Dokumen tersebut membahas tentang penyakit dan hama pada budidaya ikan. Penjelasan meliputi pengertian penyakit ikan, penyebabnya, jenis penyakit, gejala, dan cara pencegahannya. Jenis hama yang dijelaskan adalah predator, kompetitor, dan perusak beserta penyebab munculnya hama dan cara pengendaliannya secara kimiawi dan nonkimiawi.
Dokumen tersebut membahas tentang teknik pembenihan ikan, mulai dari pembenihan ikan air tawar seperti ikan nila hingga ikan laut seperti kerapu. Termasuk didalamnya adalah teknik pemijahan, pakan alami, penanganan larva, hingga pendederan benih ikan.
1. Tulisan ini membahas teknik pembenihan ikan nila yang umum, mulai dari seleksi induk, pemijahan, penanganan telur dan larva, serta standar hasil yang diharapkan.
2. Ikan nila dapat dipijah secara massal di kolam atau lebih intensif menggunakan hapa, keramba, atau bak, dengan perbedaan padat tebar dan penanganan air serta pakan.
3. Benih ikan nila dari air tawar dapat diadaptasi ke air
Sistem imunitas ikan merupakan pengetahuan mendasar untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan. Sistem ini terdiri atas kekebalan non-spesifik dan spesifik. Kekebalan non-spesifik meliputi pertahanan fisik dan humoral seperti lisozim dan interferon, sedangkan spesifik melibatkan limfosit, sel B, dan antibodi. Faktor lingkungan, nutrisi, dan stres dapat mempengaruhi sistem imunitas ikan.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen kesehatan ikan. Secara ringkas, manajemen kesehatan ikan adalah mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan agar ikan sehat dan tidak mengalami gangguan secara efektif dan efisien. Dokumen tersebut juga menjelaskan penyebab ikan sakit seperti lingkungan perairan buruk, kepadatan penebaran tinggi, gizi pakan kurang sesuai, dan adanya organ
Dokumen tersebut membahas tentang pembenihan udang galah, mulai dari morfologi, perbedaan jantan dan betina, siklus hidup, teknik pembenihan seperti persiapan, pematangan gonad, pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva, persiapan pakan, dan pencegahan penyakit.
Laporan ini membahas perkembangan larva ikan nila mulai dari telur yang dibuahi hingga menjadi larva muda. Telur ikan nila akan menetas menjadi larva setelah 4-5 hari kemudian diasuh oleh induk betina selama 11 hari.
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya perikanan. Terdiri dari parameter fisika (suhu, kecerahan), kimia (pH, DO, nitrat, fosfat), dan biologi (plankton). Parameter ideal untuk kehidupan ikan adalah rendahnya amonia, nitrit, cemaran organik, serta stabilnya pH, salinitas, dan suhu.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit dan hama pada budidaya ikan. Penjelasan meliputi pengertian penyakit ikan, penyebabnya, jenis penyakit, gejala, dan cara pencegahannya. Jenis hama yang dijelaskan adalah predator, kompetitor, dan perusak beserta penyebab munculnya hama dan cara pengendaliannya secara kimiawi dan nonkimiawi.
Dokumen tersebut membahas tentang teknik pembenihan ikan, mulai dari pembenihan ikan air tawar seperti ikan nila hingga ikan laut seperti kerapu. Termasuk didalamnya adalah teknik pemijahan, pakan alami, penanganan larva, hingga pendederan benih ikan.
1. Tulisan ini membahas teknik pembenihan ikan nila yang umum, mulai dari seleksi induk, pemijahan, penanganan telur dan larva, serta standar hasil yang diharapkan.
2. Ikan nila dapat dipijah secara massal di kolam atau lebih intensif menggunakan hapa, keramba, atau bak, dengan perbedaan padat tebar dan penanganan air serta pakan.
3. Benih ikan nila dari air tawar dapat diadaptasi ke air
Sistem imunitas ikan merupakan pengetahuan mendasar untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan. Sistem ini terdiri atas kekebalan non-spesifik dan spesifik. Kekebalan non-spesifik meliputi pertahanan fisik dan humoral seperti lisozim dan interferon, sedangkan spesifik melibatkan limfosit, sel B, dan antibodi. Faktor lingkungan, nutrisi, dan stres dapat mempengaruhi sistem imunitas ikan.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen kesehatan ikan. Secara ringkas, manajemen kesehatan ikan adalah mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan agar ikan sehat dan tidak mengalami gangguan secara efektif dan efisien. Dokumen tersebut juga menjelaskan penyebab ikan sakit seperti lingkungan perairan buruk, kepadatan penebaran tinggi, gizi pakan kurang sesuai, dan adanya organ
Dokumen tersebut membahas tentang pembenihan udang galah, mulai dari morfologi, perbedaan jantan dan betina, siklus hidup, teknik pembenihan seperti persiapan, pematangan gonad, pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva, persiapan pakan, dan pencegahan penyakit.
Laporan ini membahas perkembangan larva ikan nila mulai dari telur yang dibuahi hingga menjadi larva muda. Telur ikan nila akan menetas menjadi larva setelah 4-5 hari kemudian diasuh oleh induk betina selama 11 hari.
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya perikanan. Terdiri dari parameter fisika (suhu, kecerahan), kimia (pH, DO, nitrat, fosfat), dan biologi (plankton). Parameter ideal untuk kehidupan ikan adalah rendahnya amonia, nitrit, cemaran organik, serta stabilnya pH, salinitas, dan suhu.
Dokumen tersebut membahas tentang subsistem budidaya yang mencakup kegiatan pembenihan, pembesaran, dan peningkatan mutu biota akuatik untuk memperoleh keuntungan. Budidaya dapat dilakukan di darat maupun di laut dengan sumber air tawar, payau, atau asin bergantung pada lokasi dan sistem yang digunakan.
Presentasi berikut adalah materi yang disampaikan oleh Kepala Pelayanan Kesehatan Hewan PT. CP Prima pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
Brosur ini membahas budidaya udang vannamei dengan pola tradisional plus. Teknologi ini memungkinkan petambak kecil menanam udang vannamei dengan biaya rendah tetapi hasil panen yang besar. Brosur ini menjelaskan langkah-langkah mulai dari persiapan tambak, penebaran benih, pemeliharaan, panen, hingga analisis ekonominya. Pola budidaya ini dapat menghasilkan 835-1050 kg udang per hektar set
Dokumen tersebut membahas tentang akuakultur (budidaya perikanan) yang mencakup definisi, ruang lingkup, jenis komoditas yang dibudidayakan seperti ikan, udang, dan moluska, serta pertimbangan biologi dan ekonomi dalam memilih komoditas akuakultur. Dokumen juga menjelaskan sumber daya air yang dapat digunakan untuk akuakultur yaitu air tawar, payau, dan laut.
Biokimia akuakultur I: Nutrisi dan PakanIbnu Sahidhir
Dokumen tersebut membahas tentang biokimia dan nutrisi dalam akuakultur. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan pentingnya pemahaman biokimia dalam mendesain nutrisi dan formulasi pakan ikan yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme ikan untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitasnya.
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Hama dan penyakit merupakan factor penyebab kegagalan budidaya yang bila tidak ditangani dengan baik akan menrugikan budidaya. Hama adalah organisme yang dapat mengganggu budidaya dan kemungkinan besar membawa penyakit yang dapat menyerang udang. Penyakit adalah kondisi terjadinya abnormalitas dari struktur, fungsi dan tingkah laku maupun abnormalitas pada metabolisme.
Laporan ini membahas tingkah laku reproduksi ikan plati pedang (Xiphophorus helleri) melalui observasi langsung. Ikan plati pedang memiliki ciri khas seperti pedang panjang pada ekor jantan dan melahirkan anaknya. Tujuan laporan ini adalah untuk mempelajari perbedaan ciri jantan dan betina, pola tingkah laku sebelum dan sesudah pemijahan, serta lamanya waktu pemijahan.
Dokumen ini membahas tentang jenis-jenis pakan alami ikan hias seperti fitoplankton, zooplankton, dan bentos yang dapat dibudidayakan, termasuk cara budidaya beberapa jenis pakan tersebut seperti Chlorella sp, Scenedesmus sp, Brachionus sp, Artemia salina, serta Daphnia dan Tubifex.
Dokumen tersebut membahas pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies yang tepat untuk budidaya perairan. Beberapa pertimbangan tersebut adalah karakteristik biologi spesies seperti kemampuan berkembang biak, laju pertumbuhan, dan toleransi terhadap lingkungan, serta dampak spesies terhadap lingkungan budidaya. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa pemilihan spesies herbivora atau omnivora diang
This document discusses site selection factors for aquaculture. It outlines several key factors that must be considered, including ecological factors like water availability, quality and climate; biological factors; and social/economic factors. Specifically, it discusses water quality parameters like temperature, dissolved oxygen, pH, ammonia, nitrite and nitrate levels, and plankton quantities that greatly impact fish and shrimp survival. Maintaining optimal ranges for these various water quality parameters is essential for successful aquaculture production.
Dokumen tersebut membahas budidaya ikan nila, mulai dari pengenalan jenis ikan nila, bisnis budidaya ikan nila, langkah-langkah budidaya, hingga kesimpulan. Topik utama yang dibahas adalah cara membesarkan ikan nila dengan cepat dan sehat melalui pemberian pakan dan pupuk yang tepat serta pengelolaan kolam yang baik.
Dokumen ini membahas tentang pertemuan pertama mata kuliah Avertebrata Air. Terdapat informasi tentang jadwal kuliah, sumber penilaian, rencana pembelajaran, pengertian dan pengenalan avertebrata serta sistematika dan taksonomi hewan ini.
This document discusses feeding and nutrition for fish farming. It covers:
1) Why fish need to be fed and the types of feeds including formulated, agricultural byproducts, and pelleted feeds.
2) How to feed fish by hand, truck, or automatic timed methods and recommended feeding amounts of 2-5% of body weight per day.
3) Nutrition is an important factor for aquaculture and feed costs make up around 50% of expenses. Balanced nutrition, feed quality control, and biological evaluations are important for cost effectiveness.
4) Nutrition involves the interaction between nutrients and living organisms including feed composition, ingestion, digestion, ability to digest, energy release, growth, reproduction, and
Mengelola air tambak dimulai dari air pertama kali masuk pada kolam budidaya, yaitu treatment pond (tandon), kanal sub inlet, kanal distribusi dan culture pond (tambak budidaya). Oleh karena itu perlu diperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budidaya, baik secara fisik, kimia maupun microbiologi. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan karena akan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk udang tumbuh dan berkembang. Parameter kualitas air suatu perairan tidaklah tetap sepanjang waktu, namun sangat dinamis dimana selalu terjadi perubahan akibat perubahan lingkungan, cuaca dan proses-proses biologis di dalamnya seperti proses fotosintesis, respirasi dan ekskresi hasil metabolism. Namun parameter kualitas air dapat dikendalikan agar selalu berada pada kisaran yang bisa ditoleransi oleh udang dan memberikan pertumbuhan yang baik. Kondisi yang nyaman (baik) akan meminimalkan proses perubahan pakan menjadi energi, sehingga pakan yang dimakan akan lebih banyak dikonversi menjadi daging. Dalam pengelolaan air perlu dilakukan pengukuran kualitas air kolam dan sumber secara berkala dan rutin karena akan menjadi dasar dalam melakukan pengelolaan air agar tetap berada pada kondisi optimal.
Presentasi Kualitas Air ini dibuat oleh Romi Novriadi, S.Pd,kim., M.Sc dalam upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya lingkungan dalam mendukung produksi budidaya ikan laut
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Modul ini membahas tentang pemilihan dan penebaran benur udang vannamei yang sehat. Benur harus bebas dari virus dan diperoleh dari hatchery bersertifikat. Kualitas benur dapat diketahui melalui pengamatan visual, uji stress, dan mikroskopik. Benur diangkut dengan menjaga suhu dan salinitas, lalu dilakukan aklimatisasi sebelum ditebar di tambak."
Penyakit ikan saat ini telah menjelma menjadi salah satu faktor pembatas dalam keberlanjutan usaha budidaya perikanan. Tindakan pengendalian dan penangulangan penyakit yang tepat dapat membantu meminimalisir tingkat kerugian ekonomi dan meningkatkan tingkat kelulushidupan ikan budidaya
Dokumen tersebut membahas tentang subsistem budidaya yang mencakup kegiatan pembenihan, pembesaran, dan peningkatan mutu biota akuatik untuk memperoleh keuntungan. Budidaya dapat dilakukan di darat maupun di laut dengan sumber air tawar, payau, atau asin bergantung pada lokasi dan sistem yang digunakan.
Presentasi berikut adalah materi yang disampaikan oleh Kepala Pelayanan Kesehatan Hewan PT. CP Prima pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
Brosur ini membahas budidaya udang vannamei dengan pola tradisional plus. Teknologi ini memungkinkan petambak kecil menanam udang vannamei dengan biaya rendah tetapi hasil panen yang besar. Brosur ini menjelaskan langkah-langkah mulai dari persiapan tambak, penebaran benih, pemeliharaan, panen, hingga analisis ekonominya. Pola budidaya ini dapat menghasilkan 835-1050 kg udang per hektar set
Dokumen tersebut membahas tentang akuakultur (budidaya perikanan) yang mencakup definisi, ruang lingkup, jenis komoditas yang dibudidayakan seperti ikan, udang, dan moluska, serta pertimbangan biologi dan ekonomi dalam memilih komoditas akuakultur. Dokumen juga menjelaskan sumber daya air yang dapat digunakan untuk akuakultur yaitu air tawar, payau, dan laut.
Biokimia akuakultur I: Nutrisi dan PakanIbnu Sahidhir
Dokumen tersebut membahas tentang biokimia dan nutrisi dalam akuakultur. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan pentingnya pemahaman biokimia dalam mendesain nutrisi dan formulasi pakan ikan yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme ikan untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitasnya.
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Hama dan penyakit merupakan factor penyebab kegagalan budidaya yang bila tidak ditangani dengan baik akan menrugikan budidaya. Hama adalah organisme yang dapat mengganggu budidaya dan kemungkinan besar membawa penyakit yang dapat menyerang udang. Penyakit adalah kondisi terjadinya abnormalitas dari struktur, fungsi dan tingkah laku maupun abnormalitas pada metabolisme.
Laporan ini membahas tingkah laku reproduksi ikan plati pedang (Xiphophorus helleri) melalui observasi langsung. Ikan plati pedang memiliki ciri khas seperti pedang panjang pada ekor jantan dan melahirkan anaknya. Tujuan laporan ini adalah untuk mempelajari perbedaan ciri jantan dan betina, pola tingkah laku sebelum dan sesudah pemijahan, serta lamanya waktu pemijahan.
Dokumen ini membahas tentang jenis-jenis pakan alami ikan hias seperti fitoplankton, zooplankton, dan bentos yang dapat dibudidayakan, termasuk cara budidaya beberapa jenis pakan tersebut seperti Chlorella sp, Scenedesmus sp, Brachionus sp, Artemia salina, serta Daphnia dan Tubifex.
Dokumen tersebut membahas pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies yang tepat untuk budidaya perairan. Beberapa pertimbangan tersebut adalah karakteristik biologi spesies seperti kemampuan berkembang biak, laju pertumbuhan, dan toleransi terhadap lingkungan, serta dampak spesies terhadap lingkungan budidaya. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa pemilihan spesies herbivora atau omnivora diang
This document discusses site selection factors for aquaculture. It outlines several key factors that must be considered, including ecological factors like water availability, quality and climate; biological factors; and social/economic factors. Specifically, it discusses water quality parameters like temperature, dissolved oxygen, pH, ammonia, nitrite and nitrate levels, and plankton quantities that greatly impact fish and shrimp survival. Maintaining optimal ranges for these various water quality parameters is essential for successful aquaculture production.
Dokumen tersebut membahas budidaya ikan nila, mulai dari pengenalan jenis ikan nila, bisnis budidaya ikan nila, langkah-langkah budidaya, hingga kesimpulan. Topik utama yang dibahas adalah cara membesarkan ikan nila dengan cepat dan sehat melalui pemberian pakan dan pupuk yang tepat serta pengelolaan kolam yang baik.
Dokumen ini membahas tentang pertemuan pertama mata kuliah Avertebrata Air. Terdapat informasi tentang jadwal kuliah, sumber penilaian, rencana pembelajaran, pengertian dan pengenalan avertebrata serta sistematika dan taksonomi hewan ini.
This document discusses feeding and nutrition for fish farming. It covers:
1) Why fish need to be fed and the types of feeds including formulated, agricultural byproducts, and pelleted feeds.
2) How to feed fish by hand, truck, or automatic timed methods and recommended feeding amounts of 2-5% of body weight per day.
3) Nutrition is an important factor for aquaculture and feed costs make up around 50% of expenses. Balanced nutrition, feed quality control, and biological evaluations are important for cost effectiveness.
4) Nutrition involves the interaction between nutrients and living organisms including feed composition, ingestion, digestion, ability to digest, energy release, growth, reproduction, and
Mengelola air tambak dimulai dari air pertama kali masuk pada kolam budidaya, yaitu treatment pond (tandon), kanal sub inlet, kanal distribusi dan culture pond (tambak budidaya). Oleh karena itu perlu diperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budidaya, baik secara fisik, kimia maupun microbiologi. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan karena akan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk udang tumbuh dan berkembang. Parameter kualitas air suatu perairan tidaklah tetap sepanjang waktu, namun sangat dinamis dimana selalu terjadi perubahan akibat perubahan lingkungan, cuaca dan proses-proses biologis di dalamnya seperti proses fotosintesis, respirasi dan ekskresi hasil metabolism. Namun parameter kualitas air dapat dikendalikan agar selalu berada pada kisaran yang bisa ditoleransi oleh udang dan memberikan pertumbuhan yang baik. Kondisi yang nyaman (baik) akan meminimalkan proses perubahan pakan menjadi energi, sehingga pakan yang dimakan akan lebih banyak dikonversi menjadi daging. Dalam pengelolaan air perlu dilakukan pengukuran kualitas air kolam dan sumber secara berkala dan rutin karena akan menjadi dasar dalam melakukan pengelolaan air agar tetap berada pada kondisi optimal.
Presentasi Kualitas Air ini dibuat oleh Romi Novriadi, S.Pd,kim., M.Sc dalam upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya lingkungan dalam mendukung produksi budidaya ikan laut
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Modul ini membahas tentang pemilihan dan penebaran benur udang vannamei yang sehat. Benur harus bebas dari virus dan diperoleh dari hatchery bersertifikat. Kualitas benur dapat diketahui melalui pengamatan visual, uji stress, dan mikroskopik. Benur diangkut dengan menjaga suhu dan salinitas, lalu dilakukan aklimatisasi sebelum ditebar di tambak."
Penyakit ikan saat ini telah menjelma menjadi salah satu faktor pembatas dalam keberlanjutan usaha budidaya perikanan. Tindakan pengendalian dan penangulangan penyakit yang tepat dapat membantu meminimalisir tingkat kerugian ekonomi dan meningkatkan tingkat kelulushidupan ikan budidaya
Kelompok II Diklat Pengendali Hama dan Penyakit Ikan (PHPI) Angkatan 2014, terdiri dari: (1). Romi Novriadi, S.Pd.Kim., M.Sc (2) Corina Siringoringo, S.St.Pi. (3) Niezha Eka Putri, S.Si. (4) Dody Yunianto, S.Si. (5) Awal Junaid, S.Pi. (6) Indra Purwanto, S.Pi (7) Oxye Mitchel S.Pi dan (8) M. Arwin, S.Pi
Kegiatan pemantauan kawasan budidaya dan penyakit ikan merupakan salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi data hasil produksi dan informasi yang relevan tentang keragaan/dinamika penyakit tertentu pada suatu ”lokasi” sebagai akibat dari fluktuasi beberapa parameter kualitas lingkungan budidaya. Dari hasil pemantauan yang dilakukan di Selat Nenek, Kelurahan Temoyong diketahui bahwa kondisi kualitas air cukup optimal untuk produksi ikan laut, Sementara hasil analisa penyakit menunjukkan bahwa terdapat infeksi parasit Diplectanum spp dan infeksi bakteri Vibrio sp sebagai dampak sistem budidaya yang dilakukan. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa masyarakat sangat antusias untuk melakukan pengembangan produksi budidaya dengan disertai dukungan oleh pemerintah daerah
Tabel penghitung keseimbangan energi permukaan dan nilai luas permukaan pengu...helmut simamora
Dokumen tersebut berisi tabel penghitungan keseimbangan energi permukaan dan nilai luas permukaan penguapan air atau fluks uap yang disusun oleh Helmut Todotuasimamora dari Badan Lingkungan Hidup, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil penelitian lapangan. Tabel tersebut digunakan sebagai referensi pribadi untuk mendukung kegiatan kerja di kantor.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai formulasi dan metode pemberian pakan ikan. Terdapat beberapa jenis pakan ikan dan bahan baku yang dapat digunakan seperti tepung ikan, tepung kedelai, minyak ikan, serta metode yang dapat digunakan untuk menentukan komposisi pakan seperti coba-coba dan metode Pearson.
Dokumen tersebut membahas tentang pemberian pakan ternak, termasuk zat gizi penting untuk ternak, jenis-jenis pakan, cara pemberian pakan, pengawetan pakan seperti silase dan fermentasi jerami, serta hasil analisis kandungan zat jerami sebelum dan sesudah difermentasi.
Dokumen tersebut membahas pedoman teknis penanggulangan penyakit ikan budidaya laut. Ia menjelaskan berbagai jenis penyakit pada ikan budidaya laut seperti penyakit kulit, insang, dan organ dalam. Dokumen ini juga menjelaskan penyebab penyakit seperti faktor non-parasit dan parasit serta cara pengobatan untuk masing-masing jenis penyakit tersebut.
Dasar Dasar Penyakit Ikan penyakit infeksiMALFIFAIZUN
Jenis-jenis penelitian penyakit ikan serta cara pencegahan pengendalian pengobatan, penanganan dan penanggulangan ikan yang terinfeksi penyakit. Ikan dapat terjangkit penyakit infeksi dan non infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit ikan lele yang dapat terjadi akibat infeksi bakteri, parasit, atau faktor lingkungan seperti suhu, oksigen, dan nutrisi. Penyakit-penyakit tersebut antara lain aeromoniasis, pseudomoniasis, trichodiniasis, ichthyophthiriasis, dan penyakit kuning. Dokumen juga memberikan tanda-tanda penyakit, penyebab, dan upaya pencegahan penyakit pada i
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai penyakit yang dapat menyerang budidaya lele, meliputi jenis penyakit infeksi (virus, bakteri, parasit, jamur) dan non-infeksi (keracunan, lingkungan), gejala klinis, dan cara pengendaliannya. Beberapa contoh penyakit bakteri pada lele dijelaskan secara rinci meliputi nama penyakit, patogen penyebab, gejala, sifat patogen, dan pengendal
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai penyakit yang dapat menyerang budidaya lele, meliputi jenis penyakit infeksi (virus, bakteri, parasit, jamur) dan non-infeksi (keracunan, lingkungan), gejala klinis, dan cara pengendaliannya. Beberapa contoh penyakit bakteri pada lele adalah furunculosis, MAS, dan columnaris, sedangkan contoh parasit adalah white spot. Pengendalian meliputi sanitasi, pen
Dokumen tersebut membahas tentang kasus kematian udang vaname yang diakibatkan oleh infeksi bakteri Vibrio parahaemolyticus. Bakteri ini hidup secara alami di perairan laut dan dapat menginfeksi udang vaname melalui konsumsi pakan atau air yang terkontaminasi, menyebabkan penyakit seperti White Feces Disease dan Acute Hepatopancreatic Necrotic Disease pada udang. Kualitas air yang buruk seperti salinitas dan kadar amonia
Zoonosis adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan manusia. Penyakit zoonosis pada ikan dapat ditularkan melalui konsumsi ikan mentah atau produk olahan ikan yang terkontaminasi, atau melalui luka yang berkontak langsung dengan ikan atau air yang tercemar. Bakteri dan parasit seperti Escherichia coli, Salmonella, dan Anisakis adalah agen penyebab penyakit zoonosis pada ikan.
Kriteria mikroba yang baik untuk diaplikasikan dalam industri antara lain mampu tumbuh dan berkembang biak dengan cepat, menghasilkan senyawa yang bermanfaat seperti enzim dan antibiotik, serta tahan terhadap kondisi proses industri seperti stres fisik. Mikroba harus memiliki tingkat kemurnian tinggi.
Formulasi pakan merupakan proses penting dalam budidaya perikanan dan perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti kebutuhan nutrisi spesifik ikan, ketersediaan bahan baku, dan harga pakan. Teknik formulasi tradisional, perangkat lunak, dan database dapat digunakan untuk menghasilkan pakan yang sesuai target nutrisi dan ekonomis. Pakan fungsional dapat meningkatkan pertumbuhan dan kekebalan ikan melalui
Graduate school is known to be much more intensive than undergraduate work, so it is important that students develop good time management skills. We know that in graduate study, there are so many assignments, project work, appointment with professor or instructor. Therefore, the application of Higher Levels of Thinking (HOTs) are more important than Lower level of thinking (LOTs). HOTS require that we apply the facts that we learn. These skills are commonly defined based on Bloom's Taxonomy, which examines and categorizes different levels of thinking and HOTS include with: analysis, evaluation and creation
In order to promote HOTS, graduate students must not only have a basic knowledge and comprehension of concepts but be able to apply what they are learning through an activities.
Critical reading involves presenting a reasoned argument that evaluates and analyses what you have read. Being critical, therefore - in an academic sense - means advancing your understanding, not not to find fault, but also want to assess the strength of the evidence and the argument.
Group projects can help students develop a host of skills that are increasingly important in the professional world. Positive group experiences have been shown to contribute to student learning, improve the communication skills, discussion, solve the problem and support the succesfull study, especially in the graduate study
The new skills and knowledge that you gain from your graduate education can improve your ability to do your best in work and obtained a better position, means that you will have more opportunities to improve your career
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai identifikasi keberadaan virus Nervous Necrosis (NNV) dan Iridovirus pada budidaya ikan laut di wilayah Batam dengan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) dan Insulated isothermal PCR. Hasil analisis menunjukkan adanya keberadaan NNV pada kerapu fuscoguttaus dan indikasi keberadaan Iridovirus pada kerapu bebek dan kakap putih.
We investigated the effects of fish protein hydrolysate (FPH) on zootechnical performance and immune response of the Asian Seabass Lates calcarifer Bloch. Experimental fish were fed with 3 diets: a local commercial diet (control), coated or not, with 2 and 3% FPH (w/w). Twelve thousand Asian Seabass juveniles (5.88±0.56 g) were divided into three groups and two replicates reared in nursery tanks (2000 L). The remaining fish were then used for grow-out experiment in floating net cages (1m x 1 m x 3 m). Zootechnical performances were assessed at both stages with following indicators: total weight gain (TWG), % relative weight gain (% RWG), % specific growth rate (% SGR), final weight (g) and final length (cm). At the end of each trial period, fish immune status was assessed through blood sampling and the measurement of Neutrophile (%), Monocyte (%), Lymphocyte (%), Macrophage (105 cell/mL), Leukocyte (103 cell/mL) and Phagocytes activity (%). At the end of the nursery trial, an immersion bacterial challenge with Vibrio parahaemolyticus (105 cells mL-1) was implemented. The results showed that dietary FPH supplementation significantly influenced the growth and immune status of Asian Seabass when compared to the control group. Fish fed FPH supplemented diet yielded higher growth rates and survival rates than non supplemented group. Fish phagocytic activity and resistance to a bacterial challenge were also improved by dietary FPH supplementation. These results may be related to the significant changes observed in fish leukocyte profiles, when fed FPH supplemented diets. Altogether, these results show the positive contribution of FPH to the sustainability of Asian seabass farming.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai identifikasi keberadaan virus Nervous Necrosis (NNV) dan Iridovirus pada budidaya ikan laut di wilayah Batam dengan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) dan Insulated isothermal PCR. Hasil analisis menunjukkan adanya keberadaan NNV pada kerapu fuscoguttaus dan indikasi keberadaan Iridovirus pada kerapu bebek dan kakap putih.
Kota Batam merupakan wilayah kepulauan yang memiliki beberapa tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Bila selama ini, Batam cukup dikenal dengan wisata alam ke Jembatan Barelang (baca: Jembatan Raja Haji Fisabilillah) atau menyusuri sejarah perjuangan para pengungsi Vietnam yang terdampar di pulau Galang, maka kini Batam layak untuk direkomendasikan sebagai daerah dengan wisata pantai yang cukup indah dan salah satunya adalah di kawasan wisata pantai Nongsa.
Laporan ini memberikan ringkasan hasil pemantauan kondisi lingkungan, penyakit ikan, dan kelayakan usaha budidaya lele di Pancur Tower, Batam. Pemantauan menunjukkan air memenuhi standar kecuali amonia dan fosfat, sedangkan ikan terinfeksi parasit Dactylogyrus sp. Sistem filterisasi dan vaksinasi diperlukan untuk meningkatkan produksi.
Konsep Blue Economy yang diperkenalkan oleh Gunter Pauli sangat menarik untuk dipahami dan diterapkan, khususnya oleh Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki karakteristik sebagai wilayah kepulauan dengan potensi kelautan yang cukup besar namun minim lahan untuk pertanian. Implementasi Blue economy dapat menjadi solusi bagi Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat serta mewujudkan penguatan ekonomi masyarakat melalui berbagai aktivitas di bidang kelautan. Secara garis besar, konsep ini menawarkan paradigma pembangunan sektor kelautan dengan pemanfaatan sumber daya alam secara bertanggungjawab dan berkelanjutan melalui penerapan industri yang bersifat tanpa limbah (Zero waste) dan efisien. Penerapan konsep Blue economy ini semakin menggema sejak disepakati oleh 21 Negara Asia Pasifik sebagai fokus kerjasama kemitraan negara APEC yang tertuang dalam Deklarasi Xianmen melalui Pertemuan Tingkat Menteri Kelautan APEC Keempat (The 4th APEC Ocean-related Ministerial Meeting/AOMM4). Dalam pertemuan tersebut, dihasilkan kesepakatan bahwa penerapan konsep Blue economy akan lebih difokuskan kepada 3 bidang kerjasama, diantaranya: (1) Konservasi ekosistem laut dan pesisir, (2) keamanan pangan dan perdagangan, serta (3) pengembangan ilmu kelautan dan inovasi teknologi.
Model implementasi Blue Economy yang meliputi promosi Good Ocean Governance, pengembangan wilayah Blue Economy, dan model investasi Blue Economy menuju penggunaan sumber daya alam yang lebih efisien telah berhasil diimplementasikan di beberapa negara, seperti: China, Korea Selatan dan Kanada dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja secara berkelanjutan. Penerapan konsep ini di Indonesia juga dapat dilihat melalui pilot project Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization (FAO) di kawasan industry laut Nusa-penida Bali. Hasil yang diperoleh dari implementasi konsep ini dinilai sangat baik karena mampu mengintegrasikan berbagai sektor produksi dan limbah yang dihasilkan, seperti kotoran dari unit produksi sapi, babi dan aktivitas budidaya ikan dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi rumput laut.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Studi ini membandingkan dampak keputusan pengadilan atas gugatan pencemaran lingkungan akibat aktivitas tambang bauksit terhadap budidaya ikan di dua lokasi di Pulau Bintan
2. Gugatan masyarakat di Senggarang dikabulkan sedangkan di Batu Licin ditolak berdasarkan analisis laboratorium dan dokumen yang diajukan
3. Keputusan pengadilan berdampak berbed
Kegiatan pemantauan ini bertujuan untuk menilai kondisi kualitas perairan, penyakit dan kelayakan usaha budidaya di wilayah Pulau Nguan, Kelurahan Galang Baru, Kotamadya Batam. Pengamatan dilakukan pada tanggal 25 Maret 2015 di dua lokasi budidaya yang fokus pada pengembangan usaha budidaya ikan laut. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metoda gabungan tempat (integrated) berdasarkan SNI No.6989.57:2008 untuk parameter pH, salinitas, suhu, kedalaman, ammonia (NH3), nitrit (NO2), posfat (PO4) dan kekeruhan. Metoda pemantauan juga dilakukan dengan metoda wawancara untuk mendapatkan informasi terkini tentang pengelolaan budidaya ikan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa pH berada pada kisaran 8,01 – 8,03, salinitas 33 ‰, Nitrit < <0.1 /><0,009 /><0,033 mg/L dan suhu berada pada kisaran 30,1 – 30,2 ⁰C. Sementara kedalaman dan kekeruhan menjadi faktor pembatas dalam mendukung optimalisasi produksi. Hasil uji mikrobiologi menunjukkan bahwa ikan budidaya bebas dari infeksi parasit dan virus, namun positif terinfeksi oleh bakteri Vibrio spp. Adanya upaya untuk penerapan biosekuriti dan teknologi budidaya di kedua lokasi pemantauan menjadikan Pulau Nguan sangat berpotensi sebagai sentra produksi budidaya ikan laut di Kota Batam
Kata kunci: Pulau Nguan, Kualitas Air, Mikrobiologi, Cara Budidaya Ikan yang Baik
Kita tentu berharap, dalam skala daerah, Provinsi Kepri juga ikut turut andil dalam mewujudkan peningkatan produksi untuk penyediaan bahan baku pangan baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Hal ini menjadi sangat vital mengingat di tahun 2015, Kepri menjadi salah satu “pintu gerbang” pelaksanaan AFTA yang pastinya akan menghadirkan persaingan ketat di pasar lokal. Kita berharap di tahun 2015, yang juga manjadi tahun pergantian Kepala Daerah, akan menghasilkan pemimpin dengan visi visi dan pengetahuan kemaritiman yang kuat serta berani menjadikan sektor perikanan budidaya sebagai pondasi pembangunan ekonomi. Bila ini mampu diwujudkan, tentu kasus impor lele Malaysia yang dianggap lebih murah tidak akan terjadi lagi dan produk perikanan budidaya kita mampu menjadi raja dan dikonsumsi di negeri sendiri***
The document discusses using herbal medications to improve the immune defenses of farmed fish. It notes that diseases have increased with intensive farming and climate change. While antibiotics are commonly used, they can cause resistance and residue issues. The document reports on a study showing herbal immersion with AquaHerb for 24 hours improved survival rates against bacterial infection in several fish species by 80-90%. It explains that saponins and tannins in AquaHerb enhance immune response and appetite. A field trial also showed AquaHerb modulates immune functions by increasing leukocytes and monocytes. The results prove the efficacy of herbal immersion in reducing fish mortality from Vibrio bacteria.
Kegiatan pemantauan ini bertujuan untuk menilai kondisi kualitas perairan, penyakit dan kelayakan usaha budidaya di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Batam. Pengamatan dilakukan pada bulan Februari 2015 di tiga lokasi budidaya dan dua diantaranya adalah unit produksi ikan laut. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metoda gabungan tempat (integrated) berdasarkan SNI No.6989.57:2008 untuk parameter pH, salinitas, suhu, kedalaman, ammonia (NH3), nitrit (NO2), posfat (PO4) dan kekeruhan. Metoda pemantauan juga dilakukan dengan metoda wawancara untuk mendapatkan informasi terkini tentang pengelolaan budidaya ikan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa kedalaman air memiliki level yang rendah untuk budidaya ikan laut dan kekeruhan cukup tinggi untuk media persiapan produksi. Untuk budidaya ikan laut, pH berada pada kisaran 7,67-7,69, suhu 29,2⁰C, salinitas 30 ‰ dan kekeruhan 2,28-2,65 NTU. Sementara untuk media persiapan air tawar, pH 7,25, suhu 29,8⁰C, salinitas 0 ‰ dan kekeruhan 22,6 NTU. Secara umum, untuk seluruh lokasi parameter NO2, NH3 dan PO4 berada di bawah limit deteksi. Tidak adanya aplikasi biosekuriti, penerapan cara budidaya ikan yang baik serta terlalu bergantungnya masyarakat terhadap bantuan benih dan berbagai sarana produksi menjadikan aktivitas budidaya perikanan di Desa Tanjung Banon menjadi tidak berkelanjutan
Kata kunci: Tanjung Banon, Kualitas Air, Biosekuriti, Cara Budidaya Ikan yang Baik
Eksperimen ini bertujuan untuk menguji efek suplementasi protein hidrolisis terhadap respons kekebalan tubuh dan pertumbuhan ikan kakap putih. Ikan diberi pakan dengan tiga perlakuan: kontrol, 2% protein hidrolisis, dan 3% protein hidrolisis. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian protein hidrolisis meningkatkan parameter kekebalan tubuh seperti neutrofil, leukosit, dan monosit, serta meningkatkan pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan resist
Balai Perikanan Budidaya Laut Batam
Alternative strategies for minimizing the detrimental effects of bacterial infection and prevention of diseases in aquaculture are necessary since the ongoing efficacy of antibiotics is proving to be unsustainable. One of the most promising approach is the use of aqua herbal conditioners to stimulate the immune system of fish to allow them to fight off infections. In this study, the protective effect of aqua herbal conditioners produced from, mainly, mangrove and neem plant extracts in marine fish, was tested on Asian Seabass Lates calcarifer and Silver Pompano Trachinotus blochii at 8-10 g of weight size. Challenge tests were performed by immersion with two pathogenic bacteria: Vibrio harveyi and Vibrio parahaemolyticus, at a concentration of 105 cells ml-1 for 60 minutes after 12 h, 24 h and 36 h conditioning treatment. The experimental trial show that after 72 h, commercially available aqua herbal conditioners (AquaHerb) was able to significantly increase the percentage survival of L. calcarifer and T. blochii and reduces their susceptibilityto the V.harveyi and V.parahaemolyticus. Significantly higher leukocytesnumber, monocyte, neutrophil andphagocyticindexwere detected in all conditioning group for Silver Pompano and Asian Seabass. These results suggest that the combination of herbal extracts together with other trace elements contained in AquaHerb were able to act as immunostimulants and appear to improve the immune status and disease resistance of Asian Seabass and Silver Pompano.
In the present study, the protective effect of herbal-based conditioners as an immunostimulants was tested on tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus) juvenile at various times of their culture period to enhance their resistance against bacterial infection. The trial comprised of a single formulation of herbal-based bioconditioners with scheduled water changes during the treatment. Three period of exposure (6 h, 12 h and 24 h) with herbal-based bioconditioners as well as a control are performed in completely randomized design of experiment followed by a challenge test using single pathogenic bacteria: Vibrio parahaemolyticus at concentration of 105 cells ml-1. Percentage survival and host-pathogen interaction were determined at the end of exposure and challenge test. Various challenge tests showed that herbal-based bioconditioners (AquaHerb) significantly increase the percentage survival (P<0.05)><0.05). In addition, tiger grouper immune system performance was found to be better than in the control group. Finally, by combining the positive impact of herbal-based Bioconditioners, this prophylactic approach can become a very effective alternatives to the use of antibiotics and other synthetic compounds.
Key Words: Herbal-based bioconditioners, V. parahaemolyticus, Tiger grouper, Percentage survival
Dokumen tersebut membahas mengenai upaya industrialisasi perikanan budidaya di Kepulauan Riau melalui penerapan konsep blue economy. Potensi besar perikanan budidaya di Kepulauan Riau belum dimanfaatkan dengan optimal. Diperlukan pengembangan kawasan minapolitan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan untuk mendukung ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kepulauan Riau.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
2. PENDAHULUAN
Geografis Provinsi Kepri
Sangat berpotensi untuk
Kegiatan budidaya ikan
Mutu produk harus standar, yakni
dengan Aplikasi CPIB dan CBIB
Penyakit Ikan dan Lingkungan
Menjadi faktor pembatas -
Optimalisasi produksi
3. Penyakit timbul akibat adanya ketidakseimbangan :
• Ikan budidaya (inang,
host) Inang Lingkungan
• Organisme penyebab
Penyakit
penyakit (pathogen)
• Lingkungan
(environment)
Patogen
Diagram Hubungan Antara Inang (Ikan), Patogen
dan Lingkungan (SNIESZKO’S 1974)
3
4. Hubungan ikan, patogen dan lingkungan
diatas juga dapat digambarkan
menggunakan persamaan semi kuantitatif
sebagai berikut:
D = H + P + S2
Dimana :
D adalah Penyakit yang muncul
H adalah Host / Inang / Ikan
P adalah Pathogen
S2 adalah Stress yang disebabkan Faktor
Lingkungan
5. HAMA DAN PENYAKIT IKAN
Hama adalah organisme
pengganggu yang dapat
memangsa, membunuh dan
mempengaruhi produktivitas ikan,
baik secara langsung maupun
secara bertahap.
Hama bersifat sebagai organisma
yang memangsa (predator),
perusak dan kompetitor (penyaing).
Sebagai predator (organisme
pemangsa),
6. PENYAKIT IKAN
Penyakit adalah suatu
keadaan fisik,
morfologi, dan atau
fungsi yang mengalami
perubahan dari kondisi
normal menjadi tidak
normal karena berbagai
penyebab, baik internal
ataupun eksternal.
7. Gejala Umum Ikan Sakit :
Suka menyendiri
Produksi lendir berlebihan atau bahkan tidak memiliki lendir
Menggosok-gosokkan badan ke jaring/ dinding dan dasar
bak
Nafsu makan menurun
Warna tubuh berubah menjadi lebih gelap (gejala ikan yang
stress)
Gerakan renang tidak beraturan, melayang, berlindung dibalik
suatu objek, berputar dan akhirnya hilang keseimbangan
Kemerahan di sekitar mulut, tutup insang, pangkal sirip atau
permukaan kulit
Luka pada permukaan tubuh
Anatomi (bentuk tubuh) tidak normal
Pertumbuhan lambat
8. Dampak Infeksi Penyakit :
1. Nilai konversi pakan (FCR) tinggi
2. Warna berubah
3. Kerdil/tumbuh lambat dan perlu waktu
pemeliharaan yang lama
4. Apabila penyebab penyakit belum dapat
diatasi, akan terjadi kematian
9. Penularan Penyakit
Vertikal :
ditransfer oleh induk ke
anak melalui sperma atau
telur
Horizontal : Pencemaran air di Senggarang
melalui air, pakan alami
/pakan segar/pakan
buatan, organisme lain
yang terdapat dalam
media pemeliharaan
10. Cara lain wabah penyakit ikan muncul
Ikan baru yang membawa agen penyakit bila
dimasukkan kedalam kolam akan menular ke ikan lain
16. Akibat Lingkungan / Kualitas Air yang buruk
(Penyakit Non-Infeksi)
Kerapu macan ukuran konsumsi mati akibat limbah bauksit di senggarang
17. PENYAKIT INFEKSI
Penyakit
Infeksi
Penyakit Penyakit Penyakit Penyakit
Parasitik Bakterial Virus Jamur
18. Penyakit Infeksi
Parasit
Parasit : organisme yang hidup pada organisme lain dan mendapat
keuntungan dari hasil simbiosenya sedangkan inang dirugikan
• Jumlah parasit pada ikan baik laut maupun tawar sangat banyak
• Dalam jumlah sedikit masih dapat ditoleransi
• Mempengaruhi kondisi fisiologis ikan
• ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air
• ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau jaring KJA/kolam
Pengendalian :
Jaga Kualitas dan Kuantitas air agar tetap optimal
Pengobatan :
perendaman ikan yang terkena infeksi dalam air tawar atau dengan
menggunakan H2O2 (Hydrogen proxide) konsentrasi 150 ppm.
18
20. Penyakit Infeksi
Bakteri
1. Bakteri merupakan mikroorganisme yang berukuran sangat kecil umumnya
0,5 – 10 mikron dan terdapat dari semua lingkungan.
3. Di lingkungan budidaya biasanya melayang bebas di air, menempel pada
jaring, tumbuhan dan binatang air serta partikel-partikel di air.
5. Tidak semua bakteri menyebabkan penyakit. Bakteri bersifat oportunistik
dan menyebabkan penyakit bila ikan lemah, cara pembudidayaan dan
kondisi lingkungan yang kurang baik dimana bahan organik melimpah,
perubahan suhu yang cepat.
Penyebab Stres karena kepadatan dan mutu pakan
Lingkungan yang buruk
Luka akibat infeksi parasit
Melimpahnya limbah organik-blooming bakteri
20
21. Gejala Klinis Ikan Terserang Bakterial
Gerakan ikan lemah
Produksi lendir berkurang setelah ikan yang terinfeksi
mengeluarkan lendir yang berlebihan
Timbul pendarahan dan nekrosa pada tempat infeksi
Luka (ulcer) pada tempat infeksi
Beberapa bakteri menyebabkan rontok pada insang dan
sirip
Timbul Ascites (semacam benjolan)
Bengkak pada perut dan mengeluarkan cairan kuning
darah (dropsy)
Mata menonjol (exophthalmos)
Beberapa bakteri dapat menghasilkan “tubercle” atau
“granuloma” pada bagian tubuh yang terinfeksi
22. Penyakit bakterial Umum pada ikan laut :
Penyakit Bakteri
Umum
Busuk Sirip
Vibriosis Streptococcosis
( Fin Rot)
23. Vibriosis
1. Disebabkan oleh bakteri genus Vibrio.
2. Bakteri ini biasanya muncul sebagai patogen sekunder
yang timbul akibat infeksi primer oleh protozoa. Bakteri
penyebabnya adalah Vibrio sp. dan penyakitnya disebut
Vibriosis.
3. Gejala : Luka di permukaan tubuh, kemerahan disekitar
anus, kerusakan sirip, mata putih dan mata menonjol,
Ikan yang terifeksi secara kronis umumnya
menunjukkan insang sangat pucat dan luka borok yang
dalam pada otot
4. Pencegahan : Vaksin Vibrio polyvalen
24. 700
Rerata Berat (g)
600
500
400
300
Vaksin
200
Nonvaksin
100
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bulan ke-
Pertumbuhan Berat Kerapu Macan yang Dipelihara dalam KJA selama 11 bulan di BBL Batam, Setoko
dengan Vaksinasi dan tidak Vaksinasi
25. Streptococcosis
• Agen : Streptococcus sp
• Pada Kakap Putih Streptococcus iniae
• Gejala : berenang tidak normal, tubuh menjadi
gelap, satu atau kedua mata menonjol, kornea
mata menjadi putih, pendarahan pada tutup
insang
• Infeksi Streptococcus sp dapat dicegah dengan
meghindari pemberian pakan yang berlebihan,
kepadatan tinggi, pengelolaan kualitas air yang
baik, biosekuriti, serta menghindari stress pada
penanganan.
26. FINROT
• Agen: Flexibacter maritimus
• GK : sirip busuk/rontok, ekor buntung, kematian
jaringan kulit (berwarna kuning),
• Awal penyakit terlihat pada ujung sirip berwarna
abu abu sirip erosi dan disertai haemorhagi.
Infeksi yang parah akan menyebabkan sirip
menjadi hilang, kemungkinan akan berlanjut
sampai ke otot badan
• Tranmisi via air , Jaga kualitas air
• Treatment : ACriflavine 5 – 7 ppm, 1 jam.
27. Penyakit Infeksi
Jamur
Ciri Umum Jamur :
1. Eukariotik, nonmotil, nonklorofil, uni atau multiseluler
2. Memiliki nukleus, mitokondria, 70s dan 80s ribosom
3. Plasma membran mengandung ergosterol
4. Dinding sel tersusun atas kitin, glukan, mannans dan polisakarida
5. Ukurannya lebih besar dari bakteri
6. Membutuhkan nutrisi yang sederhana
Pengendalian :
Jaga Kualitas dan Kuantitas air agar tetap optimal
Pengobatan :
Benih direndam dengan antiseptik, benih gelondongan dan ikan
dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5-3 ppm selama
30 menit
Romi Novriadi 2011 27
28. Pengendalian Jamur
• Tidak menggunakan ikan yang terinfeksi
sebagai pakan
• Memusnahkan ikan terinfeksi
• Disinfeksi dengan pengapuran, klorin (200
mg/l), MG(2900 mg/l)
29. Penyakit Viral
1. Viral Nervous Necrosis (VNN)
- disebabkan oleh Nodavirus
- menginfeksi larva dan benih
- tidak ada inang spesifik
- organ target adalah sistem
syaraf
- Gejala : berenang memutar,
abnormal, membalik dan limpa
membesar
2. Iridovirus (Sleepy Grouper Disease)
- menginfeksi benih dan
pembesaran
- organ target jaringan
Hematopoietik
- tidak ada inang spesifik
30. Deteksi VNN dengan
Immunohistokimia
Vakuolisasi pada mata
dengan pewarnaan HE
31. Pencegahan
• Seleksi induk bebas Virus dengan PCR
• Mensucihamakan bak dan alat-alat untuk
pembenihan
• Pemeriksaan larva yang baru menetas dengan
PCR
• Pengelolaan lingkungan yang baik dan kurangi
stres pada ikan.
• Membeli benih yang bersertifikat bebas penyakit
(free of disease)
• Pemberian Vitamin, Immunostimulant dan feed
suplement lainnya
32. Penyakit Lingkungan
• Gas Bubble disease
• Swim bladder stress syndrome
• Asphyxia / hypoxia
• Toksikologi lingkungan (NH3, NO2, dll)
• Acidosis
• Alkalosis
33. PENYAKIT LINGKUNGAN : AKIBAT PROSES PENURUNAN MUTU SEDIMEN
(internal budidaya)
Pakan
Tipe, jumlah, ukuran
Biofouling
Kapasitas
KJA / Kolam Spesies, jumlah, ukuran ikan
pergantian air
Sisa pakan dan
kotoran
Dispersi
Penumpukan bahan
organik terhadap
Sedimen penurunan mutu
sedimen
34. PENYAKIT LINGKUNGAN : AKIBAT PEMBERIAN PAKAN BERLEBIH
Pakan Buatan
KEGAGALAN Penyakit
Sisa pakan Kondisi IKAN
LELE
Bahan organik
Pergantian air Pencemaran air
NH3 dan dasar kolam
Bakteri
overbloom Kematian masal
plankton
Senyawa anorganik fitoplankton
35. Pakan Buatan SOLUSI PENYAKIT LINGKUNGAN (Blooming Organik)
IKAN Sisa pakan
BUDIDAYA SISTEM
HETEROTROF /
BIOFLOK TECHNOLOGY
Feces Bahan organik
NH3
SEDIKIT / TANPA
Microbial community GANTI AIR
PROBIOTIK
/ Bacterial Flock
Lebih stabil
Senyawa anorganik fitoplankton
36. MUTU OBAT IKAN
BERHUBUNGAN ERAT DENGAN :
-Mutu Bahan Zat Aktif dan Zat Pembawa
-Cara Pembuatan (GMP)
-Cara Penyimpanan dan Transportasi
-Pengawasan Mutu
-Tata cara penggunaan
37. Contoh obat ikan illegal di lapangan:
1 FISH SEPTIK 11 SUPER PRO FISH-P
2 FISH POWER 12 TOP FISH-P
3 SUPER QOBIE 13 PACIFIC PRO-TECH SUPER
4 SUPER - ICH 14 PACIFIC PRO-TECH EXTRA STRONG
5 FISH STABILIZER 15 NUTRI FISH
6 D-BIO MAX 16 HOLICO BIONIC
7 GRO FISH 17 SHRIMP HEALTH
8 OCEAN FREE (ERBAL Treatment) 18 BIO - ON
9 SUPER PH - UP 19 GREEN CANOPY (Hormon Organik)
10 FISH JENONK 20 GREEN CANOPY (Suplemen Organik)
21 PRE VITA - FISH-P
40. PENCEGAHAH PENYAKIT IKAN DAN
LINGKUNGAN
1. Menggunakan benih yang bebas penyakit (parasit,
bakteri, virus)
2. Mempertahankan kualitas air tetap baik
3. Mencegah menyebarnya organisme penyebab
penyakit dari bak pemeliharaan yang satu ke bak
pemeliharaan yang lain.
4. Pada saat benih datang, lakukan tindakan :
– penyortiran, apabila ada ikan yang luka segera
pisahkan dan lakukan perendaman dengan air
tawar atau antiseptik
– karantina, apabila ikan yang menunjukkan gejala
sakit
41. Selama masa pemeliharaan :
– Selalu memonitor kesehatan ikan dan
lingkungan/kualitas air.
– Menggunakan padat tebar yang sesuai ukuran ikan
karena kepadatan yang tinggi ikan mudah terserang
penyakit, stress.
– Melakukan grading secara rutin untuk menghindari
kanibalisme dan kompetisi pakan.
– Pemberian pakan yang cukup, baik mutu, ukuran
maupun jumlahnya, baik berupa pellet maupun ikan
rucah. Pemberian ikan rucah sebaiknya ditambah
vitamin serta mineral mix.
– Melakukan manajemen penggantian jaring secara
rutin
– Melakukan manajemen penggantian air yang baik
apabila ikan dipelihara dalam bak/tambak
– mengurangi penanganan yang kasar
42. 6. Tidak membuang sampah/limbah organik di sekitar
lokasi budidaya
7. Melakukan pemindahan KJA secara periodik. Sisa pakan
dan kotoran ikan dalam jangka waktu tertentu akan
menumpuk di dasar perairan akibat kegiatan budidaya
sehingga dapat menjadi sumber pencemar dan penyakit.
KJA disarankan untuk digeser ke tempat lain walaupun
dalam satu kawasan budidaya setiap 3-4 tahun sekali.
8. Penambahan vitamin C/multivitamin, imunostimulan,
probiotik pada pakan, serta penggunaan vaksin. Hal ini
dilakukan guna memberikan daya tahan dan daya
kekebalan pada ikan agar terhindar dari penyakit.
9. Penerapan bio-security
43.
44. Gunakan benih yang ber- Jika memungkinkan gunakan air
Sertifikasi, bebas penyakit dan Yang sudah ditreatment,
Dari suplier yang kompeten Menggunakan UV atau Ozone
45. Seluruh staff sebaiknya diberi Seluruh peralatan yang diguna-
Pelatihan dalam menangani Kan hendaknya disterilisasi dan
Dan mencegah penyakit. dibersihkan
46. Seluruh limbah bahan organik, Sebisa mungkin hindari kontak
Sisa pakan, dan ikan mati, hen- Dengan hama penyabab penu-
daknya ditempatkan terpisah Laran penyakit.
47. Jika unit produksi terdiri atas dua Akses masuk harus dibatasi, contoh :
bagian, maka di masing-Masing Areal parkir harus jauh dari areal
bagian ditempatkan larutan desinfektan Produksi.
48. Lori/truk pengangkut sebaiknya Sebisa mungkin akses tamu
Di desinfeksi setiap masuk ke- Dibatasi, untuk menghindari
Dalam lokasi produksi. Penyebaran penyakit.