1. 1
MAKALAH KUTUB AL-SITTAH
Di tujukan untuk memenuhi tuggas mata kuliah studi hadist
Dosen pengampu :
Bakhrul Huda, M.E.I
Di susun oleh :
1. Moh Rizal Leviansyah (G94219167)
2. Zein Alvin Hidayah (G04219083)
3. Muhammad Husein Alamul Huda Muhaimin (G04219047)
Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
2020
2. 2
Kata pengantar
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-nya
karena kami dapat menyelasaikan makalah ini, adapun isi dari makalah ini adalah apa
yang di maksut kuttub al-sittah, sejarah singkat kutub sittah, biografi penyusun kutub al-
sittah,dan karya penyusun kutub al sittah.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan atau penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kami sangat menerima bila ada saran atau masukan dari semua
orang demi untuk kebaikan penulisan makalah ini.
Tidak lupa kami mengucapkan kepada semua orang yang telah berperan dalam penulisa
atau penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
semua orang dengan semestinya.
4. 4
DAFTAR ISI
BAB 1 ...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................6
C. TUJUAN................................................................................................................................6
BAB II..............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................................7
A. PENGERTIAN KUTTUB AL-SITTAH.................................................................................7
B. Enam Kitab Pokok Bidang Hadits dalam islam.....................................................................8
1. Al-Jami‘ al-Sahih Karya Imam al-Bukhari........................................................................8
2. Al-Jami‘ al-Shahîh karya Imam Muslim............................................................................8
3. Al-Sunan al-Sughra............................................................................................................9
4. Sunan abu dawud...............................................................................................................9
5. Sunan at-Tirmidzi..............................................................................................................9
6. Sunan Ibnu Majah .............................................................................................................9
C. Biografi dari penyusun kutub al-sittah dan karyanya..........................................................10
1. Bukhori (194-256 H / 810-870 M).....................................................................................10
2. Muslim (204-261 H / 820-875 M)......................................................................................11
3. Abu Dawud (202-275 H / 817-889 M)...............................................................................12
4. Tirmidhi (209-279 H / 824-892 M)....................................................................................14
5. Nasa’i(215-303 H / 830-915 M).........................................................................................15
6. Ibn Majah (207-273 H / 824-887 M).................................................................................18
BAB 3 KESIMPULAN................................................................................................................21
BAB 4 .............................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................22
5. 5
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadist menurut ibn manzhur, kata “hadis” berasal daribahasa arab yaitu al-hadist,
jamaknya al- ahadist , al-haditsan dan, al-hudtsan secara etimologis, kata ini memiliki
banyaj arti, di antaranya al-jadid (yang baru) lawan kata dari al-qadim (yang lama), dan
alkhabar, yang berarti kabar atau berita.1
Disamping pengertian tersebut, M.M. Azami mendefinisikan bahwa kata hadist (arab: al
hadist), secara etimologi (lugahawiyah), berarti ‘komunikasi’, ‘kisah’, ‘percakapan’, :
religious atau secular, historis atau kontenporer.2
Hadits merupakan sumber hukum ke dua umat Islam setelah Al-Qur'an, yang memiliki
peran sangat penting dalam ketetapan hukum Islam. Hadits merupakan segala sesuatu
yang bersumber atau disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan, atau ketetapan.3
Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan Al-Qur’an dan hadits, sebagai
dua sumber ajaran Islam, Rasulullah SAW. Mengambil kebijaksanaan yang berbeda.
Terhadap Al-Qur’an, beliau secara resmi memberi instruksi kepada sahabat supaya
menulis, disamping menghapalnya. Sedangkan terhadap hadits, perintah resmi itu hanya
untuk menghapal dan menyampaikan kepada orang lain. Penulisan resmi seperti halnya
Al-Qur’an tidak diperkenankan Rasulullah SAW4.
Munculnya hadist hadist palsu palsu merupakan alasan utama mengadakan tadwin hadis.
Selain itu tersebarnya para ulama ke seluruh penjuru Indonesia menyebabkan
kekhawatiran terhadap hilangnya hadist seiring dengan wafatnya beliau, sementara
generasi penerus di perkirakan tidak akan memperhatikan memelihara hadist.
1 Muhammad Ibn Mukaram Ibn Manzhur. Lisan Al-Arab.Juz II.1992.Hlm. 131
2 M.M.Azami. Studies In Hadist Methodology and Literarure. Terj. Meth Kieraha.Jakarta:Lentera. 2003.Hlm 21-23
3 M. Ma’shum Zein, M.A, Ilmu Memahami Hadits Nabi, Cara Praktis Menguasai Ulumul Hadits&Mustholah Hadits, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2014, hlm. 3
4 Sohari Sahrani,Ulumul Hadits untuk Mahasiswa UIN/IAIN/STAIN/PTAS, Ghalia Indonesia,Bogor,2015,hlm. 54
6. 6
Untuk mengetahui tadwin hadist makalah ini membahas apa itu kuttub al-sittah , biografi
penyusun kutub al-sittah, sejarah singkat pembukuan kuttub al kitab dan karya dari
pengarang kutub al kitab
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud kuttub al-sittah
2. Enam Kitab Pokok Bidang Hadits dalam islam
3. Biografi dari penyusun kutub al-sittah dan karyanya
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang di maksud kuttub al-sittah
2. Mengetahui apa saja Enam Kitab Pokok Bidang Hadits dalam islam
3. Mengetahui biografi dan karya penyusun kuttub al-sittah
7. 7
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KUTTUB AL-SITTAH
Kutubus Sittah (Arab:تب ك ال ته س )ال dalam Bahasa Indonesia berarti 'Enam Kitab',
adalah sebutan yang digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab
induk Hadits dalam Islam. Keenam kitab ini merupakan kitab hadits yang disusun oleh
para pengumpul hadits yang kredibel. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh
umat muslim dalam merujuk kepada perkataan Nabi Muhammad.5
Yang di maksud kutub al-sittah yaitu ;
1. Shohih bukhori
2. Shohih muslim
3. Sunan abu daud
4. Jami’u at-turmudzi/ sunan at-turmudzi
5. Sunan-nasa’i
6. Sunan ibnu majah
5 https://id.wikipedia.org/wiki/Kutubus_Sittah
8. 8
B. Enam Kitab Pokok Bidang Hadits dalam islam
1. Al-Jami‘ al-Sahih Karya Imam al-Bukhari
KitabAl-Jami„al-Sahihini lebihdikenaldengannamaSahihalBukhari.Kitabinimerupakan
karya ImamAbu Abd Allah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn
Bardizbah Al-Ju'fi Al Bukhari Bukhari yangwafat tahun 256 H. Imamal-Bukhari adalah
orang yangpertama kali menyusundanmembukukanhadithdenganhanyamengambil
hadithyangsahihsaja, danmengesampingkanhadithyangda„if.Olehkarenaitu,kitabini
memperolehperhatianyangbesardari para ulama.Ia bahkandinyatakansebagai himpunan
beritapalingvaliddi mukabumi ini setelahal-Qur‟an.Kitabini telahditerjemahkanke
dalambahasa Indonesia olehAchmadSunartodenganjudul:TarjamahShahihBukhari.Al-
‟AllamahIbnal-SalahdalamMuqaddimah-nyamenyebutkan,bahwajumlahhadithSahihal-
Bukhari sebanyak7.275 hadith.Jumlahtersebuttermasukhadith-hadithyangdisebutnya
berulang.Atausebanyak4.000 hadithtanpa pengulangan.Perhitunganini diikutiolehAl-
‟AllamahSyaikhMuhyi al-Dinal-Nawawidalamkitabnyaal-
Taqrib.6
. Ia senantiasamembanding-bandingkanhadith-hadithyangiariwayatkansatu
denganyanglain,menyaringnyadanmemilihhadithmanayangmenurutnyapalingsahih.
Dengandemikian,kitabnyamerupakanbatuuji danpenyaringbagi hadith-hadithtersebut.
Hal ini tercermindari perkataannya,“Sayasusunkitabal-Jami„ini dari 600.000 hadithyang
saya pilihselama16tahun."
2. Al-Jami‘ al-Shahîh karya Imam Muslim
SelainkaryaImamal-Bukhari,terdapatkitabhaditsyangberjudulsama.Namakitab itu
adalahAl-Jami„al-Sahih,namunlebihdikenal dengannamaSahihMuslim.Kitabini
merupakankaryaImam AbualHusainMuslimb.Hajjaj al-Qusairi al-Naisaburi yangwafat
tahun261 H. Kitabini,samadenganSahihal-Bukhari,jugahanyamemuathadithyang sahih
saja berdasarkansyaral-syaratyangditentukanolehpenyusunnya.Menurutjumhur
(mayoritas) ulama,SahihMuslimmenempati peringkatkeduasetelahSahihal-Bukhari.Kitab
ini telahditerjemahkanke dalambahasaIndonesiaolehKH.AdibBisri Musthofa dengan
judul TarjamahShahihMuslim. Kitabini merupakansalahsatudari dua kitabyangpaling
Sahihdan murni sesudahal-Qur‟an.KeduakitabSahihini diterimabaikolehsegenapumat
Islam.7
ImamMuslimberkatadi dalamSahihnya,“Tidaksemuahadithyangsahih
menurutku,akucantumkandi sini (yakni dalamSahihnya).Akuhanyamencantumkan
hadith-hadithyangtelahdisepakati olehparaulamahadith.Diriwayatkandari Ahmadb.
Salamah,iaberkata,“Saya menulisbersamaMuslimuntukmenyusunkitabSahihnyaselama
15 tahun.
6 Abu al-„Abbas Sihab al-Din Ahmad al-Qastalani, Irsad al-Sari li Sarh Sahih al-Bukhari (Beirut:
Dar al-Fikr, 1990), 50.
7 Biografi singkat yang dimuat bersama kitab Shih Muslim, Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 6. 9 Imam Muslim,
dalam: http://www.pmo.gov.my/
9. 9
Kitabituberisi 12.000 hadith.”SedangkanIbnSalahmenyebutkandari Abi Quraisyal-Hafiz,
bahwajumlahhadithSahihMuslimitusebanyak4.000 hadith.Keduapendapattersebut
dapat kitakompromikan.Perhitunganpertamamemasukkanhadith-hadithyangberulang-
ulangpenyebutannya,sedangkanperhitungankeduahanyamenghitunghadith-hadithyang
tidakdisebutkanberulang.
3. Al-Sunan al-Sughra
Kitabal-Sunanal-SughraadalahkaryaAhmad bin Syuaib bin Ali ibn Sinan bin
Bahar bin Dinar Abu Abdurrahman al-Khurasani an-Nasa’i al-Qadhi al-Hafizh yang
wafattahun 303 H. Keistimewaankitabini adalahpadakejelianpenyusundalammembuat
bab-babpembahasanyangmerupakangabunganantarailmufikihdanilmuisnad.Kitabini
telahditerjemahkanke dalambahasaIndonesiaolehBeyArifin,Yunus„Ali Al Muhdhordan
Dra. Ummu Maslamah Rayesdenganjudul TarjamahSunanAl-Nasa‟i.
4. Sunan abu dawud
SunanAbuDawud merupakankaryaImam Abu Dawud al-Sijistani yangwafattahun
275 H. Dalamkitabini AbuDawud menghimpunhadithsahih,hasandanda„if.NamunAbu
Dawudtelahmenjelaskansemuahadithyangda„if dantidakbisadijadikandalil untuk
beramal.8
Kitabini telahditerjemahkanke dalambahasaIndonesiaolehH.BeyArifindanA.
SyinqithyDjamaluddindenganjudulTarjamahSunanAbi Daud. isi SunanAbuDawuditu
memuathadithsebanyak4.800 hadith.Namunsebagianulamaadayang menghitungnya
sebanyak5.274 hadith.Perbedaanjumlahini disebabkanbahwasebagianorangyang
menghitungnyamemandangsebuahhadithyangdiulang-ulangsebagaisatuhadith,namun
yang lainmenganggapnyasebagaiduahadithataulebih.Duajalanperiwayatanhadithatau
lebihini telahdikenal di kalanganahli hadith.
5. Sunan at-Tirmidzi
Kitab hadits al-Jami„ lebih dikenal dengan nama al-Sunan al-Tirmidhi. Ia merupakan
karya Imam Muhammad bin ‘isa bin saurah bin musa as sulami at tirmidzi yang
wafat tahun 279 H. Kitab ini menghimpun hadith sahih, hasan dan da„if. Namun
demikian, al-Tirmidhi telah menjelaskan sebagian besar derajat hadithnya. Kitab ini
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Drs. H. Moh. Zuhri, Dipl, Tafl,
dkk. dengan judul Tarjamah Sunan Al-Tirmidhi.
6. Sunan Ibnu Majah
Kitabsunanini merupakankarya Abu Abdullah Muhammad ibnu Yazid Ibnu Majah al-
Ruba’iy al-Qazwiniy al-Hafid, wafat274 H. Para ulamamenjadikankitabini sebagai
penyempurnabagi enamkitabdiatas,mengingatperananbesaryangdirasakanumatIslampada
8Manna„ al-Qattan, PengantarStudi Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006),. 277
10. 10
kitabini dalambidangfiqih.Kitabini telahditerjemahkanke dalambahasaIndonesiaolehH.
AbdullahShonhaji,dkk.denganjudul TarjamahSunanIbnuMajah
C. Biografi dari penyusun kutub al-sittah dan karyanya
1. Bukhori (194-256 H / 810-870 M)
Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah
Abu Abd Allah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn Bardizbah Al-
Ju'fi Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari
Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Shawwal 194 H (21 Juli 810 M).9 beliau yatim dari kecil
Ayahnya merupakan seorang berilmu dan sangat wara‟, ia meninggal saat usia Bukhari
masih kecil10 . Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di
samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena buta.Ibunya senantiasa
berusaha dan berdo'a untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia
Allah, menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total, ia sangat kritis dan
mengetahui pendapat-pendapat ahlu ra‟yi yang kemudian menjadi dasar pemikirannya,
Pada tahun 210 H. Bukhari menunaikan ibadah haji ke Baitullah, ia menetap di Mekkah
dalam beberapa waktu untuk belajar Hadis kepada al-Humaidi, pada usianya yang ke 18,
ia telah menyelesaikan tulisannya Qadaya al-sah{abat wa al-Tabi‟in, kemudian pindah
ke Madinah belajar Hadis kepada Abdul Aziz, ketika di kota ini ia menulis kitab Tarih al-
Kabir.11 Bukhari kemudian melanjutkan perlawatannya ke Syam, ia berguru atau
mendengar hadis dari Abdullah ibn Utsman, pergi ke Mesir, mendengar Hadis dari Sa‟id
ibn Katsir, dan di Basrah ia mendengar Hadis dari Abu „Ashim al-Nabil dan di Baghdad
mendengar Hadis dari Suraij ibn Nu‟man dan Ah}mad ibn hambal. 12
Imam Bukhari
kemudian menetap di Khurasan.
9 9 Mustafa al-Siba’I, al-Sunnah wa Maknatuh fi TasyrI al-Islami (Kairo: Dar al-Salam, 1998), 399. 2Ensklopedi
Islam, vol. 1, 37.
10 Nuruddin „Itr, Manhaj al-Naqd fi Ulum al-H}adiS, (Damaskus:Dar al-Fikr,1994) h.103; Harun Nasution (Ed),
Ensklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan,1992),h. 32.
11 Nuruddin „Itrc., op.cit., h. 112.
12 Ibun H}ajar al-Asqalqani, Hadyu al-sari, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, t.t.), h. 7. Lihat juga: Al-Hamidi, Al-
Musnad Muqwadimah Juz I. (Madinah al-Munawarah: Al-Maktabah, al-Munawarah:
almaktabah al- Salafiyah t.t.), 57.
11. 11
Karya Imam Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami' ash Sahih, Al-Adab al-
Mufrad, Al-Tarikh as Shaghir, Al-Tarikh Al-Awsat, AlTarikh al-Kabir, Al-Tafsir Al-
Kabir, Al-Musnad al-Kabir, Kitab al-'Ilal,
Raf'u al-Yadain fi al-Salah, Birru al-Walidain, Kitab Al-Du'afa, Asma Al- Sahabah dan
Al-Hibah. Diantara semua karyanya tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-
Jami' al-Sahih yang lebih dikenal dengan nama Sahih Bukhari13
2. Muslim (204-261 H / 820-875 M)
Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H atau 820 M. Imam
Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim ibn
Kausyaz al-Qushairi al-Naisaburi7. Naisabur, yang sekarang ini termasuk wilayah Rusia,
dalam sejarah Islam kala itu termasuk dalam sebutan Maa Wara'a al-Nahr (daerah-
daerah yang terletak di sekitar Sungai Jihun) di Uzbekistan, Asia Tengah. Pada masa
Dinasti Samanid, Naisabur menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan selama lebih
kurang 150 tahun. Seperti halnya Baghdad di abad pertengahan, Naisabur, juga Bukhara
(kota kelahiran Imam Bukhari) sebagai salah satu kota ilmu dan pusat peradaban di
kawasan Asia Tengah.Di sini pula bermukim banyak ulama besar.
Perhatian dan minat Imam Muslim terhadap ilmu hadith memang luar biasa.
Sejak usia dini, beliau telah berkonsentrasi mempelajari hadith. Pada tahun 218 H,
beliau mulai belajar hadith, ketika usianya kurang dari lima belas tahun. Beruntung,
beliau dianugerahi kelebihan berupa ketajaman berfikir dan ingatan hafalan. Ketika
berusia sepuluh tahun,
Imam Muslim sering datang dan berguru pada seorang ahli hadith, yaitu Imam Al-
Dakhili. Setahun kemudian, beliau mulai menghafal hadith Nabi SAW, dan mulai berani
mengoreksi kesalahan dari gurunya yang salah menyebutkan periwayatan hadith.14
13 Subhi Saleh, ‘Ulum al-Hadith Wamust}alahuh (Beirut: Dar al-Malayin, 1977), 397.
14 Suparta, Ilmu Hadis,240.
12. 12
Diantara karya-karyanya adalah ;15
a. Sahih Muslim yang judul aslinya, al-Musnad al-Sahih, al-Mukhtasar min al-Sunan bi
Naql al-Adl an al-Adl an Rasul Allah.
b. Al-Musnad al-Kabir.
c. Al-Jami’ al-Kabir.
d. Kitab I’lal wa kitab Auham al-Muhaddithin.
e. Kitab Tamyiz.
f. Kitab Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahidun.
g. Kitab Tabaqat al-Tabi’in.
h. Kitab Muhadramin.
Imam Muslim wafat pada Ahad sore, pada tanggal 24 Rajab 261 H, dan
dikebumikan pada hari Senin di Naisabur.
3. Abu Dawud (202-275 H / 817-889 M)
Abu Dawud al-Sijistani (di perbatasan Iran dan Afganistan), 202 H/ 817 M -, Basrah
275/888 M ). Seorang ulama, hafiz (penghafal al-Qur’an), ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan keislaman, terutama di bidang hadith dan fikih. Nama lengkapnya Abu
Dawud Sulaiman ibn‘Asy’as ibn Basyir ibn Shidad ibn‘Amr ibn‘Amran al-Azdi al-
Sijistani.16Sejak masa kecilnya, Abu Dawud sudah memiliki kecintaan kepada ilmu
pengetahuan. Sebelum mempelajari hadith, ia mulai belajar bahasa Arab dan Al-Qur’an
dari guruguru di daerahnya. Cara belajar seperti ini biasa dilakukan oleh para ahli hadith
dan ahli lainnya pada masa itu. Kemudian ia mengintensifkan pelajarannya dan
15 Abu S{uhbah, al-Wasit fi ‘Ulum wa Mustalah al-Hadith (Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi), 663.
16 Ibnu Khallikan, Wafayat al-A’yan wa Anba’al-Zaman, vol.1 (Beirut: Dar al-Saqafah, 1968), 382.
13. 13
memperdalam ilmu pengetahuannya tentang hadith dengan bermukim di Baghdad sampai
berusia 21 tahun.
Sesudah itu, ia melakukan perjalanan mencari ilmu ke berbagai pusat pengajaran
hadith, seperti ke Hijaz, Sham, Mesir, Khurasan, Basra, Rayy, Harat, Kufah, dan Tarsus.
Dalam pengembaraan itu, ia bertemu dan belajar pada ahli-ahli h}adith yang pernah
menjadi guru Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, seperti Abd Allah ibn Maslamah,
Abd Allahibn Muhammad an-Nafili, Abi al-Walid at-Tayalisi, Abu Hasan ibn Amr
asSudusi, Ibn Amr ad-Darir, Muhammad ibn al-Ala, Muhammad ibn Basyar,
Muhammad ibn Mussana, Musa ibn Isma’il, Musaddad ibn Musarhad, Qa’nabi,
Qutaibah ibn Said, Sulaiman ibn Harb, Ubaidillah ibn Umar ibn Maisarah, Usman ibn
Abi Syaibah (156-239 H), Yahya ibn Ma’in, dan Zuhair ibn Harb17.
Jumlah guru Imam Abu Dawud sangat banyak. Di antara gurunya yang paling
menonjol antara lain: Ahmad ibn Hanbal, al-Qan’abi, Abu Amar ad-Darir, Muslim ibn
Ibrahim, Abd Allahibn raja’, Abdul Walid al-Tayalisi dan lain--lain. Sebagian gurunya
ada yang menjadi guru Bukhari dan Muslim, seperti Ahmad ibn Hanbal, Usman ibn
Abu Syaibah dan Qutaibah ibn sa’id.18
Cukup banyak hasil karya Imam Abu Dawud. Di antara karyanya yaitu:
a. Kitab al-Sunan (Sunan Abu Dawud)
b. Kitab al-Marasil
c. Kitab al-Qadr
d. Al-Nasikh wa al-Mansukh
e. Fada‟il al-A‟mal
f. Kitab Al-Zuhd
g. Dala„il al-Nubuwwah
17 Ibn Kasthir, al-Bidayah wa Al-Nihayah, vol.11 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1985), 50.
18 Suparta, Ilmu Hadis, 243.
14. 14
h. Ibtida„ al-Wahy
i. Akhbar al-Khawarij.
Di antara karya-karya tersebut yang paling bernilai tinggi dan masih tetap beredar
adalah kitab al-Sunnan, yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Abi Dawud
4. Tirmidhi (209-279 H / 824-892 M)
Salh satu ulama besar yang di miliki kaum muslimin ini bernama lengkap Muhammad
bin ‘isa bin saurah bin musa as sulami at tirmidzi. Dan beliau memiliki nama kunyah
Abu ‘Isa.19 Tokoh besar al-Tirmidhi lahir pada tahun 209 H dan wafat pada malam Senin
tanggal 13 Rajab tahun 279 H di desa Bug dekat kota Tirmiz dalam keadaan buta. Itulah
sebabnya Ahmad Muhammad Syakir menambah dengan sebutan al-Darir, karena al-
Tirmidhi mengalami kebutaan di masa tuanya.20
Pada zaman kita saat ini, sangat jarang kita temukan ada seorang anak muda yang
sudah semangat menuntut ilmu agama di umurnya yang masih belia. Biasanya, pada
usia yang masih belia, mereka lebih menyukai kebebasan bermain dan beraktivitas.
Akan tetapi, dahulu para ulama kita memiliki semangat untuk menuntut ilmu agama
sejak usia mereka yang masih muda. Termasuk di antaranya adalah Imam Tirmidzi.
Beliau memulai jihadnya dengan belajar agama sejak beliau masih muda. Beliau
mengambil ilmu dari para syekh yang ada di negara beliau.21
Kemudian beliau memulai melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu ke berbagai
negara yang ada di muka bumi ini. Yang mana perjalanan beliau itu hanya ditujukan
untuk menimba ilmu agama. Beberapa daerah yang pernah beliau datangi pada saat itu
adalah Khurasan, Iraq, Madinah, Mekkah, dan yang lainnya.22
19 Jami’ al-Ushul, hal. 193
20 Suparta, Ilmu Hadis, 246.
21 Syarh ‘Ilal at-Tirmidzi, hal. 43/1
22 Siyar, hal 271/25
15. 15
Sejak kecil, Imam Tirmidhi gemar belajar ilmu dan mencari Hadith. Untuk keperluan
inilah ia mengembara ke berbagai negeri, antara lain Hijaz, Irak, Khurasan, dan lain-
lain.Dalam lawatannya itu, ia banyak mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-guru
Hadith untuk mendengar H{adith dan kemudian dihafal dan dicatatnya dengan baik. Di
antara gurunya adalah; Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Abu Dawud.Selain itu,
ia juga belajar pada Imam Ishak ibn Musa, Mahmud ibn Gailan, Sa’id ibn
Abdurrahman, Ali ibn Hajar, Ahmad ibn Muni', dan lainnya23.
Salah satu hal yang menyebabkan orang berilmu akan selalu terkenang namanya dan
terus mengalir pahalanya adalah apabila dia menulis ilmu-ilmunya dalam suatu buku
yang akan dibaca oleh manusia hingga akhir zaman. Dan di antara karya-karya beliau
yang sampai saat ini dimanfaatkan oleh kaum muslimin terutama para ulama adalah:
1. Al-Jami’ (Sunan at-Tirmidzi). Kitab yang satu ini adalah kitab beliau yang
paling monumental dan paling bermanfaat.
2. Al-‘Ilal.
3. Al-‘Ilal al-Kabir
4. Syamail an-Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kitab ini termasuk kitab yang
paling bagus yang membahas tentang sifat-sifat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam.
5. At Tarikh
6. Az Zuhd
7. Al-Asma’ wal-Kuna.24
5. Nasa’i(215-303 H / 830-915 M)
23 Salih, ‘Ulum al-Hadith, 399. 21Suhbah, al-Wasit, 664.
24 Juhud al-Imam al-Mubarakfuri, hal. 38/1
16. 16
Imam an-Nasa’i yang memiliki nama lengkap Ahmad bin Syuaib bin Ali ibn Sinan bin
Bahar bin Dinar Abu Abdurrahman al-Khurasani an-Nasa’i al-Qadhi al-Hafizh adalah
seorang ulama hadis terkenal.25 Kitabnya termasuk kitab hadis yang enam, yaitu
Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i. Keenam kitab hadis ini
dikenal karena ketinggian sumber periwayatannya (sanad) maupun kandungan beritanya
(matan).
Dilahirkan di satu desa yang bernama Nasa’ di daerah Khurasan pada tahun 215 H/830
M, an-Nasa’i tumbuh dan berkembang di desa kelahirannya. 26
Di kota Nasa’ ini beliau tumbuh melalui masa kanak-kanaknya, dan di sini juga beliau
memulai aktifitas pendidikannya dengan mulai menghafal al-Qur’an dan menerima
berbagai disiplin keilmuan dari guru gurunya. Tatkala beliau sudah menginjak usia
remaja, timbul keinginan dalam dirinya untuk mengadakan pengembaraan dalam rangka
mencari hadith Nabi. Maka ketika usianya menginjak 15 tahun, mulailah beliau
mengadakan perjalanan ke daerah Hijaz, Irak, Syam, Mesir, dan daerah daerah lainnya
yang masih berada di Jazirah Arabia untuk mendengarkan dan mempelajari Hadith Nabi
dari ulama-ulama negeri yang beliau kunjungi.
Guru-gurunya: Imam al-Nasa’i menerima dan mempelajari berbagai macam hadith dari
guru-guru beliau yang jumlahnya sangat banyak. Hal ini dapat dipahami karena beliau
sering mengadakan perjalanan ke berbagai daerah dengan tujuan untuk mendapatkan
ilmu dan pengetahuan mengenai hadith Nabi. Di antara guru-guru beliau dapat
disebutkan seperti Qutaibah ibn Sa’id, Ishaq ibn Rahawaih, dan imam-imam hadith dari
Khurasan, Hijaz, Irak dan Mesir. Adapun murid-muridnya dapat disebutkan juga, antara
lain Abu Basyar al-Daulabi, Abd Al-Qasim al-Tabari, Abdul Karim ibn Abi
Abdirrrahman al-Nasa’I (puteranya sendiri yang juga seorang muhaddis yang dikenal
sebagai perawi Sunan Mujtaba’).27
25 Shidqiy Jamil al-‘Aththar, Tarjamah al-Imam an-Nasa’i dalam Imam an-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i, Ed.
Shidqiy Jamil al-‘Aththar, (Beirut: Daar al-Fikr, 1995), Juz. 1, h. 5.
26 Kota ini terkenal banyak melahirkan tokoh-tokoh ulama terpandang bahkan seorang penyair Parsi terkenal
menyebut dirinya an-Nasa’i. Lihat: Jalaluddin as-Suyuthi, Zahr al-Raba ala al-Mujtaba – Sunan anNasa’i al-
Mujtaba, (Kairo: Maktabah Mushthafa al-Bab al-Halabi, t.th), h. 3.
27 Suparta, Ilmu Hadis, 248. 27Suhbah, al-Wasit, 664.
17. 17
Setelah menjadi ulama hadith, beliau memilih negara Mesir sebagai tempat bermukim
untuk menyiarkan dan mengajarkan hadith-hadith kepada masyarakat. Beliau tinggal di
Mesir ini sampai setahun sebelum beliau wafat, karena setahun menjelang beliau wafat
ia pindah ke Damaskus. Di sinilah terjadi suatu peristiwa yang sangat menyedihkan
yang sekaligus merupakan sebab kematiannya.Beliau meninggal pada tahun 303 H.28
Tidak ada kesepakatan pendapat tentang di mana ia meninggal dunia. Imam al-
Daraqutni menjelaskan, bahwa di saat mendapat cobaan tragis di Damsyik itu al-Nasa‟i
meminta supaya dibawa ke Mekah. Permohonannya ini dikabulkan. Akhirnya ia pun
meninggal di Mekah, dan dikebumikan di suatu tempat antara Safa dan Marwah.
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib menyebutkan bahwa pendapat yang rajih (yang lebih
kuat) adalah bahwa Imam An-Nasa’i meninggalkan wilayah Mesir dan Syiria pada
bulan Dzulkaidah tahun 302 H, kemudian beliau meninggal dunia di Ramalah,
Palestina, pada hari Senin 13 Shafar 303 Hijriah. Jadi menurut versi ini, setelah
beliau dianiaya oleh kaum ekstrimis Syiria, beliau masih sempat dibawa ke
Ramalah, hal tersebut karena Imam An- Nasa’i dikenal memiliki hubungan dekat
dengan pemerintah daerah itu.29 Semoga jerih payahnya dalam mengemban wasiat
Rasullullah guna menyebarluaskan hadis mendapatkan balasan yang setimpal di
sisi Allah.
Imam al-Nasa’`i mempunyai beberapa buku karangan, dapat disebutkan di
antaranya adalah sebagai berikut:
1).Al-Sunan al-Kubra.
2). Al-Sunan al-Sugra, yang dinamakan juga dengan kitab al-Mujtaba`. Kitab ini
merupakan ringkasan dari isi kitab al-Sunan al-Kubra.
3). Musnad Malik.
4). Manasik al-Hajj.
28 Masjfuk Zuhdi, PengantarIlmu H{adits (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), 153
29 Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu wa Musthalahuhu, (Libanon:Daar al-Fikr,
1975), h. 325.
18. 18
5). Kitab al-Jum’ah.
6). Igrab Syu’bah ‘Ali Sufyan wa Sufyan ‘Ali Syu’bah.
7). Khasa’is ‘Ali ibn Abi Talib Karam Allah Wajhah, dan
8). ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah27
6. Ibn Majah (207-273 H / 824-887 M)
Ibnu majah adalah nama yang populer di kalangan umat Islam, setidaknya ketika setelah
beliau menulis hadis dalam kitabnya Sunan ibn Majah. Sebutan tersebut berkaitan erat
dengan gelar ayahnya. Sementara itu, al-Qazwini juga dianggap sebagai nama lain yang
dinisbatkan kepada Ibnu Majah, karena tempat tersebut merupakan tempat ia tumbuh dan
berkembang. Sedangkan nama lengkap ulama yang dilahirkan tahun 209 H./824 M.
adalah Abu Abdullah Muhammad ibnu Yazid Ibnu Majah al-Ruba’iy al-Qazwiniy al-
Hafid dengan nama kunya Abu Abdullah.30
Ibnu Majah hidup pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, tepatnya pada masa
kepemimpinan Khalifah al-Ma’mun (198 H/813 M) sampai akhir kepemimpinan
Khalifah al-Muqtadir (295 H/908 M). Ibnu Majah wafat dalam usia 74 tahun, pada hari
Selasa, 22 Ramadhan 273 H.
Ibn Majah berkembang dan meningkat dewasa sebagai orang yang cinta
mempelajari ilmu dan ilmu pengetahuan yang teristimewa mengenai hadith dan
periwayatnya yang mana pada masa Ibn Majah ditandai maraknya adanya hadith palsu
yang dikeluarkan oleh kaum Zindiq.31Untuk mencapai usahanya dalam mencari dan
mengkodifikasikan hadith, ia telah melakukan rihlah (lawatan) dan berkeliling di
beberapa negeri untuk mengumpulkan hadith seperti al-Ray, Irak, Hijaz, Syam, Mesir,
30 Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras,
2009), 160
31 M. Syuhudi Ismail, PengantarIlmu Hadith, cet.II ( Bandung : Angkasa, 1994), 114.
19. 19
Kufah, Basrah, Wasit, Makkah, Madinah, Damaskus, Hims, Mesir32dan Negaranegara
serta kota-kota yang lain untuk menemui dan berguru hadith pada ulama’ sezamannya.
Guru pertamanya adalah ‘Ali ibn Muhammad al-Tanafas (w. 233H ) dan Jubarah
ibn al-Mughlis ia belajar dan meriwayatkan hadith dari Abu Bakar ibn Abi Shaibah,
Muhammad ibn Abd Allah ibn Numair, Hisham ibn ‘Ammar, Muhammad ibn Rahm,
Ahmad ibn al-Azhar, Bishir ibn Adam dan lain-lain.33Sedangkan hadith-hadithnya
diriwayatkan oleh Muhammad ibn‘sa al-Abhari, Abu al-Hasan al-Qattan, Sulaiman ibn
Yazid al-QawinI,
Ibn Sibawaih, Ishaq ibn Muhammad dan lain-lain.
Ibnu Majah memang beruntung, karena ia hidup di era yang penuh dengan gairah untuk
mempelajari dan mengkaji hadis-hadis Nabi. Semangatnya yang besar untuk
mempelajari hadis didukung oleh kondisi masyarakat saat itu yang juga bersemangat
mengumpulkan dan membukukan hadis-hadis Nabi, sehingga jadilah ia seorang ulama
hadis yang sangat terkemuka.
Karya-karya tulisannya antara lain: Tasfir al-Qur’an Kitab alTarikh, dan kitab sunannya.
Ibn Majah telah berhasil meriwayatkan beberapa buah hadith dengan sanad tinggi (sedikit
sanadnya)sehingga antara dia dengan Nabi tiga perawi saja yang lebih dikenal dengan
sebutan thulathiyat.34seperti periwayatandari Jabarah dari kathir mendengar dari Anas ibn
Malik, mendengar dari Rasulullah SAW.
Diantara kitab-kitab sharah sunan Ibn Majah yang masyur adalah:35
32 Ibrahim Dasuki al-Sa}hawi,Mustalaah al-Hadith (tpal-Tab’ah al-Fanniyah, h), 249. Lihat juga Abu Suhbah, Fi
Rihab, 136.
33 Shihab al-Din ibn ‘Ali (Ibn Hajar) al-‘Asqalani, Tahdhib al-Thadhib , vol. 1 ( Haidarabad, 1325H).
34 Suhbah, Fi Rihab al-Sunnah,78.
35 Abu al-Tayyib al-Sayyid Sidiq, Hasan al-Qanwahi, Al-Hittah fi Dzikri al-Sihah al-Sittah (Beirut: Dar al-Kutub al-
Alamiyah, 1986), 221-222.
20. 20
1). Misbah al-Zujajah ‘Ala Sunan Ibn Majah karya Imam Jalal al-Din alSuyuti (w.911 H ),
ia menguraikan penjelasan secara singkat dan ringkas terhadap permasalahan yang
dianggap penting-penting saja.
2). Kitab syarah karya Shaikh al-Sindi al-Madani (w.1138 H) dalam kitabnya Sharh Sunan
Ibn Majah yang secara ringkas dan terbatas, dicetak dibagian pinggir (hamisy) matan al-
Sunan.
3). ‘Ala al-Din Al-Mugh>alata’i Ibn Qalij (w.762 H) dalam kitabnya al-I’Ian bi Sunanih
Alaihi al-Salam dalam 5 jilid.
4). Burhan al-Din Ibrahim ibn Muhammad al-Halabi w. 762 H) dalam kitabnya yarh Sunan
Ibn Majah.
5). Kamal al-Din ibn Musa al-Damiri (w.808 H) dalam kitabnya al-Dibajah dalam 5 jilid
dan meninggal sebelum menyelesaikan kitabnya.
6). Siraj al-Din Umar ibn ‘Ali ibn al-Malqan (w.808 H) dalam kitabnya Zawaidnyadalam 8
jilid yang bernama Ma Tamassu ilaih al-Hajah ‘Ala Sunan Ibn Majah.
7). Abu Hasan ibn Abd. Al-Hadi al-Sanadi (w. 1109 H) dalam kitab Sharah ibn Majah.
21. 21
BAB 3 KESIMPULAN
Kesimpulan yang kita dapat adalah shoheh bukhari merupakan paling sempurna karena
berpegang teguh pada shohih yang paling tinggi. Imam muslim terdapat di posisi kedua
setelah imam bukhori, sementara hadist tingkatan rendah adalah hadist yang dalam
penyusunannya tidak hanya hadist shoheh aja tetapi juga terdapat hadis hasan dan do’if.
Kutubus sittah merupakan kitab yang sangat ilmiah dalam penulisannya, sehingga bisa
menjadi rujukan ilmiah dan rujukan kehidupan. Dan merupakan kitab rujukan untuk
seluruh umat muslim setelah al quran
22. 22
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Ibn Mukaram Ibn Manzhur. Lisan Al-Arab. Juz II. 1992. Hlm. 131
M.M.Azami. StudiesIn Hadist Methodology and Literarure.Terj. Meth Kieraha. Jakarta: Lentera. 2003. Hlm 21-23
M. Ma’shumZein, M.A, Ilmu Memahami Hadits Nabi, Cara Praktis MenguasaiUlumul Hadits&Mustholah Hadits,
Pustaka Pesantren,Yogyakarta, 2014, hlm. 3
Sohari Sahrani, Ulumul Hadits untuk Mahasiswa UIN/IAIN/STAIN/PTAS, Ghalia Indonesia,Bogor, 2015, hlm. 54
https://id.wikipedia.org/wiki/Kutubus_Sittah
Abu al-„Abbas Sihab al-Din Ahmad al-Qastalani, Irsad al-Sari li Sarh Sahih al-Bukhari (Beirut:
Dar al-Fikr, 1990), 50.
Biografi singkat yang dimuat bersama kitab Shih Muslim, Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 6. 9 Imam Muslim,
dalam: http://www.pmo.gov.my/
Manna„ al-Qattan, PengantarStudi Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006),. 277
Mustafa al-Siba’I, al-Sunnah wa Maknatuh fi TasyrI al-Islami (Kairo: Dar al-Salam, 1998), 399. 2Ensklopedi Islam,
vol. 1, 37.
Nuruddin „Itr, Manhajal-Naqd fi Ulum al-H}adiS, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1994) h. 103; Harun Nasution (Ed),
Ensklopedi Islam Indonesia,(Jakarta: Djambatan, 1992), h. 32.
Nuruddin „Itrc., op.cit., h. 112.
Ibun Hajar al-Asqalqani, Hadyu al-sari, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, t.t.), h. 7. Lihat juga: Al-Hamidi, Al-Musnad
Muqwadimah Juz I. (Madinah al-Munawarah: Al-Maktabah, al-Munawarah:
almaktabah al- Salafiyah t.t.), 57.
Subhi Saleh, ‘Ulum al-Hadith Wamust}alahuh (Beirut: Dar al-Malayin, 1977), 397.
Suparta, Ilmu Hadis,240.
Abu suhbah,al-Wasit fi ‘Ulum wa Mustalah al-Hadith (Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi), 663.
Ibnu Khallikan, Wafayat al-A’yan wa Anba’ al-Zaman, vol.1 (Beirut: Dar al-Saqafah, 1968), 382.
Ibn Kasthir, al-Bidayah wa Al-Nihayah, vol.11 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1985), 50.
Suparta, Ilmu Hadis, 243.
Jami’ al-Ushul, hal. 193
Suparta, Ilmu Hadis, 246.
Syarh ‘Ilal at-Tirmidzi, hal. 43/1
Siyar, hal 271/25
Salih, ‘Ulum al-Hadith, 399. 21Suhbah, al-Wasit, 664.
Juhud al-Imam al-Mubarakfuri, hal. 38/1
Shidqiy Jamil al-‘Aththar, Tarjamah al-Imam an-Nasa’i dalam Imam an-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i, Ed. Shidqiy
Jamil al-‘Aththar, (Beirut: Daar al-Fikr, 1995), Juz. 1, h. 5.
Kota ini terkenal banyakmelahirkan tokoh-tokoh ulama terpandang bahkan seorang penyairParsiterkenal menyebut
dirinya an-Nasa’i. Lihat: Jalaluddin as-Suyuthi, Zahr al-Raba ala al-Mujtaba – Sunan anNasa’i al-Mujtaba, (Kairo:
Maktabah Mushthafa al-Bab al-Halabi, t.th), h. 3.
Suparta, Ilmu Hadis, 248. 27Suhbah, al-Wasit, 664.
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ilmu H{adits (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), 153
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu wa Musthalahuhu, (Libanon: Daar al-Fikr, 1975), h. 325.
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2009), 160
M. SyuhudiIsmail, Pengantar Ilmu Hadith, cet.II ( Bandung : Angkasa,1994), 114.
Ibrahim Dasuki al-Sa}hawi,Mustalaah al-Hadith (tpal-Tab’ah al-Fanniyah, h), 249. Lihat juga Abu Suhbah, Fi Rihab,
136.
Shihab al-Din ibn ‘Ali (Ibn Hajar) al-‘Asqalani, Tahdhib al-Thadhib , vol. 1 ( Haidarabad, 1325H).
Suhbah, Fi Rihab al-Sunnah,78.
Abu al-Tayyib al-Sayyid Sidiq, Hasan al-Qanwahi, Al-Hittah fi Dzikri al-Sihah al-Sittah (Beirut: Dar al-Kutub al-
Alamiyah, 1986), 221-222.