Makalah ini membahas tentang Hadits Musalsal, Apa Itu hadits Musalsal, bagaimana cara meriwayatkan Hadits Musalsal, Apa Hukum dari Hadits Musalsal, dan Ulama' siapa saja yang berkontribusi terhadap Hadits Musalsal
Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhohir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan abadi.
Ilmu dasar tentang hadits, dengan ini kita bisa melihat bagaimana sebuah hadits bisa berstatus shohih, hingga ke maudhu, mohon sabar, karena tidak semua dijadikan dalam satu paparan slide, karena materinya cukup panjang sehingga harus disusun sesederhana mungkin namun tetap sistematis dan tidak merusak struktur pembelajaran.
Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhohir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan abadi.
Ilmu dasar tentang hadits, dengan ini kita bisa melihat bagaimana sebuah hadits bisa berstatus shohih, hingga ke maudhu, mohon sabar, karena tidak semua dijadikan dalam satu paparan slide, karena materinya cukup panjang sehingga harus disusun sesederhana mungkin namun tetap sistematis dan tidak merusak struktur pembelajaran.
Mabahis ilmu mantiq adalah beberapa materi yang dibahas dalam ilmu mantiq. Pada dasarnya, pembahasan ilmu mantiq jika dilihat dari arti mantiq itu sendiri tidak mempunyai patokan pembahasan kecuali retorika retorika makna dalam memahami makna sebuah ungkapan, diantaranya qoul syarih, hujjah dan tata cara peletakan hujjah. Padahal,untuk memahami ungkapan tidak harus dengan sebuah lafadz, akan tetapi makna itu sendiri.
Tujuan tertinggi ilmu mantiq ialah mencari dalil (istidlal), sedang istidlal itu tersusun dari beberapa jumlah atau qadhiyyah. Menurut istilah ahli ilmu mantiq dan qadhiyyah itu tersusun dari beberapa lafadz mufrad,oleh karena itu perlu dahulu dipelajari dimana istidal itu tersusun
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
Mabahis ilmu mantiq adalah beberapa materi yang dibahas dalam ilmu mantiq. Pada dasarnya, pembahasan ilmu mantiq jika dilihat dari arti mantiq itu sendiri tidak mempunyai patokan pembahasan kecuali retorika retorika makna dalam memahami makna sebuah ungkapan, diantaranya qoul syarih, hujjah dan tata cara peletakan hujjah. Padahal,untuk memahami ungkapan tidak harus dengan sebuah lafadz, akan tetapi makna itu sendiri.
Tujuan tertinggi ilmu mantiq ialah mencari dalil (istidlal), sedang istidlal itu tersusun dari beberapa jumlah atau qadhiyyah. Menurut istilah ahli ilmu mantiq dan qadhiyyah itu tersusun dari beberapa lafadz mufrad,oleh karena itu perlu dahulu dipelajari dimana istidal itu tersusun
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya merupakan suatu makalah yang sengaja dibuat untuk memenuhi tugas Ulumul Quran&Ulumul Hadist di UIN Arraniry. Makalah ini menjelaskan tentang Pengklasifikasian hadis berdasarkan kuantitas (banyaknya) perawi dan berdasarkan kualitas perawi serta hadis maudhu' (palsu) yang meliputi sejarah hadis maudhu', perkembangan dan sebagainya sehingga bisa dijadikan referensi bagi saudara pembaca. Makalah ini lebih ditujukan kepada pelajar, baik mahasiswa, siswa bahkan dosen sekali pun.
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui 1. Menegetahui Makna Kalam Khabar, 2. Menegetahui Tujuan Kalam Khabar, 3. Menegetahui Macam-Macam Kalam Khabar, 4. Menegetahui Kalam Khabar yang Keluar dari Ketentuan Lahiriahnya
Makalah Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
ArsipKuliahTarbiyah.Blogspot.Com
by : Haristian Sahroni Putra
At-tawaabi’ secara bahasa adalah bentuk plural dari At-taabi’, yaitu isim faa’il dari taba’a-yatba’u yang berarti yang mengikuti. Sedangkan secara istilah tawaabi’ (lafadz yang mengikuti) adalah isim yang mengikuti i’rab lafadz sebelumnya secara mutlak.
At-tawabi terbagi menjadi empat macam, yaitu: na’tun (نَعْتٌ), ‘athfun (عَطْفٌ), taukiidun (تَوْكِيْدٌ), dan badlun (بَدْلٌ).
Na’tu (نَعْتٌ) secara bahasa berarti sifat. Jamaknya adalah nu’uutun (نَعُوتٌ), sedangkan sinonimnya adalah shifatun (صفة). Secara istilah na’at atau disebut juga shifat adalah isim yang mengikuti isim yang lain dengan fungsi untuk menjelaskan sifat dari isim sebelumnya. Na’at atau sifat wajib mengikuti mausufnya dalam empat hal, (1) i’rab, (2) mudzakkar dan muannats, (3) ma’rifat dan nakirah, dan (4) mufrad, mutsanna dan jama’.
Secara bahasa athaf berarti condong atau cenderung. Sedangkan secara istilah athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf athaf. Adapun huruf-huruf athaf itu adalah: (1) وَ = dan (2) ف = maka (3) ثم = kemudian (4) أو = atau (5) أم = ataukah (6) حتى = sehingga (7) لكن = tetapi (8) لا = tidak (9) بل= melainkan. Ketika ma’thuf dihubungkan pada ma’thuf ‘alaih dengan huruf athaf maka i’rabnya mengikuti i’rabnya ma’thuf ‘alaih. Huruf athaf berfungsi bukan saja mangatafkan isim kepada isim, tetapi juga berlaku dalam mengathafkan fi’il kepada fi’il.
Badal secara bahasa berarti merubah atau mengganti. Sedangkan secara istilah badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk menggantikan mubdal minhu (yang digantikannya). Badal terbagi menjadi empat macam, yaitu badal syai minasysyai atau badal kul minal kul, badal ba’dh minal kul, badal isytimal, dan badal ghalath.
Taukid secara bahasa adalah mengokohkan dan menguatkan. Taukid adalah isim yang mengikuti isim lain yang berfungsi untuk menguatkan arti (pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si pendengar. Taukid itu mengikuti muakkad dalam lafazh, nashab, khafadh dan ma’rifatnya. Taukid terbagi kepada dua bagian, yaitu lafzhi dan ma’nawi. Taukid lafzhi, yaitu taukid yang lafazhnya diulangi sebanyak dua atau tiga kali, baik isim atau fi’il, atau taukid dengan mengulang lafazh muakkad atau lafazh lain. Sedangkan taukid ma’nawi, yaitu taukid dengan menggunakan lafazh tertentu, diantaranya: النَّفْسُ الْعَيْنُ كُلُّ أَجْمَعُ كِلَا كِلْتَ dan kata-kata yang mengikuti أَجْمَعُ, yaitu اكتمع ابتع ابصع.
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
Hadits musalsal
1. ULUMUL HADITS
KARYA SYEH YASIN AL-FADANI TENTANG HADITS MUSALSAL
Dosen Pengampu :
Fahrizal Mahdi Lc, MIRKH
Disusun Oleh :
Rizal Fahri (11200340000149)
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
2. KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya,
karena dengan atas Rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
tepat waktu, Dan tak lupa sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Adapun dalam penulisan makalah ini, materi yang akan dihabas
adalah “Hadits Musalsal”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ulumul
Hadits” dan kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan makalah ini
banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu besar harapan penulis agar pembaca
berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun, demi kesempurnaan
makalah ini.
Tidak lupa juga kami mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosenpembimbing mata kuliah yang
bersangkutan Bapak “Fahrizal Mahdi Lc, MRIKH.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan mendapat barokah bagi kita semua dan dapat menambah wawasan
kita dalam mempelajari “Ulumul Hadits”.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Ciputat, 20 Maret 2021
Penulis.
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita ketahui bahwasanya hadits merupakan sumber-sumber ajaran Islam yang kedua
setelah Al-Qur’an. Keberadaan hadits disamping telah mewarnai masyarakat dalam kehidupan
juga telah menjadi bahasan kajian yang menarik. Hadits mengadung makna dan ajaran serta
memperjelas kandungan Al-Qur’an dan lain sebagainya.
Para Ulama’ ahli hadits telah mendokumentasikan hadits dengan baik, bagi kalangan
masyarakat, akademis, ulama hadits tersebut telah membuka suatu disiplin ilmu yakni Ulumul
Hadits akan tetapi saya disini saya sebagai pemakalah ini, akan menyajikan materi tentang
“Hadits Musalsal”, semoga makalah sederhana ini dapat bermanafaaat bagi semuanya, terutama
bagi penulis Amien.
B. Rumusan Masalah
1.Apa pengertian Hadits Musalsal ?
2. Apa saja Macam – macam Hadits Musalsal ?
3. Apa hukum Hadits Musalsal ?
4. Apa saja Kitab-kitab Hadits Musalsal ?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui pengertian dari Hadits Musalsal
2. Mengetahui Macam – macam Hadits Musalsal
3. Mengetahui hukum Hadit Musalsal
4. Mengetahui Kitab – kitab Hadits Musalsal
4. ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang Hadits Musalsal dan Ulama yang mendalami hadits
tersebut yaitu Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani sekaligus konstribusinya terhadap
perkembangan Hadits Musalsal. Kajian ini penting untuk mengetahui apa itu Hadits Musalsal,
Macam-macam hadits Musalsal dan juga membahas tentang Hukum hadits musalsal dan
sekaligus membahas tentang biografi Syeh Muhammad Yasin Al-Fadani yang merupakan tokoh
hadits Mashur di Indonesia yang mepunyai banyak khazanah ilmu pengetahuan tentang Hadits
dan juga di Makalah ini akan memberitahukan karya-karya beliau tentang Ulumul Hadits
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. PengertianHadits Musalsal
Apa itu pengertian Hadits Musalsal ?. Musalsal menurut bahasa berasal dari kata
َلَسْلَس
–
ُلِسْلَسُي
–
ةَلِسْلِس : yang berarti berantai dan bertali menali. Hadits ini dinamakan musalsal
karena ada kesamaan dengan rantai (silsilah) dalam segi pertemuan pada masing-masing perawi
atau ada kesamaan dalam bagian-bagianya.1
Dalam istilah Hadits Musalsal adalah :
ىَر
ْ
خ
ُ
أ
ً
ةَرا
َ
ت ِ
ةَای
َ
وِلرِل َ
و
ً
ةَرا
َ
ت ِاة
َ
وُّلرِل ٍ
ة
َ
ال َح ْ
و
َ
أ ٍ
ة
َ
ف ِ
ص َلىَع ِه ِ
اد
َ
ن ْ
سِإ ِ
ال َجِر ُ
عُاب
َ
ت
َ
ت.
Artinya : Keikutsertaan para perawi dalam sanad secara berturut-turut pada satu sifat atau
pada satu keadaan terkadang bagi para perawi dan terkadang bagi periwayatan.2
Dalam istilah para Muhaditsin adalah :
فعالاوقوالاتوالر صفات مااتفقنتاملحدثين اصطالح
وفعالاوقوال
Artinya : Menurut istilah para muhadditsin hadits musalsal hadits yang isnadnya bertemu
dengan suatu kedaan atau satu sifat berupa ucapan atau perbuatan
Secara lebih luas Al-Iraqi memberikan definisi musalsal adalah hadits yang perawi dalam
rangkainaya datang satu persatu dalam satu bentuk situasi atau dalam satu sifat, baik sifat perawi
maupun sifat pendukung ( isnad ) keduanya terjadi dalam isnad. Dalam bentuk narasi ( ada ‘ar-
riwayah ) maupun dalam sifat kaitanya dengan waktu dan tempat, baik keadaan perawi dan sifat-
sifatnya, baik perkataan maupun perbuatanya Dengan demikian hadits musalsal adalah hadits
yang rantai penualaranya sama dalam satu atribut atau dalam satu siuasi dana atau dalam sauatu
riwayat 3
Imam an-Nawawi dalam kitab at-Taqrib menyebutkan bahwa hadits Musalsal ini bisa
terkait perbuatan, keadaan atau sifat pada diri perawi, atau bisa juga terkait dengan cara
penyampaian haditsnya. Karena periwayatan hadits Musalsal terkait dengan kedaan atau sifat
tertentu para perawi, setidaknya hadits musalsal bisa musalsal qauli ( secara perkataan ), fi’li
(secara perbuatan ) atau keduanya
1 Sulaemang, Ulumul Hadits, ( Sulawesi : AA-DZ Grafika,2017 ) hlm. 209
2 Muhammad Yasin Al-Fadani, Al-Ujlah Fi al-Hadits al-Musalsalah ( Damaskus : Darul Bashair, 1985 )
3 AbdulMajid Khon,Ulumul Hadis,(Jakarta: Amzah, 2007). Hlm. 269
6. Hadis musalsal adalah hadis musnad mutthasil yang bebas dari tadlis (pemalsuan). Dalam
periwayatannya selalu berulang perkataan-perkataan atau perbuatan-perbuatan yang sama, yang
dinukil oleh setiap perawi dari orang di atasnya dalam sanad, hingga berakhir pada Rasulullah
SAW
Keterlepasannya dari tadlis dan keterputusannya mendorong pemula dalam ilmu ini mengenakan
hukum secara sepontan dan tergesa-gesa.
Ibn Katsir berkata: “Faedah tasalsul (kesinambungan) adalah menjauhkan suatu hadis
dari pemalsuan dan keterputusan. Meskipun begitu, jarang hadis shahih disampaikan dengan
cara musalsal. Kadang-kadang asal matan dalam hadis jenis ini memang shahih, karena terhindar
dari tadlis.4
Musalsal dalam pembahsan Ilmu Hadits adalah “Hadits yang perawi atau caranya
dinarasikansecara berurutan dalam satu situasi” apa yang dikatakan Musalsal dalam naratornya
adalah :
a. sebuah Nama yang sama, tapi berbeda orang.
Contoh : semua perawi bernama Ahmad, tetapi yang satu adalah Ahmad bin Ibrahim,
yang lainya adalah Ahmad bin Salim dan yang lainya.
b.Sama halnya dengan alam.
Contoh : semua perawi adalah ahli hukum atau ulama hatis, atau imam
c. Nasib yang sama untuk mereka
Contoh : semua perawi dari orang Mekkah atau orang Madinah dan sebagainya
d. Keluarga berturut-turut dinarasikan keluarga.
Contoh : anak menceritakan dari bapak, bapak dari kakek, kakek dari saudara laki-
lakinya, lalu sampai ujung mata rantai
Adapun musalsal dalam jalan meriwayatkanya,5 adalah :
a. Lafazh-lafzah sanadnya semua sama
Contoh : Semua rawi berkata : “aku telah mendengar” atau “telah mengkhabrakan
kepada kami” atau “telah menceritakan kepada kami” atau dalam sanadnya semua pakai
perkataan (”)عنdari”
b. Dalam periwayatanya semua perawi memakai kata sumpah
4 Ikhtisar Ulumul al-Hadits, hlm. 198.
5 Abdul Majid Khon,Ulumul Hadits,Hlm308-309
7. Contoh : “Wallahi” atau “Billahi” dan sebagainya
c. Sama waktunya dalam meriwayatkanya.
Contoh : Nabi Sabdakan satu ucapan pada hari raya, lalu sahabat mendengar,
sampaikanya padanya hari raya juga
d. Sama tempatnya dalam meriwayatkanya.
Contoh : Nabi bersabda di ‘Arafah. Sahabat yang medengar sampaikan sabda Nabi itu di
‘Arafah juga. Rawi yang mendengar itu, sampaikan kepada rawi di ‘Arafah, sehingga akhir
sanad
e. Kelakuan dan Kedaan yang sama, yakni semua perawi kerjakan sebagaimana dia menerima
hadits itu
B. Manfaat musalsal dalam penyebutan sifat perbuatan :
1. Meneladani Nabi sampai detail.
Misalkan setelah menyampaikan hadits, kemudian memgang jenggot, menggabungkan
jari-jemari dan sebagainya. Sebagaimana penjelasan dari Ibnu Daqiqil
2. Tambahan penjelasan kekohan Perawi
Karena mereka meriwayatkan secara detail sampai pada sifat yang dilihat pada perawi
sebelumnya, mereka bisa mengungkapkan dan mencontohkan. Demikian penjelasan dari Ibnu
Sholah
Namun, musalsal dalam penyebutan sifat perbuatan kebanyakan adalah lemah atau bahkan palsu
salsal dalam perbuatan yang paling shahih adalah tentang pembacaan surat as-shoff. Demikian di
jelaskan oleh adz-Dzahabiy dalam al-Mauidzah dan as-Skhowiy dalam Fathul Mughits
C. Macam – macam Musalsal
Dari definisi di atas musalsal dapat dibagi kepada beberapa macam6, yaitu sebagai berikut :
1) Musalsal kedaan perawi (musalsal bi ahwal ar-ruwat)
Musalsal kedaan perawi terkadang dalam perkataan (qauli), perbuatan (fi’ili), atau
keduanya (perkataan atau perbuatan atau qauli dan fi’li ).
Contoh musalsal qauli :
6 Sulaemang, Ulumul Hadits,Hlm 210-214
8. ِ
هْي
َ
لَع ُهللا َّلى َص ِي ِ
ب
َّ
الن
َّ
ن
َ
أ ٍ
لَبَج ِ
نْب ِ
اذَعُم
ُ
ثْی ِ
د َح
ُه
َ
ل َال
َ
ق َم
َّ
ل َ
س َ
و
׃
يِنِإ
ُ
اذَعُماَی
ٍة
َ
الَص َّل
ُ
ك ِرُبُد ْي ِف ْل
ُ
ق
َ
ف،
َ
كُّب ِ
ح
ُ
أ
׃
ْي ِ
نِع
َ
أ َّم ُلھ
َّ
ل
َ
ا
ِ
ذ َلىَع
ِ
ن ْ
سُح َ
و
َ
كِر
ْ
ك
ُ
ش َ
و
َ
كِر
ْ
ك
َ
كِت
َ
ادَبِع
Artinya :
Hadits Muadz bin Jabal, bahwasanya Nabi bersabda kepadanya : Hai Mu’adz seseungguhnya
aku mencitaimu, maka katakanlah pada setelah shalat : ya Allah tolonglah aku untuk dzikir
kepadamu, syukur kepdamu, dan baik dalam ibadah kepadamu (HR. Abu Dawud)
Hadits di atas musalsal perkataan setiap perawi ketika menyampaikan periwayatan
dengan ungkapan : sesungguhnya aku mencintaimu, maka katakan disetiap selesai shalat. Setiap
prawi yang menyampaikan perawi Hadits ini selalu memulai dengan kata-kata tersebut
sebagaimna yang dilakukan Rasulullah terhadap Mu’adz
Contoh Musalsal Fi’li :
َمْ
وَيَرَج
َّ
الش َ
و ِ
د َح
َ ْ
اال َمْ
وَي َالَب ِ
ج
ْ
ال َ
و ، ِ
تْب َّ
الس َمْ
وَي َ
ضْر
َ ْ
اال ُ ٰ
اّلل
َ
ق
َ
ل
َ
خ: َال
َ
قَ
و َم
َّ
ل َ
س َ
و ِ
هْي
َ
لَع ُ ٰ
اّلل ى
َّ
ل َص ِ
م ِ
اس
َ
ق
ْ
ال ْ
وُب
َ
ا ْ
ي ِ
دَيِب
َ
كَّب
َ
ش
ِ
سْيِم
َ
خ
ْ
ال َمْ
وَيَار َحِب
ْ
ال َ
و ِاءَعِبْر
َ ْ
اال َمْ
وَي َرْ
و
ُّ
الن َ
و ِاء
َ
ث
َ
ال
ُّ
الث َمْ
وَي
َ
ه ْ
وُر
ْ
ك
َ ْ
اْل َ
و ِ
نْي
َ
ن
ْ
ثِ
ْ
اال
Artinya :
Abul Qasim (Rosulullah) SAW menjalinkan tangannya dengan tanganku dan bersabda, "Allah
menciptakan bumi pada hari Sabtu, gunung-gunung pada hari Ahad, pohon-pohon pada hari
Senin, perkara yang dibenci pada hari Selasa, cahaya pada hari Rabu, dan lautan pada hari
Kamis
Hadits tersebut digolongkan Hadits Musalsal Fi'li karena setiap rawi yang meriwayatkan
hadits tersebut kepada rawi lainnya, selalu melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan
Nabi SAW pada Sahabat Abu Hurairah ra, yaitu menjalinkan tangannya.
Contoh Musalsal Fi’li dan Qauli :
االيمان ةحالو العبد اليجد:وسالم عليههللاصليهللالسور قال:قالعنه هللاي ضر مالكبننس
َ
ا ْ
نَع
ُ
ثْي ِ
د َح
أمنت :وقال ,لحيتهعليوسالم عليههللاصليهللالسور وقبض :قال,ومرهحلوه,وشره خيرهبالقدريؤمنحتي
ومره حلوه,وشره خيرهبالقدر
Artinya :
Hadis Anas bin Malik RA Berkata: Rasulallah SAW bersabda: Seorang hamba tidak
mendapatkan manisnya iman sehingga beriman kepada ketentusn Allah (Qadar) baik dan buruk,
manis dan pahitnya.” Rasulallah sambil memegang jenggot bersabda: “ Aku beriman pada
ketentuan Allah (qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.” (HR. Al-Hakim secara musalsal)
9. Hadits di atas Musalsal Qauli dan Fi’li ( Musalsal Perkataan dan sekaligus Perbuatan)
yaitu perkataan: “Aku beriman pada ketentuan Allah (Qadar) baik dan buruk, manis dan
pahitnya” dan perbuatan memegang jenggot. Semua perawi menyampaikan periwayatan juga
untuk melakukan hal itu sebagaimana Rasulullah SAW.
2) Musalsal sifat Periwayat (Musalsal bi shifat ar-ruwah)
Musalsal ini dibagi menjadi Perkataan (qauli) dan Perbuatan (Fi’li)
Contoh Musalsal Sifat Perawi dalam bentuk Perkataan (Qauli) :
ْی
َ
لَع ُهللا َّلى َص َل ْ
و ُ
سَّالرا ْ
و
ُ
ل
َ
أ َ
س
َ
ةَاب َح َّ
الص
َّ
ن
َ
أ
ِ
ه
ِهللا َلىِإ ِ
ال َمْع
َ
أل
ْ
ا ِ
بَح
َ
أ ْ
نَع َم
َّ
ل َ
س َ
و
ْی
َ
لَع
َ
أَر
َ
ق
َ
ف ُهْ
و
ُ
ل َمْعَیِل َّلَج َ
و َّزَع
َ
ةَرْ
و ُ
س ْم ِھ
فَّالص
Artinya :
Bahwasannya sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang amal yang paling disukai Allah agar
diamalkan. Maka Nabi membacakan mereka Surah Ash- Shaff
Hadits ini Musalsal pada membacakan surah As-Shaff. Setiap periwayat membacakan
surah As-Shaff ketika menyampaikan periwayatan kepada muridnya atau yang menerima
Haditsnya.
Contoh musalsal sifat perawi dalam bentuk perbuatan (Fi’li) :
اًعْ
و
ُ
فْرَم َرَمُع ُ
نْاب
ُ
ثْی ِ
د َح
׃
ِارَی ِ
لخ
ْ
اِب ِ
انَعِیَب
ْ
ل
َ
ا
Artinya :
Hadits Ibnu Umar Secara marfu’ : Penjual dan Pembeli boleh mengadakan khiyar (memilih jadi
atau tidak sama sekali)
Hadits di atas musalsal diriwayatkan oleh fuqaha kepada para fuqaha secara terus
menerus. Atau termasuk musalsal ini seperti kesepakatan nama- nama para perawi, seperti
musalsal dalam nama Al-Muhammadin kesepakatan dalam menyebut bangsa / nisbat mereka
seperti musalsal dalam menyebut Ad-Dimasqiyin dan Al-Mishriyin.
3) Musalsal dalam sifat periwayatan (Musalsal bi shifat ar-riwayah)
Dalam Musalsal ini terbagi dalam 3 macam, yaitu musalsaldalam bentuk ungkapan
penyamapaian periwayatan (ada), musalsal pada waktu periwayatan, dan musalsal pada tempat
periwayatan.
Contoh musalsal dalam bentuk ungkapan periwayatan seperti hadits musalsal pada
perkataan setiap perawi dengan mengguanakan اًن َ
َلُف ُْتعِمَس ( Aku mendengar si Fulan) atau
اَنَثَّدَح
ن َ
َلُف ( Fulan berkata kepada kami) atau َلنُف اَن َرَبْخَا ( Fulan mengabarkan kepada kami) dan
seterusnya.
10. Contoh Musalsal pada waktu periwayatan :
َال
َ
ق ٍ
اسَّبَع ُ
نْاب
ُ
ثْی ِ
د َح
׃
ْی
َ
لَع ُهللا َّلى َص
َ
هللا َل ْ
و ُ
سَر
ُ
ت ْ
د ِھ
َ
ش
ِ
ه
ِم
َ
غَر
َ
فا َّم
َ
ل
َ
ف,ى
َ
ح
ْ
ض
َ
أ ْ
و
َ
أ ٍر
ْ
طِف ِ
دْیِع َمْ
وَی ْي ِف َم
َّ
ل َ
س َ
و
ِة
َ
الَّالص
َ
ن
ا ً
رْي
َ
خ ْم
ُ
تْبَص
َ
أ ْ
د
َ
ق ُ
اس
َّ
االن
َ
ھُّی
َ
أ ׃ َال
َ
ق
َ
ف، ِ
ه ِھ ْج َ
وِب ا
َ
نْی
َ
لَع َلَب
ْ
ق
َ
أ.
Artinya :
Hadits Ibnu Abbas berkata : “Aku menyaksikan Rasulullah pada Hari Raya Idul Fitri atau Idul
Adha, setelah beliau selesai shalat menghadap kita dengan wajahnya kemudian bersabda : ‘
Wahai manusia kalian telah memperoleh kebaikan.” 7
Hadits di atas musalsal waktu periwayatan yaitu pada Hari Raya Idul Fitri atau Idul
Adha. Setapa perwai mengungkapkan kaliama tersebut dalam menyampaikan periwayatan
kepada muridnya.
Contoh Musalsal pada tempat periwayatan, seperti kata Ibnu Abbas tentang terijabah doa
di Multazam :
ُ
اب َج
َ
ت ْ
سُي ٌ
ع ِ
ضْ
و َم ُم
َ
ز
َ
ت
ْ
ل
ُ
ْل
َ
ا : ُل ْ
و
ُ
قَي َلم َ
س َ
و ِ
هْي
َ
لَع ُهللاى
َّ
ل َص ِهللا ُل ْ
و ُ
سِر
ُ
تْعِم َ
س
الِإ
ً
ةَ
وْع
َ
د ٌ
دْبَع ِ
هْيِف
َ
هللااَع
َ
دا َمَ
و , ُاءَالدع ِ
هْيِف
ُه
َ
ل َ
اب َج
َ
اشت
Artinya ;
Aku Mendenar Rasulullah Saw bersabda : “Multazam adalah suatu tempat yang diperkenankan
doa padanya. Tidak ada seorang hamba yang berdoa padanya melainkan dikabulkanya “
َج
َ
ت ْ
اس
َّ
اال
ُ
ثْي ِ
د َح
ْ
ال
َ
ذ
َ
ه
ُ
تْعِم َ
س
ُ
ذ
ْ
نُم
ٌّ
ط
َ
ق ِ
هْيِف َّلَج َ
و َّزَع ِهللا
ُ
تْ
وَع
َ
اد َم ِهللا َ
و
َ
ف: ٍ
اسَّبَع ُ
نْاب َال
َ
ق
ْيِل َ
اب
Artinya :
Ibnu Abbas berkata : Demi Allah, aku tidak berdoa kepada Allah padanya sama sekali sejak
mendengar Hadits ini melainkan memperkenankan doaku
Hadits Musalsal pada tempat periwayatan, masing-masing periwayat mengungkapakan
sebagaiman perkataan Ibnu Abbas tersebut setelah menyampaikan periwayatan Hadits kepada
orang lain
D. Hukum Hadits Musalsal
Terkadang Hadits terjadi musalsal dari awal sampai akhir dan terkadang sebagaian
musalsal terputus di permulaan atau di akhiran. Oleh karenanya Al-Hafizh Al-Iraqi berkata :
Sedikit sekali Hadits Musalsal yang salamat dari kedha’ifan, dimaksudkan disini sifat musalsal
bukan asal matan karena sebagain matan shahih. Ibnu Hajar Al-Atsqolani berkata8 : Musalsal
yang paling sahih di dunia ini adalah musalsal Hadits membaca Sarah Ash-Shaff. Disebutkan
7 Ajjaj al-Khatib,Al-Mukhtasar,hlm185
8 Abd Majid Khon, Ulumul Hadits, Hlm 274
11. dalam syarah An-Nukhbah musalsal para huffazh memberi faeda ilmu yang pasti (qathi)”9
dengan demikian tidak seluruh Hadits musalsal shahih. Hukum musalsal adakalanya Shahih,
Hasan dan Dha’if tergantung keadaan para perawinya. Sebagaimana tinjauan pembagian Hadits
di atas, bahwa musalsal adalah sifat sebagian sanad. Maka tidak menunjukkan keshahihan suatu
Hadits. Keshahihan Hadits ditentukan 5 persyaratan yakni :
1. Koneksi mata Rantai
2. Sejarah yang adil
3. Dhabit (daya ingat yang kuat)
4 Tidak adanya syadzdz
5. Tidak adanya illah (cacat)
Di antara kelebihan musalsal, adalah menunjukkan ke-muttashil-an dalam mendengar,
tidak adanya tadlis dan inqitha, dan nilai tambah ke- dhabith-an para perawi. Hal ini dibuktikan
dengan perhatian masing-masing perawi dalam pengulangan menyebut keadaan atau sifat para
perawi atau periwayatan.
E. Sekilas Syeh Muhammad Yasin Al-Fadani dan karyanya
1. Biografi
Nama lengkapnya adalah Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa al-Fadani al-Makki, al-
Indunisi, beliau lahir pada tahun 1330- 1410 H.10 tepatnya pada tanggal 17 Juni 1915 di kota
Mekkah, Arab Saudi. Beliau adalah seorang ahli sanad Hadis, ilmu falak, bahasa Arab, dan salah
satu pendiri madrasah Darul Ulum al-Diniyyah, Mekkah Ia merupakan putra ulama terkenal,
yang berasal dari Padang, Sumatera Barat yaitu Syekh Muhammad Isa al-Fadani. Beliau mulai
mempelajari Islam dari ayah dan pamannya syekh Mahmud11.
Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di Madrasah al-Sautiyyah alHindiyah. Beliau
pindah ke madrasah Darul Ulum al-Diniyyah di Mekkah pada tahun 1356 H, dan menamatkan
pendidikannya di sekolah ini Beliau belajar kepada banyak ulama yang terkemuka pada
masanya, diantaranya Muhammad ‘Ali bin Husain bin Ibrahim al-Maliki al-Makki,12
Selain mengajar di Darul Ulum, beliau juga aktif memberikan pengajian di Masjid al-
Haram, di rumah dan terkadang di perpustakaan pribadinya. Beliau juga belajar kepada para
9 Ajjaj al-Khatib,Al-Mukhtasar,hlm.186
10 Yusuf al-Mar’asyli,Nasyru al-Jawahir wa al-Durah fi ‘Ulama al-Qarn al-Rabi’al-‘Asyr,(Beirut:Dar al-Ma’rifah,
2006),Juz 1, h. 2147
11 Saleh Adri, “Pemikiran Hadits Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadani”. Jurnal Ilmu Hadits.Vol.1 No. 1 Januari 2021,
hal.87
12 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning,Pesantren, dan Tarekat: Tradisi -tradisi Islamdi Indonesia,(Jakarta:Mizan,
1995),h. 353.
12. ulama terkemuka di Taif, Mekkah, Madinah, Riyad, maupun kota-kota lainnya. Setelah
menjalani pendidikan formal, beliau berguru kepada beberapa ulama Timur Tengah, seperti
Yaman, Mesir, Siria, Kuwait dll. Disamping menimba ilmu,. Ia juga mengajar pada mata kuliah
ilmu Hadis. Dia merupakan seorang ulama yang mengikuti ajaran Ahlul Sunnnah wal Jamaah13.
Syekh Yasin adalah ulama yang berjuluk Musnid al Dunya (Pakar Sanad Dunia).
meskipun mendapatkan banyak pujian dari para penuntut ilmu, hal itu tidak lantas membuat
sikap Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani berubah. Pujian dan penghormatan tetap
memposisikannya sebagai figur sederhana dan bersahaja. Syekh Yasin sering terlihat berbelanja
untuk membeli keperluan sehari-hari. Kesederhanaan tokoh berdarah Padang, Sumatera Barat,
ini justru mengangkat derajatnya. Keahlian dan kepakarannya dalam bidang Hadis tidak terbatas
pada ilmu riwayat atau sanad saja, tetapi juga di bidang dirayat al-Hadis. Buku-bukunya banyak
dibaca para ulama dan menjadi rujukan lembagalembaga Islam, pondok pesantren, baik itu di
Arab Saudi maupun di Asia Tenggara. 4 Kitabnya yang paling terkenal: al-Fawaid al-Janiyyah,
menjadi materi silabus dalam mata kuliah usul fikih di Fakultas Syariah Al-Azhar Kairo14
Beliau wafat pada malam Jum’at 27 Zulhijjah tepatnya pada tanggal 20 Juli 1990 di
Mekkah, pada umur 75 tahun. beliau dishalatkan pada hari jum’at juga dan dimakamkan di
pemakaman al-Ma’lah di Mekkah al-Mukarramah
2 Karya-karya syeh Muhammad Yasin Al-Fadani
Semasa hidupnya, Syaikh Yasin menghabiskan umurnya untuk ilmu pengetahuan,
sehingga Syaikh Yasin mampu mengarang kitab kurang lebih berjumlah 102 kitab. 66
diantaranya adalah kitab kajian Sanad. Seluruh kitab-kitanya ada yang dipublikasikan dan ada
juga yang masih manuskrip. Menurut Ustadz Abdurrahman al-Jawi karya-karya Syaikh Yasin
banyak yang tersimpan dalam perpustakaan pribadinya15
Dari sekian banyak kitab-kitab beliau, hanya ada 97 kitab yang dikondifikasikan oleh
murid-muridnya. 9 kitab di antaranya adalah ilmu al-Hadis, 25 kitab Fiqih dan Usu al-Fiqih, 36
kitab Ilmu Falak, dan sisanya cabang dari ilmu-ilmu lain16
Karya-karya Syaikh Yasin dalam bidang Ilmu al-Hadis antara lain adalah sebagai
berikut:17
13 Saleh Adri, “Pemikiran Hadits Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadani” Hlm 88
14 Abdurrahman Wahid,Islamkosmopolitan: Nilai-nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan,( Jakarta:Wahid
Institute, 2007),h. 46.
15 Amirul Ulum, Musnid al-Dunya Syaikh Yasin ibnu Isa alFadani, (Yogyakarta: Global Press,2016),hlm.45.
16 Muhammad Syamsul Hadi,“ Tradisi Penulisan kitab alHadisarba’i>n dan sistematika penulisannya ( kajian atas
kitab arba’i>n hadi>tsan karya Syaikh Yasin al-Fadani,(Ponorogo:STAIN Ponorogo, 2009), hlm. 43
13. Al-dur Al-Mandhud fi Syarh Sunan abi Dawud
Al-‘aqd al-Farid min Jawahir al-Asanid
Fathu al-‘alam Syarah Bulugu al-Maram
Arbaun Haditsan min Arbaina kithaban Arbaina Syaikhan
Al-Ujlah Fi Al-Ahadits al-Musalsalah
Warawah ‘ala al-Jauhar al-Tsamin fi Arba’in Haditsan min Ahaditsi Sayyid al-
Mursalin
Waraqah Fi Majmu’ah al-Musalsalah
Iftitah al-Ikhwan bi Ikhtishar madmah al-Wujdan fi Asanid asy-Syaikh Umar
Hamdan
Ittihaf al-Khallan Taudih Tuhfat al-Bayan fi ‘Ilm al-Bayan
Ithaf al-Mustafid bi an-Nur al-Asanid
Ithaf al-Bararah bi Ahadits al-Kutub al-Haditsiyyah al-‘Asyrah AlFawaid al-
Janiyyah
Ithaf Uli al-Himam al-‘Aliyyah bi al-Kalam ‘ala al-Hadits alMusalsal al-
Awwaliyyah
Al-Arba’un Hadisan min Arba’in Kitaban ‘an Arba’in Syaikhan
An-Nafhat al-Maskiyyah fi Asanid al-Makkiyyah
Al-Kawakib as-Siyarah fi Asanid al-Mukhtarah
3. Contoh Hadits Musalsal yang ditulis oleh Syekh Yasin dalam Kitab Al-Ujalah Fi al-Hadits al-
Musalsalah :
A. Hadits Musalsal bil Awwaliyyah
ينالراحمو ": قالوسلم عليههللاصلىهللالسورأن عنهماهللا ي ضر وعمر بنهللاعبدعن
رحمهم
وتعالى كرتباالرحمن
"السماء فىمنيرحمكمضراأل فىمنحموارا
Artinya :
17 Sukron Farda,Perawi Indonesia dalamKitab Arba’un alBuldaniyyah Arba’u>n Hadi>tsan “an Arba’i>n Syaikh}an
min Arba’i>na Baladan,(Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga,2016),hlm.27
14. Dari Abdullah bin Amru R.A sesunguhnya Nabi Muhammad SAW, Bersabda : Orang yang memberi
kasih sayang, maka dia akan mendapatkan kasih sayang Allah, Sayangilah orang yang ada di bumi
karena Allah, Niscaya kamu akan dikasih sayangi orang yang di langit.18
Hadits tersebut dikenal dikalangan ahli Hadits dengan istilah hadits Musalsal bil
Awwaliyyah. Musalsal artinya rantai, hadits musalsal artinya hadits yang diriwayatkan oleh
pembawa riwayat dengan kondisi yang sama mulai dari Nabi Muhammad Saw sampai Rawi
yang terakhir
Bil Awwaliyyah artinya sebagai pelaran pertama. Para ulama Hadits sampai sekarang
mentradisikan bahwa hadits tersebut selalu diajrakan dalam kondisi sebagai pelajaran utama
yang diajarkan kepada murid-muridnya. Ini sebuah Mu’jizat kenabian yang luar biasa, yaitu para
shababat, ulama, dan para pakar ilmu hadits dimulai dari zaman Nabi sampai sekarang selalu
mengajarakan kekasih sayang sebelum pelajaran lainya, bahkan sebelum pelajaran akidah,
Syariah, Akhlak dan Ajaran lainya. Maka ini menunjukkan betapa ajaran kasih sayang itu diatas
semua ajaran lainya
Ulama mendefinisikan rahamah dengan kelembutan hati yang mendorong seseorang atau
makhluk hidup untuk berbuat kebaikan kepada sesamanya atau lainya. Rahmah merupakan
kebaikan yang diberikan Allah kepada makhluk hidup sehingga mereka mempunyai sikap yang
baik terhadap sesamanya dan memberikan manfaat kepada sesama19
B. Hadits Musasal Bi Shafahat / Berjabat Tangan
:قال مالكينأتس
َ
خ
ُ
ت ْ
س َ
سَما َم
َ
ف، َم
َّ
ل َ
س َ
و ِ
هْي
َ
لَع ُ َّ
اّلل ى
َّ
ل َص ِ
َّ
اّلل ِ
لو ُ
سَر ا
َ
ن ِ
دِي َ
س
َّ
ف
َ
ك ِه ِ
ذ
َ
ه ي ِف
َ
كِب
ُ
تْح
َ
اف َص
اًررِرَحالَ
و ااز
َم
َّ
ل َ
س َ
و ِ
هْي
َ
لَع ُ َّ
اّلل ى
َّ
ل َص ِ
ه ِف
َ
ك ْ
ن ِم
َ
نَي
ْ
ل
َ
أ
Artinya :
Aku Berjabat tangan dengan menyentuh Tangan baginda Nabi Muhammad Saw. Seperti tidak
pernah menyentuh sutra yang lebih lembut dari tapak Tangan baginda Nabi Muhammad Saw.20
Hadits diatas menjelaskan keutamaan berjabat tangan langsung dengan Rasulullah Saw.
dan Hadits ini sangat populer dikalangan kaum sufi. Sekian banyak hadits diriwayatkan begitu.
Sehingga mendapatkan keberkahan dari Guru, yang diawali dari baginda Nabi Muhammad Saw.
diharapkan pahalanya akan terus mengalir Hingga saat ini
18 Muhammad Yasin Al-Fadani, Al-Ujlah Fi al-Hadits al-Musalsalah.Hlm 10
19 http://www.almunawwar.or.id/arti-musalsal-bil-awwaliyah-dari-hadits-awwaluha-al-rahmah-menurut-ilmu-alat/
20 Muhammad Yasin Al-Fadani, Al-Ujlah Fi al-Hadits al-Musalsalah.Hlm 11
15. F. Penutup
Syaikh Yasin mempunyai nama lengkap ‘Alam al-Din Abu Fayd Muhammad Yasin bin
Muhammad ‘Isa bin Udik al-Fadani al-Makki al-Syafi’i. Beliau merupakan ulama keturunan
Padang, Sumatra Barat yang dilahirkan di kota Mekkah Arab Saudi pada hari selasa tanggal 27
Sya’ban, tahun 1337 H/1917 M
Syaikh Yasin mulai kecil mempelajari al-Qur’an langsung kepada ibunya sendiri, hingga
ketika berumur 8 tahun beliau mempu menghafal al-Qur’an. Setelah itu, Syaikh Yasin belajar
dimadrash-madrasah formal dan non formal
Dari madrasah tersebutlah Syaikh Yasin memperoleh ilmu lengkap beserta Sanadnya, ada
sekita 700 riwayat baik dari ulama laki-laki maupun perempuan. Sehingga Syaikh Yasin diakui
oleh para Ulama dunia gengan gelar Musnid al-Dunnya (ahli Sanad dunia). Gelar tersebut
diperoleh karena beliau telah mampu menghidupkan kajian sanad yang awalnya sudah mulai
menghilang.
Meskipun Syaikh tidak tinggal di Indonesia, namun Syekh Yasin mempunyai konstribusi
besar tentang khazanah keilmuan tentang Ulumul Hadits lebih khusus lagi tentang hadits
Musalsal beliau menjelaskan dengan rinci tentang hadits musalsal dan menerbitkan berbagai
karya tentang Ulumul Hadits
16. DAFTAR PUSTAKA
Abd Majid Khon, Ulumul Hadits ( Cet. 2 : Jakarta : Amzah, 2007 )
Sulaemang, Ulumul Hadits ( Cet 1 : Sulawesi Tenggara : AA-DZ Grafika, 2017 )
Ath-Thahan, Mahmud, Taysir Mustolah al-Hadits ( Beirut : Dar ats-Tsaqafah Al-
Islamiyah )
Yusuf al-Mar’asyli, Nasyru al-Jawahir wa al-Durah fi ‘Ulama al-Qarn al-Rabi’ al-‘Asyr,
(Beirut: Dar al-Ma’rifah, 2006), Juz 1.
Saleh Adri, “Pemikiran Hadits Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadani”. Jurnal Ilmu Hadits.
Vol. 1 No. 1 Januari 2021
Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia,(Jakarta: Mizan, 1995)
Muhammad Yasin Al-Fadani, al-Ujlah Fi al-Hadits al-Musalsal ( Demaskus : Darul
Basha’ir, 1985 )