Dokumen tersebut membahas gangguan telinga luar seperti impaksi serumen, benda asing di liang telinga, dan otitis eksterna serta trauma pada telinga. Otitis eksterna dibagi menjadi tiga jenis yaitu sirkumskripta, difus, dan otomikosis yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti bakteri, jamur, atau trauma. Gejala-gejalanya meliputi nyeri, rasa penuh, gatal, dan gangguan pendengaran.
1. AWATAN GANGGUAN TELINGA LUAR (OTITIS EKSTERNA)
Sabtu, April 02, 2011
No comments
A. Anatomi Fisiologi Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan
dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang
telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat
ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah
kulit pada lobus telinga.
Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal
mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius
eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar
2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit
terlekat.
Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus
berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula
seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme
pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen
nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
B. Penumpukan Serumen/Benda Asing
1. Impaksi Serumen
a. Definisi
Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di
liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).
Serumen yang keras disebut kotoran telinga, merupakan produksi alami telinga. Substansi itu di
bentuk oleh kelenjar seruminosa yang terletak di sepertiga luar liang telinga. Alih-alih “sampah”,
serumen memiiki tugas cukup penting. Di antaranya, menangkap debu, mikroorganisme, dan
mencegahnya masuk ke struktur teinga yang lebih dalam. Selain itu juga akan menonaktifkan
kuman/bakteri, menjaga kelembaban liang telinga, hingga menangkap serangga yang
terperangkap masuk ke lubang telinga. Beragam fungsi tersebut di mungkinkan karena kekhasan
sifatnya yang lengket, kental serta berbau yang khas.
b. Etiologi
Pada umumnya penyebab impaksi serumen adalah produksi serumen terlalu banyak dan kental,
benda asing diliang telinga, terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan
mengorek telinga).
Usaha untuk mengeluarkan (mengorek) dengan batang korek, jepit rambut benda lain akan dapat
berbahaya karena dpat mengakibatkan kotoran terdorong kedalam (dapat menyumbat karena
bagian dalam lebih sempit).
Sejatinya, tanpa di korek pun, tubuh punya mekanisme untuk mengeluarkan substansi tersebut
secara otomatis. Karena itu sering terjadi kotoran tiba-tiba jatuh dari liang telinga. Kotoran
tersebut akan terdorong ke luar, terutama ketika kita membuka rahang lebar-lebar atau tudur
miring.
c. Komplikasi
2. Adanya trauma terhadap kulit dan dapat menyebabakan infeksi dan kerusakan gendang telinga
dan akhirnya dapat menyebabkan impaksi, otalgia (nyeri pada telinga) atau bahkan kehilangan
pendengaran.
d. Penatalaksanaan
Serumen tak mau keluar dan betah bersarang di liang telinga, terutama bila produksinya berlebih.
Bila itu terjadi, serumen terpaksa harus di keluarkan secara manual supaya tidak mengganggu
pendengaran.
2. Benda Asing di Liang Telinga
Benda asing di liang telinga di artika sebagai masuknya benda asing di lubang telinga. Dalam hal
ini akan terasa tidak enak di telinga, tersumbat dan pendengaran terganggu. Rasa nyeri akan
timbul, bila benda asing itu berupa serangga yang masuk dan bergerak serta melukai dinding
liang telinga.
Namun terkadang hal ini di sengaja untuk membrsihkan kanalis eksternus atau mengurangi rasa
gatal atau pada anak kecil yang memasukan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.
C. Otitis Eksterna
1. Definisi
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis di sebabkan oleh bakteri dapat
terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit dan infeksi pada EAC (Eksternal Auditori Canal).
Penyakit ini sering di jumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklimiklim sejuk dan kering. Pathogenesis dari otitis eksterna sejak tahun 1844 banyak peneliti
mengemukakan factor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa
berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekam buhan.
Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari
liang telinga luar merupakan factor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984)
mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan
terjadinya otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.
Otitis eksterna (menurut kelompok) adalah peradangan pada telinga yang di sebabkan bakteri
dan menyebabkan telinga tersebut merasa sakit dan akan terjadi infeksi pada telinga bagian luar.
2. Etiologi
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah :
a. Pseudomonas (41%)
b. Streptokokus (22%)
c. Stafilokokus aureus (15%)
d. Bakteriodes (11%)
Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar.
Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Di jumpai riwayat pemaparan
terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga.
Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering di jumpai, di dapati 4 dari 1000 orang kebanyakan pada
usia remaja dan dewasa muda. Factor penyebaba timbunya otitis eksterna ini, kelembaban,
penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi. Factor ini menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat.
Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara tejadinya otitis eksterna
3. (swimmer’s ear). Bentuk yang paling umum adalah boil (frunkulosis) salah satu dari satu
kelenjar sebase 1/3 liang telinga luar. Pada otitis eksterna difusi disini proses patologis
membatasi kulit sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga penyebabnya
idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan lingkungan. Kebanyakan di sebabkan
alergi pemakaian topical obat tetes telinga. Allergen yang paling sering adalah antibiotic,
contohnya: neomycin, framicetin, polimixin, anti bakteri (cliokuinol, holmes dkk, 1982) dan anti
histamine.
3. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit yang mati
dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud
(kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel
kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk
ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga
lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
4. Gejala Klinis
a. Nyeri
Rasa sakit di daam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit,
perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta
berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering
merupakan gejala yang sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini di terangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan pericondrium, sehingga edema dermis
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang
rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan di hantarkan ke
kulit dan tulang rawan dari iang telinga luar dan mengakibatkan rasa sakit yang hebat di rasakan
oleh penderita otitis eksterna.
b. Rasa penuh pada telinga
Keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna dan sering mendahului terjadinya rasa
sakit dan nyeri tekan daun telinga.
c. Gatal
Gejala klinik sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang bekaitan dengan otitits
eksterna akut, pada kebanyakan penderita rasa gatal di sertai rasa penuh dan tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut.
d. Kurang pendengaran
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut. Edema kulit
liang telinga, secret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang progesif pada otitis eksterna
yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin
yang deskuamasi, rambut, serumen, debris dan obat-obatan yang di gunakan ke dalam telinga
bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.
5. Jenis-jenis otitis eksterna
Otitis eksterna di bagi 3 yaitu :
a. Otitis eksterna sirkumsipta
4. Otitis eksterna sirkumsipta (furunkel/bisul) adalah infeksi bermula dari folikel rambut di liang
telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan furunkel di liang telinga di
1/3 luar. Akibat infeksi bakteri staphylococcus aureus dan staphylococcus albus.
Gejala penyakit ini juga dapat menimbulkan rasa nyeri. Nyeri ini tidak sesuai dengan besarnya
furunkel (bisul). Nyeri timbul saat kita menekan perikondrium karena jaringa ikat longgar tidak
terkandung di bawah kulit. Gerakan membuat mulut juga menjadi pemicu nyeri karena adanya
sendi temporomandibula. Penyakit ini bisa menimbulkan gangguan pendengaran akibat furunkel
(bisul) yang sudahbesar dan menyumbat liang telinga.
b. Otitis eksterna difus
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri. Umumnya
bakteri penyebab yaitu pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu staphylococcus albus,
escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya
tidak jelas. Tidak terdapat furunkel.
Gejalanya sama dengan gajala otitis eksterna sirkumsipta (furunkel/bisul). Kadang-kadang kita
temukan secret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir merupakan secret
yang berasal dari kavum timpani dan kita kita temukan pada kasus otitis media.
c. Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga di permudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang
tersering ialah jmur aspergilus. Kadang-kadang di temukan juga kandida albikans atau jamur
lain.
Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di iang telinga, tetapi sering pula tanpa
keluhan.
D. Trauma
1. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera, baik fisik atau psikis (Dorland, 2006). Sedangkan menurut
kamus oxford, trauma adalah suatu cidera fisik maupun psikis yang disebabkan oleh kekerasan
atau kecelakaan.
2. Etiologi
Pada umumnya trauma telinga terjadi disebabkan oleh adanya pukulan atau benturan. Trauma
pada daun telinga mungkin dapat terjadi pada waktu bertinju atau akibat suatu kecelakaan.
3. Patofisiologi
Pukulan yang kuat pada rahang bisa menyebabkan patah tulang di sekitar saluran telinga dan
berubah bentuk saluran telinga dan seringkali terjadi penyempitan.
4. Komplikasi
Timbul hematoma di bawah kulit, darah tertimbun (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya
aliran darah ke kartilago sehingga terjadi perubahan bentuk teinga. Kelainan bentuk ini di sebut
telinga bunga kol, yang sering di temukan pada pegulat dan petinju.
5. Penatalaksanaan
Jika terjadi hematoma, maka di perlukan beberapa kali aspirasi untuk mencegah terjadinya
deformitas pada daun telinga (cauliflower ear) sebagai akibat timbulnya prises organisasi bekuan
darah di bawah kulit.
Pukulan yang hebat dapat menimbulkan laserasi hebat pada lobules tersobek. Dalam keadaan
seperti ini perlu di lakukan penjahitan sehingga lobules dapat menempel kembali pada daun
telinga dan biasanya sembuh dengan sempurna.
A. Pengkajian
5. 1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri hebat, apalagi jika daun telinga di sentuh. Adanya secret
yang keluar dari telinga, kadang-kadang di sertai bau yang tidak sedap. Terjadi pembengkakan
pada liang telinga. Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang di sertai demam. Telinga
juga terasa gatal.
3. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan keluhan di rasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana
keluhan di rasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah
di lakukan untuk mengurangi keluhan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien dan keluarganya :
a. Apakah klien dahulu pernah menderita penyakit seperti ini ?
b. Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang ?
c. Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga terjadi trauma ?
d. Apakah klien sering berenang ? dll
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada di antara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan
apakah keluarga pernah menderita penyakit diabetes mellitus (DM).
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada meatus auditorius
eksternus (MAE), warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor. Inspeksi
dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membrane timpani). Apakah
suhu tubuh klien meningkat ?
2. Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika respon nyeri dari klien, maka dapat di
pastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
C. Data Subjektif dan Objektif
1. Data subjektif
a. Klien mengeluh pendengarannya berkurang, sering keluar secret yang berbau.
b. Klien mengeluh telinganya sakit/nyeri atau terasa gatal.
c. Klien mengatakan terjadi ttauma pada telinganya (karena jatuh, berolahraga, dan lain-lain).
d. Klien sering berenang dan mengorek telinganya.
2. Data Objektif
a. Klien beresponkesakitan saat daun telinganya di sentuh.
b. Klien tampak menggaruk-garuk telinganya atau meringis kesakitan.
c. Klien sering mendekatkan telinganya kepada perawat saat perawat berbicara.
d. Tampak secret yang berbau.
e. Adanya benjolan atau furunkel pada telinga atau filament jamur yang bewarna keputihputihan.
f. Liang telinga tampak sempit, hiperemesis dan edema tanpa batas yang jelas
D. Perioritas Masalah
1. Nyeri
2. Gangguan hantaran bunyi
3. Gangguan komunikasi verbal
6. 4. Resiko gangguan konsep diri
E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut/kronis) yang berhubungan dengan trauma, infeksi oleh jamur/virus/bakteri.
a. Intervensi Keperawatan
1) Kaji tingkat nyeri/demam klien.
2) Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati.
3) Beri penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri dan penyakit yang di deritanya.
4) Berikan kompres hangat pada daerah nyeri.
5) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan antibiotic dosis tinggi.
2. Gangguan hantaran suara berhubungan dengan penyumbatan pada liang telinga sekunder
terhadap pembesaran furunkel, jaringan granulasi yang subur, penumpukan secret pada liang
telinga, telinga rasa penuh.
a. Intervensi Keperawatan
1) Masukan tampon yang mengandung antibiotic kedalam liang telinga.
2) Berikan kompres rivanol 1/1000 selama 2 hari.
3) Lakukan irigasi telinga dan keluarkan serumen atau secret.
4) Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan nanahnya. Jika dinding
furunkelnya tebal lakukan insisi, kemudian di pasang drainage untuk mengeluarkan nanah.
3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami orang lain
(kurangnya pendengaran), sekunder terhadap penumpukan serumen/secret pada liang telinga,
jaringan granulasi yang subur, edema pada liang telinga.
a. Intervensi Keperawatan
1) Kaji kemampuan mendengar klien.
2) Identifikasi metode alternative dan efektif untuk berkomunikasi, menggunakan tulisan atau
isyarattangan dengan cara menunjuk (gerakan pantomim).
3) Perawat atau keluarga berbicara lebih keras setra menggunakan gerak tubuh.
4) Usahakan saat berbicara selalu berhadapan dengan klien.
4. Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian, pengeluaran secret
yang banyak dan berbau, sekunder terhadap tanda-tanda infeksi : jamur, bakteri, virus, alergi,
penumpukan serumen, penutupan liang telinga oleh jaringan granulasi yang subur atau furunkel
yang membesar.
a. Intervensi Keperawatan
1) Dorong individu atau keluarga untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai
pandangan,pemikiran dan perasaan seseorang.
2) Dorong individu atau keluarga untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan
dan prognosa kesehatan.
3) Berikan informasi yang akurat kepada klien dan keluarga dan perkuat informasi yang sudah
ada.
4) Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan atau pemberi
perawatan.
5) Hindari kritik negative.
6) Beri privasi dan suatu keamanan lingkungan.
7) Bersihkan dan keluarkan serumen atau sekret.
8) Pasang tampon yang mengandung antibiotic.
7. Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-gangguantelinga.html#ixzz26Cnz3JXp
C
riocaesar : Sekilas Tentang Serumen
Mungkin sebagian dari Anda senang membersihkan telinga sendiri dengan
menggunakan cotton bud, atau mungkin korekan kuping, atau bahkan beberapa
mungkin senang memasukkan bulu ayam ke dalam telinga. Tahukah Anda
penyebab
dari
kebiasaan
Anda
ini?
Serumen adalah hasil produk dari liang telinga Anda, dimana fungsi serumen ini
adalah untuk perlindungan dari liang telinga seperti menangkap dan menyaring
benda asing yang masuk ke dalam telinga Anda. Komposisi dari serumen ini
adalah campuran dari hasil kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan benda-benda
yang
masuk
ke
liang
telinga
seperti
debu.
8. Serumen
Warna serumen pun berbeda-beda mulai dari kuning kecoklatan hingga hitam pada
kasus yang mengeras. Dan cenderung serumen pada anak-anak lebih lunak
dibandingkan pada dewasa. Pada anak-anak cenderung serumen yang dihasilkan
lebih
banyak.
Serumen dihasilkan oleh liang telinga kurang lebih setengah liang terluar, dan
telinga punya mekanisme tersendiri dalam mengurangi jumlah serumen di dalam
liang telinga, dimana pada normalnya serumen ini tidak perlu dibersihkan dengan
menggunakan cotton bud. Akibat penggunaan cotton bud yang terlalu sering, maka
serumen ini dapat terdorong lebih dalam dan menyebabkan penumpukan,
mengeras, hingga dapat menyebabkan sumbatan pada liang telinga.
Sumbatan
pada
liang
telinga
oleh
serumen
yang
mengeras
Keluhan dari penderita yang mengalami sumbatan oleh serumen yang mengeras
9. antara lain: tinnitus (telinga berdenging), vertigo, pendengaran yang menurun, dan
rasa
penuh
dan
tersumbat
pada
telinga.
Bila Anda merupakan salah satu dari orang yang memproduksi banyak serumen
dan cenderung mudah mengeras, pastikan Anda melakukan pengecekan ke dokter
ahli THT untuk mengeluarkan serumen yang mengeras dalam liang telinga Anda.
Jangan lakukan pembersihan telinga dengan sendiri karena hal itu akan
memperparah dan memperbanyak jumlah serumen di telinga Anda yang mengeras.
Ditulis
Mohammad
oleh:
Caesario
Sumber:
1.
http://www.american-hearing.org/disorders/hearing/ear_wax.html#whatis
2. Alvord LS, Farmer BL (December 1997). "Anatomy and orientation of the
human external ear". Journal of the American Academy of Audiology 8 (6): 383–
90
3. Guest JF, Greener MJ, Robinson AC, Smith AF (August 2004). "Impacted
cerumen: composition, production, epidemiology and management". QJM 97 (8):
477–88
10. ASKEP Impaksi Serumen
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan
normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka
yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli
otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik.
Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di
bidang
keperawatan
otorinolaringologi
leher
dan
kepala
(CORLN=
cerificate
in
otorhinolaringology-head and neck nursing).
Usaha untuk mengeluarkan (mengorek) dengan batang korek, jepit rambyt atau benda
lain akan dapat berbahaya karena dapat mengakibatkan kotoran terdorong ke dalam (dapat
menyumbat karena bagian dalam lebih sempit), serta adanya trauma terhadap kulit dan dapat
menyebabkan infeksi dan kerusakan gendang telinga dan akhirnya dapat menyebabkan
impaksi,otalgia (nyeri pada telinga) atau bahkan kehilangan pendengaran.
B. Tujuan
11. a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa mengerti tentang Impaksi Serumen
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan seminar mahasiswa mengerti tentang :
a. Pengertian impaksi serumen
b. Etiologi impaksi serumen
c. Patofisiologi dan phatway impaksi serumen
d. Kompliksi impaksi serumen
e. Pemeriksaan penunjang impaksi serumen
f. Asuhan keperawatan impaksi serumen
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan
serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif
:1999).
B.
Etiologi
Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain:
Dermatitis kronik pada telinga luar,
Liang telinga sempit,
Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).
C. Anatomi Fisiologi
Telinga luar terdiri dari aurikula atau pinna dan kanalis auditoris eksternus, dipisahkan
oleh telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membran timpani. ( gendang
telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat
kesisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago terutama kecuali lemak dan jaringan
bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat didepan meatus auditorius eksternus adalah sendi
temporomandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 cm. 1/3 lateral mempunyai rangka kartilago dan fibrosa padat dimana
kulit melekat. 2/3 medial terdiri Dario tulang yang dilapisi kulit tipis . kanalis auditorius
12. eksternus berakhir pada membrane timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus,
glandula seminurosa, yang mensekresi substansi seperti lilin disebut serumen. Mekanisme
pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar telinga. Saerumen
nampaknya mempunyai sifat anti bakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
D. Patofisiologi
Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa
penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama
bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran. usaha membersihkan
kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena
trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran telinganya, terutama
manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan.
E.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain :
Pendengaran berkurang.
Nyeri di telinga karena serumen yang keras membatu menekan dinding liang telinga.
Telinga berdengung (tinitus).
Pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
F.
Pemeriksaan Penunjang
1. CT-Scan tulang tengkorak, mastoid terlihat kabur, ada kerusakan tulang
2. Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi inf.
3. Scan Tekhnetium-99, terlihat aktifitas osteoblastik yg akan kembali normal beberapa bulan
setelah resolusi klinik
4. MRI, monitor serebral, pembuluh darah yang terkait
5. Tes Laboratorium,sample nanah untuk kultur dan tes sensitivitas antibiotic
6. Uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu
tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa.
Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah
13. kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mende¬ngar
suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila
ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas
terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara,
sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara
akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna
untuk kasus kehilangan pende¬ngaran unilateral.
7. Uji Rinne
gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid
(kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala
dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada
keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara
berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi
tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah
menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif
yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang
dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor,
yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah
G. Penatalaksanaan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal,
nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan cara
menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga
keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka
irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan
memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang
tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa
menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan
serumen secara adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara
lain:
14. 1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit).
2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin 10%,
3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila
perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
4.
Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan
cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 oC agar tidak
menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
IMPAKSI SERUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN IMPAKSI SERUMEN
I. Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan
serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer,
Arif :1999).
b. Etiologi
Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain:
- Dermatitis kronik pada telinga luar,
15. - Liang telinga sempit,
- Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
- Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).
c. Patofisiologi
Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa
penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama
bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha
membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain
bisa
berbahaya
karena
trauma
terhadap
kulit
bisa
menyebabkan
infeksi.
Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran telinganya,
terutama manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan.
d. Pathway
17. e. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara
lain :
- Pendengaran berkurang.
- Nyeri di telinga karena serumen yang keras membatu menekan dinding liang telinga.
- Telinga berdengung (tinitus).
- Pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
f. Pemeriksaan Fisik
Telinga luar diperiksa dengan
inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga
tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop
pneumatic
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.
Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
deformitas, lesi,
18. cairan begitu pula ukuran,
simetris dan sudut penempelan ke kepala..
Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus
dicatat.
Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan
pada dasar kanalis.
Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada lipatan
malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa
dicatat dan deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gelembung udara, atau masa
di telinga tengah harus dicatat.
Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik
hanya dapat dilakukan bila kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen terdapat di
kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
h. Pemeriksaan Penunjang
a.CT-Scan tulang tengkorak, mastoid terlihat kabur, ada kerusakan tulang
b.Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi inf.
c.Scan Tekhnetium-99, terlihat aktifitas osteoblastik yg akan kembali normal beberapa
bulan setelah resolusi klinik
d.MRI, monitor serebral, pembuluh darah yang terkait
e.Tes Laboratorium,sample nanah untuk kultur dan tes sensitivitas antibiotik
f.Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan
Bisikan kata atau detakan jam tangan.
Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan
ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang
satunya tak mendengar,
pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan.Dari jarak 1
19. sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien
dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang
digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari
telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan
kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena
jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan,
maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara
mengkaji ketajaman auditorius.
g. Uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu
tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan
pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah
suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan
pendengaran normal akan mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau
menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran
konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang
sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan
terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan
meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna
untuk kasus kehilangan pende¬ngaran unilateral.
h.Uji Rinne
gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid
(kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu
tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi
uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan
bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan
pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi
tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi
mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan
pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih
20. baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala
suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.
i. Penatalaksanaan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatalgatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen
tersebut dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat
(irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau
terdapat infeksi telinga yang berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air
bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada
keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat
penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi
atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen
secara adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga,
antara lain:
1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator
(pelilit).
2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan
karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan
dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang
suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan
o
cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 C agar
tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.
21. II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Biodata pasien dan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri,
telinga berdengung, dan pusing dimana pasien merasakan lingkungan di
sekitarnya berputar (vertigo).
- Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi
serumen adalah kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar.
3. Pola kebutuhan dasar manusia
Pola kebutuhan dasar manusia meliputi :
- Pola napas
- Pola makan dan minum
- Pola eliminasi (BAB dan BAK)
- Pola istirahat dan tidur
- Pola berpakaian
- Pola rasa nyaman
- Pola kebersihan diri
22. - Pola rasa aman
- Pola komunikasi
- Pola beribadah
- Pola produktivitas
- Pola rekreasi
- Pola kebutuhan belajar
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi
2. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan persepsi sensori
3. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi mengenai penyakit
5. Resiko infeksi b.d trauma pada kulit
c. Intervensi Keperawatan
No Dx Tujuan
1
1
setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan rasa
nyeri pasien berkurang dengan
KH:
- Pasien tampak rileks,
- skala nyeri (1-3)
Intervensi
Kaji ulang keluhan nyeri,
perhatikan lokasi atau
karakter dan intensitas.
Berikan posisi yang nyaman
pada pasien.
Tingkatkan periode tidur
tanpa gangguan
Dorong menggunakan teknik
manajemen nyeri, seperti
nafas dalam
Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi (analgesik).
Rasional
Memberikan informasi
untuk membantu
dalam menentukan
pilihan atau
keefektifan
intervensi.
Untuk meningkatkan
relaksasi.
Dapat mengurangi rasa
nyeri pasien
Meningkatkan relaksasi
dan mengurangi
23. 2
2
setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan Gangguan persepsi
sensori berkurang / hilang
dengan KH :
- Pasien dapat mendengar
dengan baik
- Pasien tidak meminta untuk
mengulang setiap
pertanyaan yang diajukan
kepadanya
Memandang ketika sedang
berbicara
Kaji ketajaman pendengaran
pasien
Menggunakan tanda – tanda
nonverbal (mis. Ekspresi
wajah, menunjuk, atau
gerakan tubuh) dan bentuk
komunikasi lainnya.
Anjurkan kepada keluarga
atau orang terdekat klien
untuk tinggal bersama klien
Anjurkan kepada pasien dan
keluarga untuk mematuhi
program teraphy
3
3
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapakan gangguan harga diri
pasien teratasi
Kaji luasnya gangguan
persepsi dan hubungkan
derajat ketidakmampuannya
- Bicara/berkomunikasi
dengan orang terdekat
tentang situasi dan
perubahan yang telah
terjadi
Dorong klien untuk
mengeksplorasi perasaan
tentang kritikan orang
lain.Diskusikan cara koping
perasaan ini dan bagaimana
menerima ketidaksetujuan
orang lain tanpa mengalami
perasaan gagal
- Mengungkapkan
penerimaan pada diri
sendiri dalam situasi
Identifikasi arti dari
kehilangan/disfungsi/peruba
han pada pasien
dengan KH :
- Mengenali dan
nyeri
Diberikan untuk
menghilangkan nyeri
dan memberikan
relaksasi mental dan
fisik.
Menunjukkan perhatian
dan penghargaan
Untuk mengetahui
tingkat ketajaman
pendengaran pasien
dan untuk
menentukan
intervensi
Membantu klien untuk
mempersepsikan
informasi
Untuk menghindari
perasaan terisolasi
pasien
Mematuhi program
therapy akan
mempercepat proses
penyembuhan
Penentuan faktor-faktor
secara individual
membantu dalam
mengembangkan
perencanaan
asuhan/intervensi
Mungkin memiliki
perasaan tidak
realistik saat dikritik
dan perlu mempelajari
bagaimana
menerapkan kriktik
konstruktif untuk
pertumbuhan pribadi
bukan merusak diri
sendiri.Membantu
mengembangkan
24. menggabungkan
perubahan dalam konsep
diri dalam cara yang
akurat tanpa
menimbulkan harga diri
yang negatif.
Anjurkan pasien untuk
mengekspresikan
perasaannya termasuk rasa
bermusuhan dan perasaan
marah
percaya pada
kemampuan dan
penilaian sendiri
disamping apa yang
dipikirkan orang lain
Kadang-kadang pasien
menerima dan
mengatasi gangguan
fungsi secara efektif
dengan sedikit
penanganan, dilain
pihak ada juga orang
yang mengalami
kesulitan dalam
menerima dan
mengatasi
kekurangannya
4
4
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam
kebutuhan akan informasi
terpenuhi dengan KH :
- pasien menyatakan
pemahaman kondisi,
prognosis, dan
pengobatan.
- Mengidentifikasi hubungan
antar
gejala/tanda
dengan proses penyakit
-
Melakukan
dengan
prosedur
benar
menjelaskan
dan
alasan
Tentukan persepsi pasien
tentang proses penyakit.
Tinjau proses penyakit dan
harapan masa depan
Berikan informasi mengenai
penanganan dan pengobatan,
interaksi,efek samping dan
pentingnya ketaatan pada
program
Berikan HE pada pasien
Mendemontrasikan
penerimaan/membant
u pasien untuk
mengenal dan mulai
memahami perasaan
ini
Membuat pengetahuan
dasar dan memberikan
kesadaran kebutuhan
belajar individu
Memberikan
pengetahuan dasar
dimana pasien dapat
membuat pilihan
Meningkatkan
pemahaman dan
meningkatkan kerja
sama dalam proses
penyembuhan
Diharapkan pasien
memahami kondisi
dan penanganan
penyakit yang dialami
25. tindakan.
5
5
Setelah diberikan tindakan
keperawatan 3X24 jam
diharapkan tidak terjadi tandatanda infeksi.
Kaji tanda – tanda infeksi
Kriteria Hasil:
Ajarkan teknik aseptik
pada pasien
- Tidak terdapat tanda tanda
infeksi seperti:
Kalor,dubor,tumor,dolor,dan
fungsionalasia.
Pantau TTV,terutama
suhu tubuh.
Cuci tangan sebelum
memberi asuhan
keperawatan ke pasien.
- TTV dalam batas normal
Untuk mengetahui
apakah pasian
mengalami
infeksi. Dan
untuk
menentukan
tindakan
keperawatan
berikutnya.
Tanda vital
merupakan acuan
untuk
mengetahuikeada
an umum pasien.
Perubahan suhu
menjadi tinggi
merupakan salah
satu tanda –
tanda infeksi.
Meminimalisasi
terjadinya infeksi
Mencegah
terjadinya infeksi
nosokomial.
d. Evaluasi
1. Dx 1 : - pasien tampak rileks
- skala nyeri 1-3
2. Dx 2 : - pasien dapat mendengar dengan baik
- pasien tidak mengulang untuk meminta untuk mengulang
setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
3. Dx 3 : - Bicara/berkomunikasi dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang telah terjadi
26. - Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam
situasi
- Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep
diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri
yang negatif
4. Dx 4 : - pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
pengobatan
- Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan
proses penyakit
- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
5. Dx 5 : - Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti:
Kalor,dubor,tumor,dolor,dan fungsionalasia.
- TTV dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA
Adams,George L.dkk.1997.Boies:Buku Ajar Penyakit THT.Ed 6 : Jakarta.EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Ed 8 : Jakarta. EGC
Doungoes, marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3 : Jakarta. EGC
Mansjoer,Arief,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3: Jakarta.Mediaaesculapius
www. iranichi.multiply.com
www.blogdokter.net/2008/.../untung-ruginya-kotoran-telinga