Pertemuan ke-2 membahas tentang ilmubantu dalam Hukum Acara Pidana di pengadilan
Note = Saran dan perbaikan sangat diharapkan untuk masa depan generasi Indonesia, terimakasih
2. Untuk mencapai Tujuan Hukum Acara Pidana
tidak mudah dilakukan tanpa ada ilmu-ilmu yang
membantu dalam menemukan kebenaran.
ilmu-ilmu ini akan Sangat Berguna bagi aparat
penegak hukum (polisi, jaksa, pengacara ,hakim
maupun petugas lembaga pemasyarakatan)
Oleh karena itu bagi aparat penegak hukum
wajib membekali diri dengan pengetahuan dari
berbagai ilmu bantu.
3. Ilmu bantu logika sangat dibutuhkan
dalam Proses Penyidikan dan Proses
Pembuktian di sidang pengadilan.
Kedua Proses ini memerlukan cara-
cara berpikir yang logis sehingga
kesimpulan yang dihasilkan pun dapat
dikatakan Logis dan Rasional.
4. Dalam usaha menegakkan kebenaran, orang
tentu memakai pikiran dalam menghubungkan
keterangan yang satu dengan yang lain.
Dalam hal inilah dibutuhkan logika itu.
Bagian dari hukum acara pidana yang
Paling Membutuhkan Logika ialah masalah
Pembuktian dan Metode Penyelidikan.
Pada usaha menemukan kebenaran itu,
biasanya digunakan Hipotesis atau dugaan
terdahulu. Bertolak dari hipotesis inilah
diusahakan pembuktian yang logis
5. Sesuai dengan materi pokok ilmu ini, maka
ilmu ini dapat berguna di dalam menyentuh
persoalan-persoalan kejiwaan tersangka.
Hal ini sangat membantu penyidik dalam
proses interograsi.
Hakim dapat memilih bagaimana dia harus
mengajukan pertanyaan sesuai dengan
kondisi kejiwaan terdakwa
6. Hakim, Jaksa, dan Terdakwa juga manusia
yang mempunyai perasaan yang dapat
diusahakan untuk dimengerti tingkah
lakunya, kemudian diberi penilaian atas
hal itu.
Hakim seharusnya mempunyai Rasa Seni,
yang dapat mengerti dan menilai fakta-fakta
yang sangat halus dan penyimpangan-
penyimpangan yang lahir dari unsur kejiwaan
terdakwa.Begitu
7. Dalam Pemeriksan Pendahuluan, terutama
dalam interogasi terhadap tersangka, penyidik
seharusnya menguasai dan dapat
menerapkan pengetahuan psikologi.
Dalam Pemeriksaan, pemeriksa perlu memuji-
muji diri tersangka. Kalau hubungan “baik”
antara Pemeriksa dan Tersangka telah
terbentuk maka dengan mudah pemeriksa
dapat menyelinapkan pertanyaan-pertanyaan
yang menuju kepada Pembuktian Persangkaan
terhadap terdakwa
8. Pemeriksa perlu menempatkan diri bukan sebagai
pemeriksa yang akan Menggiring tersangka menuju ke
Penjara, tetapi sebagai “Kawan” yang berbicara dari
hati ke hati dengan tersangka. Sikap-sikap Kekerasan
sama sekali dihindari.
Pemakaian Psikologi sebagai sarana dalam
menemukan kebenaran ini Ada Batasnya yaitu
terhadap tersangka yang merupakan Penjahat
Profesional dan Residivis, namun kegunaannya
sebagai ilmu pembantu hukum acara pidana sangat
besar.
Hakim dalam membuat pertanyaan harus
mempertimbangkan agar dia tetap merupakan Tokoh
yang Berwibawa dan menguasai seluruh masalah
dalam persidangan itu.
9. Peranan ilmu bantu kriminalistik ini sangat
Berguna bagi Proses Pembuktian terutama
dalam melakukan Penilaian Fakta-fakta yang
terungkap di dalam sidang, dan dengan ilmu ini
maka dapat dikonstruksikan dengan sistematika
yang baik sehingga proses pembuktian akan
lebih dapat dipertanggungjawabkan. ilmu ini
yang banyak dipakai adalah ilmu tentang Sidik
Jari, Jejak Kaki, Toxikologi (ilmu Racun) racun)
dan sebagainya
10. Fakta-fakta yang ditemukan oleh hakim harus
dapat Dikonstruksikan sebelum ia
menjatuhkan putusannya. Kalau Logika perlu
bagi penyusunan Jalan Pikiran dalam
pemeriksaan dan pembuktian, Psikologi
untuk Mengerti terdakwa, saksi dan ahli
maka Kriminalistik perlu untuk melakukan
rekonstruksi.
11. Kriminalistik adalah Pengumpulan dan
Pengolahan data secara sistematis yang
dapat berguna bagi Penyidik suatu perkara
pidana dalam usaha merekonstruksi kejadian-
kejadian yang telah terjadi guna pembuktian.
Dalam pembuktian, bagian-bagian kriminalistik
yang dipakai ialah Ilmu Tulisan, Ilmu Kimia,
Fisiologi, Anatomi Patologik, Toxikologi (ilmu
racun),
12. Kedokteran dan psikiatri sangat membantu
penyidik, JPU dan hakim didalam menangani
kejahatan yang berkaitan dengan nyawa atau
badan seseorang atau keselamatan jiwa orang.
Dalam hal ini hakim memerlukan keterangan
dari kedokteran dan psikitri. dan ketika ada yang
menjelaskan tentang istilah istilah medis hakim
jaksa dan pengacara tidak terlalu buta.
13. Ilmu ini mempelajari seluk beluk tentang
kejahatan baik Sebab-sebab dan Latar Belakang
kejahatannya maupun mengenai Bentuk-bentuk
Kejahatan. ilmu ini akan membantu terutama
pada hakim dalam menjatuhkan putusan tidak
membabi buta, harus melihat Latar Belakang
dan Sebab-sebab yang menjadikan pelaku
melakukan tindak pidana.
14. PENOLOGI
Ilmu yang mempelajari Asal Muasal, Perkembangan,
Kepentingan, dan Kemanfaatan dari hukuman. Ilmu ini
berkembang dari upaya-upaya untuk merombak Sistem
Penjara di mana para narapidana menjadi korban
penyalahgunaan fungsi dan wewenang dari sistem
penjara itu sendiri dan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
dari Hak Asasi Manusia
Ilmu ini sangat membantu hakim dalam menentukan
alternatif penjatuhan hukuman termasuk juga bagi
petugas pemasyarakatan Jenis Pembinaan apa yang tepat
bagi nara pidana.
15. ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk
korban (Victim = korban) termasuk hubungan
antara Korban dan Pelaku, serta interaksi antara
Korban dan Sistem Peradilan -yaitu, polisi,
pengadilan, dan hubungan antara pihak-pihak
yang terkait- serta di dalamnya juga menyangkut
hubungan Korban dengan Kelompok-kelompok
Sosial lainnya dan Institusi lain seperti media,
kalangan bisnis, dan gerakan sosial.