Dokumen tersebut membahas tentang sistem pemerintahan desentralisasi di Indonesia dengan 3 poin utama:
1. Sistem pemerintahan desentralisasi di Indonesia menerapkan prinsip otonomi daerah dalam kerangka negara kesatuan.
2. Terdapat urusan pemerintahan mutlak yang menjadi wewenang pemerintah pusat dan urusan concurrent antara pusat dan daerah.
3. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi kunc
Suplemen Materi “Agenda Setting dan Perumusan Kebijakan”
Diklat Analisis Kebijakan Publik Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jakarta, 4-5 Maret 2013
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan PraktekDadang Solihin
Kekuasaan negara dipisahkan secara horizontal melalui fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif dan dibagikan secara vertikal dalam hubungan ‘atas-bawah’.
Suplemen Materi “Agenda Setting dan Perumusan Kebijakan”
Diklat Analisis Kebijakan Publik Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jakarta, 4-5 Maret 2013
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan PraktekDadang Solihin
Kekuasaan negara dipisahkan secara horizontal melalui fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif dan dibagikan secara vertikal dalam hubungan ‘atas-bawah’.
Kebijakan Nasional Pembangunan Kepemudaan Menuju Pemuda Berkarakter oleh Drs. H. Sakhyan Asmara, M.SP., Staf Ahli Menteri Bidang Informasi dan Komunikasi Pemuda dan Olahraga Kemenpora RI dalam acara Perkemahan Kubro Wahidiyah 2013 di Pantai Indah Widara Payung Cilacap, 30 Desember 2013
Similar to PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SAAT INI DAN MENDATANG (20)
Governance is about strengthening service delivery performance and responsiveness. In turn, better service delivery will make governance tangible and desirable, for government and the citizen. To increase service delivery, public sector need to implement innovation.
Budget reform in Indonesia since 2003 has fundamentally changed the government's budget structure. From line items to performance-based budgets. The presentation also changed from T-account to I-account.
In the context of the Economic System, Indonesia has a specialty, as mandated by the 1945 Constitution. The founders of Indonesia expressly stated that the Indonesian economic system is a system based on the People's Economy. This means, the Indonesian Economic System is different from the economic system implemented in other countries.
The Indonesian Economic System mandates that the economic pace must be carried out by the Three Pillars, namely; (1) State, through State Owned Enterprises, (2) Private, through Companies, and (3) People, through Cooperatives. In fact, the pillars of the Indonesian economy proclaimed by the Founders of the Nation have been adopted in the Global Governance Paradigm. This means that we must be grateful to have National Founders who are very visionary.
Along the way, it has been proven that the various economic crises that hit the world had very minimal negative impacts on the Indonesian economy. Why is that, because Indonesia has resilience from the Three Pillars of economic actors.
What is surprising is that in times of crisis, the Pillars that are resilient and still exist are Cooperatives and Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs).
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SAAT INI DAN MENDATANG
1. Ir. DEDDY S. BRATAKUSUMAH, BE, MURP, MSc, PhD
0816968367
deddys@menpan.go.id
deddys@bappenas.go.id
2013
2. Suatu bangsa bernegara bukanlah suatu takdir,
melainkan suatu pilihan berupa keputusan politik
dari para pendirinya
2
INDONESIA
MEMUTUSKAN MEMILIH
NEGARA KESATUAN
3. VISI (CITA-CITA & TUJUAN) NEGARA:
“…Negara indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur”
(ALINEA 2, PEMBUKAAN UUD 1945)
3
4. MISI PEMERINTAH NEGARA INDONESIA:
“…Melindungi segenap bangsa indonesia
dan seluruh tumpah darah indonesia, dan
untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
yang abadi dan keadilan sosial…”
(ALINEA 4, PEMBUKAAN UUD 1945)
4
6. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut
pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945.
6
7. Azas desentralisasi dan azas sentralisasi
tidak bersifat dikotomis tetapi kontinum
Tidak mungkin desentralisasi tanpa
sentralisasi
Desentralisasi tanpa Sentralisasi akan
terjadi disintegrasi
7
10. “BRINGING THE STATE CLOSER TO THE PEOPLE”
(Mendekatkan pemerintahan kepada masyarakat)
Artinya
Meningkatkan pelayanan dan akuntabilitas
kepada masyarakat
Bukan
Meningkatkan kekuasaan
10
11. 1. Demokratisasi dalam segala proses
pengambilan keputusan
2. Pemberdayaan masyarakat
3. Mendekatnya dan meningkatnya pelayanan
masyarakat
4. Keterbukaan dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan
11
12. URUSAN PEMERINTAHAN
ABSOLUT PUSAT
1. PERTAHANAN;
2. KEAMANAN;
3. YUSTISI;
4. POLITIK LUAR NEGERI;
5. MONETER; DAN
6. AGAMA.
CONCURRENT
(BERSAMA)
KRITERIA PEMBAGIAN URUSAN
1. EXTERNALITAS (DAMPAK)
2. AKUNTABILITAS (KEDEKATAN)
3. EFISIENSI (UNTUNG-RUGI)
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH URUSAN PEMERINTAH PUSAT
URUSAN WAJIB
(PELAYANAN DASAR)
URUSAN PILIHAN
(POTENSI UNGGULAN)
MENGACU PADA
STANDAR PELAYANAN
MINIMUM
14. HUBUNGAN ANTAR
KABUPATEN/KOTA
Meliputi antara lain:
1. Bidang tertentu sesuai
dengan kewenangan
yang dimiliki
Kabupaten/Kota;
2. Penyelesaian konflik
antar daerah;
3. Pengembangan wilayah
perkotaan baru,
pembentukan,
pemekaran,
penghapusan dan
penggabungan daerah;
4. Perencanaan tata ruang
wilayah.
HUBUNGAN ANTAR
PROPINSI:
Meliputi antara lain
1. Koordinasi Wilayah;
2. Penyelesaian konflik
antar daerah;
3. Pembinaan dan
Pengawasan wilayah
perbatasan;
4. Kerjasama pengem-
bangan wilayah
perbatasan, dsb.
HUBUNGAN ANTARA
PROPINSI DAN
KABUPATEN/KOTA
Walaupun tidak ada
hubungan hirarkis, tetapi
dalam praktek
pemerintahan terdapat
hubungan yang besifat
fasilitasi, koordinasi, dan
kerjasama.
(UU No. 22/1999,
Pasal 4 ayat 2 dan
Penjelasannya)
HUBUNGAN ANTAR DAERAH
(LAN, 2004)
15. PENYELENGARA PEMERINTAHAN DAERAH
PEMERINTAHAN DAERAH
PEMERINTAH DAERAH
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH
KEPALA DAERAH
PERANGKAT DAERAH
PIMPINAN
KOMISI
PAN - MUS
PAN - GAR
BADAN
KEHORMATAN
SET DPRD
SEKDA
DINAS
LEMBAGA TEKNIS
16. 1. Bersifat fasilitatif dan katalistik (to
steer not to row)
2. Bertindak efisien
- Meningkatkan pelayanan
- Meningkatkan akuntabilitas
- Mengurangi hambatan birokrasi
3. Bersikap terbuka
16
17. 1. Pembiayaan (local finance)
2. Pembangunan dan pemeliharaan prasarana
3. Ketertiban dan keamanan
4. Pengaturan dan perizinan
5. Tata ruang, pertanahan dan lingkungan hidup
6. Perumahan dan permukiman
7. Pengangkutan dan jaringan transportasi
8. Pengentasan si miskin dan jaminan sosial
17
18. 1. Kemudahan perizinan
2. Sistem retribusi dan perpajakan
3. Pertanahan
4. Informasi Tata Ruang dan Zoning
5. Tersedianya sarana, prasarana dan utilitas
perkotaan
6. Sumber enerji
7. Fasilitas informatika dan telekomunikasi
8. Informasi sumber daya (alam, manusia, buatan)
18
19. 1. Identifikasi kekuatan dan kelemahan
manajemen dan kelembagaan daerah
2. Pencerahan dan pemberdayaan masyarakat
3. Meningkatkan partisipasi para pihak
4. Keterbukaan dan akuntabilitas
5. Profesionalisme manajemen daerah
6. Peningkatan pelayanan
7. Penegakan hukum dan ketertiban
19
20. 1. Pemberdayaan Daerah
2. Pengurangan Kesenjangan antar Daerah
3. Pengawasan Sistem Administrasi Negara di
Daerah
4. Pengawasan Keuangan Pemerintah Daerah
5. Pengawasan Pelaksanaan Kewenangan
6. Penegakkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria Pelayanan Publik
7. Penerapan Penghargaan dan Sanksi kepada
Penyelenggara Pemerintahan Daerah
20
21. 1. Sinergi dalam perencanaan kebijakan.
2. Sinergi dalam kerangka regulasi.
3. Sinergi dalam kerangka anggaran.
4. Sinergi dalam kerangka kelembagaan
5. Sinergi dalam kerangka pengembangan
wilayah
21
22. 1. Negara kesatuan merupakan kerangka utama
dalam menjalankan otonomi daerah
2. Urusan mutlak hanya ada pada pemerintah
pusat, sementara urusan lainnya bersifat
“concurrent” antara pusat dan daerah
3. Sinergi pusat-daerah menjadi kunci dalam
peningkatan efektifitas dan efisiensi
pemerintahan dan pemanfaatan sumberdaya
4. Pergeseran paradigma dan trend global perlu
segera diantisipasi oleh para pengelola daerah
22