SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Ulkus Kornea
Topik Pembahasan
Keratitis Bakterialis Keratitis Jamur
Keratitis
Acanthamoeba
Keratitis HSV
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang:
● Onset
● Durasi
● Keparahan gejala
● Faktor risiko
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Pengobatan
Keluhan Utama
● Mata merah
● Nyeri
● Fotofobia
● Sensasi benda asing
● Penurunan tajam penglihatan
● Ada bagian yang berwarna putih di
mata
Pemeriksaan Fisik
● Pemeriksaan visus
● Pemeriksaan Tekanan Intra Okular (TIO)
● Pemeriksaan eksternal
○ Kelopak mata
○ Bulu mata
○ Aparatus nasolakrimal
○ Alignment mata
● Pemeriksaan slit-lamp
○ Evaluasi margin kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, bilik mata
depan, dan vitreous
● Sensibilitas kornea, tes fluoroscein dan tes fistel bila dicurigai adanya perforasi
● Menilai keparahan derajat ulkus
Derajat Keparahan Ulkus Kornea
Stadium 1
(Ringan)
Stadium 2
(Sedang)
Stadium 3
(Berat)
Lokasi Di luar aksis visual Sentral / perifer Sentral / perifer
Area 2 mm 2 - 6 mm > 6 mm
Kedalaman ⅓ superfisial ⅔ superfisial Sampai profunda
Inflamasi
Segment Anterior
Ringan Sedang-berat (fibrin) Sampai ⅓ profunda
Progresivitas Lambat Sedang Cepat
Perforasi Tidak Tidak Ya/impending
Supurasi Sklera Tidak Ya Ya
Rawat Inap Tidak Mungkin Mungkin
Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan Rutin
● Gram
● KOH 10%
Pewarnaan Khusus
(tidak rutin)
● Giemsa
● Calcofluor White
Apusan dan Pewarnaan Kultur dan Sensitivitas*
Indikasi:
● Infiltrat mencapai atau di
sentral kornea
● Infiltrat melibatkan stroma
profunda
● Diameter infiltrat > 2mm
● Pasien dengan riwayat atau
gambaran klinis yang
mengarah jamur, amuba,
mycobacterial atau suspek
organisme resisten obat
● Kronis dan tidak responsif
terhadap pemberian
antibiotik spektrum luas
Ultrasonografi
Indikasi:
● Apabila segmen
posterior tidak dapat
dinilai dengan slit
lamp
● Apabila ulkus kornea
dicurigai adanya
endoftalmitis
*Gold standard
Keratitis Bakterialis
01
● Infeksi pada kornea dengan progresivitas cepat → dapat menimbulkan
kerusakan jaringan yang semakin meluas, perforasi kornea maupun jaringan
yang berada di sekitarnya
● Nyeri, fotofobia, pandangan buram, sekret, mata merah, berair
● Faktor risiko:
○ Penggunaan lensa kontak
○ Kontaminasi bakteri dari pengobatan topikal pada kornea
○ Kelainan struktur kornea
○ Permasalahan imun yang sistemik
Keratitis Bakterialis
Weisenthal RW, et al. (2020). American Academy of Ophthalmology: 2020-2021 Basic and Clinical Science Course, Section 8: External Disease and Cornea.
Keratitis Bakterialis
● Bakteri penyebab keratitis hanya terbatas pada lapisan epitel, patogen awalnya
harus menempel terlebih dahulu pada kornea
● Bakteri yang mampu penetrasi langsung ke epitel kornea: N. gonorrheae, N.
meningitidis, C. diphteriae, Shigella, H. Influenza, dan Listeria
● Bakteri difasilitasi oleh matrix metalloproteinase (ekskresi inaktif dari keratosit
stroma yang akan menjadi aktif saat ada infeksi bakteri) → mampu
menghancurkan membran basal dan matriks ekstraselular
● Tahap dari keratitis bakterialis:
○ Stage of progressive infiltration
○ Stage of active ulceration: hyperemia, descemetoele
○ Stage of regression
○ Stage of cicatrization: scars - nebula, macula, leukoma
Etiologi
Salmon C, Porco TC, Lietman TM, et al. The Clinical Differentiation of Bacterial and Fungal Keratitis: A Photographic Survey. Cornea, 2012. P. 1787-91.
Gambaran Klinis
Defek epitelial dengan
infiltrat luas
Anterior uveitis dengan
hipopion
Ulserasi berat →
perforasi
● Slit lamp: infiltrat stromal supuratif (terutama yang berukuran >1 mm), batas tidak
tegas, edema, dan infiltrasi sel darah putih di sekeliling stroma, defek epitel (+),
peradangan di COA
Kanski JJ. Synopsis of Clinical Ophthalmology. 2013. P. 90-4.
Penatalaksanaan
Antibiotik Topikal
Diberikan setiap jam pada 24 - 48 jam,
kemudian tapering off sesuai dengan
perkembangan gejala klinis
Operasi
Antibiotik Sistemik
● Berpotensi menjadi infeksi
sistemik
● Penipisan kornea yang berat
dengan ancaman perforasi
● Keterlibatan sklera
Jika tidak perbaikan secara
klinis dengan semua
medikamentosa, terjadi
perforasi, atau ancaman
perforasi
Terapi
Intervensi Bedah
1. Aplikasi glue/tissue adhesive
● Indikasi:ancaman (impending) perforasi/perforasi kornea kecil dengan diameter <3 mm
2. Amnion membrane transplantation
● Perforasi kornea kecil dengan diameter <5 mm, descemetocele
3. Flap konjungtiva
● Ulkus di perifer kornea dengan descemetocele atau perforasi kecil
4. Patch graft (fascia lata graft, periosteal graft)
● Perforasi kornea luas dengan diameter >5 mm, apabila belum atau tidak tersedia donor kornea
tektonik
5. Penetrating keratoplasti
● Tektonik dan terapetik (perforasi kornea >3 mm atau tidak respon terhadap terapi medikamentosa
maksimal).
6. Eviserasi bulbi
● Ulkus kornea dengan komplikasi endoftalmitis atau panoftalmitis yang nyeri disertai visus no light
perception (NLP)
Keratitis Fungal
02
● Infeksi pada kornea yang disebabkan oleh peradangan akibat jamur,
dipengaruhi oleh lokasi geografis dan status imun
● Etiologi: candida sp, aspergillus sp, fusarium sp
● Curiga pada pasien yang didiagnosis keratitis bakterialis namun tidak
merespon terhadap antibiotik spektrum luas
● Nyeri, fotofobia, pandangan buram, sekret, mata merah, berair
● Faktor risiko:
○ Trauma okular dari vegetative matter
○ Penggunaan lensa kontak yang terkontaminasi
○ Penggunaan steroid topikal
○ Permasalahan imun yang sistemik
Keratitis Fungal
Gambaran Klinis
Terlihat kering, infiltrasi stroma berwarna
keputihan dengan feathery margins pada
keratitis akibat F. solani. Terdapat
gambaran lesi satelit
Infiltrat supuratif yang
padat berwarna putih
kekuningan pada
keratitis akibat Candida
Kanski JJ. Synopsis of Clinical Ophthalmology. 2013. P. 90-4.
Identifikasi hifa menggunakan KOH 10%
dari scraping kornea
10x 40x
● Pewarnaan gram atau
giemsa
● Pewarnaan silver
● Kultur menggunakan agar
Sabouraud
● Kultur lensa kontak
● Biopsi kornea
● Mikroskop konfokal
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
Mold/filamen (Fusarium)
Topikal:
● Natamycin 5%
● Amphotericin B 0,15–0,3%
(hanya sensitif terhadap Aspergillus
sp)
● Vorikonazole 1%
Oral:
● Ketokonazol 200-600 mg/hari; atau
● Itraconazole 1x200 mg sehari, kemudian
dikurangi 100 mg sehari; atau
● Vorikonazole 2x400 mg untuk satu hari,
selanjutnya 2x200 mg sehari
Sitompul R, Susiyanti M, Nora RLD, Aziza Y. Panduan praktis klinis ulkus kornea. Jakarta : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2018.h.13-4.
Yeast (Candida)
Topikal :
● Amphotericin B 0,15%,
● Fluconazole 0,2%,
● Vorikonazole 1%
Oral:
● Flukonazole 2x200 mg sehari; atau
● Itraconazole 1x200 mg sehari, kemud
dikurangi 100 mg sehari; atau
● Vorikonazole 2x400 mg untuk satu h
selanjutnya 2x200 mg sehari.
Anti Jamur Topikal dan Sistemik
● Voriconazole topikal (1%; 2%) memiliki penetrasi yang baik ke BMD
● Anti-jamur topikal diberikan selama 4-8 minggu, disesuaikan dengan respon
klinis dan efek samping.
● Antifungal sistemik → Ketokonazole (200-600 mg/hari); Fluconazole (200-
400 mg/hari)
○ Untuk 6-8 minggu
○ Indikasi: ulkus berukuran sangat besar atau sangat dalam, skleritis, dan
endoftalmitis.
○ Cek fungsi liver /2 minggu
Weisenthal, R. W.. American Academy of Ophthalmology : 2020-2021 Basic and Clinical Science Course, Section 8: External Disease and Cornea. 2020. P.275
Sitompul R, S. Made, Nora RLD, Aziza Y. Panduan praktis klinis ulkus kornea. Jakarta : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2018.h.14.
Terapi
Indikasi tindakan yang lebih invasif, yaitu:
● Injeksi anti jamur intrakameral (dengan atau tanpa irigasi aspirasi): bila
terdapat keterlibatan intraokuler.
○ amphotericin B (5–10 µg/0,1cc), untuk yeast dan Aspergillus
○ voriconazole (50–100 µg/ 0,1 cc), broad spectrum
● Injeksi anti jamur intrastromal: ulkus kornea jamur yang dalam (dapat
dilakukan setiap 48–72 jam)
○ amphotericin B (5–10 µg/0,1cc), untuk yeast dan Aspergillus
○ voriconazole (50–100 µg/ 0,1 cc), broad spectrum
Weisenthal, R. W.. American Academy of Ophthalmology : 2020-2021 Basic and Clinical Science Course, Section 8: External Disease and Cornea. 2020. P.275
Sitompul R, S. Made, Nora RLD, Aziza Y. Panduan praktis klinis ulkus kornea. Jakarta : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2018.h.14.
Keratitis Achantamoeba
03
Keratitis Achantamoeba
● Jarang terjadi
● Pengguna lensa kontak yang berenang dengan lensa masih terpasang
● Nyeri, fotofobia, buram, sekret, mata merah, berair
● Etiologi: A. castellanii and A polyphaga
● Tahap awal: epiteliopati pungtata difus, lesi epitel dendritik, atau infiltrat
superfisial non-supuratif berwarna putih keabuan
● Tahap selanjutnya: ring-shaped stromal infiltrate di sentral kornea
Keratitis Acanthamoeba memiliki 2 bentuk yaitu tropozoid dan
kista.
Jenis tropozoid membentuk kista berdinding ganda yang tahan
terhadap berbagai macam metode pemusnahan (termasuk
mendinginkan, memanaskan, dan penyinaran). Jenis tropozoid
bersifat mobile.
Feldman B, Kozak L, Door WT, et al. Acanathamoeba keratitis [internet]. 2022 (updated 2022 Apr 6; cited 2022 Jul 30). Available from: https://eyewiki.aao.org/Acanthamoeba_Keratitis
Keratitis Achantamoeba
Terapi
● Anti mikroba yang dapat digunakan
○ Diamidin: Propamidine isethionate 0,1% solution (Prolene, Brolene)
○ Biguanide: Chlorhexidine 0,02%, Polyhexamethylene Biguanide (PHMB)
0,01 - 0,02%
● Terapi inisial yang direkomendasikan: Biguanide
● Dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan Diamidine
● Efektif apabila diberikan dalam 1 bulan sejak onset, dengan cara pemberian:
○ Setiap jam 3-4 hari pertama
○ Setiap 2 jam selama 2-4 minggu
○ Diturunkan menjadi 4x1 selama 6-12 bulan
Keratitis Herpes Simpleks
03
Keratitis Herpes Simpleks
● Etiologi: Herpes Simplex Virus tipe I, double-stranded DNA virus
● Faktor risiko: kontak dengan sekret atau lesi yang terinfeksi HSV
● Tanda khas: infiltrat di epitel kornea berbentuk dendrit, lesi bercabang
● Gejala klinis: pandangan kabur, fotofobia, nyeri, kemerahan, dan/atau mata
berair
Nijm, Lisa M. 2022. “Herpes Simplex Epithelial Keratitis, ” https://eyewiki.aao.org/Herpes_Simplex_Epithelial_Keratitis, diakses pada 30 Juli 2022
Anti-Viral Topikal
● Pasien dengan gangguan
ginjal
● Pasien usia ≥ 65 tahun
dengan gangguan ginjal
atau fungsi ginjal tidak
diketahui
● Pasien hamil
● Ibu menyusui
Anti-Viral Oral
● Pasien sulit menggunakan gel atau
tetes mata (tremor, artritis)
● Menggunakan lensa kontak
● Pasien pediatrik refrakter anti-viral
topikal
● Pasien yang memerlukan terapi
anti-viral > 21 hari
● Pasien dengan penyakit okular
yang rentan toksisitas okular
● Terapi profilaksis sebelum operasi
okular
Dasar Pemilihan Anti-Viral
Terapi Anti-Viral
Anti-Viral Topikal
Asiklovir salep mata: 1 tetes
pada mata yang sakit, 5 x 1
tetes sampai ulkus kornea
sembuh, diikuti 3x/hari selama
7 hari
Anti-Viral Oral
● Asiklovir tablet: 400mg
3-5x/hari, selama 7-10
hari
● Valasiklovir tablet :
500mg, 2x/hari, selama
7-10 hari
Keratitis Epitelial
Dendritik
Keratitis Epitelial
Geografik
Anti-Viral Topikal
Asiklovir salep mata: 1 tetes
pada mata yang sakit, 5 x 1
tetes sampai ulkus kornea
sembuh, diikuti 3x/hari selama 7
hari
Anti-Viral Oral
● Asiklovir tablet: 800mg,
5x/hari, selam 14-21 hari
● Valasiklovir tablet: 1g,
3x/hari, selam 14-21 hari
Keratitis Stromal
HSV
Non-Necrotizing
● Prednisolon 1%; 6-8x/hari,
tapering off dalam >10
minggu, dan
● Asiklovir: 400mg 2x.hari atau
valasiklovir: 500mg 1x/hari
Necrotizing Herpetic Keratitis
● Prednisolon 1%: 2x/hari, dan
● Asiklovir 800mg 3-5x/hari
selama 7-10 hari ATAU
Valasiklovir 3x/hari selama 7-
10 hari
Terima Kasih

More Related Content

What's hot

Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinPemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinprastika1
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikuspeternugraha
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakSyscha Lumempouw
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKPhil Adit R
 
CBD rhinitis alergi
CBD rhinitis alergiCBD rhinitis alergi
CBD rhinitis alergiCoassTHT
 
Amblyopia DNP
Amblyopia DNP Amblyopia DNP
Amblyopia DNP dewi_putri
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo BullosaPhil Adit R
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAISeascape Surveys
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)fikri asyura
 

What's hot (20)

Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinPemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
 
Katarak Imatur
Katarak ImaturKatarak Imatur
Katarak Imatur
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
 
CBD rhinitis alergi
CBD rhinitis alergiCBD rhinitis alergi
CBD rhinitis alergi
 
Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013
 
Gangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by GabriellaGangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by Gabriella
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Amblyopia DNP
Amblyopia DNP Amblyopia DNP
Amblyopia DNP
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
 

Similar to Ulkus Kornea.pptx

Referat Endophtalmitis
Referat EndophtalmitisReferat Endophtalmitis
Referat EndophtalmitisAris Rahmanda
 
RETINOBLASTOMA.pptx
RETINOBLASTOMA.pptxRETINOBLASTOMA.pptx
RETINOBLASTOMA.pptxalvinkiha1
 
Journal reading_212011101090_Adzkia zahidah.pptx
Journal reading_212011101090_Adzkia zahidah.pptxJournal reading_212011101090_Adzkia zahidah.pptx
Journal reading_212011101090_Adzkia zahidah.pptxssuser811eef
 
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Univ.Moestopo
 
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docxTugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docxSebastianNusantara
 
Askep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaAskep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaSri Nala
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) pjj_kemenkes
 
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxLaporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxAlfinKamal
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) pjj_kemenkes
 
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaRencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaNabilah Kusuma
 

Similar to Ulkus Kornea.pptx (20)

Referat Endophtalmitis
Referat EndophtalmitisReferat Endophtalmitis
Referat Endophtalmitis
 
G3 mata
G3 mataG3 mata
G3 mata
 
RETINOBLASTOMA.pptx
RETINOBLASTOMA.pptxRETINOBLASTOMA.pptx
RETINOBLASTOMA.pptx
 
Mau diprin anja
Mau diprin anjaMau diprin anja
Mau diprin anja
 
Journal reading_212011101090_Adzkia zahidah.pptx
Journal reading_212011101090_Adzkia zahidah.pptxJournal reading_212011101090_Adzkia zahidah.pptx
Journal reading_212011101090_Adzkia zahidah.pptx
 
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
 
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docxTugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
 
Askep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaAskep Retinoblastoma
Askep Retinoblastoma
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep rentina blostama
Askep rentina blostamaAskep rentina blostama
Askep rentina blostama
 
Catatan scenario 2
Catatan scenario 2Catatan scenario 2
Catatan scenario 2
 
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxLaporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
 
Eyes injury
Eyes injuryEyes injury
Eyes injury
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
 
Lp pterygium
Lp pterygiumLp pterygium
Lp pterygium
 
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaRencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
 
Makalah retina blastoma
Makalah retina blastomaMakalah retina blastoma
Makalah retina blastoma
 

Recently uploaded

Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 

Recently uploaded (20)

Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 

Ulkus Kornea.pptx

  • 2. Topik Pembahasan Keratitis Bakterialis Keratitis Jamur Keratitis Acanthamoeba Keratitis HSV
  • 3. Anamnesis Riwayat Penyakit Sekarang: ● Onset ● Durasi ● Keparahan gejala ● Faktor risiko Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Pengobatan Keluhan Utama ● Mata merah ● Nyeri ● Fotofobia ● Sensasi benda asing ● Penurunan tajam penglihatan ● Ada bagian yang berwarna putih di mata
  • 4. Pemeriksaan Fisik ● Pemeriksaan visus ● Pemeriksaan Tekanan Intra Okular (TIO) ● Pemeriksaan eksternal ○ Kelopak mata ○ Bulu mata ○ Aparatus nasolakrimal ○ Alignment mata ● Pemeriksaan slit-lamp ○ Evaluasi margin kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, bilik mata depan, dan vitreous ● Sensibilitas kornea, tes fluoroscein dan tes fistel bila dicurigai adanya perforasi ● Menilai keparahan derajat ulkus
  • 5. Derajat Keparahan Ulkus Kornea Stadium 1 (Ringan) Stadium 2 (Sedang) Stadium 3 (Berat) Lokasi Di luar aksis visual Sentral / perifer Sentral / perifer Area 2 mm 2 - 6 mm > 6 mm Kedalaman ⅓ superfisial ⅔ superfisial Sampai profunda Inflamasi Segment Anterior Ringan Sedang-berat (fibrin) Sampai ⅓ profunda Progresivitas Lambat Sedang Cepat Perforasi Tidak Tidak Ya/impending Supurasi Sklera Tidak Ya Ya Rawat Inap Tidak Mungkin Mungkin
  • 6. Pemeriksaan Penunjang Pewarnaan Rutin ● Gram ● KOH 10% Pewarnaan Khusus (tidak rutin) ● Giemsa ● Calcofluor White Apusan dan Pewarnaan Kultur dan Sensitivitas* Indikasi: ● Infiltrat mencapai atau di sentral kornea ● Infiltrat melibatkan stroma profunda ● Diameter infiltrat > 2mm ● Pasien dengan riwayat atau gambaran klinis yang mengarah jamur, amuba, mycobacterial atau suspek organisme resisten obat ● Kronis dan tidak responsif terhadap pemberian antibiotik spektrum luas Ultrasonografi Indikasi: ● Apabila segmen posterior tidak dapat dinilai dengan slit lamp ● Apabila ulkus kornea dicurigai adanya endoftalmitis *Gold standard
  • 8. ● Infeksi pada kornea dengan progresivitas cepat → dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang semakin meluas, perforasi kornea maupun jaringan yang berada di sekitarnya ● Nyeri, fotofobia, pandangan buram, sekret, mata merah, berair ● Faktor risiko: ○ Penggunaan lensa kontak ○ Kontaminasi bakteri dari pengobatan topikal pada kornea ○ Kelainan struktur kornea ○ Permasalahan imun yang sistemik Keratitis Bakterialis Weisenthal RW, et al. (2020). American Academy of Ophthalmology: 2020-2021 Basic and Clinical Science Course, Section 8: External Disease and Cornea.
  • 9. Keratitis Bakterialis ● Bakteri penyebab keratitis hanya terbatas pada lapisan epitel, patogen awalnya harus menempel terlebih dahulu pada kornea ● Bakteri yang mampu penetrasi langsung ke epitel kornea: N. gonorrheae, N. meningitidis, C. diphteriae, Shigella, H. Influenza, dan Listeria ● Bakteri difasilitasi oleh matrix metalloproteinase (ekskresi inaktif dari keratosit stroma yang akan menjadi aktif saat ada infeksi bakteri) → mampu menghancurkan membran basal dan matriks ekstraselular ● Tahap dari keratitis bakterialis: ○ Stage of progressive infiltration ○ Stage of active ulceration: hyperemia, descemetoele ○ Stage of regression ○ Stage of cicatrization: scars - nebula, macula, leukoma
  • 10. Etiologi Salmon C, Porco TC, Lietman TM, et al. The Clinical Differentiation of Bacterial and Fungal Keratitis: A Photographic Survey. Cornea, 2012. P. 1787-91.
  • 11. Gambaran Klinis Defek epitelial dengan infiltrat luas Anterior uveitis dengan hipopion Ulserasi berat → perforasi ● Slit lamp: infiltrat stromal supuratif (terutama yang berukuran >1 mm), batas tidak tegas, edema, dan infiltrasi sel darah putih di sekeliling stroma, defek epitel (+), peradangan di COA Kanski JJ. Synopsis of Clinical Ophthalmology. 2013. P. 90-4.
  • 12. Penatalaksanaan Antibiotik Topikal Diberikan setiap jam pada 24 - 48 jam, kemudian tapering off sesuai dengan perkembangan gejala klinis Operasi Antibiotik Sistemik ● Berpotensi menjadi infeksi sistemik ● Penipisan kornea yang berat dengan ancaman perforasi ● Keterlibatan sklera Jika tidak perbaikan secara klinis dengan semua medikamentosa, terjadi perforasi, atau ancaman perforasi
  • 14. Intervensi Bedah 1. Aplikasi glue/tissue adhesive ● Indikasi:ancaman (impending) perforasi/perforasi kornea kecil dengan diameter <3 mm 2. Amnion membrane transplantation ● Perforasi kornea kecil dengan diameter <5 mm, descemetocele 3. Flap konjungtiva ● Ulkus di perifer kornea dengan descemetocele atau perforasi kecil 4. Patch graft (fascia lata graft, periosteal graft) ● Perforasi kornea luas dengan diameter >5 mm, apabila belum atau tidak tersedia donor kornea tektonik 5. Penetrating keratoplasti ● Tektonik dan terapetik (perforasi kornea >3 mm atau tidak respon terhadap terapi medikamentosa maksimal). 6. Eviserasi bulbi ● Ulkus kornea dengan komplikasi endoftalmitis atau panoftalmitis yang nyeri disertai visus no light perception (NLP)
  • 16. ● Infeksi pada kornea yang disebabkan oleh peradangan akibat jamur, dipengaruhi oleh lokasi geografis dan status imun ● Etiologi: candida sp, aspergillus sp, fusarium sp ● Curiga pada pasien yang didiagnosis keratitis bakterialis namun tidak merespon terhadap antibiotik spektrum luas ● Nyeri, fotofobia, pandangan buram, sekret, mata merah, berair ● Faktor risiko: ○ Trauma okular dari vegetative matter ○ Penggunaan lensa kontak yang terkontaminasi ○ Penggunaan steroid topikal ○ Permasalahan imun yang sistemik Keratitis Fungal
  • 17. Gambaran Klinis Terlihat kering, infiltrasi stroma berwarna keputihan dengan feathery margins pada keratitis akibat F. solani. Terdapat gambaran lesi satelit Infiltrat supuratif yang padat berwarna putih kekuningan pada keratitis akibat Candida Kanski JJ. Synopsis of Clinical Ophthalmology. 2013. P. 90-4.
  • 18. Identifikasi hifa menggunakan KOH 10% dari scraping kornea 10x 40x ● Pewarnaan gram atau giemsa ● Pewarnaan silver ● Kultur menggunakan agar Sabouraud ● Kultur lensa kontak ● Biopsi kornea ● Mikroskop konfokal Pemeriksaan Penunjang
  • 19. Terapi Mold/filamen (Fusarium) Topikal: ● Natamycin 5% ● Amphotericin B 0,15–0,3% (hanya sensitif terhadap Aspergillus sp) ● Vorikonazole 1% Oral: ● Ketokonazol 200-600 mg/hari; atau ● Itraconazole 1x200 mg sehari, kemudian dikurangi 100 mg sehari; atau ● Vorikonazole 2x400 mg untuk satu hari, selanjutnya 2x200 mg sehari Sitompul R, Susiyanti M, Nora RLD, Aziza Y. Panduan praktis klinis ulkus kornea. Jakarta : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2018.h.13-4. Yeast (Candida) Topikal : ● Amphotericin B 0,15%, ● Fluconazole 0,2%, ● Vorikonazole 1% Oral: ● Flukonazole 2x200 mg sehari; atau ● Itraconazole 1x200 mg sehari, kemud dikurangi 100 mg sehari; atau ● Vorikonazole 2x400 mg untuk satu h selanjutnya 2x200 mg sehari.
  • 20. Anti Jamur Topikal dan Sistemik ● Voriconazole topikal (1%; 2%) memiliki penetrasi yang baik ke BMD ● Anti-jamur topikal diberikan selama 4-8 minggu, disesuaikan dengan respon klinis dan efek samping. ● Antifungal sistemik → Ketokonazole (200-600 mg/hari); Fluconazole (200- 400 mg/hari) ○ Untuk 6-8 minggu ○ Indikasi: ulkus berukuran sangat besar atau sangat dalam, skleritis, dan endoftalmitis. ○ Cek fungsi liver /2 minggu Weisenthal, R. W.. American Academy of Ophthalmology : 2020-2021 Basic and Clinical Science Course, Section 8: External Disease and Cornea. 2020. P.275 Sitompul R, S. Made, Nora RLD, Aziza Y. Panduan praktis klinis ulkus kornea. Jakarta : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2018.h.14.
  • 21. Terapi Indikasi tindakan yang lebih invasif, yaitu: ● Injeksi anti jamur intrakameral (dengan atau tanpa irigasi aspirasi): bila terdapat keterlibatan intraokuler. ○ amphotericin B (5–10 µg/0,1cc), untuk yeast dan Aspergillus ○ voriconazole (50–100 µg/ 0,1 cc), broad spectrum ● Injeksi anti jamur intrastromal: ulkus kornea jamur yang dalam (dapat dilakukan setiap 48–72 jam) ○ amphotericin B (5–10 µg/0,1cc), untuk yeast dan Aspergillus ○ voriconazole (50–100 µg/ 0,1 cc), broad spectrum Weisenthal, R. W.. American Academy of Ophthalmology : 2020-2021 Basic and Clinical Science Course, Section 8: External Disease and Cornea. 2020. P.275 Sitompul R, S. Made, Nora RLD, Aziza Y. Panduan praktis klinis ulkus kornea. Jakarta : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2018.h.14.
  • 23. Keratitis Achantamoeba ● Jarang terjadi ● Pengguna lensa kontak yang berenang dengan lensa masih terpasang ● Nyeri, fotofobia, buram, sekret, mata merah, berair ● Etiologi: A. castellanii and A polyphaga ● Tahap awal: epiteliopati pungtata difus, lesi epitel dendritik, atau infiltrat superfisial non-supuratif berwarna putih keabuan ● Tahap selanjutnya: ring-shaped stromal infiltrate di sentral kornea
  • 24. Keratitis Acanthamoeba memiliki 2 bentuk yaitu tropozoid dan kista. Jenis tropozoid membentuk kista berdinding ganda yang tahan terhadap berbagai macam metode pemusnahan (termasuk mendinginkan, memanaskan, dan penyinaran). Jenis tropozoid bersifat mobile. Feldman B, Kozak L, Door WT, et al. Acanathamoeba keratitis [internet]. 2022 (updated 2022 Apr 6; cited 2022 Jul 30). Available from: https://eyewiki.aao.org/Acanthamoeba_Keratitis Keratitis Achantamoeba
  • 25. Terapi ● Anti mikroba yang dapat digunakan ○ Diamidin: Propamidine isethionate 0,1% solution (Prolene, Brolene) ○ Biguanide: Chlorhexidine 0,02%, Polyhexamethylene Biguanide (PHMB) 0,01 - 0,02% ● Terapi inisial yang direkomendasikan: Biguanide ● Dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan Diamidine ● Efektif apabila diberikan dalam 1 bulan sejak onset, dengan cara pemberian: ○ Setiap jam 3-4 hari pertama ○ Setiap 2 jam selama 2-4 minggu ○ Diturunkan menjadi 4x1 selama 6-12 bulan
  • 27. Keratitis Herpes Simpleks ● Etiologi: Herpes Simplex Virus tipe I, double-stranded DNA virus ● Faktor risiko: kontak dengan sekret atau lesi yang terinfeksi HSV ● Tanda khas: infiltrat di epitel kornea berbentuk dendrit, lesi bercabang ● Gejala klinis: pandangan kabur, fotofobia, nyeri, kemerahan, dan/atau mata berair Nijm, Lisa M. 2022. “Herpes Simplex Epithelial Keratitis, ” https://eyewiki.aao.org/Herpes_Simplex_Epithelial_Keratitis, diakses pada 30 Juli 2022
  • 28. Anti-Viral Topikal ● Pasien dengan gangguan ginjal ● Pasien usia ≥ 65 tahun dengan gangguan ginjal atau fungsi ginjal tidak diketahui ● Pasien hamil ● Ibu menyusui Anti-Viral Oral ● Pasien sulit menggunakan gel atau tetes mata (tremor, artritis) ● Menggunakan lensa kontak ● Pasien pediatrik refrakter anti-viral topikal ● Pasien yang memerlukan terapi anti-viral > 21 hari ● Pasien dengan penyakit okular yang rentan toksisitas okular ● Terapi profilaksis sebelum operasi okular Dasar Pemilihan Anti-Viral
  • 29. Terapi Anti-Viral Anti-Viral Topikal Asiklovir salep mata: 1 tetes pada mata yang sakit, 5 x 1 tetes sampai ulkus kornea sembuh, diikuti 3x/hari selama 7 hari Anti-Viral Oral ● Asiklovir tablet: 400mg 3-5x/hari, selama 7-10 hari ● Valasiklovir tablet : 500mg, 2x/hari, selama 7-10 hari Keratitis Epitelial Dendritik Keratitis Epitelial Geografik Anti-Viral Topikal Asiklovir salep mata: 1 tetes pada mata yang sakit, 5 x 1 tetes sampai ulkus kornea sembuh, diikuti 3x/hari selama 7 hari Anti-Viral Oral ● Asiklovir tablet: 800mg, 5x/hari, selam 14-21 hari ● Valasiklovir tablet: 1g, 3x/hari, selam 14-21 hari Keratitis Stromal HSV Non-Necrotizing ● Prednisolon 1%; 6-8x/hari, tapering off dalam >10 minggu, dan ● Asiklovir: 400mg 2x.hari atau valasiklovir: 500mg 1x/hari Necrotizing Herpetic Keratitis ● Prednisolon 1%: 2x/hari, dan ● Asiklovir 800mg 3-5x/hari selama 7-10 hari ATAU Valasiklovir 3x/hari selama 7- 10 hari

Editor's Notes

  1. RPS: Ulkus Bakteri : lebih akut, nyeri Ulkus jamur : akut namun progresif lambat, jarang nyeri Faktor Risiko: Lensa kontak, terutama jenis extended (over night wear), kebersihan buruk Trauma: objek vegetatif (tanah), pasca bedah refraktif (LASIK) Riwayat penggunaan obat topikal maupun sistemik (Kortikosteroid, tetes mata anestesi) Riwayat penggunaan obat-obatan tradisional lokal (rambang air sirih atau urin) RPD dan medikasi Keratitis infeksi: Ocular surface disase (keratitis herpetik, bullous keratopathy, mata kering, blefaritis kronik, trikiasis, kelainan kelopak) Penyakit alergi Kondisi immunosupresif (HIV/AIDS), diabetes, keganasan
  2. Pemeriksaan slit-lamp untuk menilai: Defek epitel Infiltrat kornea: - lokasi (sentral, perifer, perineural), densitas, ukuran, kedalaman - bentuk (punched-out, dendritik, ring-shaped), jumlah (lesi satelit) - karakteristik tepi infiltrat (supurasi, nekrosis, feathery, soft, kristalin) Derajat/keparahan edema stroma Keterlibatan sklera Reaksi peradangan bilik mata depan hingga hipopion
  3. Pewarnaan khusus (tidak rutin dilakukan): Giemsa: membedakan bakteri dari jamur; visualisasi badan inklusi chlamydia, serta kista dan trofozoit Acanthamoeba Calcofluor white: visualisasi jamur, kista dan trofozoit Acanthamoeba Kultus dan sensitivitas: Scraping ulang atau biopsi dilakukan apabila tidak adanya perbaikan klinis setelah 3-7 hari
  4. Nyeri: adalah tanda utama infeksi bakteri. Karena vaskularization karena infeksi bakterinya bisa masuk pada beberapa lapisan kornea, bisa menyebabkan iridosiklitis (uveitis), di mana hal ini menyebabkan photophobia Sering ada bakteri pseudomonas Pd LASIK surgery -> remold cornea shape, berisiko terjadi infeksi Pd pasien yg menggunakan ophthalmic corticosteroids
  5. progressive infiltration: damage di epitel kornea, abrasi Active ulceration: sudah ada defek di epitel lalu ditambah ada jaringan nekrotik di bawahnya → ulcer aktif. Bowmann dan stroma bisa terkena. Regression: perlahan2 mulai ada antibodi kita Stage of Cicatrization = sebetulnya proses healing. Epithelization ada di sana. Nebula Makula Leukoma Adherent leucoma (iris menempel pada kornea)
  6. Streptococcus dan staph: white ulcer → a. Strep pneumonia Pseudomonas: green, ground glass, hypopion, perforates fast → b and c. Pseudomonas aeruginosa Pada infeksi pseudomonas aeroginosa biasanya terdpaat lesi berupa nekrosis dari stroma dengan permukaan yang tidak beraturan dan eksudat mukopurulen. Terdapat plak peradangan pada endotelial E. Coli, proteus, klebshiella: dangkal ulcernya, greyish white pleomorfik suppuration, ring shaped corneal infiltrate (oleh infeksi gram neg)
  7. Terdapat hypopion (pyo=pus) yaitu penumpukan leukosit pada COA. Pusnya selalu steril dan mobile (no bacteria) karena bakteria tidak dapat penetrasi ke descemet membrane. Beda sama fungal, dia bisa penetrasi. Hipopion yang sebenernya bisa bergerak ketika kepala pasien dimiringkan. Semua bakteri bisa menyebabkan terbentuknya hypopion, namun salah 1 contoh yang menyebabkan prominent hypopion adalah infeksi pneumococcus (hypopion corneal ulcer/ulcus serpens). Yang lainnya disebut sbg Corneal Ulcer with Hypopion.
  8. (a) monotherapy with a fluoroquinolone (e.g. ciprofloxacin, ofloxacin, moxifloxacin, gatifloxacin); (b) duotherapy (e.g. cefuroxime 5%, gentamicin 1.5%) may be preferred as first-line empirical treatment in aggressive disease or if streptococci suspected; (c) if no improvement is evident after 24–48 hr, the regimen should be reviewed; and (d) if there is still no improvement after a further 48 hr, suspension of treatment should be considered for 24 hr and then re-scraping performed, with investigation for nonbacterial infection (additional stains and culture media). Corneal biopsy for histology and culture may be necessary in difficult NOTES : Corticosteroids should not be used in the absence of appropriate antibiotic therapy. • The patient must be able to return for frequent follow-up examinations and demonstrate adherence to appropriate antibiotic therapy. • No other associated virulent or difficult-to-eradicate organism is found or suspected.
  9. Pilihan terapi empirik inisial dengan antibiotik spektrum luas topikal: Levofloxacin 0.5% (dosis dewasa dan anak ≥6 tahun) 1-2 tetes/30 menit- 1 jam Moxifloxacin 0.5% (dosis dewasa dan anak ≥4 bulan): Merupakan fluorokuinolon generasi empat yang memiliki cakupan gram positif yang lebih luas dibandingkan generasi sebelumnya. 1-2 tetes/30 menit- 1 jam
  10. Signs > symptoms
  11. Tanda khas yang membedakan fungal dan bacterial ulcer: Ulkus fungal itu dry looking, greyish in color, elevated margins (oleh karena absence of vascularization) Hypopion pada fungal ulcer: non sterile dan non mobile
  12. • Topical: initially hourly for 48 h and then reduced as signs permit; most antifungals are only fungistatic, so treatment should be continued for at least 12 weeks. Improvement may be slower than in bacterial infection; removal of epithelium over the lesion may enhance drug penetration. • Candida infection: amphotericin B 0.15% or econazole 1%; alternatives include natamycin 5%,fluconazole 2%, and clotrimazole 1%. • Filamentous infection: atamycin 5% or econazole 1%; alternatives include amphotericin B 0.15% and miconazole 1%. • Systemic antifungals: (voriconazole, itraconazole, fluconazole) should be considered in (a) severe cases, (b) lesions near the limbus, or (c) suspected endophthalmitis. • Other measures: (a) systemic tetracycline for significant thinning, (b) superficial keratectomy can be effective for de-bulking, and (c) therapeutic keratoplasty (penetrating or deep anterior lamellar) when medical therapy is ineffective or following perforation.
  13. Jarang tapi berpotensi mengancam penglihatan Ditemukan di lingkungan yang bermacam2: kolam renanng, hot tubs, tap water, shower water, and contact lens solution Temuan radial perineuritis atau radial keratoneuritis adalah patognomonik ulkus kornea akantamuba
  14. Keratitis Punctata superfisial