SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Download to read offline
ANALISIS SENSITIVITAS 
Dr Auditya Purwandini Sutarto,
Manfaat Analisis Sensitivitas 
Ketika memecahkan model LP kita 
mengasumsikan semua faktor yang relevan 
diketahui dengan pasti. 
Namun, secara riil unsur kepastian jarang 
terjadi, sehingga analisis sensitivitas membantu 
mengevaluasi seberapa robust suatu solusi
Analisis Sensitivitas membantu menjawab 
pertanyaan bagaimana perubahan pada solusi 
optimum jika input di-variasi-kan. 
•• KKooeeffiissiieenn FFuunnggssii OObbyyeekkttiiff 
• Konstanta Ruas Kanan 
• Penambahan atau pengurangan variabel 
keputusan
Kasus Reddy Mikks 
• Perusahaan Reddy Mikks merupakan suatu pabrik cat yang 
memproduksi cat rumah baik eksterior maupun interior 
untuk dipasarkan secara grosir. Dua bahan baku dasar A 
dan B digunakan untuk memproduksi cat. Bahan baku A 
yyaanngg tteerrsseeddiiaa mmaakkssiimmuumm sseebbaannyyaakk 66 ttoonn ppeerr hhaarrii,, ddaann 
bahan B 8 ton per hari. Untuk memproduksi cat eksterior 
diperlukan 1 ton bahan A dan 2 ton bahan B, sedangkan 
untuk cat interior diperlukan 2 ton bahan A dan 1 ton 
bahan B. Riset pasar menunjukkan selisih permintaan cat 
interior dan eksterior tidak lebih dari 1 ton, dan permintaan 
cat interior maksimum 2 ton per hari. Harga grosir untuk 
cat eksterior per ton $3000 dan $2000 untuk cat interior
Formulasi Kasus Reddy Mikks 
Maksimasi Z = 3x1 + 2x2 
s.t 
xx1 ++ 22xx2 ≤≤ 66 
2x1 + x2 ≤ 8 
-x1 + x2 ≤ 1 
x2 ≤ 2 
x1, x2  0
Post-Optimal Analysis 
1. Departemen Produksi mengurangi 2 ton/hari penggunaan 
material B ke proses produk lain namun material A 
dinaikkan 3 ton/hari 
2. Departemen Marketing memprediksi setelah 6 bulan terjadi 
perubahan pasar dimana pangsa pasar cat interior naik dari 
2 ton menjadi 3.5 ton/hari 
3. Departemen Litbang menemukan proses baru yang 
mengurangi penggunaan material A dan B untuk produksi 
cat eksterior dari 1 ton menjadi 0.8 ton dan 2 ton menjadi 
1.7 ton 
4. Departemen keuangan mengantisiapis kompetisi ketat akan 
mengurangi marginal profit untuk cat eksterior dan interior 
menjadi $2.500 dan $1.500/ton
Analisis Sensitivitas dari Post- 
Optimal Analysis 
Solusi Optimal 
Berubah? 
Bagaimana jika situasi diatas akan 
mengubah solusi optimum sekarnag? 
1. Solusi menjadi tidak layak (infeasible) 
2. Solusi menjadi tidak optimum
Analisis Sensitivitas dari Post- 
Optimal Analysis (Ctd.) 
• Infeasibility  dapat terjadi jika ada 
perubahan ketersediaan sumber daya (ruas 
kkaannaann kkoonnssttrraaiinn)) ddaann aattaauu ppeennaammbbaahhaann 
konstrain baru 
• Nonoptimality  perubahan pada fungsi 
obyektif dan atau ruas kiri elemen konstrain
Langkah Pemecahan 
1. Pecahkan masalah LP awal, cari tabel simpleks 
optimum-nya 
2. Untuk tiap perubahan pada LP awal, hitung ulang 
eelleemmeenn yyaanngg bbaarruu ppaaddaa ttaabbeell ooppttiimmuumm sseekkaarraanngg 
menggunakan metode primal-dual 
3. Jika tabel baru tidak optimum, lanjut ke step 4. 
Jika tidak layak, lanjut ke step 5. Jika keduanya 
tercapai, nyatakan tabel baru sebagai solusi 
optimum baru
Langkah Pemecahan (Ctd.) 
4. Gunakan metode simpleks reguler untuk 
tabel baru agar diperoleh memperoleh 
ssoolluussii ooppttiimmuumm yyaanngg bbaarruu ((aattaauu 
indikasikan jika solusi tidak terbatas). Stop 
5. Gunakan metode dual simpleks untuk tabel 
baru untuk me-recover kelayakan (atau 
indikasikan jika solusi layak tidak ada). 
Stop
Bentuk Primal Dual Kasus Reddy 
Mikks 
Primal Dual 
Maksimasi Z = 3x1 + 2x2 
s.t 
Minimasi W = 6y1 + 8y2 + y3 + 2y4 
s.t 
x1 + 2x2 ≤ 6 
2x1 + x2 ≤ 8 
-x1 + x2 ≤ 1 
x2 ≤ 2 
x1, x2  0 
y1 + 2y2 - y3 ≥ 3 
2y1 + y2 +y3 + y4 ≥ 2 
y1, y2 , y3 , y4  0
Tabel Awal Primal 
Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass 
KKaannaann 
Z -3 -2 0 0 0 0 0 
ss11 11 22 11 00 00 00 66 
s2 2 1 0 1 0 0 8 
s3 -1 1 0 0 1 0 1 
s4 0 1 0 0 0 1 2
Tabel Optimum Primal 
Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass 
KKaannaann 
Z 0 0 1/3 44//33 0 0 3388//33 
xx22 00 11 22//33 --11//33 00 00 44//33 
x1 1 0 -11//33 22//33 0 0 1100//33 
s3 0 0 -1 1 1 0 3 
s4 0 0 -22//33 11//33 0 1 2/3
PERUBAHAN YANG 
BERPENGARUH PADA 
KELAYAKAN
Perubahan Ruas Kanan dari 
Konstrain 
• Material A naik kapasitasnya dari 6 ton menjadi 7 ton 
• Dari perhitungan primal dual  perubahan ruas kanan 
konstrain hanya berpengaruh pada ruas kanan tabel 
ooppttiimmaall ((ppeennggaarruuhh ppaaddaa kkeellaayyaakkaann ssaajjaa)).. OOlleehh kkaarreennaa 
itu perlu menghitung ulang ruas kanan dengan rumus 
dalam komputasi primal dual 
 
   
 
 
   
   
 
 
 
 
  
 
   
 
 
   
 
Kolom 
dalam model 
original 
Invers dalam 
iterasi 
Kolom 
dalam 
iterasi 
i 
xi 
i 
• Dimana xi dalam kasus ini adalah kolom ruas kanan
• Solusi basis yang baru untuk masalah ini 
 
     
 
 
 
     
 
 
     
 
 
 
     
     
 
 
 
     
 
2 3 1 3 0 0 
 
1 3 2 3 0 0 
 
 
 
 
 
     
 
 
     
 
2 
3 
2 
0 
7 
8 
1 
2 
1 1 1 0 
2 3 1 3 0 1 
2 
x 
x 
1 
3 
4 
s 
s 
Ruas kanan 
yang baru pada 
tabel 
• Karena elemen ruas kanan seluruhnya non negatif, 
variabel basis tidak berubah, hanya nilanya berubah 
menjadi x1 = 3, x2 = 2, s3 = 2, s4 = s5 = s6 = 0. Nilai 
Z yang baru menjadi 3(3)+2(2) = 13
• Bagaimana jika variabel basis berubah 
menjadi tidak layak? 
• Misalkan ketersediaan material A dan B 
berubah menjadi 7 dan 4 ton dari semula 6 
dan 8 ton 
•• RRuuaass kkaannaann ttaabbeell yyaanngg bbaarruu mmeennjjaaddii 
 
     
 
 
     
 
10 3 
1 3 
 
 
 
 
     
 
 
 
     
     
 
 
 
     
 
2 3 1 3 0 0 
 
1 3 2 3 0 0 
 
 
 
 
 
     
 
 
      
2 
4 3 
7 
4 
1 
2 
1 1 1 0 
2 3 1 3 0 1 
2 
x 
x 
1 
3 
4 
s 
s 
Ruas kanan 
yang baru pada 
tabel
Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass 
KKaannaann 
Z 0 0 11//33 4/3 0 0 2233//33 
x2 0 1 22//33 -1/3 0 0 1100//33 
x1 1 0 -1/3 2/3 0 0 11//33 
s3 0 0 -1 1 1 0 -2 
s4 0 0 -2/3 1/3 0 1 -44//33 
• Walaupun nilai Z baru 3(1/3)+2(10/3)= 23/3 adalah 
optimal namun karena s3 dan s4 negatif maka solusi 
menjadi tidak layak. Untuk memecahkan masalah ini 
gunakan metode simpleks dual.
• Dengan mengaplikasikan simpleks dual, variabel 
s3 dan s1 masing-masing menjadi variabel keluar 
dan masuk. Tabel baru yang terbentuk adalah 
Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass 
KKaannaann 
Z 0 0 0 55//33 1/3 0 7 
xx22 00 11 00 1111////3333 22//33 00 22 
x1 1 0 0 11//33 -11//33 0 1 
s1 0 0 1 -1 -1 0 2 
s4 0 0 0 -1/3 -22//33 1 0 
• Tabel ini telah optimal dan layak. Solusi yang 
baru adalah x1 = 1, x2 = 2 dan Z = 7
Penambahan Konstrain Baru 
• Penambahan konstrain yang baru akan 
menghasilkan salah satu dari dua kondisi berikut 
1. Konstrain itu dipenuhi oleh solusi saat ini, dalam 
kasus dimana konstrain tersebut berlebihan 
((bbiinnddiinngg //rreedduunnddaanntt)) ddaann ppeennaammbbaahhaannnnyyaa ttiiddaakk 
mengubah solusi 
2. Konstrain tersebut tidak dipenuhi oleh solusi saat 
ini, sehingga menjadi terbatas (binding) dan 
solusi yang baru diperoleh menggunakan metode 
simpleks dual
• Sebagai contoh anggaplah permintaan harian cat 
eksterior tidak melebihi 4 ton. Sebuah konstrain 
baru dalam bentuk x1 ≤ 4 harus ditambahkan ke 
dalam model 
• Karena solusi yang sekarang telah (x1 = 10/3, x2 = 
44//33)) mmeemmeennuuhhii kkoonnssttrraaiinn yyaanngg bbaarruu mmaakkaa 
konstrain baru dapat dinyatakan berlebihan 
sehingga solusi sekarang tidak berubah 
• Jika nilai konstrain baru tersebut diubah menjadi 3 
ton maka konstrain baru x1 ≤ 3 tidak dipenuhi oleh 
pemecahan telah (x1 = 10/3, x2 = 4/3)
• Yang perlu dilakukan adalah mendapatkan 
kembali solusi yang layak. 
• Pertama-tama tambahkan variabel slack atau 
surplus ke dalam bentuk standar untuk konstrain 
baru tersebut. Lalu substitusi keluar setiap variabel 
bass saat ini dalam batasan tersebut dalam bentuk 
vvaarriiaabbeell nnoonn bbaassiiss ((ssaaaatt iinnii)).. LLaannggkkaahh tteerraakkhhiirr 
adalah menambahkan konstrain yang 
“dimodifikasi” ke tabel optimum saat ini dan 
menerapkan simpleks dual untuk mendapatkan 
kembali kelayakan
• Menggunakan s5 sebagai variabel slack, untuk bentuk standar x1 
≤ 3 maka 
• Dalam solusi saat ini, x1 adalah variabel basis dan kita harus 
mensubstitusi keluar variabel ini dalam bentuk variabel non 
basis. Dalam persamaan x1 dari tabel optimal saat ini, kita 
memiliki 
x1 – (1/3)s1 + (2/3) s2 = 10/3  x1 = 10/3 +(1/3)s1 - (2/3) s2 
•• JJaaddii kkoonnssttrraaiinn bbaarruu tteerrsseebbuutt yyaanngg ddiieekksspprreessiikkaann ddaallaamm bbeennttuukk 
variabel non basis menjadi 
(10/3) + (1/3) s1 - (2/3) s2 + s5 = 3 atau 
(1/3) s1 - (2/3) s2 + s5 = -1/3 
• Sisi kanan negatif menunjukkan ketidaklayakan karena dengan 
s1+ s2 =0, maka + s5 = -1/3 melanggar syarat s5 ≥ 0
• Batasan yang dimodifikasi ini lalu ditambahkan ke tabel 
optimal saat ini. Penambahan ke dalam tabel diperlihatkan 
dengan highlight. Elemen-elemen selebihnya diambil secara 
langsung dari tabel optimum saat ini 
Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 s5 RRuuaass 
KKaannaann 
ZZ 00 00 11//33 44//33 00 00 00 33338888////3333 
x2 0 1 2/3 -1/3 0 0 0 44//33 
x1 1 0 -1/3 2/3 0 0 0 1100//33 
s3 0 0 -1 1 1 0 0 3 
s4 0 0 -2/3 1/3 0 1 0 22//33 
s5 0 0 1/3 -2/3 0 0 1 -1/3
• Dengan simpleks dual s5 meninggalkan pemecahan dan s2 
sebagai entering variable. Tabel optimum yang baru 
Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 s5 RRuuaass 
KKaannaann 
Z 0 0 1 0 0 0 2 1122 
x2 0 1 ½ 0 0 0 -1/2 3/2 
x1 1 0 0 0 0 0 1 3 
s3 0 0 -11//22 0 1 0 33//22 5/2 
s4 0 0 -11//22 0 0 1 11//22 1/2 
s2 0 0 -11//22 1 0 0 -3/2 1/2 
• Nilai optimum Z lebih buruk dari sebelum konstrain baru 
ditambahkan. Hal ini dapat diperkirakan karena penambahan 
sebuah konstrain baru yang tidak berlebihan tidak akan pernah 
memperbaiki nilai Z
PERUBAHAN YANG 
BBEERRPPEENNGGAARRUUHH PPAADDAA 
OPTIMALITAS
Perubahan Fungsi Obyektif 
• Tinjau kembali perhitungan primal-dual dimana nilai dual 
dihitung menggunakan koefisien dari variabel basis dalam 
fungsi obyektif. Nilai-nilai dual ini selanjutnya disubstitusi 
dalam konstrain dual untuk menghitung koefisien-z. Dua hal 
penting yang dapat terjadi 
1. Jika perubahan dalam fungsi obyektif melibatkan koefisien 
dari variabel basis saat ini, tentukan nilai dual yang baru 
dan gunakan untuk menghitung ulang koefisien-z 
2. Jika perubahan melibatkan hanya variabel non basis, 
gunakan nilai dual saat ini (langsung dari tabel simpleks 
saat ini) dan hitung ulang koefisien-z hanya dari variabel 
non basis saja. Perubahan lain tidak terjadi dalam tabel
• Sebagai ilustrasi, anggaplah kasus diatas fungsi 
tujuan diubah dari 
z = 3x1 + 2x2 menjadi z = 5x1 + 4x2 . 
• Perubahan ini melibatkan variabel yang merupakan 
basis untuk solusi saat ini 
• Sekanjutnya kita tentukan nilai dual. Perhatikan 
uurruuttaann vvaarriiaabbeell bbaassiiss ddaarrii ttaabbeell ssaaaatt iinnii aaddaallaahh ((xx2,, xx1, 
s3, s4) 
    
1,2,0,0 
2 3 1 3 0 0 
1 3 2 3 0 0 
1 1 1 0 
 
 
2 3 1 3 0 1 
, , , 0,0 1 2 3 4 
 
 
     
 
 
     
 
 
 
y y y y  4,5, 
• Langkah selanjutnya menghitung koefisien-z dengan mencari 
perbedaan sisi kiri dan sisi kanan konstrain dual yang terkait. 
Hal ini dilakukan sebagai berikut (Perhatikan bawha sisi kanan 
dual sekarang harus sama dengan koefisien fungsi obyektif 
yang baru) 
Koefisien x1 = y1 + 2y2 – y3 - 5 = 1(1) 2(2) – 0(0) – 5 = 0 
Koefisien x2 = 2y1 + y2 + y3 + y4 – 4 = 2(1) + 2 + 0 + 0 – 4 = 0 
Koefisien s1 1 = y1 1 – 0 = 1 – 0 = 1 Minimasi W = 100y1 + 90y2 + 
Koefisien s2 = y2 – 0 = 2 – 0 = 1 
y3 + 2y4 
Koefisien s3 = y3 - 0 = 0 – 0 = 0 
s.t 
Koefisien s4 = y4 - 0 = 0 – 0 = 0 
y1 + 2y2 - y3 ≥ 3 
2y1 + y2 +y3 + y4 ≥ 2 
y1, y2 , y3 , y4  0 
• Karena koefisien z ≥ 0 (maksimasi) maka nilai variabel 
optimum tidak berubah, nilai Z berubah menjadi 5 x (10/3) + 4 
x (4/3) = 22
• Sekarang pandang kasus lain dimana fungsi 
obyektif berakibat pada ketidakoptimalan. Misal 
fungsi tujuan berubah menjadi z= 4x1 + x2 maka 
    
2 3 1 3 0 0 
1 3 2 3 0 0 
1 1 1 0 
 
 
2 3 1 3 0 1 
, , , 1,4,0,0 1 2 3 4 
 
     
 
 
     
 
 
 
y y y y   
 2 3,7 3,0,0 
  
• Tabel z yang baru berubah menjadi 
 
 
Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass 
KKaannaann 
Z 0 0 -22//33 7/3 0 0 4444//33
• Karena koefisien s1 negatif maka s1 menjadi 
entering variable dan optimalitas diperoleh 
kembali dengan menerapkan metode simpleks 
reguler. Tabel berikut menunjukkan optimum 
yang baru dicapai dalam satu iterasi. Iterasi 
pertama sama dengan iterasi optimum solusi saat 
ini hanya berbeda pada persamaan z
IItteerraassii Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass 
KKaannaann 
1 Z 0 0 -2/3 7/3 0 0 4444//33 
x2 0 1 22//33 -11//33 0 0 44//33 
x1 1 0 -1/3 2/3 0 0 1100//33 
s3 0 0 -1 1 1 0 3 
s4 0 0 -2/3 1/3 0 1 22//33 
IItteerraassii Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass 
KKaannaann 
2 Z 0 1 0 2 0 0 1166 
s1 0 33//22 1 -11//22 0 0 2 
x1 1 11//22 0 1/2 0 0 4 
s3 0 33//22 0 1/2 1 0 5 
s4 0 1 0 0 0 1 2

More Related Content

What's hot

Soal peta kendali variabel
Soal peta kendali variabelSoal peta kendali variabel
Soal peta kendali variabelMuhammad Hamid
 
Riset Operasi Penugasan.ppt
Riset Operasi Penugasan.pptRiset Operasi Penugasan.ppt
Riset Operasi Penugasan.pptBastianElvn
 
3 lagrange-multipliers
3 lagrange-multipliers3 lagrange-multipliers
3 lagrange-multipliersArief Cool
 
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratTabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratIr. Zakaria, M.M
 
PROGRAM LINEAR.ppt
PROGRAM LINEAR.pptPROGRAM LINEAR.ppt
PROGRAM LINEAR.pptBayu Yoga
 
Riset operasi 1
Riset operasi 1Riset operasi 1
Riset operasi 1erikwurara
 
3. newton raphson method
3. newton raphson method3. newton raphson method
3. newton raphson methodokti agung
 
Modul 05 Pemodelan Konseptual
Modul 05 Pemodelan KonseptualModul 05 Pemodelan Konseptual
Modul 05 Pemodelan KonseptualArif Rahman
 
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programmingITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programmingFransiska Puteri
 
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)hazhiyah
 
Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitasAnalisis sensitivitas
Analisis sensitivitasAde Nurlaila
 
Linear programming
Linear programmingLinear programming
Linear programmingAfdan Rojabi
 
Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)hazhiyah
 
Dualitas- Program Linear
Dualitas- Program LinearDualitas- Program Linear
Dualitas- Program LinearHelvyEffendi
 

What's hot (20)

Soal peta kendali variabel
Soal peta kendali variabelSoal peta kendali variabel
Soal peta kendali variabel
 
Riset Operasi Penugasan.ppt
Riset Operasi Penugasan.pptRiset Operasi Penugasan.ppt
Riset Operasi Penugasan.ppt
 
3 lagrange-multipliers
3 lagrange-multipliers3 lagrange-multipliers
3 lagrange-multipliers
 
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratTabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
 
PROGRAM LINEAR.ppt
PROGRAM LINEAR.pptPROGRAM LINEAR.ppt
PROGRAM LINEAR.ppt
 
Riset operasi 1
Riset operasi 1Riset operasi 1
Riset operasi 1
 
3. newton raphson method
3. newton raphson method3. newton raphson method
3. newton raphson method
 
Rantai Markov 1
Rantai Markov 1Rantai Markov 1
Rantai Markov 1
 
Modul 05 Pemodelan Konseptual
Modul 05 Pemodelan KonseptualModul 05 Pemodelan Konseptual
Modul 05 Pemodelan Konseptual
 
Uas riset operasi (kevin surya)
Uas riset operasi (kevin surya)Uas riset operasi (kevin surya)
Uas riset operasi (kevin surya)
 
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programmingITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
 
UJI Z dan UJI T
UJI Z dan UJI TUJI Z dan UJI T
UJI Z dan UJI T
 
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
 
Akt 4-anuitas-hidup
Akt 4-anuitas-hidupAkt 4-anuitas-hidup
Akt 4-anuitas-hidup
 
Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitasAnalisis sensitivitas
Analisis sensitivitas
 
Linear programming
Linear programmingLinear programming
Linear programming
 
Akt 2-tabel-mortalitas
Akt 2-tabel-mortalitasAkt 2-tabel-mortalitas
Akt 2-tabel-mortalitas
 
Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)
 
Dualitas- Program Linear
Dualitas- Program LinearDualitas- Program Linear
Dualitas- Program Linear
 
Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z
 

More from Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia

Studi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective Matrix
Studi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective MatrixStudi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective Matrix
Studi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective MatrixUniversitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia
 

More from Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia (20)

3. KONSEP TEKNOLOGI DI BIDANG TEKNIK INDUSTRI
3. KONSEP TEKNOLOGI DI BIDANG TEKNIK INDUSTRI 3. KONSEP TEKNOLOGI DI BIDANG TEKNIK INDUSTRI
3. KONSEP TEKNOLOGI DI BIDANG TEKNIK INDUSTRI
 
2. KONSEP TEKNOLOGI -PERKEMBANGAN IPTEK
2. KONSEP TEKNOLOGI -PERKEMBANGAN IPTEK2. KONSEP TEKNOLOGI -PERKEMBANGAN IPTEK
2. KONSEP TEKNOLOGI -PERKEMBANGAN IPTEK
 
1. KONSEP TEKNOLOGI - PENDAHULUAN
1. KONSEP TEKNOLOGI - PENDAHULUAN 1. KONSEP TEKNOLOGI - PENDAHULUAN
1. KONSEP TEKNOLOGI - PENDAHULUAN
 
2021_KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH
2021_KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH2021_KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH
2021_KAJIAN PUSTAKA & PERUMUSAN MASALAH
 
2021_PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN
2021_PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN2021_PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN
2021_PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN
 
Studi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective Matrix
Studi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective MatrixStudi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective Matrix
Studi Kasus (Artikel Ilmiah): Pengukuran Produktivitas dengan Objective Matrix
 
PART 1 - Evaluasi Pekerjaan & Penilaian Kinerja
PART 1 - Evaluasi Pekerjaan & Penilaian KinerjaPART 1 - Evaluasi Pekerjaan & Penilaian Kinerja
PART 1 - Evaluasi Pekerjaan & Penilaian Kinerja
 
MANAJEMEN STRESS KERJA
MANAJEMEN STRESS KERJAMANAJEMEN STRESS KERJA
MANAJEMEN STRESS KERJA
 
ERGONOMI: PERANCANGAN DISPLAY & KONTROL
ERGONOMI: PERANCANGAN DISPLAY & KONTROL ERGONOMI: PERANCANGAN DISPLAY & KONTROL
ERGONOMI: PERANCANGAN DISPLAY & KONTROL
 
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
 
PSIKOLOGI INDUSTRI - MOTIVASI KERJA
PSIKOLOGI INDUSTRI - MOTIVASI KERJAPSIKOLOGI INDUSTRI - MOTIVASI KERJA
PSIKOLOGI INDUSTRI - MOTIVASI KERJA
 
ERGONOMI LINGKUNGAN FISIK - KEBISINGAN, TEMPERATUR, & GETARAN
ERGONOMI LINGKUNGAN FISIK - KEBISINGAN, TEMPERATUR, & GETARANERGONOMI LINGKUNGAN FISIK - KEBISINGAN, TEMPERATUR, & GETARAN
ERGONOMI LINGKUNGAN FISIK - KEBISINGAN, TEMPERATUR, & GETARAN
 
ERGONOMI - LINGKUNGAN FISIK - PENCAHAYAAN
ERGONOMI - LINGKUNGAN FISIK - PENCAHAYAANERGONOMI - LINGKUNGAN FISIK - PENCAHAYAAN
ERGONOMI - LINGKUNGAN FISIK - PENCAHAYAAN
 
ANALISIS JABATAN, SELEKSI, REKRUTMEN, & STAFFING
ANALISIS JABATAN, SELEKSI, REKRUTMEN, & STAFFINGANALISIS JABATAN, SELEKSI, REKRUTMEN, & STAFFING
ANALISIS JABATAN, SELEKSI, REKRUTMEN, & STAFFING
 
RISET DALAM PSIKOLOGI INDUSTRI
RISET DALAM PSIKOLOGI INDUSTRIRISET DALAM PSIKOLOGI INDUSTRI
RISET DALAM PSIKOLOGI INDUSTRI
 
PSIKOLOGI INDUSTRI - PENDAHULUAN
PSIKOLOGI INDUSTRI - PENDAHULUAN PSIKOLOGI INDUSTRI - PENDAHULUAN
PSIKOLOGI INDUSTRI - PENDAHULUAN
 
METODOLOGI PENELITIAN - PENULISAN LAPORAN DAN TEKNIK PRESENTASI
METODOLOGI PENELITIAN - PENULISAN LAPORAN DAN TEKNIK PRESENTASI METODOLOGI PENELITIAN - PENULISAN LAPORAN DAN TEKNIK PRESENTASI
METODOLOGI PENELITIAN - PENULISAN LAPORAN DAN TEKNIK PRESENTASI
 
ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI
ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI
ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI
 
ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESIN
ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESINANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESIN
ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESIN
 
ANALISA & PENGUKURAN KERJA - SISTEM KERJA DAN PRODUKTIVITAS
ANALISA & PENGUKURAN KERJA - SISTEM KERJA DAN PRODUKTIVITASANALISA & PENGUKURAN KERJA - SISTEM KERJA DAN PRODUKTIVITAS
ANALISA & PENGUKURAN KERJA - SISTEM KERJA DAN PRODUKTIVITAS
 

Recently uploaded

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 

Lp analisis sensitivitas studi kasus reddy mikks

  • 1. ANALISIS SENSITIVITAS Dr Auditya Purwandini Sutarto,
  • 2. Manfaat Analisis Sensitivitas Ketika memecahkan model LP kita mengasumsikan semua faktor yang relevan diketahui dengan pasti. Namun, secara riil unsur kepastian jarang terjadi, sehingga analisis sensitivitas membantu mengevaluasi seberapa robust suatu solusi
  • 3. Analisis Sensitivitas membantu menjawab pertanyaan bagaimana perubahan pada solusi optimum jika input di-variasi-kan. •• KKooeeffiissiieenn FFuunnggssii OObbyyeekkttiiff • Konstanta Ruas Kanan • Penambahan atau pengurangan variabel keputusan
  • 4. Kasus Reddy Mikks • Perusahaan Reddy Mikks merupakan suatu pabrik cat yang memproduksi cat rumah baik eksterior maupun interior untuk dipasarkan secara grosir. Dua bahan baku dasar A dan B digunakan untuk memproduksi cat. Bahan baku A yyaanngg tteerrsseeddiiaa mmaakkssiimmuumm sseebbaannyyaakk 66 ttoonn ppeerr hhaarrii,, ddaann bahan B 8 ton per hari. Untuk memproduksi cat eksterior diperlukan 1 ton bahan A dan 2 ton bahan B, sedangkan untuk cat interior diperlukan 2 ton bahan A dan 1 ton bahan B. Riset pasar menunjukkan selisih permintaan cat interior dan eksterior tidak lebih dari 1 ton, dan permintaan cat interior maksimum 2 ton per hari. Harga grosir untuk cat eksterior per ton $3000 dan $2000 untuk cat interior
  • 5. Formulasi Kasus Reddy Mikks Maksimasi Z = 3x1 + 2x2 s.t xx1 ++ 22xx2 ≤≤ 66 2x1 + x2 ≤ 8 -x1 + x2 ≤ 1 x2 ≤ 2 x1, x2  0
  • 6. Post-Optimal Analysis 1. Departemen Produksi mengurangi 2 ton/hari penggunaan material B ke proses produk lain namun material A dinaikkan 3 ton/hari 2. Departemen Marketing memprediksi setelah 6 bulan terjadi perubahan pasar dimana pangsa pasar cat interior naik dari 2 ton menjadi 3.5 ton/hari 3. Departemen Litbang menemukan proses baru yang mengurangi penggunaan material A dan B untuk produksi cat eksterior dari 1 ton menjadi 0.8 ton dan 2 ton menjadi 1.7 ton 4. Departemen keuangan mengantisiapis kompetisi ketat akan mengurangi marginal profit untuk cat eksterior dan interior menjadi $2.500 dan $1.500/ton
  • 7. Analisis Sensitivitas dari Post- Optimal Analysis Solusi Optimal Berubah? Bagaimana jika situasi diatas akan mengubah solusi optimum sekarnag? 1. Solusi menjadi tidak layak (infeasible) 2. Solusi menjadi tidak optimum
  • 8. Analisis Sensitivitas dari Post- Optimal Analysis (Ctd.) • Infeasibility  dapat terjadi jika ada perubahan ketersediaan sumber daya (ruas kkaannaann kkoonnssttrraaiinn)) ddaann aattaauu ppeennaammbbaahhaann konstrain baru • Nonoptimality  perubahan pada fungsi obyektif dan atau ruas kiri elemen konstrain
  • 9. Langkah Pemecahan 1. Pecahkan masalah LP awal, cari tabel simpleks optimum-nya 2. Untuk tiap perubahan pada LP awal, hitung ulang eelleemmeenn yyaanngg bbaarruu ppaaddaa ttaabbeell ooppttiimmuumm sseekkaarraanngg menggunakan metode primal-dual 3. Jika tabel baru tidak optimum, lanjut ke step 4. Jika tidak layak, lanjut ke step 5. Jika keduanya tercapai, nyatakan tabel baru sebagai solusi optimum baru
  • 10. Langkah Pemecahan (Ctd.) 4. Gunakan metode simpleks reguler untuk tabel baru agar diperoleh memperoleh ssoolluussii ooppttiimmuumm yyaanngg bbaarruu ((aattaauu indikasikan jika solusi tidak terbatas). Stop 5. Gunakan metode dual simpleks untuk tabel baru untuk me-recover kelayakan (atau indikasikan jika solusi layak tidak ada). Stop
  • 11. Bentuk Primal Dual Kasus Reddy Mikks Primal Dual Maksimasi Z = 3x1 + 2x2 s.t Minimasi W = 6y1 + 8y2 + y3 + 2y4 s.t x1 + 2x2 ≤ 6 2x1 + x2 ≤ 8 -x1 + x2 ≤ 1 x2 ≤ 2 x1, x2  0 y1 + 2y2 - y3 ≥ 3 2y1 + y2 +y3 + y4 ≥ 2 y1, y2 , y3 , y4  0
  • 12. Tabel Awal Primal Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass KKaannaann Z -3 -2 0 0 0 0 0 ss11 11 22 11 00 00 00 66 s2 2 1 0 1 0 0 8 s3 -1 1 0 0 1 0 1 s4 0 1 0 0 0 1 2
  • 13. Tabel Optimum Primal Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass KKaannaann Z 0 0 1/3 44//33 0 0 3388//33 xx22 00 11 22//33 --11//33 00 00 44//33 x1 1 0 -11//33 22//33 0 0 1100//33 s3 0 0 -1 1 1 0 3 s4 0 0 -22//33 11//33 0 1 2/3
  • 14. PERUBAHAN YANG BERPENGARUH PADA KELAYAKAN
  • 15. Perubahan Ruas Kanan dari Konstrain • Material A naik kapasitasnya dari 6 ton menjadi 7 ton • Dari perhitungan primal dual  perubahan ruas kanan konstrain hanya berpengaruh pada ruas kanan tabel ooppttiimmaall ((ppeennggaarruuhh ppaaddaa kkeellaayyaakkaann ssaajjaa)).. OOlleehh kkaarreennaa itu perlu menghitung ulang ruas kanan dengan rumus dalam komputasi primal dual                             Kolom dalam model original Invers dalam iterasi Kolom dalam iterasi i xi i • Dimana xi dalam kasus ini adalah kolom ruas kanan
  • 16. • Solusi basis yang baru untuk masalah ini                                            2 3 1 3 0 0  1 3 2 3 0 0                   2 3 2 0 7 8 1 2 1 1 1 0 2 3 1 3 0 1 2 x x 1 3 4 s s Ruas kanan yang baru pada tabel • Karena elemen ruas kanan seluruhnya non negatif, variabel basis tidak berubah, hanya nilanya berubah menjadi x1 = 3, x2 = 2, s3 = 2, s4 = s5 = s6 = 0. Nilai Z yang baru menjadi 3(3)+2(2) = 13
  • 17. • Bagaimana jika variabel basis berubah menjadi tidak layak? • Misalkan ketersediaan material A dan B berubah menjadi 7 dan 4 ton dari semula 6 dan 8 ton •• RRuuaass kkaannaann ttaabbeell yyaanngg bbaarruu mmeennjjaaddii               10 3 1 3                                2 3 1 3 0 0  1 3 2 3 0 0                   2 4 3 7 4 1 2 1 1 1 0 2 3 1 3 0 1 2 x x 1 3 4 s s Ruas kanan yang baru pada tabel
  • 18. Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass KKaannaann Z 0 0 11//33 4/3 0 0 2233//33 x2 0 1 22//33 -1/3 0 0 1100//33 x1 1 0 -1/3 2/3 0 0 11//33 s3 0 0 -1 1 1 0 -2 s4 0 0 -2/3 1/3 0 1 -44//33 • Walaupun nilai Z baru 3(1/3)+2(10/3)= 23/3 adalah optimal namun karena s3 dan s4 negatif maka solusi menjadi tidak layak. Untuk memecahkan masalah ini gunakan metode simpleks dual.
  • 19. • Dengan mengaplikasikan simpleks dual, variabel s3 dan s1 masing-masing menjadi variabel keluar dan masuk. Tabel baru yang terbentuk adalah Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass KKaannaann Z 0 0 0 55//33 1/3 0 7 xx22 00 11 00 1111////3333 22//33 00 22 x1 1 0 0 11//33 -11//33 0 1 s1 0 0 1 -1 -1 0 2 s4 0 0 0 -1/3 -22//33 1 0 • Tabel ini telah optimal dan layak. Solusi yang baru adalah x1 = 1, x2 = 2 dan Z = 7
  • 20. Penambahan Konstrain Baru • Penambahan konstrain yang baru akan menghasilkan salah satu dari dua kondisi berikut 1. Konstrain itu dipenuhi oleh solusi saat ini, dalam kasus dimana konstrain tersebut berlebihan ((bbiinnddiinngg //rreedduunnddaanntt)) ddaann ppeennaammbbaahhaannnnyyaa ttiiddaakk mengubah solusi 2. Konstrain tersebut tidak dipenuhi oleh solusi saat ini, sehingga menjadi terbatas (binding) dan solusi yang baru diperoleh menggunakan metode simpleks dual
  • 21. • Sebagai contoh anggaplah permintaan harian cat eksterior tidak melebihi 4 ton. Sebuah konstrain baru dalam bentuk x1 ≤ 4 harus ditambahkan ke dalam model • Karena solusi yang sekarang telah (x1 = 10/3, x2 = 44//33)) mmeemmeennuuhhii kkoonnssttrraaiinn yyaanngg bbaarruu mmaakkaa konstrain baru dapat dinyatakan berlebihan sehingga solusi sekarang tidak berubah • Jika nilai konstrain baru tersebut diubah menjadi 3 ton maka konstrain baru x1 ≤ 3 tidak dipenuhi oleh pemecahan telah (x1 = 10/3, x2 = 4/3)
  • 22. • Yang perlu dilakukan adalah mendapatkan kembali solusi yang layak. • Pertama-tama tambahkan variabel slack atau surplus ke dalam bentuk standar untuk konstrain baru tersebut. Lalu substitusi keluar setiap variabel bass saat ini dalam batasan tersebut dalam bentuk vvaarriiaabbeell nnoonn bbaassiiss ((ssaaaatt iinnii)).. LLaannggkkaahh tteerraakkhhiirr adalah menambahkan konstrain yang “dimodifikasi” ke tabel optimum saat ini dan menerapkan simpleks dual untuk mendapatkan kembali kelayakan
  • 23. • Menggunakan s5 sebagai variabel slack, untuk bentuk standar x1 ≤ 3 maka • Dalam solusi saat ini, x1 adalah variabel basis dan kita harus mensubstitusi keluar variabel ini dalam bentuk variabel non basis. Dalam persamaan x1 dari tabel optimal saat ini, kita memiliki x1 – (1/3)s1 + (2/3) s2 = 10/3  x1 = 10/3 +(1/3)s1 - (2/3) s2 •• JJaaddii kkoonnssttrraaiinn bbaarruu tteerrsseebbuutt yyaanngg ddiieekksspprreessiikkaann ddaallaamm bbeennttuukk variabel non basis menjadi (10/3) + (1/3) s1 - (2/3) s2 + s5 = 3 atau (1/3) s1 - (2/3) s2 + s5 = -1/3 • Sisi kanan negatif menunjukkan ketidaklayakan karena dengan s1+ s2 =0, maka + s5 = -1/3 melanggar syarat s5 ≥ 0
  • 24. • Batasan yang dimodifikasi ini lalu ditambahkan ke tabel optimal saat ini. Penambahan ke dalam tabel diperlihatkan dengan highlight. Elemen-elemen selebihnya diambil secara langsung dari tabel optimum saat ini Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 s5 RRuuaass KKaannaann ZZ 00 00 11//33 44//33 00 00 00 33338888////3333 x2 0 1 2/3 -1/3 0 0 0 44//33 x1 1 0 -1/3 2/3 0 0 0 1100//33 s3 0 0 -1 1 1 0 0 3 s4 0 0 -2/3 1/3 0 1 0 22//33 s5 0 0 1/3 -2/3 0 0 1 -1/3
  • 25. • Dengan simpleks dual s5 meninggalkan pemecahan dan s2 sebagai entering variable. Tabel optimum yang baru Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 s5 RRuuaass KKaannaann Z 0 0 1 0 0 0 2 1122 x2 0 1 ½ 0 0 0 -1/2 3/2 x1 1 0 0 0 0 0 1 3 s3 0 0 -11//22 0 1 0 33//22 5/2 s4 0 0 -11//22 0 0 1 11//22 1/2 s2 0 0 -11//22 1 0 0 -3/2 1/2 • Nilai optimum Z lebih buruk dari sebelum konstrain baru ditambahkan. Hal ini dapat diperkirakan karena penambahan sebuah konstrain baru yang tidak berlebihan tidak akan pernah memperbaiki nilai Z
  • 27. Perubahan Fungsi Obyektif • Tinjau kembali perhitungan primal-dual dimana nilai dual dihitung menggunakan koefisien dari variabel basis dalam fungsi obyektif. Nilai-nilai dual ini selanjutnya disubstitusi dalam konstrain dual untuk menghitung koefisien-z. Dua hal penting yang dapat terjadi 1. Jika perubahan dalam fungsi obyektif melibatkan koefisien dari variabel basis saat ini, tentukan nilai dual yang baru dan gunakan untuk menghitung ulang koefisien-z 2. Jika perubahan melibatkan hanya variabel non basis, gunakan nilai dual saat ini (langsung dari tabel simpleks saat ini) dan hitung ulang koefisien-z hanya dari variabel non basis saja. Perubahan lain tidak terjadi dalam tabel
  • 28. • Sebagai ilustrasi, anggaplah kasus diatas fungsi tujuan diubah dari z = 3x1 + 2x2 menjadi z = 5x1 + 4x2 . • Perubahan ini melibatkan variabel yang merupakan basis untuk solusi saat ini • Sekanjutnya kita tentukan nilai dual. Perhatikan uurruuttaann vvaarriiaabbeell bbaassiiss ddaarrii ttaabbeell ssaaaatt iinnii aaddaallaahh ((xx2,, xx1, s3, s4)     1,2,0,0 2 3 1 3 0 0 1 3 2 3 0 0 1 1 1 0   2 3 1 3 0 1 , , , 0,0 1 2 3 4                  y y y y  4,5, 
  • 29. • Langkah selanjutnya menghitung koefisien-z dengan mencari perbedaan sisi kiri dan sisi kanan konstrain dual yang terkait. Hal ini dilakukan sebagai berikut (Perhatikan bawha sisi kanan dual sekarang harus sama dengan koefisien fungsi obyektif yang baru) Koefisien x1 = y1 + 2y2 – y3 - 5 = 1(1) 2(2) – 0(0) – 5 = 0 Koefisien x2 = 2y1 + y2 + y3 + y4 – 4 = 2(1) + 2 + 0 + 0 – 4 = 0 Koefisien s1 1 = y1 1 – 0 = 1 – 0 = 1 Minimasi W = 100y1 + 90y2 + Koefisien s2 = y2 – 0 = 2 – 0 = 1 y3 + 2y4 Koefisien s3 = y3 - 0 = 0 – 0 = 0 s.t Koefisien s4 = y4 - 0 = 0 – 0 = 0 y1 + 2y2 - y3 ≥ 3 2y1 + y2 +y3 + y4 ≥ 2 y1, y2 , y3 , y4  0 • Karena koefisien z ≥ 0 (maksimasi) maka nilai variabel optimum tidak berubah, nilai Z berubah menjadi 5 x (10/3) + 4 x (4/3) = 22
  • 30. • Sekarang pandang kasus lain dimana fungsi obyektif berakibat pada ketidakoptimalan. Misal fungsi tujuan berubah menjadi z= 4x1 + x2 maka     2 3 1 3 0 0 1 3 2 3 0 0 1 1 1 0   2 3 1 3 0 1 , , , 1,4,0,0 1 2 3 4                 y y y y    2 3,7 3,0,0   • Tabel z yang baru berubah menjadi   Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass KKaannaann Z 0 0 -22//33 7/3 0 0 4444//33
  • 31. • Karena koefisien s1 negatif maka s1 menjadi entering variable dan optimalitas diperoleh kembali dengan menerapkan metode simpleks reguler. Tabel berikut menunjukkan optimum yang baru dicapai dalam satu iterasi. Iterasi pertama sama dengan iterasi optimum solusi saat ini hanya berbeda pada persamaan z
  • 32. IItteerraassii Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass KKaannaann 1 Z 0 0 -2/3 7/3 0 0 4444//33 x2 0 1 22//33 -11//33 0 0 44//33 x1 1 0 -1/3 2/3 0 0 1100//33 s3 0 0 -1 1 1 0 3 s4 0 0 -2/3 1/3 0 1 22//33 IItteerraassii Basis x1 x2 s1 s2 s3 s4 RRuuaass KKaannaann 2 Z 0 1 0 2 0 0 1166 s1 0 33//22 1 -11//22 0 0 2 x1 1 11//22 0 1/2 0 0 4 s3 0 33//22 0 1/2 1 0 5 s4 0 1 0 0 0 1 2