SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
Deky Hidayatul Akbar
Preseptor: dr. Rina Gustia SpKK
Urtikaria Akut
Definisi
 Urtikaria adalah reaksi vaskular di kulit
akibat bermacam-macam sebab,
biasanya ditandai dengan edema
setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna
pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaan kulit sekitarnya dapat
dikelilingi halo.
 Berdasarkan durasi: akut (kurang dari
6 minggu), kronis ( > 6 minggu)
Epidemiologi
 Umur, jenis kelamin, ras, kebersihan, keturunan,
dan lingkungan dapat menjadi agen predisposisi
bagi urtikaria
 National Ambulatory Medical Care Survey :
wanita (69%) datang dengan urtikaria
 Distribusi usia paling sering 0-9 tahun dan 30-40
tahun
 Akut: sering karena reaksi atau efek samping
makanan, infeksi bakteri/virus
 Kronik: idiopatik dan autoimun
 Kejadian pada populasi: 1% - 5%
Etiologi
 Obat: penisilin, sefalosporin, diuretik
 Makanan: seafood, telur, kacang, coklat
 Gigitan serangga
 Inhalan: serbuk bunga, spora jamur, bulu
binatang, debu
 Kontaktan: kutu binatang, serbuk tekstil, air liur
binatang
 Trauma fisik: panas, dingin, penekanan
 Infeksi dan infestasi: bakteri, virus, jamur, parasit
Patofisiologi
 Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai
permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga
terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan
pengumpulan cairan setempat.
 Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator-
mediator misalnya histamin, kinin, serotonin, slow
reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan
prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil
 Baik faktor imunologik, maupun nonimunologik
mampu merangsang sel mast atau basofil untuk
melepaskan mediator tersebut
lanjutan
 Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria
yang akut daripada yang kronik; biasanya IgE
terikat pada permukaan sel mast dan atau sel
basofil karena adanya reseptor Fc. Bila ada
antigen yang sesuai berikatan dengan IgE maka
terjadi degranulasi sel, sehingga mampu
melepaskan mediator
Manifestasi klinis
 Munculnya ruam atau lesi kulit berupa biduran
yaitu kulit kemerahan dengan penonjolan
berbatas tegas dengan batas tepi yang pucat
disertai dengan rasa gatal sedang sampai berat,
pedih, dan atau sesuai sensasi panas seperti
terbakar
 Lesi bisa tampak di bagian tubuh manapun
 Bentuknya dapat seperti bekas sengatan
serangga
 Ukurannya bervariasi dapat lentikular, numular,
plakat
 Jika mengenai bagian lebih dalam sampai
Diagnosis
 Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat
ditegakkan diagnosis urtikaria
 Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab atau pencetus
terjadinya urtikaria
 Pemeriksaan penunjang:
 Pemeriksaan darah, urin, feses rutin  mencari
infeksi yang tersembunyi
 IgE total dan eosinofil  kemungkinan penyebab
atopi
 Uji tusuk kulit
 Uji serum autolog  kronis
Tatalaksana
 Terapi lini pertama: edukasi, antihistamin
 Terapi lini kedua: antihistamin, kortikosteroid,
antidepresan
 Terapi lini ketiga: immunomodulatory agent
NACNAC selama 3 minggu
Identifikasi dan menghilangkan penyebab.
Mengurangi faktor non spesifik yang memperberat vasodilatasi kulit
(alkohol, aspirin, olahraga, stress emosional)
Ringan Sedang-Berat Berat
(Distress pernapasan, asma, edema laring)
Antihistamin H1 non sedatif Antihistamin H1 non sedatif
Antihistamin H1 non sedatif
+
Kortikosteroid oral
Epinefrin subkutan
↓
Kortikosteroid sistemik
(oral atau IV)
↓
Antihistamin H1 (IM)
NAC: not adequately controlled
Gambar 3.Pedoman Penatalaksanaan Urtikaria Akut.13
Identifikasi dan menghilangkan penyebab.
Mengurangi faktor non spesifik yang memperberat vasodilatasi kulit
(alkohol, aspirin, olahraga, stress emosional)
NAC: not adequately controlled
NAC
Antihistamin H1 non sedatif
NAC
Antihistamin H1 non sedatif
+
Tambahan obat:
antihistamin H1 pada malam hari,
antidepresan trisiklik, antihistamin H2.
Antihistamin H1 + kostikosteroid oral
jangka pendek + pencarian/penanganan
untuk urtikaria karena vaskulitis, faktor
tekanan, dan lain-lain + dicoba obat lain
Gambar 4.Pedoman Penatalaksanaan Urtikaria Kronik.13
Laporan Kasus
Identitas Pasien
 Nama : Ny. Y
 Umur : 24 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Dosen Honorer
 Alamat : Kampung Tanjung, Patamuan,
Pariaman
 Status Perkawinan : Belum menikah
 Negeri Asal : Pariaman
 Agama : Islam
 Suku : Minang
 Tgl. Pemeriksaan : 23 Januari 2016
Keluhan Utama
 Bercak dan bentol kemerahan terasa gatal di
leher, dada, perut, punggung, kedua lengan dan
kedua paha sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
 Awalnya muncul bercak dan bentol kemerahan yang
terasa gatal sudah dirasakan pasien sejak 14 hari
yang lalu, muncul setelah terkena cuaca panas,
kemudian pasien mengoleskan bedak caladine yang
dibeli sendiri dioleskan 3 kali sehari. Bentol-bentol
merah serta gatalnya hilang.
 Bentol-bentol merah disertai gatal muncul lagi sejak 3
hari yang lalu. Awalnya muncul di leher, kemudian
menyebar ke dada, perut, kedua tangan dan kedua
paha. Gatal timbul jika udara terlalu panas dan dingin.
 Bercak dan bentol terasa nyeri, panas seperti
menusuk ada di daerah leher.
 Gigi berlobang ada dan belum diobati.
 Bengkak pada bibir dan kelopak mata tidak ada
 Tidak ada demam
 Nyeri perut, mual, muntah tidak ada
 Sesak napas tidak ada
 Riwayat alergi makanan dan obat tidak ada
 Riwayat kontak dengan binatang tidak ada
 Riwayat bersin-bersin di pagi hari tidak ada
 Riwayat gigitan serangga sebelumnya disangkal.
 Riwayat radang tenggorokan dan sinusitis tidak
ada
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien tidak pernah menderita penyakit dengan
gejala seperti ini sebelumnya.
 Riwayat asma tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
 Kakak pasien juga memiliki keluhan bentol-bentol
merah yang sama pada saat cuaca dingin
 Ayah pasien ada riwayat asma
 Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan pada
keluarga.
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Tidak tampak sakit
 Kesadaran : Komposmentis koopertaif
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 80 x/ menit
 Frekuensi nafas : 16 x/ menit
 Status Gizi : Tinggi 160 cm, Berat 46
kg, dengan IMT 17, 96 Normal
 Pemeriksaan kepala : Diharapkan dalam batas
normal
 Pemeriksaan Thorax : Diharapkan dalam batas
normal
 Pemeriksaan Abdomen : Diharapkan dalam batas
normal
 Pemeriksaan genitalia : tidak dilakukan
 Pemeriksaan ekstremitas: akral hangat, oedem -/-
Status dermatologikus
 Lokasi : Leher, dada, perut, punggung,
kedua lengan dan kedua paha
 Distribusi : Regional
 Bentuk : Tidak khas
 Susunan : Tidak khas
 Batas : Tegas
 Ukuran : Lentikular-Plakat
 Efloresensi : makula eritem, urtika
Resume
 Telah diperiksa pasien perempuan usia 24 tahun
pada tanggal 23 Januari 2017, dengan keluhan
adanya bercak dan bentol kemerahan terasa
gatal di leher, dada, perut, punggung, kedua
lengan dan kedua paha sejak 3 hari yang lalu
 Keluhan dirasakan pasien saat terpapar dengan
cuaca dingin atau panas
 Riwayat gigi berlobang ada
 Tidak ditemukan riwayat alergi makanan, obat
dan atopi
 Status dermatologikus, ditemukan makula eritem
dan urtika, batas tegas, bentuk tidak khas,
 Diagnosis Kerja
 Urtikaria Akut tanpa Angioedema ec fisik.
 Diagnosis Banding
 Urtikaria akut et causa infeksi
 Pemeriksaan Rutin
 Darah rutin
 Urin rutin
 Feses rutin
 Pemeriksaan Anjuran
 Uji Tusuk
 Uji Ice Cube Test
 Umum
 Hindari kontak dengan pencetus atau kurangi
kontak dengan pencetus
 Hindari menggunakan pakaian ketat
 Minum obat dengan kontrol teratur
 Konsultasi ke dokter gigi untuk gigi berlobang
 Khusus
- Sistemik : Loratadine 1 x 10 mg
- Topikal : Bedak kocok 4 x 1
Diskusi
 Gambaran klinis urtikaria yaitu berupa munculnya
ruam atau lesi kulit berupa biduran yaitu kulit
kemerahan dengan penonjolan atau elevasi
berbatas tegas dengan batas tepi yang pucat
disertai dengan rasa gatal sedang sampai berat.
 Lesi dari urtikaria dapat tampak pada bagian
tubuh manapun, termasuk wajah, bibir, lidah,
tenggorokan. Urtikaria digolongkan akut jika
terjadi kurang dari 6 minggu.
 Pasien datang ke bagian penyakit kulit dan
kelamin RSUP Dr M Djamil dengan keluhan
utama bentol kemerahan yang terasa gatal di
leher, dada, perut, punggung, kedua lengan dan
kedua paha sejak 3 hari yang lalu. Pada pasien
dikategorikan urtikaria akut karena keluhan baru
muncul pertama kali dan berlangsung kurang dari
6 minggu.
 Berbagai rangsangan fisis dapat menimbukan
urtikaria diantaranya suhu (panas dan dingin),
sinar matahari, radiasi dan tekanan mekanis.
Urtikaria akut dapat timbul akibat infeksi saluran
napas atas terutama infeksi steptokokus. Infeksi
tonsil, gigi, sinus, kandung empedu, prostat,
ginjal dan saluran kemih dapat menyebabkan
urtikaria akut maupun kronis.
 Pasien mengeluhkan munculnya bentol-bentol
merah saat cuaca panas dan dingin.
 Pasien juga mengatakan kalau dia memiliki gigi
berlubang dan belum di periksa ke dokter gigi
 Hal ini bisa mengarahkan pemikiran kita bahwa
kemungkinan penyebab munculnya urtikaria pada
pasien ini adalah faktor fisik dan infeksi
 Keluarga pasien ada yang menderita gangguan
atopi
 Faktor genetik juga memiliki peranan penting
dalam munculnya urtikaria, walaupun jarang yang
menunjukkan penurunan autosomal dominan.
 Lokasi munculnya urtikaria bisa dimanapun
dibagian tubuh.
 Pada pasien lesi muncul di leher, dada, perut,
punggung, kedua lengan dan kedua paha. Lesi
tersebar secara regional, bentuk tidak khas,
susunan tidak khas, batas tegas dengan makula
eritem, urtika.
 Pemeriksaan penunjang pada urtikaria ditujukan
untuk mencari pencetus munculnya urtikaria
 Pasien masih butuh melakukan pemeriksaan uji
tusuk kulit untuk mengidentifikasi atau
menyingkirkan pencetus dari faktor fisik, benda-
benda kontaktan
 Terapi yang diberikan pada pasien berupa umum
dan khusus. Terapi bertujuan untuk menghindari
faktor pencetus dan menghilangkan gejala klinis
 Farmakoterapi bisa diberikan antagonis reseptor
histamin
 Pasien diberikan loratadine 1 x 10 mg.
 Loratadine merupakan golongan antihistamin
nonklasik (AH1 nonklasik), tidak menyebabkan
efek sedasi pada pasien karena tidak menembus
sawar darah otak.
 Golongan ini diabsorbsi lebih cepat dan
mencapai kadar puncak dalam waktu 1-4 jam.
Masa awitan lebih lambat dan mencapai efek
maksimal dalam waktu 4 jam. Efektifitasnya
berlangsung lebih lama dibandingkan dengan
AH1 yang klasik. Golongan ini juga dikenal sehari-
hari sebagai antihistamin yang long acting
 Pasien juga diberikan bedak kocok diberikan 3 x
dalam sehari.
 Kandungan bedak kocok adalah menthol dan
camphora: antipruritus
 Spritus dilitus: efek pendingin

More Related Content

What's hot (20)

Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
kolestasis
kolestasiskolestasis
kolestasis
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
Laporan kasus
Laporan kasusLaporan kasus
Laporan kasus
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Pengantar ilmu anatomi
Pengantar ilmu anatomiPengantar ilmu anatomi
Pengantar ilmu anatomi
 
Giovanni status bedah
Giovanni   status bedahGiovanni   status bedah
Giovanni status bedah
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
Appendicitis)
Appendicitis)Appendicitis)
Appendicitis)
 
Selulitis
Selulitis Selulitis
Selulitis
 
Morbus hansen ppt
Morbus hansen pptMorbus hansen ppt
Morbus hansen ppt
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur edit
 
Kejang demam pada Anak
Kejang demam pada AnakKejang demam pada Anak
Kejang demam pada Anak
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Laporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitisLaporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitis
 

Similar to URTIKARIA AKUT

Similar to URTIKARIA AKUT (20)

pruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptxpruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptx
 
Asuhan Keperawatan OMSK.pptx
Asuhan Keperawatan OMSK.pptxAsuhan Keperawatan OMSK.pptx
Asuhan Keperawatan OMSK.pptx
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoid
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
 
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptxPPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Case report urtikaria akut
Case report urtikaria akutCase report urtikaria akut
Case report urtikaria akut
 
Skabies PPT.pptx
Skabies PPT.pptxSkabies PPT.pptx
Skabies PPT.pptx
 
Herpes zoster
Herpes zosterHerpes zoster
Herpes zoster
 
KDS.pptx
KDS.pptxKDS.pptx
KDS.pptx
 
Ppt lapsus ika
Ppt lapsus ikaPpt lapsus ika
Ppt lapsus ika
 
BATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptxBATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptx
 
Konsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docxKonsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docx
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptx
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptxlaporan kasuss demam berdarah dengue.pptx
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptx
 
luka bakar.pptx
luka bakar.pptxluka bakar.pptx
luka bakar.pptx
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 

Recently uploaded

456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 

Recently uploaded (18)

456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 

URTIKARIA AKUT

  • 1. Deky Hidayatul Akbar Preseptor: dr. Rina Gustia SpKK Urtikaria Akut
  • 2. Definisi  Urtikaria adalah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit sekitarnya dapat dikelilingi halo.  Berdasarkan durasi: akut (kurang dari 6 minggu), kronis ( > 6 minggu)
  • 3. Epidemiologi  Umur, jenis kelamin, ras, kebersihan, keturunan, dan lingkungan dapat menjadi agen predisposisi bagi urtikaria  National Ambulatory Medical Care Survey : wanita (69%) datang dengan urtikaria  Distribusi usia paling sering 0-9 tahun dan 30-40 tahun  Akut: sering karena reaksi atau efek samping makanan, infeksi bakteri/virus  Kronik: idiopatik dan autoimun  Kejadian pada populasi: 1% - 5%
  • 4. Etiologi  Obat: penisilin, sefalosporin, diuretik  Makanan: seafood, telur, kacang, coklat  Gigitan serangga  Inhalan: serbuk bunga, spora jamur, bulu binatang, debu  Kontaktan: kutu binatang, serbuk tekstil, air liur binatang  Trauma fisik: panas, dingin, penekanan  Infeksi dan infestasi: bakteri, virus, jamur, parasit
  • 5. Patofisiologi  Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan setempat.  Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator- mediator misalnya histamin, kinin, serotonin, slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil  Baik faktor imunologik, maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut
  • 6. lanjutan  Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik; biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya reseptor Fc. Bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE maka terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator
  • 7. Manifestasi klinis  Munculnya ruam atau lesi kulit berupa biduran yaitu kulit kemerahan dengan penonjolan berbatas tegas dengan batas tepi yang pucat disertai dengan rasa gatal sedang sampai berat, pedih, dan atau sesuai sensasi panas seperti terbakar  Lesi bisa tampak di bagian tubuh manapun  Bentuknya dapat seperti bekas sengatan serangga  Ukurannya bervariasi dapat lentikular, numular, plakat  Jika mengenai bagian lebih dalam sampai
  • 8.
  • 9. Diagnosis  Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis urtikaria  Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab atau pencetus terjadinya urtikaria  Pemeriksaan penunjang:  Pemeriksaan darah, urin, feses rutin  mencari infeksi yang tersembunyi  IgE total dan eosinofil  kemungkinan penyebab atopi  Uji tusuk kulit  Uji serum autolog  kronis
  • 10. Tatalaksana  Terapi lini pertama: edukasi, antihistamin  Terapi lini kedua: antihistamin, kortikosteroid, antidepresan  Terapi lini ketiga: immunomodulatory agent
  • 11. NACNAC selama 3 minggu Identifikasi dan menghilangkan penyebab. Mengurangi faktor non spesifik yang memperberat vasodilatasi kulit (alkohol, aspirin, olahraga, stress emosional) Ringan Sedang-Berat Berat (Distress pernapasan, asma, edema laring) Antihistamin H1 non sedatif Antihistamin H1 non sedatif Antihistamin H1 non sedatif + Kortikosteroid oral Epinefrin subkutan ↓ Kortikosteroid sistemik (oral atau IV) ↓ Antihistamin H1 (IM) NAC: not adequately controlled Gambar 3.Pedoman Penatalaksanaan Urtikaria Akut.13
  • 12. Identifikasi dan menghilangkan penyebab. Mengurangi faktor non spesifik yang memperberat vasodilatasi kulit (alkohol, aspirin, olahraga, stress emosional) NAC: not adequately controlled NAC Antihistamin H1 non sedatif NAC Antihistamin H1 non sedatif + Tambahan obat: antihistamin H1 pada malam hari, antidepresan trisiklik, antihistamin H2. Antihistamin H1 + kostikosteroid oral jangka pendek + pencarian/penanganan untuk urtikaria karena vaskulitis, faktor tekanan, dan lain-lain + dicoba obat lain Gambar 4.Pedoman Penatalaksanaan Urtikaria Kronik.13
  • 14. Identitas Pasien  Nama : Ny. Y  Umur : 24 Tahun  Jenis Kelamin : Perempuan  Pekerjaan : Dosen Honorer  Alamat : Kampung Tanjung, Patamuan, Pariaman  Status Perkawinan : Belum menikah  Negeri Asal : Pariaman  Agama : Islam  Suku : Minang  Tgl. Pemeriksaan : 23 Januari 2016
  • 15. Keluhan Utama  Bercak dan bentol kemerahan terasa gatal di leher, dada, perut, punggung, kedua lengan dan kedua paha sejak 3 hari yang lalu.
  • 16. Riwayat Penyakit Sekarang  Awalnya muncul bercak dan bentol kemerahan yang terasa gatal sudah dirasakan pasien sejak 14 hari yang lalu, muncul setelah terkena cuaca panas, kemudian pasien mengoleskan bedak caladine yang dibeli sendiri dioleskan 3 kali sehari. Bentol-bentol merah serta gatalnya hilang.  Bentol-bentol merah disertai gatal muncul lagi sejak 3 hari yang lalu. Awalnya muncul di leher, kemudian menyebar ke dada, perut, kedua tangan dan kedua paha. Gatal timbul jika udara terlalu panas dan dingin.  Bercak dan bentol terasa nyeri, panas seperti menusuk ada di daerah leher.  Gigi berlobang ada dan belum diobati.  Bengkak pada bibir dan kelopak mata tidak ada
  • 17.  Tidak ada demam  Nyeri perut, mual, muntah tidak ada  Sesak napas tidak ada  Riwayat alergi makanan dan obat tidak ada  Riwayat kontak dengan binatang tidak ada  Riwayat bersin-bersin di pagi hari tidak ada  Riwayat gigitan serangga sebelumnya disangkal.  Riwayat radang tenggorokan dan sinusitis tidak ada
  • 18. Riwayat Penyakit Dahulu  Pasien tidak pernah menderita penyakit dengan gejala seperti ini sebelumnya.  Riwayat asma tidak ada
  • 19. Riwayat Penyakit Keluarga  Kakak pasien juga memiliki keluhan bentol-bentol merah yang sama pada saat cuaca dingin  Ayah pasien ada riwayat asma  Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan pada keluarga.
  • 20. Pemeriksaan Fisik  Keadaan umum : Tidak tampak sakit  Kesadaran : Komposmentis koopertaif  Tekanan darah : 120/80 mmHg  Nadi : 80 x/ menit  Frekuensi nafas : 16 x/ menit  Status Gizi : Tinggi 160 cm, Berat 46 kg, dengan IMT 17, 96 Normal
  • 21.  Pemeriksaan kepala : Diharapkan dalam batas normal  Pemeriksaan Thorax : Diharapkan dalam batas normal  Pemeriksaan Abdomen : Diharapkan dalam batas normal  Pemeriksaan genitalia : tidak dilakukan  Pemeriksaan ekstremitas: akral hangat, oedem -/-
  • 22. Status dermatologikus  Lokasi : Leher, dada, perut, punggung, kedua lengan dan kedua paha  Distribusi : Regional  Bentuk : Tidak khas  Susunan : Tidak khas  Batas : Tegas  Ukuran : Lentikular-Plakat  Efloresensi : makula eritem, urtika
  • 23.
  • 24.
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 28. Resume  Telah diperiksa pasien perempuan usia 24 tahun pada tanggal 23 Januari 2017, dengan keluhan adanya bercak dan bentol kemerahan terasa gatal di leher, dada, perut, punggung, kedua lengan dan kedua paha sejak 3 hari yang lalu  Keluhan dirasakan pasien saat terpapar dengan cuaca dingin atau panas  Riwayat gigi berlobang ada  Tidak ditemukan riwayat alergi makanan, obat dan atopi  Status dermatologikus, ditemukan makula eritem dan urtika, batas tegas, bentuk tidak khas,
  • 29.  Diagnosis Kerja  Urtikaria Akut tanpa Angioedema ec fisik.  Diagnosis Banding  Urtikaria akut et causa infeksi
  • 30.  Pemeriksaan Rutin  Darah rutin  Urin rutin  Feses rutin  Pemeriksaan Anjuran  Uji Tusuk  Uji Ice Cube Test
  • 31.  Umum  Hindari kontak dengan pencetus atau kurangi kontak dengan pencetus  Hindari menggunakan pakaian ketat  Minum obat dengan kontrol teratur  Konsultasi ke dokter gigi untuk gigi berlobang  Khusus - Sistemik : Loratadine 1 x 10 mg - Topikal : Bedak kocok 4 x 1
  • 32. Diskusi  Gambaran klinis urtikaria yaitu berupa munculnya ruam atau lesi kulit berupa biduran yaitu kulit kemerahan dengan penonjolan atau elevasi berbatas tegas dengan batas tepi yang pucat disertai dengan rasa gatal sedang sampai berat.  Lesi dari urtikaria dapat tampak pada bagian tubuh manapun, termasuk wajah, bibir, lidah, tenggorokan. Urtikaria digolongkan akut jika terjadi kurang dari 6 minggu.
  • 33.  Pasien datang ke bagian penyakit kulit dan kelamin RSUP Dr M Djamil dengan keluhan utama bentol kemerahan yang terasa gatal di leher, dada, perut, punggung, kedua lengan dan kedua paha sejak 3 hari yang lalu. Pada pasien dikategorikan urtikaria akut karena keluhan baru muncul pertama kali dan berlangsung kurang dari 6 minggu.
  • 34.  Berbagai rangsangan fisis dapat menimbukan urtikaria diantaranya suhu (panas dan dingin), sinar matahari, radiasi dan tekanan mekanis. Urtikaria akut dapat timbul akibat infeksi saluran napas atas terutama infeksi steptokokus. Infeksi tonsil, gigi, sinus, kandung empedu, prostat, ginjal dan saluran kemih dapat menyebabkan urtikaria akut maupun kronis.
  • 35.  Pasien mengeluhkan munculnya bentol-bentol merah saat cuaca panas dan dingin.  Pasien juga mengatakan kalau dia memiliki gigi berlubang dan belum di periksa ke dokter gigi  Hal ini bisa mengarahkan pemikiran kita bahwa kemungkinan penyebab munculnya urtikaria pada pasien ini adalah faktor fisik dan infeksi
  • 36.  Keluarga pasien ada yang menderita gangguan atopi  Faktor genetik juga memiliki peranan penting dalam munculnya urtikaria, walaupun jarang yang menunjukkan penurunan autosomal dominan.
  • 37.  Lokasi munculnya urtikaria bisa dimanapun dibagian tubuh.  Pada pasien lesi muncul di leher, dada, perut, punggung, kedua lengan dan kedua paha. Lesi tersebar secara regional, bentuk tidak khas, susunan tidak khas, batas tegas dengan makula eritem, urtika.
  • 38.  Pemeriksaan penunjang pada urtikaria ditujukan untuk mencari pencetus munculnya urtikaria  Pasien masih butuh melakukan pemeriksaan uji tusuk kulit untuk mengidentifikasi atau menyingkirkan pencetus dari faktor fisik, benda- benda kontaktan
  • 39.  Terapi yang diberikan pada pasien berupa umum dan khusus. Terapi bertujuan untuk menghindari faktor pencetus dan menghilangkan gejala klinis  Farmakoterapi bisa diberikan antagonis reseptor histamin  Pasien diberikan loratadine 1 x 10 mg.
  • 40.  Loratadine merupakan golongan antihistamin nonklasik (AH1 nonklasik), tidak menyebabkan efek sedasi pada pasien karena tidak menembus sawar darah otak.  Golongan ini diabsorbsi lebih cepat dan mencapai kadar puncak dalam waktu 1-4 jam. Masa awitan lebih lambat dan mencapai efek maksimal dalam waktu 4 jam. Efektifitasnya berlangsung lebih lama dibandingkan dengan AH1 yang klasik. Golongan ini juga dikenal sehari- hari sebagai antihistamin yang long acting
  • 41.  Pasien juga diberikan bedak kocok diberikan 3 x dalam sehari.  Kandungan bedak kocok adalah menthol dan camphora: antipruritus  Spritus dilitus: efek pendingin