SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
METODE
TRANSPORTASI
(LANJUTAN)
HAZHIYAH RAMADHANI
(14.01.0046/M)
KETIDAKSEIMBANGAN
MASALAH TRANSPORTASI
Seringkali terjadi dalam kenyataan dimana total permintaan
tidak sama dengan total penawaran. Masalah
ketidakseimbangan ini dapat diatasi dengan mempergunakan
persediaan dan permintaan bayangan (dummy). Dummy
resources (persediaan bayangan) dan dummy destination
(permintaan bayangan). Dalam kasus dimana penawaran
total lebih besar daripda permintaan total maka diciptakan
destination (gudang) dengan permintaan yang sama dengan
surplus.
Jika permintaan total lebih besar daripada penawaran total
maka kita akan menciptakan dummy source (pabrik
bayangan) dengan jumlah suplai sama dengan kelebihan
permintaan. Pada kasus yang lain maka koefisien biaya
pengiriman sejumlah nol akan digunakan untuk setiap lokasi
atau rute bayangan karena merupakan dummy factory
maupun dummy warehouse yang tidak aktual.
LANJUTAN...
KE
DARI
PELANGG
AN 1
PELANGG
AN 2
PELANGG
AN 3
KETERSEDIA
AN
GUDANG
1 72
4
4
8 8
76
GUDANG
2
16
82
24 16
82
GUDANG
3
8
16
16
41
24
77
PERMINTA
AN
72 102 41 235
215
Contoh kasus: permintaan < Penawaran
Pada kasus permintaan < penawaran langkah yang harus dilakukan
adalah menambahkan kolom bayangan (dummy) agar jumlah total
penawaran = total permintaan.
LANJUTAN...
KE
DARI
PELANGG
AN 1
PELANGG
AN 2
PELANGG
AN 3
DUMMY C KETERSEDIAAN
GUDANG
1 72
4
4
8 8 0
76
GUDANG
2
16
82
24 16 0
82
GUDANG
3
8
16
16
41
24
20
0
77
PERMINTA
AN
72 102 41 20
235
235
Pada kolom (dan juga baris) dummy, 'dipasang' biaya angkut sebesar 0
(nol). Untuk kasus di atas, setelah dilakukan penambahan kolom dummy,
tabel transportasinya menjadi:
Untuk selanjutnya, pemecahan I (awal) itu dapat diuji dan diteruskan baik
menggunakan metode STEPPING-STONE maupun MODI, sampai
diperoleh pemecahan optimal.
LANJUTAN...
KE
DARI
PELANGG
AN 1
PELANGG
AN 2
PELANGG
AN 3
DUMMY C KETERSEDIAAN
GUDANG
1
4
76
8 8 0
76
GUDANG
2
16
21
24
41
16
20
0
82
GUDANG
3 72
8
5
16 24 0
77
PERMINTA
AN
72 102 41 20
235
235
Tampak dari tabel tersebut, pada kolom dummy ada muatan sebanyak 20
(di gudang 2), itu berarti bahwa sebenarnya ada kelebihan penawaran di
gudang 2, atau dengan lain kata, sebaiknya pada gudang 2 disisakan 20
muatan truk.
Pemecahan optimal untuk kasus di atas adalah:
Jika permintaan > penawaran, maka perlu ditambah baris dummy
(baris bayangan)
DEGENERASI DALAM
MASALAH TRANSPORTASI
Proses degenerasi akan terjadi jika jumlah
pengambilan tempat atau rute dalam tabel solusi
transportasi kurang dari jumlah baris ditambah
jumlah kolom dikurangi satu. Situasi tersebut akan
muncul pada solusi awal maupun pada langkah
selanjutnya.
Degenerasi memerlukan beberapa prosedur khusus
untuk memperbaiki masalah. Tanpa square terpakai
(used square) dan yang tidak dipergunakan (unused
square) yang cukup, maka proses tersebut tidak
mungkin untuk diaplikasikan ke metode stepping
stone atau untuk menghitung nilai-nilai R dan K yang
diperlukan untuk tekhnik MODI.
LANJUTAN...
KE
DARI
PELANGG
AN 1
PELANGG
AN 2
PELANGG
AN 3
KETERSEDIA
AN
GUDANG
1 35
4
20
8 8
55
GUDANG
2
16
25
24 16
25
GUDANG
3
8 16
35
24
35
PERMINTA
AN
35 45 35 115
Pada contoh diatas square yang terpakai adalah : 4, padahal jumlah
baris ditambah kolom dikurangi 1 adalah 5, sehingga disini terjadi
degenerasi.
LANJUTAN...
Jika jalur terputus, maka penyelesaian menggunakan
metode STEPPING-STONE akan mengalami jalan
buntu karena tidak dapat menemukan jalur untuk uji
perbaikan, demikian juga jika menggunakan MODI,
akan tidak dapat menemukan nilai R dan C, karena
persamaan Ri + Cj = Biaya pada segi empat terisi,
tidak akan dapat diselesaikan. Masalah degenerasi
ini diatasi dengan cara mengisi segi empat yang
dapat membuat jalur menjadi tidak terputus
(membuat jembatan) dengan muatan sebesar 0 (nol).
Jadi pada kasus di atas, 'jembatan' dapat dibuat
dengan menempatkan muatan sebanyak 0 (nol)
pada segi empat XC atau YB. Setelah diberi
'jembatan', tabel pemecahan I yang baru adalah:
LANJUTAN...
KE
DARI
PELANGG
AN 1
PELANGG
AN 2
PELANGG
AN 3
KETERSEDIA
AN
GUDANG
1 35
4
20
8 8
55
GUDANG
2
16
25
24
0
16
25
GUDANG
3
8 16
35
24
35
PERMINTA
AN
35 45 35 115
Untuk selanjutnya, persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan cara
seperti biasanya, baik menggunakan STEPPING-STONE maupun MODI
sampai didapatkan pemecahan yang optimal. Degenerasi dapat terjadi baik
pada pemecahan awal maupun pada pemecahan selanjutnya. Jika terjadi
degenerasi di pemecahan kedua, ketiga dst., cara mengatasinya sama yaitu
dengan cara membuat 'jembatan' dengan menempatkan muatan sebanyak 0
(nol) pada salah satu segi empat kosong, hingga jalur tidak terputus.
REDUDANSI DALAM MASALAH
METODE TRANSPORTASI
Redudansi merupakan kebalikan dari
degenerasi. Jika degenerasi terjadi bila
jumlah pengambilan tempat atau rute dalam
tabel solusi transportasi kurang dari jumlah
baris ditambah jumlah kolom dikurangi satu,
maka redudansi terjadi bila jumlah
pengambilan tempat atau rute dalam tabel
solusi transportasi lebih dari jumlah baris
ditambah jumlah kolom dikurangi satu.
LANJUTAN...
KE
DARI
PELANGG
AN 1
PELANGG
AN 2
PELANGG
AN 3
KETERSEDIA
AN
GUDANG
1 35
4
10
8
5
8
50
GUDANG
2
16
20
24 16
20
GUDANG
3
8
35
16
10
24
45
PERMINTA
AN
35 65 15 115
Pada contoh diatas square yang terpakai adalah : 6, padahal jumlah
baris ditambah kolom dikurangi 1 adalah 5, sehingga disini terjadi
degenerasi.
LANJUTAN...
KE
DARI
PELANGG
AN 1
PELANGG
AN 2
PELANGG
AN 3
KETERSEDIA
AN
GUDANG
1 35
4
10
8
5
8
50
GUDANG
2
16
20
24 16
20
GUDANG
3
8
35
16
10
24
45
PERMINTA
AN
35 65 15 115
Untuk mengatasi masalah ini maka dapat dilakukan dengan
menggabungkan dua sel menjadi satu dengan cara menambahkannya
seperti dibawah ini:
LANJUTAN...
Kemudian pada cel G3-P2 disesuaikan dengan jumlah ketersediaan
dan permintaan yang ada. Setelah dua sel gabungkan maka akan
terlihat seperti dibawah ini:
KE
DARI
PELANGG
AN 1
PELANGG
AN 2
PELANGG
AN 3
KETERSEDIAA
N
GUDANG
1 35
4
15
8 8
50
GUDANG
2
16
20
24 16
20
GUDANG
3
8
30
16
15
24
45
PERMINTAAN 35 65 15 115
Untuk selanjutnya, persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan cara
seperti biasanya, baik menggunakan STEPPING-STONE maupun MODI
sampai didapatkan pemecahan yang optimal
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN DENGAN METODE HUNGARIAN
PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN DENGAN METODE HUNGARIANPENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN DENGAN METODE HUNGARIAN
PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN DENGAN METODE HUNGARIANFeronica Romauli
 
8. goal programming (program tujuan)
8. goal programming (program tujuan)8. goal programming (program tujuan)
8. goal programming (program tujuan)Nadia Rahmatul Ummah
 
Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti
Pengambilan keputusan dalam kondisi pastiPengambilan keputusan dalam kondisi pasti
Pengambilan keputusan dalam kondisi pastiindra wahyudi
 
Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Judianto Nugroho
 
Makalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksMakalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksNila Aulia
 
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah
3 . analisis regresi linier berganda dua peubahYulianus Lisa Mantong
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasiyy rahmat
 
Latihan Soal Matematika Ekonomi + Pembahasan (MBTI - Institut Manajemen Telkom)
Latihan Soal Matematika Ekonomi + Pembahasan (MBTI - Institut Manajemen Telkom)Latihan Soal Matematika Ekonomi + Pembahasan (MBTI - Institut Manajemen Telkom)
Latihan Soal Matematika Ekonomi + Pembahasan (MBTI - Institut Manajemen Telkom)Yunus Thariq
 
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programmingITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programmingFransiska Puteri
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Muhammad Ali Subkhan Candra
 
linear programming metode simplex
linear programming metode simplexlinear programming metode simplex
linear programming metode simplexBambang Kristiono
 
Metode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset OperasionalMetode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset OperasionalLelys x'Trezz
 
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)Beberapa distribusi peluang diskrit (1)
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)Raden Maulana
 
Teori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku KonsumenTeori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku Konsumenvadilla mutia
 
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Kristalina Dewi
 
Soal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannyaSoal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannyaKana Outlier
 

What's hot (20)

PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN DENGAN METODE HUNGARIAN
PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN DENGAN METODE HUNGARIANPENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN DENGAN METODE HUNGARIAN
PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN DENGAN METODE HUNGARIAN
 
8. goal programming (program tujuan)
8. goal programming (program tujuan)8. goal programming (program tujuan)
8. goal programming (program tujuan)
 
Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti
Pengambilan keputusan dalam kondisi pastiPengambilan keputusan dalam kondisi pasti
Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti
 
Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5
 
Makalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksMakalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleks
 
Sistem Penunjang Keputusan [Teori Pengambilan Keputusan]
Sistem Penunjang Keputusan [Teori Pengambilan Keputusan]Sistem Penunjang Keputusan [Teori Pengambilan Keputusan]
Sistem Penunjang Keputusan [Teori Pengambilan Keputusan]
 
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasi
 
Latihan Soal Matematika Ekonomi + Pembahasan (MBTI - Institut Manajemen Telkom)
Latihan Soal Matematika Ekonomi + Pembahasan (MBTI - Institut Manajemen Telkom)Latihan Soal Matematika Ekonomi + Pembahasan (MBTI - Institut Manajemen Telkom)
Latihan Soal Matematika Ekonomi + Pembahasan (MBTI - Institut Manajemen Telkom)
 
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programmingITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
 
Modul 8 elastisitas
Modul 8 elastisitasModul 8 elastisitas
Modul 8 elastisitas
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
 
Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2
 
linear programming metode simplex
linear programming metode simplexlinear programming metode simplex
linear programming metode simplex
 
Metode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset OperasionalMetode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset Operasional
 
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)Beberapa distribusi peluang diskrit (1)
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)
 
Analisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LMAnalisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LM
 
Teori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku KonsumenTeori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku Konsumen
 
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
 
Soal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannyaSoal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannya
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 

Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)

  • 2. KETIDAKSEIMBANGAN MASALAH TRANSPORTASI Seringkali terjadi dalam kenyataan dimana total permintaan tidak sama dengan total penawaran. Masalah ketidakseimbangan ini dapat diatasi dengan mempergunakan persediaan dan permintaan bayangan (dummy). Dummy resources (persediaan bayangan) dan dummy destination (permintaan bayangan). Dalam kasus dimana penawaran total lebih besar daripda permintaan total maka diciptakan destination (gudang) dengan permintaan yang sama dengan surplus. Jika permintaan total lebih besar daripada penawaran total maka kita akan menciptakan dummy source (pabrik bayangan) dengan jumlah suplai sama dengan kelebihan permintaan. Pada kasus yang lain maka koefisien biaya pengiriman sejumlah nol akan digunakan untuk setiap lokasi atau rute bayangan karena merupakan dummy factory maupun dummy warehouse yang tidak aktual.
  • 3. LANJUTAN... KE DARI PELANGG AN 1 PELANGG AN 2 PELANGG AN 3 KETERSEDIA AN GUDANG 1 72 4 4 8 8 76 GUDANG 2 16 82 24 16 82 GUDANG 3 8 16 16 41 24 77 PERMINTA AN 72 102 41 235 215 Contoh kasus: permintaan < Penawaran Pada kasus permintaan < penawaran langkah yang harus dilakukan adalah menambahkan kolom bayangan (dummy) agar jumlah total penawaran = total permintaan.
  • 4. LANJUTAN... KE DARI PELANGG AN 1 PELANGG AN 2 PELANGG AN 3 DUMMY C KETERSEDIAAN GUDANG 1 72 4 4 8 8 0 76 GUDANG 2 16 82 24 16 0 82 GUDANG 3 8 16 16 41 24 20 0 77 PERMINTA AN 72 102 41 20 235 235 Pada kolom (dan juga baris) dummy, 'dipasang' biaya angkut sebesar 0 (nol). Untuk kasus di atas, setelah dilakukan penambahan kolom dummy, tabel transportasinya menjadi: Untuk selanjutnya, pemecahan I (awal) itu dapat diuji dan diteruskan baik menggunakan metode STEPPING-STONE maupun MODI, sampai diperoleh pemecahan optimal.
  • 5. LANJUTAN... KE DARI PELANGG AN 1 PELANGG AN 2 PELANGG AN 3 DUMMY C KETERSEDIAAN GUDANG 1 4 76 8 8 0 76 GUDANG 2 16 21 24 41 16 20 0 82 GUDANG 3 72 8 5 16 24 0 77 PERMINTA AN 72 102 41 20 235 235 Tampak dari tabel tersebut, pada kolom dummy ada muatan sebanyak 20 (di gudang 2), itu berarti bahwa sebenarnya ada kelebihan penawaran di gudang 2, atau dengan lain kata, sebaiknya pada gudang 2 disisakan 20 muatan truk. Pemecahan optimal untuk kasus di atas adalah: Jika permintaan > penawaran, maka perlu ditambah baris dummy (baris bayangan)
  • 6. DEGENERASI DALAM MASALAH TRANSPORTASI Proses degenerasi akan terjadi jika jumlah pengambilan tempat atau rute dalam tabel solusi transportasi kurang dari jumlah baris ditambah jumlah kolom dikurangi satu. Situasi tersebut akan muncul pada solusi awal maupun pada langkah selanjutnya. Degenerasi memerlukan beberapa prosedur khusus untuk memperbaiki masalah. Tanpa square terpakai (used square) dan yang tidak dipergunakan (unused square) yang cukup, maka proses tersebut tidak mungkin untuk diaplikasikan ke metode stepping stone atau untuk menghitung nilai-nilai R dan K yang diperlukan untuk tekhnik MODI.
  • 7. LANJUTAN... KE DARI PELANGG AN 1 PELANGG AN 2 PELANGG AN 3 KETERSEDIA AN GUDANG 1 35 4 20 8 8 55 GUDANG 2 16 25 24 16 25 GUDANG 3 8 16 35 24 35 PERMINTA AN 35 45 35 115 Pada contoh diatas square yang terpakai adalah : 4, padahal jumlah baris ditambah kolom dikurangi 1 adalah 5, sehingga disini terjadi degenerasi.
  • 8. LANJUTAN... Jika jalur terputus, maka penyelesaian menggunakan metode STEPPING-STONE akan mengalami jalan buntu karena tidak dapat menemukan jalur untuk uji perbaikan, demikian juga jika menggunakan MODI, akan tidak dapat menemukan nilai R dan C, karena persamaan Ri + Cj = Biaya pada segi empat terisi, tidak akan dapat diselesaikan. Masalah degenerasi ini diatasi dengan cara mengisi segi empat yang dapat membuat jalur menjadi tidak terputus (membuat jembatan) dengan muatan sebesar 0 (nol). Jadi pada kasus di atas, 'jembatan' dapat dibuat dengan menempatkan muatan sebanyak 0 (nol) pada segi empat XC atau YB. Setelah diberi 'jembatan', tabel pemecahan I yang baru adalah:
  • 9. LANJUTAN... KE DARI PELANGG AN 1 PELANGG AN 2 PELANGG AN 3 KETERSEDIA AN GUDANG 1 35 4 20 8 8 55 GUDANG 2 16 25 24 0 16 25 GUDANG 3 8 16 35 24 35 PERMINTA AN 35 45 35 115 Untuk selanjutnya, persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan cara seperti biasanya, baik menggunakan STEPPING-STONE maupun MODI sampai didapatkan pemecahan yang optimal. Degenerasi dapat terjadi baik pada pemecahan awal maupun pada pemecahan selanjutnya. Jika terjadi degenerasi di pemecahan kedua, ketiga dst., cara mengatasinya sama yaitu dengan cara membuat 'jembatan' dengan menempatkan muatan sebanyak 0 (nol) pada salah satu segi empat kosong, hingga jalur tidak terputus.
  • 10. REDUDANSI DALAM MASALAH METODE TRANSPORTASI Redudansi merupakan kebalikan dari degenerasi. Jika degenerasi terjadi bila jumlah pengambilan tempat atau rute dalam tabel solusi transportasi kurang dari jumlah baris ditambah jumlah kolom dikurangi satu, maka redudansi terjadi bila jumlah pengambilan tempat atau rute dalam tabel solusi transportasi lebih dari jumlah baris ditambah jumlah kolom dikurangi satu.
  • 11. LANJUTAN... KE DARI PELANGG AN 1 PELANGG AN 2 PELANGG AN 3 KETERSEDIA AN GUDANG 1 35 4 10 8 5 8 50 GUDANG 2 16 20 24 16 20 GUDANG 3 8 35 16 10 24 45 PERMINTA AN 35 65 15 115 Pada contoh diatas square yang terpakai adalah : 6, padahal jumlah baris ditambah kolom dikurangi 1 adalah 5, sehingga disini terjadi degenerasi.
  • 12. LANJUTAN... KE DARI PELANGG AN 1 PELANGG AN 2 PELANGG AN 3 KETERSEDIA AN GUDANG 1 35 4 10 8 5 8 50 GUDANG 2 16 20 24 16 20 GUDANG 3 8 35 16 10 24 45 PERMINTA AN 35 65 15 115 Untuk mengatasi masalah ini maka dapat dilakukan dengan menggabungkan dua sel menjadi satu dengan cara menambahkannya seperti dibawah ini:
  • 13. LANJUTAN... Kemudian pada cel G3-P2 disesuaikan dengan jumlah ketersediaan dan permintaan yang ada. Setelah dua sel gabungkan maka akan terlihat seperti dibawah ini: KE DARI PELANGG AN 1 PELANGG AN 2 PELANGG AN 3 KETERSEDIAA N GUDANG 1 35 4 15 8 8 50 GUDANG 2 16 20 24 16 20 GUDANG 3 8 30 16 15 24 45 PERMINTAAN 35 65 15 115 Untuk selanjutnya, persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan cara seperti biasanya, baik menggunakan STEPPING-STONE maupun MODI sampai didapatkan pemecahan yang optimal