Budidaya belut membahas tentang sejarah, jenis, manfaat, persyaratan lokasi, pedoman teknis budidaya, dan analisis ekonomi budidaya belut. Budidaya belut menjanjikan peluang bisnis yang baik karena permintaan konsumen terus meningkat.
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
Produksi udang sayur ini dimaksudkan untuk memanfaatkan serta memberdayakan bak-bak backyard hatchery udang yang telah lama tidak beroperasi. Produksi udang sayur juga merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi serangan penyakit Myo pada udang vaname.
Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya di daerah pantai, yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur). Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang dan lain-lain. Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau air laut. Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang. Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir.
Udang vannamei (Litopenaeus vannameii) berasal dari daerah subtropis pantai barat Amerika, mulai dari Teluk California di Mexico bagian utara sampai ke pantai barat Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta Rika di Amerika Tengah hingga ke Peru di Amerika Selatan. Udang vannamei termasuk genus Penaeus dan subgenus Litopenaeus. Vannamei berbeda dari genus Penaeus lainnya karena bentuk telikum (organ kelamin betina) terbuka, tapi tidak terdapat tempat untuk penyimpanan sperma.
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
Produksi udang sayur ini dimaksudkan untuk memanfaatkan serta memberdayakan bak-bak backyard hatchery udang yang telah lama tidak beroperasi. Produksi udang sayur juga merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi serangan penyakit Myo pada udang vaname.
Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya di daerah pantai, yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur). Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang dan lain-lain. Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau air laut. Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang. Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir.
Udang vannamei (Litopenaeus vannameii) berasal dari daerah subtropis pantai barat Amerika, mulai dari Teluk California di Mexico bagian utara sampai ke pantai barat Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta Rika di Amerika Tengah hingga ke Peru di Amerika Selatan. Udang vannamei termasuk genus Penaeus dan subgenus Litopenaeus. Vannamei berbeda dari genus Penaeus lainnya karena bentuk telikum (organ kelamin betina) terbuka, tapi tidak terdapat tempat untuk penyimpanan sperma.
Pedoman Teknis Budidaya Ternak Kelinci, Sarana, Pedoman Teknis, Pembibitan, pemeliharaan, Pengetahuan hama dan penyakit, panen dan Analisa Ekonomi. Untuk Analisa harga disesuaikan dengan kondisi terbaru.
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Pedoman Teknis Budidaya Ternak Kelinci, Sarana, Pedoman Teknis, Pembibitan, pemeliharaan, Pengetahuan hama dan penyakit, panen dan Analisa Ekonomi. Untuk Analisa harga disesuaikan dengan kondisi terbaru.
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Điều trị bệnh dạ dày ở trẻ em nhiễm khuẩn Hp không đơn giản đòi hỏi sự phối hợp giữa bác sỹ với phụ huynh. Đặc biệt, các thuốc điều trị Hp cho trẻ hạn chế nên cần phải lựa chọn đúng cách.
Dinh Thự Của Các Nguyên Thủ Quốc Gia Đẹp Lộng Lẫy Ra SaoHa Thanh Binh
Không có gì đáng ngạc nhiên khi những người quyền lực nhất của mỗi quốc gia trên thế giới được sống trong những dinh thự sang trọng để củng cố vị trí của họ. Nhiều dinh thự được trang bị đầy đủ mọi tiện nghi, thậm chí có cả sân đỗ trực thăng và vô số các tác phẩm nghệ thuật...
http://tourdulichtrongvangoainuoc.blogspot.com/2015/10/dinh-thu-cua-cac-nguyen-thu-quoc-gia-ep.html
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Budidayabelut
1. BUDIDAYA BELUT
1. SEJARAH SINGKAT
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya
memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil.
Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun
1979, Belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini Belut banyak dibudidayakan dan
menjadi salah satu komoditas ekspor.
2. SENTRA PERIKANAN
Sentra perikanan Belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia.
Sedangkan sentra perikanan Belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di
daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan Belut-Belut tangkapan dari alam atau sebagai pos
penampungan.
3. JENIS
Klasifikasi Belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (Belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (Belut sawah);
Macrotema caligans Cant (Belut
kali/laut).
Jadi jenis Belut ada 3 (tiga) macam yaitu Belut rawa, Belut sawah dan Belut kali/laut. Namun demikian
jenis Belut yang sering dijumpai adalah jenis Belut sawah.
4. MANFAAT
Manfaat dari budidaya Belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.
5. PERSYARATAN LOKASI
Secara klimatologis ikan Belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian
tempat budidaya ikan Belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan
kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
Kualitas air untuk pemeliharaan Belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan
kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan Belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C.
Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk
bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya Belut
dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan Peralatan
2. Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan Belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam
pemijahan, kolam pendederan (untuk benih Belut berukuran 1-2 cm), kolam Belut remaja (untuk Belut
ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan Belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing
dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan Belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20
cm dan untuk pemeliharan Belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
Bangunan jenis-jenis kolam Belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan
daya tampung Belut itu sendiri.
Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran Belut 1-2 cm) daya
tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam Belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2.
Dan untuk kolam Belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta
kolam Belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang
Belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
Pembuatan kolam Belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang
diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi.
Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya
ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang
atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30
cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik +
air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat
agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu Belut-Belut diluncurkan ke dalam kolam.
Penyiapan Bibit
Menyiapkan Bibit
Anak Belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4
bulan dalam 2 tahapan denga masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibitdiperoleh dari sarang-sarang bibit yang
ada di alam.
Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya Belut yang dipijahkan
adalah Belut betina berukuran ± 30 cm dan Belut jantan berukuran ± 40 cm.
Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina
untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan Belut
menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak Belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam
ukuran ini Belut segera diambil untuk
ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak Belut dengan ukuran sedemikian tersebut
diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak Belut
tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak Belut sudah bisa diperlihara dalam kolam Belut untuk
konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
Perlakuan dan Perawatan Bibit; Dari hasil pemijahan anak Belut ditampung di kolam pendederan calon
benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang
hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan
pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
2) Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang
diberikan setiap 10 hari sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
3. Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan Belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari
luar dan dalam kolam tidak beracun.
Hama Penyakit
1) Hama pada Belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu
kehidupan Belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang Belut antara lain: berang-
berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
3) Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan
kucing. Pemeliharaan Belut secara intensif tidak banyak diserang hama. Penyakit yang umum
menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri,
jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
7. PANEN
Pemanenan Belut berupa 2 jenis yaitu :
Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
Berupa hasil akhir pemeliharaan Belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai
dengan permintaan pasar/konsumen). Cara Penangkapan Belut sama seperti menangkap ikan lainnya
dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan
pengeringan air kolam sehingga Belut tinggal diambil saja.
8. PASCAPANEN
Pada pemeliharaan Belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu
mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar Belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang
baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.
9. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
Perkiraan analisis budidaya Belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai
berikut:
1) Biaya Produksi
a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-
b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-
c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,-
d. Lain-lain Rp. 30.000,-
Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-
2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-
3) Keuntungan Rp. 422.000,-
4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28
Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan Belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang
cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan Belut semakin meningkat. Dengan teknik
pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen
4. Budidaya Belut saat ini dirasa sangat menguntungkan mengingat permintaan dalam dan luar negeri
terus meningkat, namun Belut alam yang hidup bebas sangat sulit ditemukan.
Penggunaan pestisida pembahas hama dilahan pertanian ternyata berdampak menghilangnya sebagian
spesies ikan, termasuk Belut. Hal ini sangat memprihatinkan, bila dipandang dari segi keseimbangan
alam. Kelestarian alam merupakan tanggungjawab bersama penghuni bumi.
Budidaya Belut sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat yang memiliki lahan sempitpun
dapat memelihara Belut. Secara Teknis Budidaya dan pemeliharaan Belut (monopterus albus) hanya
memerlukan perhatian dalam memilih tempat/lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan,
memilih benih, perkembangbiakan Belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan serta hama. Disisi
lain kita memerlukan tata cara panen, pasca panen, pemasaran dan pencatatan.
Teknik Budidaya dan Pemeliharaan Belut
a. Tempat/Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi bakal pembuatan kolam ditempat yang tidak secara langsung terkena sinar matahari,
meskipun dapat disiasati dengan pemberian peneduh. Disamping itu luas lahan dengan memperhatikan
kemiringan dan batas calon kolam. Kolam ini dapat diatas tanah atau galian tanah, hal ini tergantung pada
luas lahan yang akan memudahkan pengamatan, pembangunan konstruksi kolam, seperti pintu air,
saringan dan lain sebagainya.
b. Pembuatan kolam
Lokasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam, baik kolam
penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan serta kolam pembesaran. Kolam-kolam ini
memiliki ukuran tersndiri, pertama, Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm,
kedua Kolam Pemijahan 200 cm x 200 cm x 100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500 cm x 500 cm x 120
cm.
c. Media Pemeliharaan
Kolam budidaya Belut menggunakan media pemelihaan sebagai tempat hidup berupa tanah/lumpur
sawah yang dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos (sekam/gabah padi yang dibusukkan), jerami
padi, cincangan batang pisang, pupuk urea dan NPK dengan perbandingan kurang lebih sebagai berikut :
Lapisan paling bawah tanah/lumpur setinggi 20 cm.
1. Lapisan pupuk kandang setinggi 5 cm.
2. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
3. Lapisan Pupuk kompos setinggi 5 cm.
4. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
5. Lapisan jerami padi setinggi 15 cm, yang diatasnya ditaburi secara merata pupuk urea 2,5 kg dan NPK
2,5 kg untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm. Perbandingan jumlah pupuk dan luas kolam ini juga
dipergunakan dalam ukuran kolam, baik lebih besar maupun kecil.
7. Lapisan tanah/lumpur setinggi 20 cm.
8. Lapisan air dengan kedalaman setinggi 15 cm, yang ditaburi secara merata batang pisang sampai
menutupi permukaan kolam.
Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi dan siap untuk pemeliharaan
5. Belut selama kurang lebih dua minggu.
d. Pemilihan Benih
Media pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan, menuntut pemilihan bibit Belut
yang berkualitas agar menghasilkan keturunan normal.
Syarat Benih Belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas gigitan. kedua,
mampu bergerak lincah dan agresif. ketiga, penampilan sehat yang ditunjukan dengan tubuh yang keras,
tidak lemas tatkala dipegang. keempat, tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. kelima,
usia berkisar 2-4 bulan.
Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk Belut jantan dan betina sebagai berikut :
1. Ciri Induk Belut Jantan
Berukuran panjang lebih dari 40 cm.
Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
Bentuk kepala tumpul.
Usia diatas sepuluh bulan.
2. Ciri Induk Belut Betina
Berukuran panjang 20-30 cm
Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda
Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut
Bentuk kepala runcing
Usia dibawah sembilan bulan.
e. Perkembangan Belut
Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat dibudidaya dengan perkembangbiakan
normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi persyaratan. Belut secara lami memiliki
masa kawin selama musim hujan (4-5 bulan), dimalam hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim
kawin ini ditandai dengan berkeliarannya Belut jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian dan dangkal
yang akan menjadi lubang perkawinan. Lubang berbentuk "U"dimana Belut jantan akan membuat
gelembung busa dipermukaan air untuk menarik perhatian betina, namun Belut jantan menunggu
pasangannya dikolam yang tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar lubang, dibawah busa dan
setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan dilubang persembunyian yang dijaga Belut
jantan.
f. Penetasan
Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas pada hari ke 12-14. Anak-
anak Belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari akan berangsur-angsur menjadi coklat. Belut
jantan akan tetap menjaga sampai Belut muda berusia dua minggu atau mereka meninggalkan sarang
penetasan untuk mencari makanan sendiri.
g. Makanan dan kebiasaan makan
Belut secara alamiah memakan segala jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air. Belut ini akan
menyergap makanannya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini menyerupai terowongan
6. berdiameter 5 cm.
h. Hama Belut
Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun mereka sering
kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesama Belut dan predator lainnya, sehingga memerlukan
air mengalir agar tetap sehat.
Setelah Belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata cara panen agar Belut
tidak luka dan tetap segar, baik untuk pasar lokal maupun antar daerah dan ekspor. Belut untuk pasar lokal
hanya memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4 bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran lebih besar
dengan usia 6-7 bulan.
Perlakukan pasca panenpun juga harus diperhatikan, baik dalam membersihkan dan memperbaiki kolam
pemeliharaan serta dilakukan penggantian media yang baru, sehingga makanan Belut tidak habis bahkan
semakin banyak.
Belut merupakan makanan bergizi yang layak dikonsumsi manusia, sehingga dapat dipasarkan
dimanapun, baik lokal maupun ekspor dengan harga yang cukup menguntungkan.
7. berdiameter 5 cm.
h. Hama Belut
Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun mereka sering
kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesama Belut dan predator lainnya, sehingga memerlukan
air mengalir agar tetap sehat.
Setelah Belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata cara panen agar Belut
tidak luka dan tetap segar, baik untuk pasar lokal maupun antar daerah dan ekspor. Belut untuk pasar lokal
hanya memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4 bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran lebih besar
dengan usia 6-7 bulan.
Perlakukan pasca panenpun juga harus diperhatikan, baik dalam membersihkan dan memperbaiki kolam
pemeliharaan serta dilakukan penggantian media yang baru, sehingga makanan Belut tidak habis bahkan
semakin banyak.
Belut merupakan makanan bergizi yang layak dikonsumsi manusia, sehingga dapat dipasarkan
dimanapun, baik lokal maupun ekspor dengan harga yang cukup menguntungkan.