SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
TRAUMA TELINGA
12UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
TELINGA ITU?
• Panca Indera yg jumlahnya ada 2 kecil tapi sensitif
dan mudah terserang penyakit.
• Memiliki struktur dan fungsi yang luar biasa. Yaitu
mampu menerima dan memproses bunyi/suara
sebelum masuk ke dalam memori otak. Selain proses
menghantarkan bunyi sehingga kita bisa mendengar,
di dalam telinga juga terdapat proses untuk
mengurangi paparan bising.
• Telinga itu kecil ada 2 tapi punya 3 bagian. Ada
bagian luar, tengah, dan dalam. Mereka mempunyai
peran masing-masing dalam
memproses/menghantar/mengirim suara sebelum
masuk ke otak.
• Telinga kita mempunyai ambang batas
pendengaran di angka 120dB, diangka 120dB telinga
kita akan mulai merasakan sakit seperti “ngiing” itu
namanya “tinitus”
• Lalu, kenapa ketika kita sakit flu sering kali telinga
kita seperti terdengar “ngiing” secara tbtb? Sebab,
adanya tuba Estachius. Jadi apabila di hidung
mengalami peradangan, otomatis telinga juga akan
ikut mengalami ketidakseimbangan.
• Jadi, anatomi kepala hingga leher adalah suatu
organisasi yang kompak dari elemen-elemen saraf,
pembuluh darah, epitel, dan muskuloskeletal yang
secara fungsional berintegrasi dan terus-menerus.
Salah satunya ialah Telinga
Jadi, apabila di perkirakan/dibayangankan tentang ukuran
db:
Suara orang berbicara: normal adalah 60-70 dB
Konser musik Rock kekerasannya dikisaran: 100dB s/d 120 dB.
Kondisi Penyebab Gangguan Telinga Manusia?
1. Luka Telinga: seperti otitis media. Otitis media bisa sembuh dengan
sendirinya apabila tidak terinfeksi. Namun, jika terjadi infeksi maka akan
mengeluarkan “nanah”
2. Kotoran Menumpuk: kotoran yang terlalu banyak di dalam telinga akan
menutupi membran tympani/gendang telinga sehingga mampu
mengurangi kualitas pendengaran.
3. Penyakit Meniere: hal ini dapat terjadi di sebabkan oleh adanya
peningkatan cairan pada labirin dan biasanya menyerang orang stg baya.
4. Penyakit Perikondritis: penyakit pada telinga karena infeksi di tulang
rawan atau kartilago bagian telinga luar. Penyebabnya adalah: gigitan
serangga, cedera, dan pemecahan bisul.
5. Penyakit Labirintis: Penyakit ini menyerang bagian dalam dari telinga.
penyebabnya gegar otak, infeksi dan alergi. Gejalanya muntah, mual,
telinga berdengung, pendengaran berkurang dan juga vertigo.
6. Otitas Media (Radang telinga): di sebabkan oleh bakteri/virus, gejalanya
demam panas. Jika dibiarkan bisa menyebabkan gendang telinga pecah
dan mengeluarkan nanah.
KENALI KELUHANNYA
1. Gangguan Pendengaran: hal ini biasanya terjadi
karena trauma kepala, telinga tertampar, trauma
akustik, atau pemakaian obat ototoksik, menderita
penyakit infeksi virus seperti parotitis, influenza
berat, dan meningitis sebelumnya.
2. Suara Berdenging (tinnitus): umumnya telinga akan
berdenging dapat dirasakan dikepala atau ditelinga,
pada satu sisi atau kedua telinga. Disebabkan oleh
alergi, stres, suara keras, tekanan darah
tinggi/rendah, dan penyakit meniere.
3. Rasa pusing berputar (Vertigo): vertigo timbul bila
ada kekakuan gerakan otot leher. Penyakit DM,
hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung,
anemia, kanker, sifilis dapat menimbulkan keluhan
vertigo dan tinnitus.
4. Nyeri dalam Telinga (Otalgia): jika nyeri alih ke
telinga dapat berasal dari nyeri di gigi molar atas,
sendi mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal
karena telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang
berasal dari organ tersebut.
5. Keluar cairan dari dalam telinga (Otorea): Secret
yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar
dan secret yang banyak dan bersifat mukoid
umumnya berasal dari telinga tengah. Bila
bercampur darah, harus dicurigai tumor. Bila bau
busuk, curigai kolesteatoma/kista
TRAUMA TELINGA
TRAUMA TELINGA?
Trauma Telinga adalah trauma atau
luka pada telinga yang mengenai telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam
dan struktur yang berdekatan.
Anamnesi harus dilakukan seperti
anamnesis dari pasien, gejala-gejala
yang ada, stimulus iatotropik, penyakit
lain yang berhubungan, interprestasi
pasien terhadap gejala, dampak
gangguan, informasi demografi, dan
riwayat yang terkait
So! Trauma telinga itu luka yang bisa
terjadi pada 3 bagian telinga. Jika trauma
mengenai pada bagian luar telinga?
umumnya akan mengenai daun telinga sd
liang telinga. Jika trauma mengenai
bagian telinga tengah? umumnya akan
mengenai bagian membran tympani dan
osikula. Namun, jika trauma mengenai
bagian telinga dalam? Ia akan
menimbulkan kerusakan pada koklea sd
saraf.
Trauma menduduki tingkat keempat sebagai penyebab
kematian di AS sampai sekarang ini. Lebih dari 140.000
kematian terjadi setiap tahun di akibatkan karena kecelakaan,
dan diperkirakan terdapat 140 juta kelumpuhan setiap
tahunnya. Pusat pemantauan penyakit menemukan bahwa
lebih dari 4 juta tahun masa produktif hilang setiap tahunnya
akibat cedera dibanding dengan 2,1 juta akibat penyakit
jantun dan 1,7 juta di akibatkan kanker
INGAT
KENALI BAGIAN-BAGIANNYA
JENIS-JENISNYA
TRAUMA TELINGA
TELINGA TENGAH
TELINGA DALAMTELINGA LUAR
Laserasi
Hematoma
trauma
tajam
trauma
tumpul
Trauma
Suhu
Perforasi
Membran
Tympani
Trauma
Osikula
Fraktur
Tulang
Temporal
Paralis
Fasial
Pasca
trauma
Vertigo
Pasca
trauma
Tuli
Pasca
Trauma
Benda
Asing
APA SUDAH TAHU?
INI MEMBRAN TIMPANI
NORMAL PECAH MERADANG
1. Penyebab utama dari trauma telinga antara lain:
• Kecelakaan lalu lintas
• Perkelahian
• Kecelakaan dalam bidang olahraga
• Luka tembak
• Kebiasaan mengorek kuping
2. Penyebab trauma telinga yaitu:
• Kompresi mendadak udara di liang telinga.
• Adanya benda-benda asing (misal: kapas lidi atau
ranting-ranting pohon).
• Trauma kapatis yang menyebabkan fraktur os
temporale.
3. Penyebabnya antara lain:
• Kebiasaan mengorek kuping dengan jari atau suatu
alat seperti jepit rambut/klip kertas.
• Perubahan tekanan mendadak-barotrauma, trauma
ledakan- atau karena benda asing dalam liang telinga
(aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll).
• Terpapar bising/suara industri yang berintensitas
tinggi dan lamanya paparan.
ETIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
1. Menurut Soepardi manifestasi
klinik trauma telinga antara lain:
• Edema
• Laserasi
• Luka robek
• Hilangnya sebagian/seluruh daun
telinga
• Perdarahan
• Hematom
• Hematoma Subdural/epidural/kontusi
• Nyeri kepala
• Nyeri tekan pada kulit kepala
• Fraktur tulang temporal
2. Menurut Adams manifestasi
klinik trauma telinga antara lain:
• Nyeri
• Sekret berdarah dari telinga
• Gangguan pendengaran
• Gangguan kesadaran
KOMPLIKASI
1. Tuli Konduktif: Terjadi karena adanya perforasi
membran timpani dengan atau tanpa dislokasi
tulang-tulang pendengaran.
2. Paralisis Wajah Unilateral: Terjadi karena trauma
yang mengenai nervus fasialis di sepanjang
perjalanannya melalui os temporale sehingga dapat
menyebabkan paralisis wajah unilateral.
3. Vertigo Hebat: Disebabkan oleh berbagai jenis
trauma yang dapat menyebabkan depresi mendadak
pada fungsi vestibular, sehingga terjadilah vertigo
yang mendadak, hebat dan berlarut-larut.
4. Kehilangan Kesadaran: Terjadi karena kehilangan
fungsi vestibular unilateral mendadak dan biasanya
cideranya cukup hebat sehingga pasien akan
mengalami periode kehilangan kesadaran.
5. Nistagmus: Nistagmus merupakan sesuatu yang
khas bagi kehilangan fungsi vestibular unilateral
mendadak
PATOFISIOLOGI
ALAT PEMERIKSAAN TELINGA
Garputala 1set
Otoskop
Spekulum Telinga
Lampu Telinga
Balon Politzer
Pinset Telinga
Forsep TelingaPengungkit Serumen
/Hak Tajam
PEMERIKSAAN OTOLOGI
PADA TELINGA
1. Tes Garputala: Tes ini bertindak menguatkan evaluasi audiometri dan
bermanfaat dalam merumuskan diagnosis klinik. Terlazim digunakan
frekuensi 512 sd 1024 Hz.
2. Tes Weber: Dilakukan dengan menempatkan secara erat batang garpu tala
pada struktur garis tengah yang padat seperti vertex tengkorak atau gigi
incicivus pertama.
3. Tes Fistula: Dilakukan pada pasien yang mengeluh vertigo. Tes ini memeriksa
fistula labyrinthus. Untuk melakukan tes ini, harus ada membrana tympani
yang utuh, untuk mengahntarkan tekanan melalui ossicula ke foramen
rotundum. Tes ini bisa dilakukan dengan menutup meatus acusticus externus
dengan tragus dan memberikan tekanan digital ke tragus.
4. Rontgenogram Tengkorak: Untuk memperlihatkan fraktura os temporale,
tetapi sering tidak ditemukan.
5. Rontgenogram Stereo: Diperlukan untuk mengidentifikasi fraktura.
6. Tes Kalori: Dapat membantu menentukan apakah ada lesi perifer dan apakah
lesi ini terbatas pada telinga kanan atau kiri, tes kalori tidak boleh dilakukan
bila terdapat atore, tes ini juga bisa menunjukkan hilangnya fungsi vestibular
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
1. Pasien mengeluh gatal di dalam telinga, mungkin hanya
diperlukan pemeriksaan otoskopi.
2. Bila pasien mengeluh di sertai vertigo dan tuli, di perlukan
pemeriksaan lengkap telinga, hidung, tenggorokan,
evaluasi fungsi saraf otak dan serebelum serta sejumlah
tes-tes khusus.
3. Sedangkan, apabila dilakukan percobaan dengan menekan
tragus ke dalam atau penarikan aurikula dengan hati-hati
menimbulkan nyeri pada pasien yang mengeluh telinga,
mungkin ia menderita Otittis Eksterna.
4. Untuk pasien yang menderita Otitis Media, jika di gerakan
aurikulanya tidak menimbulkan nyeri.
5. Kemudian jika pasien dengan nyeri telinga dan otore
menderita nyeri tekan pada prosesus mastiodeus,
biasanya telah terjadi Mastoiditis.
PENATALAKSANAAN Telinga Luar
1. Laserasi (trauma tajam): Memerlukan tindakan penjahitan. Pada
luka daun telinga sedapat mungkin tulang rawan ditutup dengan kulit
untuk mencegah terjadinya kondritis yang sangat nyeri dan dapat
mengakibatkan nekrosis tulang rawan.
2. Hematoma (trauma tumpul): bila kecil di observasi, bila besar perlu
dilakukan evaluasi dan pasang bidai. Bila timbul rasa sakit berarti bidai
penekan tersebut terlalu kencang dan dapat terjadi perikondritis.
Diberikan antibiotik ampisilin atau amoksilin sesuai dosisnya untuk
mencegah infeksi.
3. Trauma Suhu: Untuk trauma dingin adalah penghangatan segera
dengan kapas steril dan air yang dipanaskan dengan suhu 100oF – 104oF
(37oC – 40oC) serta analgetik atau kompres dingin untuk mengurangi
bengkaknya. dapat diolesi dengan krim Silvaden atau Sulfamylon
mencegah infeksi, lalu daerah nekrotik dibersihkan dengan
menggunakan anestesi lokal.
4. Benda Asing: tergantung bendanya seperti apa dahulu. Yang paling
umum biasanya cotton bud dan serangga.
1. benda asing ukuran kecil yang tidak menyumbat liang dapat di
keluarkan telinga kuret cincin berlengkung. Alat tersebut di masukkan di
sekeliling dan di belakang benda asing dan perlahan-lahan di tarik sambil
alat tersebut memegang benda asing serta mengeluarkannnya dari dalam
liang telinga. Irigasi dengan pancaran air dengan suhu tubuh yang di
arahkan ke belakang benda asing.
2. benda asing yang menyumbat liang secara total seperti serumen atau
otore yang membeku , dapat digunakan pengait sudut-kanan yang kecil
yang dimasukan di sepanjang bagian superior liang dan diputar setelah
alat tersebut berada di belakang benda asing.
3. benda asing yang masuk di liang telinga luar seperti serangga hidup
harus di tenggelamkan dengan air yang di teteskan alkohol, lidokain atau
minyak mineral sebelum coba mengangkatnya. Setelah serangga tersebut
mati, biasanya mudah untuk mengambilnya dengan forsep aligator dan
mengeluarkannya.
PENATALAKSANAAN Telinga Luar
1. Perforasi Membran Tympani: Umumnya perforasi dapat sembuh
dengan cepat, kecuali jika perforasinya mengalami infeksi sekunder atau
sangat luas.
2. Trauma Osikular: Keadaan ini merupakan kedaruratan otologi dan
memerlukan tindakan eksplorasi pembedahan segera untuk mencegah
tuli permanen. Jika sudah menjalani tindakan pembedahan pasien
sebaiknya menjalani pemeriksaan audiogram untuk mengetahui fungsi
pendengarannya.
PENATALAKSANAAN Telinga Tengah
1. Vertigo Pascatrauma: memerlukan tindakan evaluasi otologi dan
neurologi lengkap diindikasikan, begitu pula dengan pemeriksaan
radiologis
2. Paralis Fasial Pascatrauma: evaluasi/pemeriksaan lengkap nervous
fasialis Terapi yang diberikan adalah kortikosteroid. Kemungkinan fungsi
saraf kembali normal secara besar dibandingkan jika paralisis muncul
segera setelah trauma.
3. Tuli Pascatrauma: jika pada pemeriksaan membran timpani dan liang
tidak ditemukan adanya kelainan, segera rujuk pasien ke ahli THT untuk
dilakukan evaluasi terhadap tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus,
stapes) dan tulang temporal.
PENATALAKSANAAN Telinga Dalam
LALU BAGAIMANA PENATALAKSANAAN UNTUK PASIEN
DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN/TULI?
Alat Bantu Penghantar Tulang
CROS/BICROS
Alat Bantu Penghantar Tulang
Implan Koklea
KONSEP APLIKASI TEORI
PENGKAJIAN
KELUHAN MRS
1. Gangguan pendengaran (Tuli): perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut pada
satu atau kedua telinga. Apakah timbul tiba-tiba atau bertambah secara bertahap
dan sudah berapa lama diderita. Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga
tertampar, trauma akustik, atau pemakaian obat ototoksik sebelumnya. Apakah
sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influenza
berat, dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi
sehingga terdapat juga gangguan bicara dan komunikasi. Pada orang dewasa, prlu
ditanyakan apakaha gangguan ini lebih terasa di tempat yang bising atau di
tempat yang lebih tenang.
2. Suara berdenging (tinnitus): tanyakan apakah gangguan ini menyertai gangguan
pendengaran.
3. Rasa pusing berputar (Vertigo): tanyakan apakah keluhan ini timbul pada posisi
kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun
dengan gerakan cepat.
Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah dan rasa penuh ditelinga dan
telinga berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai
keluhan neurologis seperti disartri, gangguan penglihatan yang mungkin letak
kelainannya disentral.
PENGKAJIAN
KELUHAN MRS
4. Nyeri dalam Telinga (Otalgia): perlu ditanyakan apakah pada telinga kiri atau
kanan dan sudah berapa lama.
5. Keluar cairan dari dalam telinga (Otorea): tanyakan apakah secret ini
keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa
lama.
PENGKAJIAN DATA
a. Data demografi yaitu tempat tinggal, keadaan wilayah, umur, jenis
kelamin.
b. Riwayat kesehatan
1. RKS: Nyeri telinga, rasa penuh pada telinga, kehilangan pendengaran,
serumen keras, nyeri berat, bahkan penurunan pendengaran, adanya
cairan yang keluar dari kanalis auditorius eksternus, nyeri tekan pada
aural, demam, selulitis, tinnitus, persisten bau busuk
2. RKD: Adanya infeksi pada laring atau faring, adanya benda asing yang
masuk,
Trauma tulang, hantaman keras pada telinga, reaksi alergi, adanya riwayat
ISPA.
3. RKK: Adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama pada
klien atau menderita ISPA
PENGKAJIAN
KELUHAN MRS
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Adnya otorea, dengan otoskopi : eritema,
edema, lesi, adanya benda asing, cairan
abnormal yang keluar dan terjadi
peradangan pada membrane timpani dan
edema bahkan hematoma pada sekitar
telinga.
2. Palpasi
Adanya nyeri tekan pada aural dan sekitar
telinga
1. Nyeri bd inflamasi telinga eksterna atau iritasi
local,benda asing atau infeksi telinga media
2. Ansietas bd potensial kehilangan pendengaran
3. Perubahan persepsi audiotorius bd kerusakan N.
VII dan N. VIII kehilangan pendengaran
4. Risiko terjadinya trauma bd kesulitan
keseimbangan, kerusakan N.VII dan N. VIII
5. Kurangnya pengetahuan bd kurangnya terpajan
informasi
DIAGNOSA
INTERVENSI
- Nyeri b/d trauma dan proses inflamasi Intervensi:
a. Kaji tingkat nyeri klien
b. Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati.
c. Beri penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri dan penyakit yang
dideritanya.
d. Berikan kompres hangat pada daerah nyeri
e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan antibiotik.
- Gangguan persepsi sensori: pendengaran b/d adanya benjolan atau
furunkel Intervensi:
a. Masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke dalam liang telinga.
b. Berikan kompres rivanol 1/1000 selama 2 hari.
c. Lakukan irigasi telinga dan keluarkan serumen atau secret.
d. Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan
nanahnya.
- Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran
memahami orang lain (kurangnya pendengaran)
a. Kaji kemampuan mendengar klien.
b. Identifikasi metode alternatif dan efektif untuk berkomunikasi
c. Usahakan saat berbicara selalu berhadapan dengan klien.
- Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi dan tindakan
pencegahannya.
a. Kaji status psikologis dan emosional
b. Anjurkan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
c. Gunakan terminologi positif, hindari penggunaan istilah yang menandakan
abnormalitas prosedur atau proses.
d. Berikan kesempatan pada klien untuk memberi masukan pada proses pengambilan
keputusan.
e. Anjurkan penggunaan/kontinuitas teknik pernapasan dan latihan relaksasi.
- Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian,
sekunder terhadap tanda-tanda infeksi.
a. Dorong individu atau keluarga untuk mengekspresikan perasaan, khususnya
mengenai pandangan, pemikiran, dan perasaan seseorang.
b. Dorong individu atau keluarga untuk bertanya mengenai masalah, penanganan,
perkembangan dan prognosa kesehatan.
c. Berikan informasi yang akurat kepada klien dan keluarga dan perkuat informasi yang
sudah ada.
d. Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan, atau pemberi
perawatan.
INTERVENSI
PERAN PERAWAT
1. Pasien diistirahatkan duduk atau
berbaring
2. Atasi keadaan kritis ( tranfusi, oksigen,
dan sebagainya )
3. Bersihkan luka dari kotoran dan
dilakukan debridement,lalu hentikan
perdarahan
4. Pasang tampon steril yang dibasahi
antiseptik atau salep antibiotik.
5. Periksa tanda-tanda vital
6. Pemeriksaan otoskopi secara steril dan
dengan penerangan yang baik, bila
mungkin dengan bantuan mikroskop
bedah atau loup untuk mengetahui
lokasi lesi.
7. Pemeriksaan radiology bila ada tanda
fraktur tulang temporal. Bila mungkin
langsung dengan pemeriksaan CT scan.
1. Menghindari infeksi
2. Menghindari terjadinya
komplikasi
3. Sebagai pembela: mencegah
terjadinya kecacatan pada
pasien yang paling di
utamakan.
4. Sebagai pelaksana
keperawatan
5. Sebagai pendidik
6. Sebagai Kolaborasi
7. Sebagai Konsultasi
8. Sebagai Pembaharu
1. Sebagai pembela:
menghindari hal yang
dapat mengancam jiwa
dan kehidupan pasien
yang paling di
utamakan.
2. Sebagai kolaborasi
3. Sebagai pembaharu
4. Sebagai
pendidik/edukator
5. Sebagai konsultasi
6.
Telinga Luar Telinga Tengah Telinga Dalam
APLIKASI TEORI
Tn. D 44thn datang bersama Ny. Y ke RS Suka Nulung dan menuju ke bagian poli
THT lantai II. Tn. D mengeluh nyeri terlinga kiri sebab telinga sebelah kiri
beliau mengalami hal yang tidak disengaja yaitu telinga Tn. D kemasukan
kapas cotton-bud. Tn. D menceritakan bahwa saat itu beliau sedang
membersihkan telinga dengan keadaan telinga basah karena Tn. D baru
selesai mandi sore, beliau pada saAat itu juga sempat memperdalam cotton-
bud saat membersihkan telinga dan pada akhirnya ketika cotton-bud ditarik
keras oleh Tn. D ternyata kapas cotton-bud tidak ada/tertinggal didalam
telinga. Setelah kejadian hal itu Tn. D mengatakan bahwa Tn. D merasa panik,
ingin segera dilakukan tindakan pengambilan cotton-bud oleh Dokter dan Tn.
D merasa bahwa pendengarannya mulai berubah tidak seperti awal mula
sebelum peristiwa terjadi. Tn. D mengatakan bahwa pada pagi hari pukul
05:09-07:55WIB Tn. D merasa nyeri telinga, Tn. D menunjukkan angka skala
nyeri yaitu 5 dan pendengaran Tn.D terasa mendengung. TD: 130/90 mmHg
RR: 20x/menit Suhu: 36oC N: 80x/menit. Hasil Tes Garputala: batas bawah
naik (rinne -), frekwensi rendah tidak terdengar (tuli konduksi). Dokter
mengatakah bahwa setelah dilakukannya tindakan pemeriksaan dengan
menggunakan alat pembesar/otoskop untuk mengetahui keadaan didalam
telinga. Terdapat benda asing pada Telinga Tn. D. Dokter juga mengatakan
bahwa harus dilakukan tindakan pengambilan benda asing tersebut agar tidak
terjadi infeksi, tetapi dokter menyatakan bahwa harus dirawat oleh perawat
terlebih dahulu untuk menurunkan rasa nyeri.
KASUS
FILE TIDAK CUKUP UNTUK DI KOPAS DALAM PPT
SILAHKAN MEMBUKA FILE WORD
PEMBAHASAN
Trauma telinga adalah trauma yang
dapat terjadi berbagai cidera
traumatika yang nyeri
pada aurikula, meatus akustikus
eksterna dan membran timpani,
penyebabnya antara
lain:
1. Kebiasaan mengorek kuping
dengan jari atau suatu alat
seperti jepit rambut/klip kertas.
2. Perubahan tekanan mendadak-
barotrauma, trauma ledakan-
atau karena benda asing dalam
liang telinga (aplikator berujung
kapas, ujung pena, klip kertas,
dll).
3. Terpapar bising/suara industri
yang berintensitas tinggi dan
lamanya paparan.
Benda asing merupakan benda yang berasal dari
luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam
keadaan normal tidak ada. Telinga sering
kemasukan benda asing. Kadang-kadang benda
dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di
telinga, tentu saja terjadi penurunan pendengaran.
Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja
ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba
membersihankan kanalis eksternus atau
mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak
memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya
sendiri.Namun, terkadang sering dianggap enteng
oleh setiap orang. Pada anak, anak tak melaporkan
keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat
infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya
berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut
mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda
asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa-
bisa benda yang masuk malah melesak ke dalam
karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di
telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi
luka. Benda yang masuk biasanya hanya bisa
dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan
peralatan dan keahlian khusus.
• Laserasi: luka yang disebabkan oleh robekan, bukan
bentuk yang teratur seperti sayatan bedah. Laserasi
bias
• Hematoma: kumpulan darah di luar pembuluh
darah, biasanya pada tempat di mana dinding
pembuluh tertusuk atau mengalami trauma.
• Perforasi: perforasi atau hilangnya sebagian
jaringan dari membrane timpani.
• Vertigo: salah satu bentuk gangguan keseimbangan
dalam telinga bagian dalam
• Debriment: Debridement adalah proses
pengangkatan jaringan avital atau jaringan mati dari
suatu luka. Jaringan avital dapat berwarna lebih
pucat, coklat muda atau hitam dan dapat kering
atau basah.
• Mastoiditis: suatu kondisi medis yang ditandai
dengan infeksi tulang mastoid.
• Otologi: spesialisasi ilmu kedokteran yang
berkonsentrasi pada diagnosa, penanganan dan
pencegahan dari penyakit telinga, pendengaran dan
masalah keseimbangan.
• CROS (contralateral routing of signals)
Alat ini digunakan oleh penderita yang hanya
mengalami gangguan fungsi pendengaran pada
salah satu telinganya.
• BiCROS (bilateral CROS): Alat ini digunakan oleh
penderita gangguan telinga yang mengalami
gangguan kedua fungsi pada pendengaran.
• Fascia: lembaran atau band dari jaringan ikat
fibrosa yang memisahkan atau mengikat bersama
otot dan organ.
• Ruptura: keadaan yang robek atau pecah
Kata Asing
THANK YOU
WE LOVE YOU
12

More Related Content

What's hot

Tekanan Intrakranial
Tekanan IntrakranialTekanan Intrakranial
Tekanan IntrakranialAris Rahmanda
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)fikri asyura
 
Pneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointPneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointDwika Marbun
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiMerdy Prianda
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCoassTHT
 
Manajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitisManajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitisIrna Wati
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAISeascape Surveys
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahYohanita Tengku
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxAditAditya19
 
Pemeriksaan Neurologis_1.ppt
Pemeriksaan Neurologis_1.pptPemeriksaan Neurologis_1.ppt
Pemeriksaan Neurologis_1.pptAnnisaSilvera
 

What's hot (20)

Tekanan Intrakranial
Tekanan IntrakranialTekanan Intrakranial
Tekanan Intrakranial
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Pneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointPneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpoint
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopati
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
Manajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitisManajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitis
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik
Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik
Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik
 
Pemeriksaan Neurologis_1.ppt
Pemeriksaan Neurologis_1.pptPemeriksaan Neurologis_1.ppt
Pemeriksaan Neurologis_1.ppt
 

Viewers also liked (20)

Ear trauma
Ear traumaEar trauma
Ear trauma
 
External, middle and inner ear traumas
External, middle and inner ear traumasExternal, middle and inner ear traumas
External, middle and inner ear traumas
 
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
 
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukanKumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
 
ear disorders
ear disordersear disorders
ear disorders
 
Askep faringitis
Askep faringitisAskep faringitis
Askep faringitis
 
Askep penyakit dekompresi
Askep penyakit dekompresiAskep penyakit dekompresi
Askep penyakit dekompresi
 
Askep penyakit dekompresi
Askep penyakit dekompresiAskep penyakit dekompresi
Askep penyakit dekompresi
 
Kelainan pendengaran
Kelainan pendengaranKelainan pendengaran
Kelainan pendengaran
 
Askep ards Akper pemkab muna
Askep ards Akper pemkab munaAskep ards Akper pemkab muna
Askep ards Akper pemkab muna
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus mely
 
Otalgia kita
Otalgia kitaOtalgia kita
Otalgia kita
 
Anfis sis pendengaran
Anfis sis pendengaran Anfis sis pendengaran
Anfis sis pendengaran
 
Askep Mastoiditis
Askep MastoiditisAskep Mastoiditis
Askep Mastoiditis
 
Askep distrees pernapasan
Askep distrees pernapasanAskep distrees pernapasan
Askep distrees pernapasan
 
makalah
makalahmakalah
makalah
 
Bisulan
BisulanBisulan
Bisulan
 
Ards AKPER PEMKAB MUNA
Ards AKPER PEMKAB MUNA Ards AKPER PEMKAB MUNA
Ards AKPER PEMKAB MUNA
 
Pathways trauma kepala
Pathways trauma kepalaPathways trauma kepala
Pathways trauma kepala
 
Lp vertigo
Lp vertigoLp vertigo
Lp vertigo
 

Similar to TRAUMA TELINGA

Indera Pendengar/Telinga SMP
Indera Pendengar/Telinga SMPIndera Pendengar/Telinga SMP
Indera Pendengar/Telinga SMPPutri Larasantang
 
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraGina Nd
 
9E 13 (Indra Telinga)
9E 13 (Indra Telinga)9E 13 (Indra Telinga)
9E 13 (Indra Telinga)Galuh Retno
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)Riedha Poenya
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNOperator Warnet Vast Raha
 
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaAnatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaNova Mandasari
 
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptfdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptRandiDoank2
 
otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxZulAme
 

Similar to TRAUMA TELINGA (20)

Askep serumen
Askep serumenAskep serumen
Askep serumen
 
Tinitus
TinitusTinitus
Tinitus
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
 
Indera Pendengar/Telinga SMP
Indera Pendengar/Telinga SMPIndera Pendengar/Telinga SMP
Indera Pendengar/Telinga SMP
 
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNAAnis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
 
9E 13 (Indra Telinga)
9E 13 (Indra Telinga)9E 13 (Indra Telinga)
9E 13 (Indra Telinga)
 
Andini 92
Andini 92Andini 92
Andini 92
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
 
Tinitus AKPER PEMKAB MUNA
Tinitus AKPER PEMKAB MUNA Tinitus AKPER PEMKAB MUNA
Tinitus AKPER PEMKAB MUNA
 
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaAnatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptfdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
 
otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptx
 

Recently uploaded

TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanAprissiliaTaifany1
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 

Recently uploaded (10)

TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 

TRAUMA TELINGA

  • 2. TELINGA ITU? • Panca Indera yg jumlahnya ada 2 kecil tapi sensitif dan mudah terserang penyakit. • Memiliki struktur dan fungsi yang luar biasa. Yaitu mampu menerima dan memproses bunyi/suara sebelum masuk ke dalam memori otak. Selain proses menghantarkan bunyi sehingga kita bisa mendengar, di dalam telinga juga terdapat proses untuk mengurangi paparan bising. • Telinga itu kecil ada 2 tapi punya 3 bagian. Ada bagian luar, tengah, dan dalam. Mereka mempunyai peran masing-masing dalam memproses/menghantar/mengirim suara sebelum masuk ke otak. • Telinga kita mempunyai ambang batas pendengaran di angka 120dB, diangka 120dB telinga kita akan mulai merasakan sakit seperti “ngiing” itu namanya “tinitus” • Lalu, kenapa ketika kita sakit flu sering kali telinga kita seperti terdengar “ngiing” secara tbtb? Sebab, adanya tuba Estachius. Jadi apabila di hidung mengalami peradangan, otomatis telinga juga akan ikut mengalami ketidakseimbangan. • Jadi, anatomi kepala hingga leher adalah suatu organisasi yang kompak dari elemen-elemen saraf, pembuluh darah, epitel, dan muskuloskeletal yang secara fungsional berintegrasi dan terus-menerus. Salah satunya ialah Telinga
  • 3. Jadi, apabila di perkirakan/dibayangankan tentang ukuran db: Suara orang berbicara: normal adalah 60-70 dB Konser musik Rock kekerasannya dikisaran: 100dB s/d 120 dB.
  • 4. Kondisi Penyebab Gangguan Telinga Manusia? 1. Luka Telinga: seperti otitis media. Otitis media bisa sembuh dengan sendirinya apabila tidak terinfeksi. Namun, jika terjadi infeksi maka akan mengeluarkan “nanah” 2. Kotoran Menumpuk: kotoran yang terlalu banyak di dalam telinga akan menutupi membran tympani/gendang telinga sehingga mampu mengurangi kualitas pendengaran. 3. Penyakit Meniere: hal ini dapat terjadi di sebabkan oleh adanya peningkatan cairan pada labirin dan biasanya menyerang orang stg baya. 4. Penyakit Perikondritis: penyakit pada telinga karena infeksi di tulang rawan atau kartilago bagian telinga luar. Penyebabnya adalah: gigitan serangga, cedera, dan pemecahan bisul. 5. Penyakit Labirintis: Penyakit ini menyerang bagian dalam dari telinga. penyebabnya gegar otak, infeksi dan alergi. Gejalanya muntah, mual, telinga berdengung, pendengaran berkurang dan juga vertigo. 6. Otitas Media (Radang telinga): di sebabkan oleh bakteri/virus, gejalanya demam panas. Jika dibiarkan bisa menyebabkan gendang telinga pecah dan mengeluarkan nanah.
  • 5. KENALI KELUHANNYA 1. Gangguan Pendengaran: hal ini biasanya terjadi karena trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, atau pemakaian obat ototoksik, menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influenza berat, dan meningitis sebelumnya. 2. Suara Berdenging (tinnitus): umumnya telinga akan berdenging dapat dirasakan dikepala atau ditelinga, pada satu sisi atau kedua telinga. Disebabkan oleh alergi, stres, suara keras, tekanan darah tinggi/rendah, dan penyakit meniere. 3. Rasa pusing berputar (Vertigo): vertigo timbul bila ada kekakuan gerakan otot leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinnitus. 4. Nyeri dalam Telinga (Otalgia): jika nyeri alih ke telinga dapat berasal dari nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal karena telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ tersebut. 5. Keluar cairan dari dalam telinga (Otorea): Secret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan secret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila bercampur darah, harus dicurigai tumor. Bila bau busuk, curigai kolesteatoma/kista
  • 7. TRAUMA TELINGA? Trauma Telinga adalah trauma atau luka pada telinga yang mengenai telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam dan struktur yang berdekatan. Anamnesi harus dilakukan seperti anamnesis dari pasien, gejala-gejala yang ada, stimulus iatotropik, penyakit lain yang berhubungan, interprestasi pasien terhadap gejala, dampak gangguan, informasi demografi, dan riwayat yang terkait So! Trauma telinga itu luka yang bisa terjadi pada 3 bagian telinga. Jika trauma mengenai pada bagian luar telinga? umumnya akan mengenai daun telinga sd liang telinga. Jika trauma mengenai bagian telinga tengah? umumnya akan mengenai bagian membran tympani dan osikula. Namun, jika trauma mengenai bagian telinga dalam? Ia akan menimbulkan kerusakan pada koklea sd saraf.
  • 8. Trauma menduduki tingkat keempat sebagai penyebab kematian di AS sampai sekarang ini. Lebih dari 140.000 kematian terjadi setiap tahun di akibatkan karena kecelakaan, dan diperkirakan terdapat 140 juta kelumpuhan setiap tahunnya. Pusat pemantauan penyakit menemukan bahwa lebih dari 4 juta tahun masa produktif hilang setiap tahunnya akibat cedera dibanding dengan 2,1 juta akibat penyakit jantun dan 1,7 juta di akibatkan kanker INGAT
  • 10. JENIS-JENISNYA TRAUMA TELINGA TELINGA TENGAH TELINGA DALAMTELINGA LUAR Laserasi Hematoma trauma tajam trauma tumpul Trauma Suhu Perforasi Membran Tympani Trauma Osikula Fraktur Tulang Temporal Paralis Fasial Pasca trauma Vertigo Pasca trauma Tuli Pasca Trauma Benda Asing
  • 11. APA SUDAH TAHU? INI MEMBRAN TIMPANI NORMAL PECAH MERADANG
  • 12. 1. Penyebab utama dari trauma telinga antara lain: • Kecelakaan lalu lintas • Perkelahian • Kecelakaan dalam bidang olahraga • Luka tembak • Kebiasaan mengorek kuping 2. Penyebab trauma telinga yaitu: • Kompresi mendadak udara di liang telinga. • Adanya benda-benda asing (misal: kapas lidi atau ranting-ranting pohon). • Trauma kapatis yang menyebabkan fraktur os temporale. 3. Penyebabnya antara lain: • Kebiasaan mengorek kuping dengan jari atau suatu alat seperti jepit rambut/klip kertas. • Perubahan tekanan mendadak-barotrauma, trauma ledakan- atau karena benda asing dalam liang telinga (aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll). • Terpapar bising/suara industri yang berintensitas tinggi dan lamanya paparan. ETIOLOGI
  • 13. MANIFESTASI KLINIS 1. Menurut Soepardi manifestasi klinik trauma telinga antara lain: • Edema • Laserasi • Luka robek • Hilangnya sebagian/seluruh daun telinga • Perdarahan • Hematom • Hematoma Subdural/epidural/kontusi • Nyeri kepala • Nyeri tekan pada kulit kepala • Fraktur tulang temporal 2. Menurut Adams manifestasi klinik trauma telinga antara lain: • Nyeri • Sekret berdarah dari telinga • Gangguan pendengaran • Gangguan kesadaran
  • 14. KOMPLIKASI 1. Tuli Konduktif: Terjadi karena adanya perforasi membran timpani dengan atau tanpa dislokasi tulang-tulang pendengaran. 2. Paralisis Wajah Unilateral: Terjadi karena trauma yang mengenai nervus fasialis di sepanjang perjalanannya melalui os temporale sehingga dapat menyebabkan paralisis wajah unilateral. 3. Vertigo Hebat: Disebabkan oleh berbagai jenis trauma yang dapat menyebabkan depresi mendadak pada fungsi vestibular, sehingga terjadilah vertigo yang mendadak, hebat dan berlarut-larut. 4. Kehilangan Kesadaran: Terjadi karena kehilangan fungsi vestibular unilateral mendadak dan biasanya cideranya cukup hebat sehingga pasien akan mengalami periode kehilangan kesadaran. 5. Nistagmus: Nistagmus merupakan sesuatu yang khas bagi kehilangan fungsi vestibular unilateral mendadak
  • 16. ALAT PEMERIKSAAN TELINGA Garputala 1set Otoskop Spekulum Telinga Lampu Telinga Balon Politzer Pinset Telinga Forsep TelingaPengungkit Serumen /Hak Tajam
  • 17. PEMERIKSAAN OTOLOGI PADA TELINGA 1. Tes Garputala: Tes ini bertindak menguatkan evaluasi audiometri dan bermanfaat dalam merumuskan diagnosis klinik. Terlazim digunakan frekuensi 512 sd 1024 Hz. 2. Tes Weber: Dilakukan dengan menempatkan secara erat batang garpu tala pada struktur garis tengah yang padat seperti vertex tengkorak atau gigi incicivus pertama. 3. Tes Fistula: Dilakukan pada pasien yang mengeluh vertigo. Tes ini memeriksa fistula labyrinthus. Untuk melakukan tes ini, harus ada membrana tympani yang utuh, untuk mengahntarkan tekanan melalui ossicula ke foramen rotundum. Tes ini bisa dilakukan dengan menutup meatus acusticus externus dengan tragus dan memberikan tekanan digital ke tragus. 4. Rontgenogram Tengkorak: Untuk memperlihatkan fraktura os temporale, tetapi sering tidak ditemukan. 5. Rontgenogram Stereo: Diperlukan untuk mengidentifikasi fraktura. 6. Tes Kalori: Dapat membantu menentukan apakah ada lesi perifer dan apakah lesi ini terbatas pada telinga kanan atau kiri, tes kalori tidak boleh dilakukan bila terdapat atore, tes ini juga bisa menunjukkan hilangnya fungsi vestibular
  • 19. PENATALAKSANAAN 1. Pasien mengeluh gatal di dalam telinga, mungkin hanya diperlukan pemeriksaan otoskopi. 2. Bila pasien mengeluh di sertai vertigo dan tuli, di perlukan pemeriksaan lengkap telinga, hidung, tenggorokan, evaluasi fungsi saraf otak dan serebelum serta sejumlah tes-tes khusus. 3. Sedangkan, apabila dilakukan percobaan dengan menekan tragus ke dalam atau penarikan aurikula dengan hati-hati menimbulkan nyeri pada pasien yang mengeluh telinga, mungkin ia menderita Otittis Eksterna. 4. Untuk pasien yang menderita Otitis Media, jika di gerakan aurikulanya tidak menimbulkan nyeri. 5. Kemudian jika pasien dengan nyeri telinga dan otore menderita nyeri tekan pada prosesus mastiodeus, biasanya telah terjadi Mastoiditis.
  • 20. PENATALAKSANAAN Telinga Luar 1. Laserasi (trauma tajam): Memerlukan tindakan penjahitan. Pada luka daun telinga sedapat mungkin tulang rawan ditutup dengan kulit untuk mencegah terjadinya kondritis yang sangat nyeri dan dapat mengakibatkan nekrosis tulang rawan. 2. Hematoma (trauma tumpul): bila kecil di observasi, bila besar perlu dilakukan evaluasi dan pasang bidai. Bila timbul rasa sakit berarti bidai penekan tersebut terlalu kencang dan dapat terjadi perikondritis. Diberikan antibiotik ampisilin atau amoksilin sesuai dosisnya untuk mencegah infeksi. 3. Trauma Suhu: Untuk trauma dingin adalah penghangatan segera dengan kapas steril dan air yang dipanaskan dengan suhu 100oF – 104oF (37oC – 40oC) serta analgetik atau kompres dingin untuk mengurangi bengkaknya. dapat diolesi dengan krim Silvaden atau Sulfamylon mencegah infeksi, lalu daerah nekrotik dibersihkan dengan menggunakan anestesi lokal.
  • 21. 4. Benda Asing: tergantung bendanya seperti apa dahulu. Yang paling umum biasanya cotton bud dan serangga. 1. benda asing ukuran kecil yang tidak menyumbat liang dapat di keluarkan telinga kuret cincin berlengkung. Alat tersebut di masukkan di sekeliling dan di belakang benda asing dan perlahan-lahan di tarik sambil alat tersebut memegang benda asing serta mengeluarkannnya dari dalam liang telinga. Irigasi dengan pancaran air dengan suhu tubuh yang di arahkan ke belakang benda asing. 2. benda asing yang menyumbat liang secara total seperti serumen atau otore yang membeku , dapat digunakan pengait sudut-kanan yang kecil yang dimasukan di sepanjang bagian superior liang dan diputar setelah alat tersebut berada di belakang benda asing. 3. benda asing yang masuk di liang telinga luar seperti serangga hidup harus di tenggelamkan dengan air yang di teteskan alkohol, lidokain atau minyak mineral sebelum coba mengangkatnya. Setelah serangga tersebut mati, biasanya mudah untuk mengambilnya dengan forsep aligator dan mengeluarkannya. PENATALAKSANAAN Telinga Luar
  • 22. 1. Perforasi Membran Tympani: Umumnya perforasi dapat sembuh dengan cepat, kecuali jika perforasinya mengalami infeksi sekunder atau sangat luas. 2. Trauma Osikular: Keadaan ini merupakan kedaruratan otologi dan memerlukan tindakan eksplorasi pembedahan segera untuk mencegah tuli permanen. Jika sudah menjalani tindakan pembedahan pasien sebaiknya menjalani pemeriksaan audiogram untuk mengetahui fungsi pendengarannya. PENATALAKSANAAN Telinga Tengah
  • 23. 1. Vertigo Pascatrauma: memerlukan tindakan evaluasi otologi dan neurologi lengkap diindikasikan, begitu pula dengan pemeriksaan radiologis 2. Paralis Fasial Pascatrauma: evaluasi/pemeriksaan lengkap nervous fasialis Terapi yang diberikan adalah kortikosteroid. Kemungkinan fungsi saraf kembali normal secara besar dibandingkan jika paralisis muncul segera setelah trauma. 3. Tuli Pascatrauma: jika pada pemeriksaan membran timpani dan liang tidak ditemukan adanya kelainan, segera rujuk pasien ke ahli THT untuk dilakukan evaluasi terhadap tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes) dan tulang temporal. PENATALAKSANAAN Telinga Dalam
  • 24. LALU BAGAIMANA PENATALAKSANAAN UNTUK PASIEN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN/TULI? Alat Bantu Penghantar Tulang CROS/BICROS Alat Bantu Penghantar Tulang Implan Koklea
  • 26. PENGKAJIAN KELUHAN MRS 1. Gangguan pendengaran (Tuli): perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua telinga. Apakah timbul tiba-tiba atau bertambah secara bertahap dan sudah berapa lama diderita. Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, atau pemakaian obat ototoksik sebelumnya. Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influenza berat, dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi sehingga terdapat juga gangguan bicara dan komunikasi. Pada orang dewasa, prlu ditanyakan apakaha gangguan ini lebih terasa di tempat yang bising atau di tempat yang lebih tenang. 2. Suara berdenging (tinnitus): tanyakan apakah gangguan ini menyertai gangguan pendengaran. 3. Rasa pusing berputar (Vertigo): tanyakan apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun dengan gerakan cepat. Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah dan rasa penuh ditelinga dan telinga berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disartri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya disentral.
  • 27. PENGKAJIAN KELUHAN MRS 4. Nyeri dalam Telinga (Otalgia): perlu ditanyakan apakah pada telinga kiri atau kanan dan sudah berapa lama. 5. Keluar cairan dari dalam telinga (Otorea): tanyakan apakah secret ini keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa lama.
  • 28. PENGKAJIAN DATA a. Data demografi yaitu tempat tinggal, keadaan wilayah, umur, jenis kelamin. b. Riwayat kesehatan 1. RKS: Nyeri telinga, rasa penuh pada telinga, kehilangan pendengaran, serumen keras, nyeri berat, bahkan penurunan pendengaran, adanya cairan yang keluar dari kanalis auditorius eksternus, nyeri tekan pada aural, demam, selulitis, tinnitus, persisten bau busuk 2. RKD: Adanya infeksi pada laring atau faring, adanya benda asing yang masuk, Trauma tulang, hantaman keras pada telinga, reaksi alergi, adanya riwayat ISPA. 3. RKK: Adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama pada klien atau menderita ISPA
  • 29. PENGKAJIAN KELUHAN MRS Pemeriksaan fisik 1. Inspeksi Adnya otorea, dengan otoskopi : eritema, edema, lesi, adanya benda asing, cairan abnormal yang keluar dan terjadi peradangan pada membrane timpani dan edema bahkan hematoma pada sekitar telinga. 2. Palpasi Adanya nyeri tekan pada aural dan sekitar telinga
  • 30. 1. Nyeri bd inflamasi telinga eksterna atau iritasi local,benda asing atau infeksi telinga media 2. Ansietas bd potensial kehilangan pendengaran 3. Perubahan persepsi audiotorius bd kerusakan N. VII dan N. VIII kehilangan pendengaran 4. Risiko terjadinya trauma bd kesulitan keseimbangan, kerusakan N.VII dan N. VIII 5. Kurangnya pengetahuan bd kurangnya terpajan informasi DIAGNOSA
  • 31. INTERVENSI - Nyeri b/d trauma dan proses inflamasi Intervensi: a. Kaji tingkat nyeri klien b. Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati. c. Beri penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri dan penyakit yang dideritanya. d. Berikan kompres hangat pada daerah nyeri e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan antibiotik. - Gangguan persepsi sensori: pendengaran b/d adanya benjolan atau furunkel Intervensi: a. Masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke dalam liang telinga. b. Berikan kompres rivanol 1/1000 selama 2 hari. c. Lakukan irigasi telinga dan keluarkan serumen atau secret. d. Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan nanahnya. - Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami orang lain (kurangnya pendengaran)
  • 32. a. Kaji kemampuan mendengar klien. b. Identifikasi metode alternatif dan efektif untuk berkomunikasi c. Usahakan saat berbicara selalu berhadapan dengan klien. - Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi dan tindakan pencegahannya. a. Kaji status psikologis dan emosional b. Anjurkan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya. c. Gunakan terminologi positif, hindari penggunaan istilah yang menandakan abnormalitas prosedur atau proses. d. Berikan kesempatan pada klien untuk memberi masukan pada proses pengambilan keputusan. e. Anjurkan penggunaan/kontinuitas teknik pernapasan dan latihan relaksasi. - Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian, sekunder terhadap tanda-tanda infeksi. a. Dorong individu atau keluarga untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pandangan, pemikiran, dan perasaan seseorang. b. Dorong individu atau keluarga untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa kesehatan. c. Berikan informasi yang akurat kepada klien dan keluarga dan perkuat informasi yang sudah ada. d. Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan, atau pemberi perawatan. INTERVENSI
  • 33. PERAN PERAWAT 1. Pasien diistirahatkan duduk atau berbaring 2. Atasi keadaan kritis ( tranfusi, oksigen, dan sebagainya ) 3. Bersihkan luka dari kotoran dan dilakukan debridement,lalu hentikan perdarahan 4. Pasang tampon steril yang dibasahi antiseptik atau salep antibiotik. 5. Periksa tanda-tanda vital 6. Pemeriksaan otoskopi secara steril dan dengan penerangan yang baik, bila mungkin dengan bantuan mikroskop bedah atau loup untuk mengetahui lokasi lesi. 7. Pemeriksaan radiology bila ada tanda fraktur tulang temporal. Bila mungkin langsung dengan pemeriksaan CT scan. 1. Menghindari infeksi 2. Menghindari terjadinya komplikasi 3. Sebagai pembela: mencegah terjadinya kecacatan pada pasien yang paling di utamakan. 4. Sebagai pelaksana keperawatan 5. Sebagai pendidik 6. Sebagai Kolaborasi 7. Sebagai Konsultasi 8. Sebagai Pembaharu 1. Sebagai pembela: menghindari hal yang dapat mengancam jiwa dan kehidupan pasien yang paling di utamakan. 2. Sebagai kolaborasi 3. Sebagai pembaharu 4. Sebagai pendidik/edukator 5. Sebagai konsultasi 6. Telinga Luar Telinga Tengah Telinga Dalam
  • 35. Tn. D 44thn datang bersama Ny. Y ke RS Suka Nulung dan menuju ke bagian poli THT lantai II. Tn. D mengeluh nyeri terlinga kiri sebab telinga sebelah kiri beliau mengalami hal yang tidak disengaja yaitu telinga Tn. D kemasukan kapas cotton-bud. Tn. D menceritakan bahwa saat itu beliau sedang membersihkan telinga dengan keadaan telinga basah karena Tn. D baru selesai mandi sore, beliau pada saAat itu juga sempat memperdalam cotton- bud saat membersihkan telinga dan pada akhirnya ketika cotton-bud ditarik keras oleh Tn. D ternyata kapas cotton-bud tidak ada/tertinggal didalam telinga. Setelah kejadian hal itu Tn. D mengatakan bahwa Tn. D merasa panik, ingin segera dilakukan tindakan pengambilan cotton-bud oleh Dokter dan Tn. D merasa bahwa pendengarannya mulai berubah tidak seperti awal mula sebelum peristiwa terjadi. Tn. D mengatakan bahwa pada pagi hari pukul 05:09-07:55WIB Tn. D merasa nyeri telinga, Tn. D menunjukkan angka skala nyeri yaitu 5 dan pendengaran Tn.D terasa mendengung. TD: 130/90 mmHg RR: 20x/menit Suhu: 36oC N: 80x/menit. Hasil Tes Garputala: batas bawah naik (rinne -), frekwensi rendah tidak terdengar (tuli konduksi). Dokter mengatakah bahwa setelah dilakukannya tindakan pemeriksaan dengan menggunakan alat pembesar/otoskop untuk mengetahui keadaan didalam telinga. Terdapat benda asing pada Telinga Tn. D. Dokter juga mengatakan bahwa harus dilakukan tindakan pengambilan benda asing tersebut agar tidak terjadi infeksi, tetapi dokter menyatakan bahwa harus dirawat oleh perawat terlebih dahulu untuk menurunkan rasa nyeri. KASUS
  • 36. FILE TIDAK CUKUP UNTUK DI KOPAS DALAM PPT SILAHKAN MEMBUKA FILE WORD
  • 37. PEMBAHASAN Trauma telinga adalah trauma yang dapat terjadi berbagai cidera traumatika yang nyeri pada aurikula, meatus akustikus eksterna dan membran timpani, penyebabnya antara lain: 1. Kebiasaan mengorek kuping dengan jari atau suatu alat seperti jepit rambut/klip kertas. 2. Perubahan tekanan mendadak- barotrauma, trauma ledakan- atau karena benda asing dalam liang telinga (aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll). 3. Terpapar bising/suara industri yang berintensitas tinggi dan lamanya paparan. Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kadang-kadang benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba membersihankan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.Namun, terkadang sering dianggap enteng oleh setiap orang. Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa- bisa benda yang masuk malah melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian khusus.
  • 38. • Laserasi: luka yang disebabkan oleh robekan, bukan bentuk yang teratur seperti sayatan bedah. Laserasi bias • Hematoma: kumpulan darah di luar pembuluh darah, biasanya pada tempat di mana dinding pembuluh tertusuk atau mengalami trauma. • Perforasi: perforasi atau hilangnya sebagian jaringan dari membrane timpani. • Vertigo: salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam • Debriment: Debridement adalah proses pengangkatan jaringan avital atau jaringan mati dari suatu luka. Jaringan avital dapat berwarna lebih pucat, coklat muda atau hitam dan dapat kering atau basah. • Mastoiditis: suatu kondisi medis yang ditandai dengan infeksi tulang mastoid. • Otologi: spesialisasi ilmu kedokteran yang berkonsentrasi pada diagnosa, penanganan dan pencegahan dari penyakit telinga, pendengaran dan masalah keseimbangan. • CROS (contralateral routing of signals) Alat ini digunakan oleh penderita yang hanya mengalami gangguan fungsi pendengaran pada salah satu telinganya. • BiCROS (bilateral CROS): Alat ini digunakan oleh penderita gangguan telinga yang mengalami gangguan kedua fungsi pada pendengaran. • Fascia: lembaran atau band dari jaringan ikat fibrosa yang memisahkan atau mengikat bersama otot dan organ. • Ruptura: keadaan yang robek atau pecah Kata Asing THANK YOU WE LOVE YOU 12