SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Perdarahan Uterus Abnormal
Pendahuluan
 Menstruasi atau haid adalah hal yang akan dijalani oleh seorang remaja wanita, tetapi bila
terjadi perdarahan uterus berlebihan maka hal tersebut berhubungan dengan tingkat
kesakitan yang signifikan.
 Perdarahan uterus abnormal (PUA) didefinisikan sebagai perubahan signifikan pada pola atau
volume darah menstruasi. Perdarahan uterus abnormal merupakan hal yang paling banyak
dikeluhkan oleh wanita.
 Perdarahan uterus abnormal (PUA) meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah
maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang
memanjang atau tidak beraturan.
Pendahuluan
 Terminologi menoragia saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak atau heavy
menstrual bleeding (HMB) sedangkan perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor
koagulopati, gangguan hemostatis lokal endometrium dan gangguan ovulasi merupakan
kelainan yang sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).
Pembagian PUA
1. Perdarahan uterus abnormal akut
2. Perdarahan uterus abnormal kronik
3. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding)
Klasifikasi PUA
 Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), terdapat
sembilan kategori utama yang disusun sesuai dengan akronim “PALM-COEIN” yakni;
polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy and hyperplasia, coagulopathy, ovulatory
dysfunction, endometrial, iatrogenik dan not yet classified.
1. Polip (PUA-P)
 Definisi: Pertumbuhan lesi lunak pada lapisan endometrium uterus, baik bertangkai maupun tidak,
berupa pertumbuhan berlebih dari stroma dan kelenjar endometrium dan dilapisi oleh epitel
endometrium.
 Gejala :
 Polip biasanya bersifat asimptomatik, tetapi dapat pula meyebabkan PUA, paling umum berupa perdarahan
banyak dan di luar siklus atau perdarahan bercak ringan pasca menopause.
 Lesi umumnya jinak, namun sebagian atipik atau ganas.
 Diagnostik:
 Diagnosis polip ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG dan atau histeroskopi, dengan atau tanpa
hasil histopatologi
1. Polip (PUA-P)
Gambaran USG polip endometrium gambaran histeroskopi polip endometrium.
1. Polip (PUA-P)
Histopatologi polip endometrium
 Terapi:
Eksisi, namun cenderung berulang.
Untuk terapi definitif dapat dilakukan histerektomi, namun jarang
dilakukan untuk polip endometrium yang jinak.
2. Adenomiosis (PUA-A)
 Definisi: Dijumpainya jaringan stroma dan kelenjar endometrium ektopik pada lapisan
miometrium.
 Gejala:
 Nyeri haid, nyeri saat senggama, nyeri menjelang atau sesudah haid, nyeri saat buang air besar,
atau atau nyeri pelvik kronik.
 Gejala nyeri tersebut di atas dapat disertai dengan perdarahan uterus abnormal berupa perdarahan
banyak yang terjadi dalam siklus.
 Diagnostik:
 Pemeriksaan Fisik:
2. Adenomiosis (PUA-A)
Penebalan dinding uterus dan jaringan kelenjar endometrium
pada adenomiosis.
 Diagnosis banding :
 Terapi:
o Simptomatik: diberikan jika masih ingin mempertahankan
kemampuan untuk memiliki anak.
o Reseksi.
Terapi kuratif: histerektomi.
3. Leiomioma (PUA-L)
 Definisi: pertumbuhan jinak otot polos uterus pada lapisan miometrium.
 Jenis berdasarkan lapisan uterus tempat tumbuhnya:
 Submukosa
 Intramural
 Subserosa.
3. Leiomioma (PUA-L)
 Jenis-jenis mioma berdasarkan lapisan tempat tumbuhnya di uterus
 Gejala:
 Perdarahan uterus abnormal
 Pembesaran rahim
 Seringkali membesar saat kehamilan
 Penekanan
 Nyeri dan/atau tekanan di dalam atau sekitar
daerah panggul
 Peningkatan frekuensi berkemih atau
inkontinensia
Diagnosis Banding :
3. Leiomioma (PUA-L)
 Pemeriksaan Penunjang:
 Darah lengkap dan urine lengkap.
 Tes kehamilan.
 Dilatasi dan kuretase pada penderita yang disertai perdarahan untuk menyingkirkan
kemungkinan patologi lain pada rahim (hyperplasia atau adenokarsinoma endometrium).
 USG.
Mioma subserosa: Mioma intramural:
3. Leiomioma (PUA-L)
Mioma submukosa :
3. Leiomioma (PUA-L)
 Terapi:
 Observasi:
 Ekstirpasi:.
 Laparotomi miomektomi
 Laparotomi histerektomi:
 Bila fungsi reproduksi tak diperlukan lagi,
 Pertumbuhan tumor sangat cepat.
 Sebagai tindakan hemostatis, yakni dimana terjadi perdarahan terus menerus dan
banyak serta tidak membaik dengan pengobatan.
4. Malignancy and hyperplasia (PUA-M)
 Definisi: pertumbuhan hiperplastik
atau pertumbuhan ganas dari lapisan
endometrium.
 Gejala: perdarahan uterus abnormal.
 Diagnostik:
 Diagnosis pasti ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan
histopatologi.
5. Coagulopathy (PUA-C)
 Definisi: gangguan hemostatis sistemik yang berdampak terhadap perdarahan uterus.
 Gejala: perdarahan uterus abnormal
 Diagnostik:
 Terminologi koagulopati digunakan untuk kelainan hemostatik sistemik yang terkait dengan
PUA.
 13% perempuan dengan perdarahan haid banyak memiliki kelainan hemostatis sistemik, dan
yang paling sering ditemukan adalah penyakit von Willebrand.
6. Ovulatory Disfunction (PUA-O)
 Definisi: kegagalan ovulasi yang menyebabkan terjadinya perdarahan uterus.
 Gejala: perdarahan uterus abnormal.
 Diagnostik:
1. Gangguan ovulasi merupakan
2. Dahulu termasuk dalam criteria perdarahan uterus disfungsional (PUD).
3. Gejala bervariasi
4. Gangguan ovulasi dapat disebabkan
7. Endometrial (PUA-E)
 Definisi: Gangguan hemostatis local endometrium yang memiliki kaitan erat dengan terjadinya
perdarahan uterus.
 Gejala: perdarahan uterus abnormal.
 Diagnostik:
1. Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid teratur.
2. Penyebab perdarahan.
3. Adanya penurunan produksi ,endothelin-1 dan prostaglandin F2α serta peningkatan aktivitas fibrinolisis.
4. Gejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengah atau perdarahan yang berlanjut akibat gangguan
hemostatis local endometrium.
5. Diagnosis PUA-E ditegakkan setelah menyingkirkan gangguan lain pada siklus haid yang berovulasi.
8. Iatrogenik (PUA-I)
 Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi medis.
 Perdarahan haid di luar jadwal.
 Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang
dapat disebabkan oleh sebagai berikut:
 Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi
 Pemakaian obat tertentu
 Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna anti koagulan
9. Not yet classified (PUA-N)
 Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan dalam
klasifikasi.
 Kelainan yang termasuk dalam kelompok ini adalah endometritis kronik atau
malformasi arteri-vena.
 Kelainan tersebut masih belum jelas kaitannya dengan PUA.
Epidemiologi
 Sampai saat ini belum ada data mengenai insidens masing-masing penyebab
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) di Indonesia, padahal data ini penting untuk
pelaksanaan yang akurat sesuai dengan kausa penyakit.
 Menurut Puspita dkk, didapatkan angka kejadian PUA di Los Angeles, Amerika
Serikat selama tahun 1995 dimana 20% wanita akan mengalami hal ini.
Etiologi
1. Sebab-sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada:
 Serviks uteri
 Korpus uteri,
 Tuba Falopii,
 Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
1. Sebab – sebab fungsional
 Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan
perdarahan disfungsional.
Patofisiologi
Patofisiologi
 Atas dasar patofisiologi hormonal terjadinya PUD, SPEROFF mengelompokkannya dalam
3 bentuk PUD, yaitu :
 a. “Estrogen breakthrough bleeding” (Perdarahan bercak estrogen)
 b. “Estrogen withdrawal bleeding” (Perdarahan lucut estrogen)
 c. “Progesteron breakthrough bleeding” (Perdarahan bercak progesterone)
Diagnosis Perdarahan Uterus Abnormal
1. Anamnesis
Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan fisik harus sebaiknya dilakukan walaupun sebagian besar kasus normal.
 Takikardi dan hipotensi dapat memberikan petunjuk ketidakstabilan hemodinamik akut yang
memerlukan intervensi cepat.
 Adanya takikardia, penampilan pucat, atau bunyi bising pada auskultasi jantung mengarah pada
anemia.
 Petekia atau memar yang berlebihan dapat mengarah pada defek platelet atau kelainan perdarahan
lainnya.
 Pemeriksaan inspeksi pada genitalia cukup untuk menegakkan diagnosis pada kebanyakan pasien.
Pemeriksaan bimanual dan spekulum disarankan pada pasien yang aktif secara seksual atau pada
pasien yang tidak mengalami respon terhadap terapi.
Pemeriksaan Ginekologi
 Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear.
 Harus disingkirkan pula kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium
atau keganasan.
 Penilaian Ovulasi
 Siklus haid yang berovulasi berkisar 22-35 hari.
 Jenis perdarahan PUA-O bersifat ireguler dan sering diselingi amenorea.
 Konfirmasi ovulasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan progesteron serum fase luteal atau
USG transvaginal bila diperlukan.
Pemeriksaan ginekologi
 Penilaian Endometrium
 Pengambilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua pasien PUA. Pengambilan
sampel endometrium hanya dilakukan pada:
 Perempuan umur > 45 tahun
 Terdapat faktor risiko genetik
 USG transvaginal
 Terdapat faktor risiko
 Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis colorectal cancer memiliki risiko kanker endometrium
sebesar 60% dengan rerata umur saat diagnosis antara 48-50 tahun
 Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahan uterus abnormal yang menetap
(tidak respons terhadap pengobatan).
Pemeriksaan ginekologi
 Penilaian Kavum Uteri
 Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma uteri
submukosum.
 USG transvaginal
 Bila dicurigai terdapat polip endometrium atau mioma uteri submukosum disarankan
untuk melakukan Saline Infusion Sonography (SIS) atau histeroskopi.
Pemeriksaan ginekologi
 Penilaian Miometrium
1. Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau adenomiosis.
2. Miometrium dinilai menggunakan USG (transvaginal, transrektal dan abdominal), SIS,
histeroskopi atau MRI.
3. Pemeriksaan adenomiosis menggunakan MRI lebih unggul dibandingkan USG transvaginal.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk untuk menyingkirkan kelainan yang
dapat menyebabkan PUA
Alur diagnosis dan tatalaksana perdarahan uterus abnormal
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
Penunjang
Primer sekunder tertier
Laboratorium Hb
Tes kehamilan
urin
Darah lengkap
Hemostasis
(BTCT,
lainnya sesuai
fasilitas)
Prolaktin
Tiroid (TSH, FT4)
DHEAS,
Testosteron
Hemostasis (PT,
aPTT, fibrinogen,
D-dimer)
USG USG
transabdominal
USG transvaginal
SIS
USG transabdominal
USG transvaginal
SIS
Doppler
Penilaian
Endometrium
Mikrokuret
D&K
Mikrokuret / D&K
Histeroskopi
Endometrial sampling
(hysteroscopy guided)
Penilaian serviks
(bila ada patologi
IVA Pap smear Pap smear
Kolposkopi
Pemeriksaan penunjang pada PUA.
Penatalaksanaan
 Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan PUA ialah: Memperbaiki keadaan umum,
Menghentikan perdarahan, dan Mengembalikan fungsi hormon reproduksi.
1. Perbaikan keadaan umum
2. Penghentian perdarahan:
3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi yang meliputi
pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal,
Untuk pengobatan Medika mentosa, terdiri dari :
1. Hormonal
2. Non-Hormonal
Penatalaksanaan
1. Hormonal
 Combined Hormonal Contraceptive
 Diberikan dalam bentuk pil KB, dengan dosis :
 2x1 tablet selama 5-7 hari kemudian dilanjutkan dengan dosis 1x1 selama 3-6 siklus, atau
 4x1 tablet selama 4 hari, dilanjutkan dengan 3x1 tablet selama 3 hari, 2x1 tablet selama 2
hari, dan 1x1 tablet selama 3 minggu, kemudian berhenti 1 minggu lalu dilanjutkan 1x1
tablet selama 3 siklus.
1) Estrogen
2) Progestin : Levonogestrel-Releasing Intrauterine System, Danazol, Gonadotropin
Releasing Hormone Agonist
Penatalaksanaan
1. Non- hormonal
 NSAID > Cyclo-oxigenase akan mengubah asam arachidonat menjadi prostaglandin
dalam endometrium.
 Antifibrolitik > Asam tranexamat merupakan agen antifibrinolitik
Penatalaksanaan
 Pembedahan
1. Dilatasi dan Kuretase > Jarang digunakan untuk pengobatan jangka panjang, karena efeknya hanya
sementara.
2. Endometrial Destructive Procedures > Prosuder yang kurang invasive dibandingkan histerektomi,
untuk menghancurkan atau memotong endometrium. Karena endometrium mempunya kemampuan
unutk regenerasi, maka jaringan endometrium yang harus dihilangkan meliputi lapisan fungsionalis
dan basalis sampai 3mm kedalaman myometrium.
3. Histerektomi > Menghilangkan uterus merupakan treatment yang paling efektif untuk perdarahan.
Panduan Investigasi Perdarahan Uterus Abnormal Akut dan
Banyak.
Panduan Investigasi Perdarahan Uterus Abnormal Kronik
Prognosis
 Respon terhadap pengobatan PUD sangat individual dan sulit
diprediksi. Hasil yang diperoleh secara luas tergantung pada kondisi
medis dan usia pasien.
 Banyak wanita khususnya usia remaja berhasil diobati dengan
hormon (biasanya kontrasepsi oral). Sebagai usaha terakhir,
 Histerektomi dapat menghilangkan sumber masalah dengan
mengangkat uterus, tetapi operasi ini bukannya tanpa risiko, atau
kemungkinan terjadinya suatu komplikasi.
Komplikasi
1. Iron deficiency anemia
2. Endometrial adenocarcinoma.
3. Infertilitas berhubungan dengan anovulasi kronis
Terima Kasih
Referensi:
Berek & Novak Gynecology 14th edition

More Related Content

What's hot

11c perdarahan pascapersalinan
11c perdarahan pascapersalinan11c perdarahan pascapersalinan
11c perdarahan pascapersalinan
Joni Iswanto
 
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Referat Batu Saluran Kemih - Fachry.pptx
Referat Batu Saluran Kemih - Fachry.pptxReferat Batu Saluran Kemih - Fachry.pptx
Referat Batu Saluran Kemih - Fachry.pptx
FachryRahman1
 
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetriKuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
hidayatulnessa
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
SK Sulistyaningrum
 

What's hot (20)

HERNIA.pptx
HERNIA.pptxHERNIA.pptx
HERNIA.pptx
 
Invaginasi
InvaginasiInvaginasi
Invaginasi
 
11c perdarahan pascapersalinan
11c perdarahan pascapersalinan11c perdarahan pascapersalinan
11c perdarahan pascapersalinan
 
Trauma abdomen
Trauma abdomenTrauma abdomen
Trauma abdomen
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt
 
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Malpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisiMalpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisi
 
Referat Batu Saluran Kemih - Fachry.pptx
Referat Batu Saluran Kemih - Fachry.pptxReferat Batu Saluran Kemih - Fachry.pptx
Referat Batu Saluran Kemih - Fachry.pptx
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
 
Hemothorax
HemothoraxHemothorax
Hemothorax
 
Crohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratifCrohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratif
 
Varises tungkai
Varises tungkaiVarises tungkai
Varises tungkai
 
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetriKuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
Kuliah penyegaran parturition, 7 cardinal movements, pelvimetri
 
Fibro adenoma mamae (fam)
Fibro adenoma mamae (fam)Fibro adenoma mamae (fam)
Fibro adenoma mamae (fam)
 
Mioma Uteri
Mioma UteriMioma Uteri
Mioma Uteri
 
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopikKehamilan ektopik
Kehamilan ektopik
 
Prolaps hemoroid
Prolaps hemoroidProlaps hemoroid
Prolaps hemoroid
 
Endometritis
EndometritisEndometritis
Endometritis
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Fluor Albus
Fluor AlbusFluor Albus
Fluor Albus
 

Similar to MATERI PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL 1 .pptx

Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanitaJenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
rayiputri
 
NOK pada pasien MRKH 10 th.docx
NOK pada pasien MRKH 10 th.docxNOK pada pasien MRKH 10 th.docx
NOK pada pasien MRKH 10 th.docx
AgungJaya24
 

Similar to MATERI PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL 1 .pptx (20)

Asuhan Keperawatan dengan Perdarahan Uterus Disfungsional dan Gangguan Menstr...
Asuhan Keperawatan dengan Perdarahan Uterus Disfungsional dan Gangguan Menstr...Asuhan Keperawatan dengan Perdarahan Uterus Disfungsional dan Gangguan Menstr...
Asuhan Keperawatan dengan Perdarahan Uterus Disfungsional dan Gangguan Menstr...
 
Asuhan Keperawatan dengan Perdarahan Uterus Disfungsional dan Gangguan Menstr...
Asuhan Keperawatan dengan Perdarahan Uterus Disfungsional dan Gangguan Menstr...Asuhan Keperawatan dengan Perdarahan Uterus Disfungsional dan Gangguan Menstr...
Asuhan Keperawatan dengan Perdarahan Uterus Disfungsional dan Gangguan Menstr...
 
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanitaJenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
 
askep mioma uteri
askep mioma uteriaskep mioma uteri
askep mioma uteri
 
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNASolusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
 
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
 
PPT MATERNITAS KEL 1 B.pptx
PPT MATERNITAS KEL 1 B.pptxPPT MATERNITAS KEL 1 B.pptx
PPT MATERNITAS KEL 1 B.pptx
 
NOK pada pasien MRKH 10 th.docx
NOK pada pasien MRKH 10 th.docxNOK pada pasien MRKH 10 th.docx
NOK pada pasien MRKH 10 th.docx
 
KET.pptx
KET.pptxKET.pptx
KET.pptx
 
Gangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdf
Gangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdfGangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdf
Gangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdf
 
kanker endometrium kelas keperawatan .pptx
kanker endometrium kelas keperawatan .pptxkanker endometrium kelas keperawatan .pptx
kanker endometrium kelas keperawatan .pptx
 
Polips endometrium
Polips endometriumPolips endometrium
Polips endometrium
 
Mind mapping_Salsabila. N_502021042 perimenopause.docx
Mind mapping_Salsabila. N_502021042 perimenopause.docxMind mapping_Salsabila. N_502021042 perimenopause.docx
Mind mapping_Salsabila. N_502021042 perimenopause.docx
 
PPT GANGGUAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN.pptx
PPT GANGGUAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN.pptxPPT GANGGUAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN.pptx
PPT GANGGUAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN.pptx
 
Presentasi Power Point.pptx
Presentasi Power Point.pptxPresentasi Power Point.pptx
Presentasi Power Point.pptx
 
Bab i bab ii
Bab i bab iiBab i bab ii
Bab i bab ii
 
INFERTILITAS.pptx
INFERTILITAS.pptxINFERTILITAS.pptx
INFERTILITAS.pptx
 
Apakah perdarahan vagina normal
Apakah perdarahan vagina normalApakah perdarahan vagina normal
Apakah perdarahan vagina normal
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
PPT abortus.ppt
PPT abortus.pptPPT abortus.ppt
PPT abortus.ppt
 

Recently uploaded

Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
DoddiKELAS7A
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
AgusSuarno2
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
AvivThea
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
Mas PauLs
 

Recently uploaded (20)

Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
 
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikObat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 

MATERI PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL 1 .pptx

  • 2. Pendahuluan  Menstruasi atau haid adalah hal yang akan dijalani oleh seorang remaja wanita, tetapi bila terjadi perdarahan uterus berlebihan maka hal tersebut berhubungan dengan tingkat kesakitan yang signifikan.  Perdarahan uterus abnormal (PUA) didefinisikan sebagai perubahan signifikan pada pola atau volume darah menstruasi. Perdarahan uterus abnormal merupakan hal yang paling banyak dikeluhkan oleh wanita.  Perdarahan uterus abnormal (PUA) meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan.
  • 3. Pendahuluan  Terminologi menoragia saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak atau heavy menstrual bleeding (HMB) sedangkan perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor koagulopati, gangguan hemostatis lokal endometrium dan gangguan ovulasi merupakan kelainan yang sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).
  • 4. Pembagian PUA 1. Perdarahan uterus abnormal akut 2. Perdarahan uterus abnormal kronik 3. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding)
  • 5. Klasifikasi PUA  Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), terdapat sembilan kategori utama yang disusun sesuai dengan akronim “PALM-COEIN” yakni; polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy and hyperplasia, coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial, iatrogenik dan not yet classified.
  • 6. 1. Polip (PUA-P)  Definisi: Pertumbuhan lesi lunak pada lapisan endometrium uterus, baik bertangkai maupun tidak, berupa pertumbuhan berlebih dari stroma dan kelenjar endometrium dan dilapisi oleh epitel endometrium.  Gejala :  Polip biasanya bersifat asimptomatik, tetapi dapat pula meyebabkan PUA, paling umum berupa perdarahan banyak dan di luar siklus atau perdarahan bercak ringan pasca menopause.  Lesi umumnya jinak, namun sebagian atipik atau ganas.  Diagnostik:  Diagnosis polip ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG dan atau histeroskopi, dengan atau tanpa hasil histopatologi
  • 7. 1. Polip (PUA-P) Gambaran USG polip endometrium gambaran histeroskopi polip endometrium.
  • 8. 1. Polip (PUA-P) Histopatologi polip endometrium  Terapi: Eksisi, namun cenderung berulang. Untuk terapi definitif dapat dilakukan histerektomi, namun jarang dilakukan untuk polip endometrium yang jinak.
  • 9. 2. Adenomiosis (PUA-A)  Definisi: Dijumpainya jaringan stroma dan kelenjar endometrium ektopik pada lapisan miometrium.  Gejala:  Nyeri haid, nyeri saat senggama, nyeri menjelang atau sesudah haid, nyeri saat buang air besar, atau atau nyeri pelvik kronik.  Gejala nyeri tersebut di atas dapat disertai dengan perdarahan uterus abnormal berupa perdarahan banyak yang terjadi dalam siklus.  Diagnostik:  Pemeriksaan Fisik:
  • 10. 2. Adenomiosis (PUA-A) Penebalan dinding uterus dan jaringan kelenjar endometrium pada adenomiosis.  Diagnosis banding :  Terapi: o Simptomatik: diberikan jika masih ingin mempertahankan kemampuan untuk memiliki anak. o Reseksi. Terapi kuratif: histerektomi.
  • 11. 3. Leiomioma (PUA-L)  Definisi: pertumbuhan jinak otot polos uterus pada lapisan miometrium.  Jenis berdasarkan lapisan uterus tempat tumbuhnya:  Submukosa  Intramural  Subserosa.
  • 12. 3. Leiomioma (PUA-L)  Jenis-jenis mioma berdasarkan lapisan tempat tumbuhnya di uterus  Gejala:  Perdarahan uterus abnormal  Pembesaran rahim  Seringkali membesar saat kehamilan  Penekanan  Nyeri dan/atau tekanan di dalam atau sekitar daerah panggul  Peningkatan frekuensi berkemih atau inkontinensia Diagnosis Banding :
  • 13. 3. Leiomioma (PUA-L)  Pemeriksaan Penunjang:  Darah lengkap dan urine lengkap.  Tes kehamilan.  Dilatasi dan kuretase pada penderita yang disertai perdarahan untuk menyingkirkan kemungkinan patologi lain pada rahim (hyperplasia atau adenokarsinoma endometrium).  USG. Mioma subserosa: Mioma intramural:
  • 15. 3. Leiomioma (PUA-L)  Terapi:  Observasi:  Ekstirpasi:.  Laparotomi miomektomi  Laparotomi histerektomi:  Bila fungsi reproduksi tak diperlukan lagi,  Pertumbuhan tumor sangat cepat.  Sebagai tindakan hemostatis, yakni dimana terjadi perdarahan terus menerus dan banyak serta tidak membaik dengan pengobatan.
  • 16. 4. Malignancy and hyperplasia (PUA-M)  Definisi: pertumbuhan hiperplastik atau pertumbuhan ganas dari lapisan endometrium.  Gejala: perdarahan uterus abnormal.  Diagnostik:  Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi.
  • 17. 5. Coagulopathy (PUA-C)  Definisi: gangguan hemostatis sistemik yang berdampak terhadap perdarahan uterus.  Gejala: perdarahan uterus abnormal  Diagnostik:  Terminologi koagulopati digunakan untuk kelainan hemostatik sistemik yang terkait dengan PUA.  13% perempuan dengan perdarahan haid banyak memiliki kelainan hemostatis sistemik, dan yang paling sering ditemukan adalah penyakit von Willebrand.
  • 18. 6. Ovulatory Disfunction (PUA-O)  Definisi: kegagalan ovulasi yang menyebabkan terjadinya perdarahan uterus.  Gejala: perdarahan uterus abnormal.  Diagnostik: 1. Gangguan ovulasi merupakan 2. Dahulu termasuk dalam criteria perdarahan uterus disfungsional (PUD). 3. Gejala bervariasi 4. Gangguan ovulasi dapat disebabkan
  • 19. 7. Endometrial (PUA-E)  Definisi: Gangguan hemostatis local endometrium yang memiliki kaitan erat dengan terjadinya perdarahan uterus.  Gejala: perdarahan uterus abnormal.  Diagnostik: 1. Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid teratur. 2. Penyebab perdarahan. 3. Adanya penurunan produksi ,endothelin-1 dan prostaglandin F2α serta peningkatan aktivitas fibrinolisis. 4. Gejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengah atau perdarahan yang berlanjut akibat gangguan hemostatis local endometrium. 5. Diagnosis PUA-E ditegakkan setelah menyingkirkan gangguan lain pada siklus haid yang berovulasi.
  • 20. 8. Iatrogenik (PUA-I)  Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi medis.  Perdarahan haid di luar jadwal.  Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang dapat disebabkan oleh sebagai berikut:  Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi  Pemakaian obat tertentu  Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna anti koagulan
  • 21. 9. Not yet classified (PUA-N)  Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan dalam klasifikasi.  Kelainan yang termasuk dalam kelompok ini adalah endometritis kronik atau malformasi arteri-vena.  Kelainan tersebut masih belum jelas kaitannya dengan PUA.
  • 22. Epidemiologi  Sampai saat ini belum ada data mengenai insidens masing-masing penyebab Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) di Indonesia, padahal data ini penting untuk pelaksanaan yang akurat sesuai dengan kausa penyakit.  Menurut Puspita dkk, didapatkan angka kejadian PUA di Los Angeles, Amerika Serikat selama tahun 1995 dimana 20% wanita akan mengalami hal ini.
  • 23. Etiologi 1. Sebab-sebab organik Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada:  Serviks uteri  Korpus uteri,  Tuba Falopii,  Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium. 1. Sebab – sebab fungsional  Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional.
  • 25. Patofisiologi  Atas dasar patofisiologi hormonal terjadinya PUD, SPEROFF mengelompokkannya dalam 3 bentuk PUD, yaitu :  a. “Estrogen breakthrough bleeding” (Perdarahan bercak estrogen)  b. “Estrogen withdrawal bleeding” (Perdarahan lucut estrogen)  c. “Progesteron breakthrough bleeding” (Perdarahan bercak progesterone)
  • 26. Diagnosis Perdarahan Uterus Abnormal 1. Anamnesis
  • 27. Pemeriksaan fisik  Pemeriksaan fisik harus sebaiknya dilakukan walaupun sebagian besar kasus normal.  Takikardi dan hipotensi dapat memberikan petunjuk ketidakstabilan hemodinamik akut yang memerlukan intervensi cepat.  Adanya takikardia, penampilan pucat, atau bunyi bising pada auskultasi jantung mengarah pada anemia.  Petekia atau memar yang berlebihan dapat mengarah pada defek platelet atau kelainan perdarahan lainnya.  Pemeriksaan inspeksi pada genitalia cukup untuk menegakkan diagnosis pada kebanyakan pasien. Pemeriksaan bimanual dan spekulum disarankan pada pasien yang aktif secara seksual atau pada pasien yang tidak mengalami respon terhadap terapi.
  • 28. Pemeriksaan Ginekologi  Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear.  Harus disingkirkan pula kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium atau keganasan.  Penilaian Ovulasi  Siklus haid yang berovulasi berkisar 22-35 hari.  Jenis perdarahan PUA-O bersifat ireguler dan sering diselingi amenorea.  Konfirmasi ovulasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan progesteron serum fase luteal atau USG transvaginal bila diperlukan.
  • 29. Pemeriksaan ginekologi  Penilaian Endometrium  Pengambilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua pasien PUA. Pengambilan sampel endometrium hanya dilakukan pada:  Perempuan umur > 45 tahun  Terdapat faktor risiko genetik  USG transvaginal  Terdapat faktor risiko  Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis colorectal cancer memiliki risiko kanker endometrium sebesar 60% dengan rerata umur saat diagnosis antara 48-50 tahun  Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahan uterus abnormal yang menetap (tidak respons terhadap pengobatan).
  • 30. Pemeriksaan ginekologi  Penilaian Kavum Uteri  Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma uteri submukosum.  USG transvaginal  Bila dicurigai terdapat polip endometrium atau mioma uteri submukosum disarankan untuk melakukan Saline Infusion Sonography (SIS) atau histeroskopi.
  • 31. Pemeriksaan ginekologi  Penilaian Miometrium 1. Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau adenomiosis. 2. Miometrium dinilai menggunakan USG (transvaginal, transrektal dan abdominal), SIS, histeroskopi atau MRI. 3. Pemeriksaan adenomiosis menggunakan MRI lebih unggul dibandingkan USG transvaginal.
  • 32. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik untuk untuk menyingkirkan kelainan yang dapat menyebabkan PUA
  • 33. Alur diagnosis dan tatalaksana perdarahan uterus abnormal
  • 34. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Penunjang Primer sekunder tertier Laboratorium Hb Tes kehamilan urin Darah lengkap Hemostasis (BTCT, lainnya sesuai fasilitas) Prolaktin Tiroid (TSH, FT4) DHEAS, Testosteron Hemostasis (PT, aPTT, fibrinogen, D-dimer) USG USG transabdominal USG transvaginal SIS USG transabdominal USG transvaginal SIS Doppler Penilaian Endometrium Mikrokuret D&K Mikrokuret / D&K Histeroskopi Endometrial sampling (hysteroscopy guided) Penilaian serviks (bila ada patologi IVA Pap smear Pap smear Kolposkopi Pemeriksaan penunjang pada PUA.
  • 35. Penatalaksanaan  Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan PUA ialah: Memperbaiki keadaan umum, Menghentikan perdarahan, dan Mengembalikan fungsi hormon reproduksi. 1. Perbaikan keadaan umum 2. Penghentian perdarahan: 3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi yang meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, Untuk pengobatan Medika mentosa, terdiri dari : 1. Hormonal 2. Non-Hormonal
  • 36. Penatalaksanaan 1. Hormonal  Combined Hormonal Contraceptive  Diberikan dalam bentuk pil KB, dengan dosis :  2x1 tablet selama 5-7 hari kemudian dilanjutkan dengan dosis 1x1 selama 3-6 siklus, atau  4x1 tablet selama 4 hari, dilanjutkan dengan 3x1 tablet selama 3 hari, 2x1 tablet selama 2 hari, dan 1x1 tablet selama 3 minggu, kemudian berhenti 1 minggu lalu dilanjutkan 1x1 tablet selama 3 siklus. 1) Estrogen 2) Progestin : Levonogestrel-Releasing Intrauterine System, Danazol, Gonadotropin Releasing Hormone Agonist
  • 37. Penatalaksanaan 1. Non- hormonal  NSAID > Cyclo-oxigenase akan mengubah asam arachidonat menjadi prostaglandin dalam endometrium.  Antifibrolitik > Asam tranexamat merupakan agen antifibrinolitik
  • 38.
  • 39. Penatalaksanaan  Pembedahan 1. Dilatasi dan Kuretase > Jarang digunakan untuk pengobatan jangka panjang, karena efeknya hanya sementara. 2. Endometrial Destructive Procedures > Prosuder yang kurang invasive dibandingkan histerektomi, untuk menghancurkan atau memotong endometrium. Karena endometrium mempunya kemampuan unutk regenerasi, maka jaringan endometrium yang harus dihilangkan meliputi lapisan fungsionalis dan basalis sampai 3mm kedalaman myometrium. 3. Histerektomi > Menghilangkan uterus merupakan treatment yang paling efektif untuk perdarahan.
  • 40. Panduan Investigasi Perdarahan Uterus Abnormal Akut dan Banyak.
  • 41. Panduan Investigasi Perdarahan Uterus Abnormal Kronik
  • 42. Prognosis  Respon terhadap pengobatan PUD sangat individual dan sulit diprediksi. Hasil yang diperoleh secara luas tergantung pada kondisi medis dan usia pasien.  Banyak wanita khususnya usia remaja berhasil diobati dengan hormon (biasanya kontrasepsi oral). Sebagai usaha terakhir,  Histerektomi dapat menghilangkan sumber masalah dengan mengangkat uterus, tetapi operasi ini bukannya tanpa risiko, atau kemungkinan terjadinya suatu komplikasi.
  • 43. Komplikasi 1. Iron deficiency anemia 2. Endometrial adenocarcinoma. 3. Infertilitas berhubungan dengan anovulasi kronis
  • 44. Terima Kasih Referensi: Berek & Novak Gynecology 14th edition

Editor's Notes

  1. 1. Perdarahan uterus abnormal akut Perdarahan haid yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat untuk mencegah kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya 2. Perdarahan uterus abnormal kronik Merupakan terminologi untuk perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang cepat dibandingkan PUA akut. 3. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding)  Perdarahan haid yang terjadi di antara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk menggantikan terminologi metroragia.
  2. Sistem klasifikasi dasar. Sistem dasar terdiri dari 4 kategori etiologi yang dapat terdefinisi secara visual anatomik (PALM) dan 4 etiologi yang tidak berhubungan dengan kelainan struktural (COEIN)
  3. Hasil Histopatologi : pertumbuhan eksesif lokal dari kelenjar dan stroma endometrium yang memiliki vaskularisasi dan dilapisi oleh epitel endometrium.
  4. Pemeriksaan Fisik: Fundus uteri membesar secara difus. Adanya daerah adenomiosis yang melunak, dapat diamati tepat sebelum atau selama permulaan menstruasi. 5 Kriteria adenomiosis ditentukan berdasarkan kedalam jaringan endometrium pada hasil histopatologi. Hasil histopatologi menunjukkan dijumpainya kelenjar dan stroma endometrium etopik pada jaringan miometrium.
  5. Diagnosis banding Kehamilan. Leiomioma submukosa. Hipertrofi uteri idiopatik. Karsinoma endometrium.
  6. Mioma submukosa dan subserosa ada yang bertangkai (pedunculated). Mioma submukosa bertangkai seringkali sampai keluar melewati ostium uteri eksternum yang disebut sebagai mioma lahir (myoom geburt). Gejala: Perdarahan uterus abnormal berupa pemanjangan periode, ditandai oleh perdarahan menstruasi yang banyak dan/atau menggumpal, dalam dan di luar siklus.6 Pembesaran rahim (bisa simetris ataupun berbenjol-benjol). Seringkali membesar saat kehamilan. Penekanan terhadap organ sekitar uterus, atau benjolan pada dinding abdomen. Nyeri dan/atau tekanan di dalam atau sekitar daerah panggul. Peningkatan frekuensi berkemih atau inkontinensia. Diagnosis Banding: Kehamilan. Adenomiosis. Karsinoma uteri.5
  7. Mioma subserosa: tampak gambaran massa hipoekhoik yang menonjol ke luar dinding uterus Mioma intramural: tampak gambaran massa hipoekhoik yang berada di dalam dinding uterus
  8. Mioma submukosa: tampak gambaran massa hipoekhoik yang menekan endometrial line.
  9. Observasi: jika uterus diameternya kurang dari ukuran uterus pada masa kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit. Ekstirpasi: biasanya untuk mioma submukosa bertangkai atau mioma lahir/geburt, umumnya dilanjutkan dengan tindakan dilatasi dan kuretase. Laparotomi miomektomi: bila fungsi reproduksi masih diperlukan dan secara teknis memungkinan untuk dilakukan tidakan tersebut. Biasanya untuk mioma intramural, subserosa, dan subserosa bertangkai, tindakan tersebut telah cukup memadai. Laparotomi histerektomi: Bila fungsi reproduksi tak diperlukan lagi, Pertumbuhan tumor sangat cepat. Sebagai tindakan hemostatis, yakni dimana terjadi perdarahan terus menerus dan banyak serta tidak membaik dengan pengobatan.
  10. Diagnostik: Meskipun jarang ditemukan, namun hyperplasia atipik dan keganasan merupakan penyebab penting PUA. Klasifikasi keganasan dari hiperplasia menggunakan system klasifikasi FIGO dan WHO.
  11. Diagnostik: Gangguan ovulasi merupakan salah satu penyebab PUA dengan manifestasi perdarahan yang sulit diramalkan dan jumlah darah yang bervariasi. Dahulu termasuk dalam criteria perdarahan uterus disfungsional (PUD). Gejala bervariasi mulai dari amenorea, perdarahan ringan dan jarang, hingga perdarahan haid banyak. Gangguan ovulasi dapat disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik (SOPK), hiperprolaktinemia, hipotiroid, obesitas, penurunan berat badan, anoreksia, atau olahraga berat yang berlebihan.
  12. Diagnostik: Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid teratur. Penyebab perdarahan pada kelompok ini adalah gangguan hemostatis local endometrium. Adanya penurunan produksi faktor yang terkait vasokonstriksi seperti endothelin-1 dan prostaglandin F2α serta peningkatan aktivitas fibrinolisis. Gejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengaha atau perdarahan yang berlanjut akibat gangguan hemostatis local endometrium. Diagnosis PUA-E ditegakkan setelah menyingkirkan gangguan lain pada siklus haid yang berovulasi.
  13. Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi medis seperti penggunaan estrogen, progesterin, atau AKDR. Perdarahan haid di luar jadwal yang terjadi akibat penggunaan estrogen atau progestin dimasukkan dalam istilah perdarahan sela atau breakthrough bleeding (BTB). 3. Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang dapat disebabkan oleh sebagai berikut: Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi Pemakaian obat tertentu seperti rifampisin Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna anti koagulan (warfarin, heparin, dan low molecular weight heparin) dimasukkan ke dalam klasifikasi PUA-C.
  14. Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri, karsinoma servisis uteri; Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus iminens, abortus sedang berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri; Tuba Falopii, seperti kehamilan ektoplik terganggu, radang tuba, tumor tuba; Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium. Sebab-sebab fungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi , kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3% dibawah 20 tahun.
  15. a. “Estrogen breakthrough bleeding” (Perdarahan bercak estrogen) Mekanisme lain yang menyebabkan terjadinya perdarahan, adalah karena tebal endometrium yang berlebihan, maka pada suatu saat akan timbul gangguan vaskularisasi di lapisan permukaan, sehingga terjadi nekrosis dan perdarahan. b. “Estrogen withdrawal bleeding” (Perdarahan lucut estrogen) Kenaikan estrogen pada keadaan ini tidak mampu memacu terjadinya lonjakan LH, sehingga ovulasi tidak terjadi. Akan tetapi mekanisme umpan balik negatif tetap terjadi sehingga penurunan kadar FSH akan mengakibatakan turunnya kadar estrogen secara mendadak, yang mengakibatkan terkelupasnya lapisan endometrium, walaupun kemudian tidak diikuti proses iskemi pembuluh darah seperti haid normal, sehingga pengelupasan akan berlangsung secara tidak sempurna dan berkepanjangan. c. “Progesteron breakthrough bleeding” (Perdarahan bercak progesterone) Perdarahan terjadi akibat tidak seimbangnya perbandingan antara kadar estrogen dan progesteron.
  16. Pada anamnesis perlu diketahui usia menarke, frekuensi, durasi, dan sifat perdarahan. Kuantifikasi perdarahan yang terjadi dapat menjadi masalah karena remaja memiliki pengalaman terbatas dalam menilai perdarahan. Sebaiknya ditanyakan berapa jumlah produk tampon maupun pembalut yang digunakan. Pada remaja yang mengeluhkan haid yang banyak perlu ditanyakan riwayat mudah memar, perdarahan yang sulit berhenti pada luka minor, epistaksis yang sering atau sulit dikontrol, atau perdarahan hebat setelah operasi. Riwayat perdarahan pada keluarga termasuk riwayat perdarahan postpartum penting diketahui untuk mencari kelainan perdarahan pada keturunan. Anamnesis mengenai riwayat penggunaan obat-obat dan kontrasepsi hormonal juga perlu ditanyakan.
  17. USG transvaginal menggambarkan penebalan endometrium kompleks yang merupakan faktor risiko hiperplasia atipik atau kanker endometrium Terdapat faktor risiko diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, nulipara Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis colorectal cancer memiliki risiko kanker endometrium sebesar 60% dengan  rerata umur saat diagnosis antara 48-50 tahun Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahan uterus abnormal yang menetap (tidak respons terhadap pengobatan).
  18. Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma uteri submukosum. USG transvaginal merupakan alat penapis yang tepat dan harus dilakukan pada pemeriksaan awal PUA. Bila dicurigai terdapat polip endometrium atau mioma uteri submukosum disarankan untuk melakukan Saline Infusion Sonography (SIS) atau histeroskopi.  Keuntungan dalam penggunaan histeroskopi adalah diagnosis dan terapi dapat dilakukan bersamaan.
  19. Perbaikan keadaan umum: Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk. Penghentian perdarahan: dapat dilakukan dengan pemakaian hormon steroid seks, penghambat sintesis prostaglandin, antifibrinolitik, pengobatan dilatasi dan kuretase, dan pengobatan operatif.
  20. CHCs terdiri dari kontrasepsi pil oral, patch kontrasepsi, dan vaginal ring, akan mengontrol siklus, mengurangi darah yang hilang selama menstruasi, dan menangani dismenorhea. Progestin injeksi seperti depot medroksiprogesteron asetat, sering diguanakan untuk menangani perdarahan menstruasi yang hebat
  21. NSAID menurunkan total produksi prostaglandin melalui inhibisi cyclo-oxigenase, pergeseran keseimbangan prostaglandin, dan thromboxane untuk mendukung vasokontriksi uterine. Wanita dengan perdarahan menstruasi yang hebat telah ditemukan peningkatan kadar plasminogen activator pada endometrium, dengan lebih banyak aktivitas fibrinolitik dibandingkan dengan wanita dengan menstruasi yang normal. Asam tranexamat merupakan agen antifibrinolitik (atau plasminogen activator inhibitor) yang secara reversible mengikat plasminogen untuk menurunkan degradasi tanpa mengubah parameter koagulasi darah.
  22. 3. Kekurangan histerektomi adalah komplikasi intraoperative dan postoperative lebih sering dan parah, selain itu waktu operasi, perawatan, dan biaya yang harus dikeluarkan lebih banyak.