1. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi yang tinggi merupakan tujuan dari budidaya udang secara intensif untuk memenuhi
kebutuhan pasar akan udang. Salah satu ciri dari budidaya intensif adalah padat penebaran
yang tinggi. Pada budidaya intensif dengan padat tebar yang tinggi menuntut jumlah pakan
yang besar. Pakan buatan merupakan input utama yang diberikan agar pertumbuhan udang
optimal. Pemberian pakan yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan udang terganggu,
sehingga produksi tidak maksimal. Namun jika terjadi pemberian pakan yang berlebih,
pakan yang tidak dikomsumsi oleh udang dapat menyebabkan penurunan kualitas air.
Primavera (1994) dalam Goddard (1996) menyatakan bahwa lebih kurang 15% pakan
tambahan yang diberikan kepada udang tidak terkomsumsi, selanjutnya 20% dari 85% pakan
yang terkomsumsi akan terbuang melalui kotoran. Penurunan kualitas air dapat
menyebabkan udang menjadi stress dan kematian pada udang. Padat penebaran tinggi akan
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen dan pakan. Konsekuensi padat penebaran
tinggi adalah peningkatan kompetisis udang dalam mendapatkan ruang gerak, pakan ataupun
oksigen yang selanjutnya dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak merata. Aquacop
(1991) dalam strumer at al, (1992) menyatakan bahwa padat penebaran yang digunakan pada
pendederan udang adalah 50-200 ekor/m2. Udang vaname merupakan udang alternatif yang
dapat dipelihara pada tambak intensif. Berdasarkan kenyataan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di Tambak Intensif PT.
Kencana Suppa Permai Pinrang dengan judul Tugas Akhir “Manajemen Pemberian Pakan
pada Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif PT.Kencana
Suppa Permai Pinrang”.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penulisan tugas akhir dengan judul “Manajemen Pemberian Pakan pada Pembesaran
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif PT.Kencana Suppa Permai
Pinrang” untuk menambah pengetahuan dalam menentukan program pakan serta untuk
mengetahui efektifitas pemberian pakan pada pembesaran udang vaname. Kegunaan yang
dapat diperoleh adalah untuk menambah wawasan tentang teknik manajemen pakan
sehingga nantinya pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan dalam rangka membuka
peluang usaha setelah menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya Perikanan, Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Udang
Vaname Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang yang
memilki pertumbuhan cepat dan nafsu makan tinggi, namun ukuran yang dicapai pada saat
dewasa lebih kecil dibandingkan udang windu (Penaeus monodon), habitat aslinya adalah di
perairan Afrika, tetapi spesies ini hidup dan tumbuh dengan baik di indonesia. Dipilihnya
udang vaname ini disebabkan beberapa faktor yaitu; (1) sangat diminati pasar Afrika, (2)
lebih tahan terhadap penyakit dibanding udang lainnya, (3) pertumbuhan lebih cepat dalam
budidaya, (4) mempunyai toleransi terhadap paramater lingkungan (Haliman dan Adijaya,
2005). Udang vaname termasuk genus Penaeus, namun yang membedakan dengan genus
Penaeus lain adalah mempunyai sub genus litopenaeus yang dicirikan oleh bentuk thelicum
terbuka tapi tidak ada tempat untuk menyimpan sperma. Ada dua spesies yang termasuk
subgenus litopenaues yakni Litopenaues vannamei dan Litopenaeus stylirostris.
2.2 Klasifikasi Udang vaname termasuk crustase dalam ordo decapoda dimana di dalamnya
juga termasuk udang, lobster dan kepiting. Klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut
(Wyban dan Sweeney, 1991) Klasifikasi udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah
sebagai berikut : Phylum : Anthropoda Class : Crutasea Sub Class : Malacostraca Series :
Eumalacostraca Superorder : Eucarida Ordo : Decapoda Sub Ordo : Dendrobranchiata Infra
Ordo : Panaeidea Super Family : Penaeioidea Family : Penaeidea Genus : Penaeus Sub
Genus : Litopenaeus Spesies : vannamei
2.3. Morfologi Morfologi adalah bentuk atau bagian luar dari organisme. Ciri – ciri khusus
udang ini berbeda dengan lainnya yaitu penampakan luar berwarna putih transparan disertai
warna agak kebiruan, (karena kromathopor dominan berwarna biru) yang terpusat pada
bagian ekor dan kaki renangnya (Haliman dan Adijaya, 2005). Selanjutnya dikatakan, tubuh
udang ini terbentuk dalam 2 cabang (biromous) yaitu exopodite dan endopodite. Udang
vaname (Litopenaeus vannamei) memiliki tubuh yang bungkuk dan aktifitas pergantian kulit
(moulting) pada bagian tubuh sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan
berbagai keperluan aktivitas. Morfologi udang vaname dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar
1. Morfologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
2.4. Penyebaran dan Habitat Penyebaran dan habitat berbeda–beda tergantung dari
persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Pada umumnya udang
vaname dapat ditemukan di perairan lautan Pasifik mulai dari Meksiko, Amerika Tengah,
dan Selatan dimana temperatur perairan tidak lebih dari 20 ¬¬ºC sepanjang tahun. Udang
vaname bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut, Adapun habitat yang disukai
oleh udang adalah dasar laut lumer (soft) yang biasanya campuran lumpur dan pasir. Hutan
mangrove merupakan ekosistem yang sesuai bagi udang sebagai tempat perlindungan dan
mencari makan (Trycahyo, 1995 dalam Naharuddin, 2008).
3. 2.5. Siklus Hidup Udang vaname bersifat noctural, yaitu melakukan aktifitas pada malam
hari. Proses perkawinan ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat loncatan
tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat bersamaan, udang jantan mengeluarkan
sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung sekitar 1
menit (Haliman dan Adijaya, 2005). Selanjutnya dikatakan, sepasang udang vaname dapat
menghasilkan 100.000-250.000 butir telur yang menghasilkan telur yang berukuran 0,22 mm
Siklus hidup udang vaname meliputi stadia nauplius, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia
postlarva.
2.6. Tingkah Laku Makan Menurut Haliman dan Adijaya (2005), udang merupakan
golongan hewan omnivora atau pemakan segala. Beberapa sumber pakan udang antara lain
udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polyhaeta, larva kerang, dan lumut. Udang
vaname mencari dan mengidentifikasi pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran
dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setae) yang terpusat pada
ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena, dan maxilliped. Untuk mendekati
sumber pakan, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan
langsung dicapit menggunakan kaki jalan, kemudian dimasukkan ke dalam mulut.
Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan dan osephagus.
Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih
dahulu oleh maxilliped didalam mulut.
2.7. Pakan Buatan Pakan buatan (Artifical feed) adalah pakan yang sengaja dibuat dan
disiapkan. Beberapa hal penting perlu diperhatikan selama pemberian pakan pada hewan
budidaya, antara lain; (1) Pakan berkualitas merupakan hasil formulasi dengan menyediakan
nutrien sesuai dengan kebutuhan kultivan yang akan dipelihara, diproduksi dengan kualitas
baik dimana nutrien yang ada dapat tercerna secara maksimal; (2) Mengunakan pakan yang
attraktif, palatabilitas tinggi, serta size/ukuran yang sesuai dengan hewan yang dipelihara;
(3) Mempertahankan kualitas pakan melalui penyimpanan dan penangan yang baik dan
benar; (4) memberikan pakan pada kultivan dengan jumlah dan frekuensi yang tepat sesuai
dengan jumlah dan ukuran populasi; (5) Mendistribusikan pakan secara merata pada media
budidaya (tambak, kolam dsb) sehingga semua udang mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh pakan; (6) Melakukan pengaturan pakan berdasarkan kualitas air dan
nafsu makan udang (Abidin, 2011).
2.8. Kandungan Gizi Pakan Buatan
2.8.1. Protein Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan
organisme lainnya. Fungsi protein dalam tubuh udang antra lain: pemeliharaan jaringan,
pembentukan jaringan, mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan. Umumnya protein
yang dibutuhkan oleh udang dalam prosentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan
lainnya. Protein merupakan nutrien yang paling berperan dalam menentukan laju
pertumbuhan udang. Kebutuhan udang akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia
4. hidupnya, pada stadia larva pertumbuhan udang lebih pesat dibanding yang dewasa. Hal ini
disebabkan pada stadia larva pertumbuha udang lebih pesat dibanding yang dewasa.
Disamping itu sumber protein yang didapatkan oleh udang juga berbeda-beda. Hal sesuai
dengan kebiasaan makan dari udang dimana pada stadia larva mereka cenderunng brsipat
karnivora. Makanan yang baik bagi udang vaname adalah yang mengandung protein paling
bagus minimal 30% serta kestabilan pakan dalam air minimal bertahan selama 3-4 jam
setelah ditebar. (Tacon, A. 1987)
2.8.2. Lemak Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan
protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi sangat besar meskipun
kadarnya dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak dalam tubuh udang antara lain
Sumber energi. Membantu penyerapan kalsium dan vitamin A dari makanan Asam lemak
penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini banyak terdapat pada bagian
kepala udang, di dalam tubuh udang kelebihan lemak disimpan dalam bentuk trigliserida. Di
samping asam lemak essensial udang juga membutuhkan kolesterol dalam makanannya,
sebab udang tak mampu mensintesa nutrien tersebut dalam tubuh udang. Kolesterol berperan
dalam proses moulting. Penambahan kolesterol di dalam tubuh udang melalui makanan akan
sangat berpengaruh pada kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan sebanyak 0,5%
(Anonim, Frans Blog, 2010).
2.8.3. Karbohidrat Karbohidrat merupakan bagian dari bahan organik yang paling banyak
terdapat dalam pakan dan dibutuhkan oleh tubuh. Peranan karbohidrat adalah: a) sumber
energi; b) pembakar lemak; c) memperkecil penggunaan protein menjadi energi; d)
menambah cita rasa; e) memelihara kesehatan dan fungsi normal alat pencernaan.
(Christiyanto dan Sunarso. 2010)
2.8.4. Vitamin Vitamin secara umum dikenal sebagai senyawa organik yang diperlukan
dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting artinya untuk perbaikan, pertumbuhan,
reproduksi dan kesehatan udang. Beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan udang antara lain;
vitamin A, vitamin D3, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin B12 dan vitamin C
(Khairul dan Iskandar, 2008).
2.8.5. Mineral Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan udang dalam jumlah
yang sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Berbagai proses didalam tubuh
memerlukan zat-zat mineral. Fungsi utama mineral adalah sebagai komponen utama dalam
struktur gigi dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam basa serta menjaga
keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan (Kordi , 2010). Selanjutnya
diktatakan, kebutuhan mineral bagi udang dan ikan sangat tergantung pada konsentrasi air
tempat budidaya. Udang memerlukan mineral tertentu untuk ganti kulit karena selama ganti
kulit, ekseskeleton yang lepas banyak mengandung mineral. Penambahan mineral dalam
pakan yang berlebih justru akan berakibat negatif bagi pertumbuhan udang budidaya karena
dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan. Gejala defisiensi mineral pada umumnya
5. tidak disebabkan oleh kadarnya yang rendah tetapi lebih sering terjadi karena
ketidakseimbangan antara mineral dan nutrisi lainnya. (Kordi , 2010)
. 2.9. Sifat Fisik Pakan
2.9.1. Water Stability Pakan Stabilitas pakan atau ketahanan pakan dalam air mutlak dimiliki
oleh suatu pakan mengingat sifat biologis udang yang mengonsumsi makanan secara lambat
dan terus menerus. Stabilitas pakan dalam air merupakan faktor penting dalam menentukan
efisiensi pakan secara langsung dapat mempengaruhi tingkat rasio konversi pakan. Pakan
yang tidak stabil dan cepat terurai dalam air merupakan pemborosan dan dapat menimbulkan
pencemaran air yang akhirnya menurunkan kualitas air dalam tambak (Harris,1985 dalam
Naharuddin, 2008). Sifat pakan udang yang berbeda dari udang menuntut adanya tarik dan
kestabilan pakan yang baik agar pakan dapat dimanfaatkan secara baik dan efisien sebelum
larut atau terurai dalam air (Mokoginta, 1988 dalam Naharuddin, 2008). Selanjutnya
dikatakan, larutnya pakan dalam air sebelum dimanfaatkan oleh udang akan berakibat
terhadap kualitas air, namun kehilangan sebagian kecil nutrien dalam waktu perendaman
tertentu masih belum dapat mempengaruhi pertumbuhan udang.
2.9.2. Aroma dan Rasa Pakan Suatu pakan dengan kandungan nutrien yang cukup tinggi
dan seimbang akan menjadi tidak berarti apabila tidak dimakan oleh udang, oleh karena
pakan tidak mengalami aroma dan rasa yang disukai oleh udang (Akiyama dalam
Heriansyah, 1995). Selanjutnya dikatakan, bahwa attractan sebagai sumber aroma dapat
keluar dari pellet yang kemudian ditangkap melalui Chemoreceptor yang terdapat di seluruh
bagian tubuh udang. Pakan yang memiliki aroma baik akan menarik udang untuk
menghampirinya dan rasa yang disukai oleh udang sehingga akan terus memakannya tanpa
rasa terganggu.
2.10. Hubungan Kualitas Air Terhadap Pemberian Pakan
2.10.1 Oksigen Terlarut Kadar oksigen terlarut yang rendah di dalam tambak terutama
tambak intensif, merupakan salah satu sebab umum kematian dan pertumbuhan lambat.
Untuk pertumbuhan udang vaname berat 0,2 – 0,5 gram sedangkan diperlukan kadar oksigen
terlarut yang tidak kurang dari 3,7 ppm untuk kehidupan udang secara normal (Anggoro,
2003). Selanjutnya dikatakan bahwa, kandungan oksigen terlarut dalam perairan tambak
Sangat berpengaruh terhadap fisiologi udang. Dalam perairan berkadar oksigen 1,0 ppm
udang akan berhenti makan, dan tidak menunjukan laju konsumsi pakan pada 1,5 ppm.
2.10.2. Suhu Air Salah satu faktor pembatas yang cukup nyata dalam kehidupan udang di
tambak adalah suhu air media pemeliharaan. Seringkali didapatkan udang mengalami stres
dan bahkan mati disebabkan oleh perubahan suhu dengan rentang perbedaan yang tinggi.
Pertumbuhan udang optimal terjadi pada kisaran suhu 25 – 30 0C , serta berakibat kematian
pada suhu di atas 35 0C. Suhu air media selama percobaan berkisar antara 26 – 28 0C
dengan fluktuasi yang tidak mengganggu kehidupan udang uji. Penurunan suhu air media
disebabkan oleh menurunnya suhu ruang, sedangkan peningkatannya disebabkan oleh
6. meningkatnya suhu ruang dan hasil metabolisme udang yang berupa panas. (Fast, 1992
dalam Budiardi T dan dkk. 2005).
2.10.3. Salinitas Salinitas air di tambak berhubungan erat dengan keseimbangan ionik dan
proses osmoregulasi di dalam tubuh udang. Udang muda yang berumur antara 1 – 2 bulan
memerlukan kadar garam yang berkisar antara 15 – 25 ppt agar pertumbuhannya dapat
optimal. Setelah umurnya lebih dari dua bulan, pertumbuhan relatif baik pada kisaran
salinitas 5 – 30 ppt. Pada waktu-waktu tertentu seperti saat musim kemarau, salinitas air
tambak dapat menjadi hypersaline (berkadar garam tinggi, lebih dari 40 ppt). Apabila
salinitas < 5 ppt atau > 30 ppt biasanya pertumbuhan udang relatif lambat, hal ini terkait
dengan proses osmoregulasi dimana akan mengalami gangguan terutama pada saat udang
sedang ganti kulit dan proses metabolisme. (Suyanto dan Mudjiman, 2001. dalam Ayudhia
S. 2010 ).
2.10.4. pH Air Air tambak memiliki pH ideal berkisar antara 7,5-8,5. Umumnya perubahan
pH air dipengaruhi oleh sifat tanahnya. pH air tambak dapat berubah menjadi asam karena
meningkatnya benda-benda membusuk dari sisa pakan atau yang lain. pH air yang asam
dapat diubah menjadi alkalis dengan penambahan kapur. Pada pH < 4,5 atau > 9,0 udang
akan mudah sakit dan lemah, dan nafsu makan menurun bahkan udang cenderung keropos
dan berlumut. Apabila nila pH yang lebih besar dari 10 akan bersifat lethal bagi organisme
(Suyanto dan Mudjiman, 2001. dalam Ayudhia S. 2010).
7. BAB III METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa
(PKPM) yang dilaksanakan selama bulan Pebruari sampai Mei 2014 di Tambak Intensif PT.
Kencana Suppa Permai Pinrang.
3.2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
3.2.1. Data Primer Data primer diperoleh dengan cara mengamati, menghitung, atau
mengukur secara langsung pada saat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan manajemen
pakan dan wawancara langsung dengan pembimbing lapangan
. 3.2.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dengan cara penelusuran literatur dan
pustaka yang relevan dengan judul Tugas Akhir sebagai penunjang dari data primer. 3.2.3.
Analisa Data 1. ABW (Average Body Weight) ABW adalah Berat rata rata udang/ekor.
Rumus = Berat timbangan udang (Gram) : Jumlah udang (ekor) 2. ADG (Average Daily
Gain) ADG adalah Pertambahan berat harian. Rumus = ABW II (Gram) - ABW I (Gram) :
Periode sampling (Hari). 3. SR (Survival Rate) SR adalah Tingkat kelangsungan hidup.
Rumus = (Jumlah udang yang hidup : Jumlah tebar) × 10 0%. 4. F/D (Pakan per hari) F/D
adalah Jumlah pakan yang diberikan dalam 1 hari Rumus = Jumlah tebar (Ekor) x %FR x
100 Size 5. Biomassa Biomassa adalah Jumlah total berat udang yang ada di tambak (kg)
Rumus = Pakan per hari (kg) x 100 %FR 6. %FR (Feeding Rate) %FR adalah Persentase
pakan udang per Hari Rumus = Pakan perhari (kg) x 100 Biomassa (kg) 7. FCR (Feed
Convertion Ratio) FCR adalah Perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan
berat udang yang dihasilkan. Rumus = Jumlah pakan yang habis (Kg) : Biomassa udang
(kg).
3.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Alat Alat adalah sesuatu yang digunakan yang tidak habis pakai. Adapun alat yang
digunakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat yang digunakan
selama pemeliharaan udang vaname pada tambak intensif PT. Kencana Suppa Permai
Pinrang. No Alat Spesifik Kegunaan 1. Tambak 6.000 m2 Sebagai wadah budidaya 2. Jala
lempar 2 meter Digunakan dalam pengambilan sampling 3. Autofeeder 2 unit Alat
pemberian pakan 4. Kincir 1 Hp Digunakan untuk mengsuplai oksigen 5. Ember dan gayung
- Sebagai tempat pakan dan pengaporitan 6. Excavator 1 unit Digunakan untuk pembalikkan
tanah dasar 7. Anco - Digunakan untuk mengontrol pakan dan kesehatan 8. Pipa Paralon 8
inch Untuk mendistribusi air ke saluran Prime, Sekunder, dan Tersier 9. Do Meter -
Digunakan untuk mengukur oksigen terlarut dan suhu 10. pH meter - Digunakan untuk
mengukur pH tanah tambak 11. Hand refractometer - Digunakan untuk mengukur salinitas
12. Timbangan - Digunakan untuk menimbang pakan 13. Jaring kondom, Karung, Papan
8. Tarik, dan tali - Digunakan yang digunakan untuk memanen udang 14. Seser - Digunakan
untuk pengangkatan lumut 15. Aerator - Digunakan untuk pengaktifan probiotik 16.
Timbangan - Untuk menimbang pakan 17. Keranjang / Basket - Digunakan untuk tempat
udang 18. Pompa - Digunakan untuk pengisian dan pengeluaran air 19. Genset - Digunakan
untuk penghasil listrik 20. Papan 80 cm Sebagai dinding pada pintu monik 21. Batu, Pasir,
dan Semen - Sebagai pembuat pintu monik 22. Patok, obeng, palu, dan kabel - Sebagai
pembantu dalam setting kincir
3.3.2. Bahan Bahan adalah sesuatu yang digunakan yang habis pakai. Adapun bahan yang
digunakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan yang digunakan
selama pemeliharaan udang vaname pada tambak Intensif PT. Kencana Suppa Permai
Pinrang Bahan Kegunaan 1. Udang vaname 504.000 Organisme yang dibudidayakan 2.
Kapur dolomit (CaMg(CO3)2) - Meningkatkan alkalinitas 3. Kapur kaptan (CaCO3) -
Meningkatkan pH air 5. Probiotik(Super NB, Bio solution) - Menguraikan bahan organik
pada tambak dan memperbaiki kualitas air 8. Molase - Sebagai bahan probiotik untuk
penumbuhan bakteri yang dikultur 9. Kaporit - Menetralisir air 10. Pakan buatan - Sebagai
pakan udang dalam proses pemeliharaan 11. Saponim - Membunuh hama (ikan) yang ada
dalam tambak
3.4. Prosedur Kerja
3.4.1. Pemberian Pakan Alat dan bahan disiapkan. Pakan ditimbang sesuai dosis yang
telah ditentukan. Pakan kemudian diangkut kepetakan pemeliharaan. Pakan kemudian
dimasukkan kedalam autofeeder yang telah diatur durasi waktunya.
3.4.2. Pengontrolan Anco Anco diangkat secara perlahan-lahan dengan menggunakan
pengait (tali) anco. Pengamatan dilakukan terhadap sisa pakan, kotoran udang dan pada
usus udang. Anco dibersihkan lalu ditempatkan di jembatan anco.
3.4.3. Sampling Pertumbuhan Alat dan bahan disiapkan. Jala dilempar pada salah satu
titik petakan tambak. Ember diisi dengan air media pemeliharaan. Udang yang terjaring
pada jala dimasukkan ke dalam ember yang telah berisi air. Udang dimasukkan ke dalam
jaring kantong. Udang ditimbang dan hasilnya dicatat. Udang dimasukkan kembali ke
dalam ember dan dihitung Udang dimasukkan kembali ke dalam petakan tambak. Berat
rata-rata sampling (ABW) dan pertambahan berat harian (ADG) dihitung
. 3.4.4. Panen Alat dan bahan disiapkan. Air dipompa dari saluran utama ke saluran
pembuangan sampai air di saluran habis. Jaring kondom panen kemudian diturunkan,
papan tarik, tali dan karung Pintu air dibuka Beberapa kincir diangkat dan di simpan di
pematang Setelah Jaring kondom panen penuh segera diambil udang sedikit demi sedikit
dengan menggunakan karung Karung yang telah berisi udang diikat dengan menggunakan
tali kemudian ditarik lewat papan tarik setelah itu diangkut untuk dibawa ke tempat proses
pasca panen(sortir).
9. 3.4.5. Pasca Panen Alat dan bahan disiapkan. Udang dari hasil panen dimasukkan ke
dalam keranjang dan dicuci bersih. Udang yang telah bersih diseleksi (sortir) untuk
menentukan udang yang layak dan tidak layak untuk dijual. Kemudian udang yang
dinyatakan layak jual ditimbang. Udang yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam bak
yang telah berisi es. Udang dimuat dengan menggunakan mobil truk untuk pemasaran.
3.4.6. Pengukuran Oksigen Terlarut Alat dan bahan disiapkan DO meter diaktifkan
dengan menekan tombol on/off Bagian sensor dimasukkan dalam air petakan Angka
yang menunjukkan DO pada layar dicatat.
3.4.7. Pengukuran Salinitas Alat dan bahan disiapkan Hand refraktometer dinetralkan
dengan membilas air tawar pada bagian sensor kemudian dilap menggunakan tisu. Sampel
air diambil menggunakan tangan kemudian diteteskan pada bagian sensor Hand
refractometer Pengamatan skala dilakukan dengan melihat menghadap cahaya. Skala
yang ditunjukkan dicatat Bagian sensor Hand refractometer dibilas kembali dan dilap
menggunakan tissue bersih.
3.4.8. Pengukuran pH Air Alat dan bahan disiapkan Air diambil dengan menggunakan
gelas . Tekan tombol on/off Ujung pH meter dicelupkan pada sampel air selama ± 30
detik Nilai pH adalah ketika nilai layar pH stabil Ujung pH meter dicuci dengan air
tawar lalu dibersihkan dengan tissu.
3.4.9. Pengukuran Suhu Alat dan bahan disiapkan Termometer diturunkan ke dalam air
Bagian air aksa pada thermometer menujukkanangkan angka suhu dalam air. 3.4.10.
Pengukuran Kecerahan Alat dan bahan disiapkan Seichidisk dicelupkan ke dalam air
dan melihat sampai dimana seichidisk masi kelihatan kemudian mengukur tali pengait
seichidisk dengan menggunakan mistar.
10. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Program Pemberian Pakan Program pemberian pakan pada pembesaran udang vaname
merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran
frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan.
4.1.1 Cara Pemberian Pakan ,, Gambar 2. Pemberian pakan Pemberian pakan berbentuk
pellet dapat mulai dilakukan sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Namun ukuran
dan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang
tidak mengalami kekurangan pakan (underpeeding) atau kelebihan pakan (overfeeding).
Underfeeding dapat menyebabkan pertumbuhan udang menjadi lambat, ukuran udang tidak
seragam, tubuh tampak kropos, dan timbul kanibalisme. Sedangkan overfeeding dapat
menyebabkan kualitas air menjadi jelek (suprapto)
. 4.1.2 Frekuensi Pemberian Pakan Frekuensi pemberian pakan merupakan salah satu bagian
dari program pakan yang memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan suatu
program pakan pada satu periode budidaya. Frekuensi pemberian pakan dapat diartikan
sebagai berapa kali pemberian pakan diberikan dalam satu hari. Frekuensi pemberian pakan
perlu disusun berdasarkan pemikiran sebagai berikut : 1) Tingkat kebutuhan udang akan
pakan relatif selalu berubah (fluktuatif); 2) Nafsu makan udang relatib berbeda antara pagi,
siang, sore dan malam; 3) Menghindari adanya overfeeding (jumlah pakan berlebihan).
Frekuensi pemberian pakan merupakan program harian sehingga pemberian pakan dapat
menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan udang. Frekuensi pemberian Pakan sebanyak 3 – 5
kali selama sehari semalam, dimana 3 kali pada siang hari (jam 07 .00, 11.00, dan 16.00)
sedangkan dua kali pada malam hari (jam 20.00 dan 23.00). Pakan yang diberikan lebih
banyak pada siang hari karena pada siang hari oksigen tinggi sedangkan pada malam hari
cuma dua kali karena oksigen turun. 4.1.3. Dosis Pemberian Pakan Gambar 3 . Pencampuran
pakan Dosis pemberian pakan merupakan salah satu bagian dari program pakan yang
memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan suatu program pakan pada satu
periode budidaya. Dosis pemberian pakan dapat diartikan sebagai banyaknya pakan yang
diberikan per frekuensi pakan. Adapun program dosis pakan tambak di Tambak Intensif
PT.Kencana Suppa Permai Pinrang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Program dosis pakan
udang vaname berdasarkan fedding rate PT Central Proteina Protein pada Pembesaran
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif PT.Kencana Suppa Permai
Pinrang. Umur (hari) Berat (gram) Panjang (cm) Kode pakan Penambahan pakan/hari
Pemberian pakan/hari (%) Ancho Waktu kontrol (jam,menit) 30 - 40 2,5 - 3,5 3,5 – 5,5 03-
03sp 5,8-4,8 4 0,6 2,30” 40 - 60 3,5 – 8,0 5,5-6,5 03sp 4,8-3,2 4 - 5 0,8 2,00” 60 – 80 8,0 –
12,5 6,5-8,5 03sp-04s 3,2 -2,6 5 1,0 1,45” 80 - 100 12,5-17,5 8,5-10,5 04s 2,6 – 2,2 5 1,2
1,30” 100 - 120 17,5-22,0 10,0-11,5 04s-04 2,2 – 1,8 5 - 6 1,4 1,00” >120 >22,0 >11,5 04
<1,8 6 1,6 1,00” Sumber : PT. Central Proteina Prima Berdasarkan Tabel 3 berat rata-rata
11. udang diawal pemeliharaan menunjukan dosis yang tinggi berdasarkan nilai %FR
dimaksudkan pakan yang diberikan sepenuhnya digunakan untuk pertumbuhan karena
ukuran udang yang masih kecil belum terlalu beraktifitas.
4.2. Monitoring Pakan Monitoring pakan adalah pengamatan terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup udang. Untuk mencapai sasaran dalam penggunaan pakan pada
budidaya udang vaname di tambak diperlukan pemahaman tentang pengamatan terhadap
pertumbuhan.
4.2.1. Pengecekan Anco Gambar 4. Pengecekan anco Anco merupakan salah satu alat yang
terbuat dari saringan berbentuk lingkaran. Anco digunakan sebagai pengontrol program
pemberian pakan, pertumbuhan, serta kualitas udang secara harian. Pengecekan anco
dibutuhkan untuk memantau naik turunnya nafsu makan udang sehingga kebutuhan pakan
pada saat pemberian pakan tidak terjadi underfeeding (pakan kekurangan) dan overfeeding
(pakan berlebih). Jika pengamatan pada anco terlihat habis berarti tingkat nafsu makan
udang tinggi atau jumlah pakan yang diberikan kurang, perlakuan yang dilakukan yakni
penambahan jumlah pakan sebanyak 10 % dari dosis yang telah ditentukan. Begitu halnya
jika pengamatan terlihat masih ada sisa pakan sebanyak 50 % maka dilakukan pengurangan
sebanyak 10 % dari dosis yang diberikan. Jumlah anco yang digunakan dalam
pembudidayaan udang vaname yaitu 1 buah.
4.2.2. Sampling Pertumbuhan a) b). c). d). Gambar 5. Pengamatan Pertumbuhan Udang
Vaname a). Penjalaan udang b). Penimbangan udang c). Penhitungan jumlah Udang d).
Pencatatan hasil sampling. Sampling atau pengambilan contohl udang merupakan salah satu
pengamatan untuk melihat pertumbuhan udang dari pakan yang telah diberikan. Sampling
pertumbuhan dilakukan sekali seminggu mulai DOC 45 sampai panen. Pemantauan yang
diamati pada sampling yakni berat rata-rata udang per ekornya serta pertambahan berat per
hari dari interval seminggu tersebut. Penentuan dosis pakan dilakukan setelah sampling,
selain ABW dan ADG juga di amati tingkat kelangsungan hidup dan berat total dalam
tambak tersebut (Biomassa). Adapun hasil lengkap sampling selama pemeliharaan di tambak
intensif PT. Kencana Suppa Permai Pinrang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil
Sampling Selama Pemeliharaan Udang Vaname pada Tambak Intensif PT. Kencana Suppa
Permai Pinrang Tanggal Umur (Hari) Kode Petakan Berat Udang Jumlah Udang Berat Rata-
rata (ABW) Berat Harian(ADG) 31/03/2013 49 B-1 576 81 7,11 - 07/04/2013 56 B-1 409 43
9,5 0,34 14/04/2013 63 B-1 536 48 11,2 0,24 21/04/2013 70 B-1 387 28 13,8 0,38
28/04/2013 77 B-1 541 32 16,9 0,44 05/05/2013 84 B-1 1093 54 20,2 0,48 Sumber :
Mahasiswa PKPM Catatan: Rumus (1) ABW (Average body weight) Catatan: Rumus (2)
ADG (Average daily gain) ABW= Berat rata-rata udang sampling ADG = Pertambahan
Berat Harian udang Dalam 7 Hari Rumus= berat seluruh udang(gram)/jumlah udang(ekor)
Rumus ADG= ABW II - ABW I / 7 4.3. Panen Panen dapat dilakukan secara parsial dan
secara total. Panen parsial adalah panen sebagian udang yang terdapat dalam petakan tambak
12. dengan tujuan untuk mengurangi kepadatan dalam satu petakan budidaya yang dapat
menghambat laju pertumbuhan udang, sedangkan panen secara total dapat dilakukan pada
saat udang berumur 4 bulan atau udang sudah mencapai ukuran (size) pasaran. Data hasil
panen petak B1 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil panen udang vaname pada petak
b1 di Tambak Intensif PT. Kencana Suppa Permai Pinrang Uraian Jumlah Tebar (ekor)
Jumlah Panen (ekor) Bobot (g) SR (%) Biomassa (kg) Jumlah Pakan (kg) FCR Hasil
504.000 440.186 19,31 87 8.500 12.074 1,42 Dari Tabel 5, hasil panen yang dicapai
menunjukan angka pertumbuhan dalam kondisi yang layak dengan hasil bobot rata-rata
19,31 gram (DOC 84) dengan biomassa 8.500 kg. Hasil ini melebihi target dengan estimasi
awal bobot 20,2 gram (DOC 84). Nilai FCR yang diperoleh juga menunjukan angka baik
dengan nilai 1,42 dari jumlah pakan 12.074 dengan biomassa 8.500, Hal ini dicapai karena
manajemen pemberian pakan yang terstruktur dengan baik dengan kondisi lingkungan yang
baik pula sehingga target awal pemeliharaan didapat dengan hasil yang optimal. Proses
panen udang vaname dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Proses panen udang vaname
pada tambak intensif PT. Kencana Suppa Permai Pinrang 4.4. Pasca Panen Pasca panen
merupakan salah satu cara untuk menjaga mutu udang yang telah dipanen agar memiliki
nilai tinggi di mata pembeli. Pada prinsipnya harus memperhatikan beberapa faktor seperti
udang tidak merugikan konsumen, karena udang merupakan salah satu makanan yang
mudah busuk atau rusak. Udang hasil panen harus dalam kondisi dingin agar tidak cepat
rusak. Salah satu kegiatan pasca panen yaitu menyortir udang yang telah dipanen sebelum
dilakukan penimbangan udang. Proses sortir dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8. Proses
penyortiran udang udang vaname pada Tambak Intensif PT. Kencana Suppa Permai Pinrang
13. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di
tambak Intensif PT Kencana Suppa Permai Pinrang maka disimpulkan bahwa:
1).Manajemen pemberian pakan meliputi program pemberian pakan, monitoring pakan dan
petumbuhan. 2).Biomassa udang yang dihasilkan sebanyak 8.500 kg dengan tingkat
kelangsungan hidup 87 % serta jumlah pakan yang diberikan sebesar 12.074 kg, sehingga
nilai FCR yang didapat 1,42
. 5.2 Saran 1).Keberhasilan manajemen pemberian pakan perlu dipertahankan sebagai acuan
pada proses budidaya selanjutnya. 2).Monitoring pakan (pengecekan anco dan sampling
pertumbuhan) harus disesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan agar program
pemberian pakan dalam kondisi optimal.