SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
Peraturan
Perundang-undangan
Vyra maharani kamase - D10119479
Perancangan Perundang-undangan A
Pengertian
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-undangan. (Pasal 1 (2) UU No. 12 Thn 2011)
Undang-Undang adalah Peraturan Perundangundangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.
( Pasal 1 (3) UU No. 12 Thn 2011)
2
DALAM LITERATUR / NASKAH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DIGUNAKAN BERBAGAI ISTILAH SEPERTI:
• PERUNDANGAN;
• PERUNDANG-UNDANGAN;
• PERATURAN PERUNDANGAN;
• PERATURAN NEGARA.
DALAM BHS BELANDA DIGUNAKAN ISTILAH:
 WET;
 WETGEVING;
 WETTELIJKE REGELINGEN.
 ISTILAH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERASAL DARI KATA “UNDANG-
UNDANG” YANG MENUNJUK KEPADA JENIS / PERATURAN YANG DIBUAT OLEH NEGARA
3
MENURUT MARIA FARIDA : ISTILAH PER-UU-AN (LEGISLATON,WETGEVING, ATAU
GESETZGEBUNG)MEMPUNYAI 2 PENGERTIAN YG BERBEDA :
• MERUPAKAN PROSES PEMBENTUKAN / MEMBENTUK PERAT-PERAT NEGARA BAIK D TK
PST MAUPUN DI TK DAERAH
• ADALAH SEGALA PERAT NEGARA YANG MERUPAKAN HASIL PEMBENTUKAN PERAT-
PERAT BAIK DI TK PUSAT MAUPUN DI TK DAERAH
BAGIR MANAN & KUNTANA MAGNAR :
PERAT.PERUU ADLH SETIAP PUTUSAN YG DIBUAT, DITETAPKAN/DIKELUARKAN OLEH
LEMBAGA/PEJA- BAT NEG. YG MEMPUNYAI (MENJLNKAN) FUNGSI LEGISLATIF SESUAI DG
TATA CARA YG BERLAKU
4
Pendapat Ahli
LOGEMAN:
PER-UU-AN ADALAH PERATURAN-PERATURAN YANG MENGIKAT SECARA UMUM &
BERLAKU KELUAR (DITUJUKAN KPD MASYARAKAT UMUM).
A. HAMID S. ATTAMIMI :
● PER-UU-AN ADLH PERAT NEG DI TK PST/DAERAH YG DIBTK BERDSR KEWENANGAN
PER-UU-AN BAIK BERSIFAT ATRIBUSI MAUPUN DELEGASI.
● PER-UU-AN ADLH SEMUA ATURAN HK YG DIBTK OLEH SEMUA TK LEMBAGA DLM BTK
TERTENTU DG PROSEDUR TERTENTU,BIASANYA DISERTAI SANKSI/BERLK UMUM SERTA
MENGIKAT RAKYAT.
5
Pancasila sebagai dasar Negara merupakan salah salah satu prinsip yang paling pokok yang seharusnya menjadi
paradigma pokok setiap Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Setiap materi perundang-undangan
harus mencerminkan kelima sila dalam Pancasila, sebagai berikut:
6
Perundangan-undanganyang baik
1. Religiusitas kebertuhanan segenap warga Negara melalui keyakinan segenap warga terhadap
Tuhan Yang Maha Esa;
2.Prinsip-prinsip humanitas yang berkeadilan dan berkeadaban atau sila kemanusiaan yang adil
dan beradab;
3.Menjamin dan memperkuat prinsip nasionalitas kebangsaan Indonesia melalui sila persatuan
Indonesia;
4.Memperkuat nilai-nilai soverenitas kerakyatan melalui sila kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan;
5.Melembagakan upaya untuk membangun sosialitas yang berkeadilan atau perwujudan keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam rancangan undang-undang ini, asas-asas yang diperhatikan dalam memben`tuk
Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:
7
a. kejelasan tujuan;
b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
d. dapat dilaksanakan;
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. kejelasan rumusan;
g. transparan; dan
h. keterbukaan.
8
Dalam rancangan undang-undang ini, asas-asas yang diperhatikan dalam memben`tuk
Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:
a. kejelasan tujuan;
b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
d. dapat dilaksanakan;
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. kejelasan rumusan;
g. transparan; dan
h. keterbukaan.
UU no. 12 tahun 2011 merupakan UU Pembentukan Peraturan Perundang-undanganyang
berlaku saat ini
Pasal 7
1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
9
Jenis/bentuk dan Hierarki Per. Perundang-undangan
Kerangka Peraturan Perundang-undanganterdiri atas:
A.Judul;
B.Pembukaan;
C.Batang Tubuh;
D.Penutup;
E.Penjelasan (jika diperlukan);
F.Lampiran (jika diperlukan).
10
Kerangka Peraturan Perundang-undangan
Judul Peraturan Perundang-undangn
memuat keterangan mengenai jenis,
nomor, taun pengundangan atau
penetapan, dan nama Peraturan
Perundang-undangan.
Nama Peraturan Perundang–undangan
dibuat secara singkat dengan hanya
menggunakan 1 (satu) kata atau frasa tetapi
secara esensial maknanya telah dan
mencerminkan isi Peraturan Perundang–
undangan.
11
JUDUL
Contoh nama Peraturan Perundang-undangan
yang menggunakan 1 (satu) kata:
- Paten;
- Yayasan;
- Ketenagalistrikan.
Contoh nama Peraturan Perundang-undangan
yang menggunakan frasa:
- Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di
Muka Umum;
- Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
- Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan.
Pembukaan Peraturan Perundang-
undangan terdiri atas:
a.Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
Esa;
b. Jabatan pembentuk Peraturan
Perundang-undangan;
c. Konsiderans;
d.Dasar Hukum; dan
e.Diktum.
12
Pembukaan
● Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Mahasa Esa
Pada pembukaan tiap jenis Peraturan
Perundang–undangan sebelum nama jabatan
pembentuk Peraturan Perundang–undangan
dicantumkan Frasa Dengan Rahmat Tuhan yang
Maha Esa yang ditulis seluruhnya dengan huruf
kapitalyang diletakkandi tengah marjin.
13
Pembukaan
Pokok pikiran pada konsiderans Undang–
Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota memuat
unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang
menjadi pertimbangan dan alasan
pembentukannya yang penulisannya
ditempatkan secara berurutan dari filosofis,
sosiologis, dan yuridis.
● Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-
undangan
Jabatan pembentuk Peraturan Perundang–
undangan ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital yang diletakkan di tengah marjin dan
diakhiri dengan tanda baca koma.
● Konsiderans
Konsiderans memuat uraian singkat mengenai
pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan
alasan pembentukan Peraturan Perundang–
undangan.
14
Pembukaan
● Diktum
Diktum terdiri atas:
a)kata Memutuskan;
b)kata Menetapkan; dan
c)jenis dan nama Peraturan Perundang-undangan.
Kata Memutuskan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital
tanpa spasi di antara suku kata dan diakhiri dengan tanda
baca titik dua serta diletakkan di tengah marjin.
Pada Undang-Undang, sebelum kata Memutuskan
dicantumkan Frasa Dengan Persetujuan Bersama DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA yang diletakkan di tengah marjin.
● Dasar Hukum
Dasar hukum diawali dengan kata
Mengingat.
Dasar hukum memuat:
a.Dasar kewenangan pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;
dan
b.Peraturan Perundang-undangan
yang memerintahkan
pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
15
Batang Tubuh
Pada umumnya materi muatan dalam batang
tubuh dikelompokkan ke dalam:
a.ketentuan umum;
b. materi pokok yang diatur;
c. ketentuan pidana (jika diperlukan);
d. ketentuan peralihan (jika diperlukan); dan
e. ketentuan penutup.
● Batang tubuh Peraturan Perundang-undangan memuat semua materi muatan Peraturan
Perundang-undangan yang dirumuskan dalam pasal atau beberapa pasal.
16
Penutup
Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Perundang-undangan yang
memuat:
a.rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan
Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah
Provinsi, Lembaran Daerah Kabupaten/Kota, Berita Daerah
Provinsi atau Berita Daerah Kabupaten/Kota;
b. penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan
Perundang-undangan;
c. pengundangan atau Penetapan Peraturan Perundang-undangan;
dan
d.akhir bagian penutup.
17
Penjelasan
● Setiap Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota diberi
penjelasan.
● Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang (selain Peraturan Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota) dapat diberi penjelasan jika diperlukan.
● Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk Peraturan Perundang-undangan atas norma
tertentu dalam batang tubuh. Oleh karena itu, penjelasan hanya memuat uraian terhadap kata, frasa,
kalimat atau padanan kata/istilah asing dalam norma yang dapat disertai dengan contoh. Penjelasan
sebagai sarana untuk memperjelas norma dalam batang tubuh tidak boleh mengakibatkan terjadinya
ketidakjelasan dari norma yang dimaksud.
● Penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan lebih lanjut dan tidak
boleh mencantumkan rumusan yang berisi norma.
● Penjelasan tidak menggunakan rumusan yang isinya memuat perubahan terselubung terhadap
ketentuan Peraturan Perundang- undangan.
18
Lampiran
● Dalam hal Peraturan Perundang-undangan memerlukan lampiran, hal tersebut dinyatakan
dalam batang tubuh bahwa lampiran dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Perundang-undangan.
● Lampiran dapat memuat antara lain uraian, daftar, tabel, gambar, peta, dan sketsa.
● Dalam hal Peraturan Perundang-undangan memerlukan lebih dari satu lampiran, tiap
lampiran harus diberi nomor urut dengan menggunakan angka romawi.

More Related Content

Similar to PERUNDANGAN

UU_No_12_Tahun_2011_1.pdf
UU_No_12_Tahun_2011_1.pdfUU_No_12_Tahun_2011_1.pdf
UU_No_12_Tahun_2011_1.pdfSnowAngel27
 
Uu 2011 nomor 12 pembentukan peraturan perundangan
Uu 2011 nomor 12 pembentukan peraturan perundanganUu 2011 nomor 12 pembentukan peraturan perundangan
Uu 2011 nomor 12 pembentukan peraturan perundanganMystic333
 
UU no 12 tahun 2011 tentang Peraturan Perundang undangan.pdf
UU no 12 tahun 2011 tentang Peraturan Perundang undangan.pdfUU no 12 tahun 2011 tentang Peraturan Perundang undangan.pdf
UU no 12 tahun 2011 tentang Peraturan Perundang undangan.pdfsahataps
 
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptxKULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptxprimakarya2
 
Uu no 12_th_2011
Uu no 12_th_2011Uu no 12_th_2011
Uu no 12_th_2011buayyaa
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negaranurul khaiva
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negaranurul khaiva
 
Tugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukumTugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukumAndrew Hutabarat
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxZukét Printing
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfZukét Printing
 
Bab iv konstitusi
Bab iv konstitusiBab iv konstitusi
Bab iv konstitusiwowwwwwiii
 
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraUUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraRizza Magfira
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)sunnysidemochi
 
proses penyusunan perkada
proses penyusunan perkadaproses penyusunan perkada
proses penyusunan perkadazuhrimail
 
Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945Iko Ishva
 

Similar to PERUNDANGAN (20)

UU_No_12_Tahun_2011_1.pdf
UU_No_12_Tahun_2011_1.pdfUU_No_12_Tahun_2011_1.pdf
UU_No_12_Tahun_2011_1.pdf
 
Uu 2011 nomor 12 pembentukan peraturan perundangan
Uu 2011 nomor 12 pembentukan peraturan perundanganUu 2011 nomor 12 pembentukan peraturan perundangan
Uu 2011 nomor 12 pembentukan peraturan perundangan
 
UU no 12 tahun 2011 tentang Peraturan Perundang undangan.pdf
UU no 12 tahun 2011 tentang Peraturan Perundang undangan.pdfUU no 12 tahun 2011 tentang Peraturan Perundang undangan.pdf
UU no 12 tahun 2011 tentang Peraturan Perundang undangan.pdf
 
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptxKULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
 
Uu 12 tahun 2011
Uu 12 tahun 2011Uu 12 tahun 2011
Uu 12 tahun 2011
 
Uu no 12_th_2011
Uu no 12_th_2011Uu no 12_th_2011
Uu no 12_th_2011
 
UU no. 12 tahun 2011
UU no. 12 tahun 2011UU no. 12 tahun 2011
UU no. 12 tahun 2011
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara
 
Sumber HTN
Sumber HTNSumber HTN
Sumber HTN
 
Tugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukumTugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukum
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
 
Bab iv konstitusi
Bab iv konstitusiBab iv konstitusi
Bab iv konstitusi
 
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraUUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
 
PKN Kd 4.1
PKN Kd 4.1PKN Kd 4.1
PKN Kd 4.1
 
proses penyusunan perkada
proses penyusunan perkadaproses penyusunan perkada
proses penyusunan perkada
 
Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945
 
(konstitusi).ppt
(konstitusi).ppt(konstitusi).ppt
(konstitusi).ppt
 

Recently uploaded

BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnisilhamsumartoputra
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 

Recently uploaded (11)

BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 

PERUNDANGAN

  • 1. Peraturan Perundang-undangan Vyra maharani kamase - D10119479 Perancangan Perundang-undangan A
  • 2. Pengertian Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. (Pasal 1 (2) UU No. 12 Thn 2011) Undang-Undang adalah Peraturan Perundangundangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. ( Pasal 1 (3) UU No. 12 Thn 2011) 2
  • 3. DALAM LITERATUR / NASKAH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DIGUNAKAN BERBAGAI ISTILAH SEPERTI: • PERUNDANGAN; • PERUNDANG-UNDANGAN; • PERATURAN PERUNDANGAN; • PERATURAN NEGARA. DALAM BHS BELANDA DIGUNAKAN ISTILAH:  WET;  WETGEVING;  WETTELIJKE REGELINGEN.  ISTILAH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERASAL DARI KATA “UNDANG- UNDANG” YANG MENUNJUK KEPADA JENIS / PERATURAN YANG DIBUAT OLEH NEGARA 3
  • 4. MENURUT MARIA FARIDA : ISTILAH PER-UU-AN (LEGISLATON,WETGEVING, ATAU GESETZGEBUNG)MEMPUNYAI 2 PENGERTIAN YG BERBEDA : • MERUPAKAN PROSES PEMBENTUKAN / MEMBENTUK PERAT-PERAT NEGARA BAIK D TK PST MAUPUN DI TK DAERAH • ADALAH SEGALA PERAT NEGARA YANG MERUPAKAN HASIL PEMBENTUKAN PERAT- PERAT BAIK DI TK PUSAT MAUPUN DI TK DAERAH BAGIR MANAN & KUNTANA MAGNAR : PERAT.PERUU ADLH SETIAP PUTUSAN YG DIBUAT, DITETAPKAN/DIKELUARKAN OLEH LEMBAGA/PEJA- BAT NEG. YG MEMPUNYAI (MENJLNKAN) FUNGSI LEGISLATIF SESUAI DG TATA CARA YG BERLAKU 4 Pendapat Ahli
  • 5. LOGEMAN: PER-UU-AN ADALAH PERATURAN-PERATURAN YANG MENGIKAT SECARA UMUM & BERLAKU KELUAR (DITUJUKAN KPD MASYARAKAT UMUM). A. HAMID S. ATTAMIMI : ● PER-UU-AN ADLH PERAT NEG DI TK PST/DAERAH YG DIBTK BERDSR KEWENANGAN PER-UU-AN BAIK BERSIFAT ATRIBUSI MAUPUN DELEGASI. ● PER-UU-AN ADLH SEMUA ATURAN HK YG DIBTK OLEH SEMUA TK LEMBAGA DLM BTK TERTENTU DG PROSEDUR TERTENTU,BIASANYA DISERTAI SANKSI/BERLK UMUM SERTA MENGIKAT RAKYAT. 5
  • 6. Pancasila sebagai dasar Negara merupakan salah salah satu prinsip yang paling pokok yang seharusnya menjadi paradigma pokok setiap Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Setiap materi perundang-undangan harus mencerminkan kelima sila dalam Pancasila, sebagai berikut: 6 Perundangan-undanganyang baik 1. Religiusitas kebertuhanan segenap warga Negara melalui keyakinan segenap warga terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2.Prinsip-prinsip humanitas yang berkeadilan dan berkeadaban atau sila kemanusiaan yang adil dan beradab; 3.Menjamin dan memperkuat prinsip nasionalitas kebangsaan Indonesia melalui sila persatuan Indonesia; 4.Memperkuat nilai-nilai soverenitas kerakyatan melalui sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; 5.Melembagakan upaya untuk membangun sosialitas yang berkeadilan atau perwujudan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
  • 7. Dalam rancangan undang-undang ini, asas-asas yang diperhatikan dalam memben`tuk Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi: 7 a. kejelasan tujuan; b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan; e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan; g. transparan; dan h. keterbukaan.
  • 8. 8 Dalam rancangan undang-undang ini, asas-asas yang diperhatikan dalam memben`tuk Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi: a. kejelasan tujuan; b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan; e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan; g. transparan; dan h. keterbukaan.
  • 9. UU no. 12 tahun 2011 merupakan UU Pembentukan Peraturan Perundang-undanganyang berlaku saat ini Pasal 7 1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota 9 Jenis/bentuk dan Hierarki Per. Perundang-undangan
  • 10. Kerangka Peraturan Perundang-undanganterdiri atas: A.Judul; B.Pembukaan; C.Batang Tubuh; D.Penutup; E.Penjelasan (jika diperlukan); F.Lampiran (jika diperlukan). 10 Kerangka Peraturan Perundang-undangan
  • 11. Judul Peraturan Perundang-undangn memuat keterangan mengenai jenis, nomor, taun pengundangan atau penetapan, dan nama Peraturan Perundang-undangan. Nama Peraturan Perundang–undangan dibuat secara singkat dengan hanya menggunakan 1 (satu) kata atau frasa tetapi secara esensial maknanya telah dan mencerminkan isi Peraturan Perundang– undangan. 11 JUDUL Contoh nama Peraturan Perundang-undangan yang menggunakan 1 (satu) kata: - Paten; - Yayasan; - Ketenagalistrikan. Contoh nama Peraturan Perundang-undangan yang menggunakan frasa: - Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum; - Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; - Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
  • 12. Pembukaan Peraturan Perundang- undangan terdiri atas: a.Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa; b. Jabatan pembentuk Peraturan Perundang-undangan; c. Konsiderans; d.Dasar Hukum; dan e.Diktum. 12 Pembukaan ● Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Mahasa Esa Pada pembukaan tiap jenis Peraturan Perundang–undangan sebelum nama jabatan pembentuk Peraturan Perundang–undangan dicantumkan Frasa Dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapitalyang diletakkandi tengah marjin.
  • 13. 13 Pembukaan Pokok pikiran pada konsiderans Undang– Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukannya yang penulisannya ditempatkan secara berurutan dari filosofis, sosiologis, dan yuridis. ● Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang- undangan Jabatan pembentuk Peraturan Perundang– undangan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin dan diakhiri dengan tanda baca koma. ● Konsiderans Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan Peraturan Perundang– undangan.
  • 14. 14 Pembukaan ● Diktum Diktum terdiri atas: a)kata Memutuskan; b)kata Menetapkan; dan c)jenis dan nama Peraturan Perundang-undangan. Kata Memutuskan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa spasi di antara suku kata dan diakhiri dengan tanda baca titik dua serta diletakkan di tengah marjin. Pada Undang-Undang, sebelum kata Memutuskan dicantumkan Frasa Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA yang diletakkan di tengah marjin. ● Dasar Hukum Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat. Dasar hukum memuat: a.Dasar kewenangan pembentukan Peraturan Perundang-undangan; dan b.Peraturan Perundang-undangan yang memerintahkan pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
  • 15. 15 Batang Tubuh Pada umumnya materi muatan dalam batang tubuh dikelompokkan ke dalam: a.ketentuan umum; b. materi pokok yang diatur; c. ketentuan pidana (jika diperlukan); d. ketentuan peralihan (jika diperlukan); dan e. ketentuan penutup. ● Batang tubuh Peraturan Perundang-undangan memuat semua materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang dirumuskan dalam pasal atau beberapa pasal.
  • 16. 16 Penutup Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Perundang-undangan yang memuat: a.rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah Provinsi, Lembaran Daerah Kabupaten/Kota, Berita Daerah Provinsi atau Berita Daerah Kabupaten/Kota; b. penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan Perundang-undangan; c. pengundangan atau Penetapan Peraturan Perundang-undangan; dan d.akhir bagian penutup.
  • 17. 17 Penjelasan ● Setiap Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota diberi penjelasan. ● Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang (selain Peraturan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota) dapat diberi penjelasan jika diperlukan. ● Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk Peraturan Perundang-undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh. Oleh karena itu, penjelasan hanya memuat uraian terhadap kata, frasa, kalimat atau padanan kata/istilah asing dalam norma yang dapat disertai dengan contoh. Penjelasan sebagai sarana untuk memperjelas norma dalam batang tubuh tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dari norma yang dimaksud. ● Penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan lebih lanjut dan tidak boleh mencantumkan rumusan yang berisi norma. ● Penjelasan tidak menggunakan rumusan yang isinya memuat perubahan terselubung terhadap ketentuan Peraturan Perundang- undangan.
  • 18. 18 Lampiran ● Dalam hal Peraturan Perundang-undangan memerlukan lampiran, hal tersebut dinyatakan dalam batang tubuh bahwa lampiran dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Perundang-undangan. ● Lampiran dapat memuat antara lain uraian, daftar, tabel, gambar, peta, dan sketsa. ● Dalam hal Peraturan Perundang-undangan memerlukan lebih dari satu lampiran, tiap lampiran harus diberi nomor urut dengan menggunakan angka romawi.