SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
OLEH :
AGUS HARIADI
(Perancang peraturan perundang-undangan
ahli utama)
Jakarta, 29 Juli 2021
Kerangka Peraturan Perundang-
Undangan (PUU) terdiri atas:
A. Judul
B. Pembukaan
C. Batang Tubuh
D. Penutup
E. Penjelasan (jika
ada)
F. Lampiran (jika
ada)
A. Judul
Judul PUU memuat keterangan mengenai jenis,
nomor, tahun pengundangan atau penetapan,
dan nama PUU.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 12 TAHUN
2011
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG
UNDANGAN
Pada
nam
a
PUU perubahan ditambahkan
frasa
perubahan atas di depan judul PUU yang
diubah.
Pada nama
PUU
pencabutan ditambahkan
kata
pencabutan di depan judul PUU yang dicabut.
Pada nama Perpu yang ditetapkan menjadi UU,
diambahkan kata penetapan di depan judul PUU
yang ditetapkan dan diakhiri dengan frasa menjadi
UU,
Pada nama PUU pengesahan perjanjian atau
persetujuan internasional, ditambahkan kata
pengesahan di depan nama perjanjian atau
persetujuan internasional yang akan disahkan.
B.
Pembukaan
Pembukaan PUU terdiri atas:
Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
Kuasa
Jabatan Pmbentuk PUU
Konsideran
Dasar Hukum
Diktum
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 12 TAHUN
2011
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
Mengingat:
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
Konsidera
nKonsideran diawali dengan kata Menimbang
Konsideran memuat uraian singkat mengenai
pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan
alasan pembentukan PUU.
Pokok pikiran pada konsideran UU dan Perda
memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis
yang menjadi pertimbangan dan alasan
pembentukannya yang penulisannya secara
berurutan dari filosofis, sosiologis, dan yuridis.
Filosofis: mempertimbangkan pandangan
hidup, kesadaran, dan cita hukum yang
bersumber pada Pancasila dan Pembukaan
UUD NRI Tahun 1945.
Sosiologis: menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam bebera aspek.
Yuridis: peraturan yang dibentuk untuk
mengatasi permasalahan hukum atau
kekosongan hukum.
Dasar Hukum
Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat
Dasar hukum memuat:
Dasar kewenangan pembentukan PUU
PUU yang memerintahkan pembentukan
PUU
C. Batang
Tubuh BAB I
KETENTUAN
UMUM
Ketentuan Umum dapat memuat lebih dari satu pasal.
Ketentuan Umum berisi:
A. Batasan pengertian atau definisi;
B. Singkatan atau akronim; dan/atau
C. Mencerminkan asas, maksud, dan tujuan.
Materi pokok yang diatur
Materi pokok yang diatur ditempatkan langsung setelah
bab ketentuan umum, dan jika tidak ada pengelompokan
bab, materi pokok yang diatur diletakkan setelah pasal
atau beberapa pasal ketentuan umum.
Ketentuan Pidana (Jika
Diperlukan)
Ketentuan pidana memuat rumusan yang menyatakan
penjatuhan pidana atas pelanggaran terhadap ketentuan
yang berisi norma larangan atau norma perintah, dan
menyebutkan pasal atau beberapa pasal yang dilanggar.
Dengan demikian perlu dihindari:
A. Pengacuan pada ketentuan pidana PUU lain;
B. Pengacuan pada KUHP,jika elemen atau unsur-unsur
dari norma yang diacu tidak sama.
C. Penyusunan rumusan sendiri yang berbeda atau tidak
terdapat di dalam norma-norma yang diatur dalampasal
atau beberapa pasal sebelumnya, kecuali untuk UU
mengenai tindak pidana khusus.
Ketentuan pidana hanya dimuat dalam UU dan Perda
Ketentuan Pidana tidak dapat diberlakukan surut/retro
aktif karena akan bertentangan dengan asas legalitas.
Ketentuan Peralihan (Jika
Diperlukan)
Ketentuan Peralihan memuat penyesuaian pengaturan
tindakan hukum atau hubungan hukum yang sudah
ada berdasarkan PUU yang lama terhadap PUU yang
baru, yang bertujuan:
A. Menghindari terjadinya kekosongan hukum;
B. Menjamin kepastian hukum;
C. Memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang
terkena dampak perubahan ketentuan PUU;dan
D. Mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau
bersifat sementara,
D. Ketentuan
Penutup
Ketentuan Penutup ditempatkan dalam bab terakhir.
Jika tidak diadakan pengelompokan bab, Ketentuan
Penutup ditempatkan dalam pasal atau beberapa
pasal terakhir.
Pada umumnya Ketentuan Penutup memuat
ketentuan mengenai:
A. Penunjukan organ atau alat kelengkapan
yang melaksanakan PUU;
B. Nama singkat PUU;
C. Status PUU yang sudah ada; dan
D. Saat mulai berlaku PUU.
Penutu
pPenutup merupakan bagian akhir PUU yang memuat:
A. Rumusan perintah pengundangan dan
penempatan PUU dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia, Berita Negara Republik
Indonesia, Lembaran Daerah Provinsi, Lembaran
Daerah Kabupaten/Kota, Berita Daerah Provinsi
atau Berita Daerah Kabupaten/Kota;
B. Penandatanganan pengesahan atau penetapan
PUU;
C. Pengundangan atau penetapan PUU; dan
D. Akhir bagian penutup.
Penjelasa
nSetiap Undang-Undang dan Peraturan Daerah diberi
penjelasan.
PUU di bawah UU (selain perda) dapat diberi
penjelasan jika diperlukan.
Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk
PUU atas norma tertentu dalam batang tubuh.
Penjelasan sebagai sarana untuk memperjelas norma
dalam batang tubuh, tidak boleh mengakibatkan
terjadinya ketidakjelasan dari norma yang dimaksud.
Penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum
untuk membuat peraturan lebih lanjut dan tidak boleh
mencantumkan rumusan yang berisi norma.
Penjelasan tidak boleh mengakibatkan terjadinya
perubahan terselubung terhadap ketentuan PUU
Judul penjelasan sama dengan judul PUU yang diawali
dengan
frasa penjelasan atas yang ditulis denga huruf kapital.
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 12 TAHUN
2011
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
Penjelasan PUU terdiri atas penjelasan umum dan
penjelasan
pasal demi pasal.
Penjelasan umum memuat uraian secara sistematis
mengenai latar belakang pemikiran, maksud, dan tujuan
penyusunan PUU yang telah tercantum dalam butir
konsideran, asas, tujuan, atau materi pokok yang
terkandung dalam batang tubuh PUU.
Rumusan penjelasan pasal demi pasal memerhatikan
hal-hal sebagai berikut:
A. Tidak bertentangan dengan materi pokok;
B. Tidak memperluas, mempersempit atau
menambah pengertian norma;
C. Tidak melakukan pengulangan atas materi pokok;
D. Tidak mengulangi uraian kata, istilah, frasa, atau
pengertian yang telah dimuat dalam ketentuan umum,
dan/atau
F.
Lampiran
Dalam hal PUU memerlukan lampiran, hal tersebut
dinyatakan dalam batang tubuh bahwa lampiran
dimaksud merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari PUU.
Lampiran dapat memuat antara lain uraian, daftar,
tabel, gambar, peta, dan sketsa.
Dalam hal PUU memerlukan lebih dari satu
lampiran, tiap lampiran diberi nomor urut dengan
menggunakan angka romawi.
Judul lampiran ditulis seluruhnya denan dengan
huruf kapital yang diletakkan di sudut kanan atas
tanpa diakhiri tanda baca dengan rata kiri.
Pada halaman terakhir tiap lampiran harus
dicantumkan nama dan tanda tangan pejabat yang
mengesahkan atau menetapkan PUU ditulis
dengan huruf kapital yang diletakkan disudut kanan
bawah dan diakhiri dengan tanda baca koma
setelah nama pejabat yang mengesahkan atau
menetapkan PUU.

More Related Content

What's hot

Resume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata NegaraResume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata Negara
Ica Diennissa
 
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaeblerreinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
Bhaskoro Utomo
 
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Ayu Sulastri
 

What's hot (20)

SANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HANSANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HAN
 
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRISistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Hukum perjanjian kuliah 2
Hukum perjanjian kuliah 2Hukum perjanjian kuliah 2
Hukum perjanjian kuliah 2
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 
Perda Inisiatif dan Legal Drafting
Perda Inisiatif dan Legal DraftingPerda Inisiatif dan Legal Drafting
Perda Inisiatif dan Legal Drafting
 
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empirisPerbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
 
proses penyusunan perkada
proses penyusunan perkadaproses penyusunan perkada
proses penyusunan perkada
 
Ppt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrakPpt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrak
 
Analisa kebijakan
Analisa kebijakanAnalisa kebijakan
Analisa kebijakan
 
Kejahatan sosial
Kejahatan sosialKejahatan sosial
Kejahatan sosial
 
Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...
Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...
Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...
 
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
 
Resume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata NegaraResume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata Negara
 
Demokrasi pancasila
Demokrasi pancasilaDemokrasi pancasila
Demokrasi pancasila
 
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaeblerreinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara
 
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baik
 
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
 

Similar to materi_234_10. Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan (Bagian I) - 1A.pptx

Similar to materi_234_10. Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan (Bagian I) - 1A.pptx (8)

Bentuk undang-undang.pptx
Bentuk undang-undang.pptxBentuk undang-undang.pptx
Bentuk undang-undang.pptx
 
Download teknik penyusunan peraturan di desa
Download teknik penyusunan peraturan di desaDownload teknik penyusunan peraturan di desa
Download teknik penyusunan peraturan di desa
 
PEMBENTUKAN PERDA.pptx
PEMBENTUKAN PERDA.pptxPEMBENTUKAN PERDA.pptx
PEMBENTUKAN PERDA.pptx
 
Teknik penyusunan produk hukum daerah
Teknik penyusunan produk hukum daerahTeknik penyusunan produk hukum daerah
Teknik penyusunan produk hukum daerah
 
materi_234_10. Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan (Bagian I) - 1E...
materi_234_10. Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan (Bagian I) - 1E...materi_234_10. Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan (Bagian I) - 1E...
materi_234_10. Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan (Bagian I) - 1E...
 
Vyra Maharani Kamase-D10119479.pdf
Vyra Maharani Kamase-D10119479.pdfVyra Maharani Kamase-D10119479.pdf
Vyra Maharani Kamase-D10119479.pdf
 
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUNKONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
 
Hubungan norma hukum dengan sistem hukum
Hubungan norma hukum dengan sistem hukumHubungan norma hukum dengan sistem hukum
Hubungan norma hukum dengan sistem hukum
 

Recently uploaded

IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
GilangNandiaputri1
 
Jaringan Komputer dan Internet - Informatika Kelas XI.pptx
Jaringan Komputer dan Internet - Informatika Kelas XI.pptxJaringan Komputer dan Internet - Informatika Kelas XI.pptx
Jaringan Komputer dan Internet - Informatika Kelas XI.pptx
arbidu2022
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
furqanridha
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
SuzanDwiPutra
 

Recently uploaded (20)

Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
Materi Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptx
Materi Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptxMateri Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptx
Materi Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptx
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIPPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
 
Jaringan Komputer dan Internet - Informatika Kelas XI.pptx
Jaringan Komputer dan Internet - Informatika Kelas XI.pptxJaringan Komputer dan Internet - Informatika Kelas XI.pptx
Jaringan Komputer dan Internet - Informatika Kelas XI.pptx
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Materi Pertemuan 3 Bagian 2Materi Pertemuan 3 Bagian 2.pptx
Materi Pertemuan 3 Bagian 2Materi Pertemuan 3 Bagian 2.pptxMateri Pertemuan 3 Bagian 2Materi Pertemuan 3 Bagian 2.pptx
Materi Pertemuan 3 Bagian 2Materi Pertemuan 3 Bagian 2.pptx
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 

materi_234_10. Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan (Bagian I) - 1A.pptx

  • 1. OLEH : AGUS HARIADI (Perancang peraturan perundang-undangan ahli utama) Jakarta, 29 Juli 2021
  • 2. Kerangka Peraturan Perundang- Undangan (PUU) terdiri atas: A. Judul B. Pembukaan C. Batang Tubuh D. Penutup E. Penjelasan (jika ada) F. Lampiran (jika ada)
  • 3. A. Judul Judul PUU memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun pengundangan atau penetapan, dan nama PUU. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
  • 4. Pada nam a PUU perubahan ditambahkan frasa perubahan atas di depan judul PUU yang diubah. Pada nama PUU pencabutan ditambahkan kata pencabutan di depan judul PUU yang dicabut. Pada nama Perpu yang ditetapkan menjadi UU, diambahkan kata penetapan di depan judul PUU yang ditetapkan dan diakhiri dengan frasa menjadi UU, Pada nama PUU pengesahan perjanjian atau persetujuan internasional, ditambahkan kata pengesahan di depan nama perjanjian atau persetujuan internasional yang akan disahkan.
  • 5. B. Pembukaan Pembukaan PUU terdiri atas: Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa Jabatan Pmbentuk PUU Konsideran Dasar Hukum Diktum
  • 6. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat: Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
  • 7. Konsidera nKonsideran diawali dengan kata Menimbang Konsideran memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan PUU. Pokok pikiran pada konsideran UU dan Perda memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukannya yang penulisannya secara berurutan dari filosofis, sosiologis, dan yuridis. Filosofis: mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang bersumber pada Pancasila dan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Sosiologis: menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bebera aspek.
  • 8. Yuridis: peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau kekosongan hukum. Dasar Hukum Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat Dasar hukum memuat: Dasar kewenangan pembentukan PUU PUU yang memerintahkan pembentukan PUU
  • 9. C. Batang Tubuh BAB I KETENTUAN UMUM Ketentuan Umum dapat memuat lebih dari satu pasal. Ketentuan Umum berisi: A. Batasan pengertian atau definisi; B. Singkatan atau akronim; dan/atau C. Mencerminkan asas, maksud, dan tujuan. Materi pokok yang diatur Materi pokok yang diatur ditempatkan langsung setelah bab ketentuan umum, dan jika tidak ada pengelompokan bab, materi pokok yang diatur diletakkan setelah pasal atau beberapa pasal ketentuan umum.
  • 10. Ketentuan Pidana (Jika Diperlukan) Ketentuan pidana memuat rumusan yang menyatakan penjatuhan pidana atas pelanggaran terhadap ketentuan yang berisi norma larangan atau norma perintah, dan menyebutkan pasal atau beberapa pasal yang dilanggar. Dengan demikian perlu dihindari: A. Pengacuan pada ketentuan pidana PUU lain; B. Pengacuan pada KUHP,jika elemen atau unsur-unsur dari norma yang diacu tidak sama. C. Penyusunan rumusan sendiri yang berbeda atau tidak terdapat di dalam norma-norma yang diatur dalampasal atau beberapa pasal sebelumnya, kecuali untuk UU mengenai tindak pidana khusus. Ketentuan pidana hanya dimuat dalam UU dan Perda Ketentuan Pidana tidak dapat diberlakukan surut/retro aktif karena akan bertentangan dengan asas legalitas.
  • 11. Ketentuan Peralihan (Jika Diperlukan) Ketentuan Peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan PUU yang lama terhadap PUU yang baru, yang bertujuan: A. Menghindari terjadinya kekosongan hukum; B. Menjamin kepastian hukum; C. Memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak perubahan ketentuan PUU;dan D. Mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara,
  • 12. D. Ketentuan Penutup Ketentuan Penutup ditempatkan dalam bab terakhir. Jika tidak diadakan pengelompokan bab, Ketentuan Penutup ditempatkan dalam pasal atau beberapa pasal terakhir. Pada umumnya Ketentuan Penutup memuat ketentuan mengenai: A. Penunjukan organ atau alat kelengkapan yang melaksanakan PUU; B. Nama singkat PUU; C. Status PUU yang sudah ada; dan D. Saat mulai berlaku PUU.
  • 13. Penutu pPenutup merupakan bagian akhir PUU yang memuat: A. Rumusan perintah pengundangan dan penempatan PUU dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah Provinsi, Lembaran Daerah Kabupaten/Kota, Berita Daerah Provinsi atau Berita Daerah Kabupaten/Kota; B. Penandatanganan pengesahan atau penetapan PUU; C. Pengundangan atau penetapan PUU; dan D. Akhir bagian penutup.
  • 14. Penjelasa nSetiap Undang-Undang dan Peraturan Daerah diberi penjelasan. PUU di bawah UU (selain perda) dapat diberi penjelasan jika diperlukan. Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk PUU atas norma tertentu dalam batang tubuh. Penjelasan sebagai sarana untuk memperjelas norma dalam batang tubuh, tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dari norma yang dimaksud. Penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan lebih lanjut dan tidak boleh mencantumkan rumusan yang berisi norma. Penjelasan tidak boleh mengakibatkan terjadinya perubahan terselubung terhadap ketentuan PUU Judul penjelasan sama dengan judul PUU yang diawali dengan frasa penjelasan atas yang ditulis denga huruf kapital.
  • 15. ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN
  • 16. Penjelasan PUU terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal. Penjelasan umum memuat uraian secara sistematis mengenai latar belakang pemikiran, maksud, dan tujuan penyusunan PUU yang telah tercantum dalam butir konsideran, asas, tujuan, atau materi pokok yang terkandung dalam batang tubuh PUU. Rumusan penjelasan pasal demi pasal memerhatikan hal-hal sebagai berikut: A. Tidak bertentangan dengan materi pokok; B. Tidak memperluas, mempersempit atau menambah pengertian norma; C. Tidak melakukan pengulangan atas materi pokok; D. Tidak mengulangi uraian kata, istilah, frasa, atau pengertian yang telah dimuat dalam ketentuan umum, dan/atau
  • 17. F. Lampiran Dalam hal PUU memerlukan lampiran, hal tersebut dinyatakan dalam batang tubuh bahwa lampiran dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PUU. Lampiran dapat memuat antara lain uraian, daftar, tabel, gambar, peta, dan sketsa. Dalam hal PUU memerlukan lebih dari satu lampiran, tiap lampiran diberi nomor urut dengan menggunakan angka romawi.
  • 18. Judul lampiran ditulis seluruhnya denan dengan huruf kapital yang diletakkan di sudut kanan atas tanpa diakhiri tanda baca dengan rata kiri. Pada halaman terakhir tiap lampiran harus dicantumkan nama dan tanda tangan pejabat yang mengesahkan atau menetapkan PUU ditulis dengan huruf kapital yang diletakkan disudut kanan bawah dan diakhiri dengan tanda baca koma setelah nama pejabat yang mengesahkan atau menetapkan PUU.