SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Hukum Acara
Mahkamah Konstitusi
OLEH : IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Landasan Hukum
 Pasal 24 C ayat (1) dan (2) UUD NRI Tahun 1945
MK berwenang untuk
1. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;
2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar;
3. memutus pembubaran partai politik; dan
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum
MK berkewajiban untuk:
Memutus permohonan DPR atas pelanggaran Presiden
dan/atau Wakil Presiden
UU YANG DAPAT DIUJI
Berdasarkan Pasal 50 UU No 24 Tahun 2004 adalah UU
yang diundangkan sesudah perubahan UUD 1945 (19
Oktober 1999)
Prinsip ini telah disimpangi setelah MK menerima
permohonan pengujian UU No 14 Tahun 1985 tentang
MA dan UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah; Bahkan kemudian Pasal 50 sudah dibatalkan
oleh MK.
Dengan demikian terbuka peluang untuk memintakan
pengujian UU sebelum perubahan UUD 1945.
1/12/2020 3
PEMOHON
(1) Perorangan WNI, (2) Kesatuan masyarakat hukum adat, (3)
Badan hukum publik atau privat, dan (4) lembaga negara;
Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan dengan berlakunya
UU yang dimohonkan;
Dalam praktek persidangan di MK dua hal di atas disebut
dengan kedudukan hukum (legal standing).
Soal legal standing acap menjadi bahan perbedaan pendapat
hakim sehingga memunculkan pendapat berbeda (dissenting
opinion).
1/12/2020 4
ISI PERMOHONAN
Dalam permohonan pemohon wajib menguraikan
dengan jelas tentang hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya yang dirugikan;
Pemohon wajib menguraikan dengan jelas bahwa
(a) pembentukan UU tidak memenuhi ketentuan
berdasarkan UUD 1945 dan/atau (b) materi muatan
dalam ayat, pasal, dan/atau bagian UU dianggap
bertentangan dengan UUD 1945.
1/12/2020 5
UU 24/2003
Hukum Acara (Umum)
Sidang Pleno
Pasal 28
(1)Mahkamah Konstitusi memeriksa, mengadili, dan memutus dalam sidang pleno
Mahkamah Konstitusi dengan 9 (sembilan) orang hakim konstitusi, kecuali dalam
keadaan luar biasa dengan 7 (tujuh) orang hakim konstitusi yang dipimpin oleh
Ketua Mahkamah Konstitusi.
(2) Dalam hal Ketua Mahkamah Konstitusi berhalangan memimpin sidang pleno
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sidang dipimpin oleh Wakil Ketua Mahkamah
Konstitusi.
(3)Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi berhalangan pada waktu
yang bersamaan, sidang pleno dipimpin oleh ketua sementara yang dipilih dari dan
oleh Anggota Mahkamah Konstitusi.
(4)Sebelum sidang pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahkamah
Konstitusi dapat membentuk panel hakim yang anggotanya terdiri atas sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk memeriksa yang hasilnya dibahas
dalam sidang pleno untuk diambil putusan.
(5) Putusan Mahkamah Konstitusi diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum.
(6) Tidak dipenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) berakibat putusan Mahkamah Konstitusi
tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
Sidang Terbuka Untuk Umum
Pasal 28
JENIS PENGUJIAN YANG DAPAT
DIMOHONKAN
Uji formil: bahwa pembentukan suatu UU tidak
memenuhi ketentuan berdasarkan UUD 1945.
Konsekuensinya keseluruhan UU menjadi batal
(tidak memilki kekuatan hukum mengikat)
Uji materil: materi muatan dalam ayat, pasal,
dan/atau bagian UU dianggap bertentangan
dengan UUD 1945. Hanya materi tertentu yang
tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.
1/12/2020 8
•secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pemohon atau kuasanya kepada
Mahkamah Konstitusi., ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya dalam
12 (dua belas) rangkap.
•wajib dibuat dengan uraian yang jelas mengenai:
a)pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b) sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c)c. pembubaran partai politik;
d)perselisihan tentang hasil pemilihan umum; atau
e)pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela,
dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Permohonan
Permohonan
Sekurang-kurangnya harus memuat:
•nama dan alamat pemohon;
•uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30; dan
•hal-hal yang diminta untuk diputus.
•Disertai dengan alat bukti yang mendukung permohonan
Apabila permohonan belum
lengkap:
wajib dilengkapi oleh pemohon dalam jangka waktu paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sejak pemberitahuan kekuranglengkapan tersebut
diterima pemohon.
Permohonan yang telah memenuhi kelengkapan dicatat dalam Buku
Registrasi Perkara Konstitusi
Penjadwalan sidang
Mahkamah Konstitusi menetapkan hari sidang pertama, setelah
permohonan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi dalam
jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja.
Penetapan hari sidang pertama diberitahukan kepada para pihak dan
diumumkan kepada masyarakat.
Pengumuman kepada masyarakat dilakukan dengan menempelkan
salinan pemberitahuan tersebut di papan pengumuman Mahkamah
Konstitusi yang khusus digunakan untuk itu.
Penarikan Permohonan
Pemohon dapat menarik kembali permohonan sebelum atau selama
pemeriksaan Mahkamah Konstitusi dilakukan.
mengakibatkan permohonan tidak dapat
diajukan kembali.
Alat Bukti
a. surat atau tulisan;
b. keterangan saksi;
c. keterangan ahli;
d. keterangan para pihak;
e. petunjuk; dan
f. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau
yang serupa dengan itu.
Alat bukti harus bisa dipertanggungjawabkan secara hukum
Mahkamah Konstitusi menilai alat-alat bukti yang diajukan ke persidangan
dengan memperhatikan persesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat
bukti yang lain
Jika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara hukum maka tidak
dapat digunakan
Saksi
 Para pihak, saksi, dan ahli wajib hadir memenuhi panggilan
Mahkamah Konstitusi.
 Surat panggilan harus sudah diterima oleh yang dipanggil dalam
jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari persidangan.
 Para pihak yang merupakan lembaga negara dapat diwakili oleh
pejabat yang ditunjuk atau kuasanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
 Jika saksi tidak hadir tanpa alasan yang sah meskipun sudah dipanggil
secara patut menurut hukum, Mahkamah Konstitusi dapat meminta
bantuan kepolisian untuk menghadirkan saksi tersebut secara paksa
Pemeriksaan Pendahuluan
Bertujuan untuk memeriksakelengkapan dan
kejelasan materi permohonan.
Mahkamah Konstitusi wajib memberi nasihat
kepada pemohon untuk melengkapi dan/atau
memperbaiki permohonan dalam jangka waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari
Pemeriksaan Persidangan
Sidang Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum, kecuali rapat
permusyawaratan hakim.
Setiap orang yang hadir dalam persidangan wajib menaati tata tertib
persidangan.
Dalam persidangan hakim konstitusi memeriksa permohonan beserta alat
bukti yang diajukan
Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim konstitusi wajib memanggil para
pihak yang berperkara untuk memberi keterangan yang dibutuhkan
dan/atau meminta keterangan secara tertulis kepada lembaga negara yang
terkait dengan permohonan
Lembaga negara wajib menyampaikan penjelasannya dalam jangka waktu
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permintaan hakim konstitusi
diterima
Saksi, Ahli, Kuasa Hukum
Saksi dan ahli yang dipanggil wajib hadir untuk memberikan keterangan
Dalam pemeriksaan persidangan, pemohon dan/atau termohon dapat
didampingi atau diwakili oleh kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus untuk
itu
Dalam hal pemohon dan/atau termohon didampingi oleh selain kuasanya di
dalam persidangan, pemohon dan/atau termohon harus membuat surat
keterangan yang khusus untuk itu.
Surat keterangan sebagaimana dimaksud di atas ditunjukkan dan diserahkan
kepada hakim konstitusi di dalam persidangan
Putusan
(1) Mahkamah Konstitusi memutus perkara berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sesuai dengan alat bukti dan
keyakinan hakim.
(2) Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan permohonan harus
didasarkan pada sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti.
(3) Putusan Mahkamah Konstitusi wajib memuat fakta yang terungkap dalam
persidangan dan pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan.
(4) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diambil secara musyawarah
untuk mufakat dalam sidang pleno hakim konstitusi yang dipimpin oleh ketua
sidang.
(5) Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim konstitusi wajib
menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap permohonan
Putusan
6) Dalam hal musyawarah sidang pleno hakim konstitusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) tidak dapat menghasilkan putusan, musyawarah ditunda sampai
musyawarah sidang pleno hakim konstitusi berikutnya.
(7) Dalam hal musyawarah sidang pleno setelah diusahakan dengan sungguh-
sungguh tidak dapat dicapai mufakat bulat, putusan diambil dengan suara
terbanyak.
(8) Dalam hal musyawarah sidang pleno hakim konstitusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) tidak dapat diambil dengan suara terbanyak, suara
terakhir ketua sidang pleno hakim konstitusi menentukan.
(9) Putusan Mahkamah Konstitusi dapat dijatuhkan pada hari itu juga atau
ditunda pada hari lain yang harus diberitahukan kepada para pihak.
(10) Dalam hal putusan tidak tercapai mufakat bulat sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) dan ayat (8), pendapat anggota Majelis Hakim yang berbeda
dimuat dalam putusan
Pengujian Undang-Undang terhadap
Undang-Undang Dasar
 Syarat Subyek hukum
a. perorangan warga negara Indonesia;
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diatur dalam undang-undang;
c. badan hukum publik atau privat; atau
d. lembaga negara.
Permohonan PUU wajib
menguraikan:
a. pembentukan undang-undang tidak memenuhi ketentuan
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945; dan/atau
b. materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang
dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Keterangan Pemerintah dan
DPR
Mahkamah Konstitusi dapat meminta keterangan dan/atau risalah rapat yang
berkenaan dengan permohonan yang sedang diperiksa kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat, DPR, Dewan Perwakilan Daerah, dan/atau Presiden
PUTUSAN
MK memutus perkara sesuai alat bukti dan keyakinan hakim;
Putusan mengabulkan permohonan minimal dengan 2 alat bukti;
Putusan diambil secara musyawarah dan mufakat dalam sidang pleno;
Setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat
tertulis;
Bila musyawarah tidak terdapai sidang pleno ditunda sampai sidang
pleno berikutnya;
Musyawarah tidak tercapai dilakukan voting;
Tidak dapat diambil suara terbanyak, suara ketua yang menentukan;
Pendapat berbeda (dissenting opinion) dimuat dalam putusan.
1/12/2020 25
Pemohonan tidak
diterima
dan/atau permohonannya
tidak memenuhi syarat
Pemohonan ditolak
UU tidak bertentangan
dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945,
baik mengenai
pembentukan maupun
materinya sebagian atau
keseluruhan,
Permohonan
dikabulkan
permohonan
beralasan, maka MK
menyatakan dg tegas
materi muatan ayat,
pasal, dan/atau bagian
dari uu yang
bertentangan dg UUD
NRI Tahun 1945
UU tidak memenuhi ketentuan
pembentukan undang-undang
berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Akibat Putusan dikabulkan
Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya
menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/atau
bagian undang-undang bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang
tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya
menyatakan bahwa pembentukan undang-undang
dimaksud tidak memenuhi ketentuan pembentukan
undang-undang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang tersebut
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Pengujian Kembali
Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam undang-undang
yang telah diuji, tidak dapat dimohonkan pengujian kembali
TINDAK LANJUT PUTUSAN
MK wajib mengirimkan salinan putusan kepada para pihak
dalam jangka waktu 7 hari kerja sejak putusan diucapkan.
Putusan yang mengabulkan dimuat dalam Berita Negara
dalam jangka waktu 30 hari sejak putusan diucapkan;
UU yang diuji MK tetap berlaku sebelum ada putusan yang
menyatakan bahwa UU tsb bertentangan dengan UUD 1945;
Putusan disampaikan ke DPR, DPD, Presiden, dan MA;
1/12/2020 30
TINDAK LANJUT PUTUSAN (2)
Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam UU yang
telah diuji tidak dapat dimohonkan pengujian kembali;
Putusan langsung mengikat sejak diucapkan karenanya tidak
dibutuhkan tindak lanjut apa-apa lagi seperti tindakan legislative review
oleh DPR.
1/12/2020 31
Sengketa Kewenangan Lembaga Negara yang Kewenangannya Diberikan
oleh UUD
 lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD yang mempunyai
kepentingan langsung terhadap kewenangan
yang dipersengketakan
 wajib menguraikan dengan jelas dalam
permohonannya tentang kepentingan
langsung pemohon dan menguraikan
kewenangan yang dipersengketakan serta
menyebutkan dengan jelas lembaga negara
yang menjadi termohon
PEMOHON
Pembubaran Partai Politik
Pemohon adalah Pemerintah.
Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya
tentang ideologi, asas, tujuan, program, dan kegiatan partai politik yang
bersangkutan, yang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
PHPU
Pemohon adalah: a. perorangan warga negara Indonesia calon anggota Dewan
Perwakilan Daerah peserta pemilihan umum; b. pasangan calon Presiden dan
Wakil Presiden peserta pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden; dan
partai politik peserta pemilihan umum.
Permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil pemilihan umum
yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum yang
mempengaruhi:
a. terpilihnya calon anggota Dewan Perwakilan Daerah; b. penentuan pasangan
calon yang masuk pada putaran kedua pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
serta terpilihnya pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden; c. perolehan
kursi partai politik peserta pemilihan umum di suatu daerah pemilihan.
Permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24
(tiga kali dua puluh empat) jam sejak Komisi Pemilihan Umum mengumumkan
penetapan hasil pemilihan umum secara nasional
Dalam permohonan yang diajukan, pemohon wajib
menguraikan dengan jelas tentang:
 a. kesalahan hasil penghitungan suara yang
diumumkan oleh Komisi PemilihanUmum dan hasil
penghitungan yang benar menurut pemohon; dan
 b. permintaan untuk membatalkan hasil
penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi
Pemilihan Umum dan menetapkan hasil penghitungan
suara yang benar menurut pemohon
Pendapat DPR Mengenai Dugaan Pelanggaran oleh
Presiden dan/atau Wakil
Presiden
Pemohon adalah DPR.
Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya
mengenai dugaan:
a. Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau
b. Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon wajib
menyertakan keputusan DPR dan proses pengambilan keputusan mengenai
pendapat DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7B ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, risalah dan/atau
berita acara rapat DPR, disertai bukti mengenai dugaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
Dalam hal Presiden dan/atau Wakil Presiden mengundurkan diri pada saat
proses pemeriksaan di Mahkamah Konstitusi, proses pemeriksaan tersebut
dihentikan dan permohonan dinyatakan gugur oleh Mahkamah Konstitusi
Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, amar
putusan menyatakan membenarkan pendapat DPR.
Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela dan/atau tidak terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden,
amar putusan menyatakan permohonan ditolak

More Related Content

What's hot

Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Rudi Sudirdja
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarUiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 
Sosiologi hukum
Sosiologi hukumSosiologi hukum
Sosiologi hukumMeehawk
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Fenti Anita Sari
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaSigit Riono
 
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Ppt surat kuasa
Ppt surat kuasaPpt surat kuasa
Ppt surat kuasaCaelarsyi
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdatasesukakita
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negaranurul khaiva
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidanaalsalcunsoed
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1villa kuta indah
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPuspa Bunga
 

What's hot (20)

Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
Sosiologi hukum
Sosiologi hukumSosiologi hukum
Sosiologi hukum
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
 
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Ppt surat kuasa
Ppt surat kuasaPpt surat kuasa
Ppt surat kuasa
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidana
 
praktik peradilan perdata
praktik peradilan perdatapraktik peradilan perdata
praktik peradilan perdata
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
 
Ppt power point.1
Ppt power point.1Ppt power point.1
Ppt power point.1
 

Similar to Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)

Hukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentariHukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentariferdhynasution8
 
pengertian, tugas dan wewenang Mahkamah konstitusi
pengertian, tugas dan wewenang Mahkamah konstitusipengertian, tugas dan wewenang Mahkamah konstitusi
pengertian, tugas dan wewenang Mahkamah konstitusiAulia Faris Humam
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraannatasyamaryana
 
MATERI KULIAH HUKUM ACARA MK.ppt
MATERI KULIAH HUKUM ACARA MK.pptMATERI KULIAH HUKUM ACARA MK.ppt
MATERI KULIAH HUKUM ACARA MK.pptJyLalahi
 
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptxTATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptxUjangHermansyah1
 
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptxTATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptxUjangHermansyah1
 
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptxTATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptxUjangHermansyah1
 
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxMK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxdnsstore
 
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Panji Setiawan
 
LEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIALEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIAShauqina Saraya
 
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19Ilham Mustafa
 
Bantuan hukum perdata
Bantuan hukum perdataBantuan hukum perdata
Bantuan hukum perdataindra wijaya
 
Uu no 22 th 2004
Uu no 22 th 2004Uu no 22 th 2004
Uu no 22 th 2004Nasria Ika
 

Similar to Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri) (20)

Hukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentariHukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentari
 
pengertian, tugas dan wewenang Mahkamah konstitusi
pengertian, tugas dan wewenang Mahkamah konstitusipengertian, tugas dan wewenang Mahkamah konstitusi
pengertian, tugas dan wewenang Mahkamah konstitusi
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracara
 
MATERI KULIAH HUKUM ACARA MK.ppt
MATERI KULIAH HUKUM ACARA MK.pptMATERI KULIAH HUKUM ACARA MK.ppt
MATERI KULIAH HUKUM ACARA MK.ppt
 
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas BumiKumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
 
Putusan002 puui2003
Putusan002 puui2003Putusan002 puui2003
Putusan002 puui2003
 
Tgs 1
Tgs 1Tgs 1
Tgs 1
 
Uu 04 04
Uu 04 04Uu 04 04
Uu 04 04
 
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptxTATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
 
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptxTATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
 
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptxTATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptx
 
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxMK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
 
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
 
LEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIALEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIA
 
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
 
Htn aziz ii
Htn aziz iiHtn aziz ii
Htn aziz ii
 
Bantuan hukum perdata
Bantuan hukum perdataBantuan hukum perdata
Bantuan hukum perdata
 
2003 24 mahkamah konstitusi
2003 24 mahkamah konstitusi2003 24 mahkamah konstitusi
2003 24 mahkamah konstitusi
 
Uu no 22 th 2004
Uu no 22 th 2004Uu no 22 th 2004
Uu no 22 th 2004
 
2009 48 kekuasaan kehakiman
2009 48 kekuasaan kehakiman2009 48 kekuasaan kehakiman
2009 48 kekuasaan kehakiman
 

More from Idik Saeful Bahri

Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Idik Saeful Bahri
 

More from Idik Saeful Bahri (20)

Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
 

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)

  • 1. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi OLEH : IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
  • 2. Landasan Hukum  Pasal 24 C ayat (1) dan (2) UUD NRI Tahun 1945 MK berwenang untuk 1. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar; 2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar; 3. memutus pembubaran partai politik; dan 4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum MK berkewajiban untuk: Memutus permohonan DPR atas pelanggaran Presiden dan/atau Wakil Presiden
  • 3. UU YANG DAPAT DIUJI Berdasarkan Pasal 50 UU No 24 Tahun 2004 adalah UU yang diundangkan sesudah perubahan UUD 1945 (19 Oktober 1999) Prinsip ini telah disimpangi setelah MK menerima permohonan pengujian UU No 14 Tahun 1985 tentang MA dan UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Bahkan kemudian Pasal 50 sudah dibatalkan oleh MK. Dengan demikian terbuka peluang untuk memintakan pengujian UU sebelum perubahan UUD 1945. 1/12/2020 3
  • 4. PEMOHON (1) Perorangan WNI, (2) Kesatuan masyarakat hukum adat, (3) Badan hukum publik atau privat, dan (4) lembaga negara; Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan dengan berlakunya UU yang dimohonkan; Dalam praktek persidangan di MK dua hal di atas disebut dengan kedudukan hukum (legal standing). Soal legal standing acap menjadi bahan perbedaan pendapat hakim sehingga memunculkan pendapat berbeda (dissenting opinion). 1/12/2020 4
  • 5. ISI PERMOHONAN Dalam permohonan pemohon wajib menguraikan dengan jelas tentang hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya yang dirugikan; Pemohon wajib menguraikan dengan jelas bahwa (a) pembentukan UU tidak memenuhi ketentuan berdasarkan UUD 1945 dan/atau (b) materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian UU dianggap bertentangan dengan UUD 1945. 1/12/2020 5
  • 6. UU 24/2003 Hukum Acara (Umum) Sidang Pleno Pasal 28 (1)Mahkamah Konstitusi memeriksa, mengadili, dan memutus dalam sidang pleno Mahkamah Konstitusi dengan 9 (sembilan) orang hakim konstitusi, kecuali dalam keadaan luar biasa dengan 7 (tujuh) orang hakim konstitusi yang dipimpin oleh Ketua Mahkamah Konstitusi. (2) Dalam hal Ketua Mahkamah Konstitusi berhalangan memimpin sidang pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sidang dipimpin oleh Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi. (3)Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi berhalangan pada waktu yang bersamaan, sidang pleno dipimpin oleh ketua sementara yang dipilih dari dan oleh Anggota Mahkamah Konstitusi. (4)Sebelum sidang pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahkamah Konstitusi dapat membentuk panel hakim yang anggotanya terdiri atas sekurang- kurangnya 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk memeriksa yang hasilnya dibahas dalam sidang pleno untuk diambil putusan.
  • 7. (5) Putusan Mahkamah Konstitusi diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. (6) Tidak dipenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berakibat putusan Mahkamah Konstitusi tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Sidang Terbuka Untuk Umum Pasal 28
  • 8. JENIS PENGUJIAN YANG DAPAT DIMOHONKAN Uji formil: bahwa pembentukan suatu UU tidak memenuhi ketentuan berdasarkan UUD 1945. Konsekuensinya keseluruhan UU menjadi batal (tidak memilki kekuatan hukum mengikat) Uji materil: materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian UU dianggap bertentangan dengan UUD 1945. Hanya materi tertentu yang tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. 1/12/2020 8
  • 9. •secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pemohon atau kuasanya kepada Mahkamah Konstitusi., ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya dalam 12 (dua belas) rangkap. •wajib dibuat dengan uraian yang jelas mengenai: a)pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b) sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c)c. pembubaran partai politik; d)perselisihan tentang hasil pemilihan umum; atau e)pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Permohonan
  • 10. Permohonan Sekurang-kurangnya harus memuat: •nama dan alamat pemohon; •uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30; dan •hal-hal yang diminta untuk diputus. •Disertai dengan alat bukti yang mendukung permohonan
  • 11. Apabila permohonan belum lengkap: wajib dilengkapi oleh pemohon dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak pemberitahuan kekuranglengkapan tersebut diterima pemohon. Permohonan yang telah memenuhi kelengkapan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi
  • 12. Penjadwalan sidang Mahkamah Konstitusi menetapkan hari sidang pertama, setelah permohonan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja. Penetapan hari sidang pertama diberitahukan kepada para pihak dan diumumkan kepada masyarakat. Pengumuman kepada masyarakat dilakukan dengan menempelkan salinan pemberitahuan tersebut di papan pengumuman Mahkamah Konstitusi yang khusus digunakan untuk itu.
  • 13. Penarikan Permohonan Pemohon dapat menarik kembali permohonan sebelum atau selama pemeriksaan Mahkamah Konstitusi dilakukan. mengakibatkan permohonan tidak dapat diajukan kembali.
  • 14. Alat Bukti a. surat atau tulisan; b. keterangan saksi; c. keterangan ahli; d. keterangan para pihak; e. petunjuk; dan f. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu.
  • 15. Alat bukti harus bisa dipertanggungjawabkan secara hukum Mahkamah Konstitusi menilai alat-alat bukti yang diajukan ke persidangan dengan memperhatikan persesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat bukti yang lain Jika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara hukum maka tidak dapat digunakan
  • 16. Saksi  Para pihak, saksi, dan ahli wajib hadir memenuhi panggilan Mahkamah Konstitusi.  Surat panggilan harus sudah diterima oleh yang dipanggil dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari persidangan.  Para pihak yang merupakan lembaga negara dapat diwakili oleh pejabat yang ditunjuk atau kuasanya berdasarkan peraturan perundang-undangan.  Jika saksi tidak hadir tanpa alasan yang sah meskipun sudah dipanggil secara patut menurut hukum, Mahkamah Konstitusi dapat meminta bantuan kepolisian untuk menghadirkan saksi tersebut secara paksa
  • 17. Pemeriksaan Pendahuluan Bertujuan untuk memeriksakelengkapan dan kejelasan materi permohonan. Mahkamah Konstitusi wajib memberi nasihat kepada pemohon untuk melengkapi dan/atau memperbaiki permohonan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari
  • 18. Pemeriksaan Persidangan Sidang Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum, kecuali rapat permusyawaratan hakim. Setiap orang yang hadir dalam persidangan wajib menaati tata tertib persidangan. Dalam persidangan hakim konstitusi memeriksa permohonan beserta alat bukti yang diajukan Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim konstitusi wajib memanggil para pihak yang berperkara untuk memberi keterangan yang dibutuhkan dan/atau meminta keterangan secara tertulis kepada lembaga negara yang terkait dengan permohonan Lembaga negara wajib menyampaikan penjelasannya dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permintaan hakim konstitusi diterima
  • 19. Saksi, Ahli, Kuasa Hukum Saksi dan ahli yang dipanggil wajib hadir untuk memberikan keterangan Dalam pemeriksaan persidangan, pemohon dan/atau termohon dapat didampingi atau diwakili oleh kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus untuk itu Dalam hal pemohon dan/atau termohon didampingi oleh selain kuasanya di dalam persidangan, pemohon dan/atau termohon harus membuat surat keterangan yang khusus untuk itu. Surat keterangan sebagaimana dimaksud di atas ditunjukkan dan diserahkan kepada hakim konstitusi di dalam persidangan
  • 20. Putusan (1) Mahkamah Konstitusi memutus perkara berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sesuai dengan alat bukti dan keyakinan hakim. (2) Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan permohonan harus didasarkan pada sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti. (3) Putusan Mahkamah Konstitusi wajib memuat fakta yang terungkap dalam persidangan dan pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan. (4) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diambil secara musyawarah untuk mufakat dalam sidang pleno hakim konstitusi yang dipimpin oleh ketua sidang. (5) Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim konstitusi wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap permohonan
  • 21. Putusan 6) Dalam hal musyawarah sidang pleno hakim konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dapat menghasilkan putusan, musyawarah ditunda sampai musyawarah sidang pleno hakim konstitusi berikutnya. (7) Dalam hal musyawarah sidang pleno setelah diusahakan dengan sungguh- sungguh tidak dapat dicapai mufakat bulat, putusan diambil dengan suara terbanyak. (8) Dalam hal musyawarah sidang pleno hakim konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak dapat diambil dengan suara terbanyak, suara terakhir ketua sidang pleno hakim konstitusi menentukan. (9) Putusan Mahkamah Konstitusi dapat dijatuhkan pada hari itu juga atau ditunda pada hari lain yang harus diberitahukan kepada para pihak. (10) Dalam hal putusan tidak tercapai mufakat bulat sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan ayat (8), pendapat anggota Majelis Hakim yang berbeda dimuat dalam putusan
  • 22. Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar  Syarat Subyek hukum a. perorangan warga negara Indonesia; b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang; c. badan hukum publik atau privat; atau d. lembaga negara.
  • 23. Permohonan PUU wajib menguraikan: a. pembentukan undang-undang tidak memenuhi ketentuan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan/atau b. materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
  • 24. Keterangan Pemerintah dan DPR Mahkamah Konstitusi dapat meminta keterangan dan/atau risalah rapat yang berkenaan dengan permohonan yang sedang diperiksa kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat, DPR, Dewan Perwakilan Daerah, dan/atau Presiden
  • 25. PUTUSAN MK memutus perkara sesuai alat bukti dan keyakinan hakim; Putusan mengabulkan permohonan minimal dengan 2 alat bukti; Putusan diambil secara musyawarah dan mufakat dalam sidang pleno; Setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis; Bila musyawarah tidak terdapai sidang pleno ditunda sampai sidang pleno berikutnya; Musyawarah tidak tercapai dilakukan voting; Tidak dapat diambil suara terbanyak, suara ketua yang menentukan; Pendapat berbeda (dissenting opinion) dimuat dalam putusan. 1/12/2020 25
  • 26. Pemohonan tidak diterima dan/atau permohonannya tidak memenuhi syarat Pemohonan ditolak UU tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, baik mengenai pembentukan maupun materinya sebagian atau keseluruhan,
  • 27. Permohonan dikabulkan permohonan beralasan, maka MK menyatakan dg tegas materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dari uu yang bertentangan dg UUD NRI Tahun 1945 UU tidak memenuhi ketentuan pembentukan undang-undang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
  • 28. Akibat Putusan dikabulkan Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya menyatakan bahwa pembentukan undang-undang dimaksud tidak memenuhi ketentuan pembentukan undang-undang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
  • 29. Pengujian Kembali Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam undang-undang yang telah diuji, tidak dapat dimohonkan pengujian kembali
  • 30. TINDAK LANJUT PUTUSAN MK wajib mengirimkan salinan putusan kepada para pihak dalam jangka waktu 7 hari kerja sejak putusan diucapkan. Putusan yang mengabulkan dimuat dalam Berita Negara dalam jangka waktu 30 hari sejak putusan diucapkan; UU yang diuji MK tetap berlaku sebelum ada putusan yang menyatakan bahwa UU tsb bertentangan dengan UUD 1945; Putusan disampaikan ke DPR, DPD, Presiden, dan MA; 1/12/2020 30
  • 31. TINDAK LANJUT PUTUSAN (2) Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam UU yang telah diuji tidak dapat dimohonkan pengujian kembali; Putusan langsung mengikat sejak diucapkan karenanya tidak dibutuhkan tindak lanjut apa-apa lagi seperti tindakan legislative review oleh DPR. 1/12/2020 31
  • 32. Sengketa Kewenangan Lembaga Negara yang Kewenangannya Diberikan oleh UUD  lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD yang mempunyai kepentingan langsung terhadap kewenangan yang dipersengketakan  wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya tentang kepentingan langsung pemohon dan menguraikan kewenangan yang dipersengketakan serta menyebutkan dengan jelas lembaga negara yang menjadi termohon PEMOHON
  • 33. Pembubaran Partai Politik Pemohon adalah Pemerintah. Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya tentang ideologi, asas, tujuan, program, dan kegiatan partai politik yang bersangkutan, yang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
  • 34. PHPU Pemohon adalah: a. perorangan warga negara Indonesia calon anggota Dewan Perwakilan Daerah peserta pemilihan umum; b. pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden peserta pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden; dan partai politik peserta pemilihan umum. Permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum yang mempengaruhi: a. terpilihnya calon anggota Dewan Perwakilan Daerah; b. penentuan pasangan calon yang masuk pada putaran kedua pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta terpilihnya pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden; c. perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum di suatu daerah pemilihan. Permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak Komisi Pemilihan Umum mengumumkan penetapan hasil pemilihan umum secara nasional
  • 35. Dalam permohonan yang diajukan, pemohon wajib menguraikan dengan jelas tentang:  a. kesalahan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi PemilihanUmum dan hasil penghitungan yang benar menurut pemohon; dan  b. permintaan untuk membatalkan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar menurut pemohon
  • 36. Pendapat DPR Mengenai Dugaan Pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden Pemohon adalah DPR. Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya mengenai dugaan: a. Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau b. Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon wajib menyertakan keputusan DPR dan proses pengambilan keputusan mengenai pendapat DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7B ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, risalah dan/atau berita acara rapat DPR, disertai bukti mengenai dugaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
  • 37. Dalam hal Presiden dan/atau Wakil Presiden mengundurkan diri pada saat proses pemeriksaan di Mahkamah Konstitusi, proses pemeriksaan tersebut dihentikan dan permohonan dinyatakan gugur oleh Mahkamah Konstitusi Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, amar putusan menyatakan membenarkan pendapat DPR. Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau tidak terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, amar putusan menyatakan permohonan ditolak