SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
BENTUK UNDANG-UNDANG
Dr. Auliya Khasanofa., SH., MH
Struktur Naskah
1. Kepala Surat
Kepala surat adalah bentuk formal penulisan atau format kertas
pengesahan suatu undang-undang.
UU RI selama ini mempunyai kepala surat yang didahului oleh
lambang bintang diantara lingkaran padi dan kapas disertai dengan
kata-kata Presiden Indonesia. Dengan kepala surat itu, berarti
lembaga yang menerbitkan UU RI adalah Presiden. Dasar hukumnya
Pasal 20 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yakni Presiden mengesahkan
RUU yang telah disetujui bersama menjadi UU”. Artinya format kepala
surat Presiden yang digunakan adalah status hukum Presiden selaku
instansi yang mengesahkan UU secara resmi.
Jika dilihat lembaga yang membentuknya, pasca Perubahan Pertama
UUD NRI Tahun 1945 adalah DPR RI dasar hukumnya Pasal 20 ayat
(1) yang menyatakan “DPR memegang kekuasaan membentuk UU”
mengenai format kepala surat UU RI dari Presiden atau DPR sama-
sama dibenarkan. Dalam praktik ketatanegaran disebut dengan
kelaziman atau konvensi ketatanegaraan
Kerangka dan Judul Undang-Undang
- Judul
- Pembukaan
- Batang tubuh
- Penutup
- Penjelasan dan
- Lampiran
Setiap UU harus dirumuskan dengan judul
tertentu. Dalam rumusannya dimuat
keterangan mengenai jenis, nomor, tahun
pengesahan, penetapan atau pengundangan
dan nama resmi UU yang bersangkuta.
Dua jenis judul UU yaitu:
1. Judul panjang (long title)
2. Judul pendek (short title)
Indonesia menggunana judul pendek
Judul UU dinilai penting oleh para ahli karena:
1. Menggambarkan keseluruhan isi norma atau
UU yang diatur di dalamnya beserta batas-
batasnya
2. Berfungsi sebagai pedoman dalam
memberikan makna atas teks UU
Dengan demikian, substansi yang diatur
dalam UU hanya norma yang tercakup daam
lingkup pengertian yang tergambar dalam
judul UU yang berangkutan
2. Pembukaan
Judul dan pamjamh judul seringkali dipakai
pula sebagai pengganti pembukaan
(preambule). Jika naskah UUD atau piagam
biasanya dimulai dengan pembukaan, maka
naskah UU biasa dirumuskan tanpa
pembukaan.
Dalam praktik di Indonesia pembukaan
dianggap telah digantikan oleh fungsi
konsideran “menimbang”, dalam konsideran
menimbang itulah uraian filosofis dan
sosiologis dimuat.
Praktik ketatanegaraan di berbagai negara
biasanya pembukaan digunakan dalam bidang
legislatif, yaitu:
1. Apabila materi pokok UU tergolong penting
secara konstitusional atau dari segi
internasional dianggap penting
2. Apabila UU yang bersangkutan bersifat
formal atau seremonial untuk menandai
sesuatu peristiwa atau kejadian-kejadian
khusus dan bersejarah
3. Apabila UU yang bersangkutan bersifat privat
untuk mengatasi kompleksitas permasalahan
yang bersifat lokal
4. Apabila tujuan pembentukan UU itu
dimaksudkan untuk meratifikasi atau
memberikan persetujuan atas suatu
persetujuan perjanjian
3. Konsideran
Konsideran yang ada dalam setiap UU berkaitan
dengan lima landasan pokok bagi norma-norma
yang terkandung di dalam UU tersebut bagi subjek-
subjek hukum yang diatur oleh UU itu.
Perumusan konsideran dapat dibagi dalam tiga
kelompok yaitu Menimbang, Mengingat dan
Memperhatikan.
Dalam kelaziman praktik pembentukan perUU di
Indonesia yakni menimbang dan mengingat
dianggap suatu yang mutlak sedangkan
memperhatikan bersifat fakultatif sesuai kebutuhan
Dalam konsideran “Menimbang” yang perlu
dimuat adalah :
1. Landasan Filosofis
2. Landasan Sosiologis
3. Landasan Politis
Konsideran “Mengingat” berisi landasan
yuridis – normatif. Untuk konsideran
“Memperhatikan” memuat landasan yang
bersifat administratif
Kelima landasan tersebut adalah
1. Filosofis
2. Sosiologis
3. Politis
4. Yuridis
5. Administratif
Landasan Filosofis
UU selalu mengandung norma-norma hukum
yang diidealkan oleh suatu masyarakat. Oleh
karena itu, cita-cita filosofis yang terkandung
dalam UU itu hendaklah mencerminkan cita-
cita filosofis yang dianut masyarakat.
Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai
falsafah negara haruslah tercermin dalam
pertimbangan filosofis yang terkandung dalam
setiap UU.
Landasan Sosiologis
Setiap norma hukum yang dituangkan dalam
UU haruslah mencerminkan tuntutan
kebutuhan masyarakat sendiri akan norma
hukum yang sesuai dengan realitas kesadaran
hukum masyarakat. Oleh karena itu dalam
konsideran harus dirumuskan pertimbangan
yang bersifat empiris sehingga sesuatu
gagasan normatif yang dituangkan dalam UU
benar-benar didasarkan atas kenyataan yang
hidup dalam kesadaran bermasyarakat.
Landasan Politis
Konsideran harus ada sistem rujukan
konstitusional ,emurut cita dan norma dasar
yang terkandung dalam UUD sebagai sumber
kebijakan pokok atau sumber politik hukum
yang melandasi pembentukan UU yang
bersangkutan. UU adalah media untuk
menuangkan kebijakan operasional, tetapi
kebijakan itu harus bersumber dari ide, cita
dan kebijakan politik yang terkandung dalam
konstitusi
Landasan Yuridis
Landasan yuridis dalam perumusan setiap UU
haruslah ditempatkan pada bagian
“Mengingat” yang harus disusun rinci dan
tepat sebagai berikut:
1. Ketentuan UUD yang dijadikan rujukan,
termasuk penyebutan pasal dan ayat atau
bagian tertentu dari UUD 1945 harus
ditentukan secara tepat
2. UU lain yang dijadikan rujukan dalam
membentuk UU yang harus jelas disebutkan
nomor, judul dan tahun lembaran negara dan
tambahan lembaran negara
Perumusan UU
1. Judul dan Kepala Surat
Perumusan naskah UU selalu dimulai dengan
judul dan kepala surat Presiden RI, Nomor
dan Judul UU dengan perkataan “Dengan
Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”. Dimuat pula
konsideran UU dilanjutkan dengan perkataan
“Dengan persetujuan bersama DPR RI dan
Presiden RI menetapkan: UU RI tentang ..”
2. Ketentuan Umum
Sesuai dengan kelaziman UU selalu didahului
dengan ketentuan umum yang berisi pengertian
atau istilah-istilah yang dipakai dalam UU yang
bersangkutan.
Fungsi ketentuan umum sebagai alat
perlengkapan bagi perancang UU dalam
menjalankan tugasnya. Dengan mendefinisikan
berbagai kata dan istilah tehnis yang dianggap
penting dalam UU, perancang dapat menyusun
rumusan UU secara sederhana da mudah
dimengerti
2. Ketentuan Umum
Sesuai dengan kelaziman UU selalu didahului
dengan ketentuan umum yang berisi pengertian
atau istilah-istilah yang dipakai dalam UU yang
bersangkutan.
Fungsi ketentuan umum sebagai alat
perlengkapan bagi perancang UU dalam
menjalankan tugasnya. Dengan mendefinisikan
berbagai kata dan istilah tehnis yang dianggap
penting dalam UU, perancang dapat menyusun
rumusan UU secara sederhana da mudah
dimengerti
3. Ketentuan Khusus
Pada prinsipnya, ketentuan khusus merupakan
suatu kualifikasi tertentu terhadap norma hukum
yang bersifat umum yang terdapat dalam subbab
setiap UU. Empat macam kegunaannya yakni:
a. Untuk menentukan ketentuan tertentu
b. Untuk mengubah keseluruhan konsep atau
maksud norma yang terkandung dalam suatu
subbab dengan menekankan kondisi mandatori
tertentu yang harus dipenuhi sehingga ketentuan
UU dapat dijalankan
c. Ketentuan khusus dapat dicantumkan
sedemikian rupa dalam bagian UU sebagai
bagian integral yang tidak dapat dipidahkan
dari UU, sehingga menentukannada dan
warna keseluruhan materi UU itu sendiri
d. Ketentuan khusus itu hanya dapat digunakan
untuk tambahan yang bersifat piliham
terhadap materi bagian dengan tujuan untuk
merapkan objek sesungguhnya dari ketentuan
UU yang bersangkutan
4. Ketentuan Tambahan
Ketentuan yang berisi tambahan norma
terhadap substansi pokok yang hendak diatur
dalam UU. Biasanya, ketentuan tambahan
ditempatkan dalam bab yang tersendiri
sebelum ketentuan penutup atau bahkan
sebelum ketentuan peralihan. Dinamakan
ketentuan tambahan karena isinya memang
bukan substansi yang bersifat utama atau
pokok melainkan hal-hal yang seharusnya
menjadi materi UU lain.
5. Ketentuan Peralihan
Ketentuan yang berisi norma peralihan yang
berfungsi mengatasi kemungkinan terjadinya
kekosongan hukum sebagai akibat peralihan
normatif dari ketentuan lama ke ketentuan
baru. Ketentuan peralihan ini memuat
penyesuaian perUU yang sudah ada pada
saat perUU yang baru mulai berlaku agar
perUU tersebut dapat berjalan lancar dan tidak
menimbulkan masalah hukum.
6. Ketentuan Penutup
Ketentuan yang berkenaan dengan
pernyataan mulai berlakunya UU atau mulai
pelaksanaan suatu ketentuan UU. Ketentuan
penutup biasanya memuat:
a. Penunjukan organ atau lembaga tertentu
yang akan melaksanakan perUU yang
bersangkutan
b. Nama singkat perUU
c. Status PerUU yang sudah ada sebelum dan
d. Saat mulai berlakukanya perUU
7. Penutup
Penutup merupakan bagian akhir dari UU yang
memuat sebagai berikut:
a. Rumusan perintah pengundangan dan
penempatan perUU dalam Lembaran Negara RI,
Berita Negara RI, Lembaran Daerah atau Berita
Daerah
b. Tanda tangan pengesahan atau penetapan
PerUU yang bersangkutanoleh Presiden RI atau
pejabat terkait lainnya
c. Pengundangan perUU tersebut dengan
pemberian nomor
Penandatangan pengesahan atau penetapan
memuat:
a. Tempat dan tanggal pengesahan atau
penetapan
b. Nama jabatan
c. Tanda tangan pejabat
d. Nama lengkap pejabat yang
menandatangani, tanpa gelar dam pangkat
8. Penjelasan
Penjelasan UU merupakan kebiasaan negara yang menganut
civil law. Tradisi yang berasal dari Belanda. Tujuan dari
penjelasan yaitu:
a. Menjelaskan pengertian dan maksud dari suatu ketentuan
b. Apabila terdapat ketidakjelasan atau kekaburan dalam suatu
UU, maka penjelasan dimaksudkan untuk memperjelas
sehingga ketentuan yang dimaksud konsisten dengan tujuan
yang hendak dicapai oleh peraturan yang bersangkutan
c. Menyediakan tambahan uraian pendukung terhadap tujuan
utama dari UU agar keberadaannya semakin bermakna dan
berguna
d. Apabila terdapat perbedaan yang relevan dengan maksud
penjelasan untuk menekan kesalahan dan mengedepankan
objek UU, penjelasan dapat membantu pengadilan dalam
melakukan penafsiran
9. Lampiran
UU dapat dilengkapi dengan lampiran.
Lampiran bagian yang tak terpisahkan dengan
naskah UU. Dalam hal UU memrlukan
lampiran, maka harus dinyatakan dengan
tegas daam batang tubuh disertai pernyataan
yang mengaskan bahwa lampiran tersebut
merupakan bagian dari suatu UU.

More Related Content

Similar to Bentuk undang-undang.pptx

Tik tugas ke-5 Dellia Kusuma Ningrum
Tik tugas ke-5 Dellia Kusuma NingrumTik tugas ke-5 Dellia Kusuma Ningrum
Tik tugas ke-5 Dellia Kusuma Ningrumdelliakusuma
 
55724153 materi-pkn-kelas-x-semester-2
55724153 materi-pkn-kelas-x-semester-255724153 materi-pkn-kelas-x-semester-2
55724153 materi-pkn-kelas-x-semester-2apotek agam farma
 
Hubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusiHubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusiAstrid Widhowaty
 
Kewarganegaraan 2
Kewarganegaraan 2Kewarganegaraan 2
Kewarganegaraan 2Ady Prakoso
 
Pengertian konstitusi
Pengertian konstitusiPengertian konstitusi
Pengertian konstitusiyamega
 
Bahan pancasila 2
Bahan pancasila 2Bahan pancasila 2
Bahan pancasila 2rizki rach
 
Hubungan Sistem Norma Hukum Di Indonesia.pptx
Hubungan Sistem Norma Hukum Di Indonesia.pptxHubungan Sistem Norma Hukum Di Indonesia.pptx
Hubungan Sistem Norma Hukum Di Indonesia.pptxAhluddinSaifulAhmad
 
Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945Iko Ishva
 
Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945Sandy Andaru
 
PPKn 8 Disiplin itu indah
PPKn 8 Disiplin itu indahPPKn 8 Disiplin itu indah
PPKn 8 Disiplin itu indahJajang Sulaeman
 
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraSumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraUzix Moch
 
Hubungan norma hukum dengan sistem hukum
Hubungan norma hukum dengan sistem hukumHubungan norma hukum dengan sistem hukum
Hubungan norma hukum dengan sistem hukumIznih Assagaf
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxZukét Printing
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfZukét Printing
 

Similar to Bentuk undang-undang.pptx (20)

Tik tugas ke-5 Dellia Kusuma Ningrum
Tik tugas ke-5 Dellia Kusuma NingrumTik tugas ke-5 Dellia Kusuma Ningrum
Tik tugas ke-5 Dellia Kusuma Ningrum
 
55724153 materi-pkn-kelas-x-semester-2
55724153 materi-pkn-kelas-x-semester-255724153 materi-pkn-kelas-x-semester-2
55724153 materi-pkn-kelas-x-semester-2
 
Hubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusiHubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusi
 
Kewarganegaraan 2
Kewarganegaraan 2Kewarganegaraan 2
Kewarganegaraan 2
 
Pengertian konstitusi
Pengertian konstitusiPengertian konstitusi
Pengertian konstitusi
 
Bahan pancasila 2
Bahan pancasila 2Bahan pancasila 2
Bahan pancasila 2
 
Htn
HtnHtn
Htn
 
Hubungan Sistem Norma Hukum Di Indonesia.pptx
Hubungan Sistem Norma Hukum Di Indonesia.pptxHubungan Sistem Norma Hukum Di Indonesia.pptx
Hubungan Sistem Norma Hukum Di Indonesia.pptx
 
Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945
 
PPKn – disiplin itu indah
PPKn – disiplin itu indahPPKn – disiplin itu indah
PPKn – disiplin itu indah
 
Sumber HTN
Sumber HTNSumber HTN
Sumber HTN
 
Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945
 
PPKn 8 Disiplin itu indah
PPKn 8 Disiplin itu indahPPKn 8 Disiplin itu indah
PPKn 8 Disiplin itu indah
 
PKn
PKnPKn
PKn
 
PKN Kd 4.1
PKN Kd 4.1PKN Kd 4.1
PKN Kd 4.1
 
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraSumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negara
 
Hubungan norma hukum dengan sistem hukum
Hubungan norma hukum dengan sistem hukumHubungan norma hukum dengan sistem hukum
Hubungan norma hukum dengan sistem hukum
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
 
Teori Konstitusi
Teori KonstitusiTeori Konstitusi
Teori Konstitusi
 

Recently uploaded

aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaaspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaastrinovianti699
 
HUKUM PEMERIKSAAN GUGATAN DI PENGADILAN
HUKUM  PEMERIKSAAN GUGATAN DI PENGADILANHUKUM  PEMERIKSAAN GUGATAN DI PENGADILAN
HUKUM PEMERIKSAAN GUGATAN DI PENGADILANsucisrirezeky02
 
pengantar delik NARKOTIKA.pptx termuat pasal - pasal
pengantar delik NARKOTIKA.pptx termuat pasal - pasalpengantar delik NARKOTIKA.pptx termuat pasal - pasal
pengantar delik NARKOTIKA.pptx termuat pasal - pasalilhamsyahh5053
 
PPt DEMOKRASI dan Infrastruktur Politik.
PPt DEMOKRASI dan Infrastruktur Politik.PPt DEMOKRASI dan Infrastruktur Politik.
PPt DEMOKRASI dan Infrastruktur Politik.TriHR
 
Clinical Legal Education - Jurnal Penyuluhan Komunitas Mantan PSK - A.pdf
Clinical Legal Education - Jurnal Penyuluhan Komunitas Mantan PSK - A.pdfClinical Legal Education - Jurnal Penyuluhan Komunitas Mantan PSK - A.pdf
Clinical Legal Education - Jurnal Penyuluhan Komunitas Mantan PSK - A.pdfNandaAuliaRahmaD
 
materi hukum perbankan di Indonesia untuk perguruan tinggi
materi hukum perbankan di Indonesia  untuk perguruan tinggimateri hukum perbankan di Indonesia  untuk perguruan tinggi
materi hukum perbankan di Indonesia untuk perguruan tinggissuser8b8170
 

Recently uploaded (6)

aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaaspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
 
HUKUM PEMERIKSAAN GUGATAN DI PENGADILAN
HUKUM  PEMERIKSAAN GUGATAN DI PENGADILANHUKUM  PEMERIKSAAN GUGATAN DI PENGADILAN
HUKUM PEMERIKSAAN GUGATAN DI PENGADILAN
 
pengantar delik NARKOTIKA.pptx termuat pasal - pasal
pengantar delik NARKOTIKA.pptx termuat pasal - pasalpengantar delik NARKOTIKA.pptx termuat pasal - pasal
pengantar delik NARKOTIKA.pptx termuat pasal - pasal
 
PPt DEMOKRASI dan Infrastruktur Politik.
PPt DEMOKRASI dan Infrastruktur Politik.PPt DEMOKRASI dan Infrastruktur Politik.
PPt DEMOKRASI dan Infrastruktur Politik.
 
Clinical Legal Education - Jurnal Penyuluhan Komunitas Mantan PSK - A.pdf
Clinical Legal Education - Jurnal Penyuluhan Komunitas Mantan PSK - A.pdfClinical Legal Education - Jurnal Penyuluhan Komunitas Mantan PSK - A.pdf
Clinical Legal Education - Jurnal Penyuluhan Komunitas Mantan PSK - A.pdf
 
materi hukum perbankan di Indonesia untuk perguruan tinggi
materi hukum perbankan di Indonesia  untuk perguruan tinggimateri hukum perbankan di Indonesia  untuk perguruan tinggi
materi hukum perbankan di Indonesia untuk perguruan tinggi
 

Bentuk undang-undang.pptx

  • 1. BENTUK UNDANG-UNDANG Dr. Auliya Khasanofa., SH., MH
  • 2. Struktur Naskah 1. Kepala Surat Kepala surat adalah bentuk formal penulisan atau format kertas pengesahan suatu undang-undang. UU RI selama ini mempunyai kepala surat yang didahului oleh lambang bintang diantara lingkaran padi dan kapas disertai dengan kata-kata Presiden Indonesia. Dengan kepala surat itu, berarti lembaga yang menerbitkan UU RI adalah Presiden. Dasar hukumnya Pasal 20 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yakni Presiden mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama menjadi UU”. Artinya format kepala surat Presiden yang digunakan adalah status hukum Presiden selaku instansi yang mengesahkan UU secara resmi. Jika dilihat lembaga yang membentuknya, pasca Perubahan Pertama UUD NRI Tahun 1945 adalah DPR RI dasar hukumnya Pasal 20 ayat (1) yang menyatakan “DPR memegang kekuasaan membentuk UU” mengenai format kepala surat UU RI dari Presiden atau DPR sama- sama dibenarkan. Dalam praktik ketatanegaran disebut dengan kelaziman atau konvensi ketatanegaraan
  • 3.
  • 4. Kerangka dan Judul Undang-Undang - Judul - Pembukaan - Batang tubuh - Penutup - Penjelasan dan - Lampiran
  • 5. Setiap UU harus dirumuskan dengan judul tertentu. Dalam rumusannya dimuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun pengesahan, penetapan atau pengundangan dan nama resmi UU yang bersangkuta. Dua jenis judul UU yaitu: 1. Judul panjang (long title) 2. Judul pendek (short title) Indonesia menggunana judul pendek
  • 6.
  • 7.
  • 8. Judul UU dinilai penting oleh para ahli karena: 1. Menggambarkan keseluruhan isi norma atau UU yang diatur di dalamnya beserta batas- batasnya 2. Berfungsi sebagai pedoman dalam memberikan makna atas teks UU Dengan demikian, substansi yang diatur dalam UU hanya norma yang tercakup daam lingkup pengertian yang tergambar dalam judul UU yang berangkutan
  • 9. 2. Pembukaan Judul dan pamjamh judul seringkali dipakai pula sebagai pengganti pembukaan (preambule). Jika naskah UUD atau piagam biasanya dimulai dengan pembukaan, maka naskah UU biasa dirumuskan tanpa pembukaan. Dalam praktik di Indonesia pembukaan dianggap telah digantikan oleh fungsi konsideran “menimbang”, dalam konsideran menimbang itulah uraian filosofis dan sosiologis dimuat.
  • 10.
  • 11. Praktik ketatanegaraan di berbagai negara biasanya pembukaan digunakan dalam bidang legislatif, yaitu: 1. Apabila materi pokok UU tergolong penting secara konstitusional atau dari segi internasional dianggap penting 2. Apabila UU yang bersangkutan bersifat formal atau seremonial untuk menandai sesuatu peristiwa atau kejadian-kejadian khusus dan bersejarah
  • 12. 3. Apabila UU yang bersangkutan bersifat privat untuk mengatasi kompleksitas permasalahan yang bersifat lokal 4. Apabila tujuan pembentukan UU itu dimaksudkan untuk meratifikasi atau memberikan persetujuan atas suatu persetujuan perjanjian
  • 13. 3. Konsideran Konsideran yang ada dalam setiap UU berkaitan dengan lima landasan pokok bagi norma-norma yang terkandung di dalam UU tersebut bagi subjek- subjek hukum yang diatur oleh UU itu. Perumusan konsideran dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu Menimbang, Mengingat dan Memperhatikan. Dalam kelaziman praktik pembentukan perUU di Indonesia yakni menimbang dan mengingat dianggap suatu yang mutlak sedangkan memperhatikan bersifat fakultatif sesuai kebutuhan
  • 14. Dalam konsideran “Menimbang” yang perlu dimuat adalah : 1. Landasan Filosofis 2. Landasan Sosiologis 3. Landasan Politis Konsideran “Mengingat” berisi landasan yuridis – normatif. Untuk konsideran “Memperhatikan” memuat landasan yang bersifat administratif
  • 15. Kelima landasan tersebut adalah 1. Filosofis 2. Sosiologis 3. Politis 4. Yuridis 5. Administratif
  • 16. Landasan Filosofis UU selalu mengandung norma-norma hukum yang diidealkan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu, cita-cita filosofis yang terkandung dalam UU itu hendaklah mencerminkan cita- cita filosofis yang dianut masyarakat. Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai falsafah negara haruslah tercermin dalam pertimbangan filosofis yang terkandung dalam setiap UU.
  • 17. Landasan Sosiologis Setiap norma hukum yang dituangkan dalam UU haruslah mencerminkan tuntutan kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan realitas kesadaran hukum masyarakat. Oleh karena itu dalam konsideran harus dirumuskan pertimbangan yang bersifat empiris sehingga sesuatu gagasan normatif yang dituangkan dalam UU benar-benar didasarkan atas kenyataan yang hidup dalam kesadaran bermasyarakat.
  • 18. Landasan Politis Konsideran harus ada sistem rujukan konstitusional ,emurut cita dan norma dasar yang terkandung dalam UUD sebagai sumber kebijakan pokok atau sumber politik hukum yang melandasi pembentukan UU yang bersangkutan. UU adalah media untuk menuangkan kebijakan operasional, tetapi kebijakan itu harus bersumber dari ide, cita dan kebijakan politik yang terkandung dalam konstitusi
  • 19. Landasan Yuridis Landasan yuridis dalam perumusan setiap UU haruslah ditempatkan pada bagian “Mengingat” yang harus disusun rinci dan tepat sebagai berikut: 1. Ketentuan UUD yang dijadikan rujukan, termasuk penyebutan pasal dan ayat atau bagian tertentu dari UUD 1945 harus ditentukan secara tepat 2. UU lain yang dijadikan rujukan dalam membentuk UU yang harus jelas disebutkan nomor, judul dan tahun lembaran negara dan tambahan lembaran negara
  • 20. Perumusan UU 1. Judul dan Kepala Surat Perumusan naskah UU selalu dimulai dengan judul dan kepala surat Presiden RI, Nomor dan Judul UU dengan perkataan “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”. Dimuat pula konsideran UU dilanjutkan dengan perkataan “Dengan persetujuan bersama DPR RI dan Presiden RI menetapkan: UU RI tentang ..”
  • 21. 2. Ketentuan Umum Sesuai dengan kelaziman UU selalu didahului dengan ketentuan umum yang berisi pengertian atau istilah-istilah yang dipakai dalam UU yang bersangkutan. Fungsi ketentuan umum sebagai alat perlengkapan bagi perancang UU dalam menjalankan tugasnya. Dengan mendefinisikan berbagai kata dan istilah tehnis yang dianggap penting dalam UU, perancang dapat menyusun rumusan UU secara sederhana da mudah dimengerti
  • 22. 2. Ketentuan Umum Sesuai dengan kelaziman UU selalu didahului dengan ketentuan umum yang berisi pengertian atau istilah-istilah yang dipakai dalam UU yang bersangkutan. Fungsi ketentuan umum sebagai alat perlengkapan bagi perancang UU dalam menjalankan tugasnya. Dengan mendefinisikan berbagai kata dan istilah tehnis yang dianggap penting dalam UU, perancang dapat menyusun rumusan UU secara sederhana da mudah dimengerti
  • 23. 3. Ketentuan Khusus Pada prinsipnya, ketentuan khusus merupakan suatu kualifikasi tertentu terhadap norma hukum yang bersifat umum yang terdapat dalam subbab setiap UU. Empat macam kegunaannya yakni: a. Untuk menentukan ketentuan tertentu b. Untuk mengubah keseluruhan konsep atau maksud norma yang terkandung dalam suatu subbab dengan menekankan kondisi mandatori tertentu yang harus dipenuhi sehingga ketentuan UU dapat dijalankan
  • 24. c. Ketentuan khusus dapat dicantumkan sedemikian rupa dalam bagian UU sebagai bagian integral yang tidak dapat dipidahkan dari UU, sehingga menentukannada dan warna keseluruhan materi UU itu sendiri d. Ketentuan khusus itu hanya dapat digunakan untuk tambahan yang bersifat piliham terhadap materi bagian dengan tujuan untuk merapkan objek sesungguhnya dari ketentuan UU yang bersangkutan
  • 25. 4. Ketentuan Tambahan Ketentuan yang berisi tambahan norma terhadap substansi pokok yang hendak diatur dalam UU. Biasanya, ketentuan tambahan ditempatkan dalam bab yang tersendiri sebelum ketentuan penutup atau bahkan sebelum ketentuan peralihan. Dinamakan ketentuan tambahan karena isinya memang bukan substansi yang bersifat utama atau pokok melainkan hal-hal yang seharusnya menjadi materi UU lain.
  • 26. 5. Ketentuan Peralihan Ketentuan yang berisi norma peralihan yang berfungsi mengatasi kemungkinan terjadinya kekosongan hukum sebagai akibat peralihan normatif dari ketentuan lama ke ketentuan baru. Ketentuan peralihan ini memuat penyesuaian perUU yang sudah ada pada saat perUU yang baru mulai berlaku agar perUU tersebut dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan masalah hukum.
  • 27. 6. Ketentuan Penutup Ketentuan yang berkenaan dengan pernyataan mulai berlakunya UU atau mulai pelaksanaan suatu ketentuan UU. Ketentuan penutup biasanya memuat: a. Penunjukan organ atau lembaga tertentu yang akan melaksanakan perUU yang bersangkutan b. Nama singkat perUU c. Status PerUU yang sudah ada sebelum dan d. Saat mulai berlakukanya perUU
  • 28. 7. Penutup Penutup merupakan bagian akhir dari UU yang memuat sebagai berikut: a. Rumusan perintah pengundangan dan penempatan perUU dalam Lembaran Negara RI, Berita Negara RI, Lembaran Daerah atau Berita Daerah b. Tanda tangan pengesahan atau penetapan PerUU yang bersangkutanoleh Presiden RI atau pejabat terkait lainnya c. Pengundangan perUU tersebut dengan pemberian nomor
  • 29. Penandatangan pengesahan atau penetapan memuat: a. Tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan b. Nama jabatan c. Tanda tangan pejabat d. Nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar dam pangkat
  • 30. 8. Penjelasan Penjelasan UU merupakan kebiasaan negara yang menganut civil law. Tradisi yang berasal dari Belanda. Tujuan dari penjelasan yaitu: a. Menjelaskan pengertian dan maksud dari suatu ketentuan b. Apabila terdapat ketidakjelasan atau kekaburan dalam suatu UU, maka penjelasan dimaksudkan untuk memperjelas sehingga ketentuan yang dimaksud konsisten dengan tujuan yang hendak dicapai oleh peraturan yang bersangkutan c. Menyediakan tambahan uraian pendukung terhadap tujuan utama dari UU agar keberadaannya semakin bermakna dan berguna d. Apabila terdapat perbedaan yang relevan dengan maksud penjelasan untuk menekan kesalahan dan mengedepankan objek UU, penjelasan dapat membantu pengadilan dalam melakukan penafsiran
  • 31. 9. Lampiran UU dapat dilengkapi dengan lampiran. Lampiran bagian yang tak terpisahkan dengan naskah UU. Dalam hal UU memrlukan lampiran, maka harus dinyatakan dengan tegas daam batang tubuh disertai pernyataan yang mengaskan bahwa lampiran tersebut merupakan bagian dari suatu UU.