SlideShare a Scribd company logo
1
Modul Pengolahan Citra Pertemuan Ke-7
Nama : Hendro Gunawan
NIM : 200401072103
Kelas : IT-801
7. Image Enhancement
• Image enhancement = perbaikan kualitas citra.
• Tujuan: memperoleh citra yang lebih sesuai digunakan untuk aplikasi lebih lanjut )+(misal:
mengenali objek di dalam citra).
• Merupakan suatu proses awal dalam pengolahan citra (preprocesing)
• Mengapa memerlukan image enhancement?
- Citra mengandung derau (noise).
- Citra terlalu terang/gelap, citra kurang tajam, kabur (blur)
- Cacat saat akuisisi citra.
• Lensa: object blurring atau background blurring.
• Objek bergerak kamera bergerak: motion blurring.
- Distorsi geometrik disebabkan oleh lensa atau sudut pengambilan.
Gambar 7.1. cacat saat akuisisi citra
Gambar 7.2. Dark face image for recognition and blur vehicle plate number.
2
• Berdasarkan ranah (domain) operasinya, metode-metode untuk perbaikan kualitas citra dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori:
1. Image enhancement dalam ranah spasial.
2. Image enhancement dalam ranah frekuensi.
• Spatial Domain
• Frequency Domain (misalnya menggunakan Fourier Transform).
• Metode-metode image enhancement dalam ranah spasial dilakukan dengan memanipulasi secara
langsung pixel-pixel di dalam citra.
• Metode-metode image enhancement dalam ranah frekuensi dilakukan dengan mengubah citra
terlebih dahulu dari ranah spasial ke ranah frekuensi, baru kemudian memanipulasi nilai-nilai
frekuens tersebut.
• Masing-masing ranah operasi digunakan untuk tujuan spesifik, karena tidak semua perbaikan citra
dapat dilakukan dalam ranah spasial.
• Materi di dalam PPT ini membahas metode-metode image enhancement dalam ranah spasial
terlebih dahulu.
7.1. Metode dalam Ranah Spasial
• Misalkan:
• f(x,y): citra input
• g(x,y): citra output
• T adalah operator terhadap f
• Metode pemrosesan citra dalam ranah spasial dinyatakan sebagai:
𝒈(𝒙, 𝒚) = 𝑻[ 𝒇(𝒙, 𝒚)]
• T bisa beroperasi pada satu pixel, sekelompok pixel bertetangga, atau keseluruhan pixel di dalan
citra.
• Jadi, metode dalam ranah spasial dapat dilakukan pada aras titik (pixel), aras lokal, dan aras global.
3
Aras lokal
Aras lokal
Aras global
Gambar 7.3. Metode dalam Ranah Spasial.
Proses-proses yang termasuk ke dalam perbaikan kualitas citra:
1. Pengubahan kecerahan gambar (image brightening).
2. Citra negatif (image negatives).
3. Peregangan kontras (contrast stretching).
4. Pengubahan histogram citra.
5. Pelembutan citra (image smoothing).
6. Penajaman (sharpening) tepi (edge).
7. Pewarnaan semu (pseudocolouring).
8. Pengubahan geometrik
9. Dll.
g(x,y) = T[f(x,y)]
T operates on
entire of pixels
Aras global
4
7.2. Pemrosesan dalam aras titik
• g(x,y)=T[ f(x,y)]
• T hanya beroperasi pada satu pixel.
• T adalah fungsi transformasi nilai grayscale, sehingga ditulis:
𝑠 = 𝑇 (𝑟)
Gambar 7.4. L = 256: pada citra grayscale 8-bit.
r : variabel yang menyatakan nilai grayscale f(x,y).
s : variabel yang menyatakan nilai grayscale g(x,y).
Contoh-contoh image enhancement dalam aras titik:
1. Mencerahkan citra (image brightening).
2. Menegatifkan citra (image negatives).
3. Peregangan kontras (contras stretching).
4. Gamma correction.
5. Dll.
7.3. Pencerahan Citra (image brightening)
• Kecerahan citra dapat diperbaiki dengan menambahkan/mengurangkan sebuah konstanta kepada
(atau dari) setiap pixel, atau mengalikan sebuah konstanta ke setiap pixel.
𝑟 = 𝑠 + 𝑏
• Jika b positif, kecerahan citra bertambah,
Jika b negatif kecerahan citra berkurang.
• Perlu operasi clipping jika nilai r + b berada di bawah nilai intensitas minimum atau di atas nilai
intensitas maksimum:
- Jika r + b > 255, maka s = 255
- Jika r + b < 0, maka s = 0
5
Gambar 7.5. Kiri: citra Zelda (agak gelap); kanan: citra Zelda setelah operasi pencerahan citra, b =
100.
• Operasi pencerahan yang lain adalah menggunakan rumus:
𝑟 = 𝑎𝑠 + 𝑏
a dan b adalah konstanta.
Gambar 7.6. Peningkatan citra dalam domain spasial
7.4. Menegatifkan Citra (Image Negatives).
• Seperti film negatif pada fotografi.
• Misalkan citra memiliki L derajat keabuan
• Caranya: kurangi nilai intensitas pixel dari nilai keabuan maksimum (L-1)
𝑠 = (𝐿 − 1) − 𝑟
Contoh pada citra grayscale 8-bit: s = 255 – r
6
Gambar 7.7. Menegatifkan citra.
• Sebagai proses image enhancement, menegatifkan citra bermanfaat bila area hitam sangat
dominan di dalam citra, misalnya foto sinar-X dan citra mammografi.
Gambar 7.8. Citra Mammografi.
7
Gambar 7.9. Citra negatif pada foto sinar X-ray.
• Menegatifkan citra adalah salah satu transformasi linier. Selain transformasi linier, terdapat tiga
fungsi transformasi dasar keabuan:
Gambar 7.8. Beberapa fungsi transformasi tingkat abu-abu dasar yang digunakan untuk
peningkatan gambar.
1. Fungsi linear
• Transformasi negative dan transformasi identitas.
2. Fungsi logaritma
• Transformasi log dan inverse-log.
3. Fungsi pangkat
• Transformasi pangkat n dan transformasi akar pangkat n.
a) Transformasi Identitas
• Nilai keabuan citra output sama dengan keabuan citra input.
• Dimasukkan ke dalam grafik hanya untuk melengkapi.
8
Gambar 7.9. Beberapa fungsi transformasi tingkat abu-abu dasar yang digunakan untuk
peningkatan gambar.
b) Transformasi Log
• Fungsi
𝑠 = 𝑐 log(1 + 𝑟)
• Transformasi log memiliki sifat:
1. Untuk citra yang memiliki rentang yang sempit untuk nilai-nilai keabuan yang rendah
(gelap), dipetakkan menjadi rentang yang lebih luas pada citra luaran.
2. Untuk citra yang memiliki rentang yang lebar untuk nilai-nilai keabuan yang tinggi (terang),
dipetakkan menjadi rentang yang lebih sempit pada citra luaran.
• Pada transformasi log balikan (inverse), yang terjadi adalah kebalikannya.
9
Gambar 7.10. Transformasi log.
Application:
• Transformasi ini cocok untuk kasus ketika rentang dinamis gambar yang diproses jauh melebihi
kemampuan perangkat tampilan (misalnya tampilan spektrum Fourier gambar).
• Juga disebut "kompresi / ekspansi rentang dinamis”
Gambar 7.11. Spektrum Fourier dengan nilai rentang 0 sampai 1,5 x 106
berskala linier.
c) Transformasi Pangkat
• Fungsi pangkat:
𝑠 = 𝑐𝑟𝛾
• c dan 𝛾 adalah konstanta positif.
10
Gambar 7.12. Plot persamaan 𝑠 = 𝑐𝑟𝛾
untuk berbagai nilai 𝛾 (c = 1 dalam semua kasus )
Hukum pangkat (power-law):
Untuk 𝛾 < 1: Mengekspansi nilai-nilai pixel gelap, mengurangi nilai-nilai pixel terang.
Untuk 𝛾 < 1: Mengurangi nilai-nilai pixel gelap, mengekspansi nilai-nilai pixel terang.
Jika 𝛾 = 1 & c = 1: transformasi identitas (s = r).
Beberapa devais (image capture, printing, display) melakukan respon berdasarkan hukum-hukum dan
perlu dikoreksi.
7.5. Gamma (𝜸) Correction
Proses yang digunakan untuk mengoreksi fenomena hukum-pangkat.
Rincian:
11
Rincian:
Rincian:
12
Gambar 7.13. Gamma (𝛾) correction
Grayscale Image
•Perangkat tabung sinar katoda (CRT) memiliki
respons intensitas ketegangan yang merupakan
fungsi daya, dengan 𝛾 bervariasi dari 1,8 hingga
2,5.
•Gambar akan menjadi lebih gelap.
•Koreksi gamma dilakukan dengan melakukan
preprocessing gambar sebelum memasukkannya
ke monitor dengan s = 𝒄𝒓 𝟏/𝜸
Gambar 7.13. (a) Gambar skala abu-abu Linear-wedge. (b) Respon monitor terhadap irisan linier. (c)
Baji yang dikoreksi gamma. (d) Output monitor.
13
7.6. Perbaikan Kontras (Contrast Enhancement)
Gambar 7.13. (a) Nilai-nilai pixel < m diubah lebih gelap. Nilai-nilai pixel  m diubah lebih terang Operasi
peregangan kontras (contrast stretching). (b) Nilai-nilai pixel < m diubah menjadi hitam. Nilai-nilai pixel 
m diubah menjadi putih Operasi pengambangan (thresholding).
Gambar 7.14. Peregangan kontras dan pengambangan.
7.7. Peregangan Kontras (contrast stretching)
• Tujuan: meningkatkan rentang nilai-nilai keabuan untuk citra kontras-rendah (terentang dari 0
sampai 255 pada citra 8-bit).
Gambar 7.15. Peregangan kontras.
7.8. Citra Kontras Rendah
Citra kontras rendah dihasilkan dari:
- pencahayaan yang kurang
14
- kekurangan pada rentang dinamis di dalam imaging sensor.
- Kesalahan setting lensa selama akuisisi gambar.
Gambar 7.16. Citra kontras rendah
• Lokasi (r1, s1) dan (r2,s2) menentukan bentuk fungsi transformasi.
• Jika r1 = s1 dan r2 = s2 maka transformasi adalah fungsi linier sehingga tidak menghasilkan
perubahan.
• Jika r1 = r2, s1 = 0 dan s2 = L-1, transformasi menjadi fungsi pengembangan yang menghasilkan
citra biner.
• Nilai-nilai di antara (r1, s1) dan (r1, s2) menghasilkan penyebaran nilai keabuan citra luaran.
• Umumnya diasumsikan r1 ≤ r2 dan s1 ≤ s2
Gambar 7.17. Jika r1 = s1 dan r2 = s2
Gambar 7.18. Jika r1 = r2, s1 = 0 dan s2 = L-1
15
Gambar 7.19. Nilai-nilai di antara (r1,s1) dan (r2,s2) menghasilkan penyebaran nilai keabuan citra
luaran.
7.9. Algoritma Peregangan Kontras
Input: / (citra masukan), rmin dan rmax (nilai ambang)
Luaran: O (citra luaran)
1. Misalkan citra I memiliki 256 derajad keabuan (L=256).
2. Tentukan dua nilai ambang (a dan b). (a dan b menyatakan persentase, yaitu a% akan dinyatakan
sebagai pixel hitam dan antara 100%-b% sebagai pixel putih).
3. Cari batas bawah pengelompokan pixel dengan cara memindai (scan) histogram dari nilai keabuan
terkecil ke nilai keabuan terbesar (0 sampai 255) untuk menemukan pixel pertama yang melebihi
nilai ambang pertama yang telah dispesifikasikan.
4. Cari batas atas pengelompokan pixel dengan cara memindai histogram dari nilai keabuan tertinggi
ke nilai keabuan terendah (255 sampai 0) untuk menemukan pixel pertama yang lebih kecil dari
nilai ambang kedua yang dispesifikasikan.
5. Misalkan rmin adalah nilai keabuan terendah dari kelompok pixel, dan rmax adalah nilai keabuan
tertinggi dari kelompok pixel.
6. Pixel-pixel yang nilainya ≤ rmin di-set sama dengan 0, sedangkan pixel-pixel yang nilainya ≥ rmax
diset sama dengan 255. Jadi, (r1,s1) = (rmin, 0) dan (r2,s2) = (rmax, 255).
7. Pixel-pixel yang berada di antara rmin dan rmax dipetakan (diskalakan) secara proporsional untuk
memenuhi rentang nilai-nilai keabuan yang lengkap (0 sampai 255), misalnya dengan persamaan:
𝑠 =
𝑟 − 𝑟𝑚𝑎𝑥
𝑟𝑚𝑖𝑛 − 𝑟𝑚𝑎𝑥
𝑥 255
Contoh:
(r1, s1) = (rmin, 0) dan (r2, s2) = (rmax, L-1)
16
Gambar 7.20. Contoh peregangan kontras.
Contoh:
Jika r1 = r2 = m, maka hasilnya sama dengan operasi pengembangan, menghasilkan citra biner, seperti
pada gambar d.
Gambar 7.21. Peregangan kontras.(a) Bentuk fungsi transformasi (b) Gambar kontras rendah. (c) Hasil
peregangan kontras. (d) Hasil ambang batas (thresholding).
Gambar 7.22. Image enhancement in spatial domain.
Peregangan kontras juga dapat dilakukan dengan rumus berikut:
a b c d
17
Gambar 7.23. Peregangan kontras.
Atau menggunakan rumus clipping berikut:
Gambar 7.24. Peregangan kontras.
7.10. Gray-Level Slicing
• Tujuan: menonjolkan (highlight) rentang keabuan tertentu di dalam citra.
• Contoh: menonjolkan gumpalan air yang ada pada citra satelit, menonjolkan cacat yang ada pada
citra sinar X.
• Dua pendekatan di dalam graylevel slicing:
18
Gambar 7.25. Dua pendekatan di dalam graylevel slicing.
1. Menampilkan lebih terang semua graylevel di dalam rentang yang ingin ditonjolkan, dan
menampilkan lebih gelap semua graylevel lainnya (‘discard background’).
2. Menampilkan lebih terang semua graylevel di dalam rentang yang ingin ditonjolkan, sembari tetap
mempertahankan graylevel lainnya (‘preserve background’).
Gambar 7.26. (a) Transformasi ini menyoroti rentang [A, B] tingkat abu-abu dan mengurangi
semua yang lain ke tingkat yang konstan. (b) Transformasi ini menyoroti rentang [A, B] tetapi
mempertahankan semua level lainnya. (c) Gambar. (d) Hasil penggunaan transformasi dalam
(a).
clear all ; clc;
[filename, pathname] = uigetfile('*.tif'); im
= imread([pathname filename]); z=double(im);
[row,col]=size(z); for i=1:1:row for
j=1:1:col
if ((z(i,j)>142)) && (z(i,j)<250)
z(i,j)=255; else z(i,j)=im(i,j);
end end end figure(1); %-----------Original Image---
----------% imshow(im);
figure(2); %-----------Gray Level Slicing With Background-------------%
imshow(uint8(z));
19
7.11. Intensity Level Slicing (Example)
Gambar 7.27. Intensity Level Slicing.
Gambar 7.28. Intensity Level Slicing.
clear all ; clc;
[filename, pathname] = uigetfile('*.tif'); im
= imread([pathname filename]); z=double(im);
[row,col]=size(z); for i=1:1:row for
j=1:1:col
if ((z(i,j)>142)) && (z(i,j)<250)
z(i,j)=255; else z(i,j)=0;
end end end figure(1); %-----------Original Image---
----------% imshow(im);
figure(2); %-----------Gray Level Slicing With Background-------------%
imshow(uint8(z));
20
Gambar 7.29. Intensity Level Slicing.
7.12. Bit-Plane Slicing
• Tujuan: menonjolkan kontribusi dari bit tertentu di dalam citra.
• Misalkan satu pixel = 8 bit. Bit-bit tersusun dari kiri ke kanan dalam urutan yang kurang berarti (least
significant bits atau LSB) hingga bit-bit yang berarti (most significant bits atau MSB).
• Susunan bit pada setiap byte adalah b7 b6 b5 b4 b3 b2 b1 b0.
Contoh:
11010010
Gambar 7.30. Jika setiap bit dari setiap pixel diambil, maka diperoleh 8 buah bidang (bit-
plane).
MSB LSB
21
Contoh:
Gambar 7.31. Gambar fractal 8-bit. (Fraktal adalah gambar yang dihasilkan dari ekspresi matematis).
Gambar 7.32. Bidang 8 bit gambar
Bit-plane 7 Bit-plane 6
Bitplane
5
Bitplane
4
Bitplane
3
Bitplane
2
Bitplane
1
Bitplane
0
Gambar 7.33. Angka di bagian bawah, kanan setiap gambar mengidentifikasi bidang bit.
22
Gambar 7. 34. Gambar fractal 8 bit
Referensi
[1] Syahid Abdullah, S. M. (2024, Mei 18). Pengolahan Citra Pertemuan 7.pdf. Diambil kembali dari
Edlink Universitas Siber Asia: https://edlink.id/panel/classes/733659. Diakses pada tanggal 19
Mei 2024.
Link File
23

More Related Content

Similar to Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-7.pdf

Pengolahan citra digital__peningkatan_mutu_citra
Pengolahan citra digital__peningkatan_mutu_citraPengolahan citra digital__peningkatan_mutu_citra
Pengolahan citra digital__peningkatan_mutu_citraMuhammad Rdiansyah
 
Pcd 2
Pcd 2Pcd 2
Pcd 2
dedidarwis
 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Syafrizal
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
HendroGunawan8
 
Bab 11 citra biner
Bab 11 citra binerBab 11 citra biner
Bab 11 citra biner
Syafrizal
 
04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptx04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptx
nyomans1
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citra
Ovie Poenya
 
03-Pembentukan-Citra-dan-Digitalisasi-Citra.pptx
03-Pembentukan-Citra-dan-Digitalisasi-Citra.pptx03-Pembentukan-Citra-dan-Digitalisasi-Citra.pptx
03-Pembentukan-Citra-dan-Digitalisasi-Citra.pptx
nyomans1
 
pengantar pengolahan citra
pengantar pengolahan citrapengantar pengolahan citra
pengantar pengolahan citra
khaerul azmi
 
3 piksel_dan_histogram
 3 piksel_dan_histogram 3 piksel_dan_histogram
3 piksel_dan_histogram
Roziq Bahtiar
 
Digital image processing
Digital image processingDigital image processing
Digital image processingDefri Tan
 
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Fazar Hidayat
 
Pengolahan Citra 3 - Operasi-operasi Digital
Pengolahan Citra 3 - Operasi-operasi DigitalPengolahan Citra 3 - Operasi-operasi Digital
Pengolahan Citra 3 - Operasi-operasi Digital
Nur Fadli Utomo
 
Bab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepiBab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepi
Syafrizal
 
Chap 3 - Dasar Pengolahan Citra
Chap 3 - Dasar Pengolahan CitraChap 3 - Dasar Pengolahan Citra
Chap 3 - Dasar Pengolahan Citra
Dhanar Intan Surya Saputra
 
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digital
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra DigitalPertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digital
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digital
ahmad haidaroh
 
LN s04-machine vision-s2
LN s04-machine vision-s2LN s04-machine vision-s2
LN s04-machine vision-s2
Binus Online Learning
 
Pendeteksian Tepi - Buku Rinaldi Munir
Pendeteksian Tepi - Buku Rinaldi MunirPendeteksian Tepi - Buku Rinaldi Munir
Pendeteksian Tepi - Buku Rinaldi Munir
dedidarwis
 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)khaerul azmi
 

Similar to Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-7.pdf (20)

Pengolahan citra digital__peningkatan_mutu_citra
Pengolahan citra digital__peningkatan_mutu_citraPengolahan citra digital__peningkatan_mutu_citra
Pengolahan citra digital__peningkatan_mutu_citra
 
Pcd 2
Pcd 2Pcd 2
Pcd 2
 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
 
Bab 11 citra biner
Bab 11 citra binerBab 11 citra biner
Bab 11 citra biner
 
04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptx04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptx
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citra
 
03-Pembentukan-Citra-dan-Digitalisasi-Citra.pptx
03-Pembentukan-Citra-dan-Digitalisasi-Citra.pptx03-Pembentukan-Citra-dan-Digitalisasi-Citra.pptx
03-Pembentukan-Citra-dan-Digitalisasi-Citra.pptx
 
pengantar pengolahan citra
pengantar pengolahan citrapengantar pengolahan citra
pengantar pengolahan citra
 
3 piksel_dan_histogram
 3 piksel_dan_histogram 3 piksel_dan_histogram
3 piksel_dan_histogram
 
Laporan pcd 01
Laporan pcd 01Laporan pcd 01
Laporan pcd 01
 
Digital image processing
Digital image processingDigital image processing
Digital image processing
 
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
 
Pengolahan Citra 3 - Operasi-operasi Digital
Pengolahan Citra 3 - Operasi-operasi DigitalPengolahan Citra 3 - Operasi-operasi Digital
Pengolahan Citra 3 - Operasi-operasi Digital
 
Bab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepiBab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepi
 
Chap 3 - Dasar Pengolahan Citra
Chap 3 - Dasar Pengolahan CitraChap 3 - Dasar Pengolahan Citra
Chap 3 - Dasar Pengolahan Citra
 
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digital
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra DigitalPertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digital
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digital
 
LN s04-machine vision-s2
LN s04-machine vision-s2LN s04-machine vision-s2
LN s04-machine vision-s2
 
Pendeteksian Tepi - Buku Rinaldi Munir
Pendeteksian Tepi - Buku Rinaldi MunirPendeteksian Tepi - Buku Rinaldi Munir
Pendeteksian Tepi - Buku Rinaldi Munir
 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
 

More from HendroGunawan8

Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
HendroGunawan8
 
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdfJaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
HendroGunawan8
 
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
HendroGunawan8
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
HendroGunawan8
 
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docxEstetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
HendroGunawan8
 
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdfJaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
HendroGunawan8
 

More from HendroGunawan8 (20)

Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
 
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdfJaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
 
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
 
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docxEstetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
 
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdfJaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-3.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-3.pdf
 

Recently uploaded

1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 

Recently uploaded (20)

1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 

Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-7.pdf

  • 1. 1 Modul Pengolahan Citra Pertemuan Ke-7 Nama : Hendro Gunawan NIM : 200401072103 Kelas : IT-801 7. Image Enhancement • Image enhancement = perbaikan kualitas citra. • Tujuan: memperoleh citra yang lebih sesuai digunakan untuk aplikasi lebih lanjut )+(misal: mengenali objek di dalam citra). • Merupakan suatu proses awal dalam pengolahan citra (preprocesing) • Mengapa memerlukan image enhancement? - Citra mengandung derau (noise). - Citra terlalu terang/gelap, citra kurang tajam, kabur (blur) - Cacat saat akuisisi citra. • Lensa: object blurring atau background blurring. • Objek bergerak kamera bergerak: motion blurring. - Distorsi geometrik disebabkan oleh lensa atau sudut pengambilan. Gambar 7.1. cacat saat akuisisi citra Gambar 7.2. Dark face image for recognition and blur vehicle plate number.
  • 2. 2 • Berdasarkan ranah (domain) operasinya, metode-metode untuk perbaikan kualitas citra dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: 1. Image enhancement dalam ranah spasial. 2. Image enhancement dalam ranah frekuensi. • Spatial Domain • Frequency Domain (misalnya menggunakan Fourier Transform). • Metode-metode image enhancement dalam ranah spasial dilakukan dengan memanipulasi secara langsung pixel-pixel di dalam citra. • Metode-metode image enhancement dalam ranah frekuensi dilakukan dengan mengubah citra terlebih dahulu dari ranah spasial ke ranah frekuensi, baru kemudian memanipulasi nilai-nilai frekuens tersebut. • Masing-masing ranah operasi digunakan untuk tujuan spesifik, karena tidak semua perbaikan citra dapat dilakukan dalam ranah spasial. • Materi di dalam PPT ini membahas metode-metode image enhancement dalam ranah spasial terlebih dahulu. 7.1. Metode dalam Ranah Spasial • Misalkan: • f(x,y): citra input • g(x,y): citra output • T adalah operator terhadap f • Metode pemrosesan citra dalam ranah spasial dinyatakan sebagai: 𝒈(𝒙, 𝒚) = 𝑻[ 𝒇(𝒙, 𝒚)] • T bisa beroperasi pada satu pixel, sekelompok pixel bertetangga, atau keseluruhan pixel di dalan citra. • Jadi, metode dalam ranah spasial dapat dilakukan pada aras titik (pixel), aras lokal, dan aras global.
  • 3. 3 Aras lokal Aras lokal Aras global Gambar 7.3. Metode dalam Ranah Spasial. Proses-proses yang termasuk ke dalam perbaikan kualitas citra: 1. Pengubahan kecerahan gambar (image brightening). 2. Citra negatif (image negatives). 3. Peregangan kontras (contrast stretching). 4. Pengubahan histogram citra. 5. Pelembutan citra (image smoothing). 6. Penajaman (sharpening) tepi (edge). 7. Pewarnaan semu (pseudocolouring). 8. Pengubahan geometrik 9. Dll. g(x,y) = T[f(x,y)] T operates on entire of pixels Aras global
  • 4. 4 7.2. Pemrosesan dalam aras titik • g(x,y)=T[ f(x,y)] • T hanya beroperasi pada satu pixel. • T adalah fungsi transformasi nilai grayscale, sehingga ditulis: 𝑠 = 𝑇 (𝑟) Gambar 7.4. L = 256: pada citra grayscale 8-bit. r : variabel yang menyatakan nilai grayscale f(x,y). s : variabel yang menyatakan nilai grayscale g(x,y). Contoh-contoh image enhancement dalam aras titik: 1. Mencerahkan citra (image brightening). 2. Menegatifkan citra (image negatives). 3. Peregangan kontras (contras stretching). 4. Gamma correction. 5. Dll. 7.3. Pencerahan Citra (image brightening) • Kecerahan citra dapat diperbaiki dengan menambahkan/mengurangkan sebuah konstanta kepada (atau dari) setiap pixel, atau mengalikan sebuah konstanta ke setiap pixel. 𝑟 = 𝑠 + 𝑏 • Jika b positif, kecerahan citra bertambah, Jika b negatif kecerahan citra berkurang. • Perlu operasi clipping jika nilai r + b berada di bawah nilai intensitas minimum atau di atas nilai intensitas maksimum: - Jika r + b > 255, maka s = 255 - Jika r + b < 0, maka s = 0
  • 5. 5 Gambar 7.5. Kiri: citra Zelda (agak gelap); kanan: citra Zelda setelah operasi pencerahan citra, b = 100. • Operasi pencerahan yang lain adalah menggunakan rumus: 𝑟 = 𝑎𝑠 + 𝑏 a dan b adalah konstanta. Gambar 7.6. Peningkatan citra dalam domain spasial 7.4. Menegatifkan Citra (Image Negatives). • Seperti film negatif pada fotografi. • Misalkan citra memiliki L derajat keabuan • Caranya: kurangi nilai intensitas pixel dari nilai keabuan maksimum (L-1) 𝑠 = (𝐿 − 1) − 𝑟 Contoh pada citra grayscale 8-bit: s = 255 – r
  • 6. 6 Gambar 7.7. Menegatifkan citra. • Sebagai proses image enhancement, menegatifkan citra bermanfaat bila area hitam sangat dominan di dalam citra, misalnya foto sinar-X dan citra mammografi. Gambar 7.8. Citra Mammografi.
  • 7. 7 Gambar 7.9. Citra negatif pada foto sinar X-ray. • Menegatifkan citra adalah salah satu transformasi linier. Selain transformasi linier, terdapat tiga fungsi transformasi dasar keabuan: Gambar 7.8. Beberapa fungsi transformasi tingkat abu-abu dasar yang digunakan untuk peningkatan gambar. 1. Fungsi linear • Transformasi negative dan transformasi identitas. 2. Fungsi logaritma • Transformasi log dan inverse-log. 3. Fungsi pangkat • Transformasi pangkat n dan transformasi akar pangkat n. a) Transformasi Identitas • Nilai keabuan citra output sama dengan keabuan citra input. • Dimasukkan ke dalam grafik hanya untuk melengkapi.
  • 8. 8 Gambar 7.9. Beberapa fungsi transformasi tingkat abu-abu dasar yang digunakan untuk peningkatan gambar. b) Transformasi Log • Fungsi 𝑠 = 𝑐 log(1 + 𝑟) • Transformasi log memiliki sifat: 1. Untuk citra yang memiliki rentang yang sempit untuk nilai-nilai keabuan yang rendah (gelap), dipetakkan menjadi rentang yang lebih luas pada citra luaran. 2. Untuk citra yang memiliki rentang yang lebar untuk nilai-nilai keabuan yang tinggi (terang), dipetakkan menjadi rentang yang lebih sempit pada citra luaran. • Pada transformasi log balikan (inverse), yang terjadi adalah kebalikannya.
  • 9. 9 Gambar 7.10. Transformasi log. Application: • Transformasi ini cocok untuk kasus ketika rentang dinamis gambar yang diproses jauh melebihi kemampuan perangkat tampilan (misalnya tampilan spektrum Fourier gambar). • Juga disebut "kompresi / ekspansi rentang dinamis” Gambar 7.11. Spektrum Fourier dengan nilai rentang 0 sampai 1,5 x 106 berskala linier. c) Transformasi Pangkat • Fungsi pangkat: 𝑠 = 𝑐𝑟𝛾 • c dan 𝛾 adalah konstanta positif.
  • 10. 10 Gambar 7.12. Plot persamaan 𝑠 = 𝑐𝑟𝛾 untuk berbagai nilai 𝛾 (c = 1 dalam semua kasus ) Hukum pangkat (power-law): Untuk 𝛾 < 1: Mengekspansi nilai-nilai pixel gelap, mengurangi nilai-nilai pixel terang. Untuk 𝛾 < 1: Mengurangi nilai-nilai pixel gelap, mengekspansi nilai-nilai pixel terang. Jika 𝛾 = 1 & c = 1: transformasi identitas (s = r). Beberapa devais (image capture, printing, display) melakukan respon berdasarkan hukum-hukum dan perlu dikoreksi. 7.5. Gamma (𝜸) Correction Proses yang digunakan untuk mengoreksi fenomena hukum-pangkat. Rincian:
  • 12. 12 Gambar 7.13. Gamma (𝛾) correction Grayscale Image •Perangkat tabung sinar katoda (CRT) memiliki respons intensitas ketegangan yang merupakan fungsi daya, dengan 𝛾 bervariasi dari 1,8 hingga 2,5. •Gambar akan menjadi lebih gelap. •Koreksi gamma dilakukan dengan melakukan preprocessing gambar sebelum memasukkannya ke monitor dengan s = 𝒄𝒓 𝟏/𝜸 Gambar 7.13. (a) Gambar skala abu-abu Linear-wedge. (b) Respon monitor terhadap irisan linier. (c) Baji yang dikoreksi gamma. (d) Output monitor.
  • 13. 13 7.6. Perbaikan Kontras (Contrast Enhancement) Gambar 7.13. (a) Nilai-nilai pixel < m diubah lebih gelap. Nilai-nilai pixel  m diubah lebih terang Operasi peregangan kontras (contrast stretching). (b) Nilai-nilai pixel < m diubah menjadi hitam. Nilai-nilai pixel  m diubah menjadi putih Operasi pengambangan (thresholding). Gambar 7.14. Peregangan kontras dan pengambangan. 7.7. Peregangan Kontras (contrast stretching) • Tujuan: meningkatkan rentang nilai-nilai keabuan untuk citra kontras-rendah (terentang dari 0 sampai 255 pada citra 8-bit). Gambar 7.15. Peregangan kontras. 7.8. Citra Kontras Rendah Citra kontras rendah dihasilkan dari: - pencahayaan yang kurang
  • 14. 14 - kekurangan pada rentang dinamis di dalam imaging sensor. - Kesalahan setting lensa selama akuisisi gambar. Gambar 7.16. Citra kontras rendah • Lokasi (r1, s1) dan (r2,s2) menentukan bentuk fungsi transformasi. • Jika r1 = s1 dan r2 = s2 maka transformasi adalah fungsi linier sehingga tidak menghasilkan perubahan. • Jika r1 = r2, s1 = 0 dan s2 = L-1, transformasi menjadi fungsi pengembangan yang menghasilkan citra biner. • Nilai-nilai di antara (r1, s1) dan (r1, s2) menghasilkan penyebaran nilai keabuan citra luaran. • Umumnya diasumsikan r1 ≤ r2 dan s1 ≤ s2 Gambar 7.17. Jika r1 = s1 dan r2 = s2 Gambar 7.18. Jika r1 = r2, s1 = 0 dan s2 = L-1
  • 15. 15 Gambar 7.19. Nilai-nilai di antara (r1,s1) dan (r2,s2) menghasilkan penyebaran nilai keabuan citra luaran. 7.9. Algoritma Peregangan Kontras Input: / (citra masukan), rmin dan rmax (nilai ambang) Luaran: O (citra luaran) 1. Misalkan citra I memiliki 256 derajad keabuan (L=256). 2. Tentukan dua nilai ambang (a dan b). (a dan b menyatakan persentase, yaitu a% akan dinyatakan sebagai pixel hitam dan antara 100%-b% sebagai pixel putih). 3. Cari batas bawah pengelompokan pixel dengan cara memindai (scan) histogram dari nilai keabuan terkecil ke nilai keabuan terbesar (0 sampai 255) untuk menemukan pixel pertama yang melebihi nilai ambang pertama yang telah dispesifikasikan. 4. Cari batas atas pengelompokan pixel dengan cara memindai histogram dari nilai keabuan tertinggi ke nilai keabuan terendah (255 sampai 0) untuk menemukan pixel pertama yang lebih kecil dari nilai ambang kedua yang dispesifikasikan. 5. Misalkan rmin adalah nilai keabuan terendah dari kelompok pixel, dan rmax adalah nilai keabuan tertinggi dari kelompok pixel. 6. Pixel-pixel yang nilainya ≤ rmin di-set sama dengan 0, sedangkan pixel-pixel yang nilainya ≥ rmax diset sama dengan 255. Jadi, (r1,s1) = (rmin, 0) dan (r2,s2) = (rmax, 255). 7. Pixel-pixel yang berada di antara rmin dan rmax dipetakan (diskalakan) secara proporsional untuk memenuhi rentang nilai-nilai keabuan yang lengkap (0 sampai 255), misalnya dengan persamaan: 𝑠 = 𝑟 − 𝑟𝑚𝑎𝑥 𝑟𝑚𝑖𝑛 − 𝑟𝑚𝑎𝑥 𝑥 255 Contoh: (r1, s1) = (rmin, 0) dan (r2, s2) = (rmax, L-1)
  • 16. 16 Gambar 7.20. Contoh peregangan kontras. Contoh: Jika r1 = r2 = m, maka hasilnya sama dengan operasi pengembangan, menghasilkan citra biner, seperti pada gambar d. Gambar 7.21. Peregangan kontras.(a) Bentuk fungsi transformasi (b) Gambar kontras rendah. (c) Hasil peregangan kontras. (d) Hasil ambang batas (thresholding). Gambar 7.22. Image enhancement in spatial domain. Peregangan kontras juga dapat dilakukan dengan rumus berikut: a b c d
  • 17. 17 Gambar 7.23. Peregangan kontras. Atau menggunakan rumus clipping berikut: Gambar 7.24. Peregangan kontras. 7.10. Gray-Level Slicing • Tujuan: menonjolkan (highlight) rentang keabuan tertentu di dalam citra. • Contoh: menonjolkan gumpalan air yang ada pada citra satelit, menonjolkan cacat yang ada pada citra sinar X. • Dua pendekatan di dalam graylevel slicing:
  • 18. 18 Gambar 7.25. Dua pendekatan di dalam graylevel slicing. 1. Menampilkan lebih terang semua graylevel di dalam rentang yang ingin ditonjolkan, dan menampilkan lebih gelap semua graylevel lainnya (‘discard background’). 2. Menampilkan lebih terang semua graylevel di dalam rentang yang ingin ditonjolkan, sembari tetap mempertahankan graylevel lainnya (‘preserve background’). Gambar 7.26. (a) Transformasi ini menyoroti rentang [A, B] tingkat abu-abu dan mengurangi semua yang lain ke tingkat yang konstan. (b) Transformasi ini menyoroti rentang [A, B] tetapi mempertahankan semua level lainnya. (c) Gambar. (d) Hasil penggunaan transformasi dalam (a). clear all ; clc; [filename, pathname] = uigetfile('*.tif'); im = imread([pathname filename]); z=double(im); [row,col]=size(z); for i=1:1:row for j=1:1:col if ((z(i,j)>142)) && (z(i,j)<250) z(i,j)=255; else z(i,j)=im(i,j); end end end figure(1); %-----------Original Image--- ----------% imshow(im); figure(2); %-----------Gray Level Slicing With Background-------------% imshow(uint8(z));
  • 19. 19 7.11. Intensity Level Slicing (Example) Gambar 7.27. Intensity Level Slicing. Gambar 7.28. Intensity Level Slicing. clear all ; clc; [filename, pathname] = uigetfile('*.tif'); im = imread([pathname filename]); z=double(im); [row,col]=size(z); for i=1:1:row for j=1:1:col if ((z(i,j)>142)) && (z(i,j)<250) z(i,j)=255; else z(i,j)=0; end end end figure(1); %-----------Original Image--- ----------% imshow(im); figure(2); %-----------Gray Level Slicing With Background-------------% imshow(uint8(z));
  • 20. 20 Gambar 7.29. Intensity Level Slicing. 7.12. Bit-Plane Slicing • Tujuan: menonjolkan kontribusi dari bit tertentu di dalam citra. • Misalkan satu pixel = 8 bit. Bit-bit tersusun dari kiri ke kanan dalam urutan yang kurang berarti (least significant bits atau LSB) hingga bit-bit yang berarti (most significant bits atau MSB). • Susunan bit pada setiap byte adalah b7 b6 b5 b4 b3 b2 b1 b0. Contoh: 11010010 Gambar 7.30. Jika setiap bit dari setiap pixel diambil, maka diperoleh 8 buah bidang (bit- plane). MSB LSB
  • 21. 21 Contoh: Gambar 7.31. Gambar fractal 8-bit. (Fraktal adalah gambar yang dihasilkan dari ekspresi matematis). Gambar 7.32. Bidang 8 bit gambar Bit-plane 7 Bit-plane 6 Bitplane 5 Bitplane 4 Bitplane 3 Bitplane 2 Bitplane 1 Bitplane 0 Gambar 7.33. Angka di bagian bawah, kanan setiap gambar mengidentifikasi bidang bit.
  • 22. 22 Gambar 7. 34. Gambar fractal 8 bit Referensi [1] Syahid Abdullah, S. M. (2024, Mei 18). Pengolahan Citra Pertemuan 7.pdf. Diambil kembali dari Edlink Universitas Siber Asia: https://edlink.id/panel/classes/733659. Diakses pada tanggal 19 Mei 2024. Link File
  • 23. 23