SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
TURUNNYA AL-QUR’AN DENGAN 7 HURUF 
M A K A L A H 
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah 
" Ulumul Qur’an II " 
Dosen Pengampu : 
Afiful Ikhwan, M.Pd.I 
Oleh : 
AINIS SAHDATUL FITRIA 
(2013.4.047.0001.1.001666) 
IFA DEWI MASYTA 
(2013.4.047.0001.1.001680) 
PAI – SMT 3/Sawo 
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH 
(STAIM) TULUNGAGUNG 
Oktober 2014
KATA PENGANTAR 
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah 
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan 
makalah ini. 
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW 
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama 
Islam. 
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini 
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala 
hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) 
Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag . 
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam 
penyusunan makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I . 
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam 
ii 
penyelesaian makalah. 
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a 
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi 
amal soleh di mata Allah SWT. Amin. 
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak 
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif, 
sehingga bisa diperbaiki seperlunya. 
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir 
amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh 
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin. 
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI 
Halaman Judul ……………………………………………….…..… i 
Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii 
Daftar Isi …………………………………………………..…. iii 
iii 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah .……………………………..... 1 
B. Rumusan Masalah ..…………………………………..... 2 
C. Tujuan Masalah ……………………………………....... 2 
BAB II PEMBAHASAN 
ULUM AL-QUR’AN DAN SEJARAH 
PERKEMBANGANNYA 
A. Pengertian Ahruf Dan Perselisihan Ulama’ Di Dalamnya ...... 3 
B. Dalil-Dalil Mengenai Turunnya Al-Qur’an Dengan 7 Ahruf .. 8 
C. Hikmah Turunnya AL-Qur’an Dengan 7 Ahruf .................... 12 
D. Penjelasan Apakah 7 Ahruf Tersebut Sama Dengan Qiro’at 
Sab’ah ? ................................................................................. 14 
BAB III PENUTUP 
Kesimpulan …………………………………………............... 18 
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..... 21
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. Latar Belakang Masalah 
Imam Al Zarkasyi dalam bukunya, Al Burhan fii ‘Ulum al-Qur’an, 
mengingatkan bahwa al-Qira’ah (bacaan) itu berbeda dengan al-Qur’an (yang 
dibaca). Keduanya merupakan dua fakta yang berlainan. Sebab, al-Qur’an adalah 
wahyu Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk menjadi 
keterangan dan mukjizat. Sedangkan qira’ah ialah perbedaan cara membaca lafaz-lafaz 
wahyu tersebut di dalam tulisan huruf-huruf yang menurut Jumhur cara itu 
adalah mutawatir. 
Bangsa Arab mempunyai aneka ragam dialek (lahjah) yang timbul dari 
fitrah mereka. Setiap suku mempunyai format dialek yang tipikal dan berbeda 
dengan suku-suku lain. Perbedaan dialek itu tentunya sesuai dengan letak 
geografis dan sosio-kultural dari masing-masing suku. Namun demikian, mereka 
telah menjadikan bahasa Quraish sebagai bahasa bersama (common language) 
dalam berkomunikasi, berniaga, mengunjungi ka’bah, dan melakukan bentuk-bentuk 
interaksi lainnya. Dari keyataan di atas, sebenarnya kita dapat memahami 
alasan al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa Quraish.1 
Fenomena al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW 
ternyata bagaikan magnet yang selalu menarik minat manusia untuk mengkaji dan 
meneliti kandungan makna dan kebenarannya. Al-Qur’an yang diturunkan atas 
“tujuh huruf” (sab’at al-Ahruf) menjadi polemik pengertiannya di kalangan 
ulama’, polemik ini bermuara pada pengertian sab’ah dan al-Ahruf itu sendiri. 
Kalau ditelusuri, akar polemik ini bermula dari hadits Nabi Muhammad 
Saw yang berbunyi: 
1Manna’ al-Qattan, Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: al-’Asr al-Hadith, 1973), hlm. 
156
2 
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهم عَنْهمَا أَنَّ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى اللَّهم عَ لَ سَََلَّمَ اََلَ أَ رَْ أَََ يْ عَلَى حَ فٍَْ فَرلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ حَتََّّ انْرتَرهَى إِلََ سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ 
“Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a, Rasulullah Saw., bersabda : ”Jibril 
membacakan al-Qur’an kepadaku dengan satu huruf kemudian aku 
mengulanginya (setelah itu) senantiasa aku meminta tambah sehingga 
menambahiku sampai dengan tujuh huruf”.2 
B. Rumusan Masalah 
1. Apa pengertian ahruf ? dan Bagaimana perselisihan ulama’ di dalamnya? 
2. Bagaimana dalil-dalil mengenai turunnya al-qur’an dengan 7 ahruf ? 
3. Apa saja hikmah turunnya al-qur’an dengan 7 ahruf ? 
4. Apakah 7 ahruf tersebut sama dengan qiro’at sab’ah? 
C. Tujuan Masalah 
1. Untuk mengetahui pengertian ahruf dan perselisihan ulama’ di dalamnya. 
2. Untuk mengetahui dalil-dalil mengenai turunnya al-qur’an dengan 7 ahruf. 
3. Untuk mengetahui hikmah turunnya al-qur’an dengan 7 ahruf. 
4. Untuk mengetahui apakah 7 ahruf tersebut sama dengan qiro’at sab’ah. 
2Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Kutub, juz. 3, 
2004), hlm. 1176
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian Ahruf Dan Perselisihan Ulama’ Di Dalamnya 
3 
1. Definisi Ahruf 
Al-Ahruf ( الأَحْ فَُ ) adalah bentuk jamak dari harf ( حَ ف ) ini mempunyai makna 
yang banyak : 
1. Harf yang berarti ujungnya atau tepinya Hurf al-Ahruf yang berarti “huruf” 
istilah dalam ilmu nahwu.3 
2. Harf yang bermakna puncak seperti ( حَ فَُْ الجَبَ ) diartikan “puncak 
gunung”.4 
3. Harf diartikan sebagai salah satu huruf hijaiyyah. 
Sedangkan yang dimaksud al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf 
adalah sebagai kelonggaran dan kemudahan bagi pembaca, sehingga bisa 
memilih di antara bacaan-bacaan yang diinginkan, tapi bukan dimaksudkan 
bahwa semua kalimah yang ada dalam al-Qur’an bisa dibaca dengan tujuh 
macam bacaan, akan tetapi yang dimaksudkan tujuh bacaan yang berbeda itu 
pada beberapa tempat yang berbeda-beda yang bisa dibaca sampai tujuh 
bacaan.5 
2. Perbedaan Pendapat Para Ulama tentang Pengertian Kata “Al-Ahruf” 
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan maksud tujuh huruf ini 
dengan perbedaan yang bermacam-macam. Sehingga Ibnu Hayyan 
mengatakan, “Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf menjadi 
35 pendapat. Berikut ini kami akan memaparkan beberapa pendapat yang 
dianggap paling mendekati kebenaran. 
3Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 
hlm. 254-255 
4 Ibid. 
5Muhammad Abdul ‘Adhim al-Zarqani, Manahil al-’Irfan (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), 
hlm. 154
4 
Pertama, sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh 
huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu 
makna. Dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda-beda dalam 
mengungkapkan satu makna, maka Al-Quran pun diturunkan dengan sejumlah 
lafad sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan 
jika tidak terdapat perbedaan, maka Al-Quran hanya mendatangkan satu lafadh 
atau lebih saja. Kemudian mereka berbeda pendapat juga dalam menentukan 
ketujuh bahasa itu. Dikatakan bahwa ketujuh bahasa itu adalah bahasa Quraisy, 
Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman. 
Kedua, yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa 
dari bahasa-bahasa arab yang ada, yang mana dengannyalah Al-Quran 
diturunkan, dengan pengertian bahwa kata-kata dalam Al-Quran secara 
keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa tadi, yaitu bahasa paling 
fasih di kalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam bahasa 
Quraisy. Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Hudzail, Tsaqif, Hawazin, 
Kinanah, Tamim atau Yaman; karena itu maka secara keseluruhan Al-Quran 
mencakup ketujuh bahasa tersebut. 
Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya; karena yang dimaksud 
dengan tujuh huruf dalam pendapat ini adalah tujuh huruf yang bertebaran di 
berbagai surat Al-Quran, bukan tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi 
sama dalam makna. 
Menurut Abu Ubaid, yang dimaksud bukanlah setiap kata boleh dibaca 
dengan tujuh bahasa yang bertebaran dalam Al-Quran. Sebagiannya bahasa 
quraisy, sebagian yang lain bahasa Hudzail, Hawazin, Yaman, dan lain-lain. 
Dia menambahkan bahwa sebagian bahasa-bahasa itu lebih beruntung karena 
dominant dalam Al-Quran.6 
Ketiga, sebagian ulama menyebutkan, yang dimaksud dengan tujuh huruf 
adalah tujuh segi, yaitu; amr (perintah), nahyu (larangan), wad (ancaman), 
6Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 
2007), hlm.196-197
5 
jadal (perdebatan), qashash (cerita) dan matsal ( perumpaman), Atau amr, 
nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal. 
Diriwayatkan dari Ibnu Masud, Nabi saw bersabda, 
“kitab umat terdahulu diturunkan dari satu pintu dan dengan satu huruf. 
Sedang Al-Quran diturunkan melalui tujuh pintu dan dengan tujuh huruf, 
yaitu; zajr (larangan), amr, haram, muhkam, mutasyabih dan amstsal”. 
Keempat, segolongan ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan 
tujuh huruf adalah tujuh macam hal yang di dalamnya terjadi ikhtilaf 
(perbedaan), yaitu; 
1. Ikhtilaful asma` (perbedaan kata benda); dalam bentuk mufrod mudzakkar 
dan cabang-cabangnya, seperti tasniyah, jamak, ta`nist. Misalnya firman 
alloh dalam surat Al-Mukminun: اََلَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِِِمْ عَََهْدِهِمْ رَاعُونَ , 8 
Dibaca dengan bentuk jamak dan dibaca pula dengan bentuk mufrod. 
Sedang rasmnya لِأَمَانَاتِِِمْ dalam mushaf adalah yang memungkinkan kedua 
qiroat 
itu karena tidak adanya alif yang mati (sukun). Tetapi kesimpulan akhir 
kedua macam qiroat itu adalah sama. Sebab bacaan dalam bentuk jamak 
dimaksudkan untuk arti istigraq (mencakupi) yang menunjukkan jenis-jenisnya, 
sedang bacan dengan bentuk mufrod dimaksudkan untuk jenis 
yang menunjukkan makna banyak, yaitu semua jenis amanat yang 
mengandung bermacam-macam amanat yang banyak jumlahnya. 
2. Perbedaan segi i`rob, seperti firman alloh taala مَا هَذَا بَشَ اَ jumhur 
membacanya dengan nashob, sebab مَا berfungsi seperti لَسَْْ sebagaimana 
bahasa penduduk Hijaj, dengan bahasa inilah al-quran diturunkan. Adapun 
Ibnu Masud membacanya dengan rafa` مَا هَذَا بَشَ اَ sesuai dengan bahasa 
tamim, karena mereka tidak memfungsikan مَا seperti لَسَْْ juga seperti 
firman-Nya: فَرتَرلَقَّى آدَمُ مِنْ رَب كَلِمَاتٍ dalam Al-Baqoroh: 37. Di sini آدَ م 
dibaca dengan nashab dan كَلِمَاتٍ dibaca dengan rafa` . كَلِمَات
6 
3. Perbedaan dalam tashrif, seperti firman-Nya: فَرقَالُوا رَبرنََّا بَاعِدْ بَريَْْ أَسْ اََرِنَا 
dalam (Saba`:19), dibaca dengan menashobkan, رَبرنََّا karena menjadi mudof 
dan بَاعِدْ dibaca dengan bentuk perintah (fiil amr). Di sini, lafazh رَبَّنَا dibaca 
pula dengan rafa`( رَبَّنَا ) sebagi mubtada` dan بَاعِدْ dengan membaca fathah 
huruf ‘ain sebagai fi’il madhi. Juga dibaca بَرعَّدَ dengan membaca fathah dan 
mentasydidkan huruf ain dan merofa`kan lafad .رَبرنََّا 
4. Perbedaan dalam taqdim (mendahulukan) dan takhir (mengakhirkan), baik 
terjadi pada huruf seperti firman-Nya: أَفَرلَمْ يَر أَْْسِ dibaca أَفَرلَمْ يَأيس (Ar- 
Rad 31), maupun di dalam kata seperti فَر رَْقْتُرلُونَ يََرقُْتَرلُونَ (At-Taubah:111) di 
mana yang pertama dibaca dalam bentuk aktif dan yang kedua dibaca 
dalam bentuk pasif, juga dibaca dengan sebaliknya, adapun qiroat اَََِءَتْ 
سَكْ ةََ الحَ ق بِالمَوْتِ (Qaf : 19) sebagi ganti dari وَجَاءَتْ سَكْرَة الْمَوْتِ بِالْحَ قِ 
adalah qiroah ahad dan syadz (cacat) yang tidak mencapai derajat 
mutawatir. 
5. Perbedaan dalam segi ibdal (penggantian), baik penggantian huruf dengan 
huruf, وَانْظ رْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ ن نْشِ زهَا seperti )Al-Baqoroh: 259) yang dibaca 
dengan huruf za` dan mendhommahkan nun, tetapi juga dibaca 
menggunakan huruf ra` dan menfathahkan nun. Maupun penggantian lafad 
dengan lafad, seperti firman-Nya: 
كَالْعِهْنِ الْمَنْر وَُشِ (Al Qoriah:5) Ibnu Masud dan lain-lain membacanya 
dengan كَالصوفِ الْمَنْر وَُشِ terkadang penggantian ini terjadi pada sedikit 
perbedaan makhroj atau tempat keluar huruf, seperti; طَلْحٍ مَنْ ضودٍ (Al- 
Waqiah:29), dibaca dengan طَلْعٍ karena makhroj ha` dan ain itu sama, 
dan keduanya termasuk huruf halaq. 
6. Perbedaan dengan adanya penambahan dan pengurangan. Dalam 
penambahan misalnya أَََعَدَّ لََمُْ نََِّاتٍ تََْ يَِ تََْتَرهَا الْأَنْرهَار (At-taubah:100), 
dibaca dengan tambahan مِنْ yaitu مِنْ تََْتِهَا الأَنْرهَار keduanya merupakan 
qiroat mutawattir.
7 
Mengenai perbedaan karena adanya pengurangan (naqs), seperti وَ قَال وا اتخََّذَ 
اللََّّ وَلَدًا (Al-Baqoroh: 116), tanpa huruf wawu jumhur ulama membacanya 
قَال وا اتخََّذَ اللََّّ وَلَدًا perbedaan dengan adanya penambahan dalam qiroat ahad, 
terlihat dalam qiroat Ibnu Abbas وَكَانَ وَرَاءَه مْ مَلِكٌ يَأ خذ ك لَّ سَفِينَةٍ صَالِحَةٍ غَصْبًا (Al- 
Kahfi; 79), dengan penambahan kalimat صَالِحَة dan memakai kata أمََامَ همْ 
sebagai ganti dari kata .وَرَاءَ 
7. Perbedaan lahjah dengan pembacaan tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis), 
fathah dan imalah, izhar dan idghom, hamzah dan tashil, isymam, dan lain-lain. 
Seperti membaca imalah dan tidak imalah seperti هَلْ أتَاَكَ حَدِي ث موسَى 
(thaha: 9), yang dibaca dengan mengimalahkan kata اتَىَ dan موْسَى 
membaca tarqiq huruf ra` خَبِيْرًا بَصِيْرًا dalam mentafhimkan huruf lam 
dalam kata الطَّلاَق mentashilkan (meringankan) huruf hamzah dalam ayat ق دْ 
أفَْلَحَ الْ مؤْمِن ونَ (Al-mukminun:1), huruf ghoin dengan didhommahkan bersama 
kasroh dalam ayat وَغِيضَ الْمَا ء (Hud; 44) dan seterusnya. 
8. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak bisa 
diartikan secara harfiah, tetapi angka tujuh tersebut hanya sebagai simbol 
kesempurnaan menurut kebiasaan orang Arab. Dengan demikian, maka 
kata tujuh adalah isyarat bahwa bahasa dan susunan Al-Quran merupakan 
batas dan sumber utama bagi semua perkataan orang Arab yang telah 
mencapai puncak kesempurnaan tertinggi. Sebab, lafad sab`ah (tujuh) 
dipergunakan pula untuk menunjukkan jumlah banyak dan sempurna dalam 
bilangan satuan, seperti tujuh puluh dalam bilangan puluhan, dan tujuh 
ratus dalam ratusan. Kata-kata itu tidak dimaksudkan untuk bilangan 
tertentu. 
9. Ada juga para ulama yang berpendapat, yang dimaksud dengan tujuh huruf 
tersebut adalah qiroat sabah.7 
7Taufiqslow, Sab’ah Al-Ahruf Dalam Al-Qur’an, dalam 
“http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html” diakses pada selasa,30 
september 2014 pukul 20:00 wib.
8 
B. Dalil-dalil Mengenai Turunnya Al-Qur’an Dengan 7 Ahruf 
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab yang jelas. Hal ini adalah suatu 
yang wajar karena Al-Qur’an diturunkan ketengah-tengah umat yang berbahasa 
arab melalui Nabi yang berbahasa arab sekalipun ini bukan berarti bahwa islam 
hanya untuk bangsa arab. Ada beberapa dalil Hadits yang menjelaskan bahwa al- 
Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf. Antara lain : 
حَدَّثَرنَا عَبْدُ اللََِّّ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَر نَََا مَالِ ك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ع ةََََْ بْنِ الزُّبَريِْْ عَنْ عَبْدِ ال حََّْ نِ بْنِ 
عَبْدٍ الْقَارِ ي أَنَّ اََلَ سََِعْتُ عُمَ بْنَ الَْْطَّابِ رَضِيَ اللََُّّ عَنْ يَرقُولُ سََِعْتُ هِشَامَ بْنَ حَكِ مِْ بْنِ 
حِزَامٍ يَرقْ أََُ سُورَةَ الْ اََََُْنِ عَلَى غَيِْْ مَا أَ رَْ ؤََُهَا كَََانَ رَسُولُ اللََِّّ صَ لَّى اللََُّّ عَلَ سَََلَّمَ أَ رَْ أَََ نِ هَْا 
كََِدْتُ أَنْ أَعْجَ عَلَ ثَُُّ أَمْهَلْتُ حَتََّّ انْصَ فَََ ثَُُّ لَبَّبْتُ بِ دََِائِ فَجِئْتُ بِ رَسُولَ اللََِّّ صَ لَّى اللََُّّ 
عَلَ سَََلَّمَ فَرقُلْتُ إِ سََِعْتُ هَذَا يَرقْ أََُ عَلَى غَيِْْ مَا أَ رَْ أََْتَ نِ هَْا فَرقَالَ أَرْسِلْ ثَُُّ اََلَ لَ ا رَْ أََْ فَرقَ أَََ 
اََلَ هَكَذَا أُنْزِلَتْ ثَُُّ اََلَ ا رَْ أََْ ف رقَ أََْتُ فَرقَالَ هَكَذَا أُنْزِلَتْ إِنَّ الْقُ آَْنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ 
فَا رَْ ءََُ اَ مِنْ مَا تَر سََّْ .)رَ اََهُ بَُُارِى( 
“Meriwayatkan yang lafazhnya dari Bukhari bahwa; “Umar bin Khattab 
berkata: “Aku mendengar Hisham bin Hakim membaca surat al-Furqan di masa 
hidupya Rasulullah saw, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya 
dengan beberapa huruf yang belum pernah Rasulullah saw membacakannya 
kepadaku sehingga aku hampir beranjak dari salat, kemudian aku menunggunya 
sampai salam. Setelah ia salam aku menarik sorbannya dan bertanya: “Siapa yang 
membacakan surat ini kepadamu?”. Ia menjawab: “Rasulullah saw yang 
membacakannya kepadaku”, aku menyela: “Dusta kau, Demi Allah sesungguhnya 
Rasulullah saw telah membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca 
ini”. Setelah itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah saw lalu aku 
bertanya: “Wahai Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca surat al- 
Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, 
sedangkan engkau sendiri telah membacakan surat al-Furqan ini kepadaku”. 
Rasulullah saw menjawab: “Hai ‘Umar! lepaskan dia. “Bacalah Hisham!”. 
Kemudian ia membacakan bacaan yang tadi aku dengar ketika ia membacanya. 
Rasululllah saw bersabda: “Begitulah surat itu diturunkan” sambil menyambung
9 
sabdanya: “Bahwa al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf maka bacalah yang 
paling mudah!”.8 
حَدَّثَرنَا مَُُمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللََِّّ بْنِ نَُُيٍْْ حَدَّثَرنَا أَبِِ حَدَّثَر نَا إِسََْعِ بْنُ أَبِِ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللََِّّ بْنِ 
عِ سَْى بْنِ عَبْدِ ال حَََّْنِ بْنِ أَبِِ لَ رْْلَى عَنْ دهِ عَنْ أُبَِِ بْنِ كَ عْبٍ اََلَ كُنْتُ فِِ الْمَسْجِدِ فَدَخَ رَ يصَُل ي فَرقَ أَََ اَََِءَةً أَنْكَ تَُْرهَا عَلَ ثَُُّ دَخَ آخَ فَرقَ أَََ اََءَةً سِوَى رََ اََءَةِ صَاحِ بِ فَرلَمَّا ضَََ رْْنَا 
الصَّلََةَ دَخَلْنَا جََِ عًْا عَلَى رَسُولِ اللََِّّ صَلَّى اللَّهم عَلَ سَََلَّمَ فَرقُلْتُ إِنَّ هَذَا رََ أَََ اَََِءَةً أَنْكَ تَْ رهَا 
عَلَ دَََخَ آخَ فَرقَ أَََ سِوَى اَََِءَةِ صَاحِبِ فَأَمَ هَََُُا رَسُولُ اللََِّّ صَلَّى اللَّهم عَلَ سَََلَّمَ فَرقَ أَا 
فَحَسَّنَ النَّبُِِّ صَلَّى اللَّهم عَلَ سَََلَّمَ شَأْنَرهُمَا فَسَقَطَ فِِ ن ر سَِْي مِنَ التَّكْذِيبِ إِ كُنْتُ فِِ 
الجَْاهِلِ ةَِّْ فَرلَمَّا رَأَى رَسُولُ اللََِّّ صَلَّى اللَّهم عَلَ سَََلَّمَ مَا دََْ غَشِ نَِِْ ضَ بَََ فِِ صَدْرِي فَ ضَِْ تُ 
عَ اًَََ كَََأَنََُّا أَنْظُ إِلََ اللََِّّ عَزَّ فَر اًَََ فَرقَالَ يَا أُبَُِّ أُ رْسِ إِ أَنِ ا رَْ أََِ الْقُ آَْنَ عَلَى حَ فٍَْ 
فَر دَََدْتُ إِلَ أَنْ هَ وِنْ عَلَى أُمَّتِِ فَر دَََّ إِ الثَّان ةَ ا رَْ أََْهُ عَل ى حَ فََْريِْْ فَر دَََدْتُ إِلَ أَنْ هَ وِنْ عَ لَى 
أُمَّتِِ فَر دَََّ إِ الثَّالِثَةَ ا رَْ أََْهُ عَلَى سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ فَرلَكَ بِكُ رَدَّةٍ رَدَدْتُكَهَا مَسْأَلَة تَسْأَلُنِ هَْا ف رقُلْتُ 
اللَّهُمَّ اغْ لِأُمَّتِِ اللَّهُمَّ اغ لِأُمَّتِِ أَََخَّ تَُْ الثَّالِثَةَ لِ رَْ ومٍ يَر غََْبُ إِ الَْْلْقُ كُلُّهُمْ حَتََّّ إِبْر اََهِ مْ . 
“Diriwayatkan dengan sanadnya dari Ubay bin Ka’ab ia berkata: “Aku 
berada di masjid, tiba-tiba masuklah lelaki, ia shalat kemudian membaca bacaan 
yang aku ingkari. Setelah itu masuk lagi lelaki lain membaca berbeda dengan 
bacaan kawannya yang pertama”. Setelah kami selesai salat, kami bersama-sama 
masuk ke rumah Rasulullah saw, lalu aku bercerita: “Bahwa si lelaki ini membaca 
bacaan yang aku ingkari dan kawannya ini membaca berbeda dengan bacaan 
kawannya yang pertama”. Akhirnya Rasulullah saw memerintahkan keduanya 
untuk membaca. Setelah mereka membaca Rasulullah saw menganggap baik 
bacaannya. Setelah menyaksikan hal itu, terhapuslah dalam diriku sikap untuk 
mendustakan, tidak seperti halnya diriku ketika masa Jahiliyyah. Nabi menjawab 
demikian tatkala beliau melihat diriku bersimbah peluh karena kebingungan, 
ketika itu keadaan kami seolah-olah berkelompok-kelompok di hadapan Allah 
Yang Maha Agung. Setelah melihat saya dalam keadaan demikian, beliau 
8Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Kutub, juz. 2, 
2004), hlm. 851
10 
menegaskan pada diriku dan berkata: “Hai Ubay! Aku diutus untuk membaca al- 
Qur’an dengan suatu huruf lahjah (dialek)”, kemudian aku meminta pada Jibril 
untuk memudahkan umatku, dia membacakannya dengan huruf kedua, akupun 
meminta lagi padanya untuk memudahkan umatku, lalu ia menjawab untuk ketiga 
kalinya. “Hai Muhammad, bacalah al-Qur’an dalam 7 lahjah dan terserah padamu 
Muhammad apakah setiap jawabanku kau susul dengan pertanyaan permintaan 
lagi”. Kemudian aku menjawabnya: “Wahai Allah! Ampunilah umatku, 
ampunilah umatku dan akan kutangguhkan yang ketiga kalinya pada saat dimana 
semua makhluk mencintaiku sehingga Nabi Ibrahim as”.9 
حَدَّثَرنَا أَحَْدُ بْنُ مَنِ عٍْ حَدَّثَرنَا الحَْسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَرنَا شَ بَْْانُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ زِرِ بْنِ 
حُبَرشٍْْ عَنْ أُبَِِ بْنِ كَعْبٍ اََلَ لَقِيَ رَسُولُ اللََِّّ صَ لَّى اللَّهم عَل سَََلَّمَ يِِِْْ فَرقَالَ يَا يْ إِ بعُِثْتُ إِلََ أُمَّةٍ أُمِ يَْ مِنْرهُمُ الْعَجُوزُ اََلشَّ خُْْ الْكَبِيُْ اََلْغُلََم اََلجَْارِيَةُ اََل الَّذِي يَرقْ أََْ ك تَابًا طََُّ 
اََلَ يَا مَُُمَّدُ إِنَّ الْق آَْنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ فََِِ الْبَاب عَنْ ع مَ حََُذَيْر ةَََ بْنِ الْ مََْانِ أَََبِِ 
هُ يََْر ةَََ أََُمِ أَيُّوبَ هََِيَ امْ أَََةُ أَبِِ أَيُّوبَ الْأَنْصَارِ ي سََََُ ةَََ اََبْنِ عَ بَّاسٍ أَََبِِ هَُِ مِْْ بْنِ الحَْارِ بْنِ 
دََََْ رُ يََِ عَنْ الصِ مَّةِ عَََمْ بْنِ الْعَاصِ أَََبِِ بَكْ ةَََ اََلَ أَبمو عِ سَْ ى هَذَا حَدِي ث حَ سَ ن صَحِ أُبَِِ بْنِ كَعْبٍ مِنْ غَيِْْ . }رَ اََهُ ال نَس اَئِ{ 
“Riwayat Ubay bin Ka’ab, ia mengatakan: “Rasulullah saw berjumpa 
dengan Jibril di gundukan Marwah”. Ia (Ka’ab) berkata: “Kemudian Rasul 
berkata kepada Jibril bahwa aku ini diutus untuk ummat yang ummy (tidak bisa 
menulis dan membaca). Diantaranya ada yang kakek-kakek tua, nenek-nenek 
bangka dan anak-anak”. Jibril menjawab: “Perintahkan, membaca al-Qur’an 
dengan tujuh huruf”. Abu Isa mengatakan: “Hadits ini hasan lagi shahih”. Dan 
hadits ini juga di riwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab dari sisi yang lain. {Di 
riwayatkan oleh Nasa’i}10 
Dari beberapa Hadits yang disebutkan di atas, Tidak terdapat nas sharih 
(jelas) yang menjelaskan maksud dari sab’ah ahruf. Sehingga menjadi hal yang 
lumrah kalau para ulama’, berdasarkan ijtihadnya masing-masing, berbeda 
9Muslim al-Hajjaj, Sahih Muslim (Beirut: Dar al-Kutub, juz 6, 1992), hlm. 83 
10Muhammad bin Isa al-Turmudi, Sunan al-Turmudi (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 
juz. 8, 1994), hlm. 222
11 
pendapat dalam menafsirkan pengertiannya. al-Suyuti dalam kitabnya al-Itqan fi 
al-’Ulum al-Qur’an mengatakan bahwa perbedaan ulama’ dalam masalah ini 
sekitar empat puluh pendapat.11 Perbedaan ulama’ mengenai pengertian sab’ah 
ahruf ini tidak berasal dari tingkatan kualifikasi mereka atas Hadits-Hadits tentang 
tema dimaksud. Perbedaan itu justru muncul dari lafaz sab’ah dan ahruf yang 
masuk kategori lafaz-lafaz mushtarak, yaitu lafaz-lafaz yang mempunyai banyak 
kemungkinan arti, sehingga memungkinkan dan mengakomodasi segala jenis 
penafsiran. Selain itu juga disebabkan adanya fenomena historis tentang 
periwayatan bacaan al-Qur’an yang memang beragam. 
Rasulullah SAW bersabda : 
أَنَّ عَبْدَ اللََِّّ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللََُّّ عَنْرهُمَا حَدَّثَ أَنَّ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَ سَََلَّمَ اََلَ أَ رَْ أَََ يِِِْْ عَلَى حَ فٍَْ فَر اََ عَِْتُ فَرلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ يَََزِيدُ حَتََّّ انْرتَرهَى إِلََ سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ .} رَ اََه الْبُخَارِي{ 
”Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: “Berkata Rasulullah SAW: “Jibril 
membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka aku 
terus-menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai 
tujuh huruf.” (HR. Bukhari).12 
Hadits kedua ini berasal dari umar ibn al-khatthab yang membawa Hisyam 
ibn Hakim ke hadapan Rasul karena membaca surat al-furqon dengan berbagai 
cara baca dan Rasul tidak pernah membacanya dengan cara itu kepada umar. 
Setelah hisyam memperdengarkan bacaanya kepada Rasul, Rasul berkata: 
“Demikianlah ia diturunkan” dan seterusnya menyambungnya dengan sabdanya di 
atas. Dengan demikian, jelaslah bahwa tidaklah benar anggapan orang bahwa 
Qiraat (macam-macam bacaan) Al-Quran itu diciptakan oleh Nabi Muhammad 
atau para sahabat, atau ulama tabi’in yang dipengaruhi oleh dialek bahasa kabilah-kabilah 
Arab. Dan jelas pula bahwa macam-macam bacaan Al-Quran itu sudah 
11Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, juz. 1, 1951), 
hlm. 45. 
12 Taufiqslow, sabah al-ahruf dalam al-qur’an, dalam 
http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html diakses pada selasa,30 
september 2014 pukul 20:00 wib
12 
ada sejak Al-Quran diturunkan. Arti Sab’atu Ahruf (Tujuh Huruf) dalam hadits di 
atas mengandung banyak penafsiran dan pendapat dari kalangan ulama. Hal itu 
disebabkan karena kata Sab’ah itu sendiri dan kata Ahruf mempunyai banyak arti. 
Kata Sab’ah dalam bahasa Arab bisa berarti bilangan tujuh, dan bisa juga berarti 
bilangan tak terbatas. 
C. Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan 7 Ahruf 
Hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf dapat disimpulkan 
sebagai berikut: 
1. Memberikan kemudahan dalam membaca dan menghafal bagi kaum yang 
masih umi (tidak bisa membaca dan menulis), yang masing-masing Kabilah 
(suku) dari mereka memiliki bahasa (dialek) tersendiri, dan mereka tidak 
terbiasa untuk menghafal syar’iat, terlebih lagi untuk menjadikan hal itu 
sebagai kebiasaannya. Hikmah ini ditunjukkan dengan jelas dalam beberapa 
hadits dengan bermacam-macam redaksi. 
Dari Ubay radhiyallahu 'anhu berkata: 
لَقِيَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَ سَََلَمَ يِِِْْْ عِنْدَ أَحْجَارِ المِ اََءِ فَرقَالَ إِ بعُِثْتُ إِلََ أُم ةٍ 
أمِ يَْْ، مِنْرهُمْ الْغُلََمُ اََلَْْادِمُ اََلشَّ خُْْ الْعَاسِي اَلْعَجُوْزُ، فَرقَالَ يِِِْْْ فَرلْ رَْقْ أََُ اَْ الْقُ آَْنَ عَ لَى 
سَبْرعَةٍ أَحْ فٍَُ 
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Jibril 'alaihissalam di 
Ahajaril Miraa’ (sebuah daerah di Quba, di luar Madinah) lalu beliau 
shallallahu 'alaihi wasallam berkata:”Sesungguhnya aku diutus (menjadi Nabi) 
kepada kaum yang ummi, di antara mereka ada anak-anak, pembantu, lelaki tua 
dan perempuan tua.” Maka Jibril 'alaihissalam berkata:”Maka boleh bagi 
mereka membaca al-Qur’an dengan menggunakan tujuh huruf/dialek (sesuai 
dengan dialek mereka agar mudah)” (HR. ath-Thabari dalam Tafsirnya, Ahmad
13 
dalam Musnadnya, Abu Dawud ath-Thayalisi, at-Tirmidzi dan dinyatakan 
hasan shahih oleh beliau)13 
Hadits lain, yaitu sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam: 
إِنَّ اللَََّّ أ م رني أنَْ أقَْرَأ الْق رْآنَ عَلَى حَرْفٍ. فقلت: اللهم خففْ عن أمَّتي 
”Sesungguhnya Allah memerintahku untuk membaca al-Qur’an dengan satu 
huruf (dialek). Lalu aku berkata:”Ya Allah berilah keringanan untuk 
ummatku.”14 
Dalam hadits yang lain, Jibril 'alaihissalam berkata: 
إِنَّ اللَََّّ يَأْمُ كََُ أَنْ تَرقْ أَََ أُمَّتُكَ الْقُ آَْنَ عَلَى حَ فََْ 
”Sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar membacakan al-Qur’an kepada 
umatmu dengan satu huruf.”15 
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 
« أَسْأَلُ اللَََّّ مُعَافَاتَ مَََغْ تََََِ إََِنَّ أُمَّتَِّ تُطِ قُْ لَِْكَ » 
”Aku memohon kepada Allah maaf dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku 
merasa berat melakukannya.”(HR. Muslim)16 
2. Kemukjizatan al-Qur’an terhadap fitrah bahasa bagi bangsa Arab, karena 
bermacam-macamnya sisi susunan bunyi al-Qur’an menjadikannya sebagai 
keberagaman yang mampu mengimbangi beragamnya cabang-cabang bahasa 
(dialek) yang di atasnya fitrah bahasa di kalangan Arab berada. Sehingga setiap 
orang Arab mampu untuk mengucapkannya dengan huruf-huruf dan 
kalimatnya sesuai dengan masing-masing lahjah (logat) alami dan dialek 
kaumnya, namun dengan tetap terjaganya kemukjizatan al-Qur’an yang 
13 Abu Yusuf Sujuno, Hikmah turunnya al-qur’an dengan tujuh huruf (Tujuh Dialek), 
dalam : http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=203. Di akses pada 28 september 2014 pukul 
19.38 wib 
14 ibid 
15 ibid 
16Manna’ Al-Qaththan,Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an , hlm. 196-197
14 
dengannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menantang orang-orang 
Arab (untuk membuat yang serupa dengan al-Qur’an). Dan dengan 
keputusasaan mereka untuk melawan al-Qur’an maka hal itu tidak hanya 
menjadikannya menjadi mukjizat bagi satu bahasa saja, namun ia menjadi 
mukjizat bagi fitrah bahasa itu sendiri di kalangan bangsa Arab. 
3. Menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an dalam makna dan hukum-hukumnya, 
karena perubahan bentuk suara dalam sebagian huruf dan kalimatnya 
menjadikan al-Qur’an siap untuk diambil (disimpulkan) hukum-hukumnya, 
yang menjadikan al-Qur’an cocok untuk semua zaman. Oleh sebab itu para 
ulama ahli fikih berdalil dengan Qira’at Sab’ah (tujuh model bacaan) dalam 
ber-istinbath (menyimpulkan hukum dari dalil) dan ijtihad mereka. 
4. Di dalamnya juga menunjukkan keistimewaan al-Qur’an dibandingkan dengan 
kitab-kitab samawi yang lain, karena kitab-kitab tersebut diturunkan sekaligus 
dengan satu huruf sedangkan al-Qur’an dengan tujuh huruf. 
5. Di dalam turunnya al-Qur’an dalam tujuh huruf ada kemuliaan yang diberikan 
oleh Allah kepada umat ini, dan penjelasan tentang luasnya rahmat Allah 
terhadap mereka, yaitu dengan memudahkan bagi mereka untuk mempelajari 
kitab-Nya dengan kemudahan yang semaksimal mungkin. 
6. Di dalamnya adalah permulaan untuk menyatukan bahasa-bahasa (dialek) Arab 
menjadi satu bahasa terpilih yang paling fasih. Dan itu adalah permulaan dalam 
proses tahapan-tahapan penyatuan umat Islam di atas satu bahasa yang 
menyatukan mereka. 
7. Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupan suku-suku di jazirah Arab yang 
berdiri di atas fanatisme penuh terhadap segala sesuatu yang ada kaitannya 
dengan suku, seperti nasab (garis keturunan), tempat tinggal, maslahat dan 
bahasa yang susah untuk berubah (berpindah) darinya dalam waktu yang 
singkat.17 
17Abu yusuf sujono, Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf (Tujuh Dialek)
15 
D. Apakah 7 Ahruf Itu Sama Dengan Qira’at Sab’ah 
Makna sab’ah ahruf yang menurut ulama’ pendapatnya paling kuat adalah 
tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna, yaitu 
Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman. 
Sedangkan Qiro’at sab’ah adalah macam cara membaca al-qur’an yang 
berbeda. Disebut qiro’at sab’ah karena ada tujuh imam qiro’at yang terkenal 
masyhur yang masing-masing memiliki cara bacaan tersendiri. Tiap imam qiro’at 
memiliki dua orang murid yang bertindak sebagai perawi. 
Sebagaimana telah dikemukakan bahwasannya sab’ah ahruf yang 
diturunkan ke dalam Al-Qur’an, tidak mungkin dimaksudkan dengan qira’at 
sab’ah yang masyhur itu. Hal ini ditegaskan karena banyak ulama’ yang 
menyangka bahwa qira’at sab’ah ini sama dengan sab’ah ahruf. 
Abu Syamah di dalam kitab Al Mursyidul Wajiz berkata: “Segolongan 
orang menyangka bahwasannya qira’at sab’ah yang berkembang sekarang, itulah 
yang dikehendaki di dalam hadits. Persangkaan yang demikian berlawanan 
dengan ijma’ semua ahli ilmu.” 
Timbulnya sangkaan yang demikian itu lantaran tindakan Abu Bakar 
Ahmad ibn Musa ibn Abbas yang terkenal dengan nama Ibn Mujahid yang telah 
berusaha pada penghujung abad ke-3 H di Baghdad, untuk mengumpulkan tujuh 
qira’at dari tujuh imam yang terkenal di Makkah, Madinah, Kuffah, Bashrah, dan 
Syam. Mereka ini terkenal orng-orang kepercayaan, kuat hafalan dan terus 
menerus membaca Al Qur’an. Usaha memgumpulkan qira’at-qira’at yang tujuh 
itu, adalah secara kebetulan saja. Karena masih ada imam-imam qira’at yang lebih 
tinggi derajatnya dari ketujuh orang itu, dan banyak juga jumlahnya. Abu Abbas 
ibn Amma seorang muqri besar, mencela keras Ibnu Mujahid dan mengatakan 
bahwa usaha itu akan menimbulkan persangkaan bahwa qira’at sab’ah inilah 
yang dimaksudkan oleh hadits. Alangkah baiknya kalau yang dikumpulkan itu 
kurang dari tujuh atau lebih dari tujuh supaya hilang kesamaran itu.
16 
Jadi yang dimaksud dengan qira’at sab’ah yaitu, tujuh versi qira’at yang 
dinisbatkan kepada para Imam qira’at yang berjumlah tujuh orang yaitu: Ibn 
‘Amir, Ibn Kasir, ‘Ashim, Abu ‘Amr, Hamzah, Nafi’, dan Al kasa’i. Adapun 
nama lengkap beserta sanad dan rawi dari ketujuh Imam qira’at sab’at tersebut 
adalah sebagai berikut : 
1. Ibn ‘Amir 
Nama lengkapnya Abdullah ibn ‘Amir al-Yahshabi(8-118 H). Ia membaca al- 
Qur’an dari al-Mughirah ibn Abi Syihab al-Makhzumi dan Abu al-Darda’. Al- 
Mughirah membaca dari Usman ibn Affan dan Abu al-Darda’ membaca dari 
Nabi SAW. Dan dua orang rawi qira’at Ibn ‘Amir yaitu Hisyam dan Ibn 
Zakwan. 
2. Ibn kasir 
Nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah ibn kasir al-Makki(45-120 H). Ia 
membaca al-Qur’an dari Abdullah ibn al-SA’ib, Mujahid ibn Jabar, dan 
Dirbas. Abdullah ibn al-Sa’ib membaca dari Ubay ibn Ka’ab dan Umar ibn al-khattab. 
Mujahid ibn Jabar dan Dirbas membaca dari Ibn ‘Abbas. Ibn ‘Abbas 
membaca dari Ubay ibn Ka’ab dan Zayd ibn Sabit. Sementara Ubay ibn Ka’ab, 
Umar ibn khattab dan Zayd ibn Sabit membaca dari Nabi SAW.dan dua orang 
rawi qira’at Ibn Kasir yaitu Al-Bazzi dan Qunbul. 
3. ‘Ashim 
Nama lengkapnya ‘Ashim ibn al-Nujad al-Asadi(w. 129 H). Ia membaca al- 
Qur’an dari Abu Abd al-Rahman al-Silmi. Abu Abd al-Rahman membaca dari 
ibn Mas’ud, Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Ubay ibn Ka’ab dan Zayd 
ibn Sabit. Para sahabat tersebut menerima bacaan al-Qur’an dari Nabi SAW. 
Dan dua orang rawi qira’at ‘Ashim yaitu Hafsh Syu’bah.
17 
4. Abu ‘Amr 
Nama lengkapnya Abu ‘Amr Zabban ibn al’A’la ibn ‘Ammar(68-154 H). Ia 
membaca al-Qur’an dari Abu Ja’far Yazid ibn Qa’Qa’ dan Hasan al-Bashri 
membaca dari al-Haththan dan Abu al-Aliyah. Abu al-Aliyah membaca dari 
Umar ibn al-Khattab dan Ubay ibn Ka’ab. Kedua sahabat yang disebut terakhir 
ini membaca al-Qur’an dari Nabi SAW. Dan dua orang rawi qira’at Abu ‘Amr 
yaitu al-Duri dan al-Susi. 
5. Hamzah 
Nama lengkapnya Hamzah ibn Hubayd ibn al-Ziyyat al-Kufi(80-156 H)Ia 
membaca al-Qur’an dari ‘Ali Sulayman al-Amasy, Ja’far al-Shadiq, Hamran 
ibn A’yan, Manhal ibn ‘Amr, dan lain-lain. Mereka semua bersambung 
sanadnya kepada Nabi SAW. Dan dua orang rawi qira’at Hamzah yaitu 
Khallad dan Khalaf. 
6. Nafi’ 
Nama lengkapnya Nafi’ ibn Abd rahman ibn Abi Nu’yam al-Laysi(w.169H). ia 
membaca al-Qur’an dari Ali ibn Ja’far, Abd Rahman ibn Hurmuz Muhammad 
ibn Muhammad ibn Muslim al-Zuhri.mereka bersambung sanadnya kepada 
Nabi SAW. Dan dua orang rawi qira’at Nafi’ yaitu Warasyi dan Qalun. 
7. Al-Kisa’i 
Nama lengkapnya Abu Hasan ‘Ali ibn Hamzah al-Kisa’i (w.187H). ia 
membaca al-Qur’an dari Hamzah, Syu’bah, Isma’il ibn Ja’far. Mereka 
bersambung sanadnya kepada Nabi. Dan dua orang rawi qira’at al-Kisa’i yaitu 
Al-Duri dan Abu al-Haris.
18 
Contoh Qiraah Sab’ah: 
18) روْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا )البق ةَ ٣٨ 
Ibn Katsir, Abu ‘Amr, Nafi,‘Ashim dan Ibn ‘Amir, membaca ( ,)حُ سْ نًا 
sementara Hamzah dan al-Kisai, membaca ) 19 )حَ سَ نًا 
18Departemen agama, Al Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2007) 
hal.51 
19Taufiqslow, Sab’ah Al-Ahruf dalam al-qur’an, dalam 
http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html diakses pada selasa,30 
september 2014 pukul 20:00 wib.
BAB III 
PENUTUP 
19 
Kesimpulan 
1. a). Al-Ahruf ( الأَحْ فَُ ) adalah bentuk jamak dari harf ( حَ ف ) ini mempunyai 
makna yang banyak : salah seorang pengarang kamus mengaakan 
“harf”dari segala sesuatu berarti ujungnya atau tepinya. Sedangkan “harf” 
gunung berarti puncaknya. Ada juga yang mengatakan “hurf” adalah salah 
satu bentuk huruf hijaiyah. 
b). Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan maksud tujuh huruf ini 
dengan perbedaan yang bermacam-macam. Sehingga Ibnu Hayyan 
mengatakan, “Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf 
menjadi 35 pendapat. Berikut ini kami akan memaparkan beberapa pendapat 
yang dianggap paling mendekati kebenaran. 
Pertama tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu 
makna. 
Kedua, tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab yang ada, yang 
mana dengannyalah Al-Quran diturunkan. 
Ketiga, tujuh segi, yaitu; amr (perintah), nahi (larangan), wad 
(ancaman), jadal (perdebatan), qashash (cerita) dan matsal ( perumpaman), 
Atau amr, nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal. 
Keempat, segolongan ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud 
dengan tujuh huruf adalah tujuh macam hal yang didalamnya terjadi ikhtilaf 
(perbedaan). 
2. Dalil-dalil mengenai turunnya al-qur’an dengan 7 ahruf, antara lain : 
Rasulullah SAW bersabda :
20 
أَنَّ عَبْدَ اللََِّّ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللََُّّ عَنْرهُمَا حَدَّثَ أَنَّ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَ سَََلَّمَ اََلَ أَ رَْ أَََ يِِِْْ عَلَى حَ فٍَْ فَر اََ عَِْتُ فَرلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ يَََزِيدُ حَتََّّ انْرتَرهَى إِلََ سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ .} رَ اََه الْبُخَارِي{ 
”Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: “Berkata Rasulullah SAW: “Jibril 
membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka 
aku terus-menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir 
sampai tujuh huruf.” (HR. Bukhari) 
3. Hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf, sebagai berikut : 
a) Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang masih ummi. 
b) Sebagai bukti kemukjizatan Al-Qur’an bagi kebahasaan orang arab. 
c) Sebagai kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya. 
d) Di dalamnya juga menunjukkan keistimewaan al-Qur’an dibandingkan 
dengan kitab-kitab samawi yang lain. 
e) Di dalam turunnya al-Qur’an dalam tujuh huruf ada kemuliaan yang 
diberikan oleh Allah kepada ummat ini. 
f) Di dalamnya adalah permulaan untuk menyatukan bahasa-bahasa (dialek) 
Arab menjadi satu bahasa terpilih yang paling fasih. 
g) Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupan suku-suku di jazirah Arab 
yang berdiri di atas fanatisme. 
4. Sab’at ahruf yang menurut ulama’ pendapatnya paling kuat adalah tujuh 
macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna, yaitu Quraisy, 
Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman. 
Sedangkan Qiro’at sab’ah adalah macam cara membaca al-qur’an yang 
berbeda. Disebut qiro’at sab’ah karena ada tujuh imam qiro’at yang terkenal 
masyhur yang masing-masing memiliki cara bacaan tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA 
Al Qaththan, Manna’. 2007 . Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka 
21 
Al-Kautsar. 
Al- Zarqani, Muhammad Abd al-Adzim. 1988. Manahil al-’Irfan. Beirut: Dar al- 
Fikr. 
Munawwir , Ahmad Warson. 1997 . Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka 
Progresif,. 
Taufiqslow. Sab’ah Al Ahruf Dalam Al Qur’an. dalam 
“http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran. 
html” diakses pada selasa,30 september 2014 pukul 20:00 
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail.2004. Sahih al-Bukhari. Beirut: Dar al-Kutub. 
Al-Hajjaj, Muslim. 1992 . Sahih Muslim. Beirut: Dar al-Kutub. 
Al-Turmudi, Muhammad bin Isa. 1994 . Sunan al-Turmudi. Beirut: Dar al-Kutub 
al-Ilmiyah. 
Al-Suyuti, Jalal al-Din. 1951 . Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr. 
Al-Sabuni, Muhammad Ali. 1999. Studi Ilmu al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia. 
Departemen agama. 2007. Al Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta: Pena Pundi 
Aksara. 
Sujono, Abu yusuf. Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf (Tujuh 
Dialek), dalam http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=203. Di akses 
pada minggu, 28 september 2014 pukul 19:38 wib.

More Related Content

What's hot

Makalah ulumul qur'an
Makalah ulumul qur'anMakalah ulumul qur'an
Makalah ulumul qur'anechan_vega
 
perkembangan Studi al qur'an
perkembangan Studi al qur'an perkembangan Studi al qur'an
perkembangan Studi al qur'an qoida malik
 
Ulum al quran lengkap pt 3
Ulum al quran lengkap pt 3Ulum al quran lengkap pt 3
Ulum al quran lengkap pt 3Amiruddin Ahmad
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalRatih Aini
 
MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN
MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'ANMAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN
MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'ANrinskynufussa
 
Qiraat sab'ah
Qiraat sab'ahQiraat sab'ah
Qiraat sab'ahMythaChan
 
Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)Ibnu Ahmad
 
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUFmakalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUFKhusnul Kotimah
 
Usuluddin kertas 2 sejarah perkembangan ilmu tafsir (zaman tabi'in dan tadwin)
Usuluddin kertas 2 sejarah perkembangan ilmu tafsir (zaman tabi'in dan tadwin)Usuluddin kertas 2 sejarah perkembangan ilmu tafsir (zaman tabi'in dan tadwin)
Usuluddin kertas 2 sejarah perkembangan ilmu tafsir (zaman tabi'in dan tadwin)MUHAMMAD FAUZI YUSOF
 
(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quran(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quranIbnu Ahmad
 
Ulum al quran lengkap pt 1
Ulum al quran lengkap pt 1Ulum al quran lengkap pt 1
Ulum al quran lengkap pt 1Amiruddin Ahmad
 

What's hot (19)

Makalah ulumul qur'an
Makalah ulumul qur'anMakalah ulumul qur'an
Makalah ulumul qur'an
 
perkembangan Studi al qur'an
perkembangan Studi al qur'an perkembangan Studi al qur'an
perkembangan Studi al qur'an
 
Ulum al quran lengkap pt 3
Ulum al quran lengkap pt 3Ulum al quran lengkap pt 3
Ulum al quran lengkap pt 3
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
 
MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN
MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'ANMAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN
MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN
 
Ulum al quran
Ulum  al quranUlum  al quran
Ulum al quran
 
Mahamai kitab tafsir
Mahamai kitab tafsirMahamai kitab tafsir
Mahamai kitab tafsir
 
Makalah Ulumul Qur'an
Makalah Ulumul Qur'anMakalah Ulumul Qur'an
Makalah Ulumul Qur'an
 
Qiraat sab'ah
Qiraat sab'ahQiraat sab'ah
Qiraat sab'ah
 
Jam' ul quran
Jam' ul quranJam' ul quran
Jam' ul quran
 
Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)
 
Ulum al quran
Ulum al quranUlum al quran
Ulum al quran
 
Ilmu tajwid
Ilmu tajwidIlmu tajwid
Ilmu tajwid
 
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUFmakalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
 
Usuluddin kertas 2 sejarah perkembangan ilmu tafsir (zaman tabi'in dan tadwin)
Usuluddin kertas 2 sejarah perkembangan ilmu tafsir (zaman tabi'in dan tadwin)Usuluddin kertas 2 sejarah perkembangan ilmu tafsir (zaman tabi'in dan tadwin)
Usuluddin kertas 2 sejarah perkembangan ilmu tafsir (zaman tabi'in dan tadwin)
 
(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quran(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quran
 
Ulum al quran lengkap pt 1
Ulum al quran lengkap pt 1Ulum al quran lengkap pt 1
Ulum al quran lengkap pt 1
 
Qiraat Sab'ah
Qiraat Sab'ahQiraat Sab'ah
Qiraat Sab'ah
 
Ppt al qur'an
Ppt al qur'anPpt al qur'an
Ppt al qur'an
 

Similar to 7 Ahruf Al-Qur'an

Turunnya al qur'an dengan tujuh huruf
Turunnya al qur'an dengan tujuh hurufTurunnya al qur'an dengan tujuh huruf
Turunnya al qur'an dengan tujuh hurufAbdul Fauzan
 
Ulumul Qur'an (2)
Ulumul Qur'an (2)Ulumul Qur'an (2)
Ulumul Qur'an (2)Ibnu Ahmad
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Haristian Sahroni Putra
 
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdf
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdfUlum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdf
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdfZukét Printing
 
Hasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdf
Hasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdfHasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdf
Hasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdfHasaniahmadsaid
 
power-point-ulumul-qur_an.pptx
power-point-ulumul-qur_an.pptxpower-point-ulumul-qur_an.pptx
power-point-ulumul-qur_an.pptxFaridPermana1
 
Bab 13 sumber hukum yang disepakati ulama (alquran, sunnah, ijma' dan qiyas)
Bab 13 sumber hukum yang disepakati ulama (alquran, sunnah, ijma' dan qiyas)Bab 13 sumber hukum yang disepakati ulama (alquran, sunnah, ijma' dan qiyas)
Bab 13 sumber hukum yang disepakati ulama (alquran, sunnah, ijma' dan qiyas)wahyudinia112
 
Tafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenyaTafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenyaQomaruz Zaman
 
Tugas tafsir al kasysyaf
Tugas tafsir al kasysyafTugas tafsir al kasysyaf
Tugas tafsir al kasysyafSida El Nurya
 
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YITAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YIMuhammad Rizaki
 
mengenal, menguasai sejarah ilmu Qira’at dan perkembangannya.pptx
mengenal, menguasai sejarah ilmu Qira’at dan perkembangannya.pptxmengenal, menguasai sejarah ilmu Qira’at dan perkembangannya.pptx
mengenal, menguasai sejarah ilmu Qira’at dan perkembangannya.pptxBadiSuprio
 
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiii
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiiiUrutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiii
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiiiKhusnul Kotimah
 
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.docx
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.docxAl-Quran Sebagai Sumber Ilmu.docx
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.docxZukét Printing
 
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.pdf
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.pdfAl-Quran Sebagai Sumber Ilmu.pdf
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.pdfZukét Printing
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulRisma Amalia
 

Similar to 7 Ahruf Al-Qur'an (20)

Fawatihus suwar
Fawatihus suwarFawatihus suwar
Fawatihus suwar
 
Turunnya al qur'an dengan tujuh huruf
Turunnya al qur'an dengan tujuh hurufTurunnya al qur'an dengan tujuh huruf
Turunnya al qur'an dengan tujuh huruf
 
Ulumul Qur'an (2)
Ulumul Qur'an (2)Ulumul Qur'an (2)
Ulumul Qur'an (2)
 
Ulumul dgn 7 huruf
Ulumul dgn 7 hurufUlumul dgn 7 huruf
Ulumul dgn 7 huruf
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
 
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdf
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdfUlum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdf
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdf
 
Hasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdf
Hasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdfHasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdf
Hasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdf
 
Ulumul_Quran_Bag_1_pptx.pptx
Ulumul_Quran_Bag_1_pptx.pptxUlumul_Quran_Bag_1_pptx.pptx
Ulumul_Quran_Bag_1_pptx.pptx
 
Qira’at Al-Quran.pdf
Qira’at Al-Quran.pdfQira’at Al-Quran.pdf
Qira’at Al-Quran.pdf
 
power-point-ulumul-qur_an.pptx
power-point-ulumul-qur_an.pptxpower-point-ulumul-qur_an.pptx
power-point-ulumul-qur_an.pptx
 
Bab 13 sumber hukum yang disepakati ulama (alquran, sunnah, ijma' dan qiyas)
Bab 13 sumber hukum yang disepakati ulama (alquran, sunnah, ijma' dan qiyas)Bab 13 sumber hukum yang disepakati ulama (alquran, sunnah, ijma' dan qiyas)
Bab 13 sumber hukum yang disepakati ulama (alquran, sunnah, ijma' dan qiyas)
 
Tafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenyaTafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenya
 
Ulumul quran 1
Ulumul quran 1Ulumul quran 1
Ulumul quran 1
 
Tugas tafsir al kasysyaf
Tugas tafsir al kasysyafTugas tafsir al kasysyaf
Tugas tafsir al kasysyaf
 
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YITAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
 
mengenal, menguasai sejarah ilmu Qira’at dan perkembangannya.pptx
mengenal, menguasai sejarah ilmu Qira’at dan perkembangannya.pptxmengenal, menguasai sejarah ilmu Qira’at dan perkembangannya.pptx
mengenal, menguasai sejarah ilmu Qira’at dan perkembangannya.pptx
 
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiii
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiiiUrutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiii
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiii
 
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.docx
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.docxAl-Quran Sebagai Sumber Ilmu.docx
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.docx
 
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.pdf
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.pdfAl-Quran Sebagai Sumber Ilmu.pdf
Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu.pdf
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun Nuzul
 

Recently uploaded

PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 

Recently uploaded (20)

PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 

7 Ahruf Al-Qur'an

  • 1. TURUNNYA AL-QUR’AN DENGAN 7 HURUF M A K A L A H Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah " Ulumul Qur’an II " Dosen Pengampu : Afiful Ikhwan, M.Pd.I Oleh : AINIS SAHDATUL FITRIA (2013.4.047.0001.1.001666) IFA DEWI MASYTA (2013.4.047.0001.1.001680) PAI – SMT 3/Sawo PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG Oktober 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam. Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag . 2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I . 3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam ii penyelesaian makalah. Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin. Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya. Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin. (PENYUSUN)
  • 3. DAFTAR ISI Halaman Judul ……………………………………………….…..… i Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii Daftar Isi …………………………………………………..…. iii iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .……………………………..... 1 B. Rumusan Masalah ..…………………………………..... 2 C. Tujuan Masalah ……………………………………....... 2 BAB II PEMBAHASAN ULUM AL-QUR’AN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA A. Pengertian Ahruf Dan Perselisihan Ulama’ Di Dalamnya ...... 3 B. Dalil-Dalil Mengenai Turunnya Al-Qur’an Dengan 7 Ahruf .. 8 C. Hikmah Turunnya AL-Qur’an Dengan 7 Ahruf .................... 12 D. Penjelasan Apakah 7 Ahruf Tersebut Sama Dengan Qiro’at Sab’ah ? ................................................................................. 14 BAB III PENUTUP Kesimpulan …………………………………………............... 18 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..... 21
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah Imam Al Zarkasyi dalam bukunya, Al Burhan fii ‘Ulum al-Qur’an, mengingatkan bahwa al-Qira’ah (bacaan) itu berbeda dengan al-Qur’an (yang dibaca). Keduanya merupakan dua fakta yang berlainan. Sebab, al-Qur’an adalah wahyu Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk menjadi keterangan dan mukjizat. Sedangkan qira’ah ialah perbedaan cara membaca lafaz-lafaz wahyu tersebut di dalam tulisan huruf-huruf yang menurut Jumhur cara itu adalah mutawatir. Bangsa Arab mempunyai aneka ragam dialek (lahjah) yang timbul dari fitrah mereka. Setiap suku mempunyai format dialek yang tipikal dan berbeda dengan suku-suku lain. Perbedaan dialek itu tentunya sesuai dengan letak geografis dan sosio-kultural dari masing-masing suku. Namun demikian, mereka telah menjadikan bahasa Quraish sebagai bahasa bersama (common language) dalam berkomunikasi, berniaga, mengunjungi ka’bah, dan melakukan bentuk-bentuk interaksi lainnya. Dari keyataan di atas, sebenarnya kita dapat memahami alasan al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa Quraish.1 Fenomena al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW ternyata bagaikan magnet yang selalu menarik minat manusia untuk mengkaji dan meneliti kandungan makna dan kebenarannya. Al-Qur’an yang diturunkan atas “tujuh huruf” (sab’at al-Ahruf) menjadi polemik pengertiannya di kalangan ulama’, polemik ini bermuara pada pengertian sab’ah dan al-Ahruf itu sendiri. Kalau ditelusuri, akar polemik ini bermula dari hadits Nabi Muhammad Saw yang berbunyi: 1Manna’ al-Qattan, Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: al-’Asr al-Hadith, 1973), hlm. 156
  • 5. 2 عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهم عَنْهمَا أَنَّ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى اللَّهم عَ لَ سَََلَّمَ اََلَ أَ رَْ أَََ يْ عَلَى حَ فٍَْ فَرلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ حَتََّّ انْرتَرهَى إِلََ سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ “Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a, Rasulullah Saw., bersabda : ”Jibril membacakan al-Qur’an kepadaku dengan satu huruf kemudian aku mengulanginya (setelah itu) senantiasa aku meminta tambah sehingga menambahiku sampai dengan tujuh huruf”.2 B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian ahruf ? dan Bagaimana perselisihan ulama’ di dalamnya? 2. Bagaimana dalil-dalil mengenai turunnya al-qur’an dengan 7 ahruf ? 3. Apa saja hikmah turunnya al-qur’an dengan 7 ahruf ? 4. Apakah 7 ahruf tersebut sama dengan qiro’at sab’ah? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian ahruf dan perselisihan ulama’ di dalamnya. 2. Untuk mengetahui dalil-dalil mengenai turunnya al-qur’an dengan 7 ahruf. 3. Untuk mengetahui hikmah turunnya al-qur’an dengan 7 ahruf. 4. Untuk mengetahui apakah 7 ahruf tersebut sama dengan qiro’at sab’ah. 2Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Kutub, juz. 3, 2004), hlm. 1176
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ahruf Dan Perselisihan Ulama’ Di Dalamnya 3 1. Definisi Ahruf Al-Ahruf ( الأَحْ فَُ ) adalah bentuk jamak dari harf ( حَ ف ) ini mempunyai makna yang banyak : 1. Harf yang berarti ujungnya atau tepinya Hurf al-Ahruf yang berarti “huruf” istilah dalam ilmu nahwu.3 2. Harf yang bermakna puncak seperti ( حَ فَُْ الجَبَ ) diartikan “puncak gunung”.4 3. Harf diartikan sebagai salah satu huruf hijaiyyah. Sedangkan yang dimaksud al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf adalah sebagai kelonggaran dan kemudahan bagi pembaca, sehingga bisa memilih di antara bacaan-bacaan yang diinginkan, tapi bukan dimaksudkan bahwa semua kalimah yang ada dalam al-Qur’an bisa dibaca dengan tujuh macam bacaan, akan tetapi yang dimaksudkan tujuh bacaan yang berbeda itu pada beberapa tempat yang berbeda-beda yang bisa dibaca sampai tujuh bacaan.5 2. Perbedaan Pendapat Para Ulama tentang Pengertian Kata “Al-Ahruf” Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan maksud tujuh huruf ini dengan perbedaan yang bermacam-macam. Sehingga Ibnu Hayyan mengatakan, “Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf menjadi 35 pendapat. Berikut ini kami akan memaparkan beberapa pendapat yang dianggap paling mendekati kebenaran. 3Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm. 254-255 4 Ibid. 5Muhammad Abdul ‘Adhim al-Zarqani, Manahil al-’Irfan (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), hlm. 154
  • 7. 4 Pertama, sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna. Dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Al-Quran pun diturunkan dengan sejumlah lafad sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka Al-Quran hanya mendatangkan satu lafadh atau lebih saja. Kemudian mereka berbeda pendapat juga dalam menentukan ketujuh bahasa itu. Dikatakan bahwa ketujuh bahasa itu adalah bahasa Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman. Kedua, yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab yang ada, yang mana dengannyalah Al-Quran diturunkan, dengan pengertian bahwa kata-kata dalam Al-Quran secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa tadi, yaitu bahasa paling fasih di kalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam bahasa Quraisy. Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Hudzail, Tsaqif, Hawazin, Kinanah, Tamim atau Yaman; karena itu maka secara keseluruhan Al-Quran mencakup ketujuh bahasa tersebut. Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya; karena yang dimaksud dengan tujuh huruf dalam pendapat ini adalah tujuh huruf yang bertebaran di berbagai surat Al-Quran, bukan tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna. Menurut Abu Ubaid, yang dimaksud bukanlah setiap kata boleh dibaca dengan tujuh bahasa yang bertebaran dalam Al-Quran. Sebagiannya bahasa quraisy, sebagian yang lain bahasa Hudzail, Hawazin, Yaman, dan lain-lain. Dia menambahkan bahwa sebagian bahasa-bahasa itu lebih beruntung karena dominant dalam Al-Quran.6 Ketiga, sebagian ulama menyebutkan, yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh segi, yaitu; amr (perintah), nahyu (larangan), wad (ancaman), 6Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm.196-197
  • 8. 5 jadal (perdebatan), qashash (cerita) dan matsal ( perumpaman), Atau amr, nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal. Diriwayatkan dari Ibnu Masud, Nabi saw bersabda, “kitab umat terdahulu diturunkan dari satu pintu dan dengan satu huruf. Sedang Al-Quran diturunkan melalui tujuh pintu dan dengan tujuh huruf, yaitu; zajr (larangan), amr, haram, muhkam, mutasyabih dan amstsal”. Keempat, segolongan ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam hal yang di dalamnya terjadi ikhtilaf (perbedaan), yaitu; 1. Ikhtilaful asma` (perbedaan kata benda); dalam bentuk mufrod mudzakkar dan cabang-cabangnya, seperti tasniyah, jamak, ta`nist. Misalnya firman alloh dalam surat Al-Mukminun: اََلَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِِِمْ عَََهْدِهِمْ رَاعُونَ , 8 Dibaca dengan bentuk jamak dan dibaca pula dengan bentuk mufrod. Sedang rasmnya لِأَمَانَاتِِِمْ dalam mushaf adalah yang memungkinkan kedua qiroat itu karena tidak adanya alif yang mati (sukun). Tetapi kesimpulan akhir kedua macam qiroat itu adalah sama. Sebab bacaan dalam bentuk jamak dimaksudkan untuk arti istigraq (mencakupi) yang menunjukkan jenis-jenisnya, sedang bacan dengan bentuk mufrod dimaksudkan untuk jenis yang menunjukkan makna banyak, yaitu semua jenis amanat yang mengandung bermacam-macam amanat yang banyak jumlahnya. 2. Perbedaan segi i`rob, seperti firman alloh taala مَا هَذَا بَشَ اَ jumhur membacanya dengan nashob, sebab مَا berfungsi seperti لَسَْْ sebagaimana bahasa penduduk Hijaj, dengan bahasa inilah al-quran diturunkan. Adapun Ibnu Masud membacanya dengan rafa` مَا هَذَا بَشَ اَ sesuai dengan bahasa tamim, karena mereka tidak memfungsikan مَا seperti لَسَْْ juga seperti firman-Nya: فَرتَرلَقَّى آدَمُ مِنْ رَب كَلِمَاتٍ dalam Al-Baqoroh: 37. Di sini آدَ م dibaca dengan nashab dan كَلِمَاتٍ dibaca dengan rafa` . كَلِمَات
  • 9. 6 3. Perbedaan dalam tashrif, seperti firman-Nya: فَرقَالُوا رَبرنََّا بَاعِدْ بَريَْْ أَسْ اََرِنَا dalam (Saba`:19), dibaca dengan menashobkan, رَبرنََّا karena menjadi mudof dan بَاعِدْ dibaca dengan bentuk perintah (fiil amr). Di sini, lafazh رَبَّنَا dibaca pula dengan rafa`( رَبَّنَا ) sebagi mubtada` dan بَاعِدْ dengan membaca fathah huruf ‘ain sebagai fi’il madhi. Juga dibaca بَرعَّدَ dengan membaca fathah dan mentasydidkan huruf ain dan merofa`kan lafad .رَبرنََّا 4. Perbedaan dalam taqdim (mendahulukan) dan takhir (mengakhirkan), baik terjadi pada huruf seperti firman-Nya: أَفَرلَمْ يَر أَْْسِ dibaca أَفَرلَمْ يَأيس (Ar- Rad 31), maupun di dalam kata seperti فَر رَْقْتُرلُونَ يََرقُْتَرلُونَ (At-Taubah:111) di mana yang pertama dibaca dalam bentuk aktif dan yang kedua dibaca dalam bentuk pasif, juga dibaca dengan sebaliknya, adapun qiroat اَََِءَتْ سَكْ ةََ الحَ ق بِالمَوْتِ (Qaf : 19) sebagi ganti dari وَجَاءَتْ سَكْرَة الْمَوْتِ بِالْحَ قِ adalah qiroah ahad dan syadz (cacat) yang tidak mencapai derajat mutawatir. 5. Perbedaan dalam segi ibdal (penggantian), baik penggantian huruf dengan huruf, وَانْظ رْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ ن نْشِ زهَا seperti )Al-Baqoroh: 259) yang dibaca dengan huruf za` dan mendhommahkan nun, tetapi juga dibaca menggunakan huruf ra` dan menfathahkan nun. Maupun penggantian lafad dengan lafad, seperti firman-Nya: كَالْعِهْنِ الْمَنْر وَُشِ (Al Qoriah:5) Ibnu Masud dan lain-lain membacanya dengan كَالصوفِ الْمَنْر وَُشِ terkadang penggantian ini terjadi pada sedikit perbedaan makhroj atau tempat keluar huruf, seperti; طَلْحٍ مَنْ ضودٍ (Al- Waqiah:29), dibaca dengan طَلْعٍ karena makhroj ha` dan ain itu sama, dan keduanya termasuk huruf halaq. 6. Perbedaan dengan adanya penambahan dan pengurangan. Dalam penambahan misalnya أَََعَدَّ لََمُْ نََِّاتٍ تََْ يَِ تََْتَرهَا الْأَنْرهَار (At-taubah:100), dibaca dengan tambahan مِنْ yaitu مِنْ تََْتِهَا الأَنْرهَار keduanya merupakan qiroat mutawattir.
  • 10. 7 Mengenai perbedaan karena adanya pengurangan (naqs), seperti وَ قَال وا اتخََّذَ اللََّّ وَلَدًا (Al-Baqoroh: 116), tanpa huruf wawu jumhur ulama membacanya قَال وا اتخََّذَ اللََّّ وَلَدًا perbedaan dengan adanya penambahan dalam qiroat ahad, terlihat dalam qiroat Ibnu Abbas وَكَانَ وَرَاءَه مْ مَلِكٌ يَأ خذ ك لَّ سَفِينَةٍ صَالِحَةٍ غَصْبًا (Al- Kahfi; 79), dengan penambahan kalimat صَالِحَة dan memakai kata أمََامَ همْ sebagai ganti dari kata .وَرَاءَ 7. Perbedaan lahjah dengan pembacaan tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis), fathah dan imalah, izhar dan idghom, hamzah dan tashil, isymam, dan lain-lain. Seperti membaca imalah dan tidak imalah seperti هَلْ أتَاَكَ حَدِي ث موسَى (thaha: 9), yang dibaca dengan mengimalahkan kata اتَىَ dan موْسَى membaca tarqiq huruf ra` خَبِيْرًا بَصِيْرًا dalam mentafhimkan huruf lam dalam kata الطَّلاَق mentashilkan (meringankan) huruf hamzah dalam ayat ق دْ أفَْلَحَ الْ مؤْمِن ونَ (Al-mukminun:1), huruf ghoin dengan didhommahkan bersama kasroh dalam ayat وَغِيضَ الْمَا ء (Hud; 44) dan seterusnya. 8. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak bisa diartikan secara harfiah, tetapi angka tujuh tersebut hanya sebagai simbol kesempurnaan menurut kebiasaan orang Arab. Dengan demikian, maka kata tujuh adalah isyarat bahwa bahasa dan susunan Al-Quran merupakan batas dan sumber utama bagi semua perkataan orang Arab yang telah mencapai puncak kesempurnaan tertinggi. Sebab, lafad sab`ah (tujuh) dipergunakan pula untuk menunjukkan jumlah banyak dan sempurna dalam bilangan satuan, seperti tujuh puluh dalam bilangan puluhan, dan tujuh ratus dalam ratusan. Kata-kata itu tidak dimaksudkan untuk bilangan tertentu. 9. Ada juga para ulama yang berpendapat, yang dimaksud dengan tujuh huruf tersebut adalah qiroat sabah.7 7Taufiqslow, Sab’ah Al-Ahruf Dalam Al-Qur’an, dalam “http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html” diakses pada selasa,30 september 2014 pukul 20:00 wib.
  • 11. 8 B. Dalil-dalil Mengenai Turunnya Al-Qur’an Dengan 7 Ahruf Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab yang jelas. Hal ini adalah suatu yang wajar karena Al-Qur’an diturunkan ketengah-tengah umat yang berbahasa arab melalui Nabi yang berbahasa arab sekalipun ini bukan berarti bahwa islam hanya untuk bangsa arab. Ada beberapa dalil Hadits yang menjelaskan bahwa al- Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf. Antara lain : حَدَّثَرنَا عَبْدُ اللََِّّ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَر نَََا مَالِ ك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ع ةََََْ بْنِ الزُّبَريِْْ عَنْ عَبْدِ ال حََّْ نِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِ ي أَنَّ اََلَ سََِعْتُ عُمَ بْنَ الَْْطَّابِ رَضِيَ اللََُّّ عَنْ يَرقُولُ سََِعْتُ هِشَامَ بْنَ حَكِ مِْ بْنِ حِزَامٍ يَرقْ أََُ سُورَةَ الْ اََََُْنِ عَلَى غَيِْْ مَا أَ رَْ ؤََُهَا كَََانَ رَسُولُ اللََِّّ صَ لَّى اللََُّّ عَلَ سَََلَّمَ أَ رَْ أَََ نِ هَْا كََِدْتُ أَنْ أَعْجَ عَلَ ثَُُّ أَمْهَلْتُ حَتََّّ انْصَ فَََ ثَُُّ لَبَّبْتُ بِ دََِائِ فَجِئْتُ بِ رَسُولَ اللََِّّ صَ لَّى اللََُّّ عَلَ سَََلَّمَ فَرقُلْتُ إِ سََِعْتُ هَذَا يَرقْ أََُ عَلَى غَيِْْ مَا أَ رَْ أََْتَ نِ هَْا فَرقَالَ أَرْسِلْ ثَُُّ اََلَ لَ ا رَْ أََْ فَرقَ أَََ اََلَ هَكَذَا أُنْزِلَتْ ثَُُّ اََلَ ا رَْ أََْ ف رقَ أََْتُ فَرقَالَ هَكَذَا أُنْزِلَتْ إِنَّ الْقُ آَْنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ فَا رَْ ءََُ اَ مِنْ مَا تَر سََّْ .)رَ اََهُ بَُُارِى( “Meriwayatkan yang lafazhnya dari Bukhari bahwa; “Umar bin Khattab berkata: “Aku mendengar Hisham bin Hakim membaca surat al-Furqan di masa hidupya Rasulullah saw, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya dengan beberapa huruf yang belum pernah Rasulullah saw membacakannya kepadaku sehingga aku hampir beranjak dari salat, kemudian aku menunggunya sampai salam. Setelah ia salam aku menarik sorbannya dan bertanya: “Siapa yang membacakan surat ini kepadamu?”. Ia menjawab: “Rasulullah saw yang membacakannya kepadaku”, aku menyela: “Dusta kau, Demi Allah sesungguhnya Rasulullah saw telah membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca ini”. Setelah itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah saw lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca surat al- Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau sendiri telah membacakan surat al-Furqan ini kepadaku”. Rasulullah saw menjawab: “Hai ‘Umar! lepaskan dia. “Bacalah Hisham!”. Kemudian ia membacakan bacaan yang tadi aku dengar ketika ia membacanya. Rasululllah saw bersabda: “Begitulah surat itu diturunkan” sambil menyambung
  • 12. 9 sabdanya: “Bahwa al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf maka bacalah yang paling mudah!”.8 حَدَّثَرنَا مَُُمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللََِّّ بْنِ نَُُيٍْْ حَدَّثَرنَا أَبِِ حَدَّثَر نَا إِسََْعِ بْنُ أَبِِ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللََِّّ بْنِ عِ سَْى بْنِ عَبْدِ ال حَََّْنِ بْنِ أَبِِ لَ رْْلَى عَنْ دهِ عَنْ أُبَِِ بْنِ كَ عْبٍ اََلَ كُنْتُ فِِ الْمَسْجِدِ فَدَخَ رَ يصَُل ي فَرقَ أَََ اَََِءَةً أَنْكَ تَُْرهَا عَلَ ثَُُّ دَخَ آخَ فَرقَ أَََ اََءَةً سِوَى رََ اََءَةِ صَاحِ بِ فَرلَمَّا ضَََ رْْنَا الصَّلََةَ دَخَلْنَا جََِ عًْا عَلَى رَسُولِ اللََِّّ صَلَّى اللَّهم عَلَ سَََلَّمَ فَرقُلْتُ إِنَّ هَذَا رََ أَََ اَََِءَةً أَنْكَ تَْ رهَا عَلَ دَََخَ آخَ فَرقَ أَََ سِوَى اَََِءَةِ صَاحِبِ فَأَمَ هَََُُا رَسُولُ اللََِّّ صَلَّى اللَّهم عَلَ سَََلَّمَ فَرقَ أَا فَحَسَّنَ النَّبُِِّ صَلَّى اللَّهم عَلَ سَََلَّمَ شَأْنَرهُمَا فَسَقَطَ فِِ ن ر سَِْي مِنَ التَّكْذِيبِ إِ كُنْتُ فِِ الجَْاهِلِ ةَِّْ فَرلَمَّا رَأَى رَسُولُ اللََِّّ صَلَّى اللَّهم عَلَ سَََلَّمَ مَا دََْ غَشِ نَِِْ ضَ بَََ فِِ صَدْرِي فَ ضَِْ تُ عَ اًَََ كَََأَنََُّا أَنْظُ إِلََ اللََِّّ عَزَّ فَر اًَََ فَرقَالَ يَا أُبَُِّ أُ رْسِ إِ أَنِ ا رَْ أََِ الْقُ آَْنَ عَلَى حَ فٍَْ فَر دَََدْتُ إِلَ أَنْ هَ وِنْ عَلَى أُمَّتِِ فَر دَََّ إِ الثَّان ةَ ا رَْ أََْهُ عَل ى حَ فََْريِْْ فَر دَََدْتُ إِلَ أَنْ هَ وِنْ عَ لَى أُمَّتِِ فَر دَََّ إِ الثَّالِثَةَ ا رَْ أََْهُ عَلَى سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ فَرلَكَ بِكُ رَدَّةٍ رَدَدْتُكَهَا مَسْأَلَة تَسْأَلُنِ هَْا ف رقُلْتُ اللَّهُمَّ اغْ لِأُمَّتِِ اللَّهُمَّ اغ لِأُمَّتِِ أَََخَّ تَُْ الثَّالِثَةَ لِ رَْ ومٍ يَر غََْبُ إِ الَْْلْقُ كُلُّهُمْ حَتََّّ إِبْر اََهِ مْ . “Diriwayatkan dengan sanadnya dari Ubay bin Ka’ab ia berkata: “Aku berada di masjid, tiba-tiba masuklah lelaki, ia shalat kemudian membaca bacaan yang aku ingkari. Setelah itu masuk lagi lelaki lain membaca berbeda dengan bacaan kawannya yang pertama”. Setelah kami selesai salat, kami bersama-sama masuk ke rumah Rasulullah saw, lalu aku bercerita: “Bahwa si lelaki ini membaca bacaan yang aku ingkari dan kawannya ini membaca berbeda dengan bacaan kawannya yang pertama”. Akhirnya Rasulullah saw memerintahkan keduanya untuk membaca. Setelah mereka membaca Rasulullah saw menganggap baik bacaannya. Setelah menyaksikan hal itu, terhapuslah dalam diriku sikap untuk mendustakan, tidak seperti halnya diriku ketika masa Jahiliyyah. Nabi menjawab demikian tatkala beliau melihat diriku bersimbah peluh karena kebingungan, ketika itu keadaan kami seolah-olah berkelompok-kelompok di hadapan Allah Yang Maha Agung. Setelah melihat saya dalam keadaan demikian, beliau 8Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Kutub, juz. 2, 2004), hlm. 851
  • 13. 10 menegaskan pada diriku dan berkata: “Hai Ubay! Aku diutus untuk membaca al- Qur’an dengan suatu huruf lahjah (dialek)”, kemudian aku meminta pada Jibril untuk memudahkan umatku, dia membacakannya dengan huruf kedua, akupun meminta lagi padanya untuk memudahkan umatku, lalu ia menjawab untuk ketiga kalinya. “Hai Muhammad, bacalah al-Qur’an dalam 7 lahjah dan terserah padamu Muhammad apakah setiap jawabanku kau susul dengan pertanyaan permintaan lagi”. Kemudian aku menjawabnya: “Wahai Allah! Ampunilah umatku, ampunilah umatku dan akan kutangguhkan yang ketiga kalinya pada saat dimana semua makhluk mencintaiku sehingga Nabi Ibrahim as”.9 حَدَّثَرنَا أَحَْدُ بْنُ مَنِ عٍْ حَدَّثَرنَا الحَْسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَرنَا شَ بَْْانُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ زِرِ بْنِ حُبَرشٍْْ عَنْ أُبَِِ بْنِ كَعْبٍ اََلَ لَقِيَ رَسُولُ اللََِّّ صَ لَّى اللَّهم عَل سَََلَّمَ يِِِْْ فَرقَالَ يَا يْ إِ بعُِثْتُ إِلََ أُمَّةٍ أُمِ يَْ مِنْرهُمُ الْعَجُوزُ اََلشَّ خُْْ الْكَبِيُْ اََلْغُلََم اََلجَْارِيَةُ اََل الَّذِي يَرقْ أََْ ك تَابًا طََُّ اََلَ يَا مَُُمَّدُ إِنَّ الْق آَْنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ فََِِ الْبَاب عَنْ ع مَ حََُذَيْر ةَََ بْنِ الْ مََْانِ أَََبِِ هُ يََْر ةَََ أََُمِ أَيُّوبَ هََِيَ امْ أَََةُ أَبِِ أَيُّوبَ الْأَنْصَارِ ي سََََُ ةَََ اََبْنِ عَ بَّاسٍ أَََبِِ هَُِ مِْْ بْنِ الحَْارِ بْنِ دََََْ رُ يََِ عَنْ الصِ مَّةِ عَََمْ بْنِ الْعَاصِ أَََبِِ بَكْ ةَََ اََلَ أَبمو عِ سَْ ى هَذَا حَدِي ث حَ سَ ن صَحِ أُبَِِ بْنِ كَعْبٍ مِنْ غَيِْْ . }رَ اََهُ ال نَس اَئِ{ “Riwayat Ubay bin Ka’ab, ia mengatakan: “Rasulullah saw berjumpa dengan Jibril di gundukan Marwah”. Ia (Ka’ab) berkata: “Kemudian Rasul berkata kepada Jibril bahwa aku ini diutus untuk ummat yang ummy (tidak bisa menulis dan membaca). Diantaranya ada yang kakek-kakek tua, nenek-nenek bangka dan anak-anak”. Jibril menjawab: “Perintahkan, membaca al-Qur’an dengan tujuh huruf”. Abu Isa mengatakan: “Hadits ini hasan lagi shahih”. Dan hadits ini juga di riwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab dari sisi yang lain. {Di riwayatkan oleh Nasa’i}10 Dari beberapa Hadits yang disebutkan di atas, Tidak terdapat nas sharih (jelas) yang menjelaskan maksud dari sab’ah ahruf. Sehingga menjadi hal yang lumrah kalau para ulama’, berdasarkan ijtihadnya masing-masing, berbeda 9Muslim al-Hajjaj, Sahih Muslim (Beirut: Dar al-Kutub, juz 6, 1992), hlm. 83 10Muhammad bin Isa al-Turmudi, Sunan al-Turmudi (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, juz. 8, 1994), hlm. 222
  • 14. 11 pendapat dalam menafsirkan pengertiannya. al-Suyuti dalam kitabnya al-Itqan fi al-’Ulum al-Qur’an mengatakan bahwa perbedaan ulama’ dalam masalah ini sekitar empat puluh pendapat.11 Perbedaan ulama’ mengenai pengertian sab’ah ahruf ini tidak berasal dari tingkatan kualifikasi mereka atas Hadits-Hadits tentang tema dimaksud. Perbedaan itu justru muncul dari lafaz sab’ah dan ahruf yang masuk kategori lafaz-lafaz mushtarak, yaitu lafaz-lafaz yang mempunyai banyak kemungkinan arti, sehingga memungkinkan dan mengakomodasi segala jenis penafsiran. Selain itu juga disebabkan adanya fenomena historis tentang periwayatan bacaan al-Qur’an yang memang beragam. Rasulullah SAW bersabda : أَنَّ عَبْدَ اللََِّّ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللََُّّ عَنْرهُمَا حَدَّثَ أَنَّ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَ سَََلَّمَ اََلَ أَ رَْ أَََ يِِِْْ عَلَى حَ فٍَْ فَر اََ عَِْتُ فَرلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ يَََزِيدُ حَتََّّ انْرتَرهَى إِلََ سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ .} رَ اََه الْبُخَارِي{ ”Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: “Berkata Rasulullah SAW: “Jibril membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka aku terus-menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai tujuh huruf.” (HR. Bukhari).12 Hadits kedua ini berasal dari umar ibn al-khatthab yang membawa Hisyam ibn Hakim ke hadapan Rasul karena membaca surat al-furqon dengan berbagai cara baca dan Rasul tidak pernah membacanya dengan cara itu kepada umar. Setelah hisyam memperdengarkan bacaanya kepada Rasul, Rasul berkata: “Demikianlah ia diturunkan” dan seterusnya menyambungnya dengan sabdanya di atas. Dengan demikian, jelaslah bahwa tidaklah benar anggapan orang bahwa Qiraat (macam-macam bacaan) Al-Quran itu diciptakan oleh Nabi Muhammad atau para sahabat, atau ulama tabi’in yang dipengaruhi oleh dialek bahasa kabilah-kabilah Arab. Dan jelas pula bahwa macam-macam bacaan Al-Quran itu sudah 11Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, juz. 1, 1951), hlm. 45. 12 Taufiqslow, sabah al-ahruf dalam al-qur’an, dalam http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html diakses pada selasa,30 september 2014 pukul 20:00 wib
  • 15. 12 ada sejak Al-Quran diturunkan. Arti Sab’atu Ahruf (Tujuh Huruf) dalam hadits di atas mengandung banyak penafsiran dan pendapat dari kalangan ulama. Hal itu disebabkan karena kata Sab’ah itu sendiri dan kata Ahruf mempunyai banyak arti. Kata Sab’ah dalam bahasa Arab bisa berarti bilangan tujuh, dan bisa juga berarti bilangan tak terbatas. C. Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan 7 Ahruf Hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Memberikan kemudahan dalam membaca dan menghafal bagi kaum yang masih umi (tidak bisa membaca dan menulis), yang masing-masing Kabilah (suku) dari mereka memiliki bahasa (dialek) tersendiri, dan mereka tidak terbiasa untuk menghafal syar’iat, terlebih lagi untuk menjadikan hal itu sebagai kebiasaannya. Hikmah ini ditunjukkan dengan jelas dalam beberapa hadits dengan bermacam-macam redaksi. Dari Ubay radhiyallahu 'anhu berkata: لَقِيَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَ سَََلَمَ يِِِْْْ عِنْدَ أَحْجَارِ المِ اََءِ فَرقَالَ إِ بعُِثْتُ إِلََ أُم ةٍ أمِ يَْْ، مِنْرهُمْ الْغُلََمُ اََلَْْادِمُ اََلشَّ خُْْ الْعَاسِي اَلْعَجُوْزُ، فَرقَالَ يِِِْْْ فَرلْ رَْقْ أََُ اَْ الْقُ آَْنَ عَ لَى سَبْرعَةٍ أَحْ فٍَُ “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Jibril 'alaihissalam di Ahajaril Miraa’ (sebuah daerah di Quba, di luar Madinah) lalu beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata:”Sesungguhnya aku diutus (menjadi Nabi) kepada kaum yang ummi, di antara mereka ada anak-anak, pembantu, lelaki tua dan perempuan tua.” Maka Jibril 'alaihissalam berkata:”Maka boleh bagi mereka membaca al-Qur’an dengan menggunakan tujuh huruf/dialek (sesuai dengan dialek mereka agar mudah)” (HR. ath-Thabari dalam Tafsirnya, Ahmad
  • 16. 13 dalam Musnadnya, Abu Dawud ath-Thayalisi, at-Tirmidzi dan dinyatakan hasan shahih oleh beliau)13 Hadits lain, yaitu sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam: إِنَّ اللَََّّ أ م رني أنَْ أقَْرَأ الْق رْآنَ عَلَى حَرْفٍ. فقلت: اللهم خففْ عن أمَّتي ”Sesungguhnya Allah memerintahku untuk membaca al-Qur’an dengan satu huruf (dialek). Lalu aku berkata:”Ya Allah berilah keringanan untuk ummatku.”14 Dalam hadits yang lain, Jibril 'alaihissalam berkata: إِنَّ اللَََّّ يَأْمُ كََُ أَنْ تَرقْ أَََ أُمَّتُكَ الْقُ آَْنَ عَلَى حَ فََْ ”Sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf.”15 Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: « أَسْأَلُ اللَََّّ مُعَافَاتَ مَََغْ تََََِ إََِنَّ أُمَّتَِّ تُطِ قُْ لَِْكَ » ”Aku memohon kepada Allah maaf dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku merasa berat melakukannya.”(HR. Muslim)16 2. Kemukjizatan al-Qur’an terhadap fitrah bahasa bagi bangsa Arab, karena bermacam-macamnya sisi susunan bunyi al-Qur’an menjadikannya sebagai keberagaman yang mampu mengimbangi beragamnya cabang-cabang bahasa (dialek) yang di atasnya fitrah bahasa di kalangan Arab berada. Sehingga setiap orang Arab mampu untuk mengucapkannya dengan huruf-huruf dan kalimatnya sesuai dengan masing-masing lahjah (logat) alami dan dialek kaumnya, namun dengan tetap terjaganya kemukjizatan al-Qur’an yang 13 Abu Yusuf Sujuno, Hikmah turunnya al-qur’an dengan tujuh huruf (Tujuh Dialek), dalam : http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=203. Di akses pada 28 september 2014 pukul 19.38 wib 14 ibid 15 ibid 16Manna’ Al-Qaththan,Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an , hlm. 196-197
  • 17. 14 dengannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menantang orang-orang Arab (untuk membuat yang serupa dengan al-Qur’an). Dan dengan keputusasaan mereka untuk melawan al-Qur’an maka hal itu tidak hanya menjadikannya menjadi mukjizat bagi satu bahasa saja, namun ia menjadi mukjizat bagi fitrah bahasa itu sendiri di kalangan bangsa Arab. 3. Menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an dalam makna dan hukum-hukumnya, karena perubahan bentuk suara dalam sebagian huruf dan kalimatnya menjadikan al-Qur’an siap untuk diambil (disimpulkan) hukum-hukumnya, yang menjadikan al-Qur’an cocok untuk semua zaman. Oleh sebab itu para ulama ahli fikih berdalil dengan Qira’at Sab’ah (tujuh model bacaan) dalam ber-istinbath (menyimpulkan hukum dari dalil) dan ijtihad mereka. 4. Di dalamnya juga menunjukkan keistimewaan al-Qur’an dibandingkan dengan kitab-kitab samawi yang lain, karena kitab-kitab tersebut diturunkan sekaligus dengan satu huruf sedangkan al-Qur’an dengan tujuh huruf. 5. Di dalam turunnya al-Qur’an dalam tujuh huruf ada kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepada umat ini, dan penjelasan tentang luasnya rahmat Allah terhadap mereka, yaitu dengan memudahkan bagi mereka untuk mempelajari kitab-Nya dengan kemudahan yang semaksimal mungkin. 6. Di dalamnya adalah permulaan untuk menyatukan bahasa-bahasa (dialek) Arab menjadi satu bahasa terpilih yang paling fasih. Dan itu adalah permulaan dalam proses tahapan-tahapan penyatuan umat Islam di atas satu bahasa yang menyatukan mereka. 7. Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupan suku-suku di jazirah Arab yang berdiri di atas fanatisme penuh terhadap segala sesuatu yang ada kaitannya dengan suku, seperti nasab (garis keturunan), tempat tinggal, maslahat dan bahasa yang susah untuk berubah (berpindah) darinya dalam waktu yang singkat.17 17Abu yusuf sujono, Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf (Tujuh Dialek)
  • 18. 15 D. Apakah 7 Ahruf Itu Sama Dengan Qira’at Sab’ah Makna sab’ah ahruf yang menurut ulama’ pendapatnya paling kuat adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna, yaitu Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman. Sedangkan Qiro’at sab’ah adalah macam cara membaca al-qur’an yang berbeda. Disebut qiro’at sab’ah karena ada tujuh imam qiro’at yang terkenal masyhur yang masing-masing memiliki cara bacaan tersendiri. Tiap imam qiro’at memiliki dua orang murid yang bertindak sebagai perawi. Sebagaimana telah dikemukakan bahwasannya sab’ah ahruf yang diturunkan ke dalam Al-Qur’an, tidak mungkin dimaksudkan dengan qira’at sab’ah yang masyhur itu. Hal ini ditegaskan karena banyak ulama’ yang menyangka bahwa qira’at sab’ah ini sama dengan sab’ah ahruf. Abu Syamah di dalam kitab Al Mursyidul Wajiz berkata: “Segolongan orang menyangka bahwasannya qira’at sab’ah yang berkembang sekarang, itulah yang dikehendaki di dalam hadits. Persangkaan yang demikian berlawanan dengan ijma’ semua ahli ilmu.” Timbulnya sangkaan yang demikian itu lantaran tindakan Abu Bakar Ahmad ibn Musa ibn Abbas yang terkenal dengan nama Ibn Mujahid yang telah berusaha pada penghujung abad ke-3 H di Baghdad, untuk mengumpulkan tujuh qira’at dari tujuh imam yang terkenal di Makkah, Madinah, Kuffah, Bashrah, dan Syam. Mereka ini terkenal orng-orang kepercayaan, kuat hafalan dan terus menerus membaca Al Qur’an. Usaha memgumpulkan qira’at-qira’at yang tujuh itu, adalah secara kebetulan saja. Karena masih ada imam-imam qira’at yang lebih tinggi derajatnya dari ketujuh orang itu, dan banyak juga jumlahnya. Abu Abbas ibn Amma seorang muqri besar, mencela keras Ibnu Mujahid dan mengatakan bahwa usaha itu akan menimbulkan persangkaan bahwa qira’at sab’ah inilah yang dimaksudkan oleh hadits. Alangkah baiknya kalau yang dikumpulkan itu kurang dari tujuh atau lebih dari tujuh supaya hilang kesamaran itu.
  • 19. 16 Jadi yang dimaksud dengan qira’at sab’ah yaitu, tujuh versi qira’at yang dinisbatkan kepada para Imam qira’at yang berjumlah tujuh orang yaitu: Ibn ‘Amir, Ibn Kasir, ‘Ashim, Abu ‘Amr, Hamzah, Nafi’, dan Al kasa’i. Adapun nama lengkap beserta sanad dan rawi dari ketujuh Imam qira’at sab’at tersebut adalah sebagai berikut : 1. Ibn ‘Amir Nama lengkapnya Abdullah ibn ‘Amir al-Yahshabi(8-118 H). Ia membaca al- Qur’an dari al-Mughirah ibn Abi Syihab al-Makhzumi dan Abu al-Darda’. Al- Mughirah membaca dari Usman ibn Affan dan Abu al-Darda’ membaca dari Nabi SAW. Dan dua orang rawi qira’at Ibn ‘Amir yaitu Hisyam dan Ibn Zakwan. 2. Ibn kasir Nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah ibn kasir al-Makki(45-120 H). Ia membaca al-Qur’an dari Abdullah ibn al-SA’ib, Mujahid ibn Jabar, dan Dirbas. Abdullah ibn al-Sa’ib membaca dari Ubay ibn Ka’ab dan Umar ibn al-khattab. Mujahid ibn Jabar dan Dirbas membaca dari Ibn ‘Abbas. Ibn ‘Abbas membaca dari Ubay ibn Ka’ab dan Zayd ibn Sabit. Sementara Ubay ibn Ka’ab, Umar ibn khattab dan Zayd ibn Sabit membaca dari Nabi SAW.dan dua orang rawi qira’at Ibn Kasir yaitu Al-Bazzi dan Qunbul. 3. ‘Ashim Nama lengkapnya ‘Ashim ibn al-Nujad al-Asadi(w. 129 H). Ia membaca al- Qur’an dari Abu Abd al-Rahman al-Silmi. Abu Abd al-Rahman membaca dari ibn Mas’ud, Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Ubay ibn Ka’ab dan Zayd ibn Sabit. Para sahabat tersebut menerima bacaan al-Qur’an dari Nabi SAW. Dan dua orang rawi qira’at ‘Ashim yaitu Hafsh Syu’bah.
  • 20. 17 4. Abu ‘Amr Nama lengkapnya Abu ‘Amr Zabban ibn al’A’la ibn ‘Ammar(68-154 H). Ia membaca al-Qur’an dari Abu Ja’far Yazid ibn Qa’Qa’ dan Hasan al-Bashri membaca dari al-Haththan dan Abu al-Aliyah. Abu al-Aliyah membaca dari Umar ibn al-Khattab dan Ubay ibn Ka’ab. Kedua sahabat yang disebut terakhir ini membaca al-Qur’an dari Nabi SAW. Dan dua orang rawi qira’at Abu ‘Amr yaitu al-Duri dan al-Susi. 5. Hamzah Nama lengkapnya Hamzah ibn Hubayd ibn al-Ziyyat al-Kufi(80-156 H)Ia membaca al-Qur’an dari ‘Ali Sulayman al-Amasy, Ja’far al-Shadiq, Hamran ibn A’yan, Manhal ibn ‘Amr, dan lain-lain. Mereka semua bersambung sanadnya kepada Nabi SAW. Dan dua orang rawi qira’at Hamzah yaitu Khallad dan Khalaf. 6. Nafi’ Nama lengkapnya Nafi’ ibn Abd rahman ibn Abi Nu’yam al-Laysi(w.169H). ia membaca al-Qur’an dari Ali ibn Ja’far, Abd Rahman ibn Hurmuz Muhammad ibn Muhammad ibn Muslim al-Zuhri.mereka bersambung sanadnya kepada Nabi SAW. Dan dua orang rawi qira’at Nafi’ yaitu Warasyi dan Qalun. 7. Al-Kisa’i Nama lengkapnya Abu Hasan ‘Ali ibn Hamzah al-Kisa’i (w.187H). ia membaca al-Qur’an dari Hamzah, Syu’bah, Isma’il ibn Ja’far. Mereka bersambung sanadnya kepada Nabi. Dan dua orang rawi qira’at al-Kisa’i yaitu Al-Duri dan Abu al-Haris.
  • 21. 18 Contoh Qiraah Sab’ah: 18) روْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا )البق ةَ ٣٨ Ibn Katsir, Abu ‘Amr, Nafi,‘Ashim dan Ibn ‘Amir, membaca ( ,)حُ سْ نًا sementara Hamzah dan al-Kisai, membaca ) 19 )حَ سَ نًا 18Departemen agama, Al Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2007) hal.51 19Taufiqslow, Sab’ah Al-Ahruf dalam al-qur’an, dalam http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html diakses pada selasa,30 september 2014 pukul 20:00 wib.
  • 22. BAB III PENUTUP 19 Kesimpulan 1. a). Al-Ahruf ( الأَحْ فَُ ) adalah bentuk jamak dari harf ( حَ ف ) ini mempunyai makna yang banyak : salah seorang pengarang kamus mengaakan “harf”dari segala sesuatu berarti ujungnya atau tepinya. Sedangkan “harf” gunung berarti puncaknya. Ada juga yang mengatakan “hurf” adalah salah satu bentuk huruf hijaiyah. b). Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan maksud tujuh huruf ini dengan perbedaan yang bermacam-macam. Sehingga Ibnu Hayyan mengatakan, “Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf menjadi 35 pendapat. Berikut ini kami akan memaparkan beberapa pendapat yang dianggap paling mendekati kebenaran. Pertama tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna. Kedua, tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab yang ada, yang mana dengannyalah Al-Quran diturunkan. Ketiga, tujuh segi, yaitu; amr (perintah), nahi (larangan), wad (ancaman), jadal (perdebatan), qashash (cerita) dan matsal ( perumpaman), Atau amr, nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal. Keempat, segolongan ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam hal yang didalamnya terjadi ikhtilaf (perbedaan). 2. Dalil-dalil mengenai turunnya al-qur’an dengan 7 ahruf, antara lain : Rasulullah SAW bersabda :
  • 23. 20 أَنَّ عَبْدَ اللََِّّ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللََُّّ عَنْرهُمَا حَدَّثَ أَنَّ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَ سَََلَّمَ اََلَ أَ رَْ أَََ يِِِْْ عَلَى حَ فٍَْ فَر اََ عَِْتُ فَرلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ يَََزِيدُ حَتََّّ انْرتَرهَى إِلََ سَبْرعَةِ أَحْ فٍَُ .} رَ اََه الْبُخَارِي{ ”Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: “Berkata Rasulullah SAW: “Jibril membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka aku terus-menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai tujuh huruf.” (HR. Bukhari) 3. Hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf, sebagai berikut : a) Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang masih ummi. b) Sebagai bukti kemukjizatan Al-Qur’an bagi kebahasaan orang arab. c) Sebagai kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya. d) Di dalamnya juga menunjukkan keistimewaan al-Qur’an dibandingkan dengan kitab-kitab samawi yang lain. e) Di dalam turunnya al-Qur’an dalam tujuh huruf ada kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepada ummat ini. f) Di dalamnya adalah permulaan untuk menyatukan bahasa-bahasa (dialek) Arab menjadi satu bahasa terpilih yang paling fasih. g) Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupan suku-suku di jazirah Arab yang berdiri di atas fanatisme. 4. Sab’at ahruf yang menurut ulama’ pendapatnya paling kuat adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna, yaitu Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman. Sedangkan Qiro’at sab’ah adalah macam cara membaca al-qur’an yang berbeda. Disebut qiro’at sab’ah karena ada tujuh imam qiro’at yang terkenal masyhur yang masing-masing memiliki cara bacaan tersendiri.
  • 24. DAFTAR PUSTAKA Al Qaththan, Manna’. 2007 . Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka 21 Al-Kautsar. Al- Zarqani, Muhammad Abd al-Adzim. 1988. Manahil al-’Irfan. Beirut: Dar al- Fikr. Munawwir , Ahmad Warson. 1997 . Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif,. Taufiqslow. Sab’ah Al Ahruf Dalam Al Qur’an. dalam “http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran. html” diakses pada selasa,30 september 2014 pukul 20:00 Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail.2004. Sahih al-Bukhari. Beirut: Dar al-Kutub. Al-Hajjaj, Muslim. 1992 . Sahih Muslim. Beirut: Dar al-Kutub. Al-Turmudi, Muhammad bin Isa. 1994 . Sunan al-Turmudi. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah. Al-Suyuti, Jalal al-Din. 1951 . Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr. Al-Sabuni, Muhammad Ali. 1999. Studi Ilmu al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia. Departemen agama. 2007. Al Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta: Pena Pundi Aksara. Sujono, Abu yusuf. Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf (Tujuh Dialek), dalam http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=203. Di akses pada minggu, 28 september 2014 pukul 19:38 wib.