SlideShare a Scribd company logo
1 of 143
HUKUM ACARA PIDANA




 GATOT SUGIHARTO
       copy right Gatot Sugiharto
Pengertian Hukum Acara
          Pidana



Undang-undang tidak memberikan pengertian
resmi mengenai hukum acara pidana, yang
ada adalah berbagi pengertian mengenai
bagian-bgian tertentu dari hukum acara
pidana, misalnya penyelidikan, Penyidikan,
penangkapan dan lain sebagainya.
Prof. MULYATNO

menyebutkan bahwa HAP (Hukum
Acara Pidana) adalah bagian dari
keseluruhan hukum yang berlaku
disuatu negara yang memberikan
dasar-dasar dan aturan-aturan yang
menentukan dengan cara apa dan
prosedur macam apa, ancaman
pidana yang ada pada suatu
perbuatan pidana dapat dilaksanakan
apabila ada sangkaan bahwa orang
telah melakukan perbuatan pidana.
intinya bahwa Hukum
        Acara Pidana
adalah Keseluruhan aturan hukum yang
berkaitan dengan penyelenggaraan
peradilan pidana serta prosedur
penyelesaian perkara pidana meliputi
proses pelaporan dan pengaduan,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan di sidang pengadilan,
putusan dan pelaksanaan putusan
pidana
Hukum Pidana
              Perbuatan Apa yang dikatakan
Apa ?         Tindak pidana

                                             Hukum Pidana
                                                Materiil


Siapa ?       Siapa Yang dapat
              dikatakan sebagai
              Pelaku



Bagaimana ?          Bagaimana Cara
                     Memproses               Hukum Pidana
                     pelaku jika                Formil
                     terjadi tindak
                     pidana
Hukum Acara Pidana Indonesia
ada di dalam UU Nomor 8 Tahun
             1981
Fungsi dan Tujuan Hukum
      Acara Pidana


Fungsi Represif
Fungsi Preventif
Fungsi Represif

yaitu Fungsi Hukum acara pidana
adalah melaksanakan dan menegakkan
hukum pidana. artinya jika ada
perbuatan yang tergolong sebagai
perbuatan pidana maka perbuatan
tersebut harus diproses agar ketentuan-
ketentuan yang terdapat di dalam
hukum pidana dapat diterapkan.
Fungsi Preventif

yaitu fungsi mencegah dan mengurangi
tingkat kejahatan. fungsi ini dapat dilihat
ketika sistem peradilan pidana dapat
berjalan dengan baik dan ada kepastian
hukumnya, maka orang akan berpikir
kalau akan melakukan tindak pidana.
dengan demikian maka dapat
  ditunjukkan bahwa antara hukum
 acara pidana dan hukum pidana
   adalah pasangan yang tidak
 dapat dipisahkan dan mempunyai
hubungan yang sangat erat, diibaratkan
      sebagai Dua sisi mata uang
T ujuan hukum acara pidana
  dalam pedoman pelaksanaan
             KUHAP
“ Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari
dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati
kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-
lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur
dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku
yang tepat didakwakan melakukan suatu pelanggaran
hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan
putusan dari pengadilan guna menemukan apakah
terbukti bahwa tindak pidana telah dilakukan dan apakah
orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.
jika memperhatikan rumusan di atas maka tujuan hukum
pidana dapat dikatakan bahwa tujuan hukum acara pidana
                  meliputi tiga hal yaitu :


 mencari dan mendapatkan kebenaran
 melakukan penuntutan
 melakukan pemeriksaan dan
 memberikan putusan
 namun dari ketiga hal tersebut dapat
 pula ditambahkan yangkeempat yaitu
 melaksanakan (Eksekusi) putusan
 hakim
Siapa Yang berhak mencari dan
       menemukan kebenaran ?

menurut hukum acara pidana yang
bertugas mencari dan menemukan
kebenaran adalah pihak kepolisian
dalam hal ini adalah penyelidik dan
penyidik. kebenaran yang dimaksudkan
adalah keseluruhan fakta-fakta yang terjadi
yang ada hubungannya dengan perbuatan
pidana yang terjadi.
T ujuan melakukan penuntutan
adalah menjadi tugas dari
kejaksaan yang dilakukan oleh JPU


penuntutan harus dilakukan secermat
mungkin sehingga penuntutan itu
merupakan penuntutan yang tepat dan
benar. sebab kesalahan penuntutan akan
berakibat fatal yaitu gagalnya penuntutan
yang berakibat pelaku bebas.
tujuan ketiga yakni melakukan
 pemeriksaan dan membuat dan
 menemukan putusan menjadi tugas
 hakim dipengadilan.

pemeriksaan harus jujur dan tidak
memihak serta putusannya pun harus
putusan yang adil bagi semua pihak.
Adil, Subyektif Sifatnya:
 Keadilan Substantif
 Keadilan Prosedural
T ujuan te r akhir dari HAP
      adalah melaksanakan
      eksekusi putusan hakim ,
secara administratif dilakukan oleh jaksa
akan tetapi secara operasionalnya
dilakukan dan menjadi tugas lembaga
pemasyarakatan kalau putusan itu putusan
pidana penjara, namun jika putusanya pidana
mati maka langsung dilakukan oleh regu
tembak yang khusus disiapkan untuk itu.
Secara Sederhana Proses
Beracara Di Pengadilan dapat
digambarkan melalui bagan di
         bawah ini
SISTEM PERADILAN PIDANA


                                 SUB SISTEM
                                 SPP

In Put
         Kasus     Polisi         JPU            PN         LP




Ou               Penyelidika   Penuntutan     Pemeriksaa   Eksekusi
t                  n dan        Membuat        n perkara     dan
Put                               SP3                      pembinaa
                 Penyidikan                     pidana        n




                                MASYARAKAT
Ilmu-ilmu bantu Hukum
     Acara Pidana
untuk mencapi tujuan hukum acara pidana
tidak mudah dilakukan tanpa ada ilmu-ilmu
yang membantu dalam menemukan
kebenaran. ilmu-ilmu ini akan sangat
berguna bagi aparat penegak hukum (polisi,
jaksa, pengacara ,hakim maupun petugas
lembaga pemasyarakatan) oleh karena itu
bagi aparat penegak hukum wajib
membekali diri dengan pengetahun dari
berbagai ilmu bantu.
ilmu-ilmu bantu yang
        dimaksud adalah:
   Logika .
    Ilmu bantu logika sangat dibutuhkan
    dalam proses penyidian dan proses
    pembuktian disidang pengadilan. kedua
    proses ini memerlukan cara-cara berpikir
    yang logis sehingga kesimpulan yang
    dihasilkan pun dapat dikatakan logis dan
    rasional.
   Psikologi
    sesuai dengn materi pokok ilmu ini,
    mak ilmu ini dapat berguna didalam
    menyentuh persoalan-pesoalan
    kejiwaan tersangka. hal ini sangat
    membantu penyidik dalam proses
    interograsi. dan hakim dapat memilih
    bagaimana dia harus mengajukan
    pertanyaan sesuai dengan kondisi
    kejiwaan terdakwa.
   Kriminalistik
    Peranan ilmu bantu kriminalistik ini sangat
    berguna bagi proses pembuktian terutama
    dalam melakukan penilaian fkta-fkta yang
    terungkap didalam sidang, dan dengan ilmu ini
    maka dapat dikonstruksikan dengan sistematika
    yang baik sehingga proses pembuktian akan
    lebih dapat dipertanggungjawabkan. ilmu ini
    yang banyak dipakai adalah ilmu tentang sidik
    jari, jejak kaki, toxikologi (ilmu racun) dan
    sebagainya.
   Ked o kteran Kehakiman
    dan Psikiatri
    kedokteran kehakiman dan psikiatri sangat
    membantu penyidik,JPU dan hakim didalam
    menangani kejahatan yang berkaitan
    dengan nyawa atau badan seseorang atau
    keselamatan jiwa orang.dalam hal ini hakim
     memerlukan keterangan dari kedokteran
    dan psikitri. dan ketika da yang
    menjelaskan tentang istilah istilah medis
    hakim jaksa dn pengacara tidak terlalu buta.
 Kriminologi
 Ilmu ini mempelajari seluk beluk
 tentang kejahatan baik sebab sebab
 dan latar belakang kejahatanya
 maupun mengenai bentuk-bentuk
 kejahatan. ilmu ini akan membantu
 terutma pada hakim dalam
 menjatuhkan putusan tidak membabi
 buta, harus melihat latar belakang dan
 sebab sebab yang menjadikan pelaku
 melakukan tindak pidana.
   Penologi
    Ilmu ini sangat membantu hakim
    dalam menentukan alternatif
    penjatuhan hukuman termasuk juga
    bagi petugas pemasyarakatan jenis
    pembinaan apa yang tepat bagi nara
    pidana.
Victimologi
 Ilmu Yang mempelajari seluk beluk
 korban Kejahatan. Ilmu ini sangat
 membantu dalam menentukan tindakan
 apa yang tepat untuk dapat
 memberikan santunan kepada korban.
Istilah-Istilah umum
        dalam KUHAP
istilah-istilah umum dalam hukum acara
pidana ada disebutkan secara rinci
dalam pasal 1 UU Nomor 8 Tahun
1981 atau KUHAP.
Asas-asas dalam Hukum
     Acara Pidana
Asas-asas yang berlaku dalam
   Hukum acara Pidana ada yang
   bersifat umum dan bersifat
   Khusus. yang bersifat umum
   berlaku pada seluruh kegiatan
   peradilan sedangkan yang
   bersifat khusus berlaku hanya
   didalam persidangan saja.
Asas-asas Umum

berlaku pada seluruh kegiatan peradilan
Asas Kebenaran
          Materiil
bahwa pada pemeriksaan perkara pidana lebih
   mementingkan kepada penemuan
   kebenaran materiil, yakni kebenaran yang
   sungguh sungguh sesuai dengan
   kenyataan.

prinsip ini terlihat dalam proses persidangan,
    bahwa walaupun pelku sudah mengakui
    kesalahannya namun belum cukup
    dijadikan alasan untuk menjatuhkan alasan.
    beda dengan di amerika.
Asas Peradilan Cepat,
   sederhana dan biaya
         murah.
       peradilan cepat artinya. dalam melaksanakan peradilan
           diharapkan dapat diselenggarakann sesederhana
           mungkin dan dalam waktu yang sesingkat-
           singkatnya.

Sederhana mengandung arti bahwa agar dalam penyelenggaraan
    peradilan dilakukan dengan cara simple singkat dan tidak
    berbelit-belit.

Biaya murah berarti, penyelenggaraan peradilan ditekan
     sedemikian rupaagar terjangkau bagi pencari keadilan

hal ini ada didalam Undang-undang Nomor 4 tahun 2004 tentang
      kekuasaan Kehakiman pada pasal 4 ayat (2).
Asas Praduga Tak
Bersalah (Presumtion of
       inocene)
 Asas praduga tak bersalah ini menghendaki agar
 setiap orang yang terlibat dalam perkara pidana
 harus dianggap belum bersalah sebelum adanya
 putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
 pada semua tingkatan berlaku hal yang sama,
 implementasinya dapat ditunjukan ketika
 tersangka dihdirkan disidang pengadilan
 dilakukan dengan tidak diborgol
prinsip ini dipatuhi karena telah tertunag
dalam UU No. 4 tahun 2004 pasal 8
yang mengatkan “ setiap orang yang
disangka, ditangkap, ditahan dituntut dn
dihadapkan didepan pengadilan wjib
dianggap tidak bersalah sebelum ad
putusan yang menyatakan kesalahannya
dan telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.

  Asas lain yang sungguh berbeda
  dengan asas ini adalah asas praduga
  bersalah (Presumtion of Qualty)
  asas ini menjelaskan sebaliknya.
Asas Inquisitoir dan
             Accusatoir
           asas Inquisitoir adalah asas yang menjelaskan
           bahwa setiap pemeriksan yang dilakukan harus
           dengan cara rahasia dan tertutup. asas ini
           menempatkan tersangka sebagai obyek
           pemeriksaan tanpa memperoleh hak sama
           sekali. seperti Bantuan hukum dan ketemu
           dengan keluarganya.
asas accusatoir menunjukkan bahwa seorang tersangka/tersangka
     yang diperiksa bukan menjadi obyek tetapi sebagai subyek. asas
     ini memperlihatkan pemerinsaan dilakukan secara terbuka untuk
     umum. dimana setiap orang dapat menghadirinya.
Indonesia Memakai yang
         Mana ?
Di Indonesia memakai asas Inquisatoir
yang diperlunak atau dapat pula
dikatakan Campuran. karena terdakwa
masih menjadi obyek pemeriksaan
namun dapt dilakukan secara terbuka
dan terdakwa dapat berargumen untuk
membela diri sepanjang tidak melanggar
undang-undang, dan prinsip ini ada pada
asas accusatoir.
Asas Legalitas dan
      a sas oportunitas
         asas legalitas adalah asas yang
         menghendaki bahwa penuntut umum wajib
         menuntut semua perkara pidana yang
         terjadi tanpa memandang siapa dan
         bagaimana keadaan pelakunya.

asas oportunitas adalah memberi wewenang pada
    penuntut umum untuk menuntut atau tidak
    menuntut seorang pelaku dengan alasan
    kepentingan umum. inilah yang dianut Indonesia
    contohnya seseorang yang memiliki keahlian
    khusus, dan hanya dia satu-satunya di negara itu
    maka dengan alasan ini JPU boleh memilih untuk
    tidak menuntut.
Asas-asas Khusus


asas khusus ini hanya berlaku
didalam persidangan saja. asas-asas
yang dimaksud adalah:
Asas sidang terbuka
             untuk umum
         maksud dari asas ini adalah bahwa dalam setiap persidangan
            harus dilakukan dengan terbuka untuk umum artinya siapa
            saja bisa menyaksikan, namun dalam hal ini ada
            pengecualianya yaitu dalam hal kasus-kasus kesusilaan
            dan kasus yang terdakwanya adalah ank dibawah umur.
            dalam hl ini dapat dilihat dalam pasal 153 (3 dan 4)
            KUHAP yang mengatakan “ untuk keperluan pemeriksaan
            hakim ketua sidang membuka sidang dn menytakan
            terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai
            kesusilaan tau terdakwanya nk-anak”.

“tidakdipenuhinya ketentuan ayat (2) dan ayat (3)
     mengakibatkan putusan batal demi hukum”.
Peradilan dilakukan oleh
   hakim oleh karena
      jabatannya.
  A sas ini menghendaki bahwa
  tidak ada sutu jabatan yang
  berhak untuk melakukan
  peradilan atau pemeriksaan
  hingga mengambil putusan
  kecuali hanya diberikan pada
  hakim.
Asas Pemeriksaan
           langsung
     Prinsip ini menghendaki agar pemeriksaan yang
         dilakukan itu harus menghadapkan terdakw
         didepan sidang pengadilan, termasuk pula
         menghdapkan seluruh saksi-saksi yang
         ditunjuk. langsung artinya hakim dan terdakwa
         ataupun para saksi berada dalam sidang yang
         tidak dibatasi oleh suatu tabir apapun..
namun dengan perkembangan tegnologi hal ini
   mungkin saja disimpangi krena sekarang
   sudah ada telekomfren.
BAB II
    PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

 Penyelidikan
 Penyidikan
 Penangkapan
 Penahanan
 Penggeledahan
 Penyitaan
BAB II
          PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

    Hukum acara pidana mengenal beberapa tahapan dalam
    menyelesaiakan perkara pidana, sekalipun secara tegas
    tidak ditentukan didalam KUHAP, namun berdasarkan
    rumusan pasal-pasal yang ada dalam KUHAP maka
    beberapa ahli hukum acara pidana yang ditemukan
    dalam berbagai literatur membagi tahapan itu menjadi 3
    (tiga) tahapan yaitu:
   Tahapan pemeriksaan Pendahuluan,
   Tahapan Penuntutan dan
   Tahapan pemeriksaan disidang pengadilan.
Menurut S Tanusubroto yang dimaksud dengan
Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan
penyidikan atau pemeriksaan sebelum dilakukan di
muka persidangan pengadilan. Seperti halnya
dengan yang disampaikan oleh Soedjono D. yaitu
Pemeriksaan yang dilakukan apabila ada
persangkaan, baik tertangkap tangan atau tidak, yang
dilakukan sebelum pemeriksaan dimuka persidangan
pengadilan.
Tentang Penyelidikan.
   Definisi dari Penyelidikan adalah ada di
   dalam ketentuan umum Pasal 1 butir 5
   yang menjelaskan bahwa Penyelidikan
   adalah serangkaian tindakan penyelidik
   untuk mencari dan menemukan suatu
   peristiwa yang diduga sebagai tindak
   pidana guna menemukan dapat atau
   tidaknya dilakukan penyelidikan menurut
   cara yang diatur dalam Undang-undang
   ini (KUHAP).
pertanyaannya sekarang
   adalah siapa yang
   berwenang melakukan
   penyelidikan itu ?
jika memperhatikan pasal 4 KUHAP yang
berwenang melakukan fungsi penyelidikan
adalah “setiap Pejabat polisi negara Republik
Indonesia”. dalam pasal ini ditegaskan hanya
polisi yang mempunyai kewenangan untuk
melakukan penyelidikan dan pejabt diluar
kepolisian tidak diperkenankan oleh undang-
undang begitu pula jaksa.
D alam pasal 5 KUHAP diatur
    kewenangan penyelidik meliputi :
 Kewenangan berdasarkan
  Kewajiban (Hukum)
 Kewenangan berdasarkan Perintah
  Penyidik.
Kewenangan berdasarkan
    Kewajiban (Hukum)
   Menerima laporan dan pengaduan dari
    seseorang tentng adanya tindak
    pidana;
   mencari keterangan dan barang bukti;
   menyuruh berhenti seseorang yang
    dicurigai dn menanyakan serta
    memeriksa tnda pengenal diri;
   mengadakn tindkan lain menurut
    hukum yang bertanggungjawab.
A.d.a. Kewenangan menerima
 laporan dan pengaduan
 informasi awal adanya tindak pidana
 biasanya berasal dari masyarakat,
 sehingga dengan dasar inilah
 penyelidik mengambil tindakan
 berikutnya sesuai kewenangannya.
 jika ada laporan atau pengaduan m aka
 penyelidik wajib untuk menerimanya.
B eberapa hal yang harus diperhatikan
  dalam menyampaikan laporan dan
  pengduan yang harus dipenuhi yaitu:

 jika laporan dan pengaduan dilakukan secara
  tertulis maka harus ditandatangni oleh pelapor
  dan pengadu;
 jika laporan dan pengaduan diajukan secara
  lisan harus dicatat oleh penyelidik dan
  ditandatangani oleh pelapor/pengadu dan
  penyelidik;
 jika pengadu dan pelapor tidak dapat menulis,
  hal itu harus dicatat dalam laporan atau
  pengaduan (pasal 103)
yang membedakan antara
    laporan dan pengaduan ?
   Laporan dapat disampaikan oleh setiap orang dan
    merupakan kewajibannya, sementara pengaduan hanya
    dapat diajukan oleh orang tertentu saja buka kewajibanny
    tapi merupakan hak.
   dari segi obyeknya, laporan obyeknya adalah setiap
    delik/tindak pidana yang terjadi tidak ada
    pengecualiannya, jadi hal ini berkenaan dengan delik
    biasa. sementara pengaduan, obyeknya terbatas pada
    delik-delik aduan saja.
   Dari segi isinya, laporan berisi tentang pemberitahuan
    tanpa disertai permohonan, sedangkan pengaduan isinya
    pemberitahuan disertai dengan permohonan untuk segera
    melakukan tindakan hukum.
   Dari segi Pencabutan, Laporan tidak dapat dicabut
    kembali sementara pengaduan dapat dicabut kembali.
Wewenang Mencari
 Keterangan dan barang
         bukti
mencari keterangan dan barang bukti ini
adalah dalam rangka mempersiapkan bahan-
bahan berupa fakta sebagai landasan hukum
guna memulai proses penyidikan.

dalam mencari dan memperoleh barang bukti
hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang
profesional dan berdasarkan ilmu penyelidikan
dan tidak terkesan yang penting untuk
mengejar target penyelidikan saja.
Apa yang dimaksud dengan
         Barang Bukti ?
barang bukti adalah barang yang
digunakan untuk melakukan atau yang
berkaitan dengan tindak pidana.


Barang Bukti dengan Alat Bukti
Sama atau Tidak ?
A lat bukti disebutkan dalam pasal
  184 KUHAP yaitu:
 Keterangan saksi
 Keterangan ahli
 Surat
 petunjuk
 keterangan terdakwa
Kewenangan menyuruh
berhenti
kewenangan ini penting dimiliki oleh penyelidik , karena
berkaitan dengan adanya orang yang dicurigai yang
mengharuskan penyelidik mengambil tindakan
memberhentikan guna melakukan pemeriksaan dan
meminta keterangan.
namun dalam hal orang yang dicurigai tidak
mengindahkan peringatan penyelidik maka penyelidik
pun tidak dapat melakukan upaya paksa yang
dibenarkan undang-undang. karena kalau akan
melakukan penangkapan harus ada syarat-syarat
tertentu yang harus dipenuhi misalnya adanya surat
perintah penangkapan.
Kewenangan penyelidik mengenai
               melakukan tindakan lain.
    Kewenangan ini dalah kewenangan yang kabur dan tidak jelas dalam
    pasal 5 ayat 1 huruf a angka 4 menyebutkan bahwa yang dimaksud
    dengan tindakan lain adalah tindakan dari penyelidik guna
    kepentingan penyelidikan dengan syarat:

   tidak bertentangan dengan aturan hukum
   selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan dilakukanny
    tindakan jabatan
   tindkan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam
    lingkungan jabatannya
   atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa
   menghormati hak asasi manusia.

    meskipun telah dijelaskan dalam penjelasan tersebut namun belum
    memberikan penjelasan yang memuaskan, dan par ahli hukum pun
    msih berbeda-beda untuk memberikan contoh konkritnya.
Kewenangan berdasarkan Perintah
                Penyidik.
   Kewajiban dan wewenang penyelidik ini muncul
   manakala ada perintah dari penyidik.

T indakan-tindakan yang dimaksud berupa:
 penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
     penggeledahan dan penyitaan.
 pemeriksaan dan penyitaan surat
 mengambil sidik jari dan memotret seseorang
 membawa dan menghadapkan seseorang pada
     penyelidik.
Tentang Penyidikan
  Kata Penyidikan hampir mirip dengan
  penyelidikan namun sesungguhnya
  itu sangat berbeda.
  penyidikan diatur dalam pasal
  102-136 bagian kedua BAB XIV
  KUHAP, penyidik dan penyidik
  pembantu diatur dalam pasal 6-13
  bagian kesatu dan kedua BAB IV
  KUHAP.
perbedaan antara penyelidikan
       dan penyidikan
 dilihat dari
             sudut pejabat yang
  melaksanakannya .
  penyelidikan pejabat yang
  melaksanakanya adalah yang terdiri dari
  pejabat POLRI saja, sedangkan
  Penyidikan, pejabat yang terdiri POLRI
  dan Pejabat Pegawai Negeri sipil (PPNS)
  tertentu.
 dari segi penekanannya tugasnya
 Penyelidikan penekanannya pada
 “mencari dan menemukan sesuatu
 peristiwa” yang diduga sebagai tindakan
 pidana.
 sedangkan Penyidikan penekanannya
 pada tindakan “mencari serta
 mengumpulkan bukti” supaya tindak
 pidana yang ditemukan menjadi terang,
 dari segi   pangkat pejabat polri,

 penyelidikan adalah mereka yang
 memiliki pangkat Letnan dua,
 sedangkan untuk Penyidik adalah
 Letnan satu keatas.
A dapun kewenangan penyidik dalam melakukan
    penyidikan dapat ditemukan dalam pasal 7 ayat (1)
    KUHAP sebagai berikut:

   menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang danya
    tindak pidana
   melakukan tindakan pertama pada saat ditempatkejadian TKP
   menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tnda
    pengenal diri tersangka;
   melakukan penangkapan,penahanan, penggeledahan, dan
    penyitaan;
   melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
   mengmbil sidik jari dan memotretseseorang;
   mendatangkan orang ahli diperlakukan dalam hubungannya
    dengan pemeriksan perkara;
   mengadakan penghentian penyidikan
   mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

kewenangan penyidik ini terlihat lebih luas dari kewenangan penyelidik
yang perlu dijelaskan disini adalah mengenai
    Penghentian penyidikan, dan dalam hal apakah
    seorang penyidik mengentikan penyidikannya ?
    pertanyaan ini dapat dijawab dengn pasal 109 ayat (2)
    KUHAP, berdasarkan psal ini dapat dikemukakan
    bahwa penyidik harus menghentikan penyidikan jika:

   apabila ternyata tidak cukup bukti untuk melnjutkan
    pekerjaannya kepengdilan untuk diadili;
   apabila tindakan yang dialakukan oleh seorang
    tersangka itu ternyata bukan merupakan suatu tindak
    pidana dan; (Apa yang dimaksud Tindak Pidana?)
   apabila penyidikan tersebut memang perlu dihentikan
    demi hukum.
dengan adanya penghentian penyidikan ini mengandung
     konsekuensi yuridis, sebab orang yang yang disangka telah
     melakukan tindak pidana tersebut kemudian diberi hak oleh
                    undng-undang untuk dapat:

 mengajukan permintaankepada ketua
  pengadilan negeri untuk memeriksa sah dan
  tidaknya penghentian penyidikan yang telah
  dilakukan penyidik terhadap dirinya.
 mengjukan permintaan kepada ketua pengadilan
  negeri untuk mendapatkan gnti rugi dan atau
  rehabilitasi sebagai akibat dri sahnya
  penghentian penyidikan yang telah diajukan
  kepada ketua pengadilan negeri tersebut (pasal
  81 KUHAP)
Tentang Penangkapan
pejabat yang berwenang

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa
   pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka
   atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna
   kepentingan penyidikan atau penuntutan atau peradilan
   dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
   undang hukum acara pidana (pasal 1 butir 20).

berdasarkan bunyi pegertian diatas maka yang berwenang
    melakukan penangkapan adalah penyidik, namun dalam
    pasal 16 ayat (1) penyelidik dapat juga melakukan
    penangkapan asalkan terdapat perintah dari penyidik.
Tujuan dan alasan
              penangkapan

tujuan penangkapan disebutkan dalam 16
    KUHAP yakni untuk kepentingan
    penyelidikan atau untuk kepentingan
    penyidikan,
sementara itu alasan penangkapan ditentukan
    dalam pasal 17 KUHP yaitu: adanya
    dugaan keras melakukan tindak pidana
    berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
( bukti permulaan yang cukup minimal satu alat
    bukti dan satu barang bukti)
Syarat sahnya penangkapan

   dengan menunjukkan surat tugas penangkapan
    yang dikeluarkan oleh penyidik atau penyidik
    pembantu;
   dengan memberikan surat perintah penangkapan
    kepada tersangka yang mencantumkan identitas
    tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan
    serta uraian singkat perkara kejahatan yang
    disangkakan serta tempat ia diperiksa;
   surat perintah penangkapan tersebut harus
    dikeluarkan oleh pejabat kepolisian negara republik
    Indonesia yang berwenang dalam melakukan
    penyidikan didaerah hukumnya;
   dengan menyerahkan tembusan surat perintah
    penangkapan itu kepada keluarga tersangka
    segera setelah penangkapan dilakukan
Bagaimana Kalau
   Tertangkap tangan ?

dalam hal tertangkap tangan
maka penangkapan tidak perlu
pakai surat perintah, dengan
ketentuan bahwa penangkap
harus segera menyerahkan
tertangkap beserta barang bukti
yang ada kepada penyidik atau
penyidik pembantu.
Batas waktu
      penangkapan
penangkapan ditentukan dalam pasal
   19 ayat (1) yaitu dilakukan
   maksimum satu hari. jika lebih dari
   stu hari maka sudah terjadi
   pelangaran hukum dan dengan
   sendirinya penangkapan dianggap
   tidak sah. atau jika batas waktu itu
   dilanggar maka tersangka,
   keluarganya, penasehat hukumnya
   dapat memintakan pemeriksaan
   kepada praperadilan. dan
   sekaligus dapat menuntut ganti
   rugi.
namun akan jadi masalah jika kasusnya ada di
pedalaman, maka untuk jalan keluarnya penangkapan
harus dilakukan oleh penyidik sendiri agar
pemeriksaannya dapat dilakukan sesegera mungkin
ditempat terdekat. atau kalau tidk begitu dapat
dilakukan surat perintah menghadap bukan surat
perintah penangkapan.
Tentang Penahanan
A lasan penahanan
Alasan penahanan dibagi dua yaitu alasan
    obyektif dan alasan subyektif

Alasan Obyektif
yaitu: karena undang-undang sendiri yang
    menentukan tindak pidana mana yang akan
    dikenakan penahanan; hal ini ditentukan
    dalam pasal 21 ayat 14 ayat (4) KUHAP
    yaitu:
     perbuatan pidana yang diancam dengan pidana
      penjara lima tahun atau lebih;
     perbuatan pidana sebagaimana yang diatur
      dalam pasal 335, 351 dan sebagainya.
Alasan Subyektif

yaitu: alasan yang muncul dari penilaian subyektif
  pejabat yang menitikberatkan pada keadaan
  dan keperluan penahanan itu sendiri. hal ini
  ditentukan dalam pasal 21 ayat (1) KUHAP
  yaitu:
   adanya dugaan keras bahwa tersangka terdakwa
    melakukan tindak pidana berdsarkan bukti
    permulaan yang cukup;
   adanya keadaan yang menimbulkan kekawatiran
    bahwa tersangka dan terdakwa akan melarikan diri;
   adanyakekawatiran tersangka atau terdakwa
    merusak dan atau menghilangkan barang bukti dan
    atau mengulangi tindak pidana.
Siapa yang berwenang
     melakukan penahanan ?
 Pejabat yang berwenang melakukan
 penahanan adalah:
  Penyidik
  Penuntut umum
  Hakim pengadilan negeri
  Hakim pegadilan Tinggi
  Hakim mahkamah Agung
waktu penahanan dan perpanjangannya dapat
    dirangkum dalam tabel dibawah ini:


No     Pejabat      Lama       Pejabat        Lama       Jumla
      Penahanan   Penahanan Perpanjangan   Perpanjanga     h
                                                n
1    Penyidik     20 H      Penuntut umum 40 H           60 H

2    Penuntut     20 H      Ket. PN        30 H          50 H
     umum
3    hakim PN     30 H      Ket. PN        60 H          90 H

4    Hakim PT     30 H      Ket. PT        60 H          90 H

5    Hakim MA     50 H      Ket. MA        60 H          110 H

                                           Total         400 H
penahanan tersebut pada masing-masing tingkatan masih
mungkin diperpanjang lagi sebagaimana diatur dalam pasal
 29 KUHAP. dalam hal ini perpanjangan dilakukan dalam
                           hal:


 Tersangka atau tedakwa menderita
  gangguan fisik atau mental berat, yang
  dibuktikan dengan surat keterangan
  dokter, atau
 perkara yang diperiksa diancam penjara
  sembilan tahun atau lebih.
yang memberikan perpanjangan berbeda dengan pada saat
pertama, dapat digmbarkan dalam tabel dibawah ini:



No      Pejabat
       Penahanan
                      Pejabat
                   Perpanjangan
                                      Jumlah
                                   Perpanjangan
                                                     Jumlah
                                                  Perpanjangan
                                                                 Jumlah

                                     Pertama         Kedua


1    Penyidik      Ket. PN        30 H            30 H           60 H
2    Penuntut      Ket. PN        30 H            30 H           60 H
     umum
3    Hakim PN      Ket. PT        30 H            30 H           60 H
4    Hakim PT      MA             30 H            30 H           60 H
5    Hakim MA Ket. MA             30 H            30 H           60 H
                                                  Total          300 H
Penagguhan
           Penahanan
penangguhan penahanan ini sifatnya
   permohonan, sehingga dikabulkan dan
   tidaknya sangat tergantung pada pejabat
   yang menahannya. penangguhan
   penahanan dalam undang=undang dapat
   dilakukan dengan jaminan maupun tidak
   dengan jaminan namun hampir disetiap
   praktek tidak pernah ada penangguhan
   yang tidak pakai jaminan.
KUHAP membagi jenis penahanan
          menjadi 3 yaitu:
 Penahanan Rumah Tahanan Negara          (Rutan)
 Penahanan Rumah
 Penahanan Kota (pasal 22 ayat (1))


   pada tahanan rumah tahanan negara    maka masa
    penahanan itu dikurangkan seluruhnya dari pidana
    yang dijatuhkan,
   untuk tahanan kota pengurangan tersebut
    seperlima (1/5) dari jumlah lamanya waktu
    penahanan,
   sedangkan dalam tahanan rumah dikurangkan
    sepertiga (1/3)
Perhitungannya
Pidana yang dijatuhkan                 = 10 bulan
Tahanan Rutan                          = 3 bulan
Perhitungannya 10 - 3 bulan
Sisa Hukuman                           = 7 bulan

Pidana yang dijatuhkan                 = 10 bulan
Tahanan Rumah                          = 3 bulan
Perhitungannya 10 – (1/3 x 3) bulan    = 9 bulan

pidana yang dijatuhkan                 = 10 bulan
tahanan kota                           = 3 bulan
perhitungannya 10 – (1/5 x 3) bulan
                10 – (1/5 x 90 hari)
                10 – (90/5)
                10 – (18)              = 9 bulan,12 hari
Latihan
Joni sebagai tersangka penganiayaan di kab bantul,
tertangkap dan ditahan di tingkat kepolisian selama 30 hari
kemudian berkas dilimpahkan ke kejaksaan dan joni ditahan
selama 15 hari, setelah selesai proses di kejaksaan maka
kasus joni dilimpahkan kepengadilan dan joni ditahan oleh
pengadilan negeri selama 15 hari pula. Setelah melalui
proses pemeriksaan di Pengadilan Joni terbukti secara sah
dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana
penganiayaan dan dijatuhi hukuman 2 tahun penjara. Joni
ketika ditahan dengan status tahanan kota,
Pertanyaanya
Berapa hukuman yang masih harus dijalani joni setelah
dikurangi dengan masa tahanannya ?
Perhitungannya
Hitung masa Hukumanya Berapa ?
2 Tahun = 24 Bulan

Hitung Total Penahanan yang dilakukan !
Polisi = 30 hari
Jaksa = 15 hari
Hakim = 15 hari
Total = 60 hari = 2 Bulan

Jenis Penahanan
Tahanan Kota = 1/5

Rumus:
Jumlah Hukuman – (Jenis Penahanan x Jumlah Penahanan)
Next
24 – (1/5 x 2 bulan)
Kalau sulit, hitung pakai hari saja !
24 – (1/5 x 60 hari )
24 – (1x60 : 5 )
24 – (60 : 5)
24 – 12
24 = 720 hari – 12 hari
=708 hari (bisa dibulankan kembali)
Tentang Penggeledahan
pada prinsipnya tak seorangpun yang boleh dipaksa
menjalani gangguan secara sewenang-wenang dan
tidak sah terhadap kekuasaan pribadinya, keluarganya,
rumahnya atau surat menyuratnya. sekalipun demikian
undang-undang memberikan kewenangan kepada
penyidik untuk melakukan penggeledahan demi
kepentingan penyidikan.

  KUHAP membagi penggeledahan menjadi dua yaitu:
     penggeledahan rumah dan penggeledahan
     pakaian dan badan.
  kedua penggeledahan tersebut harus dilakukan oleh
     oleh penyidik atau penyelidik atas perintah
     penyidik. dan dalam pelaksanaanya harus
     memperhatikan prinsip-prinsip atau syarat-syarat
     yang telah ditentukan undang-undang.
Prinsip atau syarat yang harus diperhatikan
    dalam melakukan penggeledahan rumah adalah
    bahwa:
   Penyidik harus mempunyai surat izin dari ketua pegadilan
    negeri setempat ( pasal33 ayat (1))
   setiap memasuki suatu rumah, seseorang penyidik harus
    menunjukkan tanda pengenal (pasal 125)
   jika penggeledahan itu dilakukan atas perintah tertulis
    penyidik maka penyelidik yang menjalankan perintah itu harus
    menunjukkan surat tugas;
   Penyidik harus ditemani oleh dua orang saksi dalam hal
    tersangka ataupenghuninya menyetujuinya, jika yang terakhir
    ini menolak atau tidak hadir penyidik harus disaksikan oleh
    kepala desa atau ketua lingkungan serta dua orang saksi
    (pasal 33 ayat (3))
   pelaksanaan dan hasil dari penggeledahan rumah itu,
    penyidik harus membuat suatu berita acara dalam dua hari
    dan turunannya di sampaikan kepada pemilik atau penghuni
    rumah yang bersangkutan (pasal 33 ayat (5)).
Tempat-tempat yang dikcualikan dan
tidak diperkenankan untuk
memasukinya adalah:

Ruang dimana sedang berlangsung sidang
 MPR dan DPR
tempat dimana sedang diadakan
 /berlangsung ibadah dan atau upacara
 keagamaan;
ruang dimana sedang berlangsung sidang
 pengadilan.
Penggeledahan badan, undang-undang
tidak menjelaskan,

Namun dalam hal penggeledahan
badan ini termasuk juga pada rongga
badan. penggeledahan seorang wanita
dilakukan oleh seorang wanita
Tentang Penyitaan
Penyitaan berbeda dengan
penggeledahan walaupun
sama-sama merupakan upaya
paksa,
Jika penggeledahan tujuanya untuk kepentingan
penyelidikan atau untuk kepentingan
pemeriksaan penyidikan, sedangkan
penyitaan tujuanya untuk kepentingan
pembuktian terutama ditujukan untuk barang bukti
dimuka sidang.
penyitaan
adalah tindakan hukum yang dilakukan pada
tahap penyidikan. sesudah lewat tahap
penyidikan tak dapat lagi dilakukan penyitaan
untuk dan atas nama penyidik. karena pasal
38 menegaskan bahwa yang berwenang
melakukan penyitaan adalah penyidik.
Bentuk-bentuk penyitaan dapat
     dibagi menjadi 3 yaitu:

 penyitaan biasa atau umum;
 penyitaan dalam keadaa perlu dan
  mendesak;
 penyitaan dalam keadaan tertangkap
  tangan.
Penyitaan biasa
    penyitaan biasa adalh penyitaan yang menggunakan atau
    memlalui perosedur biasa yang merupakan aturan umum
    penyitaan.

adapun tata cara pelaksanaan penyitaan bentuk yang biasa
  atau umum dilakukan dengan cara:

   harus ada surat izin penyitaan dari pengadilan negeri;
   memperlihatkan atau menunjukkan tanda pengenal;
   memperlihatkan benda yang akan disita;
   penyitaan dan memperlihatkan benda sitaan harus
    disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dan dua
    orang saksi;
   membuat berita acara penyitaan
   membungkus benda sitaan.
Penyitaan dalam keadaan
      perlu dan mendesak
cara ini sebagai pengecualian dari penyitaan biasa, pasal 38
ayt 2 memberikan pengecualian untuk memungkinkan
melakukan penyitaan tanpa menggunakan prosedur baku
ataudengan memperoleh surat izin dari PN, hal ini
diperlukan untuk memberikan kelonggaran bagi penyidik
untuk bertindak cepat sesuai dengan keadaan yang
diperlukan.

dalam hal penyitaan tanpa menggunakan izin ini atau
dengan kata lain penyitaan dalam keadaan perlu dan
memaksa, ini hanya dilakukan terhadap benda bergerak
dan untuk itu wajib segera dilaporkan kepada ketua
pengadilan untuk mendapatkan persetujuan (pasal 38 ayat
(2)).
Penyitaan dalam hal
            tertangkap Tangan
jenis ini juga pengecualian dari penyitaan biasa.
  penyitaan dalam keadaan tertangkap tangan ini
  berdasarkan pasal 40 dapt dikenaklan terhadap
  benda dan alat:

 yang ternyata digunakan untuk melakukan
  tindak pidana
 atau benda dan alat yang “patut diduga” telah
  dipergunakan untuk melakukan tindak pidana;
 atau benda lain yang dapt dipakai sebagai
  barang bukti.
Berkenaan dengan benda benda sitaan ini
  perlu juga memperhatikan ketentuan pasal 45
  KUHAP sebagai berikut:
 Dalam hal benda sitaan tediri dari benda yang mudah
  lekas rusak atau membahayakan, sehingga tidak
  mungkin untuk disimpan terlalu lama sampai adanya
  putusan pengadilan, sehingga dalam kondisi seperti ini
  sejauh mungkin dengan persetujuan tersangka atau
  kuasanya dapat mengambil tindakan sebagi berikut:

    apabila perkara masih ada ditangan penyidik atau penuntut
     umum, benda tersebutdapat dijual lelang atau diamankan oleh
     penyidik atau penuntut umum dengan disaksikan oleh
     tersangka dan kuasanya;
    apabila perkara sudahditangan pengadilan, maka benda
     tersebut dapat dijual oleh penuntut umum atas izin hakim yang
     menyidangkan yang disaksikan terdakwa dan kuasanya.
Next
     hasil pelelangan benda yang bersangkutan yang berupa
      uang dipakai sebagai barang bukti;
     guna kepentingan pembuktian sedapat mungkin
      disisihkan sebagian kecil dari benda;
     benda sitaan yang bersifat terlarang atau dilarang untuk
      diedarkan, tidak termasuk ketentuan ini misalnya
      narkoba.


adapun tempat penyimpanan barang sitaan adalah
   rumah penyimpanan benda sitaan negara
   ataudisingkat dengan sebutan RUPBASAN.
BAB III
PERIHAL TAHAPAN
  PENUNTUTAN
Ketika pemeriksaan pendahuluan selesai, maka
untuk selanjutnya adalah tahapan penuntutan.
tahapan ini merupakan rangkaian dalam
penyelesaian perkara pidana sebelum hakim
memeriksanya di sidang pengadilan.


penuntutan itu sendiri adalah kegiatan
melimpahkan perkara pidana
kepengadilan. didalam melimpahkan
perkara itu tidak sekedar membawa
perkara kepengadilan tapi ada beberapa
hal yang dilakukan sebelum perkara itu
disampaikan kepengadilan.
menurut martiman prodjohamidjoyo, sebelum jaksa
    melimpahkan perkara pidana kepengadilan
    dankemudian melakukan penuntutan, ia wajib
    mengambil langkah-langkah seperti:


   menerima dan memeriksa berkas perkara;
   mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan
    pada penyidikan segera mengembalikan berkas kepada
    penyidik dengan memberikan petunjuk untuk
    penyempurnanya; ( waktunya 7 hari untuk wajib
    memberi tahukankekurangannya)
   memberikan perpanjangan penahanan, melakukan
    penahanan atau penahanan lanjutan dan atau
    mengubah status tahanan setelah perkaranya
    dilimpahkan oleh penyidik;
   membuat surat dakwaan
Next
 melimpahkan perkara kepegadilan;
 menyampaikan pemberitahuan kepada
  ersangka tentang ketentuan persidangan
  dengan disertai panggilan, kepada tedakwa
  maupun saksi-saksi;
 melakukan penuntutan;
 menutup perkara demi kepentingan hukum;
 melakukan tindakan lain dalam ruang lingkup
  dan tanggungjawab sebagi penuntut umum;
 melaksanakan putusan hakim.
Pra Penuntutan

istilah Pra penuntutan ada dalam pasal 14
     KUHAP “ mengadakan prapenuntutan
     apabila ada kekurangan pada penyidikan
     dengan memperhatikanketentuan pasal 110
     ayat (3) dan (4) dengan memberi petunjuk
     dalam rangka penyempurnaanya penyidikan
     dari penyidik.

waktu yang diberikan kepada penuntut umum
   untuk “meneliti dan mempelajari” adalah 7
   hari.
Penuntutan

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk
   melimpahkan perkar pidna kepengadilan negeri yang
   berwenang dalam hal dan menurt cara yang diatur oleh
   undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa
   dan diputus oleh hakim disidang pengadilan.
menurut Wirjono menuntut seorang tedakwa dimuka
   hakim pidana adalah menyerahkan perkara seorang
   terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim,
   dengan permohonan, supaya hakim memeriksa dan
   kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap
   terdakwa.
Tujuan melakukan
             penuntutan
adalah untuk mendapatkan penetapan dari penuntut
umum, tentang adanya alasan yang cukup untuk
menuntut seseorang terdakwa dimuka hakim.

penuntut umumberwenang melakukan peuntutan
terhadap siapa saja yang didakwa melakukan suatu
tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan
melimpahkan perkara kepengadilan yang berwenang
mengadili (pasal 237)
yang dimaksud dengan “daerah hukum”

  daerah dimana menjadi kewenangannya
dalam melakukan penuntutan. daerah hukum
   atau wilayah hukum kejaksaan negeri
  adalah sama dengan daerah hukum atau
     wilayah hukum pengadilan negeri.
   wilayah suatu pengadila negeri adalah
              Kabupaten/kota.
pasal 141 menentukan bahwa penuntut umum dapat
  menggabungkan perkara dan membuatnya satu surat dakwaan,
  apabila pada waktu dan saat yang sama atu hampir bersamaan
  ia menerima beberapa berkas. syarat yang ditentukan oleh
  undang-undang. yaitu:

 beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh
  seorang yang sama dan kepentingan
  pemeriksaan tidak menjadikan hlangan
  terhadap penggabungannya;
 beberapa tindak pidana yang bersangkut
  paut satu dengan yang lain;
 beberapa tindak pidana yang bersangkut
  paut satu dengan yang lain itu ada
  hubungannya, yang dlam hal ini
  penggabungan tersebut perlu bagi
  kepentingan pemeriksaan.
bahwa yang dimasud dengan bersangkut
  paut satu dengan yang lain itu apabila
  tindak pidana tersebut dilakukan:

 oleh lebih dari seorang yang bekerjasama
  dan dilakukan pada saat yang
  bersamaan;
 oleh lebih dari seorang pada saat dan
  tempat yang berbeda tetapi merupakan
  pelaksanaan dari permufakatan jahat
  yang dibuat mereka sebelumnya;
Namun dalam pasal 142

Memungkinkan melakukan pemisahan
 perkara, dalam hal penuntut umum
 menerima satu berkas perkara yang
 memuat beberapa perkara. seperti
  kasus terorieme dan korupsi yang
 melibatkan banyak pejabat misalnya
Menghentikan
          Penuntutan
menghentikan penuntutan berarti telah
terjadi penuntutan namun karena terdapat
beberapa hal seperti terdapat dalam pasal
140 ayat (2),
karena tidak cukup bukti, ternyata bukan
merupakan tindak pidana, dan perkara
ditutup demi hukum.
Surat Dakwaan


Ketika penuntut umum telah menentukan bahwa
    dari hasil pemeriksaan penyidikan dapat
    dilakukan penuntutan, ia dalam waktu
    secepatnya membuat surat dakwan dan
    setiap penuntut umum melimpahan perkara
    kepengadilan selalu disertai dengan surat
    dakwaan sebagai dasar pemeriksaan yang
    dilakukan oleh hakim dipengadilan.
KUHAP tidak menyebutkan pengertian surat dakwaan,
   KUHAP hanya menyebutkan ciri dan isi dari surat
                        dakwaan
seperti disebutkan dalam pasal 143 ayat (2) yakni.... surat
  dakwaan yang diberi tangal dan ditandatangani serta
  berisi:
 nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
  jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan
  pekerjaan tersangka;
 uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai
  tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan
  waktu (Tempus Delicty) dan tempat tindak pidana itu
  dilakukan (Locus Delicty).
Bentuk Surat Dakwaan

 surat dakwaan dapat disusun dalam
 berbagai bentuk tergantung kepeda
 perkara yang terjadi. oleh karena itu
bentuk dakwaan dapat dibagi menjadi
           empat macam:
Macam-macam Dakwaan

   Dakwan yang disusun secara tunggal (dakwaan
    tunggal)
    dakwaan ini dibuat untuk menuntut satu orang atu lebih
    yang dituduh melakukan satu perbuatanpidana saja,
    misalnya terdakwa hanya melakukan perbuatan pencurian
    (biasa) pasal 362 KUHP;
   Dakwaan Kumulatif
    dakwaan ini dibuat untuk menuntut seorang terdakwa atau
    lebih yang melakukan lebih dari satu perbuatan pidana,
    misalnya: disamping i melakukan perbuatan pencurian, ia
    pula membawa senjata api tanpa izin yang berwajib,
    artinya terdakwa (terdakwa-terdakwa) didakwa melakukan
    dua macam perbuatan pidana sekaligus. biasanya
    dakwaan ini ditandai dengan memberikan nomor urut dari
    dakwaan misalnya kesatu, kedua dan seterusnya.
Dakwaan Secara Alternatif


dakwaan ini menurut Prof. Bambang Purnomo dibuat
    untuk menentukan perkara pidana yang terdapat
    keraguraguan mengenai jenis perbuatan pidana
    mana yang paling tepat, sehingga dalam
    penuntutan diserahkan kepada pengadilan untuk
    memilih secara tepat berdsarkan hasil pembuktian
    sidang agar mendapat putusan satu jenis
    perbuatan pidana saja dari beberapa jenis yang
    dituduhkan. misalnya keragu-raguan untuk
    menuduh dengan dakwaan “kejahatan pencurian “
    ataukah “kejahatan penggelapan”, dengan
    menunjuk kata “atau” di antara perbuatan-
    perbuatan yang dituduhkan dari dua pokok
    perbuatan.
Dakwaan secara Subsidair


dakwaan ini disusun untuk menuntut perkara pidana lebihdari satu
   dakwaan yang disusun dengan mempertimbangkan bobot pidana,
   pidana yang berat ditempatkan pada deretan pertama yang disebut
   sebagai dakwaan primer, kemudian disusul dengan dakwan yang lebih
   ringan sebagai dakwan subsidair. mungkin masih ada lagi yang lebih
   ringan dengan dakwaan Lebih subsidair dan seterusnya.
sebagai contoh dakwaan subsidair dalam kejahatan yang serupa,
   misalnya: untuk kasus “pembunuhan berencana” yang bobotnya lebih
   tinggi/tertinggi, ditempatkan lebih dahulu sebagai dakwaan primer.
   kemudian untuk “pembunuhan dengan sengaja”yang bobotnya lebih
   rendah ditempatkan pada dakwaan subsidair, seterusnya untuk
   “penganiayaan yang mengakibatkan mati” bobotnya lebih rendah lagi
   ditempatkan sebagai dakwaan lebih Subsidair.
penempatan dakwaan primer, subsidair dan lebih subsidair dimaksudkan
   agarhakim memeriksa dakwaan primer dahulu, dan jika dakwaan
   primersudah terbukti maka dakwaan yang lain tidak perlu dibuktikan,
   namun jika dakwaan primer tidak terbukti maka hakim harus memeriksa
   dakwaan subsidair begitu seterusnya.
BAB IV
PERIHAL PEMERIKSAAN DAN
  PUTUSAN PENGADILAN
Kompetensi Pengadilan
          Pidana

kompetensi pengadilan pidana atau
   sering disebut juga wewenang
   pengadilan untuk mengadili perkara
   pidana yang diajukan kepadanya.
   kompetensi pengadilan dalam teori
   dibagi dalam dua bagian yakni
   kompetensi absolut dan
   kompetensi relatif.
Kompetensi Absolut

kompetensi absolut adalah kewenangan
   pengadilan untuk mengadili perkara
   berdasarkan atas tingkatan pengadilan lain.
   tingkatan pengadilan sebagaimana yang
   dikenal selama ini adalah pengadilan tingkat
   pertama (PN) dan pengadilan tingkat kedua
   (PT dan MA) sementara jenis-jenis pengadilan
   adalah Peradilan Umum, peradilan militer,
   PTUN dan Pengadilan Agama.
next
   atas dasar tingkatan dan jenis pengadilan inilah maka
    kewenangan masing-masing pengadilan itu berbeda
    satu dengan yang lain tedapat beberapa prinsip yang
    memperlihatkan kewenangan masing-masing.
   prinsip pertama: Pengadilan Negeri (PN) berwenang
    mengadili semua perkara pidana yang belum pernah
    diadili dan belum memperoleh putusan
   Prinsip kedua: Pengadilan tinggi (PT) berwenang
    mengadili perkara yang sudah diputus oleh pengadilan
    negeri.
   Prinsip ketiga: Mahkamah Agung (MA) berwenang
    mengadili perkara pidana yang dimintakan kasasi
    kepadanya.
Kompetensi Relatif
kompetensi relatif adalah kewenangan
   pengadilan mengadili perkara berdasarkan
   wilayah kekuasaanya hukum. wilayah
   hukum dari satu pengadilan negeri adalah
   satu wilayah kabupaten/kota.

didalam kompetensi relatif terdapat prinsip-
    prinsip untuk menentukan adanya
    kewenangan mengadili. prinsip-prinsip
    tersebut dapat diketemukan dalam berbagi
    pasal dalam KUHAP yakni sebagai berikut:
Prinsip Pertama
prinsip ini dapat dijumpai didalam pasal 84 KUHAP yaitu:
 Pengadilan Negeri berwenang mengadili segala perkara
   mengenai tindak pidana yang dilakukan dalam daerah
   hukumnya.
 Pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya
   terdakwa bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat
   ia diketemukan atau ditahan, hanya berwenang
   mengadili perkara terdakwa tersebut, apabila tempat
   kediaman sebagaian besar saksi yang dipanggil lebih
   dekat pada pengadilan negeri itu daripada tempat
   kedudukan pengadilan negeri yang di dalam daerahnya
   tindak pidana itu dilakukan;
Next
   apabila seorang terdakwa melakukan beberapa tindak
    pidana dalam daerah hukum berbagai pengadilan
    negeri, maka tiap pengadilan negeri tiu masing-msing
    berwenang mengadili perkara pidan itu;
   terhadap beberapa perkara pidana yang satu sama
    lain ada sangkutpautnya dan dilakukan oleh orang
    yang sama dalam derah hukum berbgi pengadilan
    negeri, diadili oleh masing-msing pengadilan negeri
    dengan ketentuan dibuka kemungkinan penggabungan
    perkara tersebut.
Prinsip kedua

prinsip kedua ini ada dalam pasal 85 KUHAP
pasal ini menentukan bahwa didalam hal
keadaan daerah tidak mengijinkan suatu
pengadilan untuk mengadili suatu perkara,
maka atas usul ketua pengadilan negeri atau
kepala kejaksaan negeri yang bersangkutan,
mahkamah agung mengusulkan kepada
menteri kehakiman (menteri yang berwenang
kalau tidak ada menteri kehakiman mislnya
menteri Hukum dan HAM) untuk menetapkan
atau menunjuk pengadilan negeri lain.
Prinsip Ketiga

Prinsip ketiga ini menentukan bahwa pengadilan
yang berwenang mengadili perkara pidana yang
dilakukan diluar negeri adalah pengadilan
negeri jakarta pusat. hal tersebut dapat dilihat
dalam ketentuan pasal 86 KUHAP yang
bunyinya: apabila seseorang melakukan tindak
pidana diluar negeri yang diadili menurt hukum
Republik Indonesia maka pengadilan negeri
jakarta pusat yang berwenang mengadilinya.
Pemeriksaan disidang
                  pengadilan
Proses pemeriksaan perkara disidang
     pengadilan dapat dilakukan dengan
     menggunakan tiga macam pemeriksaan
     perkara tergantung pada berat dan
     ringannya perkaranya yaitu:

             Pemeriksaan dengan
              acara biasa;
             pemeriksaan dengan
              acara singkat;
             Pemeriksaan dengan
              Acara cepat.
Tahap pemeriksaan dengan acara
                 biasa
 Tahap pemanggilan
 Tahap pembacaan surat dakwaan
 Tahap eksepsi
 Tahap pembuktian
 Tahap requisitoir/tuntutan pidana
 Tahap Pledoi/pembelaan
 Tahap replik/duplik
 Tahap putusan hakim.
Tahap Pemanggilan


ketika berkas perkara sudah sampai ke
Pengadilan, ketua pengadilan menunjukhakim
yang akan memeriksa perkara tersebut.
selanjutnya hakim yang ditunjuk menetapkan
hari sidang dan memerintahkan kepada
penuntut umum supaya memanggil terdakwa
dan saksi-saksi yang akan diajukan ke
persidangan
Pasal 152 ayat (2) KUHAP

mengatakan bahwa pemanggilan terdakwa dan saksi
dilakukan dengan suratpemanggilan oleh penuntut
umum secara sah, dan harus sudah diterima oleh
terdakwa dalam jangka waktu sekurang-kurangnya
tiga hari sebelum sidang dimulai. Selanjutnya dalam
pasal 146 ayat (1,2) menyatakan bahwa surat
panggilan memuat tanggal, hari serta jam dan untuk
perkara apa mereka dipanggil.
sementara menurut ketentuan pasal 145 KUHAP
            bahwa surat panggilan tersebut hanya dapat
        dipandang sebagai surat panggilan yang sah apabila
                              surat:
   panggilan itu disampaikan kepada terdakwa dialamat tempat
    tinggalnya atau apabila tempat tinggalnya tidak diketahui, maka
    disampaikan dialamat kediamannya terakhir;
   apabila terdakwa tidak ada ditempat tinggalnya atau ditempat
    kediaman terakhir, surat panggilan disampaikan melalui kepala desa
    yangbedaerah hukum tempat tinggal terdakwa atau tempat kediaman
    terakhir;
   dalam hal terdakwa ada dalam tahanan surat panggilan disampaikan
    kepadanya melalui pejabat rumah tahanan negara;
   penerimaan surat pangilan oleh terdakwa sendiri ataupun oleh orang
    lain, dilakukan dengan tand penerimaan;
   apabila tempat tinggal maupun tempat kediaman terakhir tidak dikenal,
    surat panggilan ditempelkan pada tempat pengumuman digedung
    pengadilan negeri yang berwenang mengadilinya.
Apakah setelah dipanggil
     tersangka pasti hadir ?
dalam hal tersangka tdak hadir, maka
hakim ketua sidang meneliti apakah
terdakwa sudah dipanggil secara sah.
jika terdakwa tidak di-panggil secara sah
hakim ketua sidang menunda sidang
dan memerintahkan supaya tedakwa
dipanggil sekali lagi.
jika terdakwa ternyata telah dipanggil secara sah
    namun tidak hadir tanpa alasan yang sah pula
pemeriksaan perkara tersebut tidak dapat dilakukan
  dan hakim memerintahkan agr terdakwa dipanggil
  sekali lagi. setelah dipanggil sekali lagi tidak hadir
 juga maka hakim ketua sidang memerintahkan agr
   terdakwa dihadirkan dengan paksa pada sidang
                   pertama berikutnya.
Tahap Pembukaan dan
            Pemeriksaan identitas
                  terdakwa
   Hakim, penuntut umum dan penasehat hukum
    menempati tempat duduknya masing-masing;
   hakim ketua kemudian membuka sidang (dengan
    ketentuan asas sidang dibuka dan terbuka untuk umum)
    kecuali dalam hal kasus kesusilaan dan terdakwanya
    anak kecil.
   Menghadirkan tersangka
   Pemeriksaan identitas yaitu: Nama, umur, jenis kelamin,
    kebangsaan, tempat tinggal terakhir, agama, pekerjaan.
    setelah itu hakim ketua kemudian bertanya apakah
    tedakwa dalam keadaan sehat dan siap diperiksa,
Tahap Pembacaan Surat
                  Dakwaan
 Hakim ketua memerintahkan kepada jaksa penuntut
  umum untuk membacakan surat dakwaan, dengan
  dibacakannya surat dakwaan ini maka proses
  pemeriksan telah dimulai.
Secara singkat Surat dakwaan itu harus memuat secara
  jelas tentang:
     Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, agama dan
      pekerjaan tersangka;
     uraian secara singkat, jelas dan lengkap perbuatan pidana yang
      dilakukan dengan menyebutkan waktu dan tempat perbuatan
      pidana dilakukan.
Untuk proses lengkapnya
     bisa di copy!!
Pemeriksaan dengan Acara
             singkat
 Pada prinsipnya hampir sama dengan acara
 biasa, hanya saja terdapat sedikit perbedaan
 yaitu:
   Penuntut umum tidak perlu membuat surat dakwaan
    secara tertulis (cukup dengan lisan)
   Putusan hakim cukup di tuliskan dalam berta acara
    persidangan, dan tidak perlu di buat seperti putusan
    pada umumnya, (putusan ini sidah memiliki kekuatan
    hukum tetap)
Pemeriksaan dengan acara
             cepat.
 Cara ini terdapat perbedaan dengan kedua
  acara sebelumnya;
 Pemeriksaan dengan acara cepat dibagi dua
  menurut KUHAP yaitu:
   Pemeriksaan tindak pidana ringan (Tipiring) yatu
    tndak pidana yang diancam hukuman kurungan
    paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-
    banyaknya tujuh ribu lima atus rupiah dan
    penghinaan ringan.
   Pelanggaran lalu lintas
Next
   Penyidik atas kuasa penuntut umum, dalam waktu tiga
    hari sejak berita acara pemeriksaan selesai dibuat,
    menghadapkan terakwa dan barang bukti dan jika ada
    saksi juga dihadirkan;
   Dilakukan oleh hakim tunggal
   Saksi tidak mengucpakan sumpah, kecuali hakim
    menganggap perlu;
   Dalam hal kasus pelanggaran lalu lintas tidak perlu ada
    berita acara , pe,eriksaan dapat dilakukan meskipun
    terdakwa diwakili ole orang lain.
Putusan hakim
Yang harus termuat dalam putusan hakim
          (pasal 197 KUHAP)

   Kepala putusan yang berbunyi: DEMI KEADILAN
    BERASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA;
   Nama Lengap, Tmpat tingal, agama dan kepercayaan
    terdakwa;
   Dakwaan, sebagaimana yang terdapat dalam surat
    dakwaan;
   Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai
    fakta berupa alat bukti yang dperoleh dalam pemeriksaan
    sidang;
   Tuntutan pidana yang ada dalam surat tuntutan;
   Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
    pemidanaan atau tindakan dan pasal yang menjadi dasar
    hukum dari putusan disertai hal yang memberatkan dan
    meringankan
Next
 Hari dan tanggal diadakannya musyawarah
  majelis hakim kecuali perkara diperiksa hakim
  tunggal;
 Pernyataan kesalahan tedakwa, pernyataan
  telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan
  perbuatan pidana;
 Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap
  dalam tahanan atau dibebaskan;
 Hati dan tanggal putusan, nama penuntut
  umum, hakim yang memutus dan nama
  panitera.
Upaya Hukum
 Upaya hukum Biasa
  Banding
  Kasasi

 Upaya hukum Luar biasa
  Peninjauan Kembali (PK) Jika terdapat bukti
   baru (Novum)
Terima kasih

Sampai jumpa di ujian akhir
        semester

More Related Content

What's hot

Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Idik Saeful Bahri
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanayudikrismen1
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalNuelnuel11
 
Hukum Antar Tata Hukum
Hukum Antar Tata HukumHukum Antar Tata Hukum
Hukum Antar Tata HukumAji Wasesa
 
Hukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIHukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIyahyaanto
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdatasesukakita
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraFakhrul Rozi
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaFarah Ramafitri
 
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)Ayu Sulastri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 

What's hot (20)

Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANAPROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Asas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum PidanaAsas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum Pidana
 
praktik peradilan perdata
praktik peradilan perdatapraktik peradilan perdata
praktik peradilan perdata
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
 
Hukum Antar Tata Hukum
Hukum Antar Tata HukumHukum Antar Tata Hukum
Hukum Antar Tata Hukum
 
Hukum Pidana
Hukum PidanaHukum Pidana
Hukum Pidana
 
Hukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIHukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian II
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acara
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
 
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 

Viewers also liked

Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataLisa SYP
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4Arry Rahmawan
 
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)Riskasoesilawati
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5Arry Rahmawan
 
PERADILAN MILITER (kelas X)
PERADILAN MILITER (kelas X)PERADILAN MILITER (kelas X)
PERADILAN MILITER (kelas X)Laili Salsabila
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3Arry Rahmawan
 
Pokok hukum pidana 2
Pokok hukum pidana 2Pokok hukum pidana 2
Pokok hukum pidana 2Meehawk
 
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...Yassir Adiputera
 
Pertemuan 3 a lit dik
Pertemuan 3 a  lit dikPertemuan 3 a  lit dik
Pertemuan 3 a lit dikMeilch Wae
 
PERADILAN TATA USAHA NEGARA by Dini Andini
PERADILAN TATA USAHA NEGARA by Dini AndiniPERADILAN TATA USAHA NEGARA by Dini Andini
PERADILAN TATA USAHA NEGARA by Dini AndiniDinye
 
Kitab undang undang hukum acara pidana kuhap
Kitab undang undang hukum acara pidana kuhapKitab undang undang hukum acara pidana kuhap
Kitab undang undang hukum acara pidana kuhapaanpalisury
 
Hukum peradilan-militer
Hukum peradilan-militerHukum peradilan-militer
Hukum peradilan-militerArif Budiman
 
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan AgamaProses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agamarahmat_tiflen
 
Tindak Pidana dalam KUHP
Tindak Pidana dalam KUHPTindak Pidana dalam KUHP
Tindak Pidana dalam KUHPMuhaiminL
 
Review jurnal dan skripsi sosiologi hukum
Review jurnal dan skripsi sosiologi hukumReview jurnal dan skripsi sosiologi hukum
Review jurnal dan skripsi sosiologi hukumafifahdhaniyah
 
Asas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, pptAsas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, pptBetlehem Ketaren
 

Viewers also liked (20)

Hukum acara pidana
Hukum acara pidanaHukum acara pidana
Hukum acara pidana
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4
 
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5
 
PERADILAN MILITER (kelas X)
PERADILAN MILITER (kelas X)PERADILAN MILITER (kelas X)
PERADILAN MILITER (kelas X)
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3
 
Pokok hukum pidana 2
Pokok hukum pidana 2Pokok hukum pidana 2
Pokok hukum pidana 2
 
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
 
Pertemuan 3 a lit dik
Pertemuan 3 a  lit dikPertemuan 3 a  lit dik
Pertemuan 3 a lit dik
 
PERADILAN TATA USAHA NEGARA by Dini Andini
PERADILAN TATA USAHA NEGARA by Dini AndiniPERADILAN TATA USAHA NEGARA by Dini Andini
PERADILAN TATA USAHA NEGARA by Dini Andini
 
Kitab undang undang hukum acara pidana kuhap
Kitab undang undang hukum acara pidana kuhapKitab undang undang hukum acara pidana kuhap
Kitab undang undang hukum acara pidana kuhap
 
Hukum peradilan-militer
Hukum peradilan-militerHukum peradilan-militer
Hukum peradilan-militer
 
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan AgamaProses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Tindak Pidana dalam KUHP
Tindak Pidana dalam KUHPTindak Pidana dalam KUHP
Tindak Pidana dalam KUHP
 
Review jurnal dan skripsi sosiologi hukum
Review jurnal dan skripsi sosiologi hukumReview jurnal dan skripsi sosiologi hukum
Review jurnal dan skripsi sosiologi hukum
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
Pendaftaran notaris
Pendaftaran notarisPendaftaran notaris
Pendaftaran notaris
 
teori dan madzhab kriminologi
teori dan madzhab kriminologiteori dan madzhab kriminologi
teori dan madzhab kriminologi
 
Asas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, pptAsas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, ppt
 

Similar to Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT

Pengertian Dan Asas-asas.ppt
Pengertian Dan Asas-asas.pptPengertian Dan Asas-asas.ppt
Pengertian Dan Asas-asas.pptThariqFebriansyah
 
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdf
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdfbuku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdf
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdfMutiaraFadilah1
 
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidanaGradeAlfonso
 
Kelompok 2_HAP_V.756 Cs.pdf
Kelompok 2_HAP_V.756 Cs.pdfKelompok 2_HAP_V.756 Cs.pdf
Kelompok 2_HAP_V.756 Cs.pdfAzrasyawal09
 
4 ilmu bantu hapid
4  ilmu bantu hapid4  ilmu bantu hapid
4 ilmu bantu hapidGradeAlfonso
 
Pendampingan hukum
Pendampingan hukumPendampingan hukum
Pendampingan hukum18kartika
 
Hukum Acara Pidana 2.ppt
Hukum Acara Pidana 2.pptHukum Acara Pidana 2.ppt
Hukum Acara Pidana 2.pptahmadreynld23
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015ekho109
 
sedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilansedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilanDawat Christian
 
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...MAfrizal5
 
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.ppt
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.pptSISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.ppt
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.pptAnisaMeidaShafira1
 
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.ppt
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.pptBAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.ppt
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.pptBayuSurya11
 
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidana
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidanaPeranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidana
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidanayahyaanto
 
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaHukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaAgung Vixon
 
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2eli priyatna laidan
 
HAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptxHAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptxDirgaGunk
 

Similar to Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT (20)

Pengertian Dan Asas-asas.ppt
Pengertian Dan Asas-asas.pptPengertian Dan Asas-asas.ppt
Pengertian Dan Asas-asas.ppt
 
Acara pidana
Acara pidanaAcara pidana
Acara pidana
 
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdf
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdfbuku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdf
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdf
 
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
 
Mph mahatma
Mph mahatmaMph mahatma
Mph mahatma
 
Kelompok 2_HAP_V.756 Cs.pdf
Kelompok 2_HAP_V.756 Cs.pdfKelompok 2_HAP_V.756 Cs.pdf
Kelompok 2_HAP_V.756 Cs.pdf
 
4 ilmu bantu hapid
4  ilmu bantu hapid4  ilmu bantu hapid
4 ilmu bantu hapid
 
Pendampingan hukum
Pendampingan hukumPendampingan hukum
Pendampingan hukum
 
Hukum Acara Pidana 2.ppt
Hukum Acara Pidana 2.pptHukum Acara Pidana 2.ppt
Hukum Acara Pidana 2.ppt
 
Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...
Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...
Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...
 
hemofilia.pptx
hemofilia.pptxhemofilia.pptx
hemofilia.pptx
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
 
sedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilansedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilan
 
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
 
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.ppt
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.pptSISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.ppt
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.ppt
 
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.ppt
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.pptBAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.ppt
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.ppt
 
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidana
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidanaPeranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidana
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidana
 
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaHukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
 
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
 
HAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptxHAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptx
 

More from Andhika Pratama

More from Andhika Pratama (20)

Liga Bangsa-Bangsa
Liga Bangsa-BangsaLiga Bangsa-Bangsa
Liga Bangsa-Bangsa
 
Majelis Umum PBB PPT
Majelis Umum PBB PPTMajelis Umum PBB PPT
Majelis Umum PBB PPT
 
Hubungaan Internasional
Hubungaan InternasionalHubungaan Internasional
Hubungaan Internasional
 
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan KurikulumPengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulum
 
Komponen Kurikulum PPT
Komponen Kurikulum PPTKomponen Kurikulum PPT
Komponen Kurikulum PPT
 
Tipe-tipe Kurikulum PPT
Tipe-tipe Kurikulum PPTTipe-tipe Kurikulum PPT
Tipe-tipe Kurikulum PPT
 
KTSP PPT
KTSP PPTKTSP PPT
KTSP PPT
 
Konsep kurikulum
Konsep kurikulumKonsep kurikulum
Konsep kurikulum
 
Masa Remaja
Masa RemajaMasa Remaja
Masa Remaja
 
Pubertas Remaja PPT
Pubertas Remaja PPTPubertas Remaja PPT
Pubertas Remaja PPT
 
Masa Usia Lanjut
Masa Usia LanjutMasa Usia Lanjut
Masa Usia Lanjut
 
Kemandirian pada Remaja
Kemandirian pada RemajaKemandirian pada Remaja
Kemandirian pada Remaja
 
Proses Belajar Anak PPT
Proses Belajar Anak PPTProses Belajar Anak PPT
Proses Belajar Anak PPT
 
Perkembangan Masa Anak-anak Awal
Perkembangan Masa Anak-anak AwalPerkembangan Masa Anak-anak Awal
Perkembangan Masa Anak-anak Awal
 
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPTPERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
 
Permulaan Kehidupan Manusia
Permulaan Kehidupan ManusiaPermulaan Kehidupan Manusia
Permulaan Kehidupan Manusia
 
Pengantar Perkembangan Peserta Didik PPT
Pengantar Perkembangan Peserta Didik PPTPengantar Perkembangan Peserta Didik PPT
Pengantar Perkembangan Peserta Didik PPT
 
Komponen Kurikulum
Komponen KurikulumKomponen Kurikulum
Komponen Kurikulum
 
PKn di Indonesia
PKn di IndonesiaPKn di Indonesia
PKn di Indonesia
 
Perkembangan Isu global kajian kewarganegaraan dan PKn
Perkembangan Isu global kajian kewarganegaraan dan PKnPerkembangan Isu global kajian kewarganegaraan dan PKn
Perkembangan Isu global kajian kewarganegaraan dan PKn
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 

Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT

  • 1. HUKUM ACARA PIDANA GATOT SUGIHARTO copy right Gatot Sugiharto
  • 2. Pengertian Hukum Acara Pidana Undang-undang tidak memberikan pengertian resmi mengenai hukum acara pidana, yang ada adalah berbagi pengertian mengenai bagian-bgian tertentu dari hukum acara pidana, misalnya penyelidikan, Penyidikan, penangkapan dan lain sebagainya.
  • 3. Prof. MULYATNO menyebutkan bahwa HAP (Hukum Acara Pidana) adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang memberikan dasar-dasar dan aturan-aturan yang menentukan dengan cara apa dan prosedur macam apa, ancaman pidana yang ada pada suatu perbuatan pidana dapat dilaksanakan apabila ada sangkaan bahwa orang telah melakukan perbuatan pidana.
  • 4. intinya bahwa Hukum Acara Pidana adalah Keseluruhan aturan hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan peradilan pidana serta prosedur penyelesaian perkara pidana meliputi proses pelaporan dan pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, putusan dan pelaksanaan putusan pidana
  • 5. Hukum Pidana Perbuatan Apa yang dikatakan Apa ? Tindak pidana Hukum Pidana Materiil Siapa ? Siapa Yang dapat dikatakan sebagai Pelaku Bagaimana ? Bagaimana Cara Memproses Hukum Pidana pelaku jika Formil terjadi tindak pidana
  • 6. Hukum Acara Pidana Indonesia ada di dalam UU Nomor 8 Tahun 1981
  • 7. Fungsi dan Tujuan Hukum Acara Pidana Fungsi Represif Fungsi Preventif
  • 8. Fungsi Represif yaitu Fungsi Hukum acara pidana adalah melaksanakan dan menegakkan hukum pidana. artinya jika ada perbuatan yang tergolong sebagai perbuatan pidana maka perbuatan tersebut harus diproses agar ketentuan- ketentuan yang terdapat di dalam hukum pidana dapat diterapkan.
  • 9. Fungsi Preventif yaitu fungsi mencegah dan mengurangi tingkat kejahatan. fungsi ini dapat dilihat ketika sistem peradilan pidana dapat berjalan dengan baik dan ada kepastian hukumnya, maka orang akan berpikir kalau akan melakukan tindak pidana.
  • 10. dengan demikian maka dapat ditunjukkan bahwa antara hukum acara pidana dan hukum pidana adalah pasangan yang tidak dapat dipisahkan dan mempunyai hubungan yang sangat erat, diibaratkan sebagai Dua sisi mata uang
  • 11. T ujuan hukum acara pidana dalam pedoman pelaksanaan KUHAP “ Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap- lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang tepat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.
  • 12. jika memperhatikan rumusan di atas maka tujuan hukum pidana dapat dikatakan bahwa tujuan hukum acara pidana meliputi tiga hal yaitu :  mencari dan mendapatkan kebenaran  melakukan penuntutan  melakukan pemeriksaan dan memberikan putusan namun dari ketiga hal tersebut dapat pula ditambahkan yangkeempat yaitu melaksanakan (Eksekusi) putusan hakim
  • 13. Siapa Yang berhak mencari dan menemukan kebenaran ? menurut hukum acara pidana yang bertugas mencari dan menemukan kebenaran adalah pihak kepolisian dalam hal ini adalah penyelidik dan penyidik. kebenaran yang dimaksudkan adalah keseluruhan fakta-fakta yang terjadi yang ada hubungannya dengan perbuatan pidana yang terjadi.
  • 14. T ujuan melakukan penuntutan adalah menjadi tugas dari kejaksaan yang dilakukan oleh JPU penuntutan harus dilakukan secermat mungkin sehingga penuntutan itu merupakan penuntutan yang tepat dan benar. sebab kesalahan penuntutan akan berakibat fatal yaitu gagalnya penuntutan yang berakibat pelaku bebas.
  • 15. tujuan ketiga yakni melakukan pemeriksaan dan membuat dan menemukan putusan menjadi tugas hakim dipengadilan. pemeriksaan harus jujur dan tidak memihak serta putusannya pun harus putusan yang adil bagi semua pihak.
  • 16. Adil, Subyektif Sifatnya:  Keadilan Substantif  Keadilan Prosedural
  • 17. T ujuan te r akhir dari HAP adalah melaksanakan eksekusi putusan hakim , secara administratif dilakukan oleh jaksa akan tetapi secara operasionalnya dilakukan dan menjadi tugas lembaga pemasyarakatan kalau putusan itu putusan pidana penjara, namun jika putusanya pidana mati maka langsung dilakukan oleh regu tembak yang khusus disiapkan untuk itu.
  • 18. Secara Sederhana Proses Beracara Di Pengadilan dapat digambarkan melalui bagan di bawah ini
  • 19. SISTEM PERADILAN PIDANA SUB SISTEM SPP In Put Kasus Polisi JPU PN LP Ou Penyelidika Penuntutan Pemeriksaa Eksekusi t n dan Membuat n perkara dan Put SP3 pembinaa Penyidikan pidana n MASYARAKAT
  • 20. Ilmu-ilmu bantu Hukum Acara Pidana untuk mencapi tujuan hukum acara pidana tidak mudah dilakukan tanpa ada ilmu-ilmu yang membantu dalam menemukan kebenaran. ilmu-ilmu ini akan sangat berguna bagi aparat penegak hukum (polisi, jaksa, pengacara ,hakim maupun petugas lembaga pemasyarakatan) oleh karena itu bagi aparat penegak hukum wajib membekali diri dengan pengetahun dari berbagai ilmu bantu.
  • 21. ilmu-ilmu bantu yang dimaksud adalah:  Logika . Ilmu bantu logika sangat dibutuhkan dalam proses penyidian dan proses pembuktian disidang pengadilan. kedua proses ini memerlukan cara-cara berpikir yang logis sehingga kesimpulan yang dihasilkan pun dapat dikatakan logis dan rasional.
  • 22. Psikologi sesuai dengn materi pokok ilmu ini, mak ilmu ini dapat berguna didalam menyentuh persoalan-pesoalan kejiwaan tersangka. hal ini sangat membantu penyidik dalam proses interograsi. dan hakim dapat memilih bagaimana dia harus mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi kejiwaan terdakwa.
  • 23. Kriminalistik Peranan ilmu bantu kriminalistik ini sangat berguna bagi proses pembuktian terutama dalam melakukan penilaian fkta-fkta yang terungkap didalam sidang, dan dengan ilmu ini maka dapat dikonstruksikan dengan sistematika yang baik sehingga proses pembuktian akan lebih dapat dipertanggungjawabkan. ilmu ini yang banyak dipakai adalah ilmu tentang sidik jari, jejak kaki, toxikologi (ilmu racun) dan sebagainya.
  • 24. Ked o kteran Kehakiman dan Psikiatri kedokteran kehakiman dan psikiatri sangat membantu penyidik,JPU dan hakim didalam menangani kejahatan yang berkaitan dengan nyawa atau badan seseorang atau keselamatan jiwa orang.dalam hal ini hakim memerlukan keterangan dari kedokteran dan psikitri. dan ketika da yang menjelaskan tentang istilah istilah medis hakim jaksa dn pengacara tidak terlalu buta.
  • 25.  Kriminologi Ilmu ini mempelajari seluk beluk tentang kejahatan baik sebab sebab dan latar belakang kejahatanya maupun mengenai bentuk-bentuk kejahatan. ilmu ini akan membantu terutma pada hakim dalam menjatuhkan putusan tidak membabi buta, harus melihat latar belakang dan sebab sebab yang menjadikan pelaku melakukan tindak pidana.
  • 26. Penologi Ilmu ini sangat membantu hakim dalam menentukan alternatif penjatuhan hukuman termasuk juga bagi petugas pemasyarakatan jenis pembinaan apa yang tepat bagi nara pidana.
  • 27. Victimologi Ilmu Yang mempelajari seluk beluk korban Kejahatan. Ilmu ini sangat membantu dalam menentukan tindakan apa yang tepat untuk dapat memberikan santunan kepada korban.
  • 28. Istilah-Istilah umum dalam KUHAP istilah-istilah umum dalam hukum acara pidana ada disebutkan secara rinci dalam pasal 1 UU Nomor 8 Tahun 1981 atau KUHAP.
  • 29. Asas-asas dalam Hukum Acara Pidana Asas-asas yang berlaku dalam Hukum acara Pidana ada yang bersifat umum dan bersifat Khusus. yang bersifat umum berlaku pada seluruh kegiatan peradilan sedangkan yang bersifat khusus berlaku hanya didalam persidangan saja.
  • 30. Asas-asas Umum berlaku pada seluruh kegiatan peradilan
  • 31. Asas Kebenaran Materiil bahwa pada pemeriksaan perkara pidana lebih mementingkan kepada penemuan kebenaran materiil, yakni kebenaran yang sungguh sungguh sesuai dengan kenyataan. prinsip ini terlihat dalam proses persidangan, bahwa walaupun pelku sudah mengakui kesalahannya namun belum cukup dijadikan alasan untuk menjatuhkan alasan. beda dengan di amerika.
  • 32. Asas Peradilan Cepat, sederhana dan biaya murah. peradilan cepat artinya. dalam melaksanakan peradilan diharapkan dapat diselenggarakann sesederhana mungkin dan dalam waktu yang sesingkat- singkatnya. Sederhana mengandung arti bahwa agar dalam penyelenggaraan peradilan dilakukan dengan cara simple singkat dan tidak berbelit-belit. Biaya murah berarti, penyelenggaraan peradilan ditekan sedemikian rupaagar terjangkau bagi pencari keadilan hal ini ada didalam Undang-undang Nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan Kehakiman pada pasal 4 ayat (2).
  • 33. Asas Praduga Tak Bersalah (Presumtion of inocene) Asas praduga tak bersalah ini menghendaki agar setiap orang yang terlibat dalam perkara pidana harus dianggap belum bersalah sebelum adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap. pada semua tingkatan berlaku hal yang sama, implementasinya dapat ditunjukan ketika tersangka dihdirkan disidang pengadilan dilakukan dengan tidak diborgol
  • 34. prinsip ini dipatuhi karena telah tertunag dalam UU No. 4 tahun 2004 pasal 8 yang mengatkan “ setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan dituntut dn dihadapkan didepan pengadilan wjib dianggap tidak bersalah sebelum ad putusan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Asas lain yang sungguh berbeda dengan asas ini adalah asas praduga bersalah (Presumtion of Qualty) asas ini menjelaskan sebaliknya.
  • 35. Asas Inquisitoir dan Accusatoir asas Inquisitoir adalah asas yang menjelaskan bahwa setiap pemeriksan yang dilakukan harus dengan cara rahasia dan tertutup. asas ini menempatkan tersangka sebagai obyek pemeriksaan tanpa memperoleh hak sama sekali. seperti Bantuan hukum dan ketemu dengan keluarganya. asas accusatoir menunjukkan bahwa seorang tersangka/tersangka yang diperiksa bukan menjadi obyek tetapi sebagai subyek. asas ini memperlihatkan pemerinsaan dilakukan secara terbuka untuk umum. dimana setiap orang dapat menghadirinya.
  • 36. Indonesia Memakai yang Mana ? Di Indonesia memakai asas Inquisatoir yang diperlunak atau dapat pula dikatakan Campuran. karena terdakwa masih menjadi obyek pemeriksaan namun dapt dilakukan secara terbuka dan terdakwa dapat berargumen untuk membela diri sepanjang tidak melanggar undang-undang, dan prinsip ini ada pada asas accusatoir.
  • 37. Asas Legalitas dan a sas oportunitas asas legalitas adalah asas yang menghendaki bahwa penuntut umum wajib menuntut semua perkara pidana yang terjadi tanpa memandang siapa dan bagaimana keadaan pelakunya. asas oportunitas adalah memberi wewenang pada penuntut umum untuk menuntut atau tidak menuntut seorang pelaku dengan alasan kepentingan umum. inilah yang dianut Indonesia contohnya seseorang yang memiliki keahlian khusus, dan hanya dia satu-satunya di negara itu maka dengan alasan ini JPU boleh memilih untuk tidak menuntut.
  • 38. Asas-asas Khusus asas khusus ini hanya berlaku didalam persidangan saja. asas-asas yang dimaksud adalah:
  • 39. Asas sidang terbuka untuk umum maksud dari asas ini adalah bahwa dalam setiap persidangan harus dilakukan dengan terbuka untuk umum artinya siapa saja bisa menyaksikan, namun dalam hal ini ada pengecualianya yaitu dalam hal kasus-kasus kesusilaan dan kasus yang terdakwanya adalah ank dibawah umur. dalam hl ini dapat dilihat dalam pasal 153 (3 dan 4) KUHAP yang mengatakan “ untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka sidang dn menytakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan tau terdakwanya nk-anak”. “tidakdipenuhinya ketentuan ayat (2) dan ayat (3) mengakibatkan putusan batal demi hukum”.
  • 40. Peradilan dilakukan oleh hakim oleh karena jabatannya. A sas ini menghendaki bahwa tidak ada sutu jabatan yang berhak untuk melakukan peradilan atau pemeriksaan hingga mengambil putusan kecuali hanya diberikan pada hakim.
  • 41. Asas Pemeriksaan langsung Prinsip ini menghendaki agar pemeriksaan yang dilakukan itu harus menghadapkan terdakw didepan sidang pengadilan, termasuk pula menghdapkan seluruh saksi-saksi yang ditunjuk. langsung artinya hakim dan terdakwa ataupun para saksi berada dalam sidang yang tidak dibatasi oleh suatu tabir apapun.. namun dengan perkembangan tegnologi hal ini mungkin saja disimpangi krena sekarang sudah ada telekomfren.
  • 42. BAB II PEMERIKSAAN PENDAHULUAN  Penyelidikan  Penyidikan  Penangkapan  Penahanan  Penggeledahan  Penyitaan
  • 43. BAB II PEMERIKSAAN PENDAHULUAN Hukum acara pidana mengenal beberapa tahapan dalam menyelesaiakan perkara pidana, sekalipun secara tegas tidak ditentukan didalam KUHAP, namun berdasarkan rumusan pasal-pasal yang ada dalam KUHAP maka beberapa ahli hukum acara pidana yang ditemukan dalam berbagai literatur membagi tahapan itu menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:  Tahapan pemeriksaan Pendahuluan,  Tahapan Penuntutan dan  Tahapan pemeriksaan disidang pengadilan.
  • 44. Menurut S Tanusubroto yang dimaksud dengan Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan penyidikan atau pemeriksaan sebelum dilakukan di muka persidangan pengadilan. Seperti halnya dengan yang disampaikan oleh Soedjono D. yaitu Pemeriksaan yang dilakukan apabila ada persangkaan, baik tertangkap tangan atau tidak, yang dilakukan sebelum pemeriksaan dimuka persidangan pengadilan.
  • 45. Tentang Penyelidikan. Definisi dari Penyelidikan adalah ada di dalam ketentuan umum Pasal 1 butir 5 yang menjelaskan bahwa Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menemukan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini (KUHAP).
  • 46. pertanyaannya sekarang adalah siapa yang berwenang melakukan penyelidikan itu ? jika memperhatikan pasal 4 KUHAP yang berwenang melakukan fungsi penyelidikan adalah “setiap Pejabat polisi negara Republik Indonesia”. dalam pasal ini ditegaskan hanya polisi yang mempunyai kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan pejabt diluar kepolisian tidak diperkenankan oleh undang- undang begitu pula jaksa.
  • 47. D alam pasal 5 KUHAP diatur kewenangan penyelidik meliputi :  Kewenangan berdasarkan Kewajiban (Hukum)  Kewenangan berdasarkan Perintah Penyidik.
  • 48. Kewenangan berdasarkan Kewajiban (Hukum)  Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentng adanya tindak pidana;  mencari keterangan dan barang bukti;  menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dn menanyakan serta memeriksa tnda pengenal diri;  mengadakn tindkan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.
  • 49. A.d.a. Kewenangan menerima laporan dan pengaduan informasi awal adanya tindak pidana biasanya berasal dari masyarakat, sehingga dengan dasar inilah penyelidik mengambil tindakan berikutnya sesuai kewenangannya. jika ada laporan atau pengaduan m aka penyelidik wajib untuk menerimanya.
  • 50. B eberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyampaikan laporan dan pengduan yang harus dipenuhi yaitu:  jika laporan dan pengaduan dilakukan secara tertulis maka harus ditandatangni oleh pelapor dan pengadu;  jika laporan dan pengaduan diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyelidik dan ditandatangani oleh pelapor/pengadu dan penyelidik;  jika pengadu dan pelapor tidak dapat menulis, hal itu harus dicatat dalam laporan atau pengaduan (pasal 103)
  • 51. yang membedakan antara laporan dan pengaduan ?  Laporan dapat disampaikan oleh setiap orang dan merupakan kewajibannya, sementara pengaduan hanya dapat diajukan oleh orang tertentu saja buka kewajibanny tapi merupakan hak.  dari segi obyeknya, laporan obyeknya adalah setiap delik/tindak pidana yang terjadi tidak ada pengecualiannya, jadi hal ini berkenaan dengan delik biasa. sementara pengaduan, obyeknya terbatas pada delik-delik aduan saja.  Dari segi isinya, laporan berisi tentang pemberitahuan tanpa disertai permohonan, sedangkan pengaduan isinya pemberitahuan disertai dengan permohonan untuk segera melakukan tindakan hukum.  Dari segi Pencabutan, Laporan tidak dapat dicabut kembali sementara pengaduan dapat dicabut kembali.
  • 52. Wewenang Mencari Keterangan dan barang bukti mencari keterangan dan barang bukti ini adalah dalam rangka mempersiapkan bahan- bahan berupa fakta sebagai landasan hukum guna memulai proses penyidikan. dalam mencari dan memperoleh barang bukti hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang profesional dan berdasarkan ilmu penyelidikan dan tidak terkesan yang penting untuk mengejar target penyelidikan saja.
  • 53. Apa yang dimaksud dengan Barang Bukti ? barang bukti adalah barang yang digunakan untuk melakukan atau yang berkaitan dengan tindak pidana. Barang Bukti dengan Alat Bukti Sama atau Tidak ?
  • 54. A lat bukti disebutkan dalam pasal 184 KUHAP yaitu:  Keterangan saksi  Keterangan ahli  Surat  petunjuk  keterangan terdakwa
  • 55. Kewenangan menyuruh berhenti kewenangan ini penting dimiliki oleh penyelidik , karena berkaitan dengan adanya orang yang dicurigai yang mengharuskan penyelidik mengambil tindakan memberhentikan guna melakukan pemeriksaan dan meminta keterangan. namun dalam hal orang yang dicurigai tidak mengindahkan peringatan penyelidik maka penyelidik pun tidak dapat melakukan upaya paksa yang dibenarkan undang-undang. karena kalau akan melakukan penangkapan harus ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi misalnya adanya surat perintah penangkapan.
  • 56. Kewenangan penyelidik mengenai melakukan tindakan lain. Kewenangan ini dalah kewenangan yang kabur dan tidak jelas dalam pasal 5 ayat 1 huruf a angka 4 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tindakan lain adalah tindakan dari penyelidik guna kepentingan penyelidikan dengan syarat:  tidak bertentangan dengan aturan hukum  selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan dilakukanny tindakan jabatan  tindkan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan jabatannya  atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa  menghormati hak asasi manusia. meskipun telah dijelaskan dalam penjelasan tersebut namun belum memberikan penjelasan yang memuaskan, dan par ahli hukum pun msih berbeda-beda untuk memberikan contoh konkritnya.
  • 57. Kewenangan berdasarkan Perintah Penyidik. Kewajiban dan wewenang penyelidik ini muncul manakala ada perintah dari penyidik. T indakan-tindakan yang dimaksud berupa:  penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan.  pemeriksaan dan penyitaan surat  mengambil sidik jari dan memotret seseorang  membawa dan menghadapkan seseorang pada penyelidik.
  • 58. Tentang Penyidikan Kata Penyidikan hampir mirip dengan penyelidikan namun sesungguhnya itu sangat berbeda. penyidikan diatur dalam pasal 102-136 bagian kedua BAB XIV KUHAP, penyidik dan penyidik pembantu diatur dalam pasal 6-13 bagian kesatu dan kedua BAB IV KUHAP.
  • 59. perbedaan antara penyelidikan dan penyidikan  dilihat dari sudut pejabat yang melaksanakannya . penyelidikan pejabat yang melaksanakanya adalah yang terdiri dari pejabat POLRI saja, sedangkan Penyidikan, pejabat yang terdiri POLRI dan Pejabat Pegawai Negeri sipil (PPNS) tertentu.
  • 60.  dari segi penekanannya tugasnya Penyelidikan penekanannya pada “mencari dan menemukan sesuatu peristiwa” yang diduga sebagai tindakan pidana. sedangkan Penyidikan penekanannya pada tindakan “mencari serta mengumpulkan bukti” supaya tindak pidana yang ditemukan menjadi terang,
  • 61.  dari segi pangkat pejabat polri, penyelidikan adalah mereka yang memiliki pangkat Letnan dua, sedangkan untuk Penyidik adalah Letnan satu keatas.
  • 62. A dapun kewenangan penyidik dalam melakukan penyidikan dapat ditemukan dalam pasal 7 ayat (1) KUHAP sebagai berikut:  menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang danya tindak pidana  melakukan tindakan pertama pada saat ditempatkejadian TKP  menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tnda pengenal diri tersangka;  melakukan penangkapan,penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;  melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat  mengmbil sidik jari dan memotretseseorang;  mendatangkan orang ahli diperlakukan dalam hubungannya dengan pemeriksan perkara;  mengadakan penghentian penyidikan  mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab. kewenangan penyidik ini terlihat lebih luas dari kewenangan penyelidik
  • 63. yang perlu dijelaskan disini adalah mengenai Penghentian penyidikan, dan dalam hal apakah seorang penyidik mengentikan penyidikannya ? pertanyaan ini dapat dijawab dengn pasal 109 ayat (2) KUHAP, berdasarkan psal ini dapat dikemukakan bahwa penyidik harus menghentikan penyidikan jika:  apabila ternyata tidak cukup bukti untuk melnjutkan pekerjaannya kepengdilan untuk diadili;  apabila tindakan yang dialakukan oleh seorang tersangka itu ternyata bukan merupakan suatu tindak pidana dan; (Apa yang dimaksud Tindak Pidana?)  apabila penyidikan tersebut memang perlu dihentikan demi hukum.
  • 64. dengan adanya penghentian penyidikan ini mengandung konsekuensi yuridis, sebab orang yang yang disangka telah melakukan tindak pidana tersebut kemudian diberi hak oleh undng-undang untuk dapat:  mengajukan permintaankepada ketua pengadilan negeri untuk memeriksa sah dan tidaknya penghentian penyidikan yang telah dilakukan penyidik terhadap dirinya.  mengjukan permintaan kepada ketua pengadilan negeri untuk mendapatkan gnti rugi dan atau rehabilitasi sebagai akibat dri sahnya penghentian penyidikan yang telah diajukan kepada ketua pengadilan negeri tersebut (pasal 81 KUHAP)
  • 66. pejabat yang berwenang Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang- undang hukum acara pidana (pasal 1 butir 20). berdasarkan bunyi pegertian diatas maka yang berwenang melakukan penangkapan adalah penyidik, namun dalam pasal 16 ayat (1) penyelidik dapat juga melakukan penangkapan asalkan terdapat perintah dari penyidik.
  • 67. Tujuan dan alasan penangkapan tujuan penangkapan disebutkan dalam 16 KUHAP yakni untuk kepentingan penyelidikan atau untuk kepentingan penyidikan, sementara itu alasan penangkapan ditentukan dalam pasal 17 KUHP yaitu: adanya dugaan keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. ( bukti permulaan yang cukup minimal satu alat bukti dan satu barang bukti)
  • 68. Syarat sahnya penangkapan  dengan menunjukkan surat tugas penangkapan yang dikeluarkan oleh penyidik atau penyidik pembantu;  dengan memberikan surat perintah penangkapan kepada tersangka yang mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang disangkakan serta tempat ia diperiksa;  surat perintah penangkapan tersebut harus dikeluarkan oleh pejabat kepolisian negara republik Indonesia yang berwenang dalam melakukan penyidikan didaerah hukumnya;  dengan menyerahkan tembusan surat perintah penangkapan itu kepada keluarga tersangka segera setelah penangkapan dilakukan
  • 69. Bagaimana Kalau Tertangkap tangan ? dalam hal tertangkap tangan maka penangkapan tidak perlu pakai surat perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu.
  • 70. Batas waktu penangkapan penangkapan ditentukan dalam pasal 19 ayat (1) yaitu dilakukan maksimum satu hari. jika lebih dari stu hari maka sudah terjadi pelangaran hukum dan dengan sendirinya penangkapan dianggap tidak sah. atau jika batas waktu itu dilanggar maka tersangka, keluarganya, penasehat hukumnya dapat memintakan pemeriksaan kepada praperadilan. dan sekaligus dapat menuntut ganti rugi.
  • 71. namun akan jadi masalah jika kasusnya ada di pedalaman, maka untuk jalan keluarnya penangkapan harus dilakukan oleh penyidik sendiri agar pemeriksaannya dapat dilakukan sesegera mungkin ditempat terdekat. atau kalau tidk begitu dapat dilakukan surat perintah menghadap bukan surat perintah penangkapan.
  • 73. A lasan penahanan Alasan penahanan dibagi dua yaitu alasan obyektif dan alasan subyektif Alasan Obyektif yaitu: karena undang-undang sendiri yang menentukan tindak pidana mana yang akan dikenakan penahanan; hal ini ditentukan dalam pasal 21 ayat 14 ayat (4) KUHAP yaitu:  perbuatan pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;  perbuatan pidana sebagaimana yang diatur dalam pasal 335, 351 dan sebagainya.
  • 74. Alasan Subyektif yaitu: alasan yang muncul dari penilaian subyektif pejabat yang menitikberatkan pada keadaan dan keperluan penahanan itu sendiri. hal ini ditentukan dalam pasal 21 ayat (1) KUHAP yaitu:  adanya dugaan keras bahwa tersangka terdakwa melakukan tindak pidana berdsarkan bukti permulaan yang cukup;  adanya keadaan yang menimbulkan kekawatiran bahwa tersangka dan terdakwa akan melarikan diri;  adanyakekawatiran tersangka atau terdakwa merusak dan atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana.
  • 75. Siapa yang berwenang melakukan penahanan ?  Pejabat yang berwenang melakukan penahanan adalah: Penyidik Penuntut umum Hakim pengadilan negeri Hakim pegadilan Tinggi Hakim mahkamah Agung
  • 76. waktu penahanan dan perpanjangannya dapat dirangkum dalam tabel dibawah ini: No Pejabat Lama Pejabat Lama Jumla Penahanan Penahanan Perpanjangan Perpanjanga h n 1 Penyidik 20 H Penuntut umum 40 H 60 H 2 Penuntut 20 H Ket. PN 30 H 50 H umum 3 hakim PN 30 H Ket. PN 60 H 90 H 4 Hakim PT 30 H Ket. PT 60 H 90 H 5 Hakim MA 50 H Ket. MA 60 H 110 H Total 400 H
  • 77. penahanan tersebut pada masing-masing tingkatan masih mungkin diperpanjang lagi sebagaimana diatur dalam pasal 29 KUHAP. dalam hal ini perpanjangan dilakukan dalam hal:  Tersangka atau tedakwa menderita gangguan fisik atau mental berat, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, atau  perkara yang diperiksa diancam penjara sembilan tahun atau lebih.
  • 78. yang memberikan perpanjangan berbeda dengan pada saat pertama, dapat digmbarkan dalam tabel dibawah ini: No Pejabat Penahanan Pejabat Perpanjangan Jumlah Perpanjangan Jumlah Perpanjangan Jumlah Pertama Kedua 1 Penyidik Ket. PN 30 H 30 H 60 H 2 Penuntut Ket. PN 30 H 30 H 60 H umum 3 Hakim PN Ket. PT 30 H 30 H 60 H 4 Hakim PT MA 30 H 30 H 60 H 5 Hakim MA Ket. MA 30 H 30 H 60 H Total 300 H
  • 79. Penagguhan Penahanan penangguhan penahanan ini sifatnya permohonan, sehingga dikabulkan dan tidaknya sangat tergantung pada pejabat yang menahannya. penangguhan penahanan dalam undang=undang dapat dilakukan dengan jaminan maupun tidak dengan jaminan namun hampir disetiap praktek tidak pernah ada penangguhan yang tidak pakai jaminan.
  • 80. KUHAP membagi jenis penahanan menjadi 3 yaitu:  Penahanan Rumah Tahanan Negara (Rutan)  Penahanan Rumah  Penahanan Kota (pasal 22 ayat (1))  pada tahanan rumah tahanan negara maka masa penahanan itu dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan,  untuk tahanan kota pengurangan tersebut seperlima (1/5) dari jumlah lamanya waktu penahanan,  sedangkan dalam tahanan rumah dikurangkan sepertiga (1/3)
  • 81. Perhitungannya Pidana yang dijatuhkan = 10 bulan Tahanan Rutan = 3 bulan Perhitungannya 10 - 3 bulan Sisa Hukuman = 7 bulan Pidana yang dijatuhkan = 10 bulan Tahanan Rumah = 3 bulan Perhitungannya 10 – (1/3 x 3) bulan = 9 bulan pidana yang dijatuhkan = 10 bulan tahanan kota = 3 bulan perhitungannya 10 – (1/5 x 3) bulan 10 – (1/5 x 90 hari) 10 – (90/5) 10 – (18) = 9 bulan,12 hari
  • 82. Latihan Joni sebagai tersangka penganiayaan di kab bantul, tertangkap dan ditahan di tingkat kepolisian selama 30 hari kemudian berkas dilimpahkan ke kejaksaan dan joni ditahan selama 15 hari, setelah selesai proses di kejaksaan maka kasus joni dilimpahkan kepengadilan dan joni ditahan oleh pengadilan negeri selama 15 hari pula. Setelah melalui proses pemeriksaan di Pengadilan Joni terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana penganiayaan dan dijatuhi hukuman 2 tahun penjara. Joni ketika ditahan dengan status tahanan kota, Pertanyaanya Berapa hukuman yang masih harus dijalani joni setelah dikurangi dengan masa tahanannya ?
  • 83. Perhitungannya Hitung masa Hukumanya Berapa ? 2 Tahun = 24 Bulan Hitung Total Penahanan yang dilakukan ! Polisi = 30 hari Jaksa = 15 hari Hakim = 15 hari Total = 60 hari = 2 Bulan Jenis Penahanan Tahanan Kota = 1/5 Rumus: Jumlah Hukuman – (Jenis Penahanan x Jumlah Penahanan)
  • 84. Next 24 – (1/5 x 2 bulan) Kalau sulit, hitung pakai hari saja ! 24 – (1/5 x 60 hari ) 24 – (1x60 : 5 ) 24 – (60 : 5) 24 – 12 24 = 720 hari – 12 hari =708 hari (bisa dibulankan kembali)
  • 86. pada prinsipnya tak seorangpun yang boleh dipaksa menjalani gangguan secara sewenang-wenang dan tidak sah terhadap kekuasaan pribadinya, keluarganya, rumahnya atau surat menyuratnya. sekalipun demikian undang-undang memberikan kewenangan kepada penyidik untuk melakukan penggeledahan demi kepentingan penyidikan. KUHAP membagi penggeledahan menjadi dua yaitu: penggeledahan rumah dan penggeledahan pakaian dan badan. kedua penggeledahan tersebut harus dilakukan oleh oleh penyidik atau penyelidik atas perintah penyidik. dan dalam pelaksanaanya harus memperhatikan prinsip-prinsip atau syarat-syarat yang telah ditentukan undang-undang.
  • 87. Prinsip atau syarat yang harus diperhatikan dalam melakukan penggeledahan rumah adalah bahwa:  Penyidik harus mempunyai surat izin dari ketua pegadilan negeri setempat ( pasal33 ayat (1))  setiap memasuki suatu rumah, seseorang penyidik harus menunjukkan tanda pengenal (pasal 125)  jika penggeledahan itu dilakukan atas perintah tertulis penyidik maka penyelidik yang menjalankan perintah itu harus menunjukkan surat tugas;  Penyidik harus ditemani oleh dua orang saksi dalam hal tersangka ataupenghuninya menyetujuinya, jika yang terakhir ini menolak atau tidak hadir penyidik harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan serta dua orang saksi (pasal 33 ayat (3))  pelaksanaan dan hasil dari penggeledahan rumah itu, penyidik harus membuat suatu berita acara dalam dua hari dan turunannya di sampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan (pasal 33 ayat (5)).
  • 88. Tempat-tempat yang dikcualikan dan tidak diperkenankan untuk memasukinya adalah: Ruang dimana sedang berlangsung sidang MPR dan DPR tempat dimana sedang diadakan /berlangsung ibadah dan atau upacara keagamaan; ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan.
  • 89. Penggeledahan badan, undang-undang tidak menjelaskan, Namun dalam hal penggeledahan badan ini termasuk juga pada rongga badan. penggeledahan seorang wanita dilakukan oleh seorang wanita
  • 91. Penyitaan berbeda dengan penggeledahan walaupun sama-sama merupakan upaya paksa, Jika penggeledahan tujuanya untuk kepentingan penyelidikan atau untuk kepentingan pemeriksaan penyidikan, sedangkan penyitaan tujuanya untuk kepentingan pembuktian terutama ditujukan untuk barang bukti dimuka sidang.
  • 92. penyitaan adalah tindakan hukum yang dilakukan pada tahap penyidikan. sesudah lewat tahap penyidikan tak dapat lagi dilakukan penyitaan untuk dan atas nama penyidik. karena pasal 38 menegaskan bahwa yang berwenang melakukan penyitaan adalah penyidik.
  • 93. Bentuk-bentuk penyitaan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:  penyitaan biasa atau umum;  penyitaan dalam keadaa perlu dan mendesak;  penyitaan dalam keadaan tertangkap tangan.
  • 94. Penyitaan biasa penyitaan biasa adalh penyitaan yang menggunakan atau memlalui perosedur biasa yang merupakan aturan umum penyitaan. adapun tata cara pelaksanaan penyitaan bentuk yang biasa atau umum dilakukan dengan cara:  harus ada surat izin penyitaan dari pengadilan negeri;  memperlihatkan atau menunjukkan tanda pengenal;  memperlihatkan benda yang akan disita;  penyitaan dan memperlihatkan benda sitaan harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dan dua orang saksi;  membuat berita acara penyitaan  membungkus benda sitaan.
  • 95. Penyitaan dalam keadaan perlu dan mendesak cara ini sebagai pengecualian dari penyitaan biasa, pasal 38 ayt 2 memberikan pengecualian untuk memungkinkan melakukan penyitaan tanpa menggunakan prosedur baku ataudengan memperoleh surat izin dari PN, hal ini diperlukan untuk memberikan kelonggaran bagi penyidik untuk bertindak cepat sesuai dengan keadaan yang diperlukan. dalam hal penyitaan tanpa menggunakan izin ini atau dengan kata lain penyitaan dalam keadaan perlu dan memaksa, ini hanya dilakukan terhadap benda bergerak dan untuk itu wajib segera dilaporkan kepada ketua pengadilan untuk mendapatkan persetujuan (pasal 38 ayat (2)).
  • 96. Penyitaan dalam hal tertangkap Tangan jenis ini juga pengecualian dari penyitaan biasa. penyitaan dalam keadaan tertangkap tangan ini berdasarkan pasal 40 dapt dikenaklan terhadap benda dan alat:  yang ternyata digunakan untuk melakukan tindak pidana  atau benda dan alat yang “patut diduga” telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana;  atau benda lain yang dapt dipakai sebagai barang bukti.
  • 97. Berkenaan dengan benda benda sitaan ini perlu juga memperhatikan ketentuan pasal 45 KUHAP sebagai berikut:  Dalam hal benda sitaan tediri dari benda yang mudah lekas rusak atau membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk disimpan terlalu lama sampai adanya putusan pengadilan, sehingga dalam kondisi seperti ini sejauh mungkin dengan persetujuan tersangka atau kuasanya dapat mengambil tindakan sebagi berikut:  apabila perkara masih ada ditangan penyidik atau penuntut umum, benda tersebutdapat dijual lelang atau diamankan oleh penyidik atau penuntut umum dengan disaksikan oleh tersangka dan kuasanya;  apabila perkara sudahditangan pengadilan, maka benda tersebut dapat dijual oleh penuntut umum atas izin hakim yang menyidangkan yang disaksikan terdakwa dan kuasanya.
  • 98. Next  hasil pelelangan benda yang bersangkutan yang berupa uang dipakai sebagai barang bukti;  guna kepentingan pembuktian sedapat mungkin disisihkan sebagian kecil dari benda;  benda sitaan yang bersifat terlarang atau dilarang untuk diedarkan, tidak termasuk ketentuan ini misalnya narkoba. adapun tempat penyimpanan barang sitaan adalah rumah penyimpanan benda sitaan negara ataudisingkat dengan sebutan RUPBASAN.
  • 100. Ketika pemeriksaan pendahuluan selesai, maka untuk selanjutnya adalah tahapan penuntutan. tahapan ini merupakan rangkaian dalam penyelesaian perkara pidana sebelum hakim memeriksanya di sidang pengadilan. penuntutan itu sendiri adalah kegiatan melimpahkan perkara pidana kepengadilan. didalam melimpahkan perkara itu tidak sekedar membawa perkara kepengadilan tapi ada beberapa hal yang dilakukan sebelum perkara itu disampaikan kepengadilan.
  • 101. menurut martiman prodjohamidjoyo, sebelum jaksa melimpahkan perkara pidana kepengadilan dankemudian melakukan penuntutan, ia wajib mengambil langkah-langkah seperti:  menerima dan memeriksa berkas perkara;  mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan segera mengembalikan berkas kepada penyidik dengan memberikan petunjuk untuk penyempurnanya; ( waktunya 7 hari untuk wajib memberi tahukankekurangannya)  memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;  membuat surat dakwaan
  • 102. Next  melimpahkan perkara kepegadilan;  menyampaikan pemberitahuan kepada ersangka tentang ketentuan persidangan dengan disertai panggilan, kepada tedakwa maupun saksi-saksi;  melakukan penuntutan;  menutup perkara demi kepentingan hukum;  melakukan tindakan lain dalam ruang lingkup dan tanggungjawab sebagi penuntut umum;  melaksanakan putusan hakim.
  • 103. Pra Penuntutan istilah Pra penuntutan ada dalam pasal 14 KUHAP “ mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikanketentuan pasal 110 ayat (3) dan (4) dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaanya penyidikan dari penyidik. waktu yang diberikan kepada penuntut umum untuk “meneliti dan mempelajari” adalah 7 hari.
  • 104. Penuntutan Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkar pidna kepengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurt cara yang diatur oleh undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim disidang pengadilan. menurut Wirjono menuntut seorang tedakwa dimuka hakim pidana adalah menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim, dengan permohonan, supaya hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa.
  • 105. Tujuan melakukan penuntutan adalah untuk mendapatkan penetapan dari penuntut umum, tentang adanya alasan yang cukup untuk menuntut seseorang terdakwa dimuka hakim. penuntut umumberwenang melakukan peuntutan terhadap siapa saja yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara kepengadilan yang berwenang mengadili (pasal 237)
  • 106. yang dimaksud dengan “daerah hukum” daerah dimana menjadi kewenangannya dalam melakukan penuntutan. daerah hukum atau wilayah hukum kejaksaan negeri adalah sama dengan daerah hukum atau wilayah hukum pengadilan negeri. wilayah suatu pengadila negeri adalah Kabupaten/kota.
  • 107. pasal 141 menentukan bahwa penuntut umum dapat menggabungkan perkara dan membuatnya satu surat dakwaan, apabila pada waktu dan saat yang sama atu hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas. syarat yang ditentukan oleh undang-undang. yaitu:  beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan hlangan terhadap penggabungannya;  beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain;  beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain itu ada hubungannya, yang dlam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan.
  • 108. bahwa yang dimasud dengan bersangkut paut satu dengan yang lain itu apabila tindak pidana tersebut dilakukan:  oleh lebih dari seorang yang bekerjasama dan dilakukan pada saat yang bersamaan;  oleh lebih dari seorang pada saat dan tempat yang berbeda tetapi merupakan pelaksanaan dari permufakatan jahat yang dibuat mereka sebelumnya;
  • 109. Namun dalam pasal 142 Memungkinkan melakukan pemisahan perkara, dalam hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang memuat beberapa perkara. seperti kasus terorieme dan korupsi yang melibatkan banyak pejabat misalnya
  • 110. Menghentikan Penuntutan menghentikan penuntutan berarti telah terjadi penuntutan namun karena terdapat beberapa hal seperti terdapat dalam pasal 140 ayat (2), karena tidak cukup bukti, ternyata bukan merupakan tindak pidana, dan perkara ditutup demi hukum.
  • 111. Surat Dakwaan Ketika penuntut umum telah menentukan bahwa dari hasil pemeriksaan penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwan dan setiap penuntut umum melimpahan perkara kepengadilan selalu disertai dengan surat dakwaan sebagai dasar pemeriksaan yang dilakukan oleh hakim dipengadilan.
  • 112. KUHAP tidak menyebutkan pengertian surat dakwaan, KUHAP hanya menyebutkan ciri dan isi dari surat dakwaan seperti disebutkan dalam pasal 143 ayat (2) yakni.... surat dakwaan yang diberi tangal dan ditandatangani serta berisi:  nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;  uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu (Tempus Delicty) dan tempat tindak pidana itu dilakukan (Locus Delicty).
  • 113. Bentuk Surat Dakwaan surat dakwaan dapat disusun dalam berbagai bentuk tergantung kepeda perkara yang terjadi. oleh karena itu bentuk dakwaan dapat dibagi menjadi empat macam:
  • 114. Macam-macam Dakwaan  Dakwan yang disusun secara tunggal (dakwaan tunggal) dakwaan ini dibuat untuk menuntut satu orang atu lebih yang dituduh melakukan satu perbuatanpidana saja, misalnya terdakwa hanya melakukan perbuatan pencurian (biasa) pasal 362 KUHP;  Dakwaan Kumulatif dakwaan ini dibuat untuk menuntut seorang terdakwa atau lebih yang melakukan lebih dari satu perbuatan pidana, misalnya: disamping i melakukan perbuatan pencurian, ia pula membawa senjata api tanpa izin yang berwajib, artinya terdakwa (terdakwa-terdakwa) didakwa melakukan dua macam perbuatan pidana sekaligus. biasanya dakwaan ini ditandai dengan memberikan nomor urut dari dakwaan misalnya kesatu, kedua dan seterusnya.
  • 115. Dakwaan Secara Alternatif dakwaan ini menurut Prof. Bambang Purnomo dibuat untuk menentukan perkara pidana yang terdapat keraguraguan mengenai jenis perbuatan pidana mana yang paling tepat, sehingga dalam penuntutan diserahkan kepada pengadilan untuk memilih secara tepat berdsarkan hasil pembuktian sidang agar mendapat putusan satu jenis perbuatan pidana saja dari beberapa jenis yang dituduhkan. misalnya keragu-raguan untuk menuduh dengan dakwaan “kejahatan pencurian “ ataukah “kejahatan penggelapan”, dengan menunjuk kata “atau” di antara perbuatan- perbuatan yang dituduhkan dari dua pokok perbuatan.
  • 116. Dakwaan secara Subsidair dakwaan ini disusun untuk menuntut perkara pidana lebihdari satu dakwaan yang disusun dengan mempertimbangkan bobot pidana, pidana yang berat ditempatkan pada deretan pertama yang disebut sebagai dakwaan primer, kemudian disusul dengan dakwan yang lebih ringan sebagai dakwan subsidair. mungkin masih ada lagi yang lebih ringan dengan dakwaan Lebih subsidair dan seterusnya. sebagai contoh dakwaan subsidair dalam kejahatan yang serupa, misalnya: untuk kasus “pembunuhan berencana” yang bobotnya lebih tinggi/tertinggi, ditempatkan lebih dahulu sebagai dakwaan primer. kemudian untuk “pembunuhan dengan sengaja”yang bobotnya lebih rendah ditempatkan pada dakwaan subsidair, seterusnya untuk “penganiayaan yang mengakibatkan mati” bobotnya lebih rendah lagi ditempatkan sebagai dakwaan lebih Subsidair. penempatan dakwaan primer, subsidair dan lebih subsidair dimaksudkan agarhakim memeriksa dakwaan primer dahulu, dan jika dakwaan primersudah terbukti maka dakwaan yang lain tidak perlu dibuktikan, namun jika dakwaan primer tidak terbukti maka hakim harus memeriksa dakwaan subsidair begitu seterusnya.
  • 117. BAB IV PERIHAL PEMERIKSAAN DAN PUTUSAN PENGADILAN
  • 118. Kompetensi Pengadilan Pidana kompetensi pengadilan pidana atau sering disebut juga wewenang pengadilan untuk mengadili perkara pidana yang diajukan kepadanya. kompetensi pengadilan dalam teori dibagi dalam dua bagian yakni kompetensi absolut dan kompetensi relatif.
  • 119. Kompetensi Absolut kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili perkara berdasarkan atas tingkatan pengadilan lain. tingkatan pengadilan sebagaimana yang dikenal selama ini adalah pengadilan tingkat pertama (PN) dan pengadilan tingkat kedua (PT dan MA) sementara jenis-jenis pengadilan adalah Peradilan Umum, peradilan militer, PTUN dan Pengadilan Agama.
  • 120. next  atas dasar tingkatan dan jenis pengadilan inilah maka kewenangan masing-masing pengadilan itu berbeda satu dengan yang lain tedapat beberapa prinsip yang memperlihatkan kewenangan masing-masing.  prinsip pertama: Pengadilan Negeri (PN) berwenang mengadili semua perkara pidana yang belum pernah diadili dan belum memperoleh putusan  Prinsip kedua: Pengadilan tinggi (PT) berwenang mengadili perkara yang sudah diputus oleh pengadilan negeri.  Prinsip ketiga: Mahkamah Agung (MA) berwenang mengadili perkara pidana yang dimintakan kasasi kepadanya.
  • 121. Kompetensi Relatif kompetensi relatif adalah kewenangan pengadilan mengadili perkara berdasarkan wilayah kekuasaanya hukum. wilayah hukum dari satu pengadilan negeri adalah satu wilayah kabupaten/kota. didalam kompetensi relatif terdapat prinsip- prinsip untuk menentukan adanya kewenangan mengadili. prinsip-prinsip tersebut dapat diketemukan dalam berbagi pasal dalam KUHAP yakni sebagai berikut:
  • 122. Prinsip Pertama prinsip ini dapat dijumpai didalam pasal 84 KUHAP yaitu:  Pengadilan Negeri berwenang mengadili segala perkara mengenai tindak pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya.  Pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia diketemukan atau ditahan, hanya berwenang mengadili perkara terdakwa tersebut, apabila tempat kediaman sebagaian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada pengadilan negeri itu daripada tempat kedudukan pengadilan negeri yang di dalam daerahnya tindak pidana itu dilakukan;
  • 123. Next  apabila seorang terdakwa melakukan beberapa tindak pidana dalam daerah hukum berbagai pengadilan negeri, maka tiap pengadilan negeri tiu masing-msing berwenang mengadili perkara pidan itu;  terhadap beberapa perkara pidana yang satu sama lain ada sangkutpautnya dan dilakukan oleh orang yang sama dalam derah hukum berbgi pengadilan negeri, diadili oleh masing-msing pengadilan negeri dengan ketentuan dibuka kemungkinan penggabungan perkara tersebut.
  • 124. Prinsip kedua prinsip kedua ini ada dalam pasal 85 KUHAP pasal ini menentukan bahwa didalam hal keadaan daerah tidak mengijinkan suatu pengadilan untuk mengadili suatu perkara, maka atas usul ketua pengadilan negeri atau kepala kejaksaan negeri yang bersangkutan, mahkamah agung mengusulkan kepada menteri kehakiman (menteri yang berwenang kalau tidak ada menteri kehakiman mislnya menteri Hukum dan HAM) untuk menetapkan atau menunjuk pengadilan negeri lain.
  • 125. Prinsip Ketiga Prinsip ketiga ini menentukan bahwa pengadilan yang berwenang mengadili perkara pidana yang dilakukan diluar negeri adalah pengadilan negeri jakarta pusat. hal tersebut dapat dilihat dalam ketentuan pasal 86 KUHAP yang bunyinya: apabila seseorang melakukan tindak pidana diluar negeri yang diadili menurt hukum Republik Indonesia maka pengadilan negeri jakarta pusat yang berwenang mengadilinya.
  • 126. Pemeriksaan disidang pengadilan Proses pemeriksaan perkara disidang pengadilan dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam pemeriksaan perkara tergantung pada berat dan ringannya perkaranya yaitu:  Pemeriksaan dengan acara biasa;  pemeriksaan dengan acara singkat;  Pemeriksaan dengan Acara cepat.
  • 127. Tahap pemeriksaan dengan acara biasa  Tahap pemanggilan  Tahap pembacaan surat dakwaan  Tahap eksepsi  Tahap pembuktian  Tahap requisitoir/tuntutan pidana  Tahap Pledoi/pembelaan  Tahap replik/duplik  Tahap putusan hakim.
  • 128. Tahap Pemanggilan ketika berkas perkara sudah sampai ke Pengadilan, ketua pengadilan menunjukhakim yang akan memeriksa perkara tersebut. selanjutnya hakim yang ditunjuk menetapkan hari sidang dan memerintahkan kepada penuntut umum supaya memanggil terdakwa dan saksi-saksi yang akan diajukan ke persidangan
  • 129. Pasal 152 ayat (2) KUHAP mengatakan bahwa pemanggilan terdakwa dan saksi dilakukan dengan suratpemanggilan oleh penuntut umum secara sah, dan harus sudah diterima oleh terdakwa dalam jangka waktu sekurang-kurangnya tiga hari sebelum sidang dimulai. Selanjutnya dalam pasal 146 ayat (1,2) menyatakan bahwa surat panggilan memuat tanggal, hari serta jam dan untuk perkara apa mereka dipanggil.
  • 130. sementara menurut ketentuan pasal 145 KUHAP bahwa surat panggilan tersebut hanya dapat dipandang sebagai surat panggilan yang sah apabila surat:  panggilan itu disampaikan kepada terdakwa dialamat tempat tinggalnya atau apabila tempat tinggalnya tidak diketahui, maka disampaikan dialamat kediamannya terakhir;  apabila terdakwa tidak ada ditempat tinggalnya atau ditempat kediaman terakhir, surat panggilan disampaikan melalui kepala desa yangbedaerah hukum tempat tinggal terdakwa atau tempat kediaman terakhir;  dalam hal terdakwa ada dalam tahanan surat panggilan disampaikan kepadanya melalui pejabat rumah tahanan negara;  penerimaan surat pangilan oleh terdakwa sendiri ataupun oleh orang lain, dilakukan dengan tand penerimaan;  apabila tempat tinggal maupun tempat kediaman terakhir tidak dikenal, surat panggilan ditempelkan pada tempat pengumuman digedung pengadilan negeri yang berwenang mengadilinya.
  • 131. Apakah setelah dipanggil tersangka pasti hadir ? dalam hal tersangka tdak hadir, maka hakim ketua sidang meneliti apakah terdakwa sudah dipanggil secara sah. jika terdakwa tidak di-panggil secara sah hakim ketua sidang menunda sidang dan memerintahkan supaya tedakwa dipanggil sekali lagi.
  • 132. jika terdakwa ternyata telah dipanggil secara sah namun tidak hadir tanpa alasan yang sah pula pemeriksaan perkara tersebut tidak dapat dilakukan dan hakim memerintahkan agr terdakwa dipanggil sekali lagi. setelah dipanggil sekali lagi tidak hadir juga maka hakim ketua sidang memerintahkan agr terdakwa dihadirkan dengan paksa pada sidang pertama berikutnya.
  • 133. Tahap Pembukaan dan Pemeriksaan identitas terdakwa  Hakim, penuntut umum dan penasehat hukum menempati tempat duduknya masing-masing;  hakim ketua kemudian membuka sidang (dengan ketentuan asas sidang dibuka dan terbuka untuk umum) kecuali dalam hal kasus kesusilaan dan terdakwanya anak kecil.  Menghadirkan tersangka  Pemeriksaan identitas yaitu: Nama, umur, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal terakhir, agama, pekerjaan. setelah itu hakim ketua kemudian bertanya apakah tedakwa dalam keadaan sehat dan siap diperiksa,
  • 134. Tahap Pembacaan Surat Dakwaan  Hakim ketua memerintahkan kepada jaksa penuntut umum untuk membacakan surat dakwaan, dengan dibacakannya surat dakwaan ini maka proses pemeriksan telah dimulai. Secara singkat Surat dakwaan itu harus memuat secara jelas tentang:  Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, agama dan pekerjaan tersangka;  uraian secara singkat, jelas dan lengkap perbuatan pidana yang dilakukan dengan menyebutkan waktu dan tempat perbuatan pidana dilakukan.
  • 135. Untuk proses lengkapnya bisa di copy!!
  • 136. Pemeriksaan dengan Acara singkat  Pada prinsipnya hampir sama dengan acara biasa, hanya saja terdapat sedikit perbedaan yaitu:  Penuntut umum tidak perlu membuat surat dakwaan secara tertulis (cukup dengan lisan)  Putusan hakim cukup di tuliskan dalam berta acara persidangan, dan tidak perlu di buat seperti putusan pada umumnya, (putusan ini sidah memiliki kekuatan hukum tetap)
  • 137. Pemeriksaan dengan acara cepat.  Cara ini terdapat perbedaan dengan kedua acara sebelumnya;  Pemeriksaan dengan acara cepat dibagi dua menurut KUHAP yaitu:  Pemeriksaan tindak pidana ringan (Tipiring) yatu tndak pidana yang diancam hukuman kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak- banyaknya tujuh ribu lima atus rupiah dan penghinaan ringan.  Pelanggaran lalu lintas
  • 138. Next  Penyidik atas kuasa penuntut umum, dalam waktu tiga hari sejak berita acara pemeriksaan selesai dibuat, menghadapkan terakwa dan barang bukti dan jika ada saksi juga dihadirkan;  Dilakukan oleh hakim tunggal  Saksi tidak mengucpakan sumpah, kecuali hakim menganggap perlu;  Dalam hal kasus pelanggaran lalu lintas tidak perlu ada berita acara , pe,eriksaan dapat dilakukan meskipun terdakwa diwakili ole orang lain.
  • 140. Yang harus termuat dalam putusan hakim (pasal 197 KUHAP)  Kepala putusan yang berbunyi: DEMI KEADILAN BERASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA;  Nama Lengap, Tmpat tingal, agama dan kepercayaan terdakwa;  Dakwaan, sebagaimana yang terdapat dalam surat dakwaan;  Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta berupa alat bukti yang dperoleh dalam pemeriksaan sidang;  Tuntutan pidana yang ada dalam surat tuntutan;  Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal yang menjadi dasar hukum dari putusan disertai hal yang memberatkan dan meringankan
  • 141. Next  Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa hakim tunggal;  Pernyataan kesalahan tedakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan perbuatan pidana;  Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan;  Hati dan tanggal putusan, nama penuntut umum, hakim yang memutus dan nama panitera.
  • 142. Upaya Hukum  Upaya hukum Biasa Banding Kasasi  Upaya hukum Luar biasa Peninjauan Kembali (PK) Jika terdapat bukti baru (Novum)
  • 143. Terima kasih Sampai jumpa di ujian akhir semester