2. Pendahuluan
Menstruasi atau haid adalah hal yang akan dijalani oleh seorang remaja wanita, tetapi bila
terjadi perdarahan uterus berlebihan maka hal tersebut berhubungan dengan tingkat
kesakitan yang signifikan.
Perdarahan uterus abnormal (PUA) didefinisikan sebagai perubahan signifikan pada pola atau
volume darah menstruasi. Perdarahan uterus abnormal merupakan hal yang paling banyak
dikeluhkan oleh wanita.
Perdarahan uterus abnormal (PUA) meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah
maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang
memanjang atau tidak beraturan.
3. Pendahuluan
Terminologi menoragia saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak atau heavy
menstrual bleeding (HMB) sedangkan perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor
koagulopati, gangguan hemostatis lokal endometrium dan gangguan ovulasi merupakan
kelainan yang sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).
5. Klasifikasi PUA
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), terdapat
sembilan kategori utama yang disusun sesuai dengan akronim “PALM-COEIN” yakni;
polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy and hyperplasia, coagulopathy, ovulatory
dysfunction, endometrial, iatrogenik dan not yet classified.
6. 1. Polip (PUA-P)
Definisi: Pertumbuhan lesi lunak pada lapisan endometrium uterus, baik bertangkai maupun tidak,
berupa pertumbuhan berlebih dari stroma dan kelenjar endometrium dan dilapisi oleh epitel
endometrium.
Gejala :
Polip biasanya bersifat asimptomatik, tetapi dapat pula meyebabkan PUA, paling umum berupa perdarahan
banyak dan di luar siklus atau perdarahan bercak ringan pasca menopause.
Lesi umumnya jinak, namun sebagian atipik atau ganas.
Diagnostik:
Diagnosis polip ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG dan atau histeroskopi, dengan atau tanpa
hasil histopatologi
8. 1. Polip (PUA-P)
Histopatologi polip endometrium
Terapi:
Eksisi, namun cenderung berulang.
Untuk terapi definitif dapat dilakukan histerektomi, namun jarang
dilakukan untuk polip endometrium yang jinak.
9. 2. Adenomiosis (PUA-A)
Definisi: Dijumpainya jaringan stroma dan kelenjar endometrium ektopik pada lapisan
miometrium.
Gejala:
Nyeri haid, nyeri saat senggama, nyeri menjelang atau sesudah haid, nyeri saat buang air besar,
atau atau nyeri pelvik kronik.
Gejala nyeri tersebut di atas dapat disertai dengan perdarahan uterus abnormal berupa perdarahan
banyak yang terjadi dalam siklus.
Diagnostik:
Pemeriksaan Fisik:
10. 2. Adenomiosis (PUA-A)
Penebalan dinding uterus dan jaringan kelenjar endometrium
pada adenomiosis.
Diagnosis banding :
Terapi:
o Simptomatik: diberikan jika masih ingin mempertahankan
kemampuan untuk memiliki anak.
o Reseksi.
Terapi kuratif: histerektomi.
11. 3. Leiomioma (PUA-L)
Definisi: pertumbuhan jinak otot polos uterus pada lapisan miometrium.
Jenis berdasarkan lapisan uterus tempat tumbuhnya:
Submukosa
Intramural
Subserosa.
12. 3. Leiomioma (PUA-L)
Jenis-jenis mioma berdasarkan lapisan tempat tumbuhnya di uterus
Gejala:
Perdarahan uterus abnormal
Pembesaran rahim
Seringkali membesar saat kehamilan
Penekanan
Nyeri dan/atau tekanan di dalam atau sekitar
daerah panggul
Peningkatan frekuensi berkemih atau
inkontinensia
Diagnosis Banding :
13. 3. Leiomioma (PUA-L)
Pemeriksaan Penunjang:
Darah lengkap dan urine lengkap.
Tes kehamilan.
Dilatasi dan kuretase pada penderita yang disertai perdarahan untuk menyingkirkan
kemungkinan patologi lain pada rahim (hyperplasia atau adenokarsinoma endometrium).
USG.
Mioma subserosa: Mioma intramural:
15. 3. Leiomioma (PUA-L)
Terapi:
Observasi:
Ekstirpasi:.
Laparotomi miomektomi
Laparotomi histerektomi:
Bila fungsi reproduksi tak diperlukan lagi,
Pertumbuhan tumor sangat cepat.
Sebagai tindakan hemostatis, yakni dimana terjadi perdarahan terus menerus dan
banyak serta tidak membaik dengan pengobatan.
16. 4. Malignancy and hyperplasia (PUA-M)
Definisi: pertumbuhan hiperplastik
atau pertumbuhan ganas dari lapisan
endometrium.
Gejala: perdarahan uterus abnormal.
Diagnostik:
Diagnosis pasti ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan
histopatologi.
17. 5. Coagulopathy (PUA-C)
Definisi: gangguan hemostatis sistemik yang berdampak terhadap perdarahan uterus.
Gejala: perdarahan uterus abnormal
Diagnostik:
Terminologi koagulopati digunakan untuk kelainan hemostatik sistemik yang terkait dengan
PUA.
13% perempuan dengan perdarahan haid banyak memiliki kelainan hemostatis sistemik, dan
yang paling sering ditemukan adalah penyakit von Willebrand.
18. 6. Ovulatory Disfunction (PUA-O)
Definisi: kegagalan ovulasi yang menyebabkan terjadinya perdarahan uterus.
Gejala: perdarahan uterus abnormal.
Diagnostik:
1. Gangguan ovulasi merupakan
2. Dahulu termasuk dalam criteria perdarahan uterus disfungsional (PUD).
3. Gejala bervariasi
4. Gangguan ovulasi dapat disebabkan
19. 7. Endometrial (PUA-E)
Definisi: Gangguan hemostatis local endometrium yang memiliki kaitan erat dengan terjadinya
perdarahan uterus.
Gejala: perdarahan uterus abnormal.
Diagnostik:
1. Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid teratur.
2. Penyebab perdarahan.
3. Adanya penurunan produksi ,endothelin-1 dan prostaglandin F2α serta peningkatan aktivitas fibrinolisis.
4. Gejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengah atau perdarahan yang berlanjut akibat gangguan
hemostatis local endometrium.
5. Diagnosis PUA-E ditegakkan setelah menyingkirkan gangguan lain pada siklus haid yang berovulasi.
20. 8. Iatrogenik (PUA-I)
Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi medis.
Perdarahan haid di luar jadwal.
Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang
dapat disebabkan oleh sebagai berikut:
Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi
Pemakaian obat tertentu
Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna anti koagulan
21. 9. Not yet classified (PUA-N)
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan dalam
klasifikasi.
Kelainan yang termasuk dalam kelompok ini adalah endometritis kronik atau
malformasi arteri-vena.
Kelainan tersebut masih belum jelas kaitannya dengan PUA.
22. Epidemiologi
Sampai saat ini belum ada data mengenai insidens masing-masing penyebab
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) di Indonesia, padahal data ini penting untuk
pelaksanaan yang akurat sesuai dengan kausa penyakit.
Menurut Puspita dkk, didapatkan angka kejadian PUA di Los Angeles, Amerika
Serikat selama tahun 1995 dimana 20% wanita akan mengalami hal ini.
23. Etiologi
1. Sebab-sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada:
Serviks uteri
Korpus uteri,
Tuba Falopii,
Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
1. Sebab – sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan
perdarahan disfungsional.
27. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus sebaiknya dilakukan walaupun sebagian besar kasus normal.
Takikardi dan hipotensi dapat memberikan petunjuk ketidakstabilan hemodinamik akut yang
memerlukan intervensi cepat.
Adanya takikardia, penampilan pucat, atau bunyi bising pada auskultasi jantung mengarah pada
anemia.
Petekia atau memar yang berlebihan dapat mengarah pada defek platelet atau kelainan perdarahan
lainnya.
Pemeriksaan inspeksi pada genitalia cukup untuk menegakkan diagnosis pada kebanyakan pasien.
Pemeriksaan bimanual dan spekulum disarankan pada pasien yang aktif secara seksual atau pada
pasien yang tidak mengalami respon terhadap terapi.
28. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear.
Harus disingkirkan pula kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium
atau keganasan.
Penilaian Ovulasi
Siklus haid yang berovulasi berkisar 22-35 hari.
Jenis perdarahan PUA-O bersifat ireguler dan sering diselingi amenorea.
Konfirmasi ovulasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan progesteron serum fase luteal atau
USG transvaginal bila diperlukan.
29. Pemeriksaan ginekologi
Penilaian Endometrium
Pengambilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua pasien PUA. Pengambilan
sampel endometrium hanya dilakukan pada:
Perempuan umur > 45 tahun
Terdapat faktor risiko genetik
USG transvaginal
Terdapat faktor risiko
Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis colorectal cancer memiliki risiko kanker endometrium
sebesar 60% dengan rerata umur saat diagnosis antara 48-50 tahun
Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahan uterus abnormal yang menetap
(tidak respons terhadap pengobatan).
30. Pemeriksaan ginekologi
Penilaian Kavum Uteri
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma uteri
submukosum.
USG transvaginal
Bila dicurigai terdapat polip endometrium atau mioma uteri submukosum disarankan
untuk melakukan Saline Infusion Sonography (SIS) atau histeroskopi.
31. Pemeriksaan ginekologi
Penilaian Miometrium
1. Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau adenomiosis.
2. Miometrium dinilai menggunakan USG (transvaginal, transrektal dan abdominal), SIS,
histeroskopi atau MRI.
3. Pemeriksaan adenomiosis menggunakan MRI lebih unggul dibandingkan USG transvaginal.
34. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
Penunjang
Primer sekunder tertier
Laboratorium Hb
Tes kehamilan
urin
Darah lengkap
Hemostasis
(BTCT,
lainnya sesuai
fasilitas)
Prolaktin
Tiroid (TSH, FT4)
DHEAS,
Testosteron
Hemostasis (PT,
aPTT, fibrinogen,
D-dimer)
USG USG
transabdominal
USG transvaginal
SIS
USG transabdominal
USG transvaginal
SIS
Doppler
Penilaian
Endometrium
Mikrokuret
D&K
Mikrokuret / D&K
Histeroskopi
Endometrial sampling
(hysteroscopy guided)
Penilaian serviks
(bila ada patologi
IVA Pap smear Pap smear
Kolposkopi
Pemeriksaan penunjang pada PUA.
35. Penatalaksanaan
Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan PUA ialah: Memperbaiki keadaan umum,
Menghentikan perdarahan, dan Mengembalikan fungsi hormon reproduksi.
1. Perbaikan keadaan umum
2. Penghentian perdarahan:
3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi yang meliputi
pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal,
Untuk pengobatan Medika mentosa, terdiri dari :
1. Hormonal
2. Non-Hormonal
36. Penatalaksanaan
1. Hormonal
Combined Hormonal Contraceptive
Diberikan dalam bentuk pil KB, dengan dosis :
2x1 tablet selama 5-7 hari kemudian dilanjutkan dengan dosis 1x1 selama 3-6 siklus, atau
4x1 tablet selama 4 hari, dilanjutkan dengan 3x1 tablet selama 3 hari, 2x1 tablet selama 2
hari, dan 1x1 tablet selama 3 minggu, kemudian berhenti 1 minggu lalu dilanjutkan 1x1
tablet selama 3 siklus.
1) Estrogen
2) Progestin : Levonogestrel-Releasing Intrauterine System, Danazol, Gonadotropin
Releasing Hormone Agonist
37. Penatalaksanaan
1. Non- hormonal
NSAID > Cyclo-oxigenase akan mengubah asam arachidonat menjadi prostaglandin
dalam endometrium.
Antifibrolitik > Asam tranexamat merupakan agen antifibrinolitik
38.
39. Penatalaksanaan
Pembedahan
1. Dilatasi dan Kuretase > Jarang digunakan untuk pengobatan jangka panjang, karena efeknya hanya
sementara.
2. Endometrial Destructive Procedures > Prosuder yang kurang invasive dibandingkan histerektomi,
untuk menghancurkan atau memotong endometrium. Karena endometrium mempunya kemampuan
unutk regenerasi, maka jaringan endometrium yang harus dihilangkan meliputi lapisan fungsionalis
dan basalis sampai 3mm kedalaman myometrium.
3. Histerektomi > Menghilangkan uterus merupakan treatment yang paling efektif untuk perdarahan.
42. Prognosis
Respon terhadap pengobatan PUD sangat individual dan sulit
diprediksi. Hasil yang diperoleh secara luas tergantung pada kondisi
medis dan usia pasien.
Banyak wanita khususnya usia remaja berhasil diobati dengan
hormon (biasanya kontrasepsi oral). Sebagai usaha terakhir,
Histerektomi dapat menghilangkan sumber masalah dengan
mengangkat uterus, tetapi operasi ini bukannya tanpa risiko, atau
kemungkinan terjadinya suatu komplikasi.
43. Komplikasi
1. Iron deficiency anemia
2. Endometrial adenocarcinoma.
3. Infertilitas berhubungan dengan anovulasi kronis
1. Perdarahan uterus abnormal akut
Perdarahan haid yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat untuk mencegah kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya
2. Perdarahan uterus abnormal kronik
Merupakan terminologi untuk perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang cepat dibandingkan PUA akut.
3. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding)
Perdarahan haid yang terjadi di antara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk menggantikan terminologi metroragia.
Sistem klasifikasi dasar. Sistem dasar terdiri dari 4 kategori etiologi yang dapat terdefinisi secara visual anatomik (PALM) dan 4 etiologi yang tidak berhubungan dengan kelainan struktural (COEIN)
Hasil Histopatologi : pertumbuhan eksesif lokal dari kelenjar dan stroma endometrium yang memiliki vaskularisasi dan dilapisi oleh epitel endometrium.
Pemeriksaan Fisik:
Fundus uteri membesar secara difus.
Adanya daerah adenomiosis yang melunak, dapat diamati tepat sebelum atau selama permulaan menstruasi. 5
Kriteria adenomiosis ditentukan berdasarkan kedalam jaringan endometrium pada hasil histopatologi. Hasil histopatologi menunjukkan dijumpainya kelenjar dan stroma endometrium etopik pada jaringan miometrium.
Mioma submukosa dan subserosa ada yang bertangkai (pedunculated). Mioma submukosa bertangkai seringkali sampai keluar melewati ostium uteri eksternum yang disebut sebagai mioma lahir (myoom geburt).
Gejala:
Perdarahan uterus abnormal berupa pemanjangan periode, ditandai oleh perdarahan menstruasi yang banyak dan/atau menggumpal, dalam dan di luar siklus.6
Pembesaran rahim (bisa simetris ataupun berbenjol-benjol).
Seringkali membesar saat kehamilan.
Penekanan terhadap organ sekitar uterus, atau benjolan pada dinding abdomen.
Nyeri dan/atau tekanan di dalam atau sekitar daerah panggul.
Peningkatan frekuensi berkemih atau inkontinensia.
Diagnosis Banding:
Kehamilan.
Adenomiosis.
Karsinoma uteri.5
Mioma subserosa: tampak gambaran massa hipoekhoik yang menonjol ke luar dinding uterus
Mioma intramural: tampak gambaran massa hipoekhoik yang berada di dalam dinding uterus
Mioma submukosa: tampak gambaran massa hipoekhoik yang menekan endometrial line.
Observasi: jika uterus diameternya kurang dari ukuran uterus pada masa kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit.
Ekstirpasi: biasanya untuk mioma submukosa bertangkai atau mioma lahir/geburt, umumnya dilanjutkan dengan tindakan dilatasi dan kuretase.
Laparotomi miomektomi: bila fungsi reproduksi masih diperlukan dan secara teknis memungkinan untuk dilakukan tidakan tersebut. Biasanya untuk mioma intramural, subserosa, dan subserosa bertangkai, tindakan tersebut telah cukup memadai.
Laparotomi histerektomi:
Bila fungsi reproduksi tak diperlukan lagi,
Pertumbuhan tumor sangat cepat.
Sebagai tindakan hemostatis, yakni dimana terjadi perdarahan terus menerus dan banyak serta tidak membaik dengan pengobatan.
Diagnostik:
Meskipun jarang ditemukan, namun hyperplasia atipik dan keganasan merupakan penyebab penting PUA.
Klasifikasi keganasan dari hiperplasia menggunakan system klasifikasi FIGO dan WHO.
Diagnostik:
Gangguan ovulasi merupakan salah satu penyebab PUA dengan manifestasi perdarahan yang sulit diramalkan dan jumlah darah yang bervariasi.
Dahulu termasuk dalam criteria perdarahan uterus disfungsional (PUD).
Gejala bervariasi mulai dari amenorea, perdarahan ringan dan jarang, hingga perdarahan haid banyak.
Gangguan ovulasi dapat disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik (SOPK), hiperprolaktinemia, hipotiroid, obesitas, penurunan berat badan, anoreksia, atau olahraga berat yang berlebihan.
Diagnostik:
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid teratur.
Penyebab perdarahan pada kelompok ini adalah gangguan hemostatis local endometrium.
Adanya penurunan produksi faktor yang terkait vasokonstriksi seperti endothelin-1 dan prostaglandin F2α serta peningkatan aktivitas fibrinolisis.
Gejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengaha atau perdarahan yang berlanjut akibat gangguan hemostatis local endometrium.
Diagnosis PUA-E ditegakkan setelah menyingkirkan gangguan lain pada siklus haid yang berovulasi.
Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi medis seperti penggunaan estrogen, progesterin, atau AKDR.
Perdarahan haid di luar jadwal yang terjadi akibat penggunaan estrogen atau progestin dimasukkan dalam istilah perdarahan sela atau breakthrough bleeding (BTB).
3. Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang dapat disebabkan oleh sebagai berikut:
Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi
Pemakaian obat tertentu seperti rifampisin
Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna anti koagulan (warfarin, heparin, dan low molecular weight heparin) dimasukkan ke dalam klasifikasi PUA-C.
Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri, karsinoma servisis uteri;
Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus iminens, abortus sedang berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri;
Tuba Falopii, seperti kehamilan ektoplik terganggu, radang tuba, tumor tuba;
Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
Sebab-sebab fungsional.
Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi , kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3% dibawah 20 tahun.
a. “Estrogen breakthrough bleeding” (Perdarahan bercak estrogen)
Mekanisme lain yang menyebabkan terjadinya perdarahan, adalah karena tebal endometrium yang berlebihan, maka pada suatu saat akan timbul gangguan vaskularisasi di lapisan permukaan, sehingga terjadi nekrosis dan perdarahan.
b. “Estrogen withdrawal bleeding” (Perdarahan lucut estrogen)
Kenaikan estrogen pada keadaan ini tidak mampu memacu terjadinya lonjakan LH, sehingga ovulasi tidak terjadi. Akan tetapi mekanisme umpan balik negatif tetap terjadi sehingga penurunan kadar FSH akan mengakibatakan turunnya kadar estrogen secara mendadak, yang mengakibatkan terkelupasnya lapisan endometrium, walaupun kemudian tidak diikuti proses iskemi pembuluh darah seperti haid normal, sehingga pengelupasan akan berlangsung secara tidak sempurna dan berkepanjangan.
c. “Progesteron breakthrough bleeding” (Perdarahan bercak progesterone)
Perdarahan terjadi akibat tidak seimbangnya perbandingan antara kadar estrogen dan progesteron.
Pada anamnesis perlu diketahui usia menarke, frekuensi, durasi, dan sifat perdarahan. Kuantifikasi perdarahan yang terjadi dapat menjadi masalah karena remaja memiliki pengalaman terbatas dalam menilai perdarahan.
Sebaiknya ditanyakan berapa jumlah produk tampon maupun pembalut yang digunakan. Pada remaja yang mengeluhkan haid yang banyak perlu ditanyakan riwayat mudah memar, perdarahan yang sulit berhenti pada luka minor, epistaksis yang sering atau sulit dikontrol, atau perdarahan hebat setelah operasi. Riwayat perdarahan pada keluarga termasuk riwayat perdarahan postpartum penting diketahui untuk mencari kelainan perdarahan pada keturunan. Anamnesis mengenai riwayat penggunaan obat-obat dan kontrasepsi hormonal juga perlu ditanyakan.
USG transvaginal menggambarkan penebalan endometrium kompleks yang merupakan faktor risiko hiperplasia atipik atau kanker endometrium
Terdapat faktor risiko diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, nulipara
Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis colorectal cancer memiliki risiko kanker endometrium sebesar 60% dengan rerata umur saat diagnosis antara 48-50 tahun
Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahan uterus abnormal yang menetap (tidak respons terhadap pengobatan).
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma uteri submukosum.
USG transvaginal merupakan alat penapis yang tepat dan harus dilakukan pada pemeriksaan awal PUA.
Bila dicurigai terdapat polip endometrium atau mioma uteri submukosum disarankan untuk melakukan Saline Infusion Sonography (SIS) atau histeroskopi. Keuntungan dalam penggunaan histeroskopi adalah diagnosis dan terapi dapat dilakukan bersamaan.
Perbaikan keadaan umum: Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk.
Penghentian perdarahan: dapat dilakukan dengan pemakaian hormon steroid seks, penghambat sintesis prostaglandin, antifibrinolitik, pengobatan dilatasi dan kuretase, dan pengobatan operatif.
CHCs terdiri dari kontrasepsi pil oral, patch kontrasepsi, dan vaginal ring, akan mengontrol siklus, mengurangi darah yang hilang selama menstruasi, dan menangani dismenorhea.
Progestin injeksi seperti depot medroksiprogesteron asetat, sering diguanakan untuk menangani perdarahan menstruasi yang hebat
NSAID menurunkan total produksi prostaglandin melalui inhibisi cyclo-oxigenase, pergeseran keseimbangan prostaglandin, dan thromboxane untuk mendukung vasokontriksi uterine.
Wanita dengan perdarahan menstruasi yang hebat telah ditemukan peningkatan kadar plasminogen activator pada endometrium, dengan lebih banyak aktivitas fibrinolitik dibandingkan dengan wanita dengan menstruasi yang normal. Asam tranexamat merupakan agen antifibrinolitik (atau plasminogen activator inhibitor) yang secara reversible mengikat plasminogen untuk menurunkan degradasi tanpa mengubah parameter koagulasi darah.
3. Kekurangan histerektomi adalah komplikasi intraoperative dan postoperative lebih sering dan parah, selain itu waktu operasi, perawatan, dan biaya yang harus dikeluarkan lebih banyak.