SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Disusun Oleh :
          Ahmad Fauzi
         Alphonsus Mitio
   Catur Bagus Windu Saputra
        Chandra Frayoga
     Dini Rahma Fitria Rizki
        Febiyanti Utamy
          Jamiaturidha
       Muhammad Ridwan
       Melinda Eka Pratiwi
        Nikmatul Maulia
     Rahayuningtyas Saputri
           Ratna Sari
          Ririn Endah
         Vivi Ramadhini


    Penguji : Rohman Azzam


 Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
              2011
KATA PENGANTAR




       Tiada kata yang paling indah dan paling bermakna, kecuali Puji dan
syukur kami kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah
diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kelainan
struktur sistem Sensori Persepsi.

       Rasa terimakasih juga tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah bersedia membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada
Bapak Rohman Azzam yang telah membimbing kami dengan sepenuh hati,
kepada Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan moril kepada kami,
dan kepada teman-teman yang dengan ikhlas memberi support kepada kami.

       Kami menyadari dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah kami butuhkan untuk
memperbaiki kesalahan kami di masa yang akan datang.

       Semoga laporan ini dapat membantu pembaca dalam memahami ilmu
Kelainan strukturs sistem Sensori Persepsi.




                                                    Jakarta, 3 November 2011




                                                           Penyusun
BAB I

                                PENDAHULUAN

       Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera
pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis
akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu
diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi,
pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik.

       Nyeri pada telinga merupakan suatu tanda perjalanan penyakit , nyeri pada
telinga disebut juga dengan Otalgia. Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga .
karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya ( nervus kranialis V, VII, IX, dan
X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga ), maka kulit di tempat ini
menjadi sangat sensitif. Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal
karena banyak kondisi dan dapat disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan
faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat sendi
temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih dari 50% pasien yang mengeluh
Otalgia tidak ditemukan penyakit telinganya.
BAB II

                            PEMBAHASAN




A. Definisi




          Otalgia adalah telinga nyeri, sering disebut sebagai “sakit telinga”.
   Otalgia utama ada ketika rasa sakit itu berasal di dalam telinga, otalgia
   dimaksud adalah nyeri yang berasal luar telinga. Ketika otalgia muncul,
   pemeriksaan telinga biasanya menunjukkan beberapa kelainan pada telinga
   luar atau tengah. Otalgia mungkin atau tidak dapat dikaitkan dengan
   gangguan keseimbangan dan penurunan pendengaran.
          Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi
   oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang
   saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat
   sensitif. (Brunner & Suddarth, 1997).
   Jadi Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga
   oleh karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat
   suatu penyakit di daerah lain di luar telinga dengan karakteristik yang
   sesuai dengan berat penyakit yang dialami seseorang.
B. Etiologi
   Penyebab otalgia dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
   1. Otalgia primer
          a. Otitis Externa
   Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna
   yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya
   penyakit ini sering muncul saat musim panas karena meningkatnya
   intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah penyakit ini biasa
   disebut sebagai “telinga perenang”( Bluest D, 1996 ).
   Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering nyeri yang
   sangat hebat. Tanda utama otitis eksterna bahwa tarikan pada aurikula atau
   penekanan pada tragus dapat memperhebat nyeri ini, yang tidak terjadi
   pada otitis media supuratif akut. Bila otitis eksterna karena jamur, sering
   nyeri terlihat tidak sesuai dengan gambaran fisik kulit liang telinga
   berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih ringan dibandingkan dengan
   yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat eksudat jernih yang
   minimum (Petrus, 1986).
   Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat yang biasa
   ditemukan pada liang telinga dan tidak jarang juga menutupi membran
   timpani (Arnolds, 1984) (Petrus, 1986).
          b. Polikondritis
   Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada struktur-
   struktur kartilago. Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula
   menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri tekan. Biasanya mengenai
   aurikula bilateral disertai reaksi akut pada aurikula yang terjadi bersamaan
   atau berganti-gantian. Relaps lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali
   dalam sebulan sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat berlangsung
   dari beberapa hari sampai beberapa bulan (Petrus, 1986).
          c. Otitis Media
   Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya
   didahului oleh demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran. Nyeri
telinga sinonim dengan otitis media supuratif akut akibat infeksi bakteri
dicelah telinga tengah. Organisme yang sering bertanggung jawab
meliputi Streptococcus, Haemoliticus, Pneumococcus dan Haemophillas
influenzae. Nyeri telinga dan demam yang menandai mulanya otitis media
supuratif akut dan biasanya didahului oleh gejala-gejala berbagai infeksi
traktus respi ratorius atas. Pada anak dan orang dewasa gejala utamanya
adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat sensasi penuh ditelinga dan
gangguan pendengaran, dapat juga timbul tinnitus dan demam (Petrus,
1986).
         d. Barotrauma
Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi
trauma pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan
tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984). Bila tuba Eustachius tidak dapat
terbuka, maka nyeri cepat menghambat di dalam telinga serta gangguan
pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan ruptur, biasanya
dengan pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus,
1986).
         e. Mastoiditis Supuratif akut
Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media
supuratif akut yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-anak. Kadang-
kadang pasien otitis media supuratif akut tidak mencari pertolongan medis
karena nyeri terhenti dengan mulainya otore. Tetapi, setelah beberapa hari
otore, dapat terjadi kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan
mulainya     mastoiditis    akut.   Biasanya   pada   pemeriksaan   telinga
menunjukkan banyak sekret purulen dari performasi membrana timpani
dan “sagging” dinding posterior superior bagian dalam meatus akustikus
eksternus (Petrus, 1986).
         f. Miringitis bulosa
Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik
dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani. Penyakit
ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering
dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam, eksudat
purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).


2. Otalgia sekunder
    a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)
          1. Penyakit Gigi
               Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi,
          penyakit gigi, infeksi periapikal dari gigi belakang dan infeksi
          subperiosteal rahang atas dan bawah.
          2. Iritasi Sinus Paranasal
               Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada
          sinus paranasal terutama sinus maksilla dapat menimbulkan
          nyeri alih pada telinga.
          3. Lesi di rongga mulut
          4. Glandula salivatori
               Inflamasi,    obstruksi   dan   penyakit     neoplasma   dari
          submandibula, sublingual dan terutama kelenjar parotis dapat
          menimbulkan otalgia
          5. Iritasi Durameter
               Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah
          atau posterior fossa cramial dapat menimbulkan nyeri telinga.
    b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis
               Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi
       ada serat sensoris dari saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang
       terletak pada bagian lateral dari konka dan antiheliks dan juga pada
       lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah mastoid.
       Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s
       palsy sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien dengan
       herpes zoster otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat
       mengalami otalgia. Pada penyakit ini dapat ditemukan vesikel
       sepanjang konka dan liang posterior.
c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)
                  Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah
          penyakit yang sering menyebabkan nyeri alih pada telinga. Pasien
          biasanya mengeluh otalgia setelah melakukan tonsilektomi.
        d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)
                  Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa
          laring, hipofaring, fraken, esofagus dan kelenjar tiroid. Nyeri pada
          setiap bagian ini dialihkan ke telinga.
         Laringitis
                  Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih
          otalgia. Luka pada laring atau adanya benda asing pada laring
          dapat menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke telinga.



        e. Nervus cervical
                         Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah
                  limfadenopati servikal yang biasanya terdapat pada jaringan
                  limfe di oksipital dan mastoid .


C. Klasifikasi
        Klasifikasi otalgia dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan atas
   penyebabnya adalah sebagai berikut :
        1. Otalgia primer adalah nyeri yang berasal dari penyakit yang ada
           di telinga.
           Seperti : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma,
           Mastoiditis Supuratif akut, Miringitis bulos, dll.
        2. Otalgia sekunder adalah penjalaran rasa nyeri dari tempat lain.
           Seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga
           mulut, Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy,
           Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes
           peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.
D. Gejala Klinis
          Gejala klinis yang dapat timbul adalah sebagai berikut :

          Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan,
   biasanya disertai dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai
   penyebab.

          Bayi dan anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-
   garuk telinga atau menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga
   biasanya disertai gangguan pendengaran. Pada keadaan infeksi dapat
   disertai demam dan keluar cairan dari telinga. Sakit telinga yang sering
   timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang
   timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang-
   kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya didahului oleh
   batuk dan pilek.

          Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang
   agak besar, remaja dan dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah
   adanya perasaan penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran,
   pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga atau
   demam. Sakit telinga akibat infeksi telinga yang sudah menyebar kedaerah
   mastoid atau daerah dibelakangtelinga (mastoiditis), biasanya disertai
   dengan nyeri kepala. Pada infeksi liang telinga (otitis eksterna) sering
   disertai nyeri ketika membuka mulut atau menelan.

E. Pemeriksaan Fisik
   Inspeksi: adanya kemerahan di liang telinga, klien mengeluhkan rasa sakit
           yang amat sangat menggangu di telinganya.
   Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.
F. Patofisiologi Otalgia




        (http://www.mejfm.com/journal/May2006/managementotalgia.htm)
G. Pemeriksaan Diagnostik

           Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan dengan menanyakan
   beberapa hal sehubungan dengan keluhan sakit telinga yang timbul.
   Seperti adanya riwayat sakit batuk, pilek dan demam, riwayat mengorek
   telinga sebelumnya, riwayat naik pesawat. Sangat penting untuk
   mengidentifikasi penyebab telinga nyeri untuk mengetahui cara mengatasi
   rasa sakit tersebut.

   Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau
   endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk
   memastikan      asal      rasa   sakit   tersebut.   Juga   dilakukan    Tes
   Toynbee/Valsava yaitu tes untuk menentukan masih tidaknya fungsi
   Eustachius, Tes pendengaran, Tes keseimbangan, bila perlu dilakukan
   pemeriksaan Radiologi.



   Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :

           A. Tes fungsi

                             Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui
                   masih tidaknya fungsi eusthacius

           B. Tes pendengaran

           Tujuan dari tes pendengaran adalah :

                1. Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau
                    tidak.
                2. Menentukan derajat kekurangan pendengaran.
                3. Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.2

           C. Tes Suara

                             Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 –
                   15 meter. Tetapi biasa dipakai patokan 6 meter. Syarat
                   melakukan tes Bisik :
1. Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien
           tidak dapat membaca gerakan bibir pemeriksa.
        2. Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada
           tragus telinga yang tidak diperiksa untuk mencegah
           agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga
           itu.
        3. Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan
           diperiksa. Kata harus dimengerti oleh pasien, kata
           dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l,
           d, h, g ) dan yang mengandung huruf desis ( s, c, f, j,
           v, z ).
        4. Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.
        5. Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata
           atau 4 dari 5 kata.
        6. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf
           desis → tuli persepsi.
        7. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf
           lunak → tuli konduksi

            Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik,
           tetapi tes ini menggunakan percakan biasa.

D. Tes Garpu Tala.

   Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan
   penghantaran bunyi melalui tulang penderita dan pemeriksa.
   Syarat melakukan tes Schwabach :

        1. Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.
        2. Getarkan garpu tala.
        3. Letakkan     tegak    lurus   pada   planum   mastoid
           pemeriksa.
4. Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera
      garpu    tala   diletakkan    pada    planum   mastoid
      penderita.
   5. Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih
      dahulu     ke telinga penderita lalu ke telinga
      pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan
      kanan.
   6. Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar
      suara dari garpu tala, maka penderita juga tidak
      dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.
   7. Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat
      mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita
      masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang
      ).
   8. Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat
      mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita
      sudah tidak dapat mendengar lagi.

Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan
penghantaran bunyi melalui tulang dan melalui udara pada
penderita. Syarat melakukan tes Rinne :

   1. Garpu tala digetarkan.
   2. Letakkan     tegak   lurus    pada    planum   mastoid
      penderita, ini disebut posisi 1 ( satu ).
   3. Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan
      garpu tala tegak lurus di depan meatus akustikus
      eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).
   4. Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi → Tes
      Rinne (+).
   5. Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi → Tes
      Rinne (–).
6. Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan → Tes
      Rinne ragu – ragu.

Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan
penghantaran    bunyi   melalui   sebelah   kanan   /   kiri
penderita. Syarat melakukan tes Weber :

   1. Garpu tala digetarkan.
   2. Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala
      penderita, mis : dahi, ubun – ubun, rahang,
      kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.
   3. Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.
   4. Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras
      terdengarnya, hal ini bisa berarati : normal atau ada
      gangguan pendengaran yang jenisnya sama.
   5. Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga
      kanan atau kiri < telinga kanan.
   6. Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli
      konduksi sebelah kanan, telinga kiri dan kanan ada
      tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari
      yang kiri, terdapat tuli persepsi disebelah kiri,
      keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi tetapi
      lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli
      persepsi, kanan tuli konduksi.

Berbagai macam tes diatas merupakan sebagian dari
berbagai macam cara untuk mengetahui fungsi pendengaran
seseorang. Sehingga untuk mengetahui dan mendiagnosa
seseorang mengalami ketulian diperlukan tes – tes yang lain
selain yang dipaparkan diatas.
C. Pemeriksaan Keseimbangan

    1. Berdiri normal
    2. Berdiri kaki rapat
    3. Berdiri tandem
    4. Berdiri satu kaki
    5. Berbagai posisi lengan pada tes di atas
    6. Berbagai ggn keseimbangan pada tes di atas
    7. Berdiri fleksi – neutral – ekstensi trunk
    8. Berdiri side fleksi
    9. Berjalan memposisikan kaki tandem
    10. Berjalan sepanjang garis atau tanda tertentu
    11. Berjalan ke samping, berjalan mundur
    12. Berjalan di tempat
    13. Berjalan dgn berbagai kecepatan
    14. Berjalan dan berhenti dengan mendadak
    15. Berjalan membentuk lingkaran
    16. Berjalan pada tumit atau jari-jari kaki
    17. Berdiri mata terbuka – mata tertutup (Romberg test)

D. Terapi

            Terapi yang dapat diberikan pada penderita otalgia sesuai
   dengan penyakit primer yang menyebabkan otalgia tersebut. Terapi
   yang diberikan dapat berupa : Jika terdapat kotoran yang keras atau
   benda asing akan dibersihkan dengan alkohol, asam salisilat. Pada
   kasus infeksi akan diterapi dengan pemberian antibiotika atau anti
   jamur. Pada kasus tertentu bahkan dilakukan tindakan pembedahan.
   Dapat juga diberikan kompres hangat, analgesik.
A. Asuhan Keperawatan
  1. Pengkajian
     a. Pengkajian Primer (Primery Survey)

        1). Airway

                     Bila   etiologinya   berasal   dari   eksternal   atau
           adanya penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi
           klien tidak mengalami :

           a. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi, rhonci,
              gargling, dll
           b. Retensi lendir/sputum di tenggorokan
           c. Suara serak
           d. tidak Batuk berdahak atau kering

        2). Breathing

                     Bila   etiologinya   berasal   dari   eksternal   atau
           adanya penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi
           klien mengalami :

           a. Batuk
           b. Sesak napas
           c. Adanya penggunaan otot bantu napas
           d. Frekuensi tidak berada pada batas normal yaitu 16 – 24
               x/mnt.

        3). Circulation

                     Bila   etiologinya   berasal   dari   eksternal   atau
           adanya penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi
           klien :

           a. TD meningkat
           b. capillary refill normal
           c. Demam
d. Disability / Neurological
       e. Terdapat nyeri pada daerah telinga.
       f. Kemampuan pendengaran menurun.



b. Pengkajian Sekunder (Secundary Survey)

  1) Riwayat penyakit sebelumnya

       Apakah klien pernah menderita :

       Otitis    Externa, Polikondritis, Otitis   Media, Barotrauma,
       Mastoiditis Supuratif akut, Miringitis bulos dan penyakit
       telinga lainnya. Juga beberapa penyakit diluar telinga
       seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di
       rongga mulut, Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s
       palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut, peritonsilitis
       atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.

  2) Pemeriksaan fisik

       a. Aktivitas dan istirahat

         Data Subyektif:

                 Aktivitas menurun
                 Adanya perubahan pola tidur
                 Lebih sering istirahat

      Data obyektif :

                 Tidak terjadi perubahan tingkat kesadaran
                 Tidak terjadi Perubahan tonus otot ( flasid atau
                    spastic), paraliysis ( hemiplegia )
                 Terlihat kelemahan umum.
                 gangguan pendengaran
                
b. Sirkulasi

       Data Subyektif:

                Demam, akral hangat

       Data obyektif:

                Suhu tubuh diatas 37,5oC
                Kadar WBC meningkat

c. Eliminasi

       Data Subyektif:

                Tidak mengalami gangguan eleminasi

       Data obyektif

                Tidak adanya suara usus( ileus paralitik )

d. Makan/ minum

       Data Subyektif:

                Kemungkinan nafsu makan menurun

       Data obyektif:

                Makanan tersisa lebih dari setengah
                Hanya mampu makan ¼ porsi

e. Sensori neural

       Data Subyektif:

                Kelemahan
                Pendengaran berkurang

       Data obyektif:

                Status mental baik
                Menurunnya kemampuan mendengar
f. Nyeri / kenyamanan

       Data Subyektif:

                  Nyeri di daerah telinga yang terinfeksi oleh
       penyakit primer dari otalgia

       Data obyektif:

                Tingkah laku yang tidak stabil
                Gelisah
                Ketegangan otot

g. Respirasi

       Data Subyektif :

                Sesak nafas
                Batuk kering
                Flu

       Data obyektif:

                Frekuensi pernafasan menurun
                Batuk tidak berdahak
                Adanya suara nafas tambahan
                Menggunakan otot bantu pernafasan

h. Keamanan

       Data Subyektif :

                Cemas

       Data obyektif:

                Motorik/sensorik : masalah dengan pendengaran
                Perubahan persepsi terhadap tubuh
                Penurunan pendengaran
i. Interaksi sosial

              Data Subyektif:

                      Pendengaran menurun

              Data obyektif:

                      Penurunan komunikasi.

                            ( Doengoes edisi 3, 2000 )

2. Diagnosa Keperawatan

   1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik karena penyakit
      lain ditandai dengan adanya nyeri secara verbal, adanya gerakan
      untuk melindungi bagian tubuh yang nyeri dan terlihat meringis,
      tekanan darah meningkat, dan nadi meningkat.
   2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau trauma ditandai
      dengan kulit diraba hangat, peningkatan suhu tubuh di atas rentang
      normal takhikardi dan kulit nampak merah.
   3. Nausea berhubungan dengan faktor fisiologi : nyeri yang ditandai
      dengan peningkatan saliva dan melaporkan adanya mual.
   4. Gangguan sensori persepsi : pendengaran yang berhubungan
      dengan perubahan sensori persepsi pendengaran yang ditandai
      dengan distorsi pendengaran, perubahan pola komunikasi dan
      gelisah.
   5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
      informasi yang ditandai dengan mengungkapkan adanya masalah.
3.Intervensi Keperawatan

No      Diagnosa                     Tujuan                  Intervensi                      Rasional

1.   Nyeri akut          Setelah dilakukan tindakan MANDIRI                         MANDIRI
     berhubungan         keperawatan selama 2 x 24 - Kaji tingkat nyeri yang        - Sebagai indikator
     dengan agen         jam nyeri akut yang klien    dirasakan baik intesitas,     keefektifan intervensi
     cedera fisik        rasakan dapat terkontrol,    karakterisk maupun            yang diberikan dan
                         dengan Kriteria hasil :      beratnya (skala 1-10)         perubahan karakteristik
                          - tidak melaporkan                                        nyeri.
                            adanya nyeri secara      - Berikan lingkungan yg        - Menurunkan reaksi
                            verbal                    tenang sesuai indikasi.       terhadap stimulasi dari
                          - tekanan darah normal,                                   luar atau sensivitas pada
                            dan nadi normal                                         suara-suara bising dan
                                                                                    meningkatkan
                                                                                    istirahat/relaksasi.
                                                     - Berikan kompres hangat       - Mampu meningkatkan
                                                      pada lokasi nyeri.            rasa nyaman dan
                                                                                    mengurangi rasa nyeri.
                                                     - Berikan posisi yang          - Menurunkan gerakan
                                                      nyaman pada klien sesuai      yang dapat
                                                      indikasi.                     meningkatkan nyeri.


                                                     KOLABORASI :                   KOLABORASI
                                                     - Berikan analgetik, seperti   - Mungkin diperlukan
                                                      asetaminofen                   untuk menghilangkan
                                                                                     nyeri yang berat serta
                                                                                     meningkatkan
                                                                                     kenyamanan dan
                                                                                     istirahat.
2.   Hipertermia         Setelah diberikan askep     MANDIRI :                      MANDIRI :
     berhubungan         selama 3 x 24 jam, pada        -   Pantau suhu klien       - Untuk menentukan
dengan penyakit klien tidak terjadi                        setiap 8 jam           intervensi selanjutnya
     atau trauma.       hipertermi, dengan kriteria         -   Anjurkan klien         - membantu untuk
                        hasil :                                 untuk                  menurunkan suhu badan
                     a. -   Suhu     dalam     rentang          menggunakan            klien
                        normal.                                 kompres hangat
                     b. - Kulit tidak hangat                -   Anjurkan klien         - Mencegah dehidrasi
                     c. - Kulit di daerah telinga               pentingnya
                        luar tidak terlihat                     mempertahankan
                        kemerahan.                              asupan cairan yang
                                                                adekuat
                                                            -   Jelaskan perlunya      - Untuk pengeluaran
                                                                menggunakan            panas lebih efektif
                                                                pakaian yang
                                                                kendur dan tipis
                                                                serta menyerap
                                                                keringat


                                                         KOLABORASI :                  KOLABORASI :
                                                            -   Anjurkan                  -    Pemberian
                                                                pemberian                      antipiretik dapat
                                                                antipiretik paraceta           menurunkan panas
                                                                mo                             badan klien
3.   Nausea             Setelah diberikan askep          MANDIRI :                     MANDIRI :
     berhubungan        selama 2 x 24 jam                - Dorong pasien untuk            -    Makanan       yang
     dengan faktor      diharapkan tanda-tanda            makan sedikit, tapi sering           cair lembut dan
     fisiologi          nausea berkurang atau tidak       dan untuk makan dengan               dingin    biasanya
                        ada lagi, dengan Kriteria         perlahan. Makanan                    ditoleransi dengan
                        hasil :                           sebaiknya jenis lembut               baik
                     a. - Tidak mengalami                 cair dan dingin
                         peningkatan saliva              - Singkirkan                     -    Bau yang tidak
                                                          pemandangan bau yang                 sedap dapat
tidak sedap dari area               memicu mual.
                                                    makanan
                                                                                    -   Dapat mencegah
                                                   - Dorong klien untuk
                                                                                        aspirasinya
                                                    istirahat pada posisi semi
                                                                                        makanan dan
                                                    fowler setelah makan dan
                                                                                        dapat mengurangi
                                                    mengganti posisi dengan
                                                                                        rasa mual.
                                                    perlahan

                                                   - Batasi minum bersama
                                                                                    -   Teknik untuk
                                                    makan, hindari bau
                                                                                        mengurangi mual.
                                                    makanan dan stimulus
                                                    yang tidak mengenakkan.



4.   Gangguan           Setelah diberikan askep    MANDIRI :                     MANDIRI :
     sensori persepsi   selama 4 x24 jam,             -   Orientasi dengan       - Menimbulkan mental
     : pendengaran      diharapkan gangguan               kenyataan               klien yang positif
     yang               sensori persepsi              -   Memberikan             - Meyakinkan klien
     berhubungan        :pendengaran berkurang,           dukungan secara         bahwa dia tidak sendiri
     dengan             dengan                            emosional               dan ada yang
     perubahan          Kriteria hasil :                                          memperhatikan dirinya
     sensori persepsi   - Tidak terjadi distorsi      -   Ajarkan klien          - Agar tidak
     pendengaran           pendengaran                    perawatan telinga       memperparah penurunan
     yang ditandai      - Komunikasi yang                 yang sesuai             pendengaran yang terjadi
     dengan distorsi       dilakukan dapat                indikasi                pada klien
     pendengaran,          diterima                   -   Memperbaiki cara       - Dengan berteriak-teriak
     perubahan pola                                       komunikasi dengan       dapat memperparah
     komunikasi dan                                       bicara pelan di         kondisi telinga klien
     gelisah.                                             dekat klien dan
                                                          tidak berteriak-
                                                          teriak                 - Agar telinga klien tidak
                                                      -   Berikan posisi yang
nyaman dan tidak     tambah sakit karena
                                                        bising               kebisingan dapat
                                                                             menjadi faktor pencetus
                                                                             nyeri telinga dan
                                                                             penurunan pendengaran



5.   Kurang         Setelah diberikan askep       MANDIRI :                  MANDIRI :.
     pengetahuan    selama 1 x 30 menit                                        -   Mengetahui
                                                    -   Kaji tingkat
     berhubungan    diharapkan kurang                                              kemampuan
                                                        pengetahuan klien.
     dengan         pengetahuan klien dapat                                        kognitif agar dapat
     keterbatasan   diatasi, dengan kriteria                                       memilih intervensi
     paparan        hasil :                                                        yang tepat
     informasi          -     Mengungkapkan         -   Berikan                -   Memberikan
                              masalah berkurang         kesempatan pada            kesempatan untuk
                        -     Klien mampu               klien untuk                menggali
                              menyebutkan               menanyakan hal-            keingintahuan
                              penyebab dari             hal mengenai               klien mengenai
                              otalgia                   penyakitnya                penyakitnya
                        -     Klien mampu           -   Informasikan pada      -   Membantu agar
                              mampu                     klien mengenai             klien dapat
                              menyebutkan hal           penyakit.                  mengerti dan
                              yang dapat                                           paham dengan
                              memperburuk                                          penyakitnya
                              penyakitnya           -   Berikan                -   Mengevaluasi
                        -     Klien mampu               kesempatan pada            intervensi yang
                              menyebutkan               klien untuk                telah dilakukan
                              upaya-upaya untuk         mengulangi                 pada klien
                              mencegah                  kembali informasi

                              menderita otalgia         yang telah

                              kembali                   disampaikan.
Daftar Pustaka


Rowland,Aled.Miliford Chris.1999.Share Care For ENT. Oxford:ISIS Medical
     Media
Black, M Joyce. Hawk, Jane Hokansen. 2001. Medical Surgical Nursing. USA.
     ELSEVIER.
Suddarth & Brunner.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
     8.Jakarta:EGC.
http://www.mejfm.com/journal/May2006/managementotalgia.htm.

More Related Content

What's hot (20)

CBD rhinitis alergi
CBD rhinitis alergiCBD rhinitis alergi
CBD rhinitis alergi
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
OMA OMSK
OMA OMSKOMA OMSK
OMA OMSK
 
Ppt pneumonia
Ppt pneumoniaPpt pneumonia
Ppt pneumonia
 
147325776 case-report-omsk
147325776 case-report-omsk147325776 case-report-omsk
147325776 case-report-omsk
 
Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroikDermatitis seboroik
Dermatitis seboroik
 
Hand foot mouth disease - flu singapur
Hand foot mouth disease - flu singapurHand foot mouth disease - flu singapur
Hand foot mouth disease - flu singapur
 
Migrain
MigrainMigrain
Migrain
 
Presentasi difteri
Presentasi difteriPresentasi difteri
Presentasi difteri
 
Urtikaria akut
Urtikaria akutUrtikaria akut
Urtikaria akut
 
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
 
Ulkus Kornea.pptx
Ulkus Kornea.pptxUlkus Kornea.pptx
Ulkus Kornea.pptx
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Nyeri sendi
Nyeri sendiNyeri sendi
Nyeri sendi
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
TB Paru
 
Insufisiensi Kelenjar Adrenal
Insufisiensi Kelenjar AdrenalInsufisiensi Kelenjar Adrenal
Insufisiensi Kelenjar Adrenal
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Mekanisme mual dan muntah
Mekanisme mual dan muntahMekanisme mual dan muntah
Mekanisme mual dan muntah
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Rhinitis alergi
Rhinitis alergi Rhinitis alergi
Rhinitis alergi
 

Viewers also liked

Viewers also liked (9)

Kuesioner penelitian serumen obturans dengan tuli konduktif pada lansia
Kuesioner penelitian serumen obturans dengan tuli konduktif pada lansiaKuesioner penelitian serumen obturans dengan tuli konduktif pada lansia
Kuesioner penelitian serumen obturans dengan tuli konduktif pada lansia
 
Askep penyakit dekompresi
Askep penyakit dekompresiAskep penyakit dekompresi
Askep penyakit dekompresi
 
Batu empedu
Batu empeduBatu empedu
Batu empedu
 
Askep herpes zoster
Askep herpes zosterAskep herpes zoster
Askep herpes zoster
 
Kuesioner angket m5
Kuesioner angket m5Kuesioner angket m5
Kuesioner angket m5
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
Ca mulut
Ca mulutCa mulut
Ca mulut
 
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
 
Otalgia
OtalgiaOtalgia
Otalgia
 

Similar to Otalgia Penyebab

Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)Riedha Poenya
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNOperator Warnet Vast Raha
 
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaAnatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaNova Mandasari
 
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptfdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptRandiDoank2
 
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)pjj_kemenkes
 

Similar to Otalgia Penyebab (20)

Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
 
Ompa
OmpaOmpa
Ompa
 
Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)
 
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaAnatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
 
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptfdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
 
Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA
Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA
Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA
 
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
 
OMSK
OMSKOMSK
OMSK
 
Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA
Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA
Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA
 
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
otitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptxotitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptx
 
Sap omsk
Sap omskSap omsk
Sap omsk
 
Askep oma omk
Askep oma omkAskep oma omk
Askep oma omk
 

Recently uploaded

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 

Recently uploaded (20)

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 

Otalgia Penyebab

  • 1. Disusun Oleh : Ahmad Fauzi Alphonsus Mitio Catur Bagus Windu Saputra Chandra Frayoga Dini Rahma Fitria Rizki Febiyanti Utamy Jamiaturidha Muhammad Ridwan Melinda Eka Pratiwi Nikmatul Maulia Rahayuningtyas Saputri Ratna Sari Ririn Endah Vivi Ramadhini Penguji : Rohman Azzam Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011
  • 2. KATA PENGANTAR Tiada kata yang paling indah dan paling bermakna, kecuali Puji dan syukur kami kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kelainan struktur sistem Sensori Persepsi. Rasa terimakasih juga tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah bersedia membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada Bapak Rohman Azzam yang telah membimbing kami dengan sepenuh hati, kepada Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan moril kepada kami, dan kepada teman-teman yang dengan ikhlas memberi support kepada kami. Kami menyadari dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah kami butuhkan untuk memperbaiki kesalahan kami di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat membantu pembaca dalam memahami ilmu Kelainan strukturs sistem Sensori Persepsi. Jakarta, 3 November 2011 Penyusun
  • 3. BAB I PENDAHULUAN Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Nyeri pada telinga merupakan suatu tanda perjalanan penyakit , nyeri pada telinga disebut juga dengan Otalgia. Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga . karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya ( nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga ), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan dapat disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat sendi temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih dari 50% pasien yang mengeluh Otalgia tidak ditemukan penyakit telinganya.
  • 4. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Otalgia adalah telinga nyeri, sering disebut sebagai “sakit telinga”. Otalgia utama ada ketika rasa sakit itu berasal di dalam telinga, otalgia dimaksud adalah nyeri yang berasal luar telinga. Ketika otalgia muncul, pemeriksaan telinga biasanya menunjukkan beberapa kelainan pada telinga luar atau tengah. Otalgia mungkin atau tidak dapat dikaitkan dengan gangguan keseimbangan dan penurunan pendengaran. Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. (Brunner & Suddarth, 1997). Jadi Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga oleh karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu penyakit di daerah lain di luar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan berat penyakit yang dialami seseorang.
  • 5. B. Etiologi Penyebab otalgia dapat dibedakan menjadi dua , yaitu : 1. Otalgia primer a. Otitis Externa Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya penyakit ini sering muncul saat musim panas karena meningkatnya intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah penyakit ini biasa disebut sebagai “telinga perenang”( Bluest D, 1996 ). Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering nyeri yang sangat hebat. Tanda utama otitis eksterna bahwa tarikan pada aurikula atau penekanan pada tragus dapat memperhebat nyeri ini, yang tidak terjadi pada otitis media supuratif akut. Bila otitis eksterna karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai dengan gambaran fisik kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih ringan dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat eksudat jernih yang minimum (Petrus, 1986). Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat yang biasa ditemukan pada liang telinga dan tidak jarang juga menutupi membran timpani (Arnolds, 1984) (Petrus, 1986). b. Polikondritis Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada struktur- struktur kartilago. Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri tekan. Biasanya mengenai aurikula bilateral disertai reaksi akut pada aurikula yang terjadi bersamaan atau berganti-gantian. Relaps lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali dalam sebulan sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa bulan (Petrus, 1986). c. Otitis Media Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya didahului oleh demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran. Nyeri
  • 6. telinga sinonim dengan otitis media supuratif akut akibat infeksi bakteri dicelah telinga tengah. Organisme yang sering bertanggung jawab meliputi Streptococcus, Haemoliticus, Pneumococcus dan Haemophillas influenzae. Nyeri telinga dan demam yang menandai mulanya otitis media supuratif akut dan biasanya didahului oleh gejala-gejala berbagai infeksi traktus respi ratorius atas. Pada anak dan orang dewasa gejala utamanya adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat sensasi penuh ditelinga dan gangguan pendengaran, dapat juga timbul tinnitus dan demam (Petrus, 1986). d. Barotrauma Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi trauma pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984). Bila tuba Eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat menghambat di dalam telinga serta gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan ruptur, biasanya dengan pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus, 1986). e. Mastoiditis Supuratif akut Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media supuratif akut yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-anak. Kadang- kadang pasien otitis media supuratif akut tidak mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti dengan mulainya otore. Tetapi, setelah beberapa hari otore, dapat terjadi kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan mulainya mastoiditis akut. Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan banyak sekret purulen dari performasi membrana timpani dan “sagging” dinding posterior superior bagian dalam meatus akustikus eksternus (Petrus, 1986). f. Miringitis bulosa Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani. Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering
  • 7. dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam, eksudat purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986). 2. Otalgia sekunder a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V) 1. Penyakit Gigi Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi, penyakit gigi, infeksi periapikal dari gigi belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas dan bawah. 2. Iritasi Sinus Paranasal Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada sinus paranasal terutama sinus maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada telinga. 3. Lesi di rongga mulut 4. Glandula salivatori Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari submandibula, sublingual dan terutama kelenjar parotis dapat menimbulkan otalgia 5. Iritasi Durameter Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah atau posterior fossa cramial dapat menimbulkan nyeri telinga. b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat sensoris dari saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang terletak pada bagian lateral dari konka dan antiheliks dan juga pada lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah mastoid. Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s palsy sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien dengan herpes zoster otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami otalgia. Pada penyakit ini dapat ditemukan vesikel sepanjang konka dan liang posterior.
  • 8. c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX) Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah penyakit yang sering menyebabkan nyeri alih pada telinga. Pasien biasanya mengeluh otalgia setelah melakukan tonsilektomi. d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X) Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring, hipofaring, fraken, esofagus dan kelenjar tiroid. Nyeri pada setiap bagian ini dialihkan ke telinga. Laringitis Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia. Luka pada laring atau adanya benda asing pada laring dapat menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke telinga. e. Nervus cervical Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati servikal yang biasanya terdapat pada jaringan limfe di oksipital dan mastoid . C. Klasifikasi Klasifikasi otalgia dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan atas penyebabnya adalah sebagai berikut : 1. Otalgia primer adalah nyeri yang berasal dari penyakit yang ada di telinga. Seperti : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis Supuratif akut, Miringitis bulos, dll. 2. Otalgia sekunder adalah penjalaran rasa nyeri dari tempat lain. Seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut, Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.
  • 9. D. Gejala Klinis Gejala klinis yang dapat timbul adalah sebagai berikut : Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya disertai dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab. Bayi dan anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk- garuk telinga atau menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan pendengaran. Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari telinga. Sakit telinga yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang- kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya didahului oleh batuk dan pilek. Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang agak besar, remaja dan dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah adanya perasaan penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga atau demam. Sakit telinga akibat infeksi telinga yang sudah menyebar kedaerah mastoid atau daerah dibelakangtelinga (mastoiditis), biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada infeksi liang telinga (otitis eksterna) sering disertai nyeri ketika membuka mulut atau menelan. E. Pemeriksaan Fisik Inspeksi: adanya kemerahan di liang telinga, klien mengeluhkan rasa sakit yang amat sangat menggangu di telinganya. Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.
  • 10. F. Patofisiologi Otalgia (http://www.mejfm.com/journal/May2006/managementotalgia.htm)
  • 11. G. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan dengan menanyakan beberapa hal sehubungan dengan keluhan sakit telinga yang timbul. Seperti adanya riwayat sakit batuk, pilek dan demam, riwayat mengorek telinga sebelumnya, riwayat naik pesawat. Sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab telinga nyeri untuk mengetahui cara mengatasi rasa sakit tersebut. Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk memastikan asal rasa sakit tersebut. Juga dilakukan Tes Toynbee/Valsava yaitu tes untuk menentukan masih tidaknya fungsi Eustachius, Tes pendengaran, Tes keseimbangan, bila perlu dilakukan pemeriksaan Radiologi. Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti : A. Tes fungsi Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya fungsi eusthacius B. Tes pendengaran Tujuan dari tes pendengaran adalah : 1. Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak. 2. Menentukan derajat kekurangan pendengaran. 3. Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.2 C. Tes Suara Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15 meter. Tetapi biasa dipakai patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik :
  • 12. 1. Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat membaca gerakan bibir pemeriksa. 2. Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang tidak diperiksa untuk mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga itu. 3. Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus dimengerti oleh pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan yang mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z ). 4. Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut. 5. Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5 kata. 6. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf desis → tuli persepsi. 7. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf lunak → tuli konduksi Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini menggunakan percakan biasa. D. Tes Garpu Tala. Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang penderita dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach : 1. Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz. 2. Getarkan garpu tala. 3. Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
  • 13. 4. Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala diletakkan pada planum mastoid penderita. 5. Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga penderita lalu ke telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan. 6. Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala, maka penderita juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut. 7. Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ). 8. Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita sudah tidak dapat mendengar lagi. Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang dan melalui udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne : 1. Garpu tala digetarkan. 2. Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut posisi 1 ( satu ). 3. Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala tegak lurus di depan meatus akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ). 4. Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi → Tes Rinne (+). 5. Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi → Tes Rinne (–).
  • 14. 6. Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan → Tes Rinne ragu – ragu. Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui sebelah kanan / kiri penderita. Syarat melakukan tes Weber : 1. Garpu tala digetarkan. 2. Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis : dahi, ubun – ubun, rahang, kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan. 3. Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan. 4. Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, hal ini bisa berarati : normal atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama. 5. Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga kanan. 6. Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan, telinga kiri dan kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri, terdapat tuli persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi tetapi lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan tuli konduksi. Berbagai macam tes diatas merupakan sebagian dari berbagai macam cara untuk mengetahui fungsi pendengaran seseorang. Sehingga untuk mengetahui dan mendiagnosa seseorang mengalami ketulian diperlukan tes – tes yang lain selain yang dipaparkan diatas.
  • 15. C. Pemeriksaan Keseimbangan 1. Berdiri normal 2. Berdiri kaki rapat 3. Berdiri tandem 4. Berdiri satu kaki 5. Berbagai posisi lengan pada tes di atas 6. Berbagai ggn keseimbangan pada tes di atas 7. Berdiri fleksi – neutral – ekstensi trunk 8. Berdiri side fleksi 9. Berjalan memposisikan kaki tandem 10. Berjalan sepanjang garis atau tanda tertentu 11. Berjalan ke samping, berjalan mundur 12. Berjalan di tempat 13. Berjalan dgn berbagai kecepatan 14. Berjalan dan berhenti dengan mendadak 15. Berjalan membentuk lingkaran 16. Berjalan pada tumit atau jari-jari kaki 17. Berdiri mata terbuka – mata tertutup (Romberg test) D. Terapi Terapi yang dapat diberikan pada penderita otalgia sesuai dengan penyakit primer yang menyebabkan otalgia tersebut. Terapi yang diberikan dapat berupa : Jika terdapat kotoran yang keras atau benda asing akan dibersihkan dengan alkohol, asam salisilat. Pada kasus infeksi akan diterapi dengan pemberian antibiotika atau anti jamur. Pada kasus tertentu bahkan dilakukan tindakan pembedahan. Dapat juga diberikan kompres hangat, analgesik.
  • 16. A. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Pengkajian Primer (Primery Survey) 1). Airway Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi klien tidak mengalami : a. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi, rhonci, gargling, dll b. Retensi lendir/sputum di tenggorokan c. Suara serak d. tidak Batuk berdahak atau kering 2). Breathing Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi klien mengalami : a. Batuk b. Sesak napas c. Adanya penggunaan otot bantu napas d. Frekuensi tidak berada pada batas normal yaitu 16 – 24 x/mnt. 3). Circulation Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta kemungkinan kondisi klien : a. TD meningkat b. capillary refill normal c. Demam
  • 17. d. Disability / Neurological e. Terdapat nyeri pada daerah telinga. f. Kemampuan pendengaran menurun. b. Pengkajian Sekunder (Secundary Survey) 1) Riwayat penyakit sebelumnya Apakah klien pernah menderita : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis Supuratif akut, Miringitis bulos dan penyakit telinga lainnya. Juga beberapa penyakit diluar telinga seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut, Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll. 2) Pemeriksaan fisik a. Aktivitas dan istirahat Data Subyektif:  Aktivitas menurun  Adanya perubahan pola tidur  Lebih sering istirahat Data obyektif :  Tidak terjadi perubahan tingkat kesadaran  Tidak terjadi Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia )  Terlihat kelemahan umum.  gangguan pendengaran 
  • 18. b. Sirkulasi Data Subyektif:  Demam, akral hangat Data obyektif:  Suhu tubuh diatas 37,5oC  Kadar WBC meningkat c. Eliminasi Data Subyektif:  Tidak mengalami gangguan eleminasi Data obyektif  Tidak adanya suara usus( ileus paralitik ) d. Makan/ minum Data Subyektif:  Kemungkinan nafsu makan menurun Data obyektif:  Makanan tersisa lebih dari setengah  Hanya mampu makan ¼ porsi e. Sensori neural Data Subyektif:  Kelemahan  Pendengaran berkurang Data obyektif:  Status mental baik  Menurunnya kemampuan mendengar
  • 19. f. Nyeri / kenyamanan Data Subyektif: Nyeri di daerah telinga yang terinfeksi oleh penyakit primer dari otalgia Data obyektif:  Tingkah laku yang tidak stabil  Gelisah  Ketegangan otot g. Respirasi Data Subyektif :  Sesak nafas  Batuk kering  Flu Data obyektif:  Frekuensi pernafasan menurun  Batuk tidak berdahak  Adanya suara nafas tambahan  Menggunakan otot bantu pernafasan h. Keamanan Data Subyektif :  Cemas Data obyektif:  Motorik/sensorik : masalah dengan pendengaran  Perubahan persepsi terhadap tubuh  Penurunan pendengaran
  • 20. i. Interaksi sosial Data Subyektif:  Pendengaran menurun Data obyektif:  Penurunan komunikasi. ( Doengoes edisi 3, 2000 ) 2. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik karena penyakit lain ditandai dengan adanya nyeri secara verbal, adanya gerakan untuk melindungi bagian tubuh yang nyeri dan terlihat meringis, tekanan darah meningkat, dan nadi meningkat. 2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau trauma ditandai dengan kulit diraba hangat, peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal takhikardi dan kulit nampak merah. 3. Nausea berhubungan dengan faktor fisiologi : nyeri yang ditandai dengan peningkatan saliva dan melaporkan adanya mual. 4. Gangguan sensori persepsi : pendengaran yang berhubungan dengan perubahan sensori persepsi pendengaran yang ditandai dengan distorsi pendengaran, perubahan pola komunikasi dan gelisah. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan informasi yang ditandai dengan mengungkapkan adanya masalah.
  • 21. 3.Intervensi Keperawatan No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional 1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan MANDIRI MANDIRI berhubungan keperawatan selama 2 x 24 - Kaji tingkat nyeri yang - Sebagai indikator dengan agen jam nyeri akut yang klien dirasakan baik intesitas, keefektifan intervensi cedera fisik rasakan dapat terkontrol, karakterisk maupun yang diberikan dan dengan Kriteria hasil : beratnya (skala 1-10) perubahan karakteristik - tidak melaporkan nyeri. adanya nyeri secara - Berikan lingkungan yg - Menurunkan reaksi verbal tenang sesuai indikasi. terhadap stimulasi dari - tekanan darah normal, luar atau sensivitas pada dan nadi normal suara-suara bising dan meningkatkan istirahat/relaksasi. - Berikan kompres hangat - Mampu meningkatkan pada lokasi nyeri. rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri. - Berikan posisi yang - Menurunkan gerakan nyaman pada klien sesuai yang dapat indikasi. meningkatkan nyeri. KOLABORASI : KOLABORASI - Berikan analgetik, seperti - Mungkin diperlukan asetaminofen untuk menghilangkan nyeri yang berat serta meningkatkan kenyamanan dan istirahat. 2. Hipertermia Setelah diberikan askep MANDIRI : MANDIRI : berhubungan selama 3 x 24 jam, pada - Pantau suhu klien - Untuk menentukan
  • 22. dengan penyakit klien tidak terjadi setiap 8 jam intervensi selanjutnya atau trauma. hipertermi, dengan kriteria - Anjurkan klien - membantu untuk hasil : untuk menurunkan suhu badan a. - Suhu dalam rentang menggunakan klien normal. kompres hangat b. - Kulit tidak hangat - Anjurkan klien - Mencegah dehidrasi c. - Kulit di daerah telinga pentingnya luar tidak terlihat mempertahankan kemerahan. asupan cairan yang adekuat - Jelaskan perlunya - Untuk pengeluaran menggunakan panas lebih efektif pakaian yang kendur dan tipis serta menyerap keringat KOLABORASI : KOLABORASI : - Anjurkan - Pemberian pemberian antipiretik dapat antipiretik paraceta menurunkan panas mo badan klien 3. Nausea Setelah diberikan askep MANDIRI : MANDIRI : berhubungan selama 2 x 24 jam - Dorong pasien untuk - Makanan yang dengan faktor diharapkan tanda-tanda makan sedikit, tapi sering cair lembut dan fisiologi nausea berkurang atau tidak dan untuk makan dengan dingin biasanya ada lagi, dengan Kriteria perlahan. Makanan ditoleransi dengan hasil : sebaiknya jenis lembut baik a. - Tidak mengalami cair dan dingin peningkatan saliva - Singkirkan - Bau yang tidak pemandangan bau yang sedap dapat
  • 23. tidak sedap dari area memicu mual. makanan - Dapat mencegah - Dorong klien untuk aspirasinya istirahat pada posisi semi makanan dan fowler setelah makan dan dapat mengurangi mengganti posisi dengan rasa mual. perlahan - Batasi minum bersama - Teknik untuk makan, hindari bau mengurangi mual. makanan dan stimulus yang tidak mengenakkan. 4. Gangguan Setelah diberikan askep MANDIRI : MANDIRI : sensori persepsi selama 4 x24 jam, - Orientasi dengan - Menimbulkan mental : pendengaran diharapkan gangguan kenyataan klien yang positif yang sensori persepsi - Memberikan - Meyakinkan klien berhubungan :pendengaran berkurang, dukungan secara bahwa dia tidak sendiri dengan dengan emosional dan ada yang perubahan Kriteria hasil : memperhatikan dirinya sensori persepsi - Tidak terjadi distorsi - Ajarkan klien - Agar tidak pendengaran pendengaran perawatan telinga memperparah penurunan yang ditandai - Komunikasi yang yang sesuai pendengaran yang terjadi dengan distorsi dilakukan dapat indikasi pada klien pendengaran, diterima - Memperbaiki cara - Dengan berteriak-teriak perubahan pola komunikasi dengan dapat memperparah komunikasi dan bicara pelan di kondisi telinga klien gelisah. dekat klien dan tidak berteriak- teriak - Agar telinga klien tidak - Berikan posisi yang
  • 24. nyaman dan tidak tambah sakit karena bising kebisingan dapat menjadi faktor pencetus nyeri telinga dan penurunan pendengaran 5. Kurang Setelah diberikan askep MANDIRI : MANDIRI :. pengetahuan selama 1 x 30 menit - Mengetahui - Kaji tingkat berhubungan diharapkan kurang kemampuan pengetahuan klien. dengan pengetahuan klien dapat kognitif agar dapat keterbatasan diatasi, dengan kriteria memilih intervensi paparan hasil : yang tepat informasi - Mengungkapkan - Berikan - Memberikan masalah berkurang kesempatan pada kesempatan untuk - Klien mampu klien untuk menggali menyebutkan menanyakan hal- keingintahuan penyebab dari hal mengenai klien mengenai otalgia penyakitnya penyakitnya - Klien mampu - Informasikan pada - Membantu agar mampu klien mengenai klien dapat menyebutkan hal penyakit. mengerti dan yang dapat paham dengan memperburuk penyakitnya penyakitnya - Berikan - Mengevaluasi - Klien mampu kesempatan pada intervensi yang menyebutkan klien untuk telah dilakukan upaya-upaya untuk mengulangi pada klien mencegah kembali informasi menderita otalgia yang telah kembali disampaikan.
  • 25. Daftar Pustaka Rowland,Aled.Miliford Chris.1999.Share Care For ENT. Oxford:ISIS Medical Media Black, M Joyce. Hawk, Jane Hokansen. 2001. Medical Surgical Nursing. USA. ELSEVIER. Suddarth & Brunner.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC. http://www.mejfm.com/journal/May2006/managementotalgia.htm.