SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
1
Modul Pengolahan Citra Sesi Ke-6
Nama : Hendro Gunawan
NIM : 200401072103
Kelas : IT-801
6. Konvolusi
• Di dalam pengolahan citra, sebuah citra sering dilakukan proses penapisan (image filtering) untuk
memperoleh citra sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Gambar 6.1. Image filtering
• Penampilan citra berarti memodifikasi pixel-pixel di dalam citra berdasarkan transformasi terhadap
nilai-nilai pixel tentangnya.
Gambar 6.2. Transformasi pixel
• Penapisan citra termasuk ke dalam tipe operasi aras lokal.
f(x,y) g(x,y)
filtering
filtering
5 1
4
1 7
1
5 3
10
Local image data
7
Modified image data
transformasi
x,y
( ) x,y )
(
Input image f(x,y) Output image g(x,y)
( -1)
x-1,y
+1)
x+1,y
(
2
Gambar 6.3. Area or Mask Processing Methods.
• Sebuah operator khusus untuk penapisan citra adalah konvolusi (convolution) atau linear filtering.
6.1. Teori Konvolusi
• Konvolusi 2 buah fungsi f(x) dan g(x) didefinisikan sebagai berikut:
𝒉(𝒙) = 𝒇(𝒙) ∗ 𝒈(𝒙) = ∫ 𝒇(𝒂)𝒈(𝒙 − 𝒂)𝒅𝒂
∞
−∞
• Tanda * menyatakan operator konvolusi, dan peubah a adalah peubah bantu (dummy variable).
• g(x) disebut kernel atau mask konvolusi.
• Kernel g(x) dapat dibayangkan sebagai sebuah jendela yang dioperasikan secara bergeser pada
sinyal masukan f(x).
• Jumlah perkalian kedua fungsi pada setiap titik merupakan hasil konvolusi yang dinyatakan dengan
sinyal luaran h(x).
Contoh:
Misalkan fungsi f(x) dan g(x) diperlihatkan pada gambar berikut.
Gambar 6.4. Contoh fungsi f(x) dan g(x).
Rumus konvolusi:
ℎ(𝑥) = 𝑓(𝑥) ∗ 𝑔(𝑥) = ∫ 𝑓(𝑎)𝑔(𝑥 − 𝑎)𝑑𝑎
∞
−∞
3
Step 1: Tentukan g(- a) Step 2: Tentukan g(x - a)
Gambar 6.5. Step 1 dan Step 2
Gambar 6.6. Step 3
.
.
4
Gambar 6.7. Case 3 dan Case 4
Gambar 6.8. Fungsi f(x) * g(x)
Hasil akhir:
Gambar 6.9. Hasil akhir
6.2. Konvolusi dengan Fungsi Impuls
• Fungsi impuls disebut juga fungsi delta dirac.
• Fungsi delta dirac bernilai 0 untuk x ≠ 0, dan ‘lebar’ denyutnya sama dengan 1.
• Secara matematis fungsi delta dirac didefinisikan sebagai:
𝛿(𝑥) = 0, 𝑥 ≠ 0
𝑙𝑖𝑚 ∫ 𝛿(𝑥)𝑑𝑥 = 1
𝜀
−𝜀
5
Gambar 6.10. Fungsi impuls (delta dirac)
• Sifat-sifat fungsi delta dirac:
1. ∫ 𝑓(𝑥′)𝛿
∞
−∞
(𝑥 − 𝑥′)𝑑𝑥′
= 𝑓(𝑥)
2. 𝛿 (
𝑎
𝑥
) =
𝛿(𝑥)
|𝑎|
• Bila kita bekerja dengan fungsi diskrit, maka fungsi delta yang digunakan adalah fungsi delta
Kronecker, yang didefinisikan sebagai
𝛿(𝑛) = {
0, 𝑛 ≠ 0
1, 𝑛 = 0
• Dengan sifat:
∑ 𝑓(𝑚)𝛿(𝑛 − 𝑚) = 𝑓(𝑛)
∞
𝑚=−∞
• Hasil konvolusi f(x) dengan delta dirac 𝛿(x)
𝑓(x) ∗ 𝛿(𝑥) = ∫ 𝑓(𝑎)𝛿
∞
−∞
(𝑥 − 𝑎)𝑑𝑎 = 𝑓(𝑥)
(since 𝛿(𝑥 − 𝑎) = 1 𝑖𝑓 𝑎 = 𝑥)
Gambar 6.11. Hasil konvolusi f(x) dengan delta dirac 𝛿(x)
• Kegunaan fungsi impuls: penerokan (sampling) sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrit.
6
Gambar 6.12. Kegunaan fungsi impuls: penerokan (sampling) sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrit
• Proses penerokan dinyatakan sebagai perkalian sinyal kontinyu f(t) dengan fungsi penerok berupa
rentetan sinyal delta sejarak T satu sama lain.
Gambar 6.13. Proses penerokan dinyatakan sebagai perkalian sinyal kontinyu f(t) dengan fungsi
penerok berupa rentetan sinyal delta sejarak T satu sama lain.
• Fungsi penerok itu dapat dinyatakan sebagai
𝑠(𝑡) = ∑ 𝛿(𝑡 − 𝑛𝑇)
∞
−∞
Dengan demikian,
𝑓𝑎(𝑡) = 𝑓(𝑡)𝑠(𝑡) = 𝑓(𝑡) ∑ 𝛿(𝑡 − 𝑛𝑇) =
∞
−∞
∑ 𝑓(𝑡)𝛿(𝑡 − 𝑛𝑇)
∞
−∞
7
Gambar 6.13. Fungsi penerok itu dapat dinyatakan sebagai
𝑠(𝑡) = ∑ 𝛿(𝑡 − 𝑛𝑇)
∞
−∞
6.3. Konvolusi Pada Fungsi Diskrit
• Konvolusi pada fungsi kontinyu f(x) dan g(x):
ℎ(𝑥) = 𝑓(𝑥) ∗ 𝑔(𝑥) = ∫ 𝑓(𝑎)𝑔(𝑥 − 𝑎)
∞
−∞
𝑑𝑎
• Konvolusi pada fungsi diskrit:
ℎ(𝑥) = 𝑓(𝑥) ∗ 𝑔(𝑥) = ∑ 𝑓(𝑎)𝑔(𝑥 − 𝑎)
∞
−∞
• Konvolusi bersifat komutatif:
f(x) * g(x) = g(x) * f(x)
6.4. Sifat-sifat Konvolusi
• Commutative:
f * g = g * f
• Associative:
(f * g) * h=f * (g * h)
8
• Homogeneous:
f * (𝝀𝒈) = 𝝀𝒇 ∗ 𝒈
• Additive (Distributive):
f * (g + h) = f * g + f * h
• Sift-Invariant:
f * g (x-x0,y-y0)=(f * g)(x-x0, y-y0)
6.5. Konvolusi Pada Fungsi Dwiwarna
• Citra adalah sinyal dwimatra (fungsi dwimatra).
• Untuk fungsi dwimatra (fungsi dengan dua peubah), operasi konvolusi didefinisikan sebagai
berikut:
a. Untuk fungsi kontinyu
ℎ(𝑥, 𝑦) = 𝑓(𝑥, 𝑦) ∗ 𝑔(𝑥, 𝑦) = ∫ ∫ 𝑓(𝑎, 𝑏)𝑔(𝑥 − 𝑎, 𝑦 − 𝑏)𝑑𝑎𝑑𝑏
∞
−∞
∞
−∞
b. Untuk fungsi diskrit
ℎ(𝑥, 𝑦) = 𝑓(𝑥, 𝑦) ∗ 𝑔(𝑥, 𝑦) = ∑ ∑ 𝑓(𝑎, 𝑏)𝑔(𝑥 − 𝑎, 𝑦 − 𝑏)
∞
𝑏=−∞
∞
𝑎=−∞
• g(x,y) dinamakan convolution filter, convolution mask, kernel, atau template
• Dalam ranah diskrit kernel konvolusi dinyatakan dalam bentuk matriks (umumnya 3 x 3, ada juga
2 x 2 atau 2 x 2 atau 1 x 2).
Gambar 6.14. Contoh kernel
• Ilustrasi konvolusi:
9
Gambar 6.15. Ilustrasi konvolusi
• Jadi, konvolusi dapat dipandang sebagai kombinasi linear dari vector pixel dengan vektor kernel.
• Jumlah nilai di dalam kernel > 1, maka f(i,j) dibagi dengan jumlah tersebut.
Jika jumlahnya nol, maka f(i,j) dibagi dengan 1.
10
Gambar 6.16. Ilustrasi Konvolusi
• Operasi konvolusi dilakukan dengan menggeser kernel konvolusi pixel per pixel.
Hasil konvolusi disimpan di dalam matriks yang baru.
• Catatan: Lakukan operasi clipping jika hasil konvolusi menghasilkan nilai pixel negatif atau lebih
besar dari nilai keabuan maksimum 7 Misal dijadikan 0 jika hasil konvolusi negatif, dijadikan 255
jika hasil konvolusi lebih besar dari 255.
• Contoh 1:
Misalkan citra f(x,y) berukuran 5 x 5 dikonvolusi dengan sebuah kernel atau mask berukuran 3 x 3,
masing-masing adalah sebagai berikut:
Gambar 6. 17. Contoh 1
• Operasi konvolusi f(x,y) * g(x,y) adalah sebagai berikut:
11
1) Tempatkan kernel pada sudut kiri atas, kemudian hitung nilai pixel pada posisi (0,0) dari
kernel.
Gambar 6.18. Hasil konvolusi = 3
2) Geser kernel satu pixel ke kanan, kemudian hitung nilai pixel pada posisi (0,0) dari kernel:
Gambar 6.19. Hasil konvolusi = 0
3) Geser kernel satu pixel ke kanan, kemudian hitung nilai pixel pada posisi (0,0) dari kernel:
Gambar 6. 20. Hasil konvolusi = 2
12
4) Selanjutnya, geser kernel satu pixel ke bawah, lalu mulai lagi melakukan konvolusi dari sisi
kiri citra. Setiap kali konvolusi, geser kernel satu pixel ke kanan:
Gambar 6.21. Hasil konvolusi = 0
Gambar 6.22. Hasil konvolusi = 2
13
Gambar 6.23. Hasil konvolusi = 6
6.6. Example
Gambar 6.24. Contoh
14
6.7. Contoh Lain
Gambar 6.25. Contoh lain
• Masalah timbul bila pixel yang dikonvolusi adalah pixel pinggir (border), karena beberapa
koefisien konvolusi tidak dapat diposisikan pada pixel-pixel citra (efek “menggantung”).
Gambar 6.26. Efek menggantung
• Masalah “menggantung” seperti ini selalu terjadi pada pixel-pixel pinggir kiri, kanan, atas, dan
bawah.
• Solusi untuk masalah ini adalah:
1. Pixel-pixel pinggir diabaikan, tidak dikonvolusi. Solusi ini banyak dipakai di dalam pustaka
fungsi-fungsi pengolahan citra. Dengan cara seperti ini, maka pixel-pixel pinggir nilainya tetap
sama seperti citra asal.
15
Gambar 6.27. Solusi untuk pixel menggantung. Pixel-pixel pinggir (yang tidak diarsir) tidak
dikonvolusi (dari contoh 1).
2. Duplikasi elemen citra, misalnya elemen kolom pertama disalin ke kolom M+1, begitu juga
sebaliknya, lalu konvolusi dapat dilakukan terhadap pixel-pixel pinggir tersebut.
3. Elemen yang ditandai dengan “?” diasumsikan bernilai 0 atau konstanta yang lain, sehingga
konvolusi pixel-pixel dapat dilakukan.
• Solusi dengan ketiga pendekatan di atas mengasumsikan bagian pinggir citra lebarnya sangat
kecil (hanya satu pixel) relatif dibanding dengan ukuran citra, sehingga pixel-pixel pinggir tidak
memperlihatkan efek yang kasat mata.
Gambar 6.28. Algotirma konvolusi citra dengan sebuah mask yang berukuran 3 x 3.
Pixel yang dikonvolusi adalah elemen (i,j). Delapan buah pixel yang bertetangga dengan pixel (i,j)
adalah sbb:
16
Gambar 6.29. Pixel yang dikonvolusi.
Konvolusi berguna pada proses pengolahan citra seperti:
• Perbaikan kualitas citra (image enhancement)
• Penghilangan derau.
• Mengurangi erotan.
• Penghalusan/pelembutan citra.
• Deteksi tepi, penajam tepi
• Dll.
Contoh:
Untuk mempertajam citra, sebuah penapis Gaussian digunakan. Penapis Gaussian adalah sebuah mask
berukuran 3 x 3:
Gambar 6.30. Contoh Penapis Gaussian
17
6.8. Some Other Kernel Examples
Gambar 6.31. Contoh lain
Referensi
[1] Syahid Abdullah, S. M. (2024, April 09). Pengolahan Citra Pertemuan 6.pdf. Diambil kembali
dari Edlink Universitas Siber Asia: https://edlink.id/panel/classes/733659. Diakses pada tanggal
10 April 2024.
Link File
18

More Related Content

Similar to Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf

Operasi_Ketetanggaan_Piksel.pptx
Operasi_Ketetanggaan_Piksel.pptxOperasi_Ketetanggaan_Piksel.pptx
Operasi_Ketetanggaan_Piksel.pptx
Rizal682472
 
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx
nyomans1
 
Bab iv konvolusi & tf
Bab iv konvolusi & tfBab iv konvolusi & tf
Bab iv konvolusi & tf
khaerul azmi
 

Similar to Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf (20)

Operasi_Ketetanggaan_Piksel.pptx
Operasi_Ketetanggaan_Piksel.pptxOperasi_Ketetanggaan_Piksel.pptx
Operasi_Ketetanggaan_Piksel.pptx
 
Fungsi Kuadrat dan Aplikasinya
Fungsi Kuadrat dan AplikasinyaFungsi Kuadrat dan Aplikasinya
Fungsi Kuadrat dan Aplikasinya
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdf
 
Fungsi dan grafik
Fungsi dan grafikFungsi dan grafik
Fungsi dan grafik
 
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdfPeningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
 
prog-linear-oke1.ppt
prog-linear-oke1.pptprog-linear-oke1.ppt
prog-linear-oke1.ppt
 
2.a. Fungsi lanjutan 2.pptx
2.a. Fungsi lanjutan 2.pptx2.a. Fungsi lanjutan 2.pptx
2.a. Fungsi lanjutan 2.pptx
 
Pcd topik1 - fundamental
Pcd   topik1 - fundamentalPcd   topik1 - fundamental
Pcd topik1 - fundamental
 
MATERI PERTEMUAN 2.pdf
MATERI PERTEMUAN 2.pdfMATERI PERTEMUAN 2.pdf
MATERI PERTEMUAN 2.pdf
 
Rangkuman Drill Soal maatematika wajib ips 3.pptx
Rangkuman Drill Soal maatematika wajib ips 3.pptxRangkuman Drill Soal maatematika wajib ips 3.pptx
Rangkuman Drill Soal maatematika wajib ips 3.pptx
 
6678 bab ii fungsi
6678 bab ii fungsi6678 bab ii fungsi
6678 bab ii fungsi
 
Fungsi dan grafik
Fungsi dan grafikFungsi dan grafik
Fungsi dan grafik
 
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx
 
DIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptxDIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptx
 
Babiv konvolusi
Babiv konvolusiBabiv konvolusi
Babiv konvolusi
 
Bab iv konvolusi & tf
Bab iv konvolusi & tfBab iv konvolusi & tf
Bab iv konvolusi & tf
 
Pcd 5
Pcd 5Pcd 5
Pcd 5
 
LN s04-machine vision-s2
LN s04-machine vision-s2LN s04-machine vision-s2
LN s04-machine vision-s2
 
08 bab 7
08 bab 708 bab 7
08 bab 7
 
Modul Matematika Fungsi Kuadrat
Modul Matematika Fungsi KuadratModul Matematika Fungsi Kuadrat
Modul Matematika Fungsi Kuadrat
 

More from HendroGunawan8

More from HendroGunawan8 (20)

Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
 
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdfJaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
 
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
 
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docxEstetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
 
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdfJaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
 

Recently uploaded

RPP Sistem Ekskresi - IPA Kelas 8 - semester Genap - 2024.docx
RPP Sistem Ekskresi - IPA Kelas 8 - semester Genap - 2024.docxRPP Sistem Ekskresi - IPA Kelas 8 - semester Genap - 2024.docx
RPP Sistem Ekskresi - IPA Kelas 8 - semester Genap - 2024.docx
nurlathifah80
 

Recently uploaded (20)

perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
 
Materi BKR Bina Keluarga Remaja BKKBN Untuk Kader
Materi BKR Bina Keluarga Remaja BKKBN Untuk KaderMateri BKR Bina Keluarga Remaja BKKBN Untuk Kader
Materi BKR Bina Keluarga Remaja BKKBN Untuk Kader
 
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJARAKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
 
SOALAN PEPERIKSAAN AKHIR TAHUN MATEMATIK TAHUN 2
SOALAN PEPERIKSAAN AKHIR TAHUN MATEMATIK TAHUN 2SOALAN PEPERIKSAAN AKHIR TAHUN MATEMATIK TAHUN 2
SOALAN PEPERIKSAAN AKHIR TAHUN MATEMATIK TAHUN 2
 
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
 
Laporan_Rekan_Sejawat Sri Lubis, S.Pd (1).pdf
Laporan_Rekan_Sejawat Sri Lubis, S.Pd (1).pdfLaporan_Rekan_Sejawat Sri Lubis, S.Pd (1).pdf
Laporan_Rekan_Sejawat Sri Lubis, S.Pd (1).pdf
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
Jaringan Internet dan Komputer dasar-dasar
Jaringan Internet dan Komputer dasar-dasarJaringan Internet dan Komputer dasar-dasar
Jaringan Internet dan Komputer dasar-dasar
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
 
form Tindak Lanjut Observasi Penilaian Kinerja PMM
form Tindak Lanjut Observasi Penilaian Kinerja PMMform Tindak Lanjut Observasi Penilaian Kinerja PMM
form Tindak Lanjut Observasi Penilaian Kinerja PMM
 
RPP Sistem Ekskresi - IPA Kelas 8 - semester Genap - 2024.docx
RPP Sistem Ekskresi - IPA Kelas 8 - semester Genap - 2024.docxRPP Sistem Ekskresi - IPA Kelas 8 - semester Genap - 2024.docx
RPP Sistem Ekskresi - IPA Kelas 8 - semester Genap - 2024.docx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
sertifikat dan piagam serta dokumen lainnya
sertifikat dan piagam serta dokumen lainnyasertifikat dan piagam serta dokumen lainnya
sertifikat dan piagam serta dokumen lainnya
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
 
Ringkasan, Abstrak, dan Sintesis (Pengertian, Contoh, dan Kaidah Penulisan).pdf
Ringkasan, Abstrak, dan Sintesis (Pengertian, Contoh, dan Kaidah Penulisan).pdfRingkasan, Abstrak, dan Sintesis (Pengertian, Contoh, dan Kaidah Penulisan).pdf
Ringkasan, Abstrak, dan Sintesis (Pengertian, Contoh, dan Kaidah Penulisan).pdf
 

Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf

  • 1. 1 Modul Pengolahan Citra Sesi Ke-6 Nama : Hendro Gunawan NIM : 200401072103 Kelas : IT-801 6. Konvolusi • Di dalam pengolahan citra, sebuah citra sering dilakukan proses penapisan (image filtering) untuk memperoleh citra sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Gambar 6.1. Image filtering • Penampilan citra berarti memodifikasi pixel-pixel di dalam citra berdasarkan transformasi terhadap nilai-nilai pixel tentangnya. Gambar 6.2. Transformasi pixel • Penapisan citra termasuk ke dalam tipe operasi aras lokal. f(x,y) g(x,y) filtering filtering 5 1 4 1 7 1 5 3 10 Local image data 7 Modified image data transformasi x,y ( ) x,y ) ( Input image f(x,y) Output image g(x,y) ( -1) x-1,y +1) x+1,y (
  • 2. 2 Gambar 6.3. Area or Mask Processing Methods. • Sebuah operator khusus untuk penapisan citra adalah konvolusi (convolution) atau linear filtering. 6.1. Teori Konvolusi • Konvolusi 2 buah fungsi f(x) dan g(x) didefinisikan sebagai berikut: 𝒉(𝒙) = 𝒇(𝒙) ∗ 𝒈(𝒙) = ∫ 𝒇(𝒂)𝒈(𝒙 − 𝒂)𝒅𝒂 ∞ −∞ • Tanda * menyatakan operator konvolusi, dan peubah a adalah peubah bantu (dummy variable). • g(x) disebut kernel atau mask konvolusi. • Kernel g(x) dapat dibayangkan sebagai sebuah jendela yang dioperasikan secara bergeser pada sinyal masukan f(x). • Jumlah perkalian kedua fungsi pada setiap titik merupakan hasil konvolusi yang dinyatakan dengan sinyal luaran h(x). Contoh: Misalkan fungsi f(x) dan g(x) diperlihatkan pada gambar berikut. Gambar 6.4. Contoh fungsi f(x) dan g(x). Rumus konvolusi: ℎ(𝑥) = 𝑓(𝑥) ∗ 𝑔(𝑥) = ∫ 𝑓(𝑎)𝑔(𝑥 − 𝑎)𝑑𝑎 ∞ −∞
  • 3. 3 Step 1: Tentukan g(- a) Step 2: Tentukan g(x - a) Gambar 6.5. Step 1 dan Step 2 Gambar 6.6. Step 3 . .
  • 4. 4 Gambar 6.7. Case 3 dan Case 4 Gambar 6.8. Fungsi f(x) * g(x) Hasil akhir: Gambar 6.9. Hasil akhir 6.2. Konvolusi dengan Fungsi Impuls • Fungsi impuls disebut juga fungsi delta dirac. • Fungsi delta dirac bernilai 0 untuk x ≠ 0, dan ‘lebar’ denyutnya sama dengan 1. • Secara matematis fungsi delta dirac didefinisikan sebagai: 𝛿(𝑥) = 0, 𝑥 ≠ 0 𝑙𝑖𝑚 ∫ 𝛿(𝑥)𝑑𝑥 = 1 𝜀 −𝜀
  • 5. 5 Gambar 6.10. Fungsi impuls (delta dirac) • Sifat-sifat fungsi delta dirac: 1. ∫ 𝑓(𝑥′)𝛿 ∞ −∞ (𝑥 − 𝑥′)𝑑𝑥′ = 𝑓(𝑥) 2. 𝛿 ( 𝑎 𝑥 ) = 𝛿(𝑥) |𝑎| • Bila kita bekerja dengan fungsi diskrit, maka fungsi delta yang digunakan adalah fungsi delta Kronecker, yang didefinisikan sebagai 𝛿(𝑛) = { 0, 𝑛 ≠ 0 1, 𝑛 = 0 • Dengan sifat: ∑ 𝑓(𝑚)𝛿(𝑛 − 𝑚) = 𝑓(𝑛) ∞ 𝑚=−∞ • Hasil konvolusi f(x) dengan delta dirac 𝛿(x) 𝑓(x) ∗ 𝛿(𝑥) = ∫ 𝑓(𝑎)𝛿 ∞ −∞ (𝑥 − 𝑎)𝑑𝑎 = 𝑓(𝑥) (since 𝛿(𝑥 − 𝑎) = 1 𝑖𝑓 𝑎 = 𝑥) Gambar 6.11. Hasil konvolusi f(x) dengan delta dirac 𝛿(x) • Kegunaan fungsi impuls: penerokan (sampling) sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrit.
  • 6. 6 Gambar 6.12. Kegunaan fungsi impuls: penerokan (sampling) sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrit • Proses penerokan dinyatakan sebagai perkalian sinyal kontinyu f(t) dengan fungsi penerok berupa rentetan sinyal delta sejarak T satu sama lain. Gambar 6.13. Proses penerokan dinyatakan sebagai perkalian sinyal kontinyu f(t) dengan fungsi penerok berupa rentetan sinyal delta sejarak T satu sama lain. • Fungsi penerok itu dapat dinyatakan sebagai 𝑠(𝑡) = ∑ 𝛿(𝑡 − 𝑛𝑇) ∞ −∞ Dengan demikian, 𝑓𝑎(𝑡) = 𝑓(𝑡)𝑠(𝑡) = 𝑓(𝑡) ∑ 𝛿(𝑡 − 𝑛𝑇) = ∞ −∞ ∑ 𝑓(𝑡)𝛿(𝑡 − 𝑛𝑇) ∞ −∞
  • 7. 7 Gambar 6.13. Fungsi penerok itu dapat dinyatakan sebagai 𝑠(𝑡) = ∑ 𝛿(𝑡 − 𝑛𝑇) ∞ −∞ 6.3. Konvolusi Pada Fungsi Diskrit • Konvolusi pada fungsi kontinyu f(x) dan g(x): ℎ(𝑥) = 𝑓(𝑥) ∗ 𝑔(𝑥) = ∫ 𝑓(𝑎)𝑔(𝑥 − 𝑎) ∞ −∞ 𝑑𝑎 • Konvolusi pada fungsi diskrit: ℎ(𝑥) = 𝑓(𝑥) ∗ 𝑔(𝑥) = ∑ 𝑓(𝑎)𝑔(𝑥 − 𝑎) ∞ −∞ • Konvolusi bersifat komutatif: f(x) * g(x) = g(x) * f(x) 6.4. Sifat-sifat Konvolusi • Commutative: f * g = g * f • Associative: (f * g) * h=f * (g * h)
  • 8. 8 • Homogeneous: f * (𝝀𝒈) = 𝝀𝒇 ∗ 𝒈 • Additive (Distributive): f * (g + h) = f * g + f * h • Sift-Invariant: f * g (x-x0,y-y0)=(f * g)(x-x0, y-y0) 6.5. Konvolusi Pada Fungsi Dwiwarna • Citra adalah sinyal dwimatra (fungsi dwimatra). • Untuk fungsi dwimatra (fungsi dengan dua peubah), operasi konvolusi didefinisikan sebagai berikut: a. Untuk fungsi kontinyu ℎ(𝑥, 𝑦) = 𝑓(𝑥, 𝑦) ∗ 𝑔(𝑥, 𝑦) = ∫ ∫ 𝑓(𝑎, 𝑏)𝑔(𝑥 − 𝑎, 𝑦 − 𝑏)𝑑𝑎𝑑𝑏 ∞ −∞ ∞ −∞ b. Untuk fungsi diskrit ℎ(𝑥, 𝑦) = 𝑓(𝑥, 𝑦) ∗ 𝑔(𝑥, 𝑦) = ∑ ∑ 𝑓(𝑎, 𝑏)𝑔(𝑥 − 𝑎, 𝑦 − 𝑏) ∞ 𝑏=−∞ ∞ 𝑎=−∞ • g(x,y) dinamakan convolution filter, convolution mask, kernel, atau template • Dalam ranah diskrit kernel konvolusi dinyatakan dalam bentuk matriks (umumnya 3 x 3, ada juga 2 x 2 atau 2 x 2 atau 1 x 2). Gambar 6.14. Contoh kernel • Ilustrasi konvolusi:
  • 9. 9 Gambar 6.15. Ilustrasi konvolusi • Jadi, konvolusi dapat dipandang sebagai kombinasi linear dari vector pixel dengan vektor kernel. • Jumlah nilai di dalam kernel > 1, maka f(i,j) dibagi dengan jumlah tersebut. Jika jumlahnya nol, maka f(i,j) dibagi dengan 1.
  • 10. 10 Gambar 6.16. Ilustrasi Konvolusi • Operasi konvolusi dilakukan dengan menggeser kernel konvolusi pixel per pixel. Hasil konvolusi disimpan di dalam matriks yang baru. • Catatan: Lakukan operasi clipping jika hasil konvolusi menghasilkan nilai pixel negatif atau lebih besar dari nilai keabuan maksimum 7 Misal dijadikan 0 jika hasil konvolusi negatif, dijadikan 255 jika hasil konvolusi lebih besar dari 255. • Contoh 1: Misalkan citra f(x,y) berukuran 5 x 5 dikonvolusi dengan sebuah kernel atau mask berukuran 3 x 3, masing-masing adalah sebagai berikut: Gambar 6. 17. Contoh 1 • Operasi konvolusi f(x,y) * g(x,y) adalah sebagai berikut:
  • 11. 11 1) Tempatkan kernel pada sudut kiri atas, kemudian hitung nilai pixel pada posisi (0,0) dari kernel. Gambar 6.18. Hasil konvolusi = 3 2) Geser kernel satu pixel ke kanan, kemudian hitung nilai pixel pada posisi (0,0) dari kernel: Gambar 6.19. Hasil konvolusi = 0 3) Geser kernel satu pixel ke kanan, kemudian hitung nilai pixel pada posisi (0,0) dari kernel: Gambar 6. 20. Hasil konvolusi = 2
  • 12. 12 4) Selanjutnya, geser kernel satu pixel ke bawah, lalu mulai lagi melakukan konvolusi dari sisi kiri citra. Setiap kali konvolusi, geser kernel satu pixel ke kanan: Gambar 6.21. Hasil konvolusi = 0 Gambar 6.22. Hasil konvolusi = 2
  • 13. 13 Gambar 6.23. Hasil konvolusi = 6 6.6. Example Gambar 6.24. Contoh
  • 14. 14 6.7. Contoh Lain Gambar 6.25. Contoh lain • Masalah timbul bila pixel yang dikonvolusi adalah pixel pinggir (border), karena beberapa koefisien konvolusi tidak dapat diposisikan pada pixel-pixel citra (efek “menggantung”). Gambar 6.26. Efek menggantung • Masalah “menggantung” seperti ini selalu terjadi pada pixel-pixel pinggir kiri, kanan, atas, dan bawah. • Solusi untuk masalah ini adalah: 1. Pixel-pixel pinggir diabaikan, tidak dikonvolusi. Solusi ini banyak dipakai di dalam pustaka fungsi-fungsi pengolahan citra. Dengan cara seperti ini, maka pixel-pixel pinggir nilainya tetap sama seperti citra asal.
  • 15. 15 Gambar 6.27. Solusi untuk pixel menggantung. Pixel-pixel pinggir (yang tidak diarsir) tidak dikonvolusi (dari contoh 1). 2. Duplikasi elemen citra, misalnya elemen kolom pertama disalin ke kolom M+1, begitu juga sebaliknya, lalu konvolusi dapat dilakukan terhadap pixel-pixel pinggir tersebut. 3. Elemen yang ditandai dengan “?” diasumsikan bernilai 0 atau konstanta yang lain, sehingga konvolusi pixel-pixel dapat dilakukan. • Solusi dengan ketiga pendekatan di atas mengasumsikan bagian pinggir citra lebarnya sangat kecil (hanya satu pixel) relatif dibanding dengan ukuran citra, sehingga pixel-pixel pinggir tidak memperlihatkan efek yang kasat mata. Gambar 6.28. Algotirma konvolusi citra dengan sebuah mask yang berukuran 3 x 3. Pixel yang dikonvolusi adalah elemen (i,j). Delapan buah pixel yang bertetangga dengan pixel (i,j) adalah sbb:
  • 16. 16 Gambar 6.29. Pixel yang dikonvolusi. Konvolusi berguna pada proses pengolahan citra seperti: • Perbaikan kualitas citra (image enhancement) • Penghilangan derau. • Mengurangi erotan. • Penghalusan/pelembutan citra. • Deteksi tepi, penajam tepi • Dll. Contoh: Untuk mempertajam citra, sebuah penapis Gaussian digunakan. Penapis Gaussian adalah sebuah mask berukuran 3 x 3: Gambar 6.30. Contoh Penapis Gaussian
  • 17. 17 6.8. Some Other Kernel Examples Gambar 6.31. Contoh lain Referensi [1] Syahid Abdullah, S. M. (2024, April 09). Pengolahan Citra Pertemuan 6.pdf. Diambil kembali dari Edlink Universitas Siber Asia: https://edlink.id/panel/classes/733659. Diakses pada tanggal 10 April 2024. Link File
  • 18. 18