2. Capaian dan Target Indikator Persentase Puskesmas dengan
Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial 2015-2019
77.00% 80.00%
85.00% 86.00%
95.00%
79.38% 81.57%
89.30% 92.47% 95.78%
Target Capaian
Untuk capaian Indikator
Persentase Puskesmas
dengan Ketersediaan
Obat dan Vaksin
Esensial selalu
mengalami tren
peningkatan dari tahun
ke tahun.
Data tahun 2019 merupakan data Tw 4 2019
2016 2017
2015 2018 2019
3. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial
di Provinsi Sulawesi Tengah (94,69%) Tahun 2019
3
80,77%
100
%
95,83
%
100
%
100
%
100
%
84,62%
100
%
100
%
100
%
100
%
92,31%
85,71%
Keterangan:
Mencapai target (9 Kab/Kota)
Belum mencapai target (4
Kab/Kota)
3
4. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Periode 2020-2024
Program
/Kegiatan
Indikator
Target
2020 2021 2022 2023 2024
Sasaran
Strategis
Kemenkes
Persentase Puskesmas
dengan Ketersediaan Obat
Esensial
85% 90% 92% 94% 96%
IKK (Eselon 1)
Persentase Kab/Kota
dengan Ketersediaan Obat
Esensial
85% 90% 92% 94% 96%
Persentase Puskesmas
dengan Ketersediaan Vaksin
IDL sesuai standar
95% 95,5% 96% 96,5% 97%
IKP (Eselon 2)
Jumlah Instalasi Farmasi
Prov/Kab/Kota yang telah
tersertifikasi manajemen
mutu (Kumulatif)
10 15 20 25 30
5. Definisi Operasional dan Formula
Persentase Puskesmas dengan
Ketersediaan Obat Esensial
Sasaran Strategis Kemenkes
Jumlah Puskesmas yang memiliki minimal 80%
obat esensial (Pemantauan dilakukan terhadap
40 item obat indikator) dibagi jumlah
Puskesmas yang melapor dikali seratus persen
Definisi Operasional Formula
01
Persentase Kab/Kota dengan
Ketersediaan Obat Esensial
IKK (Eselon 1)
Jumlah Kab/Kota dengan minimal 90% Puskesmas
di wilayahnya yang memiliki ketersediaan minimal
80% dari 40 item obat indikator dibagi dengan
jumlah Kab/Kota yang melapor dikali seratus
persen
Definisi Operasional Formula
02
Persentase Puskesmas dengan
Ketersediaan Vaksin IDL sesuai
standar
IKK (Eselon 1)
Jumlah Puskesmas yang memiliki vaksin IDL terdiri
dari Vaksin Hepatitis B, BCG, DPT-HB-Hib, Polio
(b-OPV), Campak/Campak Rubella dibagi jumlah
Puskesmas yang melapor dikali seratus persen
Definisi Operasional
% 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 dengan ketersediaan vaksin IDL=
Jumlah Puskesmas yang memiliki ketersediaan vaksin x 100%
Jumlah Puskesmas yang melapor
Formula
03
𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 dengan ketersediaan obat esensial=
Jumlah Puskesmas yang memiliki minimal 80% obat esensial x 100%
Jumlah Puskesmas yang melapor
% 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 dengan ketersediaan vaksin IDL=
wilayahnya yang memiliki ketersediaan minimal 80% obat esensial x
100%
Jumlah Puskesmas yang melapor
6. Alur Pengumpulan Data Indikator
1
Puskesmas melaporkan
ketersediaan 40 jenis
obat & 5 jenis vaksin
esensial ke Kab/Kota
10
Provinsi merekap
melaporkan ketersediaan
40 jenis obat dan 5 jenis
vaksin esensial ke Pusat
25
Puskesmas mencatat
ketersediaan 40 jenis obat
& 5 jenis vaksin esensial
5
Kab/Kota melaporkan
ketersediaan 40 jenis obat
& 5 jenis vaksin esensial
ke Provinsi
Tanggal
20
Kab/Kota memastikan
ketersediaan 40 jenis obat
& 5 jenis vaksin esensial di
puskesmas
14. TUJUAN
Memastikan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
Meningkatkan efektifitas pemantauan ketersedian obat dan perbekes
SASARAN
Tersedia dan dimanfaatkannya data dan informasi obat yang akurat, tepat
dan cepat dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
dalam pengambilan kebijakan bidang kesehatan khususnya obat pada
level Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
15. Aplikasi e-Logistik: Modul
E-Logistik
Pusat
Dinkes
Kab/Kota
Dinkes
Propinsi
- Memasukkan data profil
- Penerimaan dan distribusi obat
- Melihat stok obat Kab./Kota
- Melihat laporan penerimaan dan pengeluaran
obat
- Stok obat
- Ketersediaan obat dan Obat kadaluarsa
- Memasukkan data profil
- Penerimaan dan pengeluaran obat
-Melihat laporan penerimaan dan
pengeluaran obat
-Stok obat
-Ketersediaan obat dan Obat kadaluarsa
- Memasukkan master data (obat, faskes,
instalasi farmasi)
- Memasukkan data profil
- Penerimaan dan dan pengeluaran obat
- Melihat list stok obat tiap instalasi farmasi baik
Kabupaten/Kota dan Provinsi
- Melihat laporan penerimaan dan pengeluaran
obat
- Stok obat
- Ketersediaan obat dan obat kadaluarsa
Output
Output
Output
Intput
Intput Intput
19. Manajemen logistik
Penerimaan Sediaan :
Menu ini digunakan untuk melakukan input data penerimaan
baik data penerimaan melalui pembelian ataupun bantuan
buffer stok dari provinsi dan pusat
21. Manajemen logistik
Distribusi :
Menu ini digunakan untuk melakukan input/pencatatan obat
dan BMHP yang akan didistribusikan baik yang dilakukan
secara rutin ke puskesmas maupun pemberian sewaktu ke
unit tertentu.
23. Integrasi data
Menu ini digunakan untuk melakukan integrasi data ke server
elogistik pusat. Idealnya tahap ini digunakan setiap akhir
bulan.
Untuk menu sediaan kadaluarsa bisa dilakukan setelah input
penerimaan sediaan selesai dilakukan
Menu obat indikator, akan terbaca jika pada saat input
penerimaan obat tersebut sudah disetting sebagai obat
indikator
25. DESKRIPSI TAHAPAN APLIKASI E-LOGISTIK
NO TAHAPAN KETERANGAN
1 Instalasi Aplikasi (A) Instalasi aplikasi e-logistik ke PC/laptop berbasis web dan/atau bisa offline
2
Input Penerimaan (B)
Menginput data obat dan BMHP yang terdapat di Instalasi Farmasi Provinsi, dan Kab/Kota
kedalam aplikasi e logistik
3
Input LPLPO (C)
Penginputan data obat dan BMHP yang terdapat pada Lembar Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat.
4 Infut Distribusi (D) Input data alokasi distribusi obat dan BMHP ke Puskesmas
5 Integrasi Data (E) Pengiriman data obat dan BMHP ke Bank Data Pusat secara online
a. Sediaan Kedaluarsa Diperoleh informasi obat dan BMHP kedaluarsa jika menginput Penerimaan Obat
b.Obat Indikator Diperoleh informasi Obat Indikator jika menginput data LPLPO
c. Ketersediaan Obat
Diperoleh informasi ketersediaan obat di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kab/Kota jika
menginput data distribusi
26. Capaian dan Target Indikator E-Logistik
20%
34.46%
37%
20%
30%
40%
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019*
Capaian
Target
Integrasi E-Logistik: 28,80%; Aplikasi mandiri : 5,66%
Tahun 2018
01
02
Integrasi E-Logistik: 30,84%; Aplikasi mandiri : 6,20%
Tahun 2019
03
Integrasi E-Logistik: 15,88%; Aplikasi mandiri : 4,38%
Tahun 2017
Data tahun 2019
27. Kendala Penerapan e-Logistik (Existing)
Sumber Daya Kebijakan
Regulasi belum didukung oleh
Permenkes
Sumber Daya Manusia
Kapasitas pengelola e-log di Dinkes
Prov. belum optimal, jumlah dan
kapasitas SDM di pusat maupun
daerah terbatas serta tingginya
mutasi staf pengelola e-log yg sudah
dibina di daerah.
Sistem Aplikasi
Prosedur dan entry data obat dirasakan masih
terlalu panjang, untuk sistem offline sehingga apabila
komputer/laptop rusak maka data bisa hilang, bila
ada item obat yang baru perlu update data di pusat.
Implementasi
1. Kecepatan implementasi di
daerah masih rendah, terlihat dari
integrasi ke bankdata setiap bulan
belum menjadi rutinitas.
2. Sebagian daerah punya aplikasi
logistik obat sendiri dan belum
bridging dengan e-logistik.
(Eksisting)
Lingkungan Internal
Belum meratanya komitmen atasan
dan pimpinan di daerah
28. Untuk mengatasi kendala pada sistem e-
logistik dan terintegrasinya seluruh sistem
yang ada di Ditjen Farmalkes, maka
dirancang sistem Digital Inventory National
(DIN).
Solusi
29. CAPAIAN TAHAPAN PENERAPAN APLIKASI E-LOGISTIK PROVINSI SULAWESI TENGAH tahun 2020
No Prov/Kab/Kota
INSTALASI
APLIKASI
INPUT DATA
PENERIMAAN
INPUT LPLPO
INPUT
DISTRIBUSI
INTEGRASI
DATA
KETERANGAN
1 Provinsi Sulawesi Tengah 1 Integrasi Mei
2 Kabupaten Banggai 1 integrasi bulan AGUSTUS
3
Kabupaten Banggai
Kepulauan
1
4 Kabupaten Banggai Laut 1
5 Kabupaten Buol 1 Integrasi AGUSTUS
6 Kabupaten Donggala 1 integrasi september
7 Kabupaten Morowali 1
8 Kabupaten Morowali Utara 1
9 Kabupaten Parigi Moutong 1 Integrasi bulan Juni
10 Kabupaten Poso 1
11 Kabupaten Sigi 1 integrasi
12 Kabupaten Tojo Unauna 1 Integrasi september
13 Kabupaten Tolitoli 1
14 Kota Palu 1 integrasi bulan agustus
Jumlah 0 2 5 0 7 14
30. DUKUNGAN TERKAIT PENERAPAN APLIKASI LOGISTIK OBAT & BMHP DI KAB/KOTA
TAHUN 2020
DANA ALOKASI KHUSUS NON
FISIK
Menu Dukungan Pemanfaatan Sistem Informasi atau Aplikasi
Logistik Obat & BMHP secara Elektronik di Instalasi Farmasi
Kab/Kota, yang digunakan untuk:
▰ 1) Pendampingan manajemen logistik obat dan BMHP,
termasuk pengumpulan data indikator ketersediaan
obat dan vaksin esensial dengan mengundang
petugas puskesmas
▰ 2) Biaya perjalanan dinas atau transport bagi petugas
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melakukan
konsultasi pemanfaatan sistem informasi atau aplikasi
logistik obat dan BMHP secara elektronik ke provinsi.
Tata cara penyelenggaraannya mengacu pada
ketentuan perjalanan dinas atau transport yang
ditetapkan dengan peraturan yang berlaku
▰ 3) Biaya langganan internet yang hanya berupa paket
data dengan kuota paling banyak 6 Gb per bulan
HONORARIUM PENGELOLA
▰ Honorarium untuk pengelola aplikasi sistem
informasi atau aplikasi logistik obat dan BMHP
sesuai versi Kementerian Kesehatan atau Dinas
Kesehatan. Tenaga pengelola :
a) Petugas Instalasi Farmasi (ASN ataupun
Honorer) yang ditugaskan menangani aplikasi
logistik. Jumlah petugas maksimal 2 orang
dengan honor Rp. 300.000 s.d 500.000
/orang/bulan.
b) Petugas yang direkrut khusus untuk mengelola
aplikasi logistik. Jumlah petugas maksimal 1
orang dengan honor sesuai dengan UMR
setempat yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI
KHUSUS NON FISIK
Aplikasi e-logistik mempunyai 3 level utama yaitu Pusat, propinsi dan kabupaten kota dimana setiap level mempunyai modul dan fitur masing2 sesuai level