1. SOLUSIO PLASENTA
Solusio Plasenta merupakan bagian dari perdarahan antepartum pada
kehamilan tua. Batas teoritis antara kehamilan tua dan muda adalah 22 minggu,
mengingat kemungkinan janin hidup di luar uterus.
Pengawasan antenatal sebagai cara untuk mengetahui atau menanggulangi
kasus-kasus dengan perdarahan antepartum memegang peranan terbatas.
Mengetahui faktor-faktor predisposisi seperti umur ibu tua, multiparitas, penyakit
hipertensi menahun. Pre-Eklamsia, tali pusat pendek, tekanan pada vena cava
inferior dan defesiensi asam folik. (1,2,3,4,5)
Sehingga sebagai upaya untuk meningkatkan pengawasan terhadap kehamilan
dengan faktor disposisi solusio plasenta di RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto sudah seharusnya mengetahui tolok ukur pelayanan yaitu angka
kematian
janin
pada
kehamilan
dengan
solusio
plasenta
(http://medisdankomputer.co.id/2009).
1. Definisi.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri sebelum janin lahir.
Definisi tersebut di atas berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di
atas
22
minggu
atau
berat
janin
di
atas
500
gram
(http://medisdankomputer.co.id/2009).
2. Klasifikasi.
Menurut derajat lepasnya plasenta :
a. Solusio plasenta partsialis.
Bila hanya sebagian plasenta terlepas dari tempat perlekatannya.
b. Solusio plasenta totalis.
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.
c. Prolapsus plasenta.
Bila plasenta turun ke bawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
2. Menurut derajatnya solusio plasenta dibagi menjadi :
a. Solusio plasenta ringan.
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang
tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginam
berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak sakit atau terus menerus
agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.
b. Solusio plasenta sedang.
Plasenta telah lepas lebih dari seperempat. Tanda dan gejala dapat timbul
perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan
pervaginam. Dinding uterus teraba tegang.
c. Solusio plasenta berat.
Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan. Penderita shock.
3. Epidemiologi.
Di Indonesia kejadian solusio plasenta pernah di laporkan di RS Cipto
Mangunkusumo pada tahun 1968 – 1971 yaitu 2,1 % dari seluruh persalinan
saat itu.
Frekuensi solusio plasenta pada berbagai negara tidak sama, karena cara
penyelidikan dan daerah lingkungan tidak sama pula seperti di Inggris 0,5 %,
Amerika 0,73 % dan di RS Pringadi Medan dilaporkan berkisar antara 0,4 –
0,5 %.Peneliti lain melaporkan solusio plasenta berkisar antara 0,49 – 1,8 %.
4. Etiologi.
Sampai saat ini etiologi belum diketahui dengan jelas, keadaan tertentu
dapat menyertai seperti umur ibu yang tua, multiparitas, penyakit hipertensi
menahun, preeklamsia, trauma, pre-eklamsia, tali pusat pendek, tekanan pada
vena kava inferior dan defisiensi asam folik.
5. Patogenesis.
Terjadinya soliusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua
basalis yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat
pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan
3. pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan
dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma
retroplasenta yang akan memutuskan lebuih banyak pembuluh darah, hingga
pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap
berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal
untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir
keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
6. Manifestasi Klinis.
Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga. Perdarahan pervaginam
berwarna kehitaman yang sedikit sekali tanpa rasa nyeri sampai dengan
disertai nyeri perut.
Pemeriksaan fisik
Tanda vital normal sampai menunjukkan tanda syok
Pemeriksaan obstetric
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut
jantung, janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan
karena tercampur darah.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah : Hemoglobin, hematokrit, trombosit,
waktu perdarahan, elkektrolit plasma.
Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.
8. Komplikasi
a. Langsung (immediate)
Perdarahan
Infeksi
Emboli dan syok obstetrik
4. b. Tidak langsung (delayed)
Couvelair uterus, sehingga kontraksi tak baik, menyebabkan
perdarahan post partum.
Hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.
Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia.
Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
Dan lain-lain.
9. Prognosis
a. Terhadap ibu
Mortalitas menurut kepustakaan 5 – 10 %. Hal ini karena adanya
perdarahan sebelum dan sesudah partus.
b. Terhadap anak
Mortalitas anak tinggi, menurut kepustakaan 70 – 80 %. Hal ini tergantung
derajat pelepasan dari plasenta.
c. Terhadap kehamilan berikutnya.
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta,
maka kehamilan berikutnya sering terjadi solusio plasenta yang lebih
hebat.
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan solusio plasenta harus dilakukan di rumah sakit dengan
fasilitas operasi :