Kista kelenjar bartholini adalah kantung berisi cairan yang terbentuk di kelenjar bartholini akibat sumbatan. Kelenjar ini berfungsi membasahi vagina untuk memfasilitasi hubungan seksual. Sumbatan dapat disebabkan infeksi, trauma, atau gangguan bawaan. Gejala kista meliputi bengkak dan nyeri di daerah vulva, yang dapat memburuk jika terinfeksi menjadi abses. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik
2. ANATOMI
Kelenjar bartholini (glandula
vestibularis mayor) -> organ
genetalia eksterna.
ukuran -> sebesar kacang
(jarang > 1 cm)
Fungsi: membasahi
mengeluarkan lendir untuk
memberikan pelumas vagina
saat melakukan hubungan
seksual.
Dalam keadaan normal
kelenjar ini tidak teraba pada
palpasi (Manuba, 2008).
3. DEFINISI
Kista adalah kantung yang berisi cairan yang
terbentuk dibawah kulit atau disuatu tempat di
dalam tubuh.
Kista kelenjar bartholini dapat terjadi ketika
kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar
bartholini bisa tersumbat karena berbagai alasan
seperti infeksi, peradangan. Cairan yang
dihasilkan kelenjar ini kemudian terakumulasi
menyebabkan kelenjar membengkak dan
membentuk satu kista (Setyadeg, 2010).
4. ETIOLOGI
Sumbatan dapat disebabkan oleh:
• Mucus yang mengental
• Infeksi -> Neisseria gonorheae, Infeksi
Gonokokus, Klamidia
• Trauma
• Gangguan congenital.
5. MANIFESTASI KLINIK
• Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pembengkakan
pada daerah vulva (Amiruddin, 2004).
• Terasa ada benda yang berat pada vulva -> rasa kurang nyaman
• Kesulitan pada waktu koitus.
Adapun jika kista terinfeksi maka dapat berkembang menjadi abses
bartholini dengan gejala klinik berupa (Amiruddin, 2004) :
• Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
• Umumnya tidak disertai demam kecuali jika terifeksi dengan organisme
yang ditularkan melalui hubungan seksual.
• Pembengkakan pada vulva selama 2-4 hari.
• Biasanya ada secret di vagina.
• Dapat terjadi rupture spontan.
6. DIAGNOSTIC EXAMINATION
• Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung
suatu diagnosis. Pada anamnesa dinyatakan tentang gejala seperti
Panas, Gatal, Sudah berapa lama gejala berlangsung, Kapan mulai
muncul, Apakah pernah berganti pasangan seks, Keluhan saat
berhubungan, Riwayat penyakit menular seksual sebelumnya,
Riwayat penyakit kelamin pada keluarga.
• Kista bartholini di diagnosis melalui pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan dengan posisi litotomi, terdapat pembengkakan pada
kista pada posisi jam 5 atau jam 7 pada labium minus posterior. Jika
kista terinfeksi, maka pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk
mengidentifikasi jenis bakteri penyebab abses dan untuk
mengetahui ada atau tidaknya infeksi menular (Amiruddin, 2004).
7. TREATMENT
Marsupialisasi yaitu sayatan dan pengeluaran isi kista diikuti
penjahitan dinding kista yang terbuka pada kulit vulva yang terbuka.
Insisi dilakukan vertical pada vestibulum sampai tengah kista dan
daerah luar cincin hymen. Lebar insisi sekitar 1,5 – 3 cm, tergantung
besarnya kista kemudian kavitas segera dikeringkan. Kemudian
dilakukan penjahitan pada bekas irisan. Bedrest total dimulai pada
hari pertama post operatif ( Arief Mansjoer dkk, 2006).
8. NURSING DIAGNOSIS
1. Nyeri b.d peradangan kalenjar bartolin ditandai dengan pembesaran
kalenjar bartolin, nyeri dan lebih panas didaerah perineum /
sekitarnya, iritasi vulva, kadang terasa seperti benda berat.
2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan sekunder
terhadap penyakit kronis ditandai dengan pembesaran kalenjar
bartholin, nyeri dan lebih panas didaerah sekitarnya / perineum,
ada nanah, kadang dirasakan sebagai benda berat,ada abses yang
kadang-kadang dapat sebesar telur bebek.
3. Resiko Infeksi
4. Perubahan pola seksual b.d nyeri ditandai dengan kalenjar bartholin
membengkak, merah, nyeri pada daerah perineum, dan nanah.
5. Kerusakan integritas kulit b.d bahan iritan dari lingkungan sekunder
terhadap kelembaban ditandai dengan merah, iritasi vulva, nanah.