SlideShare a Scribd company logo
KOMODITAS AKUAKULTUR
Pengelompokan
Komoditas
Akuakultur
Pemilihan
Spesies
Diversifikasi
Komoditas
Akuakultur
Komoditas akuakultur: spesies atau jenis ikan (dalam
arti luas) yang diproduksi dalam kegiatan akuakultur
dan menjadi barang/produk yang bisa
diperdagangkan.
Jenis ikan di dunia > 20.000
Dibudidayakan secara komersial: 25-30 spesies
Potensial/dapat dibudidayakan: ratusan
Banyaknya spesies yang dapat dibudidayakan
keunggulan banyak pilihan komoditas
Kelemahan pengembangan komoditas tidak fokus
Banyaknya komoditas akuakultur mendorong perlunya
pengelompokan sehingga pemilihan dan pengelolaan spesies
menjadi lebih terfokus.
PENGELOMPOKAN KOMODITAS AKUAKULTUR
1. Berdasarkan tujuan akuakultur
2. Berdasarkan klasifikasi taksonomik
Ciprinid (mas, nilem, tawes, kowan, koki,
dsb), siklid (nila, mujair, diskus, manvis,
louhan, dsb), salmonid, klaridid (catfish)
• Produksi makanan
• Perbaikan stok alam (stock enhancement)
• Produksi ikan untuk rekreasi
• Produksi ikan umpan
• Produksi ikan hias
• Daur ulang bahan organik
• Produksi bahan industri
3. Berdasarkan karakteristik morfologi dan biologi
Pengelompokan komoditas akuakultur berdasarkan bentuk dan
ciri khas dari tubuh, seperti bersirip (ikan), berkarapas (udang),
bercangkang (moluska), berduri (ekinodermata), alga dan
tanaman
Habitat Karakter morfologi
ikan udang moluska Ekinoder-
mata
alga
Air tawar Mas,
gurame, lele,
patin
Udang galah,
cherax
Kijing
taiwan -
Tanaman
hias
Air payau Bandeng,
belanak,
Udang windu,
udang vaname,
udang biru,
kepiting bakau
- - -
Air laut Kerapu,
kakap,
baronang,
napoleon
Lobster Kerang
hijau,
kerang
mutiara,
abalone
Teripang,
bulu babi
Rumput
laut,
Chlorella
4. Berdasarkan jenis makanan
- herbivora: pemakan tanaman
- karnivora: pemakan hewan
- omnivora: pemakan campuran (gabungan antara
tanaman dan hewan, atau selain hewan dan
tanaman seperti sampah, detritus, bangkai)
a. Herbivora: spesies akuakultur dengan makanan
utamanya berupa tanaman.
- gurame: pemakan daun (makrofita)
- kowan, tawes: pemakan rumput (makrofita)
- mola, tambakan: pemakan fitoplankton (mikrofita)
- bandeng: pemakan klekap (koloni makanan alami
yang terdiri dari lumut, perifiton, benthos yang
tumbuh didasar tambak)
Herbivora pemakan fitoplankton disebut herbivor
mikrofiltering (fitofagus)
b. Karnivora: spesies akuakultur pemakan hewan atau
disebut (predator)
- kerapu, kakap putih, betutu, belut, udang, lobster.
- dalam akuakultur ikan predator diberi ikan rucah,
atau memangsa ikan lain/ikan liar
- umumnya, spesies predator sulit menerima pakan
buatan, dengan pembelajaran makan (weaning)
kerapu, kakap putih sudah bisa makan pakan buatan
c. Omnivora: spesies akuakultur yang bisa makan segala
jenis makanan
- Omnivora cenderung herbivora (pakan yang
dikonsumsi sebagian besar nabati, mas, nila, mujair,
koki, koi)
- Omnivora cenderung karnivora (pakan yang
dikonsumsi sebagian besar hewani, lele, patin, sidat,
udang windu, udang galah, udang vaname)
- Scavenger feeder: memakan bahan organik yang
sedang mengalami proses pembusukan (bangkai,
scavenger)
- Detritus feeder: memakan sampah organik (detritus)
Dalam piramida atau rantai makanan, spesies
herbivora memiliki jarak paling dekat dengan
sumber energi matahari sehingga relatif sedikit
mengalami kehilangan energi dalam perjalanan
transfer materi menjadi daging ikan.
Ikan herbivora: konversi karbohidrat menjadi protein
Ikan karnivora: konversi protein menjadi protein
Secara ekologi, yang paling dikehendaki adalah jenis-
jenis ikan herbivor microfiltering (fitofagus) seperti
bandeng dan silver carp, kemudian pemakan
zooplankton (planktonfagus), selanjutnya pemakan
detritus seperti bighead dan ikan mas, dan yang
kurang dikehendaki adalah ikan karnivora seperti
kerapu
5. Berdasarkan penyebaran geografis
Penyebaran geografis dari spesies akuakultur
disebabkan oleh kebutuhan biologis organisme
tersebut terhadap lingkungan dan daya adaptasi
Ikan tropis, ikan subtropis, ikan dataran tinggi, ikan
dataran rendah, ikan danau, ikan sungai, dsb
6. Berdasarkan habitat/media hidup
- Komoditas ikan air tawar: ikan mas, lele, gurame,
nila, mujair, patin
- Komoditas ikan air payau: udang windu, bandeng
- Komoditas ikan laut: kerapu macan, kerapu bebek,
kakap putih, napoleon, kerang mutiara, rumput
laut Euchema cottonii
Komoditas euryhaline, bisa hidup pada kisaran
salinitas yang luas, bisa dikultur di luar habitat
alaminya.
Kakap putih, rumput laut Gracilaria sp. (komoditas
laut) bisa dikultur di tambak
Nila (komoditas tawar) bisa dikultur dalam jaring
apung di laut
Bandeng (komoditas payau) bisa dikultur jaring
apung di perairan waduk
Udang windu (komoditas payau) bisa dikultur di
sawah
7. Berdasarkan orientasi pasar produk
Terdapat hubungan antara jenis etnis di masyarakat
dengan kesukaan (preferensi) mengonsumsi jenis
ikan tertentu.
Jawa Barat, Sumatera Utara: ikan mas
Masyarakat Cina, Sulawesi Selatan: ikan laut
(kerapu, kakap putih, napoleon)
Kalimantan Selatan, Sumbagsel: patin, ikan sungai
Faktor preferensi akan menentukan orientasi pasar
Domestik/lokal: ikan mas (Jawa Barat)
Ekspor: kerapu, udang windu, ikan hias, rumput
laut, kerang mutiara, sidat, labi-labi, kodok, dsb.
Antar pulau: patin dari Jawa Barat dijual ke
Lampung dan Sumatera Selatan
8. Berdasarkan tipe produk
Produk hidup: ikan mas, lele, gurame, kerapu, ikan
hias
Produk segar: udang windu, udang vaname, udang
biru, bandeng, tawes, kodok
Komoditas akuakultur yang biasa dijual hidup akan
turun harganya ketika dijual segar
Ikan mas (hidup) Rp 18.000-Rp 20.000 Rp 15.000
an (segar)
Kerapu (hidup) Rp 200.000-Rp 250.000 Rp 40.000-
Rp 50.000.
Produk olahan: pengeringan, pengasinan,
filleting/deboning dilanjutkan pembekuan,
pengalengan
Rumput laut: dijual dalam bentuk kering
Nila dan patin: filleting/deboning dilanjutkan
pembekuan
9. Berdasarkan harga
Golongan Harga
Murah Sedang Tinggi
Ikan Ikan lele, mas,
mujair, patin,
tambakan,
bandeng
Ikan gurame,
kakap putih,
baronang
Ikan napoleon,
kerapu, betutu
Udang - Udang vaname,
udang biru
Udang lobster,
udang windu,
udang galah
Moluska Kerang hijau Kerang mutiara
air tawar
Kerang mutiara
laut
Ekinodermata - - Teripang
Alga Rumput laut - -
-Spesies predator lebih mahal dibanding omnivora
-Ikan hidup lebih mahal dibanding ikan segar
-Komoditas yang lambat tumbuh lebih mahal
10. Berdasarkan tingkat pengembangan komersial
No. Tingkat Komoditas
1 Industri komersial Patin, mas, udang windu, kerang mutiara
2 Industri yang baru tumbuh Kerapu, kakap putih
3 Skala pilot Rumput laut
4 Teknologi belum tersedia Udang lobster, belida, botia, betutu
Industri komersial: teknologi sudah mantap, profitable market, kontinu.
Riset yang dibutuhkan: perbaikan produk, efisiensi produksi, pemasaran
Industri yang baru tumbuh: perlu riset beberapa aspek produksi,
pemasaran, kelembagaan
Skala pilot: upaya ditujukan untuk memecahkan masalah yang muncul
ketika skala ditingkatkan
Teknologi belum tersedia: banyak teknologi yang perlu dicari dan
dimantapkan (teknologi reproduksi, pemeliharaan larva, nutrisi dan
pemberian pakan, sistem produksi, dsb). Peran perguruan tinggi dan
lembaga penelitian sangat diperlukan.
PEMILIHAN SPESIES
Karena spesies yang berpotensi untuk komoditas akuakultur
sangat banyak maka perlu dilakukan pemilihan spesies agar
lebih fokus. Pemilihan spesies untuk akuakultur didasarkan
kepada pertimbangan karakteristik biologi dan pasar serta
sosial ekonomi.
Pertimbangan biologi mencakup: 1) kemampuan memijah dalam
lingkungan budidaya, 2) ukuran dan umur pertama kali matang
gonad, 3) fekunditas, 4) laju pertumbuhan dan produksi, 5)
tingkat trofik, 6) toleransi terhadap kualitas air dan daya
adaptasi, 7) ketahanan terhadap stress dan penyakit, 8)
kemampuan mengkonsumsi pakan buatan, 9) konversi pakan,
10) toleransi terhadap penanganan, 11) dampak terhadap
lingkungan
Pertimbangan ekonomi dan pasar: 1) permintaan pasar, 2) harga
dan keuntungan, 3) sistem pemasaran, 4) ketersediaan sarana
dan prasarana produksi, 5) pendapatan masyarakat
1. PERTIMBANGAN BIOLOGI
a. Kemampuan memijah dalam lingkungan budidaya
Ketersediaan benih alam tidak cukup dan konsisten
untuk mendukung kegiatan akuakultur yang besar
dan bersifat industri
Benih alami biasanya lebih mahal dan hanya
tersedia musiman sehingga tidak memenuhi kriteria
industri yang tepat waktu, jumlah, ukuran, mutu,
harga (5T)
Kegiatan akuakultur terbatas dimana benih
terdapat
Domestikasi dan perbaikan genetik tidak mungkin
dilakukan tanpa pemijahan buatan
Jasad-jasad penyakit, parasit dan hama lebih efektif
dikendalikan dengan pemijahan buatan
b. Ukuran dan umur pertama kali matang gonad
Ikan diharapkan mencapai ukuran pasar sebelum
matang gonad sehingga sebagian besar energi dari
pakan digunakan untuk pertumbuhan
somatik/daging
Idealnya ikan budidaya akan mencapai
kematangan seksual dalam beberapa minggu
setelah ukuran minimum yang dapat dipasarkan.
Tilapia matang kelamin pada umur 3-4 bulan atau
bobot rata-rata 50 g, sebelum mencapai ukuran
pemasaran
Disisi lain, dalam operasional hatchery, jenis-jenis ikan
yang cepat matang gonad lebih menguntungkan
daripada ikan yang lambat matang gonad, karena dapat
menghemat:
a. Ongkos pakan
b. Ruang
c. Tenaga
d. Faktor-faktor pengelolaan
e. Resiko kehilangan karena bencana, penyakit
Ikan kecil lebih mudah ditangani dan lebih sedikit
mendapat stress daripada ikan besar.
Perbaikan genetik dan domestikasi lebih cepat
dicapai pada ikan-ikan yang matang gonad lebih
awal.
c. Fekunditas
Ikan yang memiliki frekuensi pemijahan dan
fekunditas (jumlah telur yang mampu diproduksi
oleh induk berbobot 1 kg) yang tinggi sangat
menguntungkan dalam akuakultur, karena akan
menjamin tersedianya benih yang diproduksi
hatchery.
Contoh: kerapu, udang windu
Fekunditas tinggi diameter telur kecil larva
kecil bukaan mulut kecil pakan yang
berukuran kecil kultur pakan alami
d. Laju pertumbuhan/ukuran:
Ikan yang tumbuh cepat dapat mencapai ukuran pasar
dalam waktu relatif singkat sehingga pemanenan
bisa lebih sering
Ukuran minimum jenis ikan dicapai dengan laju
pertumbuhan yang berbeda-beda
Ikan tumbuh cepat: patin, bawal, mas
Ikan tumbuh lambat: gurame, betutu, udang
lobster, kerapu bebek
Kaitan laju pertumbuhan dengan ukuran yang dapat
dicapai:
Laju pertumbuhan sebanding dengan ukuran
maksimum potensial
Jenis ikan air panas tumbuh lebih cepat daripada
ikan air dingin
e. Tingkat tropik (herbivora, omnivora, karnivora)
Yang paling dikehendaki: herbivora mikrofiltering
(fitofagus)
a. Bandeng
b. Silver carp
Selanjutnya: fito dan zoo makrofiltering
(planktonfagus) dan omnivor pemakan detritus
a. Bighead
b. Ikan mas
Yang kurang dikehendaki: karnivora
a. Kerapu
b. Betutu
Ikan karnivora membutuhkan pakan dengan
kandungan protein tinggi (mahal), kompensasinya
harga pasar ikan karnivora juga tinggi
f. Toleransi terhadap kualitas air dan daya adaptasi
Lingkungan dalam wadah akuakultur bersifat
buatan (artifisial) sehingga mudah berubah-ubah
(terutama outdoor)
Perubahan harian di kolam, secara normal
berkaitan dengan suhu, pH, O2, CO2, dsb yang
sering menyebabkan ikan stress, terserang
penyakit dan kemudian mati.
Toleransi spesies terhadap perubahan yang normal
dalam lingkungan akuakultur tersebut penting
bagi penyeleksian ikan-ikan budidaya.
Faktor-faktor produksi (kelimpahan pakan alami,
laju pertumbuhan, laju mortalitas, dan hasil)
dipengaruhi oleh kondisi kualitas air.
Ikan-ikan yang toleran terhadap perubahan
kualitas air dalam lingkungan akuakultur,
produksinya tidak terlalu dipengaruhi oleh kualitas
air yang buruk.
Toleransi terhadap perubahan kualitas air ditentukan
oleh daya adaptasi ikan terhadap lingkungan yang
baru
Ikan nila relatif cepat beradaptasi daripada jenis ikan
lain
Di karamba, ikan yang berukuran besar kurang cepat
beradaptasi dibanding ikan yang berukuran kecil
Ikan yang biasa hidup di air dingin (salmon, trout)
tidak dapat dipaksakan untuk dipelihara di air panas
dan sebaliknya mujair dan nila tidak dapat dipelihara
di air dingin
Ikan air tawar tidak dapat dipaksakan untuk dipelihara
dalam air bersalinitas dan sebaliknya.
Euryhaline >< stenohaline
g. Ketahanan terhadap stress dan penyakit
Dalam akuakultur, sesungguhnya ikan dipaksa hidup
dalam lingkungan buatan. Fluktuasi suhu, oksigen
dan memburuknya kualitas air media budidaya
sering kali terjadi dan tidak bisa dihindari oleh ikan
kultur. Kondisi ini menyebabkan ikan stress dan
akhirnya sakit.
Jenis ikan dan ketahanan terhadap penyakit:
Kerapu secara alamiah hidup di dasar terumbu
karang dan soliter (tidak berkelompok), dapat
mengalami stress ketika dipelihara dalam karamba
jaring apung karena tidak mampu menghindari
cahaya, suara, pergerakan orang, keberadaan ikan
lain, dsb
Gurame dan diskus, perubahan suhu media
pemeliharaan dapat menyebabkan stress dan sakit
Nila relatif tahan terhadap fluktuasi suhu
Bandeng selain tahan terhadap fluktuasi suhu juga
salinitas
Stress dan penyakit harus dicegah, karena
dampaknya bagi budidaya akan merugikan:
- menurunkan laju pertumbuhan
- menurunkan kelangsungan hidup
- menurunkan efisiensi pemberian pakan
- menurunkan hasil
- menurunkan reproduksi
- menurunkan keuntungan
h. Kemampuan mengonsumsi pakan buatan
Beberapa kelebihan pakan buatan:
-bisa disimpan dan digudangkan relatif lama
-ketersediaannya tidak tergantung pada musim
-pengadaan dan penyimpanannya relatif sederhana
-kandungan gizi/nutrisinya dapat diatur sesuai
kebutuhan
- efisiensi pakan dapat ditingkatkan dengan bahan baku
tertentu
Penggunaan pakan buatan mengarahkan akuakultur
sebagai suatu industri (5T)
Spesies ikan yang dipilih untuk diusahakan dan
dikembangkan dalam akuakultur sebaiknya yang dapat
mengambil pakan buatan selama siklus hidupnya
(induk, telur, larva, juvenil, dewasa, calon induk)
Stadia larva ?? Pada umumnya masih sulit menerima
pakan buatan
i.Konversi pakan
Definisi: kemampuan spesies akuakultur
mengubah pakan menjadi daging. Jumlah pakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging
atau rasio antara bobot pakan yang dibutuhkan
dan bobot daging ikan yang diproduksi atau feed
conversion ratio (FCR). Semakin rendah nilai FCR
semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 kg daging, artinya semakin
efisien.
Konversi pakan tergantung pada:
-spesies (kebiasaan makan, tingkat trofik,
ukuran/stadia
- kualitas air (O2, suhu, pH, amonia)
- pakan (kualitas, kuantitas), dsb
Spesies akuakultur yang dikehendaki adalah yang mampu
mengubah pakan lebih efisien atau mampu mengubah
pakan (bahan) murah menjadi daging yang bernilai tinggi
Konversi pakan ikan patin di jaring apung: 1,2 - 1,3
Konversi pakan udang windu di tambak: 1,6 - 1,9
Konversi pakan ikan yang dipelihara di jaring apung atau
karamba dapat mencapai 1 atau <1, hal ini dapat
disebabkan:
- Terdapat kontribusi atau peranan pakan alami
- Penentuan konversi pakan didasarkan pada
perbandingan pakan buatan dalam bobot kering dengan
daging ikan dalam bobot basah. Konversi pakan kerapu
yang diberi ikan rucah dapat mencapai 7-9, artinya untuk
menghasilkan 1 kg daging kerapu (bobot basah)
dibutuhkan pakan rucah segar 7-9 kg (bobot basah)
j. Toleransi terhadap penanganan budidaya
Bentuk penanganan ikan dalam akuakultur
a. Penangkapan e. pengangkutan
b. Pemberokan f. penebaran
c. Sortasi g. pengobatan
d. Grading h. sampling, dsb
Semakin toleran semakin kecil kemungkinan ikan
terserang penyakit dan kematian.
Ikan kanibal dan predator seperti betutu, kerapu, arwana
kurang toleran terhadap penanganan, apalagi jika
dipelihara dengan kepadatan tinggi.
Kebanyakan ikan budidaya tidak sukar untuk ditangkap
Ikan-ikan yang mudah ditangkap adalah ikan-ikan yang
bergerak bersama dengan atau menentang arus dan
dikumpulkan disuatu tempat.
Yang sulit ditangkap yaitu yang meloncat jaring atau membenam
di lumpur dasar ~ udang.
k. Dampak spesies terhadap lingkungan
Ikan mas sebagai pemakan di dasar mencari makan
dengan menggali tanah dasar atau pematang.
Ikan lele, kepiting bakau, belut, sidat cenderung lolos
dari wadah budidaya sehingga perlu konstruksi
wadah budidaya.
Ketinggian air kolam yang hampir mencapai bibir
kolam memungkinkan lele “berjalan” keluar (walking
catfish).
2. PERTIMBANGAN EKONOMI DAN PASAR
Pertimbangan ekonomi dan pasar dalam pemilihan
spesies mencakup beberapa hal, antara lain:
a. Permintaan pasar
Tujuan akhir budidaya adalah untuk mendapatkan
keuntungan, sehingga spesies yang dikulturkan
harus berdasarkan permintaan pasar yang sangat
ditentukan oleh penerimaan konsumen.
Produk akuakultur berkompetisi atau bersubstitusi
dengan produk peternakan (daging, ayam, telur,
dsb)
Penting untuk mengetahui jumlah, ukuran dan
kualitas, waktu dan kontinuitas pengiriman produk
akuakultur yang diminta oleh pasar sehingga dapat
diatur skala produksi, pola tanam, jadwal panen,
lama pemeliharaan, jumlah dan waktu tebar, serta
teknologi akuakultur.
b. Harga dan keuntungan
Harga terbentuk karena mekanisme pasar sebagai
interaksi antara penawaran dan permintaan.
Ketika suplai terbatas sementara permintaan tinggi maka
harga akan mahal dan sebaliknya.
Keuntungan adalah selisih (margin) antara harga produk
dan biaya produksi.
Biaya produksi adalah biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi produk akuakultur dalam satuan produksi
tertentu (kg, ekor)
Biaya tersebut terdiri dari beberapa komponen: sewa
wadah, persiapan wadah, benih, pakan, BBM, pupuk,
obat-obatan, tenaga kerja, penyusutan, dsb.
Proporsi setiap komponen bervariasi, pada teknologi
intensif biaya pakan dapat mencapai 50-75%, sehingga
seringkali biaya pakan menjadi acuan dalam pemilihan
dan pengembangan komoditas akuakultur.
c. Sistem pemasaran
Pembudidaya
rumput laut
Pengumpul
lokal
Pengumpul
menengah
Pengumpul
besar
(Eksportir)
Pasar
internasional
Pengumpul
menengah
Rantai pemasaran rumput laut
Pembudidaya Pengumpul Pasar Rumah tangga
Restoran
Rantai pemasaran ikan patin
Perusahaan
makanan
Perusahaan
deboning
d. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Ketersediaan benih, pakan, tenaga kerja, dan
komponen produksi lainnya merupakan beberapa hal
yang harus diperhatikan ketika memilih dan
mengembangkan suatu spesies akuakultur
- Pada budidaya rumput laut, selain lokasi yang layak
juga perlu adanya penduduk karena budidaya rumput
laut bersifat padat karya dan skala kawasan
- Budidaya udang lobster dan teripang menghadapi
masalah karena benih yang belum dapat diproduksi
secara komersial di hatchery
e. Pendapatan masyarakat
Pemilihan dan pengembangan spesies akuakultur yang
memberi dampak yang luas terhadap perekonomian
masyarakat merupakan pertimbangan penting
- Pengembangan budidaya udang windu di tambak
Pantura
- Pengembangan budidaya ikan mas di Jawa Barat
DIVERSIFIKASI KOMODITAS AKUAKULTUR
Domestikasi dan introduksi spesies baru bertujuan untuk
menambah jumlah (diversifikasi) komoditas
akuakultur
1. Domestikasi spesies: menjadikan spesies liar (wild
spesies) menjadi spesies akuakultur. Terdapat 3
tahapan domestikasi spesies liar:
- mempertahankan agar bisa tetap hidup dalam
lingkungan akuakultur (wadah terbatas, lingkungan
artifisial dan terkontrol) rekayasa lingkungan
wadah pemeliharaan
- menjaga agar bisa tumbuh rekayasa pakan
- mengupayakan agar bisa berkembangbiak dalam
lingkungan akuakultur rekayasa pakan untuk
mendorong pertumbuhan gonad dan rekayasa
lingkungan dan hormonal yang berpengaruh terhadap
proses vitelogenesis dan ovulasi, serta tingkah laku
pemijahan dan perkembangan embrio dan larva
2. Introduksi spesies
Introduksi spesies adalah mendatangkan spesies akuakultur
dari kawasan lain untuk meningkatkan jumlah jenis
komoditas dan perbaikan genetis
Tujuan introduksi: meningkatkan produksi akuakultur,
mendatangkan biota ikan hias, dan biota sebagai filter
biologis
Beberapa pertimbangan untuk mengintroduksi spesies baru:
a. Spesies yang diintroduksi sesuai dengan kebutuhan,
tujuan introduksi juga harus jelas
b. Tidak menyaingi spesies native sehingga menyebabkan
menurunnya bahkan punahnya populasi spesies native
c. Tidak terjadi kawin silang dengan spesies native
sehingg menghasilkan hibrid yang tidak dikehendaki
d. Spesies yang diintroduksi tidak ditungganggi oleh
hama, parasit, penyakit yang bisa menyerang spesies
native
e. Spesies yang diintroduksikan dapat hidup dan
berkembangbiak dengan lingkungan barunya
Nila Gurame
Patin
Bandeng Kakap merah
NapoleonKerapu bebek
Udang windu Udang vaname
Lobster
Koki ~ Jepang
Koi ~ Jepang
Louhan ~ Malaysia
Diskus ~ Amazon
Gapi ~ Singapura?
Botia Sumatra
Arwana
TERIMA KASIH
oleh :
Dr. Ir. Made L Nurdjana
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Disampaikan Pada Kuliah Umum di Dep. Budidaya Perairan
FPIK - IPB
Bogor, 8 Maret 2006
• Teknologi dikuasai dan
berkembang di
masyarakat.
• Peluang pasar ekspor
tinggi
• Serapan pasar luar
negeri tinggi
• Penyerapan tenaga
kerja tinggi
UDANG
(vaname dan Windu
RUMPUT LAUT
(Euchema dan
Gracillaria)
• Hemat BBM
• Permodalan relatif
rendah
1. NILA
2. KERAPU
3. BANDENG
4. PATIN
5. LELE
6. GURAME
7. ABALONE
8. IKAN HIAS
9. SIDAT
• Teknologi dikuasai
dan berkembang di
masyarakat.
• Peluang pasar
ekspor tinggi
• Serapan pasar
dalam negeri cukup
besar
• Permodalan relatif
rendah
• Penyerapan tenaga
kerja tinggi
• Hemat BBM
Produksi : 350.000 ton terdiri 110.00 ton
windu dan 240.000 ton vaname
• Lahan : 150.500 Ha terdiri 93.500 Ha
windu dan 57.000 Ha vaname
• Tenaga kerja : 194.316 orang
• Jumlah Propinsi : 27 propinsi
E. cottonii
Gracillaria sp.
E. spinosum
• Produksi : 1.12 juta ton terdiri 235.789
ton Gracillaria dan 884.211 ton
Euchema
• Lahan : 18.220 Ha terdiri 5.895 Ha
Gracillaria dan 8.842 Eucheuma
• Tenaga kerja : 150.315 orang
• Jumlah Propinsi terlibat : 7 propinsi
Gracillaria dan 23 propinsi Eucheuma.
Revitalisasi Budidaya Rumput Laut
Pasca Panen - Sekotong
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN
• Pertumbuhan yang cepat dan dapat
dipelihara dalam berbagai wadah
budidaya (kolam, karamba, KJA,
kolam air deras dan sawah).
• Bahan baku berbagai olahan,
sehingga mempunyai nilai tambah
tinggi, terutama untuk komoditas
ekspor.
• Pengembangan usahanya dapat
dibagi dalam beberapa segmen
usaha, sehingga dapat bersifat
“quick yielding” yang
menguntungkan pada setiap
segmen usaha.
Hapa Seleleksi Famili - BBAT SBM
Pembesaran Nila
Komoditas Unggulan
Komoditas dapat dipelihara dengan padat tebar tinggi dalam lahan terbatas
(hemat lahan) di kawasan marginal dan hemat air. Pengembangan
usahanya dapat dilakukan dalam beberapa segmen usaha, terutama untuk
dapat mencapai ukuran ekspor (500 gram/ekor), sehingga usaha budidaya
lele akan menguntungkan pada setiap segmen usaha.
Komoditas Unggulan
Untuk program revitalisasi spesies yang dikembangkan adalah Patin
Jambal (Pangasius jambal). Patin species ini memiliki warna daging
putih, sehingga dapat diterima pasar Amerika dan Eropa.
Teknik budidaya untuk Patin Jambal adalah di keramba di sungai,
karena memerlukan air yang mengalir.
Komoditas Unggulan
1. Tekstur daging yang khas dan rasa
yang disukai masyarakat,
2. Harga jual yang tinggi,
3. Dikembangkan dalam beberapa
segmen usaha, yang masing-
masing tahapan mempunyai margin
yang cukup besar.
Komoditas Unggulan
1. Komoditas budidaya laut yang mempunyai nilai
prestisius bagi konsumennya, khususnya di negara-
negara Asia.
2. Mempunyai nilai ekonomis tinggi,
3. Teknologi budidayanya sudah dikembangkan dan
4. Segmentasi usaha budidayanya cukup luas
Komoditas Unggulan
1. Pangsa pasar untuk konsumsi lokal
dan ekspor, serta sebagai bahan
umpan ikan tuna.
2. Dikembangkan secara intensif dan
ekstensif pada tambak udang yang
idle, atau di karamba jaring apung air
tawar.
3. Segmentasi usahanya sangat luas,
dapat dibagi ke dalam pembenihan,
pembesaran maupun olahan.
1. Dikembangkan dalam skala rumah tangga maupun
skala besar dengan sasaran ekspor.
2. Jenis ikan hias yang dikembangkan untuk diekspor
seperti Tetra, Rainbow, Botia, Corydoras, Chiclyd,
Arwana Irian, Gurame Hias, Red fin, Koi, Manfish, Mas
koki, dan jenis yang lainnya.
Komoditas Unggulan
1. Permintaan ekspor tinggi untuk
konsumsi dan cangkangnya untuk
perhiasan
2. Produksi abalon sebelumnya
berasal dari hasil tangkapan,
namun saat ini sudah mulai
dikembangkan teknologi
budidayanya pada beberapa
kawasan budidaya potensial
Komoditas Unggulan
KEGIATAN PEMBENIHAN
IKAN
- Kegiatan utama
- Indikator kinerja
- Peranan benih dalam akuakultur
√
induk
Induk matang
gonad
Telur
Larva
Benih
Benih siap
jual
Benih siap
jual
Pemeliharaan induk/
Pematangan gonad
Pemijahan induk
Penetasan telur (ditentukan kualitas telur dan sperma)
Pemeliharaan larva
Pendederan benih
Pendederan benih
lanjutan
Kultur pakan
alami
Kegiatan pembenihan berdasarkan
siklus hidup ikan
A. Pemeliharaan induk
• Tujuan: menumbuhkan dan mematangkan gonad (sel telur dan
sperma) ikan, dengan pendekatan:
- lingkungan (optimal)
- pakan (kualitas & kuantitas)
- hormonal
• Wadah pemeliharaan induk disebut bak induk
• Pemeriksaan kematangan gonad
- induk betina: perut bunting, lembek, urogenital
kemerahan, pemeriksaan dengan kateter.
- induk jantan: keluar sperma bila dilakukan
pengurutan ke lubang anus
B. Pemijahan induk: proses pembuahan telur oleh sperma
• Sifat pemijahan
- alami: berkelompok (kerapu) atau berpasangan (diskus)
- buatan:
Proses pemijahan buatan
Pemijahan induk…
• Perangsangan pemijahan
• Lingkungan: suhu, bau (petrichor, feromon),
tekanan air, arus, salinitas, daya
hantar listrik, keberadaan substrat
penempel telur, keberadaan lawan
jenis
Pemijahan
Perangsangan
Lingkungan Hormonal
Alamiah √ √
Buatan √ √
Pemijahan induk…
• Hormonal : golongan gonadotropin, LHRHa, steroid
(lihat buku Pengantar Akuakultur)
- gonadotropin: hipofisa ikan,
gonadotropin mamalia (HCG, LH, FSH,
PMSG,)
- LHRH: hormon dari golongan protein
yang dihasilkan hipotalamus (LHRH-a:
analog)
- Hormon steroid: korticosteroid (lele
Afrika)
Spesies Substrat Keterangan
Ikan mas, koi
(Cyprinus
carpio)
Ijuk,
kakaban
Kakaban diapungkan di permukaan air dengan
bagian ijuk terendam sekitar 2-10 cm dari
permukaan air. Aktivitas pemijahan induk
berlangsung di bawah kakaban sehingga telur
yang dikeluarkan menempel pada ijuk
Gurame
(Osphronemus
gouramy)
Ijuk
Ijuk disediakan di dalam kolam dan induk
menyusun sendiri sarangnya. Sarang
berbentuk bola yang memiliki bagian terbuka
untuk keluar masuk induk. Telur diletakkan di
bagian dalam sarang
Lele (Clarias sp.) Ijuk
Ijuk diletakkan dibagian yang terlindung di
dalam bak, biasanya di antara dua unit batako.
Induk memijah di sekitar ijuk tersebut sehingga
telur yang dikeluarkan akan menempel pada
ijuk
Diskus
(Symphysodon
sp.)
Paralon
Pipa paralon sepanjang 20 cm diletakkan
berdiri di dasar akuarium. Induk
menempelkan telurnya pada paralon
bagian luar
Komoditas akuakultur yang memijah alamiah dan memiliki telur yang
bersifat menempel serta jenis substrat penempelan telur
Spesies Substrat Keterangan
Mannvis
(Pterophylum sp.)
Paralon Sama dengan diskus
Betutu
(Oxyeleotris
marmorata)
Asbes
Lempeng asbes berukuran 30x30x30cm
dirangkai menjadi sarang berbentuk segi
tiga. Sarang diletakkan di dasar kolam.
Induk memijah di bagian dalam sarang
sehingga telur menempel pada asbes
bagian dalam, bisa 1, 2, bahkan 3
lempeng
Black gost
Akar
pakis
Lempeng akar pakis diletakkan di dasar
akuarium dan ditutup dengan lempeng
keramik sehingga berkesan terlindung.
Induk menempelkan telurnya pada akar
pakis tersebut
Koki Tali rafia
Tali rafia dibuat rumbai halus dan diberi
pemberat dan diletakkan di dasar
akuarium/bak sehingga seperti tanaman
air. Induk menempelkan telurnya pada
tali rafia yang dihaluskan tersebut
• Wadah penetasan: bak, tangki, akuarium, kolam,
ember
• Wadah khusus untuk penetasan atau pemijahan
sekaligus penetasan
• Pemindahan telur: telur menempel atau tidak
menempel
C. Penetasan telur (1)
• Lingkungan harus optimal, telur adalah makhluk
hidup yang sedang memulai kehidupannya
• Telur sangat peka terhadap serangan
mikroorganisme, terutama cendawan (zat anti jamur,
sinar UV)
• Lama waktu penetasan dipengaruhi suhu, sampai
batas tertentu semakin tinggi suhu waktu penetasan
semakin singkat. Suhu optimal memberikan efisiensi
pemanfaatan kuning telur yang maksimal.
C. Penetasan telur (2)
• Pemeliharaan larva merupakan kegiatan yang paling
menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan
(sulit)
• Larva merupakan stadia paling kritis dalam siklus hidup
ikan
• Faktor yang menyebabkan pemeliharaan larva sulit:
- tubuh larva kecil dan bukaan mulut larva kecil,
pemberian pakan dan pengelolaan lingkungan sulit
- larva butuh pakan alami, kultur pakan alami juga
sulit
D. Pemeliharaan larva dan benih (1)
• Kegiatan pemeliharaan larva:
- persiapan wadah
- penebaran larva
- pemberian pakan
- pengelolaan air
D. Pemeliharaan larva dan benih (2)
praktikum
Tingkat kesulitan dalam kegiatan pembenihan
Kegiatan
Pembenihan
Tingkat Kesulitan
Mudah
Agak
Sulit
Sulit
Sangat
Sulit
Pemeliharaan
induk
√
Pemijahan induk √
Penetasan telur √
Pemeliharaan
larva
√
Pemeliharaan
benih
√
Kultur pakan
alami
√
No Kegiatan
Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6
1 Persiapan wadah
- Pengeringan
- Perbaikan
- Desinfektan dan
eradikasi
- Pengisian air
2 Penebaran larva
3 Pemberian pakan
4 Pengelolaan air
5 Penanggulangan
hama dan penyakit
6 Pemantauan larva
(sampling)
- Pertumbuhan
- Populasi
- Kondisi
7 Pemanenan
Jadwal kegiatan pemeliharaan larva dalam suatu kegiatan pembenihan ikan
Jadwal pemberian pakan larva
No Pakan
Umur Larva (dalam wadah pemeliharaan), Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Chlorella
2 Rotifera
3 Artemia
4 Daphnia
5 Cacing sutra
-Weaning: proses pembelajaran makan dari endogenous feeding ke exogenous feeding
-Point of no return: suatu kondisi kerusakan fisiologis yang tidak bisa
disembuhkan/dipulihkan sekalipun larva sudah bisa makan. Hal ini terjadi akibat larva
tidak makan sementara kuning telur dan butir minyak sudah habis.
E. Kultur pakan alami (1)
• Fitoplankton : Chlorella sp., Skeletonema sp.
• Zooplankton : Rotifera, Infusoria sp.,
Daphnia sp., Moina sp.
Artemia salina
• Benthos : cacing Tubifex sp., Lumbricus
sp., Chironomus sp.
(cu merah)
E. Kultur pakan alami (2)
• Keuntungan pakan alami dibanding pakan buatan:
- berukuran kecil
- hidup dan bergerak
- berwarna menarik
- mengandung exogenous enzymes
• Kelemahan pakan alami dibanding pakan buatan:
- pengadaannya harus melalui kultur (sulit) tepat
waktu, tepat jumlah, tepat mutu ketika dibutuhkan
larva atau benih
Pupuk
organik
Pupuk
anorganik
BakteriHara
Solar
Fitoplankton Zooplankton
Benthos
Larva/Benih
Proses penumbuhan pakan alami
KEGIATAN PEMBENIHAN
IKAN
- Kegiatan utama
- Indikator kinerja
- Peranan benih dalam akuakultur
√
Tolok ukur/indikator keberhasilan
kegiatan pembenihan
Subjek/kegiatan Objek Output Tolok ukur Satuan
Pemeliharaan
induk
Induk Induk
matang
gonad
- TKG
- Fekunditas
- %
- Butir/kg
Pemijahan
induk
Induk Telur - Frekuensi pemijahan
- Produksi telur
- Derajat pembuahan
- Kali
- Butir
- %
Penetasan telur Telur Larva - Derajat penetasan
- Abnormalitas
- %
- %
Pemeliharaan
larva
Larva Benih - Kelangsungan hidup - %
Pendederan
benih
Benih Benih - Kelangsungan hidup
- Pertumbuhan
- %
- %
Pendederan
lanjutan
Benih Benih siap
jual
- Kelangsungan hidup
- Pertumbuhan
- %
- %
Upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
pembenihan
• Meningkatkan persentase induk matang gonad
• pakan, genetik,hormonal,
• Meningkatkan frekuensi pemijahan induk
• Meningkatkan produksi telur induk betina (jumlah pakan)
• Meningkatkan derajat pembuahan telur
• Meningkatkan derajat penetasan telur
• Menekan derajat abnormalitas larva
• Meningkatkan kelangsungan hidup larva dan benih
• Meningkatkan laju pertumbuhan benih
Faktor penting yang menentukan keberhasilan kegiatan pembenihan
secara teknis
No
Kegiatan
Pembenihan
Obyek Faktor Penting
1 Pemeliharaan
induk
(pematangan
gonad)
Induk - Biologi-reproduksi &
tingkah laku induk
- Nutrisi induk
- Kualitas air
- Hormonal
2 Pemijahan
induk
Induk - Biologi-reproduksi &
tingkah laku induk
- Hormonal
- Teknik pemijahan: alami vs.
buatan
- Kualitas air
3 Penetasan telur Telur - Kualitas telur
- Kualitas air
Faktor penting yang menentukan keberhasilan kegiatan
pembenihan secara teknis
No
Kegiatan
Pembenihan
Obyek Faktor Penting
4 Pemeliharaan
larva
Larva - Kualitas larva
- Pakan alami
- Kualitas air
5 Pendederan
benih
Larva - Kualitas benih
- Nutrisi dan pemberian
pakan
- Kualitas air
6 Kultur pakan
alami
Pakan
alami
- Kualitas air
- Biologi-reproduksi &
tingkah laku pakan alami
Biologi-reproduksi dan
Tingkah laku induk
Kualitas air Nutrisi induk
Pematangan
gonad
Hormonal
Pendekatan melalui aspek/faktor penting dalam
kegiatan pemeliharaan induk
Pelaku Spesifikasi Kegiatan Utama Contoh
Produsen
induk
Produksi induk
(matang
gonad/siap
suntik)
Pemeliharaan induk 1. Usaha budidaya
patin
2. Usaha budidaya
udang windu
Produsen
telur
Produksi telur 1. Pemeliharaan
induk
2. Pemijahan induk
1. Usaha budidaya
udang windu
2. Usaha budidaya
gurami
3. Usaha budidaya
kerapu
Produsen
larva
Produksi larva 1. Pemeliharaan
induk
2. Pemijahan induk
3. Penetasa telur
1. Usaha budidaya
udang windu
2. Usaha budidaya lele
dumbo
Produsen
benih
Produksi benih 1.Pemeliharaan
induk
2.Pemijahan induk
3.Penetasan telur
4.Pemeliharaan larva
1. Usaha budidaya
patin
2. Usaha budidaya lele
dumbo
3. Usaha budidaya ikan
mas
4. Usaha budidaya
udang windu
Segmentasi bisnis pembenihan
Pelaku Spesifikasi Kegiatan Utama Contoh
Produsen
benih
Produksi
benih
lanjutan
(dederan)
1.Pemeliharaan
induk
2.Pemijahan induk
3.Penetasan telur
4.Pemeliharaan
larva
5.Pemeliharaan
benih
1. Usaha budidaya
patin
2. Usaha budidaya lel
dumbo
3. Usaha budidaya ikan
mas
4. Usaha budidaya
udang windu
5. Usaha budidaya
kerapu
Pengumpul
benih
Pengumpulan
Benih
1.Mengumpulkan
benih (holding)
2.Transportasi
benih hidup
1. Benih ikan konsumsi
2. Benih ikan hias
Produsen
pakan alami
Kultur pakan
alami
Memanen pakan
alami dari alam
1. cacing Tubifex
2. Chironomus
Segmentasi bisnis pembenihan
Beberapa keuntungan adanya segmentasi usaha
pembenihan ikan
• Risiko usaha dibagi (sharing) kepada lebih banyak pihak
yang berkecimpung dalam bisnis tersebut
• Waktu produksi lebih singkat
• Menggerakkan perekonomian lokal karena lebih banyak
pelaku usaha dan terjadi proses jual-beli diantara mereka
• Bisnis pembenihan ikan tersebut relatif kuat dan tahan
banting menghadapi permasalahan ekonomi mikro dan
makro.
• Contoh: sentra produksi benih lele dan gurami di
Parung, Bogor
KEGIATAN PEMBENIHAN
IKAN
- Kegiatan utama
- Indikator kinerja
- Peranan benih dalam akuakultur √
Peranan benih dalam akuakultur
• Benih merupakan komponen input bagi kegiatan
pembesaran
• Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan tahap
kegiatan selanjutnya (pembesaran)
• Contoh: jika kegiatan pembesaran
merupakan suatu kegiatan
industri/pabrik dengan produk ikan, maka
benih merupakan salah satu bahan bakunya. Kualitas
bahan baku akan menentukan kualitas
produk.
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

1 kultur pakan alami
1 kultur pakan alami1 kultur pakan alami
1 kultur pakan alami
dadangsopian05
 
Pakan ikan
Pakan ikanPakan ikan
Pakan ikan
Sawargi Ppmkp
 
Kualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidayaKualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidayapadree_box
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
firmanahyuda
 
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup BudidayaBDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
Fisheries and Marine Department
 
Hama dan penyakit ikan
Hama dan penyakit ikanHama dan penyakit ikan
Hama dan penyakit ikan
Liswan Suhly
 
Budidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiBudidaya pakan alami
Budidaya pakan alami
Sawargi Ppmkp
 
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan IkanBDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
Fisheries and Marine Department
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
Indra Lesmana
 
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.Rahmadani Dani
 
Manajemen kesehatan ikan
Manajemen kesehatan ikanManajemen kesehatan ikan
Manajemen kesehatan ikan
dadangsopian05
 
parameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikanparameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikan
Putra putra
 
Budidaya Pakan Alami secara massal
Budidaya Pakan Alami  secara massalBudidaya Pakan Alami  secara massal
Budidaya Pakan Alami secara massal
Batar Siahaan
 
Ekosistem air tawar.ppt
Ekosistem air tawar.pptEkosistem air tawar.ppt
Ekosistem air tawar.ppt
elissofi
 
Bioper chapter 5 Fekunditas
Bioper chapter 5 FekunditasBioper chapter 5 Fekunditas
Bioper chapter 5 Fekunditas
Alfani Kurniawan
 

What's hot (20)

1 kultur pakan alami
1 kultur pakan alami1 kultur pakan alami
1 kultur pakan alami
 
Pembesaran ikan
Pembesaran ikanPembesaran ikan
Pembesaran ikan
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
Pakan ikan
Pakan ikanPakan ikan
Pakan ikan
 
Kualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidayaKualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidaya
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
 
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup BudidayaBDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
 
Hama dan penyakit ikan
Hama dan penyakit ikanHama dan penyakit ikan
Hama dan penyakit ikan
 
Budidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiBudidaya pakan alami
Budidaya pakan alami
 
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
 
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan IkanBDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
 
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
 
Manajemen kesehatan ikan
Manajemen kesehatan ikanManajemen kesehatan ikan
Manajemen kesehatan ikan
 
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
 
parameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikanparameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikan
 
Budidaya Pakan Alami secara massal
Budidaya Pakan Alami  secara massalBudidaya Pakan Alami  secara massal
Budidaya Pakan Alami secara massal
 
1 a. agribisnis perikanan
1 a. agribisnis perikanan1 a. agribisnis perikanan
1 a. agribisnis perikanan
 
Ekosistem air tawar.ppt
Ekosistem air tawar.pptEkosistem air tawar.ppt
Ekosistem air tawar.ppt
 
Bioper chapter 5 Fekunditas
Bioper chapter 5 FekunditasBioper chapter 5 Fekunditas
Bioper chapter 5 Fekunditas
 

Similar to BDPP_Pertemuan 4_komoditas dalam budidaya

DAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
DAF 1313 T1 SEJARAH.pptxDAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
DAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
Cikgusurii
 
DAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
DAF 1313 T1 SEJARAH.pptxDAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
DAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
Cikgusurii
 
7 pipk budidaya
7 pipk budidaya7 pipk budidaya
7 pipk budidayaapriandrea
 
Budidaya Ikan NIla
Budidaya Ikan NIlaBudidaya Ikan NIla
Budidaya Ikan NIla
Ammara Fathina
 
Dasar Budidaya Perikanan.ppt
Dasar Budidaya Perikanan.pptDasar Budidaya Perikanan.ppt
Dasar Budidaya Perikanan.ppt
zulfandikarim92
 
Tugas paper
Tugas paperTugas paper
Tugas paper
Hafdalia
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautRohman Efendi
 
Budidayabelut
BudidayabelutBudidayabelut
Budidayabelut
Abdi Rusdyanto
 
Pendahuluan Dastek.pptx
Pendahuluan Dastek.pptxPendahuluan Dastek.pptx
Pendahuluan Dastek.pptx
VennyAgustin3
 
Materi Budidaya Ikan Lele.pptx
Materi Budidaya Ikan Lele.pptxMateri Budidaya Ikan Lele.pptx
Materi Budidaya Ikan Lele.pptx
ArumaHamida1
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
lisa ruliaty 631971
 
Ibu karya
Ibu karyaIbu karya
Budidaya Ikan Lele.pdf
Budidaya Ikan Lele.pdfBudidaya Ikan Lele.pdf
Budidaya Ikan Lele.pdf
VirqiWahyuningBianti
 
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptx
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptxBUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptx
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptx
RekieRDz
 
BUDIDAYA IKAN KONSUMSI .pptx
BUDIDAYA IKAN KONSUMSI .pptxBUDIDAYA IKAN KONSUMSI .pptx
BUDIDAYA IKAN KONSUMSI .pptx
DeReg2
 
manajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapumanajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapuJulita Anggrek
 
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)MohdNapi
 

Similar to BDPP_Pertemuan 4_komoditas dalam budidaya (20)

DAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
DAF 1313 T1 SEJARAH.pptxDAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
DAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
 
DAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
DAF 1313 T1 SEJARAH.pptxDAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
DAF 1313 T1 SEJARAH.pptx
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
7 pipk budidaya
7 pipk budidaya7 pipk budidaya
7 pipk budidaya
 
Budidaya Ikan NIla
Budidaya Ikan NIlaBudidaya Ikan NIla
Budidaya Ikan NIla
 
Ikan hiasan
Ikan hiasanIkan hiasan
Ikan hiasan
 
Dasar Budidaya Perikanan.ppt
Dasar Budidaya Perikanan.pptDasar Budidaya Perikanan.ppt
Dasar Budidaya Perikanan.ppt
 
Tugas paper
Tugas paperTugas paper
Tugas paper
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
 
Budidayabelut
BudidayabelutBudidayabelut
Budidayabelut
 
Pendahuluan Dastek.pptx
Pendahuluan Dastek.pptxPendahuluan Dastek.pptx
Pendahuluan Dastek.pptx
 
Materi Budidaya Ikan Lele.pptx
Materi Budidaya Ikan Lele.pptxMateri Budidaya Ikan Lele.pptx
Materi Budidaya Ikan Lele.pptx
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
 
Ibu karya
Ibu karyaIbu karya
Ibu karya
 
Pendahuluan (dasar bdp)
Pendahuluan (dasar bdp)Pendahuluan (dasar bdp)
Pendahuluan (dasar bdp)
 
Budidaya Ikan Lele.pdf
Budidaya Ikan Lele.pdfBudidaya Ikan Lele.pdf
Budidaya Ikan Lele.pdf
 
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptx
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptxBUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptx
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptx
 
BUDIDAYA IKAN KONSUMSI .pptx
BUDIDAYA IKAN KONSUMSI .pptxBUDIDAYA IKAN KONSUMSI .pptx
BUDIDAYA IKAN KONSUMSI .pptx
 
manajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapumanajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapu
 
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)
 

More from Fisheries and Marine Department

04 water quality and management
04 water quality and management04 water quality and management
04 water quality and management
Fisheries and Marine Department
 
BDPP_Pertemuan 2_aquaculture systems
BDPP_Pertemuan 2_aquaculture systemsBDPP_Pertemuan 2_aquaculture systems
BDPP_Pertemuan 2_aquaculture systems
Fisheries and Marine Department
 
Pertemuan ii
Pertemuan iiPertemuan ii
05 reresi linier berganda
05 reresi linier berganda05 reresi linier berganda
05 reresi linier berganda
Fisheries and Marine Department
 
04 regresi linier-sederhana
04 regresi linier-sederhana04 regresi linier-sederhana
04 regresi linier-sederhana
Fisheries and Marine Department
 
06 analisis faktor
06 analisis faktor06 analisis faktor
Minggu 1 dan 2
Minggu 1 dan 2Minggu 1 dan 2
Minggu 4
Minggu 4Minggu 4
003 008-ocean motions
003 008-ocean motions003 008-ocean motions
003 008-ocean motions
Fisheries and Marine Department
 
002 characteristics of ocean water
002 characteristics of ocean water002 characteristics of ocean water
002 characteristics of ocean water
Fisheries and Marine Department
 
001 intro to oceanography
001 intro to oceanography001 intro to oceanography
001 intro to oceanography
Fisheries and Marine Department
 

More from Fisheries and Marine Department (20)

04 water quality and management
04 water quality and management04 water quality and management
04 water quality and management
 
BDPP_Pertemuan 2_aquaculture systems
BDPP_Pertemuan 2_aquaculture systemsBDPP_Pertemuan 2_aquaculture systems
BDPP_Pertemuan 2_aquaculture systems
 
Pertemuan vi
Pertemuan viPertemuan vi
Pertemuan vi
 
Pertemuan v
Pertemuan vPertemuan v
Pertemuan v
 
Pertemuan iv
Pertemuan ivPertemuan iv
Pertemuan iv
 
Pertemuan iii
Pertemuan iiiPertemuan iii
Pertemuan iii
 
Pertemuan ii
Pertemuan iiPertemuan ii
Pertemuan ii
 
Pertemuan i
Pertemuan iPertemuan i
Pertemuan i
 
05 reresi linier berganda
05 reresi linier berganda05 reresi linier berganda
05 reresi linier berganda
 
04 regresi linier-sederhana
04 regresi linier-sederhana04 regresi linier-sederhana
04 regresi linier-sederhana
 
03 jenis jenis+data
03 jenis jenis+data03 jenis jenis+data
03 jenis jenis+data
 
02 teori penarikan contoh
02 teori penarikan contoh02 teori penarikan contoh
02 teori penarikan contoh
 
07 analisis komponen utama
07 analisis komponen utama07 analisis komponen utama
07 analisis komponen utama
 
06 analisis faktor
06 analisis faktor06 analisis faktor
06 analisis faktor
 
Minggu 1 dan 2
Minggu 1 dan 2Minggu 1 dan 2
Minggu 1 dan 2
 
Minggu 4
Minggu 4Minggu 4
Minggu 4
 
Minggu 3
Minggu 3Minggu 3
Minggu 3
 
003 008-ocean motions
003 008-ocean motions003 008-ocean motions
003 008-ocean motions
 
002 characteristics of ocean water
002 characteristics of ocean water002 characteristics of ocean water
002 characteristics of ocean water
 
001 intro to oceanography
001 intro to oceanography001 intro to oceanography
001 intro to oceanography
 

Recently uploaded

Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 

Recently uploaded (20)

Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 

BDPP_Pertemuan 4_komoditas dalam budidaya

  • 2. Komoditas akuakultur: spesies atau jenis ikan (dalam arti luas) yang diproduksi dalam kegiatan akuakultur dan menjadi barang/produk yang bisa diperdagangkan. Jenis ikan di dunia > 20.000 Dibudidayakan secara komersial: 25-30 spesies Potensial/dapat dibudidayakan: ratusan Banyaknya spesies yang dapat dibudidayakan keunggulan banyak pilihan komoditas Kelemahan pengembangan komoditas tidak fokus Banyaknya komoditas akuakultur mendorong perlunya pengelompokan sehingga pemilihan dan pengelolaan spesies menjadi lebih terfokus.
  • 3. PENGELOMPOKAN KOMODITAS AKUAKULTUR 1. Berdasarkan tujuan akuakultur 2. Berdasarkan klasifikasi taksonomik Ciprinid (mas, nilem, tawes, kowan, koki, dsb), siklid (nila, mujair, diskus, manvis, louhan, dsb), salmonid, klaridid (catfish) • Produksi makanan • Perbaikan stok alam (stock enhancement) • Produksi ikan untuk rekreasi • Produksi ikan umpan • Produksi ikan hias • Daur ulang bahan organik • Produksi bahan industri
  • 4. 3. Berdasarkan karakteristik morfologi dan biologi Pengelompokan komoditas akuakultur berdasarkan bentuk dan ciri khas dari tubuh, seperti bersirip (ikan), berkarapas (udang), bercangkang (moluska), berduri (ekinodermata), alga dan tanaman Habitat Karakter morfologi ikan udang moluska Ekinoder- mata alga Air tawar Mas, gurame, lele, patin Udang galah, cherax Kijing taiwan - Tanaman hias Air payau Bandeng, belanak, Udang windu, udang vaname, udang biru, kepiting bakau - - - Air laut Kerapu, kakap, baronang, napoleon Lobster Kerang hijau, kerang mutiara, abalone Teripang, bulu babi Rumput laut, Chlorella
  • 5. 4. Berdasarkan jenis makanan - herbivora: pemakan tanaman - karnivora: pemakan hewan - omnivora: pemakan campuran (gabungan antara tanaman dan hewan, atau selain hewan dan tanaman seperti sampah, detritus, bangkai) a. Herbivora: spesies akuakultur dengan makanan utamanya berupa tanaman. - gurame: pemakan daun (makrofita) - kowan, tawes: pemakan rumput (makrofita) - mola, tambakan: pemakan fitoplankton (mikrofita) - bandeng: pemakan klekap (koloni makanan alami yang terdiri dari lumut, perifiton, benthos yang tumbuh didasar tambak) Herbivora pemakan fitoplankton disebut herbivor mikrofiltering (fitofagus)
  • 6. b. Karnivora: spesies akuakultur pemakan hewan atau disebut (predator) - kerapu, kakap putih, betutu, belut, udang, lobster. - dalam akuakultur ikan predator diberi ikan rucah, atau memangsa ikan lain/ikan liar - umumnya, spesies predator sulit menerima pakan buatan, dengan pembelajaran makan (weaning) kerapu, kakap putih sudah bisa makan pakan buatan c. Omnivora: spesies akuakultur yang bisa makan segala jenis makanan - Omnivora cenderung herbivora (pakan yang dikonsumsi sebagian besar nabati, mas, nila, mujair, koki, koi) - Omnivora cenderung karnivora (pakan yang dikonsumsi sebagian besar hewani, lele, patin, sidat, udang windu, udang galah, udang vaname) - Scavenger feeder: memakan bahan organik yang sedang mengalami proses pembusukan (bangkai, scavenger) - Detritus feeder: memakan sampah organik (detritus)
  • 7. Dalam piramida atau rantai makanan, spesies herbivora memiliki jarak paling dekat dengan sumber energi matahari sehingga relatif sedikit mengalami kehilangan energi dalam perjalanan transfer materi menjadi daging ikan. Ikan herbivora: konversi karbohidrat menjadi protein Ikan karnivora: konversi protein menjadi protein Secara ekologi, yang paling dikehendaki adalah jenis- jenis ikan herbivor microfiltering (fitofagus) seperti bandeng dan silver carp, kemudian pemakan zooplankton (planktonfagus), selanjutnya pemakan detritus seperti bighead dan ikan mas, dan yang kurang dikehendaki adalah ikan karnivora seperti kerapu
  • 8. 5. Berdasarkan penyebaran geografis Penyebaran geografis dari spesies akuakultur disebabkan oleh kebutuhan biologis organisme tersebut terhadap lingkungan dan daya adaptasi Ikan tropis, ikan subtropis, ikan dataran tinggi, ikan dataran rendah, ikan danau, ikan sungai, dsb 6. Berdasarkan habitat/media hidup - Komoditas ikan air tawar: ikan mas, lele, gurame, nila, mujair, patin - Komoditas ikan air payau: udang windu, bandeng - Komoditas ikan laut: kerapu macan, kerapu bebek, kakap putih, napoleon, kerang mutiara, rumput laut Euchema cottonii
  • 9. Komoditas euryhaline, bisa hidup pada kisaran salinitas yang luas, bisa dikultur di luar habitat alaminya. Kakap putih, rumput laut Gracilaria sp. (komoditas laut) bisa dikultur di tambak Nila (komoditas tawar) bisa dikultur dalam jaring apung di laut Bandeng (komoditas payau) bisa dikultur jaring apung di perairan waduk Udang windu (komoditas payau) bisa dikultur di sawah
  • 10. 7. Berdasarkan orientasi pasar produk Terdapat hubungan antara jenis etnis di masyarakat dengan kesukaan (preferensi) mengonsumsi jenis ikan tertentu. Jawa Barat, Sumatera Utara: ikan mas Masyarakat Cina, Sulawesi Selatan: ikan laut (kerapu, kakap putih, napoleon) Kalimantan Selatan, Sumbagsel: patin, ikan sungai Faktor preferensi akan menentukan orientasi pasar Domestik/lokal: ikan mas (Jawa Barat) Ekspor: kerapu, udang windu, ikan hias, rumput laut, kerang mutiara, sidat, labi-labi, kodok, dsb. Antar pulau: patin dari Jawa Barat dijual ke Lampung dan Sumatera Selatan
  • 11. 8. Berdasarkan tipe produk Produk hidup: ikan mas, lele, gurame, kerapu, ikan hias Produk segar: udang windu, udang vaname, udang biru, bandeng, tawes, kodok Komoditas akuakultur yang biasa dijual hidup akan turun harganya ketika dijual segar Ikan mas (hidup) Rp 18.000-Rp 20.000 Rp 15.000 an (segar) Kerapu (hidup) Rp 200.000-Rp 250.000 Rp 40.000- Rp 50.000. Produk olahan: pengeringan, pengasinan, filleting/deboning dilanjutkan pembekuan, pengalengan Rumput laut: dijual dalam bentuk kering Nila dan patin: filleting/deboning dilanjutkan pembekuan
  • 12. 9. Berdasarkan harga Golongan Harga Murah Sedang Tinggi Ikan Ikan lele, mas, mujair, patin, tambakan, bandeng Ikan gurame, kakap putih, baronang Ikan napoleon, kerapu, betutu Udang - Udang vaname, udang biru Udang lobster, udang windu, udang galah Moluska Kerang hijau Kerang mutiara air tawar Kerang mutiara laut Ekinodermata - - Teripang Alga Rumput laut - - -Spesies predator lebih mahal dibanding omnivora -Ikan hidup lebih mahal dibanding ikan segar -Komoditas yang lambat tumbuh lebih mahal
  • 13. 10. Berdasarkan tingkat pengembangan komersial No. Tingkat Komoditas 1 Industri komersial Patin, mas, udang windu, kerang mutiara 2 Industri yang baru tumbuh Kerapu, kakap putih 3 Skala pilot Rumput laut 4 Teknologi belum tersedia Udang lobster, belida, botia, betutu Industri komersial: teknologi sudah mantap, profitable market, kontinu. Riset yang dibutuhkan: perbaikan produk, efisiensi produksi, pemasaran Industri yang baru tumbuh: perlu riset beberapa aspek produksi, pemasaran, kelembagaan Skala pilot: upaya ditujukan untuk memecahkan masalah yang muncul ketika skala ditingkatkan Teknologi belum tersedia: banyak teknologi yang perlu dicari dan dimantapkan (teknologi reproduksi, pemeliharaan larva, nutrisi dan pemberian pakan, sistem produksi, dsb). Peran perguruan tinggi dan lembaga penelitian sangat diperlukan.
  • 14. PEMILIHAN SPESIES Karena spesies yang berpotensi untuk komoditas akuakultur sangat banyak maka perlu dilakukan pemilihan spesies agar lebih fokus. Pemilihan spesies untuk akuakultur didasarkan kepada pertimbangan karakteristik biologi dan pasar serta sosial ekonomi. Pertimbangan biologi mencakup: 1) kemampuan memijah dalam lingkungan budidaya, 2) ukuran dan umur pertama kali matang gonad, 3) fekunditas, 4) laju pertumbuhan dan produksi, 5) tingkat trofik, 6) toleransi terhadap kualitas air dan daya adaptasi, 7) ketahanan terhadap stress dan penyakit, 8) kemampuan mengkonsumsi pakan buatan, 9) konversi pakan, 10) toleransi terhadap penanganan, 11) dampak terhadap lingkungan Pertimbangan ekonomi dan pasar: 1) permintaan pasar, 2) harga dan keuntungan, 3) sistem pemasaran, 4) ketersediaan sarana dan prasarana produksi, 5) pendapatan masyarakat
  • 15. 1. PERTIMBANGAN BIOLOGI a. Kemampuan memijah dalam lingkungan budidaya Ketersediaan benih alam tidak cukup dan konsisten untuk mendukung kegiatan akuakultur yang besar dan bersifat industri Benih alami biasanya lebih mahal dan hanya tersedia musiman sehingga tidak memenuhi kriteria industri yang tepat waktu, jumlah, ukuran, mutu, harga (5T) Kegiatan akuakultur terbatas dimana benih terdapat Domestikasi dan perbaikan genetik tidak mungkin dilakukan tanpa pemijahan buatan Jasad-jasad penyakit, parasit dan hama lebih efektif dikendalikan dengan pemijahan buatan
  • 16. b. Ukuran dan umur pertama kali matang gonad Ikan diharapkan mencapai ukuran pasar sebelum matang gonad sehingga sebagian besar energi dari pakan digunakan untuk pertumbuhan somatik/daging Idealnya ikan budidaya akan mencapai kematangan seksual dalam beberapa minggu setelah ukuran minimum yang dapat dipasarkan. Tilapia matang kelamin pada umur 3-4 bulan atau bobot rata-rata 50 g, sebelum mencapai ukuran pemasaran
  • 17. Disisi lain, dalam operasional hatchery, jenis-jenis ikan yang cepat matang gonad lebih menguntungkan daripada ikan yang lambat matang gonad, karena dapat menghemat: a. Ongkos pakan b. Ruang c. Tenaga d. Faktor-faktor pengelolaan e. Resiko kehilangan karena bencana, penyakit Ikan kecil lebih mudah ditangani dan lebih sedikit mendapat stress daripada ikan besar. Perbaikan genetik dan domestikasi lebih cepat dicapai pada ikan-ikan yang matang gonad lebih awal.
  • 18. c. Fekunditas Ikan yang memiliki frekuensi pemijahan dan fekunditas (jumlah telur yang mampu diproduksi oleh induk berbobot 1 kg) yang tinggi sangat menguntungkan dalam akuakultur, karena akan menjamin tersedianya benih yang diproduksi hatchery. Contoh: kerapu, udang windu Fekunditas tinggi diameter telur kecil larva kecil bukaan mulut kecil pakan yang berukuran kecil kultur pakan alami
  • 19. d. Laju pertumbuhan/ukuran: Ikan yang tumbuh cepat dapat mencapai ukuran pasar dalam waktu relatif singkat sehingga pemanenan bisa lebih sering Ukuran minimum jenis ikan dicapai dengan laju pertumbuhan yang berbeda-beda Ikan tumbuh cepat: patin, bawal, mas Ikan tumbuh lambat: gurame, betutu, udang lobster, kerapu bebek Kaitan laju pertumbuhan dengan ukuran yang dapat dicapai: Laju pertumbuhan sebanding dengan ukuran maksimum potensial Jenis ikan air panas tumbuh lebih cepat daripada ikan air dingin
  • 20. e. Tingkat tropik (herbivora, omnivora, karnivora) Yang paling dikehendaki: herbivora mikrofiltering (fitofagus) a. Bandeng b. Silver carp Selanjutnya: fito dan zoo makrofiltering (planktonfagus) dan omnivor pemakan detritus a. Bighead b. Ikan mas Yang kurang dikehendaki: karnivora a. Kerapu b. Betutu Ikan karnivora membutuhkan pakan dengan kandungan protein tinggi (mahal), kompensasinya harga pasar ikan karnivora juga tinggi
  • 21. f. Toleransi terhadap kualitas air dan daya adaptasi Lingkungan dalam wadah akuakultur bersifat buatan (artifisial) sehingga mudah berubah-ubah (terutama outdoor) Perubahan harian di kolam, secara normal berkaitan dengan suhu, pH, O2, CO2, dsb yang sering menyebabkan ikan stress, terserang penyakit dan kemudian mati. Toleransi spesies terhadap perubahan yang normal dalam lingkungan akuakultur tersebut penting bagi penyeleksian ikan-ikan budidaya. Faktor-faktor produksi (kelimpahan pakan alami, laju pertumbuhan, laju mortalitas, dan hasil) dipengaruhi oleh kondisi kualitas air. Ikan-ikan yang toleran terhadap perubahan kualitas air dalam lingkungan akuakultur, produksinya tidak terlalu dipengaruhi oleh kualitas air yang buruk.
  • 22. Toleransi terhadap perubahan kualitas air ditentukan oleh daya adaptasi ikan terhadap lingkungan yang baru Ikan nila relatif cepat beradaptasi daripada jenis ikan lain Di karamba, ikan yang berukuran besar kurang cepat beradaptasi dibanding ikan yang berukuran kecil Ikan yang biasa hidup di air dingin (salmon, trout) tidak dapat dipaksakan untuk dipelihara di air panas dan sebaliknya mujair dan nila tidak dapat dipelihara di air dingin Ikan air tawar tidak dapat dipaksakan untuk dipelihara dalam air bersalinitas dan sebaliknya. Euryhaline >< stenohaline
  • 23. g. Ketahanan terhadap stress dan penyakit Dalam akuakultur, sesungguhnya ikan dipaksa hidup dalam lingkungan buatan. Fluktuasi suhu, oksigen dan memburuknya kualitas air media budidaya sering kali terjadi dan tidak bisa dihindari oleh ikan kultur. Kondisi ini menyebabkan ikan stress dan akhirnya sakit. Jenis ikan dan ketahanan terhadap penyakit: Kerapu secara alamiah hidup di dasar terumbu karang dan soliter (tidak berkelompok), dapat mengalami stress ketika dipelihara dalam karamba jaring apung karena tidak mampu menghindari cahaya, suara, pergerakan orang, keberadaan ikan lain, dsb
  • 24. Gurame dan diskus, perubahan suhu media pemeliharaan dapat menyebabkan stress dan sakit Nila relatif tahan terhadap fluktuasi suhu Bandeng selain tahan terhadap fluktuasi suhu juga salinitas Stress dan penyakit harus dicegah, karena dampaknya bagi budidaya akan merugikan: - menurunkan laju pertumbuhan - menurunkan kelangsungan hidup - menurunkan efisiensi pemberian pakan - menurunkan hasil - menurunkan reproduksi - menurunkan keuntungan
  • 25. h. Kemampuan mengonsumsi pakan buatan Beberapa kelebihan pakan buatan: -bisa disimpan dan digudangkan relatif lama -ketersediaannya tidak tergantung pada musim -pengadaan dan penyimpanannya relatif sederhana -kandungan gizi/nutrisinya dapat diatur sesuai kebutuhan - efisiensi pakan dapat ditingkatkan dengan bahan baku tertentu Penggunaan pakan buatan mengarahkan akuakultur sebagai suatu industri (5T) Spesies ikan yang dipilih untuk diusahakan dan dikembangkan dalam akuakultur sebaiknya yang dapat mengambil pakan buatan selama siklus hidupnya (induk, telur, larva, juvenil, dewasa, calon induk) Stadia larva ?? Pada umumnya masih sulit menerima pakan buatan
  • 26. i.Konversi pakan Definisi: kemampuan spesies akuakultur mengubah pakan menjadi daging. Jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging atau rasio antara bobot pakan yang dibutuhkan dan bobot daging ikan yang diproduksi atau feed conversion ratio (FCR). Semakin rendah nilai FCR semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging, artinya semakin efisien. Konversi pakan tergantung pada: -spesies (kebiasaan makan, tingkat trofik, ukuran/stadia - kualitas air (O2, suhu, pH, amonia) - pakan (kualitas, kuantitas), dsb
  • 27. Spesies akuakultur yang dikehendaki adalah yang mampu mengubah pakan lebih efisien atau mampu mengubah pakan (bahan) murah menjadi daging yang bernilai tinggi Konversi pakan ikan patin di jaring apung: 1,2 - 1,3 Konversi pakan udang windu di tambak: 1,6 - 1,9 Konversi pakan ikan yang dipelihara di jaring apung atau karamba dapat mencapai 1 atau <1, hal ini dapat disebabkan: - Terdapat kontribusi atau peranan pakan alami - Penentuan konversi pakan didasarkan pada perbandingan pakan buatan dalam bobot kering dengan daging ikan dalam bobot basah. Konversi pakan kerapu yang diberi ikan rucah dapat mencapai 7-9, artinya untuk menghasilkan 1 kg daging kerapu (bobot basah) dibutuhkan pakan rucah segar 7-9 kg (bobot basah)
  • 28. j. Toleransi terhadap penanganan budidaya Bentuk penanganan ikan dalam akuakultur a. Penangkapan e. pengangkutan b. Pemberokan f. penebaran c. Sortasi g. pengobatan d. Grading h. sampling, dsb Semakin toleran semakin kecil kemungkinan ikan terserang penyakit dan kematian. Ikan kanibal dan predator seperti betutu, kerapu, arwana kurang toleran terhadap penanganan, apalagi jika dipelihara dengan kepadatan tinggi. Kebanyakan ikan budidaya tidak sukar untuk ditangkap Ikan-ikan yang mudah ditangkap adalah ikan-ikan yang bergerak bersama dengan atau menentang arus dan dikumpulkan disuatu tempat. Yang sulit ditangkap yaitu yang meloncat jaring atau membenam di lumpur dasar ~ udang.
  • 29. k. Dampak spesies terhadap lingkungan Ikan mas sebagai pemakan di dasar mencari makan dengan menggali tanah dasar atau pematang. Ikan lele, kepiting bakau, belut, sidat cenderung lolos dari wadah budidaya sehingga perlu konstruksi wadah budidaya. Ketinggian air kolam yang hampir mencapai bibir kolam memungkinkan lele “berjalan” keluar (walking catfish).
  • 30. 2. PERTIMBANGAN EKONOMI DAN PASAR Pertimbangan ekonomi dan pasar dalam pemilihan spesies mencakup beberapa hal, antara lain: a. Permintaan pasar Tujuan akhir budidaya adalah untuk mendapatkan keuntungan, sehingga spesies yang dikulturkan harus berdasarkan permintaan pasar yang sangat ditentukan oleh penerimaan konsumen. Produk akuakultur berkompetisi atau bersubstitusi dengan produk peternakan (daging, ayam, telur, dsb) Penting untuk mengetahui jumlah, ukuran dan kualitas, waktu dan kontinuitas pengiriman produk akuakultur yang diminta oleh pasar sehingga dapat diatur skala produksi, pola tanam, jadwal panen, lama pemeliharaan, jumlah dan waktu tebar, serta teknologi akuakultur.
  • 31. b. Harga dan keuntungan Harga terbentuk karena mekanisme pasar sebagai interaksi antara penawaran dan permintaan. Ketika suplai terbatas sementara permintaan tinggi maka harga akan mahal dan sebaliknya. Keuntungan adalah selisih (margin) antara harga produk dan biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi produk akuakultur dalam satuan produksi tertentu (kg, ekor) Biaya tersebut terdiri dari beberapa komponen: sewa wadah, persiapan wadah, benih, pakan, BBM, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, penyusutan, dsb. Proporsi setiap komponen bervariasi, pada teknologi intensif biaya pakan dapat mencapai 50-75%, sehingga seringkali biaya pakan menjadi acuan dalam pemilihan dan pengembangan komoditas akuakultur.
  • 32. c. Sistem pemasaran Pembudidaya rumput laut Pengumpul lokal Pengumpul menengah Pengumpul besar (Eksportir) Pasar internasional Pengumpul menengah Rantai pemasaran rumput laut Pembudidaya Pengumpul Pasar Rumah tangga Restoran Rantai pemasaran ikan patin Perusahaan makanan Perusahaan deboning
  • 33. d. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi Ketersediaan benih, pakan, tenaga kerja, dan komponen produksi lainnya merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memilih dan mengembangkan suatu spesies akuakultur - Pada budidaya rumput laut, selain lokasi yang layak juga perlu adanya penduduk karena budidaya rumput laut bersifat padat karya dan skala kawasan - Budidaya udang lobster dan teripang menghadapi masalah karena benih yang belum dapat diproduksi secara komersial di hatchery e. Pendapatan masyarakat Pemilihan dan pengembangan spesies akuakultur yang memberi dampak yang luas terhadap perekonomian masyarakat merupakan pertimbangan penting - Pengembangan budidaya udang windu di tambak Pantura - Pengembangan budidaya ikan mas di Jawa Barat
  • 34. DIVERSIFIKASI KOMODITAS AKUAKULTUR Domestikasi dan introduksi spesies baru bertujuan untuk menambah jumlah (diversifikasi) komoditas akuakultur 1. Domestikasi spesies: menjadikan spesies liar (wild spesies) menjadi spesies akuakultur. Terdapat 3 tahapan domestikasi spesies liar: - mempertahankan agar bisa tetap hidup dalam lingkungan akuakultur (wadah terbatas, lingkungan artifisial dan terkontrol) rekayasa lingkungan wadah pemeliharaan - menjaga agar bisa tumbuh rekayasa pakan - mengupayakan agar bisa berkembangbiak dalam lingkungan akuakultur rekayasa pakan untuk mendorong pertumbuhan gonad dan rekayasa lingkungan dan hormonal yang berpengaruh terhadap proses vitelogenesis dan ovulasi, serta tingkah laku pemijahan dan perkembangan embrio dan larva
  • 35. 2. Introduksi spesies Introduksi spesies adalah mendatangkan spesies akuakultur dari kawasan lain untuk meningkatkan jumlah jenis komoditas dan perbaikan genetis Tujuan introduksi: meningkatkan produksi akuakultur, mendatangkan biota ikan hias, dan biota sebagai filter biologis Beberapa pertimbangan untuk mengintroduksi spesies baru: a. Spesies yang diintroduksi sesuai dengan kebutuhan, tujuan introduksi juga harus jelas b. Tidak menyaingi spesies native sehingga menyebabkan menurunnya bahkan punahnya populasi spesies native c. Tidak terjadi kawin silang dengan spesies native sehingg menghasilkan hibrid yang tidak dikehendaki d. Spesies yang diintroduksi tidak ditungganggi oleh hama, parasit, penyakit yang bisa menyerang spesies native e. Spesies yang diintroduksikan dapat hidup dan berkembangbiak dengan lingkungan barunya
  • 38. Udang windu Udang vaname Lobster
  • 46. oleh : Dr. Ir. Made L Nurdjana Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Disampaikan Pada Kuliah Umum di Dep. Budidaya Perairan FPIK - IPB Bogor, 8 Maret 2006
  • 47. • Teknologi dikuasai dan berkembang di masyarakat. • Peluang pasar ekspor tinggi • Serapan pasar luar negeri tinggi • Penyerapan tenaga kerja tinggi UDANG (vaname dan Windu RUMPUT LAUT (Euchema dan Gracillaria) • Hemat BBM • Permodalan relatif rendah
  • 48. 1. NILA 2. KERAPU 3. BANDENG 4. PATIN 5. LELE 6. GURAME 7. ABALONE 8. IKAN HIAS 9. SIDAT • Teknologi dikuasai dan berkembang di masyarakat. • Peluang pasar ekspor tinggi • Serapan pasar dalam negeri cukup besar • Permodalan relatif rendah • Penyerapan tenaga kerja tinggi • Hemat BBM
  • 49. Produksi : 350.000 ton terdiri 110.00 ton windu dan 240.000 ton vaname • Lahan : 150.500 Ha terdiri 93.500 Ha windu dan 57.000 Ha vaname • Tenaga kerja : 194.316 orang • Jumlah Propinsi : 27 propinsi
  • 51. • Produksi : 1.12 juta ton terdiri 235.789 ton Gracillaria dan 884.211 ton Euchema • Lahan : 18.220 Ha terdiri 5.895 Ha Gracillaria dan 8.842 Eucheuma • Tenaga kerja : 150.315 orang • Jumlah Propinsi terlibat : 7 propinsi Gracillaria dan 23 propinsi Eucheuma. Revitalisasi Budidaya Rumput Laut Pasca Panen - Sekotong
  • 52.
  • 53. LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN • Pertumbuhan yang cepat dan dapat dipelihara dalam berbagai wadah budidaya (kolam, karamba, KJA, kolam air deras dan sawah). • Bahan baku berbagai olahan, sehingga mempunyai nilai tambah tinggi, terutama untuk komoditas ekspor. • Pengembangan usahanya dapat dibagi dalam beberapa segmen usaha, sehingga dapat bersifat “quick yielding” yang menguntungkan pada setiap segmen usaha. Hapa Seleleksi Famili - BBAT SBM Pembesaran Nila Komoditas Unggulan
  • 54. Komoditas dapat dipelihara dengan padat tebar tinggi dalam lahan terbatas (hemat lahan) di kawasan marginal dan hemat air. Pengembangan usahanya dapat dilakukan dalam beberapa segmen usaha, terutama untuk dapat mencapai ukuran ekspor (500 gram/ekor), sehingga usaha budidaya lele akan menguntungkan pada setiap segmen usaha. Komoditas Unggulan
  • 55. Untuk program revitalisasi spesies yang dikembangkan adalah Patin Jambal (Pangasius jambal). Patin species ini memiliki warna daging putih, sehingga dapat diterima pasar Amerika dan Eropa. Teknik budidaya untuk Patin Jambal adalah di keramba di sungai, karena memerlukan air yang mengalir. Komoditas Unggulan
  • 56. 1. Tekstur daging yang khas dan rasa yang disukai masyarakat, 2. Harga jual yang tinggi, 3. Dikembangkan dalam beberapa segmen usaha, yang masing- masing tahapan mempunyai margin yang cukup besar. Komoditas Unggulan
  • 57. 1. Komoditas budidaya laut yang mempunyai nilai prestisius bagi konsumennya, khususnya di negara- negara Asia. 2. Mempunyai nilai ekonomis tinggi, 3. Teknologi budidayanya sudah dikembangkan dan 4. Segmentasi usaha budidayanya cukup luas Komoditas Unggulan
  • 58. 1. Pangsa pasar untuk konsumsi lokal dan ekspor, serta sebagai bahan umpan ikan tuna. 2. Dikembangkan secara intensif dan ekstensif pada tambak udang yang idle, atau di karamba jaring apung air tawar. 3. Segmentasi usahanya sangat luas, dapat dibagi ke dalam pembenihan, pembesaran maupun olahan.
  • 59. 1. Dikembangkan dalam skala rumah tangga maupun skala besar dengan sasaran ekspor. 2. Jenis ikan hias yang dikembangkan untuk diekspor seperti Tetra, Rainbow, Botia, Corydoras, Chiclyd, Arwana Irian, Gurame Hias, Red fin, Koi, Manfish, Mas koki, dan jenis yang lainnya. Komoditas Unggulan
  • 60. 1. Permintaan ekspor tinggi untuk konsumsi dan cangkangnya untuk perhiasan 2. Produksi abalon sebelumnya berasal dari hasil tangkapan, namun saat ini sudah mulai dikembangkan teknologi budidayanya pada beberapa kawasan budidaya potensial Komoditas Unggulan
  • 61. KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN - Kegiatan utama - Indikator kinerja - Peranan benih dalam akuakultur √
  • 62. induk Induk matang gonad Telur Larva Benih Benih siap jual Benih siap jual Pemeliharaan induk/ Pematangan gonad Pemijahan induk Penetasan telur (ditentukan kualitas telur dan sperma) Pemeliharaan larva Pendederan benih Pendederan benih lanjutan Kultur pakan alami Kegiatan pembenihan berdasarkan siklus hidup ikan
  • 63. A. Pemeliharaan induk • Tujuan: menumbuhkan dan mematangkan gonad (sel telur dan sperma) ikan, dengan pendekatan: - lingkungan (optimal) - pakan (kualitas & kuantitas) - hormonal • Wadah pemeliharaan induk disebut bak induk • Pemeriksaan kematangan gonad - induk betina: perut bunting, lembek, urogenital kemerahan, pemeriksaan dengan kateter. - induk jantan: keluar sperma bila dilakukan pengurutan ke lubang anus
  • 64. B. Pemijahan induk: proses pembuahan telur oleh sperma • Sifat pemijahan - alami: berkelompok (kerapu) atau berpasangan (diskus) - buatan: Proses pemijahan buatan
  • 65. Pemijahan induk… • Perangsangan pemijahan • Lingkungan: suhu, bau (petrichor, feromon), tekanan air, arus, salinitas, daya hantar listrik, keberadaan substrat penempel telur, keberadaan lawan jenis Pemijahan Perangsangan Lingkungan Hormonal Alamiah √ √ Buatan √ √
  • 66. Pemijahan induk… • Hormonal : golongan gonadotropin, LHRHa, steroid (lihat buku Pengantar Akuakultur) - gonadotropin: hipofisa ikan, gonadotropin mamalia (HCG, LH, FSH, PMSG,) - LHRH: hormon dari golongan protein yang dihasilkan hipotalamus (LHRH-a: analog) - Hormon steroid: korticosteroid (lele Afrika)
  • 67. Spesies Substrat Keterangan Ikan mas, koi (Cyprinus carpio) Ijuk, kakaban Kakaban diapungkan di permukaan air dengan bagian ijuk terendam sekitar 2-10 cm dari permukaan air. Aktivitas pemijahan induk berlangsung di bawah kakaban sehingga telur yang dikeluarkan menempel pada ijuk Gurame (Osphronemus gouramy) Ijuk Ijuk disediakan di dalam kolam dan induk menyusun sendiri sarangnya. Sarang berbentuk bola yang memiliki bagian terbuka untuk keluar masuk induk. Telur diletakkan di bagian dalam sarang Lele (Clarias sp.) Ijuk Ijuk diletakkan dibagian yang terlindung di dalam bak, biasanya di antara dua unit batako. Induk memijah di sekitar ijuk tersebut sehingga telur yang dikeluarkan akan menempel pada ijuk Diskus (Symphysodon sp.) Paralon Pipa paralon sepanjang 20 cm diletakkan berdiri di dasar akuarium. Induk menempelkan telurnya pada paralon bagian luar Komoditas akuakultur yang memijah alamiah dan memiliki telur yang bersifat menempel serta jenis substrat penempelan telur
  • 68. Spesies Substrat Keterangan Mannvis (Pterophylum sp.) Paralon Sama dengan diskus Betutu (Oxyeleotris marmorata) Asbes Lempeng asbes berukuran 30x30x30cm dirangkai menjadi sarang berbentuk segi tiga. Sarang diletakkan di dasar kolam. Induk memijah di bagian dalam sarang sehingga telur menempel pada asbes bagian dalam, bisa 1, 2, bahkan 3 lempeng Black gost Akar pakis Lempeng akar pakis diletakkan di dasar akuarium dan ditutup dengan lempeng keramik sehingga berkesan terlindung. Induk menempelkan telurnya pada akar pakis tersebut Koki Tali rafia Tali rafia dibuat rumbai halus dan diberi pemberat dan diletakkan di dasar akuarium/bak sehingga seperti tanaman air. Induk menempelkan telurnya pada tali rafia yang dihaluskan tersebut
  • 69. • Wadah penetasan: bak, tangki, akuarium, kolam, ember • Wadah khusus untuk penetasan atau pemijahan sekaligus penetasan • Pemindahan telur: telur menempel atau tidak menempel C. Penetasan telur (1)
  • 70. • Lingkungan harus optimal, telur adalah makhluk hidup yang sedang memulai kehidupannya • Telur sangat peka terhadap serangan mikroorganisme, terutama cendawan (zat anti jamur, sinar UV) • Lama waktu penetasan dipengaruhi suhu, sampai batas tertentu semakin tinggi suhu waktu penetasan semakin singkat. Suhu optimal memberikan efisiensi pemanfaatan kuning telur yang maksimal. C. Penetasan telur (2)
  • 71. • Pemeliharaan larva merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan (sulit) • Larva merupakan stadia paling kritis dalam siklus hidup ikan • Faktor yang menyebabkan pemeliharaan larva sulit: - tubuh larva kecil dan bukaan mulut larva kecil, pemberian pakan dan pengelolaan lingkungan sulit - larva butuh pakan alami, kultur pakan alami juga sulit D. Pemeliharaan larva dan benih (1)
  • 72. • Kegiatan pemeliharaan larva: - persiapan wadah - penebaran larva - pemberian pakan - pengelolaan air D. Pemeliharaan larva dan benih (2) praktikum
  • 73. Tingkat kesulitan dalam kegiatan pembenihan Kegiatan Pembenihan Tingkat Kesulitan Mudah Agak Sulit Sulit Sangat Sulit Pemeliharaan induk √ Pemijahan induk √ Penetasan telur √ Pemeliharaan larva √ Pemeliharaan benih √ Kultur pakan alami √
  • 74. No Kegiatan Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 1 Persiapan wadah - Pengeringan - Perbaikan - Desinfektan dan eradikasi - Pengisian air 2 Penebaran larva 3 Pemberian pakan 4 Pengelolaan air 5 Penanggulangan hama dan penyakit 6 Pemantauan larva (sampling) - Pertumbuhan - Populasi - Kondisi 7 Pemanenan Jadwal kegiatan pemeliharaan larva dalam suatu kegiatan pembenihan ikan
  • 75. Jadwal pemberian pakan larva No Pakan Umur Larva (dalam wadah pemeliharaan), Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 Chlorella 2 Rotifera 3 Artemia 4 Daphnia 5 Cacing sutra -Weaning: proses pembelajaran makan dari endogenous feeding ke exogenous feeding -Point of no return: suatu kondisi kerusakan fisiologis yang tidak bisa disembuhkan/dipulihkan sekalipun larva sudah bisa makan. Hal ini terjadi akibat larva tidak makan sementara kuning telur dan butir minyak sudah habis.
  • 76. E. Kultur pakan alami (1) • Fitoplankton : Chlorella sp., Skeletonema sp. • Zooplankton : Rotifera, Infusoria sp., Daphnia sp., Moina sp. Artemia salina • Benthos : cacing Tubifex sp., Lumbricus sp., Chironomus sp. (cu merah)
  • 77. E. Kultur pakan alami (2) • Keuntungan pakan alami dibanding pakan buatan: - berukuran kecil - hidup dan bergerak - berwarna menarik - mengandung exogenous enzymes • Kelemahan pakan alami dibanding pakan buatan: - pengadaannya harus melalui kultur (sulit) tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu ketika dibutuhkan larva atau benih
  • 79. KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN - Kegiatan utama - Indikator kinerja - Peranan benih dalam akuakultur √
  • 80. Tolok ukur/indikator keberhasilan kegiatan pembenihan Subjek/kegiatan Objek Output Tolok ukur Satuan Pemeliharaan induk Induk Induk matang gonad - TKG - Fekunditas - % - Butir/kg Pemijahan induk Induk Telur - Frekuensi pemijahan - Produksi telur - Derajat pembuahan - Kali - Butir - % Penetasan telur Telur Larva - Derajat penetasan - Abnormalitas - % - % Pemeliharaan larva Larva Benih - Kelangsungan hidup - % Pendederan benih Benih Benih - Kelangsungan hidup - Pertumbuhan - % - % Pendederan lanjutan Benih Benih siap jual - Kelangsungan hidup - Pertumbuhan - % - %
  • 81. Upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pembenihan • Meningkatkan persentase induk matang gonad • pakan, genetik,hormonal, • Meningkatkan frekuensi pemijahan induk • Meningkatkan produksi telur induk betina (jumlah pakan) • Meningkatkan derajat pembuahan telur • Meningkatkan derajat penetasan telur • Menekan derajat abnormalitas larva • Meningkatkan kelangsungan hidup larva dan benih • Meningkatkan laju pertumbuhan benih
  • 82. Faktor penting yang menentukan keberhasilan kegiatan pembenihan secara teknis No Kegiatan Pembenihan Obyek Faktor Penting 1 Pemeliharaan induk (pematangan gonad) Induk - Biologi-reproduksi & tingkah laku induk - Nutrisi induk - Kualitas air - Hormonal 2 Pemijahan induk Induk - Biologi-reproduksi & tingkah laku induk - Hormonal - Teknik pemijahan: alami vs. buatan - Kualitas air 3 Penetasan telur Telur - Kualitas telur - Kualitas air
  • 83. Faktor penting yang menentukan keberhasilan kegiatan pembenihan secara teknis No Kegiatan Pembenihan Obyek Faktor Penting 4 Pemeliharaan larva Larva - Kualitas larva - Pakan alami - Kualitas air 5 Pendederan benih Larva - Kualitas benih - Nutrisi dan pemberian pakan - Kualitas air 6 Kultur pakan alami Pakan alami - Kualitas air - Biologi-reproduksi & tingkah laku pakan alami
  • 84. Biologi-reproduksi dan Tingkah laku induk Kualitas air Nutrisi induk Pematangan gonad Hormonal Pendekatan melalui aspek/faktor penting dalam kegiatan pemeliharaan induk
  • 85. Pelaku Spesifikasi Kegiatan Utama Contoh Produsen induk Produksi induk (matang gonad/siap suntik) Pemeliharaan induk 1. Usaha budidaya patin 2. Usaha budidaya udang windu Produsen telur Produksi telur 1. Pemeliharaan induk 2. Pemijahan induk 1. Usaha budidaya udang windu 2. Usaha budidaya gurami 3. Usaha budidaya kerapu Produsen larva Produksi larva 1. Pemeliharaan induk 2. Pemijahan induk 3. Penetasa telur 1. Usaha budidaya udang windu 2. Usaha budidaya lele dumbo Produsen benih Produksi benih 1.Pemeliharaan induk 2.Pemijahan induk 3.Penetasan telur 4.Pemeliharaan larva 1. Usaha budidaya patin 2. Usaha budidaya lele dumbo 3. Usaha budidaya ikan mas 4. Usaha budidaya udang windu Segmentasi bisnis pembenihan
  • 86. Pelaku Spesifikasi Kegiatan Utama Contoh Produsen benih Produksi benih lanjutan (dederan) 1.Pemeliharaan induk 2.Pemijahan induk 3.Penetasan telur 4.Pemeliharaan larva 5.Pemeliharaan benih 1. Usaha budidaya patin 2. Usaha budidaya lel dumbo 3. Usaha budidaya ikan mas 4. Usaha budidaya udang windu 5. Usaha budidaya kerapu Pengumpul benih Pengumpulan Benih 1.Mengumpulkan benih (holding) 2.Transportasi benih hidup 1. Benih ikan konsumsi 2. Benih ikan hias Produsen pakan alami Kultur pakan alami Memanen pakan alami dari alam 1. cacing Tubifex 2. Chironomus Segmentasi bisnis pembenihan
  • 87. Beberapa keuntungan adanya segmentasi usaha pembenihan ikan • Risiko usaha dibagi (sharing) kepada lebih banyak pihak yang berkecimpung dalam bisnis tersebut • Waktu produksi lebih singkat • Menggerakkan perekonomian lokal karena lebih banyak pelaku usaha dan terjadi proses jual-beli diantara mereka • Bisnis pembenihan ikan tersebut relatif kuat dan tahan banting menghadapi permasalahan ekonomi mikro dan makro. • Contoh: sentra produksi benih lele dan gurami di Parung, Bogor
  • 88. KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN - Kegiatan utama - Indikator kinerja - Peranan benih dalam akuakultur √
  • 89. Peranan benih dalam akuakultur • Benih merupakan komponen input bagi kegiatan pembesaran • Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan tahap kegiatan selanjutnya (pembesaran) • Contoh: jika kegiatan pembesaran merupakan suatu kegiatan industri/pabrik dengan produk ikan, maka benih merupakan salah satu bahan bakunya. Kualitas bahan baku akan menentukan kualitas produk.