Makalah balaghahKemencengan atau kecondongan (skewness) adalah tingkat ketidaksimetrisan atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi. Skewness diartikan sebagai kemiringan distribusi data. Sebuah distribusi yang tidak simetris akan memiliki rata-rata, median, dan modus yang tidak sama besarnya sehingga distribusi akan terkonsentrasi pada salah satu sisi dan kurvanya akan menceng. Ukuran kemiringan kurva adalah derajat atau ukuran dari ketidaksimetrian suatu distribusi data. Nilai skewness (ukuran kemiringan) menunjukkan data normal ketika nilai-nilai tersebut berada di antara rentang nilai -2 sampai dengan 2. Kurva positif apabila rata-rata hitung > modus/median. Kurva negative apabila rata-rata hitung < modus/media. Jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kanan daripada yang ke kiri maka distribusi disebut menceng ke kanan atau memiliki kemencengan positif. Sebaliknya, jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kiri daripada yang ke kanan maka distribusi disebut menceng ke kiri atau memiliki kemencengan negatif. Berikut ini gambar kurva dari distribusi yang menceng ke kanan (menceng positif) dan menceng ke kiri (menceng negatif) (Ghozali, 2016).
Skewness adalah derajat ketidaksimetrisan suatu distribusi. Ukuran skewness merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui kecondongan atau kemiringan dari sekelompok data. Terdapat beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui kecondongan atau kemiringan kelompok data. Kecondongan tersebut diberi lambang atau notasi skı, sk2, a3
Jika kurva frekuensi suatu distribusi memiliki ekor yang lebih memanjang ke kanan (dilihat dari meannya) maka dikatakan menceng kanan (positif) dan jika sebaliknya maka menceng kiri (negatif). Secara perhitungan, skewness adalah moment ketiga terhadap mean. Distribusi normal memiliki skewness 0 (nol).
Untuk memberikan gambaran visual, berikut ilustrasi skewness suatu kurva menceng kanan (positif) dan menceng kiri (negartif) disandingkan dengan kurva normal/simetris (=kemencengan 0).
Menceng kanan
Menceng kiri
a) Koefisien Skewness Pearson I
Untuk menhitung koefisien skewness Pearson I digunakan
rumus berikut:
sk₁ = M-Mo DS
Keterangan:
sk₁ = Koefisien Skewness Pearson I
M = rata-rata hitung (mean)
Mo = Modus
b) Koefisien Skewness Pearson II
Untuk menhitung koefisien skewness Pearson II digunakan
rumus berikut:
sk2= 3(M-Md) DS
Keterangan:
sk, Koefisien Skewness Pearson I
M = rata-rata hitung (mean)
Md = Median
c) Koefisien Skewness
berikut: Untuk menghitung koefisien skewness digunakan rumus
α = M3 DS3
Keterangan:
a3 = koefisien skewness
M3 Moment yang ke-3
DS³ = Deviasi standar pangkat 3
Harga yang diperoleh pada koefisien ini, menunjukkan 2 bentuk distribusi frekuensi asimetris, yaitu kecondongan negatif dan kecondongan positif (ditunjukkan harga yang diperoleh negatif atau positif). Untuk dapat memahami dan menggunakan rumus-sumus di atas, perhatikan contoh perhitungan ukuran-ukuran lain tersebut berdasarkan data
1. i
التعليل حسن
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kelompok
Mata Kuliah: Balaghah Al-Badi’
Dosen Pengampu:
Mustar, S.Pd I, M.Pd I
Disusun oleh:
Nama: 1. Naufal Siddiq (202200161)
2. Nur Azizah (202200160)
3. Ahorin (202200129)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
2.
3. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini yang berjudul : “ التعليل حسن ”. Penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Balaghah Al-Badi’
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Islam Sulthan Thaha
Saipudin Jambi
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Mustar, S.Pd I, M.Pd I selaku dosen pengampu mata kuliah Media
Dan Teknologi Pengajaran Bahasa Arab.
2. Rekan sekelompok saudara Ahorin & saudari Nur Azizah .
3. Semua pihak yang banyak membantu dalam penulisan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasakan masih terdapat banyak
kekurangan baik dalam penulisan maupun isi. Untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya penulisan makalah
ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Merangin, 11 Juni 2023
Penulis,
...................................
4. ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan....................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Husnut-Ta’lil................................................................. 2
B. Contoh-contoh Husnut-Ta’lil.......................................................... 3
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 6
B. Saran............................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 7
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu ungkapan terkadang di dalamnya menyebutkan sebuah alasan
atau sebab terjadinya dari apa yang di ungkapkan. Namun alasan yang di
ungkapkan itu bukanlah alasan yang sebenarnya.
Dalam hal ini, si penyair menggunakan alasan lain yang tidak biasa terjadi
atau bukan hakiki, ia mengingkari secara terang-terangan maupun terpendam.
Alasan yang dikenal secara umum lalu diganti dengan alasan lain yang terasa
asing.
Dalam ilmu badi’, inilah yang dinamakan dengan husnu ta’lil atau
memperindah alasan yang merupakan bagian dari muhassanaat al-ma’nawiyah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian husnut-ta’lil ?
2. Bagaimana contoh-contohnya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian husnut-ta’lil
2. Untuk memahami contoh-contohnya
6. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Husnut-Ta’lil
Pengertian Husnut-Ta’lil dalam bahasa Arab derdiri dari dua kosa kata,
yaitu Husn dan Ta’lil. Secara leksikal, husn artinya ‘bagus’ sedangkan ta’lil
artinya ‘alasan’.
Sedangkan secara Terminologis, Husnut-Ta’lil ialah :
ويأتي ،َالمعروفة ّيءشال َةّلِع ناْم ِ
ض أو ًةَحَراص ُاألديب رِكنُي ْأن هو عليلّتال نْسُح
َي ذيّلا ضْالغر بِسناُت يفة ِ
رَط ةّيأدب ةّلبع
إليه د ِ
قص
.
Husnu at-ta’lil adalah seorang sastrawan yang ia mengingkari –secara terang-
terangan atau terpendam- alasan yang telah dikenal umum bagi suatu peristiwa,
dan sehubungan dengan itu ia mendatangkan alasan lain yang bernilai sastra dan
lembut yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.
Husnu ta’lil adalah sebuah konsep keindahan makna dari lafadz-lafadz
syair atau al-Qur’an. Kata husnu ta’lil ini sendiri pun diambil dari nama salah
seorang sastrawan. Ia mengingkari secara terang-terangan ataupun secara
terpendam sebuah alasan yang telah dikenal umum oleh banyak orang untuk suatu
peristiwa.
Husn at-Ta’lil juga diartikan sebagai gaya bahasa yang menggunakan
alasan-alasan lucu dan indah sesuai dengan tujuannya, dan berpaling dari alasan-
alasan biasa yang sering dikenal.
Disisi lain ia mendatangkan alasan baru yang dibuatnya yang bernilai
sastra. Alasan ini jika didengar bisa berupa bahasa yang lembut dan sesuai dengan
keinginannya. (Ismail, 2011)
B. Contoh-contoh Husnut-Ta’lil
7. 3
1. Al-Ma’ari berkata dalam sebuah ratapannya:
ًةَمْيِدَق ِ
ْريِنُمْلا ِ
ْردَبال ُةَفْلُك اَم َو
۞
ِهِهْجَو يِف اَهَّنِكَل َو
ِمَطَلّلاُرَثأ
“Bintik-bintik hitam pada bulan purnama yang bercahaya itu bukan ada
sejak dulu. Akan tetapi, pada muka bulan itu ada bekas tamparan.”
Penjelasan:
Penyair di atas sedang meratap dan dengan berlebihan, ia menyatakan
bahwa kesedihan terhadap orang yang diratapi itu mencakup juga terhadap
peristiwa-peristiwa alam. Oleh karenanya, ia menyatakan bahwa bintik-bintik
hitam yang terlihat di permukaan bulan itu tidaklah muncul karena faktor alam,
melainkan karena bekas tamparan oleh bulan itu sendiri, karena ia begitu sedih
ditinggalkan oleh seseorang yang sedang diratapinya.
2. Ibnur-Rumi berkata:
ُءَاكُذاَّمأ
ْتَحَنَجْإذ َّرَفْصَت ْمَلَف
۞
ِرَظْنَمْلا َاكَذ ِةَقْرُفِل َّالإ
ِنَسَحْلا
“Adapun matahari yang bercahaya, tidaklah menguning ketika akan
tenggelam. Kecuali karena akan berpisah, dengan orang yang dipandang baik.”
Penjelasan:
Dalam contoh diatas penyair bertujuan menyatakan bahwa matahari tidak
menguning dan terbenam karena sebab-sebab yang telah dikenal, tetapi matahari
itu menguning karena khawatir berpisah dengan wajah orang yang disanjung.
3. Penyair lain berkata tentang berkurangnya hujan di Mesir:
بتها وتر مصر عن الغيث قصر ما
۞
تعداكم ولكن طبعا
الخجل من
8. 4
“Hujan tidak berkurang di Mesir dan sekitarnya karena factor alam,
tetapi karena banyak menanggung malu”.
Penjelasan:
Dalam contoh di atas penyair mengingkari bahwa penyebab berkuarngnya
hujan di Mesir itu adalah faktor alam. Sehubungan dengan keingkarannya itu ia
menyodorkan alasan lain, yaitu bahwa hujan itu malu turun di bumi yang dipenuhi
oleh keutamaan dan kemurahan orang yang dipuji karena merasa tidak mampu
bersaing dengan kemurahan dan pemberiannya.
4. Surah Al-Anfal ayat 17 :
ْمُهَلَتَق َ ه
ّٰللا َّنِكـٰل َو ْمُه ْوُلُتْقَت ْمَلَف
ۖ
ى ٰمَر َ ه
ّٰللا َّنِكـٰل َو َْتيَمَر ِْذا َْتيَمَر اَم َو
ۖ
َيِلْبُيِل َو
اًنَسَح ًء ٓ َ
َلَب ُهْنِم َْنيِنِمْؤُمْلا
ۖ
ٌمْيِلَع ٌعْيِمَس َ ه
ّٰللا َِّنا
"Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan
Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau
melempar, tetapi Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang
mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui."
5. Surah Ali-Imran ayat 67:
اًمِلْسُّم اًفْيِنَح َن َاك ْنِكٰل َّو اًّيِن اَْرصَن َ
الَّو اًّيِد ْوُهَي ُمْيِه ٰ
ْربِا َن َاك اَم
ۖ
َنِم َن َاك اَم َو
ِك ِ
ْرشُمْلا
َْني
" Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,
tetapi dia adalah seorang yang lurus, muslim, dan dia tidaklah termasuk orang-
orang musyrik".
Dari banyaknya contoh di atas, dapat diketahui adanya kemampuan
penyair memalingkan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa sebenarnya, dengan
9. 5
mendatangkan alasan lain bukan sebenarnya, namun bernilai sastra dan sesuai
dengan tujuan yang diinginkannya, Begitu juga dengan contoh yang ada didalam
Al-qur’an di atas. Gaya bahasa yang demikian ini dalam ilmu Badi’ dinamakan
Husnut-ta’lil. (Idris)
Hifny Bik Nashif memberikan definisi Husnut-Ta-lil dengan:
علة لوصف يدعى أن هو التعليل حسن
غرابه فيها حقيقة غير
Artinya:
Husnut-ta’lil adalah mengemukakan alasan sebab terjadinya sesuatu yang
tidak sebenarnya bagi suatu keadaan, yang dalam alasan itu ada keanehan.
(Anonim)
Ali Jarim mendefinisikan dengan:
ضالغر
تناسب
طريفة
دبية
أ
بعلة
ويأتى
المعروفة
الشئعلةوضمناأ
صراحة
األدي
ب
ينكر
أن
إليه
بقصد
الذى
Artinya:
Husnut-ta’lil adalah seorang sastrawan mengingkari secara terang-
terangan atau sembunyi-sembunyi terjadi suatu peristiwa yang dikenal oleh
masyarakat umum, sehubungan dengan itu, ia lebih senang mendatangkan alasan
lain yang bernilai sastra/estetik serta sesuai dengan tujuan yang dicapai. (Idris,
Ilmu balaghoh antara Al-Bayan dan al-Badi’)
BAB III
10. 6
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa point diatas bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa Husn at-
Ta’lil adalah seorang sastrawan yang mengingkari alasan baik secara nyata atau
tersembunyi dengan menggunakan alasan yang bernilai sastra sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapainya.
Sebagai kesimpulan, penulis dapat mengutarakan bahwa kaidah husn ta’lil
adalah sebuah kaidah tentang bagaimana cara mengutarakan alasan yang baik,
dimana dengan alasan ini seorang penyair atau sastrawan bisa memberikan suatu
ungkapan dengan makna yang sangat indah, walaupun sebenarnya maksud
sebenarnya dari ungkapan itu telah tertuang dalam ungkapan yang ia utarakan.
B. Saran
Penulis dengan rendah hati menyatakan masih banyak kekurangan dan
belum mencapai target yang diinginkan sehingga penulis akan menyempurnakan
makalah ini dengan beberapa panduan. Selain itu ada beberapa saran agar
aktivitas bisa lebih efektif antara lain perlu adanya petunjuk teknis yang lebih
lengkap dan terinci serta seragam tentang tata cara penulisan makalah ilmiah serta
contoh-contohnya.
DAFTAR PUSTAKA
11. 7
Anonim. Kaidah Tata Bahasa Arab Nahwu Shorof Balaghoh Bayan-Ma’ani-
Badi’.
Idris, M. Ilmu Badi’: Kajian Keindahan Bahasa.
Idris, M. Ilmu balaghoh antara Al-Bayan dan al-Badi’.
Idris, M. Ilmu balaghoh antara Al-Bayan dan al-Badi’.
Ismail. (2011, Mei 29). Balaghah Husnu Ta'lil. Retrieved from Ma'had cinta:
http://bintankcinta.blogspot.com/2011/05/balaghah-husnu-talil-f.html?m=1