SlideShare a Scribd company logo
Pertemuan 9



     TEKNIK
ANALISIS KORELASI


                    1
Rincian Materi

• Definisi Korelasi
• Karakteristik Korelasi
• Tipe Korelasi
• Jenis Uji Korelasi
• Pengujian Korelasi
• Interpretasi Korelasi
• Penilaian Kekuatan Hubungan
                                2 2
Definisi Korelasi
• Derajat hubungan antara variabel-variabel
• Statistik yang mengandung tingkat
  hubungan atau kerjasama di antara dua
  variabel.
• Pearson correlation adalah statistik bivariat
  yang mengandung tingkat hubungan linear di
  antara dua variabel kuantitatif.
• Korelasi mengukur derajat hubungan antara
  2 atau lebih variabel.
• Hubungan antara 2 Variabel (Misal X dan Y)
  dapat linear, non-linear, positif atau negatif. 3
Y         . .
        . .             Korelasi Linear Positif :
      .. ..
    . ..                Jika semua titik (X,Y) pada diagram
     .
                        pencar mendekati bentuk garis lurus dan
                    X   jika arah perubahan kedua variabel
                        sama  Jika X naik, Y juga naik.


Y        .
       . .
             .
              .
      ..     ..
     . .      . .       Korelasi Non-linear:
    .
                        Jika semua titik (X,Y) pada diagram
                    X   pencar tidak membentuk garis lurus.


Y
                        Korelasi Negatif:
          . .




                        Jika jika arah perubahan kedua variabel
      .. ..
        . .




                        tidak sama  Jika X naik, Y turun.
    . ..




                    X
     .




                                                                  4
Jenis uji korelasi

• Jika data interval dan normal : Pearson
  product moment
• Jika data ordinal: Spearman rank (rho)
  atau Kendall rank (tau)
• Jika satu interval kontinu dan satu
  dikotomi : Point-Biserial


                                                                  5
          Korelasi Pelatihan Ciputra by Ignatia Martha Hendrati
KARAKTERISTIK KORELASI
• Disimbolkan dengan r atau ρ
• Nilai korelasi : -1 sampai dengan 1
• Arah
   – Korelasi Positif : nilai positif antara 0 dan
     1; nilai tinggi pada X adalah terkait dengan
     nilai tinggi pada Y dan sama untuk nilai
     rendah
   – Korelasi Negatif : nilai negatif antara 0
     dan -1; nilai tinggi pada X dihubungkan
     dengan nilai rendah pada Y dan
     sebaliknya.

                                                 6
Lanjutan

• Koefisien determinasi (r2): seberapa
  besar nilai X dapat menjelaskan nilai Y
  atau seberapa besar nilai X dapat
  mempengaruhi nilai Y (kontribusi X
  terhadap Y)
• Koefisien korelasi (r): keeratan
  hubungan antara variabel X dengan Y

                                            7
Karakteristik korelasi
• Tingkat/kekuatan hubungan
  – Hubungan sempurna = 1 atau –1
     • Positif : setiap kali nilai X meningkat, maka dapat diprediksi
       akan semakin meningkat nilai Y (perfect covariance).
     • Negatif : setiap kali nilai X meningkat maka diprediksi nilai
       Y akan menurun
  – Nilai r tinggi (mendekati 1 atau –1) mengindikasikan
    hubungan yang lebih erat,
  – Nilai r rendah (mendekati 0) mengindikasikan hubungan
    yang lebih lemah,
  – Hubungan yang mendekati 0 mengindikasikan hubungan
    yang tidak linear sehingga perubahan X tidak cocok
    untuk memprediksi perubahan variabel Y
                                                                8
Lanjutan
• Dengan korelasi positif sempurna
  (r = 1), setiap individu mengandung
  nilai z yang sama persis pada kedua
  variabel

• Dengan korelasi negatif sempurna
  (r = -1), setiap individu mengandung
  nilai z yang sama persis pada kedua
  variabel tetapi dengan tanda yang
  berkebalikan.
                                         9
Rumus Korelasi PPM
                 (1)
            xy
rXY 
         X  Y 
             2      2



Keterangan :
x    : X-X
y    : Y-Y
X    : skor rata-rata dari X
Y    : skor rata-rata dari Y
                               10
Rumus Korelasi PPM
                    (2)
                      N .xy  (x).(y )
     rxy 
             ( N .x 2  (x) 2 ).( N .y 2  (y ) 2 ) .
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y.
xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan
     variabel y.
x = jumlah nilai setiap item.
y = jumlah nilai konstan.
N = jumlah subyek penelitian

                                                            11
Rumus Korelasi PPM



Lihat Husaini dan Purnomo (2008:202) rumus korelasi
product-moment yang dapat digunakan untuk mencari
korelasi dua variabel kuantitatif ada sejumlah delapan
rumus.




                                                     12
Pengujian Korelasi

Meskipun telah diperoleh nilai koefisien korelasi
dari hasil perhitungan, namun keberartian
(signifikansi) nilai tersebut perlu di uji secara
statistik.

Hipotesis yang diuji adalah :
Ho : koefisien korelasi adalah sama dengan nol
Ha : koefisien korelasi tidak sama dengan nol, atau
     signifikan.
                                                    13
Pengujian koefisien ini dilakukan dengan uji-t, sehingga :

       r     n  2
 t 
           (1  r 2 )

Dengan derajat bebas (db/df) = n – 2

Kriteria pengujiannya :

Ho ditolak jika nilai thitung lebih besar dari ttabel dengan
derajat bebas (db/df) = n-2, dan demikian pula
sebaliknya.
                                                               14
Karakteristik
  Kumpulan Korelasi dari Scatterplot
• Assosiasi – Lebih kuat hubungan antara
  dua variabel maka titik-titik data akan
  lebih mengelompok sepanjang garis
  bayangan
  – Positif : dari pojok kiri bawah ke kanan atas
  – Negatif : dari pojok kiri atas ke kanan bawah



                                               15
Scatterplot
      4.0




      3.5




      3.0




      2.5




      2.0
GPA




      1.5
       10000         20000   30000   40000   50000


            SALARY                                   16
• Arah
  Jika terdapat hubungan antara dua
  variabel, maka juga akan mengarah ke
  hubungan positif atau negatif.
  – Positif : variabel bergerak atau pindah atau
    di arah yang sama  
  – Negatif : variabel bergerak atau pindah di
    arah yang berlawanan  



                                               17
Pengertian Kekuatan Hubungan

Koefisien Determinasi (KP) = r 2 x 100%
  Proporsi keragaman dalam satu variabel yang
  dapat diterangkan oleh variabel lainnya;
Contoh: kecantikan dengan kepandaian
     • r = 0.3  KP = r 2 x 100%= 0.09 x 100%
     • 9% keragaman kepandaian dapat dinilai dari
       kecantikan
     • 91% keragaman sisanya tidak dapat dinilai. Ini
       disebut koefisien nondeterminasi.

                                                        18
Penggunaan Korelasi

• Mengetahui korelasi/hubungan
• Validitas uji
• Reliabilitas uji
• Validasi teori

                            19
Contoh Korelasi Pearson Product-Moment

SOAL :
JUDUL :Hubungan Motivasi dengan Hasil Belajar
          Matematika Siswa Kelas X SMA Persada Karya
          Tahun Pelajaran 2011/2012.
Data motivasi (X) :
50, 45, 55, 65, 43, 60, 56, 50, 42, 50, 60, 65
Data Hasil Belajar (Y) :
75, 60, 85, 85, 70, 80, 90, 80, 65, 65, 80, 90

Pertanyaan :
1. Berapakah besar hubungan variabel X terhadap Y ?
2. Berapakah besar sumbangan (kontribusi) variabel X
   terhadap Y ?
3. Buktikan apakah ada hubungan yang signifikan
   variabel X terhadap Y !                          20
Penyelsaian :
Langkah-langkah menjawab :

Langkah 1 : Menentukan hipotesis penelitian ;

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan
   antara motivasi dengan hasil belajar
   matematika siswa kelas X SMA PK tahun
   pelajaran 2010/2011.

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara
   motivasi dengan hasil belajar matematika
   siswa kelas X SMA PK tahun pelajaran
   2010/2011.                               21
Langkah 2 : Menentukan hipotesis statistik


          Ho : rxy = 0
          Ha : rxy ≠ 0



                                        22
Langkah 3 : Membuat tabel penolong untuk
        menghitung korelasi PPM
  No.       X     Y      X2      Y2      XY
   1        50    75    2500    5625    3750
   2        45    60    2025    3600    2700
   3        55    85    3025    7225    4675
   4        65    85    4225    7225    5525
   5        43    70    1849    4900    3010
   6        60    80    3600    6400    4800
   7        56    90    3136    8100    5040
   8        50    80    2500    6400    4000
   9        42    65    1764    4225    2730
   10       50    65    2500    4225    3250
   11       60    80    3600    6400    4800
   12       65    90    4225    8100    5850
Statistik   ∑X    ∑Y     ∑X2     ∑Y2    ∑XY
                                         23
Jumlah      641   925   34949   72425   50130
Langkah 4 : Mencari rhitung dengan rumus
               Pearson Product Moment

               n( XY) - ( X).( Y)
rxy 
        {n.  X 2 - ( X) 2 }.{n.  Y 2 - ( Y) 2 }

                      12(50130) - (641).(925)
rxy 
                         2          2                 2        2
        {12.(34949) - (641) }.{12.(72425) - (925) }


                        rxy  0,8065
        8635
rxy 
      10706,63
                                                          24
Langkah 5 : Mencari besarnya sumbangan
            (kontribusi) variabel X
            terhadap Y dengan rumus :
KP = r2 x 100 %
    = (0,8065)2 x 100 %
    = 0,6504 x 100 %
   = 65,04 %

Artinya : variabel motivasi memberikan
  kontribusi terhadap hasil belajar matematika
  siswa sebesar 65,04 % dan sisanya
  ditentukan oleh variabel lain.
                                            25
Langkah 6 : Menguji signifikansi dengan
                         rumus :

                                                Kaidah pengujian :
             r    n-2           0,8065 12 - 2
t hitung                   
                                                Jika thitung ≥ ttabel maka
                        2                  2
                 1- r             1 - 0,8065
                                                   Ho ditolak artinya
                                                   signifikan.
             0,8065.3,1 623
t hitung                    4,3132
                 0,3496              Jika thitung ≤ ttabel maka
                                        Ho diterima artinya
                                        tidak signifikan.

                                                                      26
Langkah 6 : lanjutan..............


Berdasarkan perhitungan dengan mengambil α =
0,05 dan n = 12, uji satu pihak maka :
dk = n – 2 = 12 – 2 = 10 sehingga diperoleh ttabel =
1,812. Ternyata thitung lebih besar dari ttabel atau
4,3132 > 1,812 maka Ho ditolak artinya ada
hubungan yang signifikan antara motivasi dengan
hasil belajar matematika siswa kelas X SMA PK
tahun pelajaran 2010/2011.
                                                27
Langkah 7 : Membuat kesimpulan


Variabel motivasi belajar siswa
tergolong kuat, artinya
motivasi sangat berperan
dalam hasil belajar
matematika siswa dengan
kontribusi sebesar 65,04 %.
                              28
Korelasi Parsial
   Korelasi Ganda
Korelasi Point Biserial

                     29
Korelasi Parsial
Korelasi parsial (partial correlation)
adalah suatu nilai yang memberikan
kuatnya hubungan dua atau lebih variabel
X dengan variabel Y, yang salah satu
variabel bebasnya dianggap konstan atau
dibuat tetap.


                                       30
Korelasi Parsial
Koefisien korelasi parsial dirumuskan sebagai
berikut (Riduwan, 2003) :
1. Hubungan antara variabel bebas X1 dengan
   variabel terikat Y, apabila variabel X1 tetap.
         X1   rx1Y

 rx1x2                  Y                         rx1 y  rx 2 y .rx1x 2
                            rx 2 ( x1 y ) 
                                              (1  r 2 x 2 y )(1  r 2 x1x 2 )
         X2   rx2Y




                                                                           31
Korelasi Parsial
2. Hubungan antara variabel bebas X2 dengan
   variabel terikat Y, apabila variabel X2 tetap.
            X1   rx1Y

    rx1x2               Y

            X2   rx2Y



                                            rx 2 y  rx1 y .rx1x 2
                        rx1( x 2 y ) 
                                         (1  r 2 x1 y )(1  r 2 x1x 2 )

                                                                       32
Korelasi Parsial
3. Hubungan antara variabel bebas X1 dengan
   variabel terikat X2, apabila variabel terikat Y
   tetap.


         X1   rx1Y

 rx1x2                  Y                       rx1x 2  rx1 y .rx 2 y
                            ry ( x1x 2 ) 
                                             (1  r 2 x1 y )(1  r 2 x 2 y )
         X2   rx2Y




                                                                         33
Korelasi Parsial
Selanjutnya untuk mengetahui apakah
hubungan antar variabel tersebut berarti atau
tidak, maka dilakukan pengujian keberartian
koefisien korelasi parsial dengan menggunakan
rumus :
                       n3
               t  rs
                      1  rs
                             2




Kriteria pengujian :
Tolak Ho jika nilai hitung t lebih besar dari nilai
t tabel, dengan db = n – 1.                    34
Korelasi Ganda
Korelasi ganda (multiple correlation) adalah
suatu nilai yang memberikan kuatnya
hubungan dua atau lebih variabel bebas X
secara bersama – sama dengan variabel terikat
Y. Koefisien korelasi ganda diumuskan :

         X1   rx1Y

              R
 rx1x2                  Y

         X2   rx2Y


                                         35
Korelasi Ganda
              r 2 x1 y  r 2 x 2 y  2.rx1 y .rx 2 y .rx1x 2
 Rx1x 2 y 
                             1  r 2 x1x 2

Ryx1x2 = Korelasi antara variabel X1 dengan X2
         secara bersama-sama dengan variabel Y.
ryx1   = Korelasi Product-Moment antara X1 dengan
         Y.
ryx2   = Korelasi Product-Moment antara X2 dengan
         Y.
rx1 x2 = Korelasi Product-Moment antara X1 dengan
         X2.
                                                               36
Korelasi Ganda
Selanjutnya untuk mengetahui apakah
hubungan antar variabel tersebut berarti atau
tidak, maka dilakukan pengujian keberartian
koefisien korelasi ganda dengan menggunakan
rumus sebagai berikut : Fh= Tingkat signifikansi korelasi
                2                 ganda
              R /k            R = Koefisien korelasi ganda
 Fh                          k = Jumlah variabel
       (1  R ) /( n  k  1)
             2
                                  independent
                                            n = Jumlah sampel

 Konsultasikan dengan tabel F; dengan dk pembilang = k dan
  dk penyebut = n – k – 1.
 Jika Fh > F tabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima.
                                                                37
Contoh :
Seorang peneliti ingin mengetahui hubungan
antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan
Motivasi Kerja Guru (X2) dengan Kinerja Guru
(Y) di suatu sekolah menengah. Sejumlah
angket kemudian disebar kepada 10 orang
guru sebagai responden untuk tujuan
penelitian tersebut. Dari penelitian diperoleh
rekapitulasi skor hasil pengumpulan data
sebagai berikut :

                                           38
Contoh :
              Responden            X1             X2              Y

                    A             164             155            202
                    B             163             144            179
                    C             152             144            183
                    D             183             171            228
                    E             182             171            225
                    F             171             160            213
                    G             180             165            224
                    H             186             167            230
                    I             184             156            202
Tentukan :           J             174            160            196
a). Koefisien korelasi parsial
b). Koefisien korelasi ganda
c). Ujilah keberartian dari masing-masing koefisien korelasi tersebut !
                                                                          39
Jawab :
Berdasarkan data tersebut, diketahui koefisien
korelasi antar variabel berikut :
rx1y = 0,8097
rx2y = 0,9479
rx1x2 = 0,8450
Penyelesaian :
a). Koefisien korelasi parsial :
    1. Hubungan antara kepemimpinan kepala
       sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y) :
                                           40
Penyelesaian :
                       rx1 y  rx 2 y .rx1x 2
rx 2 ( x1 y ) 
                   (1  r 2 x 2 y )(1  r 2 x1x 2 )
                   0,8097  (0,9479).(0,8450)
rx 2 ( x1 y ) 
                   (1  (0,9479) 2 ).(1  (0,8450) 2 )
                      0,8097  0,8009
rx 2 ( x1 y )   
                  (1  0,8985).(1  0,7140)
                      0,0088        0,0088
rx 2 ( x1 y )                             0,0469
                  (0,1015).(0,286) 0,1704

                                                         41
Penyelesaian :
2. Hubungan antara motivasi kerja (X2) dengan
   kinerja guru (Y) :
                       rx 2 y  rx1 y .rx1x 2
  rx1( x 2 y ) 
                    (1  r 2 x1 y )(1  r 2 x1x 2 )
                    0,9479  (0,8097).(0,8450)
  rx1( x 2 y ) 
                    (1  (0,8097) 2 ).(1  (0,8450) 2 )
                       0,9479  0,6842
  rx1( x 2 y )   
                   (1  0,6557).(1  0,7140)
                       0,2637        0,2637
  rx1( x 2 y )                             0,8403
                   (0,3443).(0,286) 0,3138
                                                          42
Penyelesaian :
3. Hubungan antara kepemimpinan kepala
   sekolah (X1) motivasi kerja (X2) :
                        rx1x 2  rx1 y .rx 2 y
  ry ( x1x 2 ) 
                     (1  r 2 x1 y )(1  r 2 x 2 y )
                     0,8450  (0,8097).(0,9479)
  ry ( x1x 2 ) 
                    (1  (0,8097) 2 ).(1  (0,9479) 2 )
                       0,8450  0,7675
  ry ( x1x 2 )   
                   (1  0,6556).(1  0,8985)
                        0,0775        0,0775
  ry ( x1x 2 )                              0,4147
                   (0,3444).(0,1015) 0,1869
                                                          43
Penyelesaian :
b). Koefisien korelasi ganda
    Hubungan antara kepemimpinan kepala
    sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2) dengan
    kinerja guru (Y) :
              r 2 x1 y  r 2 x 2 y  2.rx1 y .rx 2 y .rx1x 2
Rx1x 2 y 
                             1  r 2 x1x 2

             (0,8097) 2  (0,9479) 2  2.(0,8097).(0,9479).(0,8450)
Rx1x 2 y   
                                 1  (0,8450) 2

                                                               44
Penyelesaian :
             0,6556  0,8985  2.(0,6485)
Rx1x 2 y   
                      1  0,7140
             1,5541  1,2970
Rx1x 2 y   
                  0,286
             0,2571
Rx1x 2 y            8989  0,9481
             0,286




                                            45
Penyelesaian :
c). Pengujian keberartian koefisien korelasi
    1. Koefisien korelasi rx2(x1y) = 0,0469
              n3
      t  rs
             1  rs
                    2


                     10  3
      t  0,0469
                 1  (0,0469) 2
                      7                  7
      t  0,0469             0,0469.
                 1  0,0022           0,9978

      t  0,0469.2,6488  0,1242
                                               46
Penyelesaian :
2. Koefisien korelasi rx1(x2y) = 0,8403
           n3
   t  rs
          1  rs
                 2



                 10  3
  t  0,8403
             1  (0,8403) 2
                7
  t  0,8403
             0,2939
  t  0,8403.4,8803  4,1009

                                          47
Penyelesaian :
3. Koefisien korelasi rxy(x1x2) = 0,4147
          n3
  t  rs
         1  rs
                2



                10  3
 t  0,4147
            1  (0,4147) 2
                7
  t  0,4147
             0,8281
 t  0,4147.2,9074  1,2056

                                           48
Penyelesaian :
4. Koefisien korelasi ganda Rx1x2y = 0,9481
                  R2 / k
    Fh 
          (1  R ) /( n  k  1)
                 2

                            2
                 (0,9481) / 2
   Fh 
         (1  (0,9481) 2 ) /(10  2  1)
          0,8989 / 2
  Fh 
       (1  0,8989) / 7
       0,4495
  Fh            31,2152
       0,0144
                                              49
Korelasi Point Biserial
Korelasi yang digunakan untuk satu
variabel dengan skala interval atau rasio
dan variabel lainnya adalah variabel
dengan skala nominal dengan dua
tingkatan klasifikasi (variabel dikotomi).




                                             50
Korelasi Point Biserial
Rumus (1) :
                             X1  X 2
                   rpbis             . p.q
                               SDt
rpbis = korelasi point biserial
X1, X2 = mean jenjang 1 dan 2
SDt    = standar deviasi total
p      = proporsi (n/N)
q      =1–p


                                              51
Korelasi Point Biserial
Rumus (2) :
                                 X1  X t p
                       rpbis            .
                                  SDt      q
rpbis   = korelasi point biserial
X1      = mean jenjang 1
Xt      = mean total
SDt     = standar deviasi total
p       = proporsi (n/N)
q       =1–p
                                               52
Korelasi Point Biserial
Interpretasi point biserial :

Untuk menguji hipotesis nihil (Ho,
koefisien point biserial harus
dibandingkan dengan r tabel dengan
db = n – 2. Kriteria :
rpbis ≥ rtabel = Ho ditolak
rpbis < rtabel = Ho diterima
                                     53
Contoh :
Diberikan   Gender
                         Tingkat
                                           Mean     SD
                        Kecemasan   Mean
data :       (X)
                           (Y)
                                           Total   Total

                           10
                           12
            Laki-laki       9       11,2
                           12
                           13
                                           14,8    4,442
                           16
                           18
            perempuan      15       18,4
                           22
                           21
                                                           54
Penyelesaian :
Diketahui :

X1     = 11,2
X2     = 18,4
Xt     = 14,8
SDt    = 4,442
p : (n/N)= 5/10 = 0,5
q : 1 – p = 1 – 0,5 = 0,5



                                55
Penyelesaian :
Rumus (1) :

          X1  X 2
rpbis             . p.q
            SDt
          11,2  18,4
rpbis                . 0,5.0,5
            4,442
rpbis  0,8144

                                  56
Penyelesaian :
Rumus (2) :
          X1  X t p
rpbis            .
           SDt      q

          11,2  18,4 0,5
rpbis               .
            4,442      0,5
rpbis  0,8144

                               57
Selesai
          58

More Related Content

What's hot

Tabel f-0-05
Tabel f-0-05Tabel f-0-05
Tabel f-0-05
ERNING KAROMAH
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinu
Anderzend Awuy
 
Tabel Nilai Kritis Distribusi T
Tabel Nilai Kritis Distribusi TTabel Nilai Kritis Distribusi T
Tabel Nilai Kritis Distribusi T
Trisnadi Wijaya
 
Taraf signifikan
Taraf signifikanTaraf signifikan
Taraf signifikan
Rapul anwar
 
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratTabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratIr. Zakaria, M.M
 
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSS
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSSPanduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSS
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSS
Muliadin Forester
 
Ukuran pemusatan dan penyebaran
Ukuran pemusatan dan penyebaranUkuran pemusatan dan penyebaran
Ukuran pemusatan dan penyebaran
Sriwijaya University
 
Probabilitas 2
Probabilitas 2Probabilitas 2
Probabilitas 2
Ceria Agnantria
 
Korelasi Point Biserial
Korelasi Point BiserialKorelasi Point Biserial
Korelasi Point BiserialLina Mursyidah
 
Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2
apriliantihermawan
 
STATISTIK- UJI NORMALITAS
STATISTIK- UJI NORMALITASSTATISTIK- UJI NORMALITAS
STATISTIK- UJI NORMALITAS
ZUKI SUDIANA
 
Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )
Nur Sandy
 
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangBab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Arif Windiargo
 
Tanya jawab mpp
Tanya jawab mppTanya jawab mpp
Tanya jawab mpp
Aprilia Hapsari
 
Distribusi sampling
Distribusi samplingDistribusi sampling
Distribusi sampling
Stephanie Isvirastri
 

What's hot (20)

Tabel f-0-05
Tabel f-0-05Tabel f-0-05
Tabel f-0-05
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinu
 
Tabel Nilai Kritis Distribusi T
Tabel Nilai Kritis Distribusi TTabel Nilai Kritis Distribusi T
Tabel Nilai Kritis Distribusi T
 
Taraf signifikan
Taraf signifikanTaraf signifikan
Taraf signifikan
 
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratTabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
 
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSS
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSSPanduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSS
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSS
 
Ukuran pemusatan dan penyebaran
Ukuran pemusatan dan penyebaranUkuran pemusatan dan penyebaran
Ukuran pemusatan dan penyebaran
 
Probabilitas 2
Probabilitas 2Probabilitas 2
Probabilitas 2
 
Distribusi normal
Distribusi normalDistribusi normal
Distribusi normal
 
Korelasi Point Biserial
Korelasi Point BiserialKorelasi Point Biserial
Korelasi Point Biserial
 
Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2
 
STATISTIK- UJI NORMALITAS
STATISTIK- UJI NORMALITASSTATISTIK- UJI NORMALITAS
STATISTIK- UJI NORMALITAS
 
Analisis regresi.
Analisis regresi.Analisis regresi.
Analisis regresi.
 
Materi P3_Distribusi Normal
Materi P3_Distribusi NormalMateri P3_Distribusi Normal
Materi P3_Distribusi Normal
 
Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )
 
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangBab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
 
Skala pengukuran dalam penelitian
Skala pengukuran dalam penelitianSkala pengukuran dalam penelitian
Skala pengukuran dalam penelitian
 
Tanya jawab mpp
Tanya jawab mppTanya jawab mpp
Tanya jawab mpp
 
Distribusi sampling
Distribusi samplingDistribusi sampling
Distribusi sampling
 
Analisis jalur (path analysis)
Analisis jalur (path analysis)Analisis jalur (path analysis)
Analisis jalur (path analysis)
 

Viewers also liked

Pengenalan rekabentuk penyelidikan pendidikan
Pengenalan rekabentuk penyelidikan pendidikanPengenalan rekabentuk penyelidikan pendidikan
Pengenalan rekabentuk penyelidikan pendidikan
kamektok2011
 
Regresi linier
Regresi linierRegresi linier
Regresi linier
Johnson Lee
 
Pengantar statistika slide 3
Pengantar statistika slide 3Pengantar statistika slide 3
Pengantar statistika slide 3Az'End Love
 
Analisis korelasi-berganda
Analisis korelasi-bergandaAnalisis korelasi-berganda
Analisis korelasi-berganda
Mitha Viani
 
Teknik korelasi product moment
Teknik korelasi product momentTeknik korelasi product moment
Teknik korelasi product moment
ariyana96
 
Konsep & Kaedah Penyelidikan
Konsep & Kaedah PenyelidikanKonsep & Kaedah Penyelidikan
Konsep & Kaedah Penyelidikan
Universiti Sains Malaysia
 

Viewers also liked (6)

Pengenalan rekabentuk penyelidikan pendidikan
Pengenalan rekabentuk penyelidikan pendidikanPengenalan rekabentuk penyelidikan pendidikan
Pengenalan rekabentuk penyelidikan pendidikan
 
Regresi linier
Regresi linierRegresi linier
Regresi linier
 
Pengantar statistika slide 3
Pengantar statistika slide 3Pengantar statistika slide 3
Pengantar statistika slide 3
 
Analisis korelasi-berganda
Analisis korelasi-bergandaAnalisis korelasi-berganda
Analisis korelasi-berganda
 
Teknik korelasi product moment
Teknik korelasi product momentTeknik korelasi product moment
Teknik korelasi product moment
 
Konsep & Kaedah Penyelidikan
Konsep & Kaedah PenyelidikanKonsep & Kaedah Penyelidikan
Konsep & Kaedah Penyelidikan
 

Similar to Minggu 9_Teknik Analisis Korelasi

PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptxPERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
Alfan46
 
Analisis korelasi
Analisis korelasiAnalisis korelasi
Analisis korelasi
Universitas Negeri Makassar
 
Stat d3 6
Stat d3 6Stat d3 6
Stat d3 6
Ketut Swandana
 
KORELASI LINIER SEDERHANA DAN REGRESI LINIEAR.pptx
KORELASI LINIER SEDERHANA DAN REGRESI LINIEAR.pptxKORELASI LINIER SEDERHANA DAN REGRESI LINIEAR.pptx
KORELASI LINIER SEDERHANA DAN REGRESI LINIEAR.pptx
Evikurniafitri
 
Bab 9 analisis korelasi fix 2 07
Bab 9 analisis korelasi fix 2 07Bab 9 analisis korelasi fix 2 07
Bab 9 analisis korelasi fix 2 07sholikhankanjuruhan
 
Korelasi product-moment
Korelasi product-momentKorelasi product-moment
Korelasi product-moment
Primadina Cahyati
 
Pertemuan 1 analisis regresi
Pertemuan 1 analisis regresiPertemuan 1 analisis regresi
Pertemuan 1 analisis regresi
Chimel2
 
Analisa Regresi Korelasi Sederhana.ppt
Analisa Regresi Korelasi Sederhana.pptAnalisa Regresi Korelasi Sederhana.ppt
Analisa Regresi Korelasi Sederhana.ppt
Wan Na
 
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
RahmaniaPamungkas2
 
Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
BambangismeOurTeam
 
Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
ssusera89b03
 
Bd06 statistik korelasi
Bd06 statistik korelasiBd06 statistik korelasi
Bd06 statistik korelasiAnan Nur
 
Korelasi(13)
Korelasi(13)Korelasi(13)
Korelasi(13)
rizka_safa
 
regresi dan korelasi 2021 statistik kuliah
regresi dan korelasi 2021 statistik kuliahregresi dan korelasi 2021 statistik kuliah
regresi dan korelasi 2021 statistik kuliah
arlinfachrina
 
REGRESI-LINEAR-BERGANDA.ppt
REGRESI-LINEAR-BERGANDA.pptREGRESI-LINEAR-BERGANDA.ppt
REGRESI-LINEAR-BERGANDA.ppt
ssuserb7d229
 
Regresi dan korelasi
Regresi dan korelasiRegresi dan korelasi
Regresi dan korelasi
Akmal
 
Ek107 122215-952-4
Ek107 122215-952-4Ek107 122215-952-4
Ek107 122215-952-4
Judianto Nugroho
 
Korelasi dan regresi sederhana
Korelasi dan regresi sederhanaKorelasi dan regresi sederhana
Korelasi dan regresi sederhanaDia Cahyawati
 
Korelasi parsial dan ganda
Korelasi parsial dan gandaKorelasi parsial dan ganda
Korelasi parsial dan ganda
indahnuur
 

Similar to Minggu 9_Teknik Analisis Korelasi (20)

PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptxPERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
 
Analisis korelasi
Analisis korelasiAnalisis korelasi
Analisis korelasi
 
Stat d3 6
Stat d3 6Stat d3 6
Stat d3 6
 
KORELASI LINIER SEDERHANA DAN REGRESI LINIEAR.pptx
KORELASI LINIER SEDERHANA DAN REGRESI LINIEAR.pptxKORELASI LINIER SEDERHANA DAN REGRESI LINIEAR.pptx
KORELASI LINIER SEDERHANA DAN REGRESI LINIEAR.pptx
 
Bab 9 analisis korelasi fix 2 07
Bab 9 analisis korelasi fix 2 07Bab 9 analisis korelasi fix 2 07
Bab 9 analisis korelasi fix 2 07
 
Korelasi product-moment
Korelasi product-momentKorelasi product-moment
Korelasi product-moment
 
Pertemuan 1 analisis regresi
Pertemuan 1 analisis regresiPertemuan 1 analisis regresi
Pertemuan 1 analisis regresi
 
Analisa Regresi Korelasi Sederhana.ppt
Analisa Regresi Korelasi Sederhana.pptAnalisa Regresi Korelasi Sederhana.ppt
Analisa Regresi Korelasi Sederhana.ppt
 
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
 
Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
 
Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
 
Bd06 statistik korelasi
Bd06 statistik korelasiBd06 statistik korelasi
Bd06 statistik korelasi
 
Product moment
Product momentProduct moment
Product moment
 
Korelasi(13)
Korelasi(13)Korelasi(13)
Korelasi(13)
 
regresi dan korelasi 2021 statistik kuliah
regresi dan korelasi 2021 statistik kuliahregresi dan korelasi 2021 statistik kuliah
regresi dan korelasi 2021 statistik kuliah
 
REGRESI-LINEAR-BERGANDA.ppt
REGRESI-LINEAR-BERGANDA.pptREGRESI-LINEAR-BERGANDA.ppt
REGRESI-LINEAR-BERGANDA.ppt
 
Regresi dan korelasi
Regresi dan korelasiRegresi dan korelasi
Regresi dan korelasi
 
Ek107 122215-952-4
Ek107 122215-952-4Ek107 122215-952-4
Ek107 122215-952-4
 
Korelasi dan regresi sederhana
Korelasi dan regresi sederhanaKorelasi dan regresi sederhana
Korelasi dan regresi sederhana
 
Korelasi parsial dan ganda
Korelasi parsial dan gandaKorelasi parsial dan ganda
Korelasi parsial dan ganda
 

More from M. Jainuri, S.Pd., M.Pd

Klasifikasi & Tipe Pengukuran Data.pdf
Klasifikasi & Tipe Pengukuran Data.pdfKlasifikasi & Tipe Pengukuran Data.pdf
Klasifikasi & Tipe Pengukuran Data.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
2022_2_P2_Pengantar Sttk Inferensial_Sig & B Bebas.pdf
2022_2_P2_Pengantar Sttk Inferensial_Sig & B Bebas.pdf2022_2_P2_Pengantar Sttk Inferensial_Sig & B Bebas.pdf
2022_2_P2_Pengantar Sttk Inferensial_Sig & B Bebas.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
2022_2_P3_Distribusi Normal.pdf
2022_2_P3_Distribusi Normal.pdf2022_2_P3_Distribusi Normal.pdf
2022_2_P3_Distribusi Normal.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
2021_2_Kontrak Statistik Inferensial.pdf
2021_2_Kontrak Statistik Inferensial.pdf2021_2_Kontrak Statistik Inferensial.pdf
2021_2_Kontrak Statistik Inferensial.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
2022_2_Kontrak_Multimedia.pdf
2022_2_Kontrak_Multimedia.pdf2022_2_Kontrak_Multimedia.pdf
2022_2_Kontrak_Multimedia.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P15_Menyusun Laporan Penelitian (Skripsi).pdf
P15_Menyusun Laporan Penelitian (Skripsi).pdfP15_Menyusun Laporan Penelitian (Skripsi).pdf
P15_Menyusun Laporan Penelitian (Skripsi).pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P14_Teknik Analsis Data dan Uji Hipotesis.pdf
P14_Teknik Analsis Data dan Uji Hipotesis.pdfP14_Teknik Analsis Data dan Uji Hipotesis.pdf
P14_Teknik Analsis Data dan Uji Hipotesis.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P13_Uji Persyaratan Analisis Data.pdf
P13_Uji Persyaratan Analisis Data.pdfP13_Uji Persyaratan Analisis Data.pdf
P13_Uji Persyaratan Analisis Data.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P15_Review Kisi-Kisi Soal UAS Statistik Pendidikan I.pdf
P15_Review Kisi-Kisi Soal UAS Statistik Pendidikan I.pdfP15_Review Kisi-Kisi Soal UAS Statistik Pendidikan I.pdf
P15_Review Kisi-Kisi Soal UAS Statistik Pendidikan I.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P14_Ukuran Letak_Persentil.pdf
P14_Ukuran Letak_Persentil.pdfP14_Ukuran Letak_Persentil.pdf
P14_Ukuran Letak_Persentil.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P12_Uji Persyaratan Instrumen.pdf
P12_Uji Persyaratan Instrumen.pdfP12_Uji Persyaratan Instrumen.pdf
P12_Uji Persyaratan Instrumen.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P11_Teknik&Instrumen Pengumpul Data.pdf
P11_Teknik&Instrumen Pengumpul Data.pdfP11_Teknik&Instrumen Pengumpul Data.pdf
P11_Teknik&Instrumen Pengumpul Data.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdf
P10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdfP10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdf
P10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P13_Ukuran Letak_Desil.pdf
P13_Ukuran Letak_Desil.pdfP13_Ukuran Letak_Desil.pdf
P13_Ukuran Letak_Desil.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P12_Ukuran Letak_Kuartil.pdf
P12_Ukuran Letak_Kuartil.pdfP12_Ukuran Letak_Kuartil.pdf
P12_Ukuran Letak_Kuartil.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P11_Penyebaran Data_Variansi (Ragam).pdf
P11_Penyebaran Data_Variansi (Ragam).pdfP11_Penyebaran Data_Variansi (Ragam).pdf
P11_Penyebaran Data_Variansi (Ragam).pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P10_Penyebaran Data_Simpangan Baku (Standar Deviasi).pdf
P10_Penyebaran Data_Simpangan Baku (Standar Deviasi).pdfP10_Penyebaran Data_Simpangan Baku (Standar Deviasi).pdf
P10_Penyebaran Data_Simpangan Baku (Standar Deviasi).pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P9_Menyusun Proposal_Sistematika Proposal.pdf
P9_Menyusun Proposal_Sistematika Proposal.pdfP9_Menyusun Proposal_Sistematika Proposal.pdf
P9_Menyusun Proposal_Sistematika Proposal.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P9_Penyebaran Data_Range & Simpangan Rata-Rata.pdf
P9_Penyebaran Data_Range & Simpangan Rata-Rata.pdfP9_Penyebaran Data_Range & Simpangan Rata-Rata.pdf
P9_Penyebaran Data_Range & Simpangan Rata-Rata.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
P7_Pemusatan Data_Modus.pdf
P7_Pemusatan Data_Modus.pdfP7_Pemusatan Data_Modus.pdf
P7_Pemusatan Data_Modus.pdf
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 

More from M. Jainuri, S.Pd., M.Pd (20)

Klasifikasi & Tipe Pengukuran Data.pdf
Klasifikasi & Tipe Pengukuran Data.pdfKlasifikasi & Tipe Pengukuran Data.pdf
Klasifikasi & Tipe Pengukuran Data.pdf
 
2022_2_P2_Pengantar Sttk Inferensial_Sig & B Bebas.pdf
2022_2_P2_Pengantar Sttk Inferensial_Sig & B Bebas.pdf2022_2_P2_Pengantar Sttk Inferensial_Sig & B Bebas.pdf
2022_2_P2_Pengantar Sttk Inferensial_Sig & B Bebas.pdf
 
2022_2_P3_Distribusi Normal.pdf
2022_2_P3_Distribusi Normal.pdf2022_2_P3_Distribusi Normal.pdf
2022_2_P3_Distribusi Normal.pdf
 
2021_2_Kontrak Statistik Inferensial.pdf
2021_2_Kontrak Statistik Inferensial.pdf2021_2_Kontrak Statistik Inferensial.pdf
2021_2_Kontrak Statistik Inferensial.pdf
 
2022_2_Kontrak_Multimedia.pdf
2022_2_Kontrak_Multimedia.pdf2022_2_Kontrak_Multimedia.pdf
2022_2_Kontrak_Multimedia.pdf
 
P15_Menyusun Laporan Penelitian (Skripsi).pdf
P15_Menyusun Laporan Penelitian (Skripsi).pdfP15_Menyusun Laporan Penelitian (Skripsi).pdf
P15_Menyusun Laporan Penelitian (Skripsi).pdf
 
P14_Teknik Analsis Data dan Uji Hipotesis.pdf
P14_Teknik Analsis Data dan Uji Hipotesis.pdfP14_Teknik Analsis Data dan Uji Hipotesis.pdf
P14_Teknik Analsis Data dan Uji Hipotesis.pdf
 
P13_Uji Persyaratan Analisis Data.pdf
P13_Uji Persyaratan Analisis Data.pdfP13_Uji Persyaratan Analisis Data.pdf
P13_Uji Persyaratan Analisis Data.pdf
 
P15_Review Kisi-Kisi Soal UAS Statistik Pendidikan I.pdf
P15_Review Kisi-Kisi Soal UAS Statistik Pendidikan I.pdfP15_Review Kisi-Kisi Soal UAS Statistik Pendidikan I.pdf
P15_Review Kisi-Kisi Soal UAS Statistik Pendidikan I.pdf
 
P14_Ukuran Letak_Persentil.pdf
P14_Ukuran Letak_Persentil.pdfP14_Ukuran Letak_Persentil.pdf
P14_Ukuran Letak_Persentil.pdf
 
P12_Uji Persyaratan Instrumen.pdf
P12_Uji Persyaratan Instrumen.pdfP12_Uji Persyaratan Instrumen.pdf
P12_Uji Persyaratan Instrumen.pdf
 
P11_Teknik&Instrumen Pengumpul Data.pdf
P11_Teknik&Instrumen Pengumpul Data.pdfP11_Teknik&Instrumen Pengumpul Data.pdf
P11_Teknik&Instrumen Pengumpul Data.pdf
 
P10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdf
P10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdfP10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdf
P10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdf
 
P13_Ukuran Letak_Desil.pdf
P13_Ukuran Letak_Desil.pdfP13_Ukuran Letak_Desil.pdf
P13_Ukuran Letak_Desil.pdf
 
P12_Ukuran Letak_Kuartil.pdf
P12_Ukuran Letak_Kuartil.pdfP12_Ukuran Letak_Kuartil.pdf
P12_Ukuran Letak_Kuartil.pdf
 
P11_Penyebaran Data_Variansi (Ragam).pdf
P11_Penyebaran Data_Variansi (Ragam).pdfP11_Penyebaran Data_Variansi (Ragam).pdf
P11_Penyebaran Data_Variansi (Ragam).pdf
 
P10_Penyebaran Data_Simpangan Baku (Standar Deviasi).pdf
P10_Penyebaran Data_Simpangan Baku (Standar Deviasi).pdfP10_Penyebaran Data_Simpangan Baku (Standar Deviasi).pdf
P10_Penyebaran Data_Simpangan Baku (Standar Deviasi).pdf
 
P9_Menyusun Proposal_Sistematika Proposal.pdf
P9_Menyusun Proposal_Sistematika Proposal.pdfP9_Menyusun Proposal_Sistematika Proposal.pdf
P9_Menyusun Proposal_Sistematika Proposal.pdf
 
P9_Penyebaran Data_Range & Simpangan Rata-Rata.pdf
P9_Penyebaran Data_Range & Simpangan Rata-Rata.pdfP9_Penyebaran Data_Range & Simpangan Rata-Rata.pdf
P9_Penyebaran Data_Range & Simpangan Rata-Rata.pdf
 
P7_Pemusatan Data_Modus.pdf
P7_Pemusatan Data_Modus.pdfP7_Pemusatan Data_Modus.pdf
P7_Pemusatan Data_Modus.pdf
 

Minggu 9_Teknik Analisis Korelasi

  • 1. Pertemuan 9 TEKNIK ANALISIS KORELASI 1
  • 2. Rincian Materi • Definisi Korelasi • Karakteristik Korelasi • Tipe Korelasi • Jenis Uji Korelasi • Pengujian Korelasi • Interpretasi Korelasi • Penilaian Kekuatan Hubungan 2 2
  • 3. Definisi Korelasi • Derajat hubungan antara variabel-variabel • Statistik yang mengandung tingkat hubungan atau kerjasama di antara dua variabel. • Pearson correlation adalah statistik bivariat yang mengandung tingkat hubungan linear di antara dua variabel kuantitatif. • Korelasi mengukur derajat hubungan antara 2 atau lebih variabel. • Hubungan antara 2 Variabel (Misal X dan Y) dapat linear, non-linear, positif atau negatif. 3
  • 4. Y . . . . Korelasi Linear Positif : .. .. . .. Jika semua titik (X,Y) pada diagram . pencar mendekati bentuk garis lurus dan X jika arah perubahan kedua variabel sama  Jika X naik, Y juga naik. Y . . . . . .. .. . . . . Korelasi Non-linear: . Jika semua titik (X,Y) pada diagram X pencar tidak membentuk garis lurus. Y Korelasi Negatif: . . Jika jika arah perubahan kedua variabel .. .. . . tidak sama  Jika X naik, Y turun. . .. X . 4
  • 5. Jenis uji korelasi • Jika data interval dan normal : Pearson product moment • Jika data ordinal: Spearman rank (rho) atau Kendall rank (tau) • Jika satu interval kontinu dan satu dikotomi : Point-Biserial 5 Korelasi Pelatihan Ciputra by Ignatia Martha Hendrati
  • 6. KARAKTERISTIK KORELASI • Disimbolkan dengan r atau ρ • Nilai korelasi : -1 sampai dengan 1 • Arah – Korelasi Positif : nilai positif antara 0 dan 1; nilai tinggi pada X adalah terkait dengan nilai tinggi pada Y dan sama untuk nilai rendah – Korelasi Negatif : nilai negatif antara 0 dan -1; nilai tinggi pada X dihubungkan dengan nilai rendah pada Y dan sebaliknya. 6
  • 7. Lanjutan • Koefisien determinasi (r2): seberapa besar nilai X dapat menjelaskan nilai Y atau seberapa besar nilai X dapat mempengaruhi nilai Y (kontribusi X terhadap Y) • Koefisien korelasi (r): keeratan hubungan antara variabel X dengan Y 7
  • 8. Karakteristik korelasi • Tingkat/kekuatan hubungan – Hubungan sempurna = 1 atau –1 • Positif : setiap kali nilai X meningkat, maka dapat diprediksi akan semakin meningkat nilai Y (perfect covariance). • Negatif : setiap kali nilai X meningkat maka diprediksi nilai Y akan menurun – Nilai r tinggi (mendekati 1 atau –1) mengindikasikan hubungan yang lebih erat, – Nilai r rendah (mendekati 0) mengindikasikan hubungan yang lebih lemah, – Hubungan yang mendekati 0 mengindikasikan hubungan yang tidak linear sehingga perubahan X tidak cocok untuk memprediksi perubahan variabel Y 8
  • 9. Lanjutan • Dengan korelasi positif sempurna (r = 1), setiap individu mengandung nilai z yang sama persis pada kedua variabel • Dengan korelasi negatif sempurna (r = -1), setiap individu mengandung nilai z yang sama persis pada kedua variabel tetapi dengan tanda yang berkebalikan. 9
  • 10. Rumus Korelasi PPM (1)  xy rXY   X  Y  2 2 Keterangan : x : X-X y : Y-Y X : skor rata-rata dari X Y : skor rata-rata dari Y 10
  • 11. Rumus Korelasi PPM (2) N .xy  (x).(y ) rxy  ( N .x 2  (x) 2 ).( N .y 2  (y ) 2 ) . Keterangan : rxy = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y. xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y. x = jumlah nilai setiap item. y = jumlah nilai konstan. N = jumlah subyek penelitian 11
  • 12. Rumus Korelasi PPM Lihat Husaini dan Purnomo (2008:202) rumus korelasi product-moment yang dapat digunakan untuk mencari korelasi dua variabel kuantitatif ada sejumlah delapan rumus. 12
  • 13. Pengujian Korelasi Meskipun telah diperoleh nilai koefisien korelasi dari hasil perhitungan, namun keberartian (signifikansi) nilai tersebut perlu di uji secara statistik. Hipotesis yang diuji adalah : Ho : koefisien korelasi adalah sama dengan nol Ha : koefisien korelasi tidak sama dengan nol, atau signifikan. 13
  • 14. Pengujian koefisien ini dilakukan dengan uji-t, sehingga : r n  2 t  (1  r 2 ) Dengan derajat bebas (db/df) = n – 2 Kriteria pengujiannya : Ho ditolak jika nilai thitung lebih besar dari ttabel dengan derajat bebas (db/df) = n-2, dan demikian pula sebaliknya. 14
  • 15. Karakteristik Kumpulan Korelasi dari Scatterplot • Assosiasi – Lebih kuat hubungan antara dua variabel maka titik-titik data akan lebih mengelompok sepanjang garis bayangan – Positif : dari pojok kiri bawah ke kanan atas – Negatif : dari pojok kiri atas ke kanan bawah 15
  • 16. Scatterplot 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 GPA 1.5 10000 20000 30000 40000 50000 SALARY 16
  • 17. • Arah Jika terdapat hubungan antara dua variabel, maka juga akan mengarah ke hubungan positif atau negatif. – Positif : variabel bergerak atau pindah atau di arah yang sama   – Negatif : variabel bergerak atau pindah di arah yang berlawanan   17
  • 18. Pengertian Kekuatan Hubungan Koefisien Determinasi (KP) = r 2 x 100% Proporsi keragaman dalam satu variabel yang dapat diterangkan oleh variabel lainnya; Contoh: kecantikan dengan kepandaian • r = 0.3  KP = r 2 x 100%= 0.09 x 100% • 9% keragaman kepandaian dapat dinilai dari kecantikan • 91% keragaman sisanya tidak dapat dinilai. Ini disebut koefisien nondeterminasi. 18
  • 19. Penggunaan Korelasi • Mengetahui korelasi/hubungan • Validitas uji • Reliabilitas uji • Validasi teori 19
  • 20. Contoh Korelasi Pearson Product-Moment SOAL : JUDUL :Hubungan Motivasi dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Persada Karya Tahun Pelajaran 2011/2012. Data motivasi (X) : 50, 45, 55, 65, 43, 60, 56, 50, 42, 50, 60, 65 Data Hasil Belajar (Y) : 75, 60, 85, 85, 70, 80, 90, 80, 65, 65, 80, 90 Pertanyaan : 1. Berapakah besar hubungan variabel X terhadap Y ? 2. Berapakah besar sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap Y ? 3. Buktikan apakah ada hubungan yang signifikan variabel X terhadap Y ! 20
  • 21. Penyelsaian : Langkah-langkah menjawab : Langkah 1 : Menentukan hipotesis penelitian ; Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA PK tahun pelajaran 2010/2011. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA PK tahun pelajaran 2010/2011. 21
  • 22. Langkah 2 : Menentukan hipotesis statistik Ho : rxy = 0 Ha : rxy ≠ 0 22
  • 23. Langkah 3 : Membuat tabel penolong untuk menghitung korelasi PPM No. X Y X2 Y2 XY 1 50 75 2500 5625 3750 2 45 60 2025 3600 2700 3 55 85 3025 7225 4675 4 65 85 4225 7225 5525 5 43 70 1849 4900 3010 6 60 80 3600 6400 4800 7 56 90 3136 8100 5040 8 50 80 2500 6400 4000 9 42 65 1764 4225 2730 10 50 65 2500 4225 3250 11 60 80 3600 6400 4800 12 65 90 4225 8100 5850 Statistik ∑X ∑Y ∑X2 ∑Y2 ∑XY 23 Jumlah 641 925 34949 72425 50130
  • 24. Langkah 4 : Mencari rhitung dengan rumus Pearson Product Moment n( XY) - ( X).( Y) rxy  {n.  X 2 - ( X) 2 }.{n.  Y 2 - ( Y) 2 } 12(50130) - (641).(925) rxy  2 2 2 2 {12.(34949) - (641) }.{12.(72425) - (925) } rxy  0,8065 8635 rxy  10706,63 24
  • 25. Langkah 5 : Mencari besarnya sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap Y dengan rumus : KP = r2 x 100 % = (0,8065)2 x 100 % = 0,6504 x 100 % = 65,04 % Artinya : variabel motivasi memberikan kontribusi terhadap hasil belajar matematika siswa sebesar 65,04 % dan sisanya ditentukan oleh variabel lain. 25
  • 26. Langkah 6 : Menguji signifikansi dengan rumus : Kaidah pengujian : r n-2 0,8065 12 - 2 t hitung   Jika thitung ≥ ttabel maka 2 2 1- r 1 - 0,8065 Ho ditolak artinya signifikan. 0,8065.3,1 623 t hitung   4,3132 0,3496 Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima artinya tidak signifikan. 26
  • 27. Langkah 6 : lanjutan.............. Berdasarkan perhitungan dengan mengambil α = 0,05 dan n = 12, uji satu pihak maka : dk = n – 2 = 12 – 2 = 10 sehingga diperoleh ttabel = 1,812. Ternyata thitung lebih besar dari ttabel atau 4,3132 > 1,812 maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA PK tahun pelajaran 2010/2011. 27
  • 28. Langkah 7 : Membuat kesimpulan Variabel motivasi belajar siswa tergolong kuat, artinya motivasi sangat berperan dalam hasil belajar matematika siswa dengan kontribusi sebesar 65,04 %. 28
  • 29. Korelasi Parsial Korelasi Ganda Korelasi Point Biserial 29
  • 30. Korelasi Parsial Korelasi parsial (partial correlation) adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya hubungan dua atau lebih variabel X dengan variabel Y, yang salah satu variabel bebasnya dianggap konstan atau dibuat tetap. 30
  • 31. Korelasi Parsial Koefisien korelasi parsial dirumuskan sebagai berikut (Riduwan, 2003) : 1. Hubungan antara variabel bebas X1 dengan variabel terikat Y, apabila variabel X1 tetap. X1 rx1Y rx1x2 Y rx1 y  rx 2 y .rx1x 2 rx 2 ( x1 y )  (1  r 2 x 2 y )(1  r 2 x1x 2 ) X2 rx2Y 31
  • 32. Korelasi Parsial 2. Hubungan antara variabel bebas X2 dengan variabel terikat Y, apabila variabel X2 tetap. X1 rx1Y rx1x2 Y X2 rx2Y rx 2 y  rx1 y .rx1x 2 rx1( x 2 y )  (1  r 2 x1 y )(1  r 2 x1x 2 ) 32
  • 33. Korelasi Parsial 3. Hubungan antara variabel bebas X1 dengan variabel terikat X2, apabila variabel terikat Y tetap. X1 rx1Y rx1x2 Y rx1x 2  rx1 y .rx 2 y ry ( x1x 2 )  (1  r 2 x1 y )(1  r 2 x 2 y ) X2 rx2Y 33
  • 34. Korelasi Parsial Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan antar variabel tersebut berarti atau tidak, maka dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi parsial dengan menggunakan rumus : n3 t  rs 1  rs 2 Kriteria pengujian : Tolak Ho jika nilai hitung t lebih besar dari nilai t tabel, dengan db = n – 1. 34
  • 35. Korelasi Ganda Korelasi ganda (multiple correlation) adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya hubungan dua atau lebih variabel bebas X secara bersama – sama dengan variabel terikat Y. Koefisien korelasi ganda diumuskan : X1 rx1Y R rx1x2 Y X2 rx2Y 35
  • 36. Korelasi Ganda r 2 x1 y  r 2 x 2 y  2.rx1 y .rx 2 y .rx1x 2 Rx1x 2 y  1  r 2 x1x 2 Ryx1x2 = Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y. ryx1 = Korelasi Product-Moment antara X1 dengan Y. ryx2 = Korelasi Product-Moment antara X2 dengan Y. rx1 x2 = Korelasi Product-Moment antara X1 dengan X2. 36
  • 37. Korelasi Ganda Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan antar variabel tersebut berarti atau tidak, maka dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi ganda dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Fh= Tingkat signifikansi korelasi 2 ganda R /k R = Koefisien korelasi ganda Fh  k = Jumlah variabel (1  R ) /( n  k  1) 2 independent n = Jumlah sampel Konsultasikan dengan tabel F; dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = n – k – 1. Jika Fh > F tabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima. 37
  • 38. Contoh : Seorang peneliti ingin mengetahui hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi Kerja Guru (X2) dengan Kinerja Guru (Y) di suatu sekolah menengah. Sejumlah angket kemudian disebar kepada 10 orang guru sebagai responden untuk tujuan penelitian tersebut. Dari penelitian diperoleh rekapitulasi skor hasil pengumpulan data sebagai berikut : 38
  • 39. Contoh : Responden X1 X2 Y A 164 155 202 B 163 144 179 C 152 144 183 D 183 171 228 E 182 171 225 F 171 160 213 G 180 165 224 H 186 167 230 I 184 156 202 Tentukan : J 174 160 196 a). Koefisien korelasi parsial b). Koefisien korelasi ganda c). Ujilah keberartian dari masing-masing koefisien korelasi tersebut ! 39
  • 40. Jawab : Berdasarkan data tersebut, diketahui koefisien korelasi antar variabel berikut : rx1y = 0,8097 rx2y = 0,9479 rx1x2 = 0,8450 Penyelesaian : a). Koefisien korelasi parsial : 1. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y) : 40
  • 41. Penyelesaian : rx1 y  rx 2 y .rx1x 2 rx 2 ( x1 y )  (1  r 2 x 2 y )(1  r 2 x1x 2 ) 0,8097  (0,9479).(0,8450) rx 2 ( x1 y )  (1  (0,9479) 2 ).(1  (0,8450) 2 ) 0,8097  0,8009 rx 2 ( x1 y )  (1  0,8985).(1  0,7140) 0,0088 0,0088 rx 2 ( x1 y )    0,0469 (0,1015).(0,286) 0,1704 41
  • 42. Penyelesaian : 2. Hubungan antara motivasi kerja (X2) dengan kinerja guru (Y) : rx 2 y  rx1 y .rx1x 2 rx1( x 2 y )  (1  r 2 x1 y )(1  r 2 x1x 2 ) 0,9479  (0,8097).(0,8450) rx1( x 2 y )  (1  (0,8097) 2 ).(1  (0,8450) 2 ) 0,9479  0,6842 rx1( x 2 y )  (1  0,6557).(1  0,7140) 0,2637 0,2637 rx1( x 2 y )    0,8403 (0,3443).(0,286) 0,3138 42
  • 43. Penyelesaian : 3. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) motivasi kerja (X2) : rx1x 2  rx1 y .rx 2 y ry ( x1x 2 )  (1  r 2 x1 y )(1  r 2 x 2 y ) 0,8450  (0,8097).(0,9479) ry ( x1x 2 )  (1  (0,8097) 2 ).(1  (0,9479) 2 ) 0,8450  0,7675 ry ( x1x 2 )  (1  0,6556).(1  0,8985) 0,0775 0,0775 ry ( x1x 2 )    0,4147 (0,3444).(0,1015) 0,1869 43
  • 44. Penyelesaian : b). Koefisien korelasi ganda Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2) dengan kinerja guru (Y) : r 2 x1 y  r 2 x 2 y  2.rx1 y .rx 2 y .rx1x 2 Rx1x 2 y  1  r 2 x1x 2 (0,8097) 2  (0,9479) 2  2.(0,8097).(0,9479).(0,8450) Rx1x 2 y  1  (0,8450) 2 44
  • 45. Penyelesaian : 0,6556  0,8985  2.(0,6485) Rx1x 2 y  1  0,7140 1,5541  1,2970 Rx1x 2 y  0,286 0,2571 Rx1x 2 y   8989  0,9481 0,286 45
  • 46. Penyelesaian : c). Pengujian keberartian koefisien korelasi 1. Koefisien korelasi rx2(x1y) = 0,0469 n3 t  rs 1  rs 2 10  3 t  0,0469 1  (0,0469) 2 7 7 t  0,0469  0,0469. 1  0,0022 0,9978 t  0,0469.2,6488  0,1242 46
  • 47. Penyelesaian : 2. Koefisien korelasi rx1(x2y) = 0,8403 n3 t  rs 1  rs 2 10  3 t  0,8403 1  (0,8403) 2 7 t  0,8403 0,2939 t  0,8403.4,8803  4,1009 47
  • 48. Penyelesaian : 3. Koefisien korelasi rxy(x1x2) = 0,4147 n3 t  rs 1  rs 2 10  3 t  0,4147 1  (0,4147) 2 7 t  0,4147 0,8281 t  0,4147.2,9074  1,2056 48
  • 49. Penyelesaian : 4. Koefisien korelasi ganda Rx1x2y = 0,9481 R2 / k Fh  (1  R ) /( n  k  1) 2 2 (0,9481) / 2 Fh  (1  (0,9481) 2 ) /(10  2  1) 0,8989 / 2 Fh  (1  0,8989) / 7 0,4495 Fh   31,2152 0,0144 49
  • 50. Korelasi Point Biserial Korelasi yang digunakan untuk satu variabel dengan skala interval atau rasio dan variabel lainnya adalah variabel dengan skala nominal dengan dua tingkatan klasifikasi (variabel dikotomi). 50
  • 51. Korelasi Point Biserial Rumus (1) : X1  X 2 rpbis  . p.q SDt rpbis = korelasi point biserial X1, X2 = mean jenjang 1 dan 2 SDt = standar deviasi total p = proporsi (n/N) q =1–p 51
  • 52. Korelasi Point Biserial Rumus (2) : X1  X t p rpbis  . SDt q rpbis = korelasi point biserial X1 = mean jenjang 1 Xt = mean total SDt = standar deviasi total p = proporsi (n/N) q =1–p 52
  • 53. Korelasi Point Biserial Interpretasi point biserial : Untuk menguji hipotesis nihil (Ho, koefisien point biserial harus dibandingkan dengan r tabel dengan db = n – 2. Kriteria : rpbis ≥ rtabel = Ho ditolak rpbis < rtabel = Ho diterima 53
  • 54. Contoh : Diberikan Gender Tingkat Mean SD Kecemasan Mean data : (X) (Y) Total Total 10 12 Laki-laki 9 11,2 12 13 14,8 4,442 16 18 perempuan 15 18,4 22 21 54
  • 55. Penyelesaian : Diketahui : X1 = 11,2 X2 = 18,4 Xt = 14,8 SDt = 4,442 p : (n/N)= 5/10 = 0,5 q : 1 – p = 1 – 0,5 = 0,5 55
  • 56. Penyelesaian : Rumus (1) : X1  X 2 rpbis  . p.q SDt 11,2  18,4 rpbis  . 0,5.0,5 4,442 rpbis  0,8144 56
  • 57. Penyelesaian : Rumus (2) : X1  X t p rpbis  . SDt q 11,2  18,4 0,5 rpbis  . 4,442 0,5 rpbis  0,8144 57
  • 58. Selesai 58