produksi lebih singkat
• Menggerakkan perekonomian lokal karena lebih banyak
pelaku usaha dan terjadi proses jual-beli diantara mereka
• Bisnis pembenihan ikan tersebut relatif kuat dan tahan
banting menghadapi permasalahan ekonomi mikro dan
makro.
• Contoh: sentra produksi benih lele dan gurami di
Parung, Bogor
89. Peranan benih dalam akuakultur
• Benih merupakan komponen input bagi kegiatan
pembesaran
• Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan tahap
kegiatan selanjutnya (pembesaran)
• Contoh: jika kegiatan pembesaran
merupakan suatu kegiatan
industri/pabrik dengan produk ikan, maka
benih merupakan salah satu bahan bakunya. Kualitas
bahan baku akan menentukan kualitas
produk.