Rhinitis alergi adalah kelainan hidung yang ditandai oleh gejala seperti bersin-bersin, rinore, dan hidung tersumbat setelah paparan alergen. Patofisiologinya melibatkan reaksi IgE dan pelepasan mediator seperti histamin yang menyebabkan inflamasi. Diagnosis didasarkan pada riwayat paparan alergen dan gejala klinis, serta dapat didukung dengan tes alergi. Pengobatannya meliputi menghindari alergen, antihist
1. RHINTIS ALERGI
Pembimbing: dr Yan Edwin Bunde Sp.THT-KL., MH.Kes.
Oleh: Wintang Parama Iswari
1915036
Bagian KSM Ilmu Kesehatan THT-KL
RS Immanuel – FK UK Maranatha
Bandung
2019
2. Anamnesis
◦ Identitas
Nama, umur, Jenis Kelamin, alamat, pekerjaan, agama, status pernikahan
◦ Adakah Gejala : Hidung Tersumbat?
Sejak kapan?
Munculnya terus-menerus atau hilang timbul? Setiap hari?
Sumbatan pada satu sisi hidung atau kedua-duanya?
Apakah dipengaruhi oleh cuaca, debu, bulu binatang?
◦ Keluhan Penyerta:
◦ Apakah gejala disertai hidung berair?
◦ Kental/cair? Warna?
◦ Keluar dari satu atau kedua lubang hidung?
3. Cont
◦ Apakah gejala disertai bersin-bersin?
◦ Hidung gatal ?
◦ Diikuti keluarnya cairan atau gatal di hidung/mata/
tenggorok/telinga?
◦ Apakah fungsi penciuman berkurang?
◦ Adakah nyeri di daerah dahi, sekitar hidung?
◦ Apakah hidung pernah mengalami trauma?
◦ Sampai menganggu saat aktivitas atau istirahat?
◦ Pencetus?
4. Cont
◦ Riwayat Penyakit Dahulu:
Pernah punya keluhan seperti ini sebelumnya? Bila pernah, apa yang biasa
dilakukan untuk menghilangkan keluhan?
Asma?
Sering bersin-bersin dipagi hari ?
◦ Riwayat penyakit keluarga :
Ada yang mengalami keluhan serupa?
Asma?
◦ Riwayat pengobatan :
Sudah pernah berobat? mengonsumsi obat apa sebelumnya?
◦ Riwayat alergi : makanan, obat-obatan, debu?
5. Pemeriksaan Fisik
◦ Keadaan umum :
Kesadaran : compos mentis
Kesan sakit : ringan/sedang/berat?
◦ Status Gizi : BB, TB, BMI
◦ Tanda – tanda vital :
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
6. Pemeriksaan Fisik
◦ Kepala :
Wajah: bentuk dan ukuran simetris
Mata : konjungtiva? Sklera? Allergic Shiner?
Telinga :
Meatus acusticus externus, canalis acusticus (mukosa, serumen, sekret)?
Membran timpani?
Hidung : Mukosa hiperemis? Deviasi septum nasi? Nyeri tekan daerah sinus
paranasal? Allergic Salute dan Allergic Crease
Rhinoskopi anterior : Mukosa hiperemis/ edema? Sekret? Hipertrofi konka?
Mulut : mukosa, ukuran dan permukaan tonsil? mukosa faring? Mukosa lidah ?
7. Pemeriksaan Fisik
◦ Leher : letak trakea sentral? KGB
membesar?
◦ Thoraks
Pulmo
Inspeksi :bentuk dan pergerakan?
Palpasi : bentuk dan pergerakan,
taktil fremitus?
Perkusi : Sonor?
Auskultasi : VBS kanan dan kiri,
suara nafas tambahan, vocal
fremitus, wheezing? Ronchi?
Cor :
Inspeksi : ictus cordis
Palpasi : ictus cordis
Perkusi : batas – batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung S1, S2,
murmur
11. Pemeriksaan Penunjang
◦ Hematologi rutin Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis (Eosinofil), LED
◦ Total Serum IgE
◦ Skin prick test
◦ Apusan mukosa/sekret hidung (hanya pelengkap) untuk melihat adanya eosinofil
12. Penatalaksanaan
◦ Non-medikamentosa
Menghindari kontak dengan stimulus/faktor pencetus
◦ Medikamentosa
Antihistamin antagonis histamine H-1, yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel
target.
Loratadine (10mg PO 1x1)
Dekongestan oral agonis adrenergic alfa
Pseudoefedrin (120mg PO 2x1 prn)
Kortikosteroid : Budesonide nasal spray 2x1 puff
*Rujuk Sp.THT-KL apabila tidak ada perbaikan
13. Penatalaksanaan Operatif
◦ Tindakan konkotomi parsial (pemotongan konka inferior sebagian), konkoplasti atau multiple
outfractured, inferior turbinoplasty perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat.
14. Prognosis
◦ Quo ad vitam : ad bonam
◦ Quo ad functionam : dubia ad bonam
◦ Quo ad sanationam : dubia ad bonam
16. Definisi
◦ Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-
bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE. (WHO ARIA)
17. Klasifikasi Berdasarkan Rekomendasi dari WHO Initiative ARIA
(Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma)
• Intermiten (<4 hari dlm 1 minggu atau < 4 minggu)
• Persisten (>4 hari dlm 1 minggu dan > 4 minggu)
Berdasarkan sifat berlangsungnya
• Ringan (Tidak ada gangguan aktivitas, OR, Bekerja)
• Sedang-berat (Terdapat satu atau lebih gangguan)
Berdasarkan tingkatan
19. Patofisiologi
◦ Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti
dengan tahap provokasi / reaksi alergi.
◦ Reaksi alergi terdiri dari 2 fase:
- Fase cepat berlangsung sejak kontak sampai 1 jam
- Fase lambat berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8jam setelah pemaparan dan dapat
berlangsung selama 24-48 jam
20. Kontak pertama dengan alergen (tahap sensitisasi)
Makrofag / monosit berperan sebagai APC , menangkap alergen yg menempel di permukaan
mukosa hidung
Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen peptida dan bergabung dengan HLA II
Membentuk MHC II yang kemudian dipresentasi pada sel Th 0
Kemudian APC melepaskan sitokon seperti IL-1
mengaktifkan Th 0 menjadi Th1 dan Th2
Th2 melepaskan berbagai sitokin (IL-3, IL-4, IL-5 dan IL-13)
IL 4 dan IL 13 diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B
Limfosit B menjadi aktif, memproduksi IgE
21. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit
atau basofil
Sehingga kedua sel tsb menjadi aktif
(PROSES SENSITISASI, menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi)
Bila mukosa yg sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yg sama
Kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik
Terjadi degranulasi sel matosit dan basofil
Terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk terutama histamin, selain itu; PGD2, Leukotrien,
bradikinin, PAF dan berbagai sitokin (IL3, IL4, IL5, IL6, GM-CSF)
REAKSI ALERGI FASE CEPAT (RAFC)
22. Histamin
REAKSI ALERGI FASE LAMBAT (RAFL)
Ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi (eosinofil, limfosit, neutrofil, basofil,
dan mastosit di mukosa hidung, serta peningkatan sitokin seperti IL3, IL4, IL5 dan GM-CSF
dan ICAM 1 pada sekret hidung)
Gejala hipereaktif dan hiperresponsif hidung (peranan eosinofil)
Merangsang reseptor
H1 pada ujung saraf
vidianus di mukosa
hidung
Hipersekresi sel goblet
dan kelenjar mukosa
Permeabilitas
kapiler meningkat
Vasodilatasi
sinusoid
Rasa gatal dan
bersin
rhinorrea
Hidung
tersumbat
Gejala berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam