1. Tugas Harian : Pendekatan – Pendekatan Dalam Politik
Nama : Muhammad Yusuf Abror
NIM : 1101136039
Jurusan Kelas : Hubungan Internasional
Dosen : Dr. Alimin Siregar, M. Si
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik
I
Tulisan minggu ini membahas tentang pendekatan – pendekatan dalam politik.
Pendekatan – pendekatan ini digunakan untuk menjadi tolok ukur , yang dipakai untuk
memilih suatu data untuk di teliti atau data tersebut harus dikesampingkan. Tulisan ini
mengambil bahan dari sumber – sumber yang relevan untuk dijadikan sumber dan
pedoman.
II
Dalam meneliti atau mengobservasi suatu masalah politik dibutuhkan berbagai macam
pendekatan. Pendekatan – pendekatan ini dimaksudkan untuk menyeleksi atau
mengklasifikasi masalah tersebut, bisa atau tidak dilakukan penelitian lebih lanjut dan
termasuk dalam kategori apa masalah tersebut. Pendekatan – pendekatan yang akan
dibahas dalam tulisan ini adalah pendekatan kelembagaan, pendekatan prilaku,
pendekatan neo-marxisme, pendekatan pilihan rasional, pendekatan institusionalisme
baru serta ada teori ketergantungan.
III
1. Pendekatan Kelembagaan
Pendekatan kelembagaan ini sudah ada sejak abad 19, tepatnya sebelum PD II.
Pendekatan kelembagaan ini erat kaitannya dengan negara, yaitu dari segi
konstitusional dan yuridisnya. Bahasan tradisional menyangkut antara lain sifat dari
undang – undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan dan kekuasaan formal serta
2. yuridis dari lembaga – lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan eksekutif, dan
badan yudikatif.1 Bentuk dan sifat dari institusi ditentukan oleh aktor beserta juga
dengan segala pilihannya.2
Dalam pendekatan kelembagaan, memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut
merupakan penjelasan kelebihan dan kekurangan pendekatan kelembagaan:
a. Kelebihan Pendekatan Kelembagaan adalah sebagai berikut:
1. Negara menjadi fokus utama dengan menonjolkan konstitusional dan yuridis.
2. Bahasan pendekatan ini menyangkut kedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan
lembaga-lembaga kenegaraan formal.
3. Aktor dan kelompok melaksanakan proyeknya dalam suatu konteks yang
dibatasi secara kolektif.
4. Merupakan suatu visi yang terkombinasi dari berbagai pendekatan dan bidang
ilmu pengetahuan lain.
5. Pendekatan kelembagaan dapat mengarahkan negara kedalam tujuan tetentu.
b. Kelemahan Pendekatan Kelembagaan adalah sebagai berikut:
1. Disatu sisi, pendekatan kelembagaan menganggap pemerintah sebagai
institusi yang hanya mencerminkan kegiatan massa saja.
2. Pendekatan ini terfokus hanya pada satu aktor negara.
2. Pendekatan Perilaku
Pendekatan ini timbul di Amerika setelah PD II yaiu sekitar 1950 – an.
Pendekatan perilaku ini ada karena sifat deskriptif dari ilmu politik dianggap tidak
memuaskan, karena tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan
sehari – hari. Ilmu politik juga dikhawatirkan akan ketinggalan zaman dan tidak
1
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik .Edisi Revisi, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 72
2
Peters B. Guy, Institutional in Political Science: The New Institutionalism, (New York: Continuum, 1999),
hlm.119
3. berkembang pesat. Dikalangan pemerintah Amerika muncul keraguan mengenai
kemampuan para sarjana ilmu politik untuk menerangkan fenomena politik.3
Para penganut pendekatan ini tidak hanya mempelajari dan mengamati institusi –
institusi saja, tetapi juga orang didalamnya seperti perilaku presiden, anggota
parlemen, dan tugas-tugasnya. Pendekatan ini lebih mengarah ke individual untuk
dapat menarik suatu keimpulan atau permasalahan, tidak lagi memandang
lembaga – lembaga, parlemen, institusi sebagai bahan pantauannya.
Ciri khas dari pendekatan ini adalah pandangan bahwa masyarakat sebagai system
social dan negara merupakan system politik, dan negara menjadi subsistem dari
system social.
Salah satu dari kritik tajam dari sarjana tradisionalis pada pendekatan politik ini,
yaitu:
a. Pendekatan ini terlalu steril karena menolak norma – norma dan nilai – nilai
dalam penelitian politik.
b. Pendekatan ini tidak terlalu penting karena pusat pengamatannya adalah
individu didalamnya yang tidak perduli dengan masalah social yang ada. Para
kaum tradisionalis menyatakan bahwa sarjana perilaku politik ini sedang
bermain biola pada saat Roma dibakar.
Antara pendekatan tradisionalis dengan pendekatan perilaku memiliki perbedaan
sehingga kedua pendekatan ini sering bertubrukan, diantara perbedaan keduanya
adalah para tradisionalis menekankan penggunaan nilai – nilai dan norma – norma
sedangkan perilaku lebih ke fakta dilapangan, tradisional lebih ke filsafat
sedangkan perilaku ke empiris, tradisionalis kearah terapan behavioralis ke murni,
para tradisionalis menonjolkan historis-yuridis sedangkan behavioralis
menonjolkan aspek sosiologis-psikologis, kemudian para tradisionalis mengambil
metode kualitatif sedangkan behavioralis mengambil metide kuantitatif.
3
Albert Somit dan Josep Tenenhaus, The Development of American Political Science: From Burgess to
Behavoralism, ed. ke-2 (New York: Irvington Publisher, 1982), hlm. 184
4. 3. Pendekatan Neo – Marxis
Disaat timbul perdebatan di kalangan tradisionalis dan behavioralis, muncullah
kubu lain yaitu Neo-Marxis. Ada kata Noe dalam Marxisme untuk membedakan
mereka dengan Marxisme penganut komunis, karena Noe-Marxisme ini
organisasi yang lebih bebas dan berbeda pemikiran dengan Marxisme lama.
Pendekatan ini didominasi oleh kaum borjuis yang tidak menginginkan kearah
komunis dan kearah kapitalisme karena dianggap tidak cocok dengan paham
meraka dan mereka kembali ketulisan Karl Marx. Dengan timbulnya kembali
paham Marx, pada saat itu juga terjadi perubahan mendasar pada partai komunis
diseluruh dunia setelah Stalin meninggal. Kejadian ini dilancarkan keseluruh
daerah eropa timur dan timbullah pergolakan. Lalu terjadi pertentangan di China
karena dominasi Uni Soviet dalam dunia komunis, China ingin paham-pahamnya
juga di masukkan dalam komunis ini. Banyak terjadinya daerah yang dekolonisasi
dan merdeka. Kemudian bermunculan berbagai gerakan sosial.
Ada dua unsur yang menarik kaum cendekiawan dalam pemikiran Marx. pertama,
ramalannya tentang runtuhnya kapitalisme yang tidak terelakkan. Kedua, etika
humanis yang meyakini bahwa manusia pada hakikatnya baik, dan dalam keadaan
tertentu yang menguntungkan akan dapat membebaskan diri dari lembaga-
lembaga yang menindas, menghina, dan menyesatkan.4
Untuk lebih jelas tentang definisi Neo-Marxis, dijelaskan dalam buku The Left
Academy oleh sarjana Neo-Marxisme dari Amerika. Menurut argument mereka
adalah: “Sarjana Neo-Marxisme adalah mereka yang meyakini sebagian
pandangan Marx mengenai kapitalis dan sejarah dan memakai metode
analisisnya.”5
4. Pendekatan Pilihan Rasional
Pendekatan ini muncul sesudah pertentangan antara pendekatan-pendekatan diatas
tadi. Pendekatan ini lahir pada dunia bebas, dimana semua negara berlomba-
lomba untuk meningkatkan ekonomi mereka. Pendekatan ini menimbulkan suatu
4
Miriam Budiardjo., Ibid. hlm. 85.
5
Bertell Ollman dan Edward Vernoff, eds., The Left Academy (New York: McGraw-Hill, 1982), hlm. 7.
5. fenomena sendiri, karena membuat suatu statement meningkatkan ilmu politik
menjadi ilmu science. Pernyataan ini timbul karena melihat adanya kaitan erat
politik dengan ekonomi.
5. Pendekatan Kelembagaan baru
Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan sebelumnya, yang merupakan satu visi
dengan pendekatan lain. Disebut institusi baru karena merupakan penyimpangan
dari institusi yang lama. Kelembagaan baru ini sebenarnya dipengaruhi oleh
politik perilaku, politik dan kebijakan politik hasil dari perilaku kolompok atau
massa, dan pemerintah sebagai lembaga hanya mencerminkan kegiatan massa itu.
Jadi kedudukan institusi dalam pemerintahan menjadi sentra yang
dinomorduakan. Kelembagaan ini melihat institusi negara sebagai hal yang dapat
diperbaiki kearah suatu tujuan tertentu.
6. Pendekatan Ekonomi Politik
Ekonomi politik adalah pendekatan yang menganalisa pola hubungan dan pola
kepentingan berbagai golongan dan kelas dalam berbagai proses ekonomi
modern. Dan juga merupakan ilmu yang mengkaji hubungan sosial,
keterkaitannya dengan hokum timbal-balik, melalui proses produksi, distribusi
dan konsumsi.
IV
Beragam pendekatan-pendekatan ini membuat para sarjana politik bersaing dan berdebat
secara sengit, saling megunggulkan analisanya untuk menterjemahkan beragam masalh
politik yang ada. Dengan adanya perasingan ini, maka para sarjana lebih mempertajam
dari setiap analisa mereka dan ini menambah khazanah tersendiri dalam ilmu politik.
Kini para sarjana tidak lagi memperdebatkan siapa yang benar dan siapa yang salah, tapi
para sarjana salaing mengisi kekurangan satu sama lain, saling meminjam bahan analisa
demi kesempurnaan ilmu politik itu sendiri.
6. Reference
Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
B. Guy, Peters. 1999. Institutional in Political Science: The New Institutionalism. New York:
Continuum, .
Somit, Albert dan Tenenhaus, Josep.1982. The Development of American Political Science:
From Burgess to Behavoralism. New York: Irvington Publisher.
Ollman, Bertell dan Vernoff, Edward. 1982. The Left Academy. New York: McGraw-Hill.