SlideShare a Scribd company logo
1 of 88
Download to read offline
BAB I
                                 PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
          Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
    pembangunan nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya
    terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa
    depan daerah yang lebih baik dan kesejahteraan bagi semua masyarakat. Hal
    ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa
    Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan
    kebijakan dan program pembangunan di daerah masing-masing.
          Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk
    menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang
    waktu 2004-2008. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah
    pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan dan
    apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut.
          Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang
    berguna sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil
    kebijakan pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa
    yang telah dilakukan sebelumnya.
          Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai
    kondisi   lokal   guna   mempertajam    perencanaan     dan   penganggaran
    pembangunan pusat dan daerah periode berikutnya, termasuk untuk
    penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi
    (DEKON).
                 .
1.2. Tujuan dan Keluaran
    Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) Tahun 2009 bertujuan untuk :
   1. menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang
      waktu 2004-2008.
   2. melihat apakah pembangunan daerah Sulawesi Tenggara telah mencapai
      tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan
      manfaat dari pembangunan tersebut.
   3. secara kuantitatif akan memberikan informasi penting yang berguna sebagai
      alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan


Laporan Akhir EKPD 2009                                                        1
pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang
        telah dilakukan sebelumnya.
   4. memberikan rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi daerah Sulawesi
        Tenggara        guna     mempertajam      perencanaan         dan   penganggaran
        pembangunan pusat dan daerah periode berikutnya, termasuk untuk
        penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi
        (DEKON).
   Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 meliputi:
   1. Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di provinsi
        Sulawesi Tenggara
   2. Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan di                     provinsi
        Sulawesi Tenggara sesuai sistematika yang telah ditentukan.


1.3. Metode Evaluasi
            Evaluasi kinerja Daerah (EKPD) menggunakan pendekatan diskripsi
    kuantitatif, yaitu menjelaskan dan menggambarakan fenomena-fenomena
    secara rinci dan jelas sesuai dengan fakta yang sesungguhnya dan dedukung
    oleh data hasil pengamatan yang akurat. Dalam kegiatan EKPD ada beberapa
    indicator kinerja yang menjadi focus kajian, yaitu indikator dampak (impacts)
    yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil (outcomes) terpilih.
    Pengelompokan indikator hasil serta pemilihan indikator pendukungnya,
    dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:

    •   Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas;

    •   Relevant: mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target
        output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara
        target outcomes dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan;
             Pengelompokan        5   kategori   indikator    hasil    (outcomes)     yang
    mencerminkan tujuan/sasaran pembangunan daerah meliputi:
    (1) Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi.
    (2) Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia.
    (3) Tingkat Pembangunan Ekonomi.
    (4) Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam.
    (5) Tingkat Kesejahteraan sosial.
             Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok
    indikator hasil adalah sebagai berikut:

Laporan Akhir EKPD 2009                                                                   2
(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih
      yang memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil
      (outcomes).
   (2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator
      pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase.
   (3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak
      dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.
   (4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna
      negatif, maka sebelum dirata-ratakan dikonversikan terlebih dahulu menjadi
      (100%) – (persentase pendukung indikator negatif). Sebagai contoh adalah
      nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin tinggi, maka
      kesejahteraan sosialnya semakin rendah.
   (5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil
      dibagi jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya).
           Penilaian kinerja pembangunan daerah menggunakan              pendekatan
   Relevansi dan Efektivitas. Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana
   tujuan/sasaran    pembangunan        yang      direncanakan   mampu    menjawab
   permasalahan utama/tantangan. Relevansi pembangunan daerah dilihat apakah
   tren capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian
   pembangunan nasional. Efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat
   kesesuaian antara hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang
   diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian
   pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
           pengumpulan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui:
   1. Pengamatan langsung : Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai
      subjek dan objek pembangunan di daerah, diantaranya dalam bidang sosial,
      ekonomi, pemerintahan, politik, lingkungan hidup dan permasalahan lainnya
      yang terjadi di wilayah provinsi terkait.
   2. Pengumpulan Data Primer : Data diperoleh melalui FGD dengan pemangku
      kepentingan pembangunan daerah. Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator
      rapat/diskusi dalam menggali masukan dan tanggapan peserta diskusi.
   3. Pengumpulan Data Sekunder : Data dan informasi yang telah tersedia pada
      instansi pemerintah seperti BPS daerah, Bappeda dan Satuan Kerja
      Perangkat Daerah terkait.




Laporan Akhir EKPD 2009                                                           3
1.4.   Sistimatika Penulisan
          Sistimatika penulisan laporan kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan
          Dearah 2009 disusun sebagai berikut ;
          1. Sitematikan Penulisan Laporan Akhir
             Kata Pengantar (ditandatangani oleh Rektor PTN)
             Daftar Isi
             BAB I PENDAHULUAN
                    1.1 Latar Belakang dan Tujuan
                    1.2 Keluaran
                    1.3 Metodologi
                    1.4 Sistematikan Laporan Akhir
             BAB II. HASIL EVALUASI
                     2.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI
                          2.1.1. Capaian Indikator
                          2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                          2.1.3. Rekomendasi Kebijakan
                     2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
                          2.2.1. Capaian Indikator
                          2.2.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                          2.2.3. Rekomendasi Kebijakan
                     2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI
                          2.3.1. Capaian Indikator
                          2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                          2.3.3. Rekomendasi Kebijakan
                     2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
                          2.4.1. Capaian Indikator
                          2.4.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                          2.4.3. Rekomendasi Kebijakan
                     2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT
                          2.5.1. Capaian Indikator
                          2.5.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                          2.5.3. Rekomendasi Kebijakan
             BAB III. KESIMPULAN
             LAMPIRAN




Laporan Akhir EKPD 2009                                                             4
BAB II.
                                 HASIL EVALUASI

       Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi di Kawasan
Timur Indonesia berada dalam Wilayah Pulau Sulawesi. Posisi Provinsi Sulawesi
Tenggara cukup strategis, yaitu berada pada episentrum Kawasan Timur Indonesia
dan dilalui alur transportasi laut internasional antara Samudra Fasifik dan Samudra
India. Posisi strategis ini, secara geografis di dukung pula luas wilayah, yang
sebagian besar berupa lautan (maritim) sekitar 72 persen, dan sisanya berupa
wilayah daratan (kontinental). Wilayah maritim akan dikembangkan dengan
memanfaatkan sumberdaya kelautan secara optimal dengan tetap memperhatikan
konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan kelestarian
daya dukung lingkungan. Kekayaan laut dan budaya yang terkandung di dalam
wilayah maritim ke depan diharapkan akan dapat memberikan kontribusi pada
peningkatan kesejahteraan rakyat Provinsi Sulawesi Tenggara.
       Sementara itu, wilayah daratan dikembangkan dengan memperhatikan
potensi yang telah ada, yaitu dengan mengembangkan sektor pertanian dalam arti
luas dengan menerapkan berbagai teknologi yang dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas serta pelestarian plasma nutfah. Pertanian, kelautan dan perikanan
sampai saat ini memberikan kontribusi terbesar pada nilai Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB), yang sekaligus membentuk struktur ekonomi Sulawesi
Tenggara.
       Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara adalah jumlah pengangguran dan masyarakat miskin yang masih tinggi.
Penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara secara absolut masih tergolong
cukup besar mencapai 23% sehingga upaya-upaya penanganan penduduk miskin ini
menjadi perhatian pemerintah. Terkait dengan penduduk miskin, pemerintah
memberikan    perhatian   yang    besar,   terutama   terkait   dengan   upaya-upaya
peningkatan pendapatan melalui pengembangan kebijakan revitalisasi pertanian,
pengembangan infrastruktur dibidang pertanian, penyediaan modal, pemasaran,
penerapan teknologi dan pengembangan perdagangan dan industri yang berbasis
hasil-hasil pertanian. Kebijakan ini juga harus mewarnai kebijakan Pembangunan
Daerah   Provinsi   Sulawesi     Tenggara,   terutama    pada    upaya   peningkatan
kesejahteraan rakyat dan akses pada pelayanan kesehatan dan pendidikan.




Laporan Akhir EKPD 2009                                                           5
Pada tahun 2006 jumlah penduduk yang termasuk kategori Angkatan Kerja
sebanyak 924.763 jiwa, sedangkan jumlah Angkatan Kerja tersebut yang bekerja
sebanyak 835.322 jiwa dan yang sedang mencari pekerjaan sebanyak 89.441 jiwa
atau sekitar 9,67 % dari jumlah Angkatan Kerja. Angka ini menunjukkan bahwa
tingkat pengangguran di Sulawesi Tenggara masih relatif tinggi.
       Permasalahan lain adalah ketersedian sarana infrastruktur jalan yang masih
terbatas. Pada tahun 2007, total panjang jalan di Provinsi Sulawesi Tenggara
mencapai 7.785,62 Km yang terdiri dari Jalan Negara sepanjang 1.293,87 Km, Jalan
Provinsi sepanjang 488,80 Km, Jalan Kabupaten sepanjang 6.002,95 Km.
Berdasarkan peranannya, Jalan Negara dan Jalan Provinsi sepanjang 1.782,67 Km
terdiri dari Jalan Arteri sepanjang 434,31 Km, Jalan Kolektor-1 sepanjang 854,56 Km
dan serta Jalan Kolektor-2 sepanjang 488,80 Km. Permasalahan jalan yang utama
adalah terbatasnya jaringan jalan serta belum memadainya daya dukung dan
dimensi jalan sehingga kurang mampu mengimbangi pesatnya arus angkutan.
Demikian juga Permasalahan tranportasi laut yang ada belum memadai          karena
belum lengkapnya prasarana pelabuhan dan kondisi angkutan lanjutan relatif yang
belum mendukung.
       Masa depan Provinsi Sulawesi Tenggara akan sangat ditentukan oleh
kemampuan masyarakat dan aparatur daerah melihat dan mengemas berbagai
peluang pembangunan ke dalam rencana-rencana pembangunan, baik Rencana
Jangka Pendek, Rencana Jangka Menengah maupun Rencana Jangka Panjang.
Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya akan dihadapkan beberapa tantangan,
antara lain;
1). Di bidang kependudukan tantangan untama adalah pertumbuhan penduduk
     yang menunjukkan adanya percepatan laju pertumbuhan penduduk yang cukup
     signifikan, misalnya pada yang periode tahun 2005 – 2006 yang sebesar 2,10
     persen, kondisi ini perlu mendapat perhatian kaitannya dengan upaya
     peningkatan angka pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara atau
     dengan kata lain bagaimana menyeimbangkan tingkat pertumbuhan penduduk
     dengan angka pertumbuhan ekonomi.
2. Di bidang Ekonomi dan sumberdaya alam, tantangan utama adalah tumbuh dan
     berkembangnya ruko-ruko serta semakin banyaknya potesi sumberdaya alam
     sudah mulai dikenal masyarakat yang memerlukan pengelolaan secara optimal
     untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.




Laporan Akhir EKPD 2009                                                          6
3. Dibidang politik dan demokrasi, tantangan utama adalah tingginya kesadaran
     masyarakat dalam berpolitik dan semakin terbukanya pemikiran masyarakat
     dalam mengemukakan pendapat, masukkan dan bahkan kritikan terhadap
     proses penyelenggaraan pembangunan
4. Dibidangan pendidikan yang menjadi tantangan utama adalah menjamurnya
     tempat-tempat kursus, sekolah akademik, Sekolah Tinggi dan perguruan tinggi
     Swasta yang menawarkan pelayanan yang prima.
5. Dibidang pemerintahan yang menjadi tantangan utama adalah berkembangnya
     pemekaran kabupaten/kota sebagai daerah otonom baru, yang harus diserta
     peningkatan penyediaan sarana dan prasarana pelayanan dasar kepada
     masyarakat/publik     dan ketersedian sumberdaya aparatur yang memenuhi
     kapasitas yang dibutuhkan dalam mengisi struktur pemerintahan yang
     kenyataannya masih sangat terbatas.
      Memperhatikan kondisi saat ini, tantangan yang dihadapi, dan prediksi
kondisi umum daerah serta visi dan misi pembangunan yang telah dirumuskan maka
tujuan pembangunan daerah provinsi Sulawesi Tenggara kedepan adalah:
1. Mewujudkan manusia Sulawesi Tenggara yang religious, tangguh, berdayasaing
   dan mandiri
2. Mewujudkan pendidikan masyarakat Sulawesi Tenggara yang berkualitas
   dengan biaya yang terjangkau
3. Mewujudkan masyarakat Sulawesi Tenggara yang sehat baik jasmani maupun
   rohani
4. Mewujudkan perekonomian Sulawesi Tenggara yang tangguh berbasis pada
   potensi daerah/lokal.
5. Mewujudkan tata kelolah pemerintahan Sulawesi Tenggara yang baik, bersih
   dan transparan.
     Untuk mengetahui sejauh mana permasalahan dan tantangan pembangunan
di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat teratasi serta tujuan pembangunan di Sulawesi
tenggara telah tercapai, maka dipandang perlu melakukan pengawasan dan
evaluasi    pada   beberapa    indicator   hasil   (outcome)   yang   mencerminkan
tujuan/sasaran pembangunan daerah yang secara rinci diuraikan sebagai berikut ;




Laporan Akhir EKPD 2009                                                           7
2.1. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi

   2.1.1. Capaian Indikator

     Pelayanan Publik

            Tingkat pelayanan publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
    pada dasarnya merupakan wujud pelaksanaan fungsi, tugas dan tanggung
    jawab pemerintah daerah. Tingkat pelayanan publik dalam implementasi
    kebijakan otonomi daerah dapat diukur melalui sejumlah indikatror yang
    tercakup dalam dimensi-dimensi/karakteristik konsep ‘good governance”.
         Indikator utama yang dijadikan rujukan dalam mengevalusi kinerja
    pemerintah daerah di bidang pelayanan publik adalah: (1) Persentase jumlah
    kasus korups yang tertangani dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan; (2)
    Persentase jumlah aparat pemerintah daerah yang berijazah minimal S-1; (3)
    Persentase jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan
    satu atap. Ketiga indikator tersebut adalah merupakan bagian dari karakteristik
    konsep good governance yang telah ditekankan oleh pemerintah untuk menjadi
    landasan utama dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik di tingkat pusat
    maupun di tingkat daerah. Bahkan ditekankan dalam konsep reformasi
    administrasi/reformasi birokrokarasi bahwa keberhasilan penyelenggaraan
    pemerintahan daerah dalam konteks otonomi daerah, dapat diukur dari
    keberhasilan pemerintah daerah dalam menerapkan konsep good governance
    dengan sembilan karakteristiknya, yaitu: participation, rule of low, transparancy,
    responsiveness, consensus orientation, equity, efficiency and effektiveness,
    accountability, strategic vision (Mardiasmo, 2002; Dwiyanto, 2006).
         Berkaitan dengan itu, sasaran yang hendak dicapai oleh Pemerintah
    Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam bidang pelayanan publik untuk kurun
    waktu 2004-2009 meliputi berbagai dimensi : (a) berkurangnya secara nyata
    praktek korupsi pada birokrasi dan dimulai pada tataran pejabat yang paling
    atas; (b) terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksana pemerintahan
    yang bersih, effisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel; (c)
    terhapusnya aturan, peraturan dan praktek yang sifatnya diskriminatif terhadap
    warga   negara,   kelompok    atau   golongan    masyarakat;    (d)    terwujudnya
    peningkatan kapasistas aparatur pemerintah daerah melalui peningkatan dan
    pengembangan pendidikan formal dan pendidikan informal;               (e) tercitanya
    mekanisme pelayanan birokrasi pemerinahan daerah yang lebih efektif, efisien,


Laporan Akhir EKPD 2009                                                               8
trensparan dan ekuntabel melalui sistem pelayanan satu atap yang mempunyai
   kekuatan hukum dakam bentuk Peraturan Daerah (Perda).
        Komitmen     pemerintah   daerah    Provinsi   Sulawesi   Tenggara    untuk
   memberantas tindak pidana korupsi sebagaimana yang ditetapkan dalam
   rencana strategis daerah (Renstrada) untuk dicapai dalam kurun waktu 2004 –
   2009, ternyata belum dapat diwujudkan sesuai dengan harapan. Terdapat
   berbagai kendala sebagai masalah utama yang dihadapi dalam upaya
   pemberantasan tindak pidana korupsi di daerah ini. Kendala-kendala yang
   paling menonjol antara lain : (a) Masih kurangnya dukungan masyarakat dalam
   memberi keterangan atau kesaksian dalam upaya mengungkap kaasus tindak
   pidana korupsi di daerah. Hal ini disebabkan oleh perlindungan saksi yang
   belum menjamin keamanan para saksi. (b) Masyarakat cenderung menghindar
   untuk menjadi saksi karena tidak mau direpotkan untuk dimintai keterangan oleh
   petugas seiap saat dubutuhkan. Masyarakat beranggapan lebih bermanfaat
   menekuni pekerjaannya sehari-hari, daripada membuang-buang waktu untuk
   memberi kesaksian kepada petugas; (c) Kemampuan petugas penyidik yang
   masih terbatas sehingga pembuktian secara hukum atas suatu kasus, kadang-
   kadang memakan waktu yang cukup lama, bahkan ada yang di SP3-kan karena
   dianggap tidak cukup bukti; (d) Belum transparannya penanganan kasus-kasus
   korupsi yang melibatkan para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, sehingga
   rasa percaya masyarakat terhadap penegak hukum semakin merosot di daerah
   ini; (e) Para elit pemerintahan dan elit politik belum memperlihatkan keteladanan
   dalam pencitraan aparatatur yang bersih dan berwibawa; (f) Secara yuridis
   formal, undang-undang mengharuskan bahwa alat bukti atas suatu kasus tindak
   pidana korupsi, harus lebih dari satu. Ini juga merupakan kendala, sebab
   walupun pembuktian sudah cukup kuat tetapi baru satu alat bukti, ternyata
   belum memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke tingkat penuntutan/peradilan.
        Selanjutnya, komitmen Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
   untuk meningkatkan kapasitas aparaturnya, secara bertahap telah dapat
   diwujudkan, sehingga dalam kurun waktu 2004-2009 telah memperlihatkan
   pengaruh yang cukup berarti terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas
   pelayanan publik di daerah ini. Masalah untama yang dihadapi sehingga
   capaian indikator ini belum optimal sesuai dengan target dan sasaran yang telah
   ditetapkan melalui rencana strategis daerah (Renstrada) adalah:(1)         masih
   terbatasnya anggaran pengembangan kapasitas aparatur yang mampu


Laporan Akhir EKPD 2009                                                           9
disedakan setiap tahunnya. (2) Masih terbatsnya jumlah tenaga tetap yang
   memiliki kemampuan teknis profesional pada setiap unit kerja.
        Sedangkan komitmen pemerintah di daerah ini untuk semakin meperbaiki
   dan meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui pelayanan satu atap, juga
   semakin menunjukkan kemajuan yang cukup berarati. Hal ini ditandai dengan
   semakin bertambahnya jumlah kabupaten/kota yang telah memiliki sistem
   pelayanan satu atap yang diformalkan melalui peraturan daerah dari tahun ke
   tahun dalam kurun waktu 2004-2009. Adapun masalah utama yang dihadapi
   oleh pemerinatah daerah kabupaten/kota dalam mewujudkan pelayanan satu
   atap, adalah keterbatasan sumber daya manusia aparatur yang memiliki
   kemampuan teknis profesional.
        Untuk mengukur keberhasilan Pemerintah Daerah Provinsi Sualwesi
   Tenggara dalam bidang pelayanan publik selama lima tahun terakhir (2004-
   2009) dapat ditelusuri melalui capaian indikator sebagai berikut: (1) Persentase
   jumlah kasus korups yang tertangani dibandingkan dengan jumlah yang
   dilaporkan; (2) Persentase jumlah aparat pemerintah daerah yang berijazah
   minimal S-1; (3) Persentase jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki peraturan
   daerah tentang pelayanan satu atap.
        Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai kantor/instansi yang
   terkait, dapat diketahui bahwa melalui tiga indikator pelayanan publik yang
   dijadikan sebagai rujukan dalam evaluasi kinerja Pemerintah Daerah Provinsi
   Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2004-2005, telah terjadi peningkatan
   pelayanan publik dan peningkatan ini telah sejalan dengan target dan sasaran
   pembangunan yang telah ditetapkan oleh oleh pemerintah daerah. Namun
   disadari bahwa capaian indikator tersebut belum terwujud secara optimal
   berdasarkan target pemerintah daerah yang ditetapkan dalam Rencana
   Pembangunan Jangka Menengah Daereah (RPJMD) 2004-2009 dan masih
   dibawah dari target pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana
   Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009.
        Data yang diperoleh dalam tahap evaluasi akhir menunjukkan capaian dari
   setiap indikator pelayanan publik di daerah ini yang selengkapnya dapat
   dijelaskan sebagai berikut:
        Pertama: Persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan
   dengan jumlah yang dilaporkan. Keberhasilan capaian indikator pemberantasan
   tindak pidana korupsi, sangat ditentukan oleh beberapa faktor penentu antara


Laporan Akhir EKPD 2009                                                         10
lain : (a) Kemandirian lembaga peradilan dalam penanganan kasus-kasus
   korupsi; (b) Tidak adanya disikriminasi dalam penaganan kasus tindak pidana
   korupsi; (c) Transparansi dalam proses penanganan kasus tindak pidana
   korupsi; (d) Terciptanya rasa keadilan masyarakat dalam penanganan dan
   putusan-putusan yang ditetapkan oleh lembaga perdilan. Berdasarkan data
   yang diperoleh dalam tahapan evaluasi kinerja Pemerintah Daerah Provinsi
   Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2004-2009, secara nyata ada
   peningkatan upaya penegakan hukum khususnya penaganan tindak pidana
   korupsi yang secara fungsional ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Sulawesi
   Tenggara. Peningkatan upaya penegakan hukum yang dimaksud dapat dilihat
   dari beberapa indikator yang dikemukakan itu. Peningkatan tersebut sejalan
   dengan target dan sasaran yang ditetapkan oleh pihak pemerintah daerah.
   Namun demikian dalam kenyataannya capaian indikator-indikator itu secara
   umum belum sesuai dengan target yang ditetapkan oleh pihak Pemerintah
   Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dan juga belum       sesuai dengan target
   nasional. Data capaian dari setiap faktor penentu keberhasilan pemberantasan
   tindak pidana korupsi di Daerah Provinsi Sukawesi Tenggara dapat dilihat
   sebagai berikut :
   a) Faktor kemandirian lembaga peradilan dalam penanganan kasus tindak
      pidana korupsi    memperlihatkan tanda yang positif. Protes dan teriakan
      masyarakat yang ditujukan pada lembaga peradilan karena disinyalir adanya
      intervensi pihak penguasa, ternyata semakin berkurang dari tahun ke tahun
      dalam kurun waktu 2004-2009. Hal tersebut tidak terlepas dari komitmen
      Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara untuk menciptakan aparatur di daerah
      ini yang bersih dan berwibawa.

   b) Faktor diskriminasi   penanganan kasus tindak pidana korupsi pada tahap
      penyidikan oleh pihak kejaksaan tinggi masih tetap mewarnai masmedia di
      daerah ini. Penanganan kasus korupsi dengan modus gratifikasi yang
      melibatkan mantan Walikota Kendari dan Wakil Walikota Kendari yang
      diproses sejak tahun 2008, memperlihatkan adanya diskriminasi. Kasus
      gratifikasi mantan walikota yang nilainya lebih besar, tersendat-sendat,
      sangat lamban dan mengundang keterlibatan massa demonstran untuk
      menekan pihak kejaksaan agar serius menangani kasus gratifikasi mantan
      Walikota Kendari. Sebaliknya kasus gratifikasi mantan Wakil Wakil Walikota
      Kendari yang nilainya lebih kecil, ternyata berjalan lebih cepat sampai

Laporan Akhir EKPD 2009                                                      11
penahanan pada rumah tahanan (Rutan) Kelas II Kendari (Kendari Pos, 30
      Oktober 2009). Demikian pula dugaan kasus korupsi Bupati Bombana yang
      melibatkan anaknya (Haikal Atikurrahman) sudah dilaporkan oleh berbagai
      kompenen masyarakat Bombana disertai bukti-bukti awal adanya dugaan
      korupsi APBD sebesar 7,6 milyar, ternyata sampai saat ini belum ada
      kejelasan sehingga pihak Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara mendapat
      tekanan berupa unjuk rasa dari salah satu komponen masyarakat
      Kabupaten Bombana yaitu Komite untuk Demokrasi, Keadilan dan
      Transparansi Anggaran (Kendari Pos, 27 Oktober 2009)

   c) Faktor transparansi dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi oleh
      aparat penegak hukum pada Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara, masih
      memperlihatkan adanya indikasi yang tidak transparan. Data yang
      dikumpulkan memperlihatkan bahwa laporan yang diterima oleh pihak
      Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara dari berbagai komponen masyarakat
      tentang adanya dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh beberapa
      Bupati Kepala Daerah selama kurun waktu 2009, antara lain Bupati Konawe,
      Bupati Konawe Selatan, Bupati Bombana dan Bupati Buton Utara, ternyata
      belum ada kejelasan status penanganannya sampai saat ini (Antara lain
      Kendari Pos, 27 Oktober 2009).

   d) Faktor rasa keadilan masyarakat dalam penanganan dan pemberian putusan
      putusan oleh lembaga peradilan di Daerah Sulawesi Tengagra, kelihatan
      masih menjadi sorotan masyarakat di daerah ini. Kasus dugaan korupsi
      APBD tahun 2007-2008 sebesar Rp. 7,6 milyar yang melibatkan Haikal
      Atikurrahman (anak kandung Bupati Bombana), diduga bahwa pihak
      Kejaksaan Tinggi Sualwesi Tenggara tengah mengurus Surat Penghentian
      Penyidikan Perkara (SP3). Dengan data korupsi yang begitu besar itu, dan
      seharusnya menjadi hak-hak masyarakat melalui pelayanan publik yang
      dituangkan dalam APBD Kabupaten Bombnana tahun 2007-2008, diduga
      diselewengkan untuk memperkaya diri sendiri oleh Bupati Bombana yang
      melibatkan anaknya (Kendari Pos, 27 Oktober 2009).

         Untuk menilai kinerja pemberantasan tidak pidana korupsi di Daerah
   Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu lima tahun (2004 – 2009)
   dapat dilihat melalui penyajian data berikut ini, dengan membandingkan antara
   jumlah kasus yang diporkan kepada pihak Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara,


Laporan Akhir EKPD 2009                                                      12
dengan jumlah kasus yang ditangani sampai pada tingkat penyidikan dapat
   dilihat pada Tabel sebagai berikut :

   Tabel 1. Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi pada Kejaksaan Tinggi
             Sulawesi Tenggara dan Nasional yang ditangani dibanding dengan
             yang dilaporkan dalam kurun waktu 2004-2008
                Kasus Tindak Pidana Korupsi       Trend Jumlah Kasus Tindak
    Tahun               yang ditangani                    Pidana Korupsi
                    Sultra          Nasional      Dilaporakan       Ditangani
     2004           69.44             97.00             -                -
     2005           71.43             97.00           -0.03            0.00
     2006           44.44             94.00           0.38             0.03
     2007           60.00            94.00            -0.35            0.00
     2008           78.26            94.00            -0.30            0.00
         Sumber : Kejaksaan Tinggi Sultra dan Bappenas tahun 2009

         Trend perkembangan jumlah kasus tindak pidana korupsi yang ditangani
   dibandingkan dengan jumlah dilaporkan kepada pihak Kejaksaan Tinggi
   Sulawesi Tenggara selama lima tahun terakhir (2004-2009) dapat dilihat melalui
   grafik yang disajikan berikut ini :


                120                                            0.6
                100                                            0.4
                 80
                                                               0.2
                 60
                                                               0
                 40
                 20                                            -0.2

                  0                                            -0.4
                       2004     2005     2006   2007   2008
                   Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi yang di
                   Tangani di Sultra
                   Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi yang di
                   Tangani Nasional
                   Tren Provinsi

                   Tren Nasional

      Gambar 1. Tren Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi yang di tangani
                oleh pengadilan Sultra dan Nasional Kurun Waktu 2004-2009


         Berdasarkan trend perkembangan kasus tindak pidana korupsi tersebut,
   dapat dijelaskan bahwa kinerja pelayanan publik pada bidang pemberantasan
   tindak pidana korupsi di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara selama lima tahun




Laporan Akhir EKPD 2009                                                       13
terakhir (2004-2009) mengalami fluktuasi turun naik yang dapat dikelompokkan
   menjadi 2 kategori kinerja sebagai berikut:
    (1)    Dari tahun 2004 mengalami penurunan secara terus menerusi selama 3
           tahun berturut-turut (2005, 2006, 2007).
    (2)    Kemudian mengalami peningkatan kembali mulai dari tahun 2008 sampai
           dengan tahun 2009.


             Kedua: Persentase jumlah aparat pemerintah daerah yang berijazah
    minimal S-1. Data yang diperoleh dari berbagai kantor/instansi yang terkait
    memperlihatkan bahwa jumlah aparat Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
    Tenggara yang berijazah minimal S-1 dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini
    (2004-2009) sudah tergolong cukup memadai dan sejalan dengan rencana
    strategis daerah yang dituangkan dalam Renstrada tahun 2004-2009. Oleh
    karena itu, secara umum dapat dikatakan bahwa capaian indikator ini sudah
    sejalan dengan target dan sasaran yang telah ditetapkan melalui RPJMD 2004-
    2009     oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, namum belum
    mencapai target dan sasaran secara optimal. Disadari sesungguhnya bahwa
    capaian indikator ini masih dibawah dari target dan sasaran nasional
    sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
    Nasional (RPJMN) 2004-2009. Berbagai faktor penentu yang berpengaruh
    terhadap capaian indikator ini, dapat dijelaskan menurut data yang diperoleh
    dari kantor/instansi yang terkait sebagai berikut :
    (1) Masih terbatasnya anggaran pengembangan kapasitas aparatur yang
          mampu dialokasikan setiap tahunnya, sehingga jumlah aparat (pegawai)
          yang dapat diikutkan dalam program pengembangan kapasitas melalui
          penyediaan anggaran program pemngembangan kemampuan sumber daya
          aparatur, juga masih terbatas. Di lain sisi, organisasi Pemerintah Daerah
          Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 3 (tiga) sekretariat, 14 (empat
          belas) dinas, 10 (sepuluh) badan dan 4 (empat) kantor, membutuhkan
          tenaga yang memiliki kemampuan profesional dengan basis pendidikan
          minimal S-1. Sejalan dengan itu, program pengembangan sumber daya
          aparatur yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
          Tenggara telah menunjukkan hasil yang cukup memadai. Penomena untuk
          tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah pegawai di lingkungan organisasi
          Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 5.396 orang,


Laporan Akhir EKPD 2009                                                            14
hanya 1.025 orang (19%) yang berpendidikan minimal S1. Ini berarti bahwa
       yang berpendidikan di bawah dari S1 mencapai jumlah 4.371 orang (81%)
       dari total pegawai. Demikian pula penomena tahun 2007 menunjukkan
       bahwa jumlah pegawai tetap pada organisasi Pemerintahan Provinsi
       Sulawsi Tenggara sebanyak 6.737 orang atau naik sebesar 19% dari total
       pegawai pada tahun 2006. Jumlah pegawai yang berpendidikan minimal S-
       1 pada tahun 2007 sebanyak 2.381 orang atau 24 % dari jumlah pegawai
       seluruhnya. Ini beratri bahwa yang berpendidikan dibawah dari S-1 masih
       mendominasi (76%) dari jumlah pegawai pada organisasi pemerintah di
       daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Data menunjukkan bahwa telah terjadi
       perkembangan yang cukup signifikan tentang jumlah aparat pemerintah
       daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang berijazah minimal S-1 selama
       kurun waktu 2004-2009 sebagai berikut: Tahun 2004 sebanyak 12% ;
       Tahun 2005 sebanyak 15 %; tahun 2006 sebanyak 19%; tahun 2007
       sebanyak24%; tahun 2008 sebanyak 29%, dan tahun 2009 sebanyak 33%.
       Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ;


       Tabel 2. Persentase Aparat Pemerintah Daerah Provinsi Sultra yang
                Berijazah Monimal S-1 tahun 2004-2009
                 Persentase Aparat Pemerintah        Trend Persentase Aparat
                  Daerah Provinsi Sultra yang       Pemerintah Daerah Provinsi
        Tahun         Berijazah Monimal S-1        Sultra yang Berijazah Monimal
                                                                S-1
                      Sultra         Nasional          Sultra         Nasional
         2004          12              29.9               -                -
         2005          15               31              -0.25           -0.04
         2006          19             31.93             -0.27           -0.03
         2007          24              30.6             -0.26            0.04
         2008          29             30.99             -0.21           -0.01
       Sumber : Kantor Sekretariat Daerah Sultra dan Bappenas tahun 2009

   (2) Masih terbatasnya jumlah tenaga tetap pada setiap unit kerja, sehingga
       pemberian kesempatan pengembangan kapasitas aparatur melalui jalur
       pendidikan formal, hanya dalam bentuk izin belajar, dalam arti pegawai
       hanya diizinkan meninggalkan tugas pada jam-jam perkuliahan. Selebihnya
       tetap digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas pada unit kerjanya
       masing-masing.     Kondisi kepegawaian pada tahun 2007 menyebabkan
       membengkaknya jumlah tenaga kontrak yang mencapai 507 orang, dan
       meningkat menjadi 1.834 orang pada tahun 2008.



Laporan Akhir EKPD 2009                                                      15
Ketiga: Persentase jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki peraturan
    daerah pelayanan satu     atap. Terbatasanya jumlah sumber daya manusia
    aparatur yang memiliki kemampuan teknis profesional pada organisai
    pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
    merupakan salah satu faktor yang menghambat proses terwujudnya sistem
    pelayanan satu atap di setiap daerah kabupaten/kota.
         Namun demikian, berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan
    dalam rangka evaluasi ini memperjelas bahwa pelaksanaan pelayanan satu
    atap oleh daerah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
    dilaksanakan sesuai dengan kondisi kemampuan dan ketersediaan sumber
    daya manusia di setiap daerah kabupaten/kota. Perkembangan jumlah daerah
    kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara dipicu oleh oleh kebijakan politik
    berupa pemekaran daerah otonom sejak tahun 2005. Data menunjukkan dari 1
    Daerah Kota dan 4 Daerah Kabupaten pada tahun 2001,             kini menjadi 2
    Daerah Kota dan 8 Daerah Kabupaten pada tahun 2005. Selanjutnya pada
    tahun 2006 menjadi 2 Daerah Kota dan 10 Daerah Kabupaten setelah
    Kabupaten Konawe Utara dan Buton Utara ditetapkan sebagai Daerah Otonom
         Masalah utama yang dihadapi dalam upaya mengefektifkan sistem
    pelayanan satu atap pada setiap daerah kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
    Tenggara berdasarkan data/informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini,
    adalah belum adanya komitmen para kepala daerah yang disebabkan oleh
    adanya tarik-menarik kepentingan para kepala dinas/kantor/badan yang terkait
    dengan sistem pelayanan satu atap.
         Selanjunya data yang menunjukkan capaian indikator ini tergambar
    melalui trend perkembangan jumlah kabupaten kota yang menerpkan sistem
    pelayanan satu atap yang dituangkan dalam peraturan daerah. Data yang
    diperoleh memperlihatkan bahwa jumlah daerah kabupaten/kota yang memiliki
    perda pelayanan satu atap di Provinsi Sulawesi Tenggara, baru terbatas pada
    2 kota, yaitu Kota Kendari dan Kota Bau-Bau dengan penjelasan sebagai
    berikut: (1) Kota Kendari menerapkan sistem pelayanan satu atap sejak tahun
    2002 dengan melibatkan 12 jenis perizinan yang dikelola oleh berbagai
    dinas/instansi. Kemudian berkembang terus, dan pada tahun 2005 menjadi 40
    jenis perizinan dan selanjutnya sampai pada tahun 2009 sudah menjadi 67
    jenis perizinan yang dikelola dengan sitem pelayanan satu atap. Sejak tahun
    2004 belum ada kabupaten/kota yang memiliki perda pelayanan satu atap; (2)


Laporan Akhir EKPD 2009                                                         16
Kota Bau-Bau menerapkan sistem pelayanan satu atap sejak tahun tahun 2003
    yang diatur dengan perda yang didalamnya mencakup 12 jenis perizinan.
    Dengan demikian, hingga saat ini masih terdapat 10 kabupaten di daerah
    Provinsi Sulawesi Tenggara yang belum memiliki perda pelayanan satu atap.


   Demokrasi
         Darsi sisi pengembangan sistem demokrsi dalam pembangunan Daerah
   Provinsi Sulawesi Tenggara untuk kurun waktu 2004-2009, diarahkan pada
   peningkatan dan pengembangan demokrasi dan peranserta semua lapisan
   masyarakat dalam berbagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang
   merupakan kondisi ideal bagi tumbuh kembangnya sistem demokrasi dalam
   penyelenggaraan pemerintahan lokal.
         Indikator yang dijadikan sebagai rujukan untuk mengevaluasi tingkat
   demokrasi dalam penyelenggaran pemerintahan daerah, dirahkan pada 5 (lima)
   indikator, yaitu: (1) Gender Development Indeks (GDI); (2) Gender Empowerment
   Meassurement (GEM); (3) Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilkada
   provinsi; (4) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan legislatif; (5) Tingkat
   partisipasi masyarakat dalam pemilihan presiden.
         Berkaitan dengan isu gender sebagai salah satu indikator tingkat
   demokrasi    dalam    penyelenggaraan     pemerintahan     daerah,    maka    pihak
   Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara telah memperlihatkan adanya
   komitmen untuk memberi perhatian terhadap isu gender di daerah ini. Berkaitan
   dengan itu, pemerintah daerah menetpkan kebijakan-kebijakan umum di bidang
   gender, yang bertujuan untuk meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan
   dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan daerah yang
   diemban oleh lembaga yang secara struktural mempunyai tugas dan fungsi untuk
   memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Bertolak dari
   kebijakan umum yang       diuraian di atas, maka selanjutnya disusun rencana
   strategis daerah (Renstrada). Melalui Renstrada tersebut ditetapkan target dan
   sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu 20004-2009 sebagai berikut: (a)
   mewujudkan kemitrasejajaran antara perempuan dan laki-laki melalui jalinan pola
   sikap dan perilaku yang saling peduli, saling menghargai, saling menghormati
   dan saling mengisi, baik di tingkat keluarga, masyarakat, maupun dalam proses
   pembangunan; (b) meningkatkan stabilitas dan kontrol yang memungkinkan
   perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki untuk bersama-sama berperan dalam


Laporan Akhir EKPD 2009                                                             17
pembangunan sesuai dengan kodrat dan martabatnya, tanpa melupakan peran
   bersama dalam mewujudkan keluarga sejahtera yang beriman sehat dan
   bahagia; (c) memberdayakan lembaga-lembaga pengelola kemajuan perempuan
   agar lebih berperan, berkualitas dan mandiri yang diwujudkan melalui program-
   program GDI (Gender Development Indeks) dan program GEM (Gender
   Empowerment     Meassurement;     (d)    meningkatkan    perlindungan     terhadap
   perempuan untuk mencegah terjadinya diskriminasi dan tindakan pelecehan atau
   kekerasan terhadap perempuan;           (e) terjaminnya keadilan gender dalam
   berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik; (f) menurunnya
   kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki yang
   diukur dengan angka GDI dan GDM.
         Selanjutnya, berkaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
   pemilihan kepala daerah, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dalam kurun
   waktu 2004-2009, menunjukkan adanya komitmen Pemerintah Daerah Provinsi
   Sulawesi Tenggara dalam menumbuhkan hak-hak demokrasi bagi masyarakat di
   Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.
         Kebijakan pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
   dalam jangka waktu 2004-2009, dijabarkan dalam rencana strategis daeah
   (Renstrada) yang mempunyai sejumlah target dan sasaran sebagai berikut: (a)
   mengembangkan       iklim   dan   budaya    politik   yang   demokratis    dengan
   mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan keterbukaan
   yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan masyarakat; (b)
   meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik masyarakat dengan
   mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju terwujudnya
   budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan masyarakat dan pembangunan;
   (c) meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat melaksanakan
   funmgsinya dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik masyarakat;
   (d) meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga negara Republik
   Indonesia mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa, pembauran bangsa
   dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
   dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus pada kokohnya
   persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara Kesatuan Republik
   Indonesia (NKRI).     Target dan sasaran pembangunan bidang politik yang
   ditetapkan oleh pihak pemerintah di daerah ini, telah sejalan dengan capaian-
   capain selama kurun waktu 2004-2009 namun belum optimal dan tentunya telah


Laporan Akhir EKPD 2009                                                           18
sejalan pula dengan terget dan sasaran nasional yang tertuang dalam Rencana
   Pembangunan      Jangka       Menengah    Nasional    (RPJMN)      2004-2009,   yang
   sasarannya    meliputi    :   (a)   terlaksananya    peran   dan    fungsi   lembaga
   penyelenggara negara dan lembaga kemasyarakatan sesuai dengan konstitusi
   dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (b) meningkatnya partisipasi
   masyarakat dalam proses pengambilan keputusan politik; (c) terlaksananya
   pemilihan umum yang demokratis, jujur, dan adil pada tahun 2009.
         Indikator yang dijadikan rujukan dalam mengukur tingkat demokrasi dalam
   penyelenggaraan pemerintahan di Daerah provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari
   5 (lima) indikator yang meliputi : (1) Gender development indeks (GDI); (2)
   Gender impowerment Meassurement (GEM); (3) Tingkat partisipasi politik
   masyarakat dalam pilkada provinsi; (4) Tingkat partisipasi masyarakat dalam
   pemilihan legislatif; (5) Tingkat partisipasi masyarakat dalm pemilihan pesiden.
         Capian indikator-indikator tersebut merupakan ukuran terhadap tingkat
   demokrasi dalam enyelenggaraan pemerinahan di Daerah Provinsi Sulawesi
   Tenggara. Data yang diperoleh dari berbagai kantor/instansi yang terkait dengan
   aspek demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah ini dalam
   kurun waktu 2004-2009, menunjukkan kondisi sebagai berikut :
         Pertama: Indikator gender development indeks (GDI). Berdasarkan target
   dan sasaran yang ditetpkan melalui rencana strategis daerah 2004-2009, maka
   selanjutnya dapat dikemukakan data capaian-capaian dalam kurun waktu 2004-
   2009. Namun sebelumya perlu dijelaskan bahwa lembaga yang bertanggung
   jawab dalam bidang pemberdayaan perempuan di daerah ini, baru terbentuk
   secara formal pada tahun 2006. Dengan demikian data yang disajikan dalam
   laporan evaluasi ini hanya meliputi data tahun 2006-2009.
         Program-program yang ditetapkan dan dilaksanakan berkaitan dengan
   indikator gender development indeks (GDI) di daerah ini adalah meliputi program
   dan kegiatan yang diarahkan pada upaya pencapaian target dan sasaran yang
   telah ditetapkan sebelumnya. Dari aspek kelembagaan, ternyata pembentukan
   lembaga formal yang bertanggung jawab dalam urusan peranan wanita di daerah
   ini belum terbentuk sebelum tahun 2006. Artinya sebelum tahun 2006 belum ada
   program-program yang terkait dengan upaya perbaikan endeks pembangunan
   gender/peranan perempuan dalam pembangunan daerah. (b) Sejak tahun 2006
   telah terbentuk kelembagaan dalam struktur organisasi pemerintahan daerah
   Provinsi Sulawesi Tenggara yang secara formal menangani urusan gender yang


Laporan Akhir EKPD 2009                                                               19
berstatus badan, dengan nama “Badan Pemberdayaan Perempuan”. Badan
   inilah yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan program
   yang terkait dengan pembangunan kualitas perempuan dalam rangka gender
   development indeks (GDI) di daerah Provinsi Sulawesi tenggara. Program-
   program yang ditujukan pada upaya pembangunan kualitas sumber daya
   perempuan     dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasran GDI di Daerah
   Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009 dikelola
   oleh 15 lembaga. Lembaga tersebut melaksanakan dua jenis prgram, yaitu
   program-program yang berorientasi pada pencapaian target dan sasaran GDI
   (gender development indeks) dan program-program yang berorientasi pada
   upaya pencapaian target dan sasaran Gender impowerment Meassurement
   (GEM). Data tentang lembaga penyelenggara program yang dimaksud.
   selengkapnya disajikan berikut ini :


   Tabel 3. Lembaga Penyelenggara Program Gender Development Indeks (GDI)
            dan Program Gender impowerment Meassurement (GEM) di Provinsi
            Sulawesi Tenggara Tahun 2006 - 2009
    No        Nama Lembaga              Alamat       Penanggung Jawab
    01 Aliansi Perempuan Sultra BPKB Sultra        Nuhiddin
    02 BKM Madani                 Kel. Benuanirae  Abd. Malik
    03 SKB Muna                   Raha             La Sidale
    04 SKB Bombana                Kasipute         Muh. Jalil
    05 SKB Konsel                 Ranomeeto        Kadir M.
    06 PKBM Adhe Arifta           Kel. Abeli       La Sambawe
    07 PKBM Binar                 Kel. Lapulu      Fahmi
    08 PKBM Aisyiyah              Kec. Ranomeeto   Farida Halik S.Pd.
    09 YP Musilmat NU             Balai Kota II/7  Hj. Suhaedar SH
    10 PKBM Asmik Mubarak         Kel. Dapudapura  A. Merlina Arfan
    11 LKP Bina Remaja            Kel. Wua-Wua     Muharni Mahmud
    12 LKP Beringin Cerdas        Kel. Watubangga  Nursani Sela
    13 PKBM Rajawali              Desa Wonuasari   Kuswara
    14 PKBM Bunga Karang          Desa Bobolio     Hanapia. A. Ma
    15 PKBM Cahaya Mata           Desa Mataiwoi    Hj. Neraeni, S. Pd
   Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan Sultra, 2009.

             Capaian indikator GDI di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam
   kurun waktu 2006 sampai dengan 2009, dapat dijelaskan bahwa dilihat dari
   aspek kelembagaan, ternyata ada lima lembaga penyelengara program GDI
   yang melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian target dan sasaran GDI
   di daerah ini. Lembaga-lembaga tersebut yaitu: (1) LKP Bina Remaja, (2) LKP




Laporan Akhir EKPD 2009                                                    20
Beringin Cerdas, (3) PKBM Rajawali, (4) PKBM Bunga Karang, dan (5) PKBM
   Cahaya Mata. Jenis-jenis program yang diselenggarakan sebagai berikut:
   a. Tahun 2004 belum ada kegiatan secara melembaga.
   b. Tahun 2005 belum ada kegiatan secara melembaga.
   c. Tahun 2006 ada 5 jenis kegiatan yang dilakukan dengan orientasi untuk
      mewujudkan GDI, berupa pendidikan keluarga berwawasan gender (PKBG),
      dengan rincian kegiatan berupa: (1) sosialisasi konsep gender, (2) Workshop
      peningkatan sensitifitas gender, (3) Sosialisasi kebijakan Pemerintah Daerah
      di bidang gender, (4) Sosialisasi bahan ajar responsifitas gender, (5) Fokus
      group discussion (FGD).
   d. Tahun 2007 ada 7 jenis program yang diselenggarakan oleh kelima lembaga
      tersebut yaitu. Selain meneruskan pelaksanaan 5 jenis kegiatan pada tahun
      2006, dilakukan pula pengembangan jenis kegiatan lainnya dalam bentuk: (1)
      diskusi tentang peranan perempuan dalam pendidikan keluarga, (2) Diskusi
      tentang peranan perempuan dalam kehidupan politik lokal.
   e. Tahun 2008 tetap ada 7 jenis kegiatan GDI di daerah ini ,yang dilakukan oleh
      kelima lembaga yang dikemukakan di atas, yaitu tetap melanjutkan tujuh
      jenis kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2007.
   f. Tahun 2009, ada 8 jenis kegiatan GDI yang dilaksanakan oleh kelima
      lembaga tersebut. Selain melanjutkan 7 jenis kegiatan tahun 2008, juga
      dikembangakan      dengan    1   jenis   kegiatan   baru   berupa    pelatihan
      kepemimpinan perempuan.
         Walaupun jenis kegiatan GDI yang dilakukan oleh kelima lembaga yang
   bergerak dalam bidang GDI di daerah provinsi Sulawesi Tenggara cenderung
   tidak banyak variasi, namun yang bervariasi adalah objek atau sasaran
   penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut. Variasinya berupa daerah/wilayah
   penyelenggaraan (diselenggarakan secara bergilir di berbagai daerah).
         Berdasarkan data capaian dari indikator GDI, dapat dikatakan bahwa
   walaupun belum sepenuhnya mencapai target dan sasaran RPJMD 2004-2009,
   namun telah menunjukkan adanya kemajuan yang cukup signifikan dari tahun
   ketahun. Kemajuan tersbut tentunya pula telah berada pada garis kebijakan
   nasional, namun masih dibawah dari target dan sasaran nasional berdasarkan
   RPJMN 2004-2009.
         Kedua: Gender Empowerment Meassurement (GEM): Target dan sasaran
   yang hendak dicapai dalam upaya mewujudkan GEM di Daerah Privinsi Sulawesi


Laporan Akhir EKPD 2009                                                          21
Tenggara dituangkan dalam Rencana Strategis Daerah (Renstrada) 2004-2009.
   Data capaian-capain program GEM dalam kurun waktu 2004-2009 yang
   diperoleh dari kantor/instansi yang terklait dapat dijelaskan bahwa secara umum
   memperlihatkan adanya kemajuan yang signifikan dari tahun ke tahun selama
   kurun waktu 2006-2009. Sebagaimana telah         dijelaskan sebelumnya bahwa
   lembaga yang bertanggung jawab dalam bidang pemberdayaan perempuan di
   daerah ini, baru terbentuk secara formal pada tahun 2006. Dengan demikian data
   yang disajikan dalam laporan evaluasi ini terkait pelaksanaan program GEM,
   hanya meliputi data tahun 2006-2009. Data untuk tahun sebelumnya tidak
   ditemukan dalam kegiatan pengumpulan data evaluasi ini.
         Program-program yang ditetapkan dan dilaksanakan berkaitan dengan
   indikator Gender Empowerment Meassurement (GEM) di daerah ini adalah
   meliputi program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai
   target dan sasaran perwujudan GEM. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa: (a)
   Dari aspek kelembagaan yang secara khusus bertanggung jawab di bidang
   pemberdayaan perempuan, ternyata       belum terbentuk sebelum tahun 2006.
   Dengan demikian sebelum tahun 2006 belum ada program-program yang terkait
   dengan upaya pemberdayaan kaum perempuan dalam pembangunan daerah.
   (b) Sejak tahun 2006 telah terbentuk kelembagaan dalam struktur organisasi
   pemerintahan   daerah   Provinsi   Sulawesi    Tenggara    yang   secara   formal
   menangani urusan gender yang berstatus badan, dengan nama “Badan
   Pemberdayaan Perempuan”. Badan inilah yang bertanggung jawab dalam
   perencanaan dan pelaksanaan program yang terkait dengan perempuan kaum
   perempuan dalam rangka mewujudkan Gender Eimpowerment Meassurement
   (GEM) di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Program-program yang ditujukan
   pada upaya pemberdayaan perempuan dalam rangka mewujudkan tujuan dan
   sasran GEM di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 2006, 2007,
   2008 dan 2009 dikelola oleh 15 lembaga. Lembaga tersebut telah disebutkan
   pada bagian terdahulu. Lembaga-lembaga itu dibina dan dikoordinasikan oleh
   Badan   Pemberdayaan     Kaum      Perempuan    Provinsi   Sulawesi   Tenggara.
   Kelimabelas lembaga itu, melaksanakan dua jenis program, yaitu program yang
   berorientasi pada pencapaian target dan sasaran gender development indeks
   (GDI) dan program-program yang berorientasi pada upaya pencapaian target
   dan sasaran Gender impowerment Meassurement (GEM). Data tentang lembaga




Laporan Akhir EKPD 2009                                                          22
penyelenggara program GEM yang dimaksud, selengkapnya telah disajikan pada
   tabel sebelumnya.
         Capaian indikator GEM di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun
   waktu 2006 sampai dengan 2009, dapat dijelaskan bahwa dilihat dari aspek
   kelembagaan, ternyata ada lima belas lembaga penyelengara program GFM
   yang melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian target dan sasaran GEM
   di daerah ini. Lembaga-lembaga tersebut yaitu : (1) Aliansi Perempuan Sultra, (2)
   BKM Madani, (3) SKB Muna, (4) SKB Bombana, (5) SKB Konsel, (6) PKBM Adhe
   Arifta, (7) PKBM Binar, (8) PKBM Aisyiyah, (9) YP Musilmat NU, (10) PKBM
   Asmik Mubarak, (11) LKP Bina Remaja, (12) LKP Beringin Cerdas, (13) PKBM
   Rajawali, (14) PKBM Bunga Karang, (15) PKBM Cahaya Mata. Kelima belas
   lembaga itu secara langsung mendapat pembinaan sekalis dikoordinasikan oleh
   Badan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Sulawesi Tenggara.
         Jenis-jenis kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka mewujudkan
   program pemberdayaan kaum perempuan mulai dari tahun 2006 sampai dengan
   tahun 2009,      meliputi kegiatan-kegiatan dalam bentuk kersus/pelatihan
   keterampilan perempuan, dengan frekuensi sebagai berikut: (1) Tahun 2006
   sebanyak 9 kali kegiatan kursus/pelatihan keterampilan; (2) Tahun 2007
   sebanyak 12 kali kegiatan kursus/keterampilan; (3) Tahun 2008 sebanyak 16 kali
   kegiatan kursus/keterampilan; (4) Tahun 2009 sebanyak 15 kali kursus/pelatihan
   keterampilan.
         Walupun data frekuensi kegiatan GEM menunjukkan angka yang
   meningkat dari tahun ke tahun, namun belum ada perhitungan angka GDI dan
   GEM yang diperoleh dalam evaluasi ini. Hambatan utama yang dihadapi oleh
   pihak Badan Pemberdayaan Perempuan di daerah ini adalah belum cukupnya
   tenaga pengelola yang mempunya kemampuan untuk menunjang kinerja
   lembaga secara memadai.
         Berdasarkan data capaian dari indikator GEM, dapat dikatakan bahwa
   walaupun belum sepenuhnya mencapai target dan sasaran RPJMD 2004-2009,
   namun telah menunjukkan adanya kemajuan yang cukup signifikan dari tahun
   ketahun. Kemajuan tersbut tentunya pula telah berada pada garis kebijakan
   nasional, namun masih dibawah dari target dan sasaran nasional berdasarkan
   RPJMN 2004-2009.
         Ketiga:   Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Kepala
   Daerah Provinsi (Pilkada Provinsi. Target dan sasaran indikator ini diarahkan


Laporan Akhir EKPD 2009                                                          23
pada upaya pencapaian target dan sasaran pembangunan daerah yang
   dituangkan dalam rencana strategis daerah (Renstrada) 2004-2009, yang di
   dalamnya bentuk kebijakan pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi
   Tenggara dalam jangka waktu 2004-2009, dengan penjabaran sebagai berikut :
   (a) mengembangkan iklim dan budaya politik yang demokratis dengan
   mengaktualisasikan     prinsip   persamaan,       kesetaraan,   kebebasan     dan
   keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan masyarakat;
   (b) meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik masyarakat dengan
   mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju terwujudnya
   budaya    politik   yang   kondusif    terhadap    kehidupan    masyarakat    dan
   pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat
   melaksanakan funmgsinya dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi
   politik masyarakat; (d) meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga
   negara Republik Indonesia mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa,
   pembauran bangsa dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa
   dan bernegara dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus
   pada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara
   Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kebijakan tersbut sudah sesuai dengan
   kebijakan pemerintah pusasat yang selanjutnya dioperasionalisasikan dalam
   bentuk program dan kegiatan dalam bentuk penyelenggaraan Pilkada Provinsi,
   Pilkada Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
        Capaian indikator pemilihan kepala daerah provinsi (pemilihan gubernur
   dan wakil gubernur) di daerah ini menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat
   (wajib pilih) yang positif. Artinya jika dibandingkan antara jumlah Daftar Pemilih
   Tetap (DPT) dengan jumlah wajib pilih yang menggunakan hak pilihnya,
   memperlihatkan angka yang relatif tidak jauh berbeda. Untuk lebih jelasnya,
   capaian indikator ini dapat dilhat melalui data pemilihan kepala daerah Provinsi
   Sulawesi Tenggara (pemilihan gubernur dan wakil gubernur) yang berlangsung
   pada tahun 2007 yang lalu. Dalam hubungan ini, data yang tersedia pada
   Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi Sulawesi Tenggara
   sehubungan dengan penyelenggaran pemilihan gubernur dan wakil gubernur
   Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007 yang lalu, jumlah wajib pilih yang
   terdaftar dalam Daftar Pemilih        Tetap (DPT), sebanyak 1.565.918 orang.
   Sedangkan jumlah wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak pilihnya
   sebanyak 1.390.489 orang. Angka ini menunjukkan bahwa angka partisipasi


Laporan Akhir EKPD 2009                                                           24
wajib pilih dalam penyelenggaran pilkada tersebut, adalah 88%. Artinya jumlah
   wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak pilihnya adalah 88%. Angka ini
   memperlihatkan adanya wajib pilih golput sebesar 12%. Jika dibandingkan
   dengan angka golput dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur di berbagai
   daerah provinsi lannya, baik di Sulawesi Selatan maupun di pulau Jawa yang
   angka golputnya mencapai 38% sampai 40%, maka dapat dikatakan bahwa
   pilkada Provinsi Sulawesi Tenggara yang diselenggarakan pada tahun 2007
   yang lalu tergolong berhasil dengan baik.
         Adapun masalah utama yang dihadapi sehingga masih adanya angka
   golput sebesar 12% tersebut, antara lain dapat ditunjukan melalui hasil evalusi
   akhir menunjukkan bahwa kondisi tingginya angka golput dalam pemilu adalah
   disebabkan oleh kurang optimalnya kinerja KPU Daerah bersama pemerintah
   daerah      dalam    mempersiapkan     penyelenggaraan     pemilu.     Penomena
   menunjukkan bahwa di setiap TPS di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara,
   banyak wajib pilih yang hadir dan berkeinginan untuk menyalurkan hak
   suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena tidak memiliki kartu suara.
   Secara umum dapat dikatakan bahwa tingakat kesadaran dan partisipasi
   masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu di Sulawesi Tenggara cukup tinggi,
   tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan kerja penyelenggara pemilu, baik
   KPU      Daerah     maupun     pemerintah    daerah    dalam       mempersiapkan
   penyelenggaraan pemilu. Kelemahan yang paling menonjol adalah pada
   tahapan pemutahiran data peserta pemilu yang tidak dilakukan secara optimal
   dan profesional. Penomena menunjukan, banyak pemilih yang terdaftar dan
   mendapat kartu undangan dalam penyelenggaraan pemilihan Presiden dan
   Wakil Presiden pada tahun 2004 yang lalu, ternyata tidak terdaftar lagi dan tidak
   mendapat kartu undagan pemilu dalam penyelenggaraan pemilihan Gubernur
   dan Wakil Gubernur pada tahun 2007. Sebaliknya dijumpai adanya sejumlah
   kartu undangan pemilih bagi warga masyarakat yang telah meninggal dunia
   beberapa tahun yang lalu. Mereka yang mengalami kasus seperti ini
   digolongkan sebagai wajib pilih yang golput dan inilah salah satu penyebab
   angka golput relatif tinggi dalam penyelengaraan pilkada di daerah ini.
   Penomena ini menunjukkan buruknya kinerja KPU Daerah dan pemerintah
   daerah dalam mempersiapkan penyelenggaraan pemilu.
         Keempat: Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan legislatif.
   Indikator   ini   diarahkan   pada   upaya   pencapaian   target    dan   sasaran


Laporan Akhir EKPD 2009                                                          25
pembangunan di bidang plitik yang dituangkan dalam rencana strategis daerah
   (Renstrada) 2004-2009, yang di dalamnya menunjukkan kebijakan pencapaian
   target dan sasaran pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
   dalam jangka waktu 2004-2009, berupa: (a) mengembangkan iklim dan budaya
   politik yang demokratis dengan mengaktualisasikan prinsip persamaan,
   kesetaraan, kebebasan dan keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi
   dalam kehidupan masyarakat; (b) meningkatkan pendidikan politik dan
   partisipasi politik masyarakat dengan mengembangkan komunikasi politik yang
   lebih sehat menuju terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap
   kehidupan masyarakat dan pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian
   partai-partai politik agar dapat melaksanakan funmgsinya dalam meningkatkan
   kesadaran    dan   partisipasi    politik    masyarakat;   (d)   meningkatkan   dan
   memantapkan pemahaman warga negara Republik Indonesia mengenai
   wawasan     kebangsaan,    jati    diri     bangsa,   pembauran    bangsa   dengan
   mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi
   ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus pada kokohnya persatuan
   dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia
   (NKRI). Kebijakan tersbut sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah pusasat
   yang selanjutnya dioperasionalisasikan dalam bentuk program dan kegiatan
   dalam bentuk penyelenggaraan Pilkada Provinsi, Pilkada Legislatif dan
   Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
        Capaian indikator penyelenggaraan pemilihan legislatif di daerh ini
   menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat (wajib pilih) yang bervariasi antara
   pemilu legislatif tahun 2004 dengan pemilu legislatif tahun 2009. Untuk lebih
   jelasnya, capaian indikator ini dapat dilhat melalui data pemilihan legislatif di
   daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang berlangsung pada tahun 2004 dan
   2009 yang lalu. Dalam hubungan ini, data yang tersedia pada Komisi Pemilihan
   Umum Daerah (KPUD) Provinsi Sulawesi Tenggara sehubungan dengan
   penyelenggaran pemilihan legislatif memperlihatkan bahwa jumlah wajib pilih
   yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada tahun 2004 sebanyak
   1.320.562 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak
   pilihnya sebanyak 1.263.426 orang. Angka ini menunjukkan bahwa angka
   partisipasi wajib pilih dalam penyelenggaran pemilu legislatif tahun 2004
   sebesar 96%. Angka ini memperlihatkan bahwa wajib pilih yang golput hanya
   sebesar 4%. Rendahnya angka golput tersebut menunjukkan membaiknya


Laporan Akhir EKPD 2009                                                            26
kinerja   KPUD     dan   membaiknya    dukungan    pemerintah   daerah   dalam
   penyelenggaraan pemilu legislatif. Selanjutnya pada pemilu legislatif tahun
   2009, jumlah wajib pilih yang terdaftar dalam Daftar Pemili Tetap (DPT)
   sebanyak 1.901.060 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih yang menggunakan
   haknya sebanyak 1.484.636 orang. Dengan demikian angka partisipasi
   masyarakat hanya sebesar 78%, atau terdapat jumlah angka golput sebanyak
   22%. Jika dibandingkan antara angka golput dalam pemilu legislatif tahun 2004,
   terdapat peningkatan jumlah wajib pilih yang gulput sebesar 18%. Hal ini
   menunjukkan bawa kinerja KPUD Provinsi dan dukngan pemerintah daerah
   mengalami penurunan yang berdampak pada menurunnya tingkat partisipasi
   masyarakat dalam proses politik melalui pemilu legislative
         Masalah utama utama yang dihadapi sehingga masih adanya angka golput
   yang cukup sebesar (22%) pada pemilu legislatif 2009, dapat dilihat melalui
   hasil evalusi akhir yang menunjukkan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh
   kurang optimalnya persiapan dan kurang profesionalnya KPU Daerah dalam
   mempersiapkan penyelenggaran pemilu legislatif, termasuk pula kurangnya
   dukungan pemerintah daerah dalam mempersiapkan penyelenggaraannya.
   Penomena menunjukkan bahwa di setiap TPS di wilayah Provinsi Sulawesi
   Tenggara, banyak wajib pilih yang hadir dan berkeinginan untuk menyalurkan
   hak suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena tidak memiliki kartu
   suara. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingakat kesadaran dan partisipasi
   masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu di Sulawesi Tenggara cukup tinggi,
   tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan kerja penyelenggara pemilu, baik
   KPU       Daerah   maupun     pemerintah    daerah     dalam    mempersiapkan
   penyelenggaraan pemilu. Kelemahan yang paling menonjol adalah pada
   tahapan pemutahiran data yang tidak dilakukan secara optimal dan profesional.
   Penomena menunjukan, banyak pemilih yang terdaftar dan mendapat kartu
   undangan dalam penyelenggaraan pemilu legislatif 2004 yang lalu, ternyata
   tidak terdaftar lagi dan tidak mendapat kartu undagan pemilu dalam
   penyelenggaraan pemilu legislatif tahun 2009.
         Kelima: Tingkat partisipasi masyarakat dalm pemilihan pesiden. Indikator
   ini diarahkan pada upaya pencapaian target dan sasaran pembangunan di
   bidang plitik   yang dituangkan dalam rencana strategis daerah (Renstrada)
   2004-2009, yang di dalamnya menunjukkan upaya pencapaian target dan
   sasaran pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam


Laporan Akhir EKPD 2009                                                       27
jangka   waktu      2004-2009,     Target    dan    sasaran     itu    mencakup:   (a)
   mengembangkan        iklim   dan    budaya    politik   yang    demokratis     dengan
   mengaktualisasikan      prinsip    persamaan,       kesetaraan,       kebebasan    dan
   keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan masyarakat;
   (b) meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik masyarakat dengan
   mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju terwujudnya
   budaya    politik   yang     kondusif    terhadap    kehidupan        masyarakat   dan
   pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat
   melaksanakan funmgsinya dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi
   politik masyarakat; (d) meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga
   negara Republik Indonesia mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa,
   pembauran bangsa dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa
   dan bernegara dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus
   pada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara
   Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kebijakan tersbut sudah sesuai dengan
   kebijakan pemerintah pusasat yang selanjutnya dioperasionalisasikan dalam
   bentuk program dan kegiatan dalam bentuk penyelenggaraan Pilkada Provinsi,
   Pilkada Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
        Capaian indikator penyelenggaraan pemilihan presiden                 di daerh ini
   menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat (wajib pilih) yang bervariasi antara
   pemilu presiden tahun 2004 dengan pemilu presiden tahun 2009. Untuk lebih
   jelasnya, capaian indikator ini dapat dilhat melalui data penyelenggaraan pemilu
   presiden di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang berlangsung pada tahun
   2004 dan 2009 yang lalu. Data yang tersedia pada Komisi Pemilihan Umum
   Daerah    (KPUD)      Provinsi     Sulawesi     Tenggara       sehubungan      dengan
   penyelenggaran pemilu presiden memperlihatkan bahwa jumlah wajib pilih yang
   terdaftar dalam Daftar Pemilih          Tetap (DPT) pada tahun 2004 sebanyak
   1.329.652 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak
   pilihnya sebanyak 1.313.823 orang. Data ini menunjukkan bahwa angka
   partisipasi wajib pilih dalam penyelenggaran pemilu presiden tahun 2004
   sebesar 98%. Dengan demikian wajib pilih yang golput hanya sebesar 2%.
   Selanjutnya pada pemilu presiden tahun 2009, jumlah wajib pilih yang terdaftar
   dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 1.908.679 orang. Sedangkan
   jumlah wajib pilih yang menggunakan haknya sebanyak 1.565.918 orang.
   Dengan demikian angka partisipasi masyarakat sebesar 82%, atau terdapat


Laporan Akhir EKPD 2009                                                               28
angka golput sebanyak 18%. Jika dibandingkan angka golput antara pemilu
   presiden tahun 2004 dengan pemilu presiden tahun 2009, terdapat penurunan
   angka partisipasi masyarakat dari 98% menjadi 82%, sehingga angka golput
   meningkat dari 2% menjadi 18%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
   angka partisipasi masyarakat dalam pemilu presiden tahun 2004 tergolong
   sangat tinggi, sedangkan untuk tahun             2009 tergolong tinggi. Kondisi           ini
   menunjukkan     bawa     kinerja   KPUD       Provinsi     Sulawesi         Tenggara   dalam
   penyelenggaraan pemilu presiden secara umum tergolong baik sejalan dengan
   baiknya dukngan dari pihak pemerintah daerah.
        Masalah utama yang dihadapi sehingga masih adanya angka golput
   sebesar (18%) pada pemilu presiden 2009, disebabkan oleh kurang optimalnya
   kinerja KPU Daerah dalam pemutahiran daftar pemilu tetap (DPT). Penomena
   menunjukkan bahwa di setiap TPS di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara,
   banyak wajib pilih yang hadir dan berkeinginan untuk menyalurkan hak
   suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena tidak terdaftar dalam DPT.
        Secara keseluruhan tren capaian indicator hasil (outcomes) tingkat
   pelayanan public dan demokrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara dibandingkan
   nasional dapat digambarkan sebagai berikut ;

                    70.00                                                5
                    60.00                                                0
                    50.00                                                -5
                    40.00                                                -10
                    30.00                                                -15
                    20.00                                                -20
                    10.00                                                -25
                      -                                                 -30
                             2004     2005      2006   2007    2008
                             Persentase Tingkat Pelayanan Publik Provinsi Sultra
                             (outcomes)
                             Persentase Tingkat Pelayanan Publik Nasional
                             (outcomes)
                             Tren Provinsi Sultra

                             Tren Nasional


    Gambar 2. Tren perkembangan indikator hasil (output) pelayanan publik di
              Sulawesi tenggara dan Nasional

         Trend capaian pembangunan daerah Provinsi Sultra di bidang pelayanan
    publik yang terdiri dari tiga indikator yaitu: (1) persentase jumlah kasus korupsi
    yang ditangani dibandingkan dengan yang dilaporkan; (2) persentase aparat
    yang berijazah minimal S-1; dan (3) persentase jumlah kabupaten kota yang

Laporan Akhir EKPD 2009                                                                     29
memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, ternyata belum sepenuhnya
    sejalan dengan dengan capaian pembangunan nasional.           Meskipun belum
    diperoleh angka pembanding secara nasional tentang capaian-capaian
    pembangunan yang terkait dengan pelayanan publik seperti yang dijadikan
    rujukan dlam evaluasi ini, namun dilihat dari target dan sasaran yang ingin
    dicapai melalui RPJMN 2004-2009, dapat disimpulkan bahwa capaian daerah
    Provinsi sulawesi Tenggara masih dibawah dari standar capaian nasional.
    Namun jika dilihat secara spesifik dari capaan ketiga indikator pelayanan publik
    di daerah ini, maka yang sudah sejalan dengan target dan capaian nasional
    adalah indikator persentase dari aparat daerah daerah yang berijazah minmal
    S-1. Trend perkembangan aparat yang berijazah minimal S-1 dapat dilihat
    selama kurun waktu 2004-2009 sebagai berikut: Tahun 2004 sebanyak 12% ;
    Tahun 2005 naik menjadi 15 %; tahun 2006 meningkat menjadi 19%; tahun
    2007 meningkat lagi 24%; demikian pula tahun 2008 naik lagi menjadi 29%,
    dan tahun 2009 menjadi 33%.
            Capaian pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara di bidang
     pelayanan publik yang mencakup tiga indikator, yaitu : (1) persentase jumlah
     kasus korupsi yang ditangani dibandngkan dengan yang dilaporkan; (2)
     persentase aparat yang berijazah minimal S-1; dan (3) persentase jumlah
     kabupaten kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, secara
     umum dapat digolongkan mengalami kemajuan dibandingkan tahun atau
     periode sebelmnya, namun tidak berlaku merata untuk tiga indikator tersebut,
     sebagai berikut: (1) Untuk indikator persentase jumlah kasus korupsi yang
     ditangani dibandingkan dengan yang dilaporkan, menunjukkan trend yang
     fluktuatif selama kurun waktu 2004-2009. Diawali dengan angka yang reltif
     tinnggi pada tahun 2004, kemudian menurun pada tahun 2005 dan 2006 dan
     2007, kemudian meningkat kembali pada tahun 2007 dan seterusnya sampai
     dengan tahun 2009. Kondisi fluktuasi ini berlaku baik untuk kasus yang
     dilaporkan maupun kasus yang ditangani.       (2) Sedangkan untuk indikator
     persentase jumlah aparat yang berijazah minimal S-1 memperlihatkan capaian
     yang lebih baik dari tahun sebeumnya selama periode 2004-2009. Artinya,
     indikator ini memperlihatkan angka perbaikan dari tahun ke tahun, sehingga
     dapat disimpulkan bahwa untuk indikator ini selalu memperlihatkan perbaikan
     capaian tahun sebelumnya. (3) Untuk indikator persentase jumlah kabupaten
     kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, ternyata belum


Laporan Akhir EKPD 2009                                                          30
menunjukkan capaian yang lebik baik dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam
     kurun waktu 2004-2009, hanya 2 kota yang sudah pempunyai peraturan
     daerah pelayanan satu atap, yaitu Kota Kendari dan Kota Bau-Bau. Dengan
     demikian sebanyak 10 kabupaten di daerah ini belum memiliki peraturan
     daerah pelayanan satu atap.
             Tren capaian pembangunan demokrasi di daerah Provinsi Sulawesi
   Tenggara     dalam kurun waktu 2004-2009, digambakan melalui capaian 5
   indikator yang dijadikan rujukan dalam pelaksanaan evaluasi ini. Capaian dari
   masing-masing 5 indikator yang menentukan tingkat demokrasi dalam
   penyelenggaraan pemerintahan di daerah ini menunjukkan kondisi yang
   beragam. Dengan demikian maka relevansinya terhadap capaian nasional di
   bidang demokrasi tentunya bervariasi dari setiap indikator. Secara rinci, setiap
   indikator dapat dilihat relevansinya dengan capaian nasional sebagai berikut:
   (1) Tren capaian pembangunan daerah untuk indikator Gender Development
   Indeks (GDI) di daerah ini dapat dikatakan masih dibawah dari capaian
   nasional. Program pembangunan yang ditujukan untuk peningkatan capaian
   GDI belum terwujud sesuai dengan target dan sasaran yang diinginkan. Upaya
   untuk mewujudkan pembangunan bidang GDI masih terbatas pada kegiatan-
   kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lambaga swadaya masyarakat (LSM)
   yang dalam operasionalnya melibatkan instansi pemerintah yang terkait.
   Sedangkan keterlibatan lembaga pemerintahan juga masih sangat             terbatas
   karena keterbatasan anggara. Dengan keadaan seperti ini maka pengukuran
   kemajuan GDI belum dilakukan (2) Tren capaian                   indikator Gender
   Empowerment Meassurement (GEM) di daerah ini, juga mengalami hal yang
   sama dengan GDI. Oleh karena itu, tren capaian program GEM masih jauh
   dibawah capaian nasional. Bahkan pengukuran tingkat kemajuan GEM belum
   ada. (3) Indikator tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilkada provinsi,
   telah   sejalan   dengan   capaian   secara   nasional.   Capaian    indikator   ini
   menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada gubernur
   tahun 2007 sebesar 88%. Angka ini sejalan, bahkan melampaui capaian
   partisipasi masyarakat dalam pemilu secara nasional. (4) Indikator tingkat
   partisipasi masyarakat dalam pemilihan legislatif di daerah ini, bervariasi. Pemilu
   legislatif tahun 2004 menunjukkan angka partisipasi masyarakat sebesar 96%
   atau melampaui angka partisipasi masyarakat secara nasional dalam pilpres.
   Sedangkan pemilu legislatif tahun 2009, angka partisipasi masyarakat menurun


Laporan Akhir EKPD 2009                                                             31
menjadi 78% atau berada di bawah capaian pemilu nasional. (5) Indikator
   tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan presiden untuk pemilu 2004
   mencapai angka 98% atau jauh diatas angka partisipasi masyarakat secara
   nasional. Sedangkan pemilu presiden tahun 2009, angka partisipasi masyarakat
   turun menjadi 82% namun angka ini relatif masih sejalan dengan angka
   partisipasi masyarakat secara nasional.
             Capaian pembangunan daerah Privinsi Sulawesi Tenggara Tenggara
   bidang demokrasi, diukur dari 5 indikator. Kelima indikator itu memperlihatkan
   capaian yang bervariasi. Oleh karena itu untuk dua indikator yang terkait dengan
   isu gender, yaitu Gender Development Indeks (GDI) dan Gender Epowerment
   Meassurement (GEM) dapat diakui telah mengalam kemajuan dibanding
   tahun/periode sebelumnya, namun belum sesuai dengan target dan sasaran
   yang ingin dicapai oleh pemerintah daerah. Demikian pula tiga indikator lainnya,
   yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada, pemilu legislatif dan pemilu
   presiden, secara umum menunjukkan penurunan angka partisipasi masyarakat
   jika dibandingkan antara pemilu sebelumnya (pemilu legislatif dan pemilu
   presiden 2004 dan 2009). Tentunya kondisi ini tidak memenuhi indikator
   efektivitas.


   2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
        Dari tiga indikator yang dijadikan ukuran dalam menilai kinerja pada bidang
   pelaynan publik selama kurun waktu 2004-2009 di Daerah Provinsi Sulawesi
   Tenggara, terlihat bahwa indikator yang tergolong spesifik dan menonjol adalah
   indikator ‘persetase jumlah aparat yang beijazah minimal S1” yang secara
   signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik di
   Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2004-2009. Capain
   indikator yang spesifik dan menonjol tersebut, tidak terlepas dari adanya
   kebijakan pemerintah daerah yang secara konsisten dari tahun ke tahun
   menyiapkan alokasi anggaran untuk pengembangan kapasitas aparatur di
   Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, baik pengembangan melalui jalur
   pendidikan formal maupun pengembangan melalui jalur pendidikan informal.
   Jalur pendidikan formal meliputi pendidikan lanjut ke jenjang S-1 bagi tamatan
   SMA dan sederajat serta pendidikan lanjut ke jenjang S-2 bagi tamatan S-1.
   Secara rinci persentase aparat daerah yang berijazah minimal S-1 dapat dilihat
   pada Gambar 3 berikut ;


Laporan Akhir EKPD 2009                                                         32
Persentase Aparat Daerah Berijazah S-1 di Sultra


              35                                                                 33

              30                                                        29

              25                                           24

              20                             19
                                15
              15      12
              10

               5

               0
                   2004      2005         2006         2007          2008      2009




             Gambar 3 : Persentase aparat daerah yang berijazah minimal S-1 di
                        Sulawesi Tenggara kurun waktu 2004-2009

        Untuk mendukung program pengembangan kemampuan sumber daya
   aparatur, maka dalam penyusunan APBD oleh pihak pemerintah memberi
   perhatian khusus melalui alokasi anggaran. Keberhasilan capaian indikator ini
   tidak terlepas dari dukungan politik pihak legislatif (DPRD) yang turut memberi
   persetujuan terhadap pengajuan anggaran yang dilakukan oleh pihak eksekutif.
        Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan kemampuan/kualitas sumber
   daya aparatur di daerah ini,      tidak sekedar diupayakan melalui penyediaan
   anggaran setiap tahunnya, tetapi ditindaklanjuti malalui kerjasama dengan
   berbagai perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi
   swasta yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Melalui kerjasama tersebut
   memberi kesempatan kepada perguruan tinggi setempat untuk mengembangkan
   program studi tertentu dalam bentuk pembukaan kelas-kelas ekstensi.
        Berdasarkan capaian 5 indikator yang dijadikan rujukan dalam mengevalusi
   tingkat demokrasi di Provinsi Sultra, maka indikator yang tergolong menonjol
   dibandingkan dengan indikator lainnya, adalah indikator tingkat partisipasi
   masyarakat dalam pemilihan presiden. Fenomena yang menonjol dari indikator
   ini adalah penyelenggaraan pemilu presiden pada tahun 2004, ternyata angka
   partisipasi masyarakat mencapai 98%. Ini artinya bahwa angka golput hanya 2%.
   Kondisi ini memperlihatkan keberhasilan penyelenggaraan pemilu di tingkat lokal
   yang melampaui keberhasilan pemilu tingkat nasional. Dengan demikian angka
   partisipasi masyarakat sebesar 82%. Walaupun angka partisipasi masyarakat
   kelihatannya menurun pada pemilu presiden tahun 2009, namun angka tersebut
   masih pada batas yang tergolong tinggi, dimana angka golput hanya sekitar 18%.




Laporan Akhir EKPD 2009                                                               33
2.1.3. Rekomendasi Kebijakan
            Dengan berpedoman pada data capaian indicator hasil                    pelayanan
       public dan demokrasi di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, maka terlihat
       adanya beberapa indikator yang perlu mendapat perhatian oleh pemerintah
       daerah untuk ditingkatkan. Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang
       dipandang perlu untuk direkomendasikan sebagai berikut :
       1. Perlu peningkatan penaganan yang serius terhadap kasus korupsi yang
           telah dilaporkan oleh masyarakat dengan cepat, tetap, adil, transparan
           dan tanpa tebang pilih.
       2. Perlu pengembangan wawasan dan pengetahuan hukum bagi parat
           aparat penegak hukum, sehingga tidak semata-mata terpaku pada
           pasal-pasal aturan hukum, tetapi mampu melakukan penafsiran aturan
           hukum     berdasarkan        nilai-nilai   keadilan    yang   lebih     luas   dan
           komprehensif atau dikenal sebagai rasa keadilan masyarakat.                .
       3. Perlu adanya komitmen pemeritah daerah untuk menaikkan jumlah
           anggaran pengembangan kapasistas aparatur secara konsisten dan
           berkesinambungan dari tahun ke tahun dan dilakukan secara simultan
           antara jalur pendidikan formal (dari tingkatan SMA dan sederajat ke
           jenjang S-1, S-2 dan S-3 secara proporsional) dan jalur pendidikan
           infromal (diklat teknis profesional dan penjenjangan/sespim).
       4. Perlu untuk diefektifkan sistem pelayanan satu atap di setiap
           kabupaten/kota yang diiringi dengan kebijakan membuka peluang atau
           memperbesar kesempatan bagi staf/pegawai untuk mengikuti diklat-
           diklat teknis profesional.
       5. Perlu pembenahan kelembagaan terkait pembangunan gender di
           daerah    ini,   baik   pembenahan          struktur   organisasinya,     maupun
           rekruitmen tenaga-tenaga profesional yang benar-benar memahami
           konsep dan isu Gender Development Indeks (GDI) dan konsep/issu
           Gender Empowerment Meassurement (GEM).
       6. Perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja KPUD, baik di tingkat provinsi
           maupun di tingkat kabupaten kota se Provinsi Sulawesi Tenggara.
           Evaluasi ditujukan pada kemampuan profesional dalam mengemban
           fungsi KPU sebagai lembaga politik.




Laporan Akhir EKPD 2009                                                                   34
2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
   2.2.1. Capaian Indikator
   PENDIDIKAN
            Salah satu komponen mendasar untuk meningkatkan kualitas sumber
   daya manusia adalah melalui peningkatan kualtas pendidikan. Berkaitan dengan
   peningkatan kualitas pendidikan, Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
   Tenggara memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
   ini. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, Pemerintah Daerah menetapkan
   rencana strategis Daerah (Renstrada) di bidang pendidikan yang memuat
   kebijakan Pemerintah Daerah di bidang Pendidikan, antara lain; (i) kebijakan
   dalam pemerataan da perluasan akses, (ii) kebijakan dalam peningkatan mutu,
   relevansi, dan daya saing pendidikan, (iii) kebijakan dalam penguatan tata
   kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik.Kebijakan ini sudah sesuai dengan
   kebijakan Pemerintah Pusat di bidang pendidikan sebagai pilar untuk
   meningkatkan indeks pembangungunan manusia Indonesia. Kebijakan tersebut
   kemudian dijabarkan kepada beberapa progam dan kegiatan.
            Meskipun Pemerintah Daerah memiliki komitmen sebagaimana yang
   tertuang di dalam rencana strategis daerah (Renstrada), tetapi secara umum
   masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara di
   bidang    pendidikan   adalah   berkaitan   dengan   belum   meratanya    akses
   masyarakat terhadap pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil. Selain
   itu, masalah lainnya adalah berkaitan dengan masih sarana dan prasarana
   pendidikan sehingga mempengaruhi kualitas pendidikan di daerah ini.
            Untuk melihat kondisi existing capaian pendidikan 5 tahun terakhir di
   Sulawesi Tenggara dapat diketahui dari capaian indikator pendidikan, yaitu
   indikator angka partisipasi murni (APM), angka partispasi kasar (APK), rata-rata
   nilai akhir yang diperoleh siswa, persentase lulusan yang dicapai siswa pada
   ujian akhir, angka putus sekolah, angka melek aksara bagi penduduk usia 15
   tahun ke atas, dan persentase jumlah guru yang layak mengajar.
            Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi
   Sulawesi Tenggara diketahui bahwa ada peningkatan kualitas pendidikan dilihat
   dari beberapa indikator pendidikan dari tahun ke tahun di daerah ini dan
   peningkatan ini sudah sejalan dengan target dan tujuan yang telah ditetapkan
   oleh Pemerintah Daerah. Namun demikian diakui bahwa masih ada beberapa
   indikator yang belum sesuai dengan target yang nasional yang telah dicapai dan


Laporan Akhir EKPD 2009                                                         35
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Data dari setiap indikator dapat dilihat
   sebagai berikut.
   - Persentase angka partisipasi Murni (APM) SD.
   - Persentase rata-rata nilai akhir
   - Persentase angka putus sekolah
   - Persentase angka melek aksara 15 tahun ke atas
   - Persentase jumlah guru yang layak mengajar
         Adapun pencapaian kelima indikator output dan putcomes Provinsi
   Sulawesi Tenggara dan nasional secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai
   berikut.


   Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI

               Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi
   Tenggara dan dari Bappenas Angka Partisipasi Murni (APM) SD Tahun 2004-
   2008 dapat dilihat pada Tabel 4.

   Tabel 4. Persentase APM SD di Sulawesi Tenggara dan Nasional
     Tahun                         Persentase APM SD
                          Sultra                          Nasional
     2004                  95,44                            93,00
     2005                  95,31                            93,30
     2006                  95,18                            93,54
     2007                  95,94                            93,75
     2008                  93,81                            93,98
   Sumber : Kantor Dinas Pendidikan Sultra dan Bappenas 2009

              Indikator Angka Partisipasi Murni (APM) SD yang dicapai oleh
   Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan capaian yang
   melebihi/di atas dari capaian nasional. APM SD di Sulawesi Tenggara pada
   tahun 2004 mencapai 95,44 %, tahun 2005 mencapai 95,31 %, tahun 2006
   mencapai 95,18 %, tahun 2007 mencapai 95,94 %, tahun 2008 mencapai 93,81
   %. Data APM SD pada tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan dengan
   data APM SD empat tahun. Meskipun demikian secara nasional masih sesuai
   dengan capaian APM SD secara nasional, yakni 93,96 %. Dibandingkan dengan
   APM SD di daerah ini yang mencapai rata-rata 95,25 %, maka jika dilihat dari
   Angka Partispasi Kasar (APK) SD pada tahun 2008 misalnya menunjukkan
   angka yang lebih tinggi, yakni 101,32 %.



Laporan Akhir EKPD 2009                                                      36
Rata-Rata Nilai Akhir SMP/MTs dan SMA/SMK/MA

          Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi
   Tenggara, rata-rata nilai akhir SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Tahun 2004-2008
   dapat dilihat pada Tabel 5.

   Tabel 5. Persentase Rata-Rata Nilai Akhir SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di
           Sulawesi Tenggara dan Nasional
     Tahun    Persentase Rata-Rata Nilai Akhir di Persentase Rata-Rata Nilai
              Sultra                               Akhir Nasional
              SMP/MTs             SMA/SMK/MA       SMP/MTs        SMA/SMK/MA
     2004            4,09               4,30          4,80           4,77
     2005            5,67               5,55          5,42           5,77
     2006            5,67               5,74          5,42           5,94
     2007            5,67               6,32          5,42           6,28
     2008            6,35               6,33          6,05           6,35
   Sumber : Kantor Dinas Pendidikan Sultra dan Bappenas 2009

          Indikator rata-rata nilai akhir (ujian nasional) dari tahun ke tahun
   mengalami peningkatan seperti pada table 5. Capaian rata-rata nilai akhir di
   Sultra sudah sesuai dengan target yang diinginkan oleh Pemerintah Daerah dan
   capaian tersebut juga sejalan dengan capaian secara nasional, bahkan melebihi
   rata-rata nasional. Begitu pula rata-rata nilai akhir untuk jenjang SMA/SMK/MA
   dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan/peningkatan. Capaian rata-rata
   nilai akhir SMA/SMK/MA pada tahun 2004 sebesar 4,30, tahun 2005 rata-rata
   nilai akhir menjadi 5,55, kemudian capaian tersebut naik lagi pada tahun 2006
   mencapai 5,74, tahun 2007 naik lagi menjadi 6,32, dan pada tahun 2008 naik
   sedikit menjadi 6,33. kenaikan capaian rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA
   tersebut cukup berarti sesuai dengan target dan yang diinginkan oleh
   Pemerintah Daerah. Dibandinkan dengan capaian rata-rata nilai akhir secara
   nasional, maka capaian rata-rata nilai akhir di Sulawesi Tenggara sudah sejalan
   dengan capaian nasional. Begitu pula jika dilihat dari angka persentase
   kelulusan yang dicapai di daerah in tiga tahun terakhir terus meningkat. Pada
   Tahun 2006, persentase kelulusan SMP/MTs/SMPLB mencapai 87,39 %, angka
   ini naik pada tahun 2007 yang mencapai 92,02 % dan naik lagi angka pesentase
   kelulusan pada tahun 2008, yakni mencapai 97,24 %. Pencapaian kenaikan
   angka persentase kelulusan tiga tahun terakhir ini menunjukkan prestasi yang
   baik dan sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Dnas Pendidikan Provinsi
   Sulawesi Tenggara.



Laporan Akhir EKPD 2009                                                        37
Angka Putus Sekolah di Sulawesi Tenggara dan Nasional
                Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi
   Tenggara, angka putus sekolah SD Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel
   berikut ;.

   Tabel 6. Persentase Angka Putus Sekolah di Sulawesi Tenggara dan Nasional
             dalam Kurun Waktu Tahun 2004-2009
                 Persentase Angka Putus     Persentase Angka Putus Sekolah
                   Sekolah Prov. Sultra                Nasional
     Tahun     SD      SMP/        SMA/        SD       SMP/       SMA/
                       MTs        SMK/MA                MTs      SMK/MA
     2004     1,29     8,46         6,39      2,97      2,83       3,14
     2005     8,18     3,71         2,20      3,17      1,97       3,08
     2006     1,57     4,35         3,19      2,41      2,88       3,33
     2007     1,35     3,46         5,66      1,81      3,94       2,68
     2008     1,32     1,97         2,49                  -          -
   Sumber : Diknas Sulawesi Tenggara

                Berdasarkan Table 6 Indikator angka putus sekolah di Sulawesi
   Tenggara mengalami fluktuasi untuk angka putus sekolah jenjang pendidikan
   dasar (SD) dan pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup berarti..
   Penurunan angka putus sekolah tersebut sesuai dengan target yang ditetapkan
   oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara. Untuk angka putus sekolah
   jenjang SMP/MTs juga mengalami fluktuasi capaian, tetapi fluktuasi capaian
   tersebut hanya terjadi pada tahun 2005-2007. Pada tahun 2004, angka putus
   sekolah SMP/MTs mencapai 8,46 %, angka putus sekolah ini mengalami
   penurunan sehingga pada tahun 2005 angka putus sekolah tersebut sebesar
   3,71 %, tapi pada tahun 2006 naik angkanya dan pada tahun 2006 tersebut
   mencapai 4,35 %, tahun 2007 turun menjadi 3,46 %, dan pada tahun 2008
   mencapai 1,97 %. Untuk angka putus sekolah jenjang SMA/SMK/MA juga
   mengalami fluktuasi jumlah capaiannya. Angka putus sekolah SMA/SMK/MA
   pada tahun 2004 mencapai 6,39 %, turun pada tahun 2005 menjadi 2,20 %, naik
   pada tahun 2006 mencapai 3,19, naik lagi pada tahun 2007 mencapai 5,66 %,
   tetapi pada tahun 2008 menurun menjadi 2,49 %. Dibandingkan dengan capaian
   secara nasional, khusus untuk persentase angka putus sekolah tingkat SD
   sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian nasional. Akan tetapi untuk
   persentase angka putus sekolah untuk tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA
   jumlah persentasenya di Sulawesi Tenggara masih relatif lebih besar
   dibandingkan dengan persentase secara nasional.



Laporan Akhir EKPD 2009                                                     38
Angka Melek Aksara di Sulawesi Tenggara dan Nasional
           Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi
   Tenggara dan data Bappenas, angka melek aksara 15 tahun ke atas Tahun
   2004-2008 dapat dilihat pada Tabel berikut ;.

   Tabel 7. Persentase Angka Melek Aksara 15 Tahun KeAtas di Sulawesi
            Tenggara dan Nasional
     Tahun            Persentase Angka Melek Aksara 15 Tahun Ke Atas
                           Sultra                        Nasional
    2004                    90,73                         90,40
    2005                    91,33                         90.90
    2006                    92,03                         91,50
    2007                    93,05                         91,87
    2008                    94,50                         92,19
   Sumber : Diknas Sulawesi Tenggara
          Indikator angka melek aksara usia penduduk 15 tahun ke atas mengalami
   peningkatan capaiannya dari waktu ke waktu. Capaian ini sudah sesuai dengan
   target Pemerintah Daerah. Angka melek aksara usia 15 tahu ke atas tahun 2004
   mencapai 90,73 %, naik pada tahun 2005 mencapai 91,33 %, dan naik lagi pada
   tahun 2006 mencapai 92,03 %, terus naik lagi tahun 2007 mencapai 93,05 %,
   dan pada tahun 2008 mencapai 94,50 %. Hal ini tidak terlepas dari semakin
   responsifnya masyarakat Sulawesi Tenggara terhadap pentingnya pendidikan.
   Dibandingkan dengan capaian persentase angka melek aksara isa 15 tahu ke
   atas, maka capaian angka melek aksara usia 15 tahun ke atas di Sulawesi
   Tenggara sedikit di atas capaian angka nasional.

   Jumlah Guru Yang layak Mengajar di Sulawesi Tenggara dan Nasional

          Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi
   Tenggara, jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Tahun
   2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 8.

   Tabel 8. Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar di Sulawesi Tenggara
              dan Nasional dalam Kurun Waktu Tahun 2004-2009
    Tahun Persentase Jumlah Guru Yang Persentase Jumlah Guru Yang
             Layak Mengajar Prov. Sultra     Layak Mengajar Nasional
               SMP/MTs      SMA/SMK/MA          SMP/MTs      SMA/SMK/MA
    2004         81,64           81,84           81,12            69,47
    2005         81,54           84,82           81,01            72,44
    2006         80,92           86,51           78,04            82,55
    2007         91,30           90,15           86,26            84,05
    2008         92,30           91,40              -                -
   Sumber : Diknas Sulawesi Tenggara

Laporan Akhir EKPD 2009                                                     39
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara
EKPD Sulawesi Tenggara

More Related Content

What's hot

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Bahan paparan papua 050713
Bahan paparan papua 050713Bahan paparan papua 050713
Bahan paparan papua 050713Yustus Rona
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi acehEKPD
 
Prinsip dan Rumusan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Prinsip dan Rumusan Evaluasi Kinerja Pembangunan DaerahPrinsip dan Rumusan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Prinsip dan Rumusan Evaluasi Kinerja Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanEKPD
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Dadang Solihin
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauEKPD
 
Penyusunan RPJPD
Penyusunan RPJPD                                                       Penyusunan RPJPD
Penyusunan RPJPD 93220872
 
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Daerah
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan DaerahEvaluasi dan Pengendalian Pembangunan Daerah
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan DaerahRusman R. Manik
 
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD Dadang Solihin
 
Aspek penganggaran daerah dan permendagri 54 tahun 2010
Aspek penganggaran daerah dan permendagri 54 tahun 2010Aspek penganggaran daerah dan permendagri 54 tahun 2010
Aspek penganggaran daerah dan permendagri 54 tahun 2010infosanitasi
 
Tor bme phln pamsimas dan rise 1(1)
Tor  bme phln pamsimas dan rise 1(1)Tor  bme phln pamsimas dan rise 1(1)
Tor bme phln pamsimas dan rise 1(1)Agung Jatmiko
 
Penyusunan RPJMD dan Rencana Aksi Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs di Daerah
Penyusunan RPJMD dan Rencana Aksi Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs di DaerahPenyusunan RPJMD dan Rencana Aksi Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs di Daerah
Penyusunan RPJMD dan Rencana Aksi Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs di DaerahDadang Solihin
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenEKPD
 
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D KabupatenTata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D KabupatenMusnanda Satar
 

What's hot (20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Bahan paparan papua 050713
Bahan paparan papua 050713Bahan paparan papua 050713
Bahan paparan papua 050713
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 
Prinsip dan Rumusan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Prinsip dan Rumusan Evaluasi Kinerja Pembangunan DaerahPrinsip dan Rumusan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Prinsip dan Rumusan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
 
Penyusunan RPJPD
Penyusunan RPJPD                                                       Penyusunan RPJPD
Penyusunan RPJPD
 
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Daerah
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan DaerahEvaluasi dan Pengendalian Pembangunan Daerah
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Daerah
 
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD
 
Aspek penganggaran daerah dan permendagri 54 tahun 2010
Aspek penganggaran daerah dan permendagri 54 tahun 2010Aspek penganggaran daerah dan permendagri 54 tahun 2010
Aspek penganggaran daerah dan permendagri 54 tahun 2010
 
Tor bme phln pamsimas dan rise 1(1)
Tor  bme phln pamsimas dan rise 1(1)Tor  bme phln pamsimas dan rise 1(1)
Tor bme phln pamsimas dan rise 1(1)
 
Penyusunan RPJMD dan Rencana Aksi Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs di Daerah
Penyusunan RPJMD dan Rencana Aksi Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs di DaerahPenyusunan RPJMD dan Rencana Aksi Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs di Daerah
Penyusunan RPJMD dan Rencana Aksi Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs di Daerah
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
 
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D KabupatenTata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
 

Viewers also liked

Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Timur - UB
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Timur - UBLaporan Akhir EKPD 2009 Jawa Timur - UB
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Timur - UBEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Tengah - UNDIP
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Tengah - UNDIPLaporan Akhir EKPD 2009 Jawa Tengah - UNDIP
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Tengah - UNDIPEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNANDLaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNANDEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN SELATANHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN SELATANEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - Untan
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - UntanLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - Untan
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - UntanEKPD
 

Viewers also liked (7)

Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Timur - UB
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Timur - UBLaporan Akhir EKPD 2009 Jawa Timur - UB
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Timur - UB
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Tengah - UNDIP
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Tengah - UNDIPLaporan Akhir EKPD 2009 Jawa Tengah - UNDIP
Laporan Akhir EKPD 2009 Jawa Tengah - UNDIP
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNANDLaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN SELATANHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - Untan
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - UntanLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - Untan
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalbar - Untan
 

Similar to EKPD Sulawesi Tenggara

Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTILaporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTIEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRILaporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRIEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIRLaporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIREKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau EKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRILaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRIEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - UncenLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - UncenEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHASLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHASEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratEKPD
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera baratEKPD
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MMMAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MMACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungEKPD
 
Panduan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah 2011
Panduan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah 2011 Panduan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah 2011
Panduan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah 2011 Dadang Solihin
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaEKPD
 
Laporan kajian proyeksi makroekonomi
Laporan kajian proyeksi  makroekonomiLaporan kajian proyeksi  makroekonomi
Laporan kajian proyeksi makroekonomipandirambo900
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuEKPD
 
Laporan pak suaib
Laporan pak suaibLaporan pak suaib
Laporan pak suaibLiza Nasa'i
 
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerahKuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerahR Khairil Adi
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratEKPD
 

Similar to EKPD Sulawesi Tenggara (20)

Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTILaporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRILaporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Riau - UNRI
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIRLaporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRILaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - UncenLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHASLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MMMAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MM
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
 
Panduan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah 2011
Panduan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah 2011 Panduan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah 2011
Panduan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah 2011
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
 
Laporan kajian proyeksi makroekonomi
Laporan kajian proyeksi  makroekonomiLaporan kajian proyeksi  makroekonomi
Laporan kajian proyeksi makroekonomi
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
 
Laporan pak suaib
Laporan pak suaibLaporan pak suaib
Laporan pak suaib
 
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerahKuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
 

More from EKPD

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliEKPD
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi baliEKPD
 

More from EKPD (8)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 

Recently uploaded

REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 

Recently uploaded (20)

REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 

EKPD Sulawesi Tenggara

  • 1.
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih baik dan kesejahteraan bagi semua masyarakat. Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan di daerah masing-masing. Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut. Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi lokal guna mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan pusat dan daerah periode berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi (DEKON). . 1.2. Tujuan dan Keluaran Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) Tahun 2009 bertujuan untuk : 1. menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008. 2. melihat apakah pembangunan daerah Sulawesi Tenggara telah mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan tersebut. 3. secara kuantitatif akan memberikan informasi penting yang berguna sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan Laporan Akhir EKPD 2009 1
  • 3. pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah dilakukan sebelumnya. 4. memberikan rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi daerah Sulawesi Tenggara guna mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan pusat dan daerah periode berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi (DEKON). Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 meliputi: 1. Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di provinsi Sulawesi Tenggara 2. Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan di provinsi Sulawesi Tenggara sesuai sistematika yang telah ditentukan. 1.3. Metode Evaluasi Evaluasi kinerja Daerah (EKPD) menggunakan pendekatan diskripsi kuantitatif, yaitu menjelaskan dan menggambarakan fenomena-fenomena secara rinci dan jelas sesuai dengan fakta yang sesungguhnya dan dedukung oleh data hasil pengamatan yang akurat. Dalam kegiatan EKPD ada beberapa indicator kinerja yang menjadi focus kajian, yaitu indikator dampak (impacts) yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil (outcomes) terpilih. Pengelompokan indikator hasil serta pemilihan indikator pendukungnya, dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut: • Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas; • Relevant: mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara target outcomes dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan; Pengelompokan 5 kategori indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan tujuan/sasaran pembangunan daerah meliputi: (1) Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi. (2) Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia. (3) Tingkat Pembangunan Ekonomi. (4) Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam. (5) Tingkat Kesejahteraan sosial. Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok indikator hasil adalah sebagai berikut: Laporan Akhir EKPD 2009 2
  • 4. (1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes). (2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase. (3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri. (4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna negatif, maka sebelum dirata-ratakan dikonversikan terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif). Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah. (5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya). Penilaian kinerja pembangunan daerah menggunakan pendekatan Relevansi dan Efektivitas. Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana tujuan/sasaran pembangunan yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama/tantangan. Relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional. Efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. pengumpulan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui: 1. Pengamatan langsung : Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan di daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah provinsi terkait. 2. Pengumpulan Data Primer : Data diperoleh melalui FGD dengan pemangku kepentingan pembangunan daerah. Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan dan tanggapan peserta diskusi. 3. Pengumpulan Data Sekunder : Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS daerah, Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait. Laporan Akhir EKPD 2009 3
  • 5. 1.4. Sistimatika Penulisan Sistimatika penulisan laporan kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Dearah 2009 disusun sebagai berikut ; 1. Sitematikan Penulisan Laporan Akhir Kata Pengantar (ditandatangani oleh Rektor PTN) Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Tujuan 1.2 Keluaran 1.3 Metodologi 1.4 Sistematikan Laporan Akhir BAB II. HASIL EVALUASI 2.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 2.1.1. Capaian Indikator 2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.1.3. Rekomendasi Kebijakan 2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 2.2.1. Capaian Indikator 2.2.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.2.3. Rekomendasi Kebijakan 2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI 2.3.1. Capaian Indikator 2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.3.3. Rekomendasi Kebijakan 2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM 2.4.1. Capaian Indikator 2.4.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.4.3. Rekomendasi Kebijakan 2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT 2.5.1. Capaian Indikator 2.5.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.5.3. Rekomendasi Kebijakan BAB III. KESIMPULAN LAMPIRAN Laporan Akhir EKPD 2009 4
  • 6. BAB II. HASIL EVALUASI Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi di Kawasan Timur Indonesia berada dalam Wilayah Pulau Sulawesi. Posisi Provinsi Sulawesi Tenggara cukup strategis, yaitu berada pada episentrum Kawasan Timur Indonesia dan dilalui alur transportasi laut internasional antara Samudra Fasifik dan Samudra India. Posisi strategis ini, secara geografis di dukung pula luas wilayah, yang sebagian besar berupa lautan (maritim) sekitar 72 persen, dan sisanya berupa wilayah daratan (kontinental). Wilayah maritim akan dikembangkan dengan memanfaatkan sumberdaya kelautan secara optimal dengan tetap memperhatikan konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan kelestarian daya dukung lingkungan. Kekayaan laut dan budaya yang terkandung di dalam wilayah maritim ke depan diharapkan akan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kesejahteraan rakyat Provinsi Sulawesi Tenggara. Sementara itu, wilayah daratan dikembangkan dengan memperhatikan potensi yang telah ada, yaitu dengan mengembangkan sektor pertanian dalam arti luas dengan menerapkan berbagai teknologi yang dapat meningkatkan produksi dan produktivitas serta pelestarian plasma nutfah. Pertanian, kelautan dan perikanan sampai saat ini memberikan kontribusi terbesar pada nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), yang sekaligus membentuk struktur ekonomi Sulawesi Tenggara. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah jumlah pengangguran dan masyarakat miskin yang masih tinggi. Penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara secara absolut masih tergolong cukup besar mencapai 23% sehingga upaya-upaya penanganan penduduk miskin ini menjadi perhatian pemerintah. Terkait dengan penduduk miskin, pemerintah memberikan perhatian yang besar, terutama terkait dengan upaya-upaya peningkatan pendapatan melalui pengembangan kebijakan revitalisasi pertanian, pengembangan infrastruktur dibidang pertanian, penyediaan modal, pemasaran, penerapan teknologi dan pengembangan perdagangan dan industri yang berbasis hasil-hasil pertanian. Kebijakan ini juga harus mewarnai kebijakan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, terutama pada upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan akses pada pelayanan kesehatan dan pendidikan. Laporan Akhir EKPD 2009 5
  • 7. Pada tahun 2006 jumlah penduduk yang termasuk kategori Angkatan Kerja sebanyak 924.763 jiwa, sedangkan jumlah Angkatan Kerja tersebut yang bekerja sebanyak 835.322 jiwa dan yang sedang mencari pekerjaan sebanyak 89.441 jiwa atau sekitar 9,67 % dari jumlah Angkatan Kerja. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Sulawesi Tenggara masih relatif tinggi. Permasalahan lain adalah ketersedian sarana infrastruktur jalan yang masih terbatas. Pada tahun 2007, total panjang jalan di Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 7.785,62 Km yang terdiri dari Jalan Negara sepanjang 1.293,87 Km, Jalan Provinsi sepanjang 488,80 Km, Jalan Kabupaten sepanjang 6.002,95 Km. Berdasarkan peranannya, Jalan Negara dan Jalan Provinsi sepanjang 1.782,67 Km terdiri dari Jalan Arteri sepanjang 434,31 Km, Jalan Kolektor-1 sepanjang 854,56 Km dan serta Jalan Kolektor-2 sepanjang 488,80 Km. Permasalahan jalan yang utama adalah terbatasnya jaringan jalan serta belum memadainya daya dukung dan dimensi jalan sehingga kurang mampu mengimbangi pesatnya arus angkutan. Demikian juga Permasalahan tranportasi laut yang ada belum memadai karena belum lengkapnya prasarana pelabuhan dan kondisi angkutan lanjutan relatif yang belum mendukung. Masa depan Provinsi Sulawesi Tenggara akan sangat ditentukan oleh kemampuan masyarakat dan aparatur daerah melihat dan mengemas berbagai peluang pembangunan ke dalam rencana-rencana pembangunan, baik Rencana Jangka Pendek, Rencana Jangka Menengah maupun Rencana Jangka Panjang. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya akan dihadapkan beberapa tantangan, antara lain; 1). Di bidang kependudukan tantangan untama adalah pertumbuhan penduduk yang menunjukkan adanya percepatan laju pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan, misalnya pada yang periode tahun 2005 – 2006 yang sebesar 2,10 persen, kondisi ini perlu mendapat perhatian kaitannya dengan upaya peningkatan angka pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara atau dengan kata lain bagaimana menyeimbangkan tingkat pertumbuhan penduduk dengan angka pertumbuhan ekonomi. 2. Di bidang Ekonomi dan sumberdaya alam, tantangan utama adalah tumbuh dan berkembangnya ruko-ruko serta semakin banyaknya potesi sumberdaya alam sudah mulai dikenal masyarakat yang memerlukan pengelolaan secara optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Laporan Akhir EKPD 2009 6
  • 8. 3. Dibidang politik dan demokrasi, tantangan utama adalah tingginya kesadaran masyarakat dalam berpolitik dan semakin terbukanya pemikiran masyarakat dalam mengemukakan pendapat, masukkan dan bahkan kritikan terhadap proses penyelenggaraan pembangunan 4. Dibidangan pendidikan yang menjadi tantangan utama adalah menjamurnya tempat-tempat kursus, sekolah akademik, Sekolah Tinggi dan perguruan tinggi Swasta yang menawarkan pelayanan yang prima. 5. Dibidang pemerintahan yang menjadi tantangan utama adalah berkembangnya pemekaran kabupaten/kota sebagai daerah otonom baru, yang harus diserta peningkatan penyediaan sarana dan prasarana pelayanan dasar kepada masyarakat/publik dan ketersedian sumberdaya aparatur yang memenuhi kapasitas yang dibutuhkan dalam mengisi struktur pemerintahan yang kenyataannya masih sangat terbatas. Memperhatikan kondisi saat ini, tantangan yang dihadapi, dan prediksi kondisi umum daerah serta visi dan misi pembangunan yang telah dirumuskan maka tujuan pembangunan daerah provinsi Sulawesi Tenggara kedepan adalah: 1. Mewujudkan manusia Sulawesi Tenggara yang religious, tangguh, berdayasaing dan mandiri 2. Mewujudkan pendidikan masyarakat Sulawesi Tenggara yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau 3. Mewujudkan masyarakat Sulawesi Tenggara yang sehat baik jasmani maupun rohani 4. Mewujudkan perekonomian Sulawesi Tenggara yang tangguh berbasis pada potensi daerah/lokal. 5. Mewujudkan tata kelolah pemerintahan Sulawesi Tenggara yang baik, bersih dan transparan. Untuk mengetahui sejauh mana permasalahan dan tantangan pembangunan di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat teratasi serta tujuan pembangunan di Sulawesi tenggara telah tercapai, maka dipandang perlu melakukan pengawasan dan evaluasi pada beberapa indicator hasil (outcome) yang mencerminkan tujuan/sasaran pembangunan daerah yang secara rinci diuraikan sebagai berikut ; Laporan Akhir EKPD 2009 7
  • 9. 2.1. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi 2.1.1. Capaian Indikator Pelayanan Publik Tingkat pelayanan publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah pada dasarnya merupakan wujud pelaksanaan fungsi, tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah. Tingkat pelayanan publik dalam implementasi kebijakan otonomi daerah dapat diukur melalui sejumlah indikatror yang tercakup dalam dimensi-dimensi/karakteristik konsep ‘good governance”. Indikator utama yang dijadikan rujukan dalam mengevalusi kinerja pemerintah daerah di bidang pelayanan publik adalah: (1) Persentase jumlah kasus korups yang tertangani dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan; (2) Persentase jumlah aparat pemerintah daerah yang berijazah minimal S-1; (3) Persentase jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap. Ketiga indikator tersebut adalah merupakan bagian dari karakteristik konsep good governance yang telah ditekankan oleh pemerintah untuk menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Bahkan ditekankan dalam konsep reformasi administrasi/reformasi birokrokarasi bahwa keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam konteks otonomi daerah, dapat diukur dari keberhasilan pemerintah daerah dalam menerapkan konsep good governance dengan sembilan karakteristiknya, yaitu: participation, rule of low, transparancy, responsiveness, consensus orientation, equity, efficiency and effektiveness, accountability, strategic vision (Mardiasmo, 2002; Dwiyanto, 2006). Berkaitan dengan itu, sasaran yang hendak dicapai oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam bidang pelayanan publik untuk kurun waktu 2004-2009 meliputi berbagai dimensi : (a) berkurangnya secara nyata praktek korupsi pada birokrasi dan dimulai pada tataran pejabat yang paling atas; (b) terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksana pemerintahan yang bersih, effisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel; (c) terhapusnya aturan, peraturan dan praktek yang sifatnya diskriminatif terhadap warga negara, kelompok atau golongan masyarakat; (d) terwujudnya peningkatan kapasistas aparatur pemerintah daerah melalui peningkatan dan pengembangan pendidikan formal dan pendidikan informal; (e) tercitanya mekanisme pelayanan birokrasi pemerinahan daerah yang lebih efektif, efisien, Laporan Akhir EKPD 2009 8
  • 10. trensparan dan ekuntabel melalui sistem pelayanan satu atap yang mempunyai kekuatan hukum dakam bentuk Peraturan Daerah (Perda). Komitmen pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk memberantas tindak pidana korupsi sebagaimana yang ditetapkan dalam rencana strategis daerah (Renstrada) untuk dicapai dalam kurun waktu 2004 – 2009, ternyata belum dapat diwujudkan sesuai dengan harapan. Terdapat berbagai kendala sebagai masalah utama yang dihadapi dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi di daerah ini. Kendala-kendala yang paling menonjol antara lain : (a) Masih kurangnya dukungan masyarakat dalam memberi keterangan atau kesaksian dalam upaya mengungkap kaasus tindak pidana korupsi di daerah. Hal ini disebabkan oleh perlindungan saksi yang belum menjamin keamanan para saksi. (b) Masyarakat cenderung menghindar untuk menjadi saksi karena tidak mau direpotkan untuk dimintai keterangan oleh petugas seiap saat dubutuhkan. Masyarakat beranggapan lebih bermanfaat menekuni pekerjaannya sehari-hari, daripada membuang-buang waktu untuk memberi kesaksian kepada petugas; (c) Kemampuan petugas penyidik yang masih terbatas sehingga pembuktian secara hukum atas suatu kasus, kadang- kadang memakan waktu yang cukup lama, bahkan ada yang di SP3-kan karena dianggap tidak cukup bukti; (d) Belum transparannya penanganan kasus-kasus korupsi yang melibatkan para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, sehingga rasa percaya masyarakat terhadap penegak hukum semakin merosot di daerah ini; (e) Para elit pemerintahan dan elit politik belum memperlihatkan keteladanan dalam pencitraan aparatatur yang bersih dan berwibawa; (f) Secara yuridis formal, undang-undang mengharuskan bahwa alat bukti atas suatu kasus tindak pidana korupsi, harus lebih dari satu. Ini juga merupakan kendala, sebab walupun pembuktian sudah cukup kuat tetapi baru satu alat bukti, ternyata belum memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke tingkat penuntutan/peradilan. Selanjutnya, komitmen Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk meningkatkan kapasitas aparaturnya, secara bertahap telah dapat diwujudkan, sehingga dalam kurun waktu 2004-2009 telah memperlihatkan pengaruh yang cukup berarti terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan publik di daerah ini. Masalah untama yang dihadapi sehingga capaian indikator ini belum optimal sesuai dengan target dan sasaran yang telah ditetapkan melalui rencana strategis daerah (Renstrada) adalah:(1) masih terbatasnya anggaran pengembangan kapasitas aparatur yang mampu Laporan Akhir EKPD 2009 9
  • 11. disedakan setiap tahunnya. (2) Masih terbatsnya jumlah tenaga tetap yang memiliki kemampuan teknis profesional pada setiap unit kerja. Sedangkan komitmen pemerintah di daerah ini untuk semakin meperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui pelayanan satu atap, juga semakin menunjukkan kemajuan yang cukup berarati. Hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah kabupaten/kota yang telah memiliki sistem pelayanan satu atap yang diformalkan melalui peraturan daerah dari tahun ke tahun dalam kurun waktu 2004-2009. Adapun masalah utama yang dihadapi oleh pemerinatah daerah kabupaten/kota dalam mewujudkan pelayanan satu atap, adalah keterbatasan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kemampuan teknis profesional. Untuk mengukur keberhasilan Pemerintah Daerah Provinsi Sualwesi Tenggara dalam bidang pelayanan publik selama lima tahun terakhir (2004- 2009) dapat ditelusuri melalui capaian indikator sebagai berikut: (1) Persentase jumlah kasus korups yang tertangani dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan; (2) Persentase jumlah aparat pemerintah daerah yang berijazah minimal S-1; (3) Persentase jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki peraturan daerah tentang pelayanan satu atap. Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai kantor/instansi yang terkait, dapat diketahui bahwa melalui tiga indikator pelayanan publik yang dijadikan sebagai rujukan dalam evaluasi kinerja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2004-2005, telah terjadi peningkatan pelayanan publik dan peningkatan ini telah sejalan dengan target dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan oleh oleh pemerintah daerah. Namun disadari bahwa capaian indikator tersebut belum terwujud secara optimal berdasarkan target pemerintah daerah yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daereah (RPJMD) 2004-2009 dan masih dibawah dari target pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. Data yang diperoleh dalam tahap evaluasi akhir menunjukkan capaian dari setiap indikator pelayanan publik di daerah ini yang selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama: Persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan. Keberhasilan capaian indikator pemberantasan tindak pidana korupsi, sangat ditentukan oleh beberapa faktor penentu antara Laporan Akhir EKPD 2009 10
  • 12. lain : (a) Kemandirian lembaga peradilan dalam penanganan kasus-kasus korupsi; (b) Tidak adanya disikriminasi dalam penaganan kasus tindak pidana korupsi; (c) Transparansi dalam proses penanganan kasus tindak pidana korupsi; (d) Terciptanya rasa keadilan masyarakat dalam penanganan dan putusan-putusan yang ditetapkan oleh lembaga perdilan. Berdasarkan data yang diperoleh dalam tahapan evaluasi kinerja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2004-2009, secara nyata ada peningkatan upaya penegakan hukum khususnya penaganan tindak pidana korupsi yang secara fungsional ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara. Peningkatan upaya penegakan hukum yang dimaksud dapat dilihat dari beberapa indikator yang dikemukakan itu. Peningkatan tersebut sejalan dengan target dan sasaran yang ditetapkan oleh pihak pemerintah daerah. Namun demikian dalam kenyataannya capaian indikator-indikator itu secara umum belum sesuai dengan target yang ditetapkan oleh pihak Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dan juga belum sesuai dengan target nasional. Data capaian dari setiap faktor penentu keberhasilan pemberantasan tindak pidana korupsi di Daerah Provinsi Sukawesi Tenggara dapat dilihat sebagai berikut : a) Faktor kemandirian lembaga peradilan dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi memperlihatkan tanda yang positif. Protes dan teriakan masyarakat yang ditujukan pada lembaga peradilan karena disinyalir adanya intervensi pihak penguasa, ternyata semakin berkurang dari tahun ke tahun dalam kurun waktu 2004-2009. Hal tersebut tidak terlepas dari komitmen Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara untuk menciptakan aparatur di daerah ini yang bersih dan berwibawa. b) Faktor diskriminasi penanganan kasus tindak pidana korupsi pada tahap penyidikan oleh pihak kejaksaan tinggi masih tetap mewarnai masmedia di daerah ini. Penanganan kasus korupsi dengan modus gratifikasi yang melibatkan mantan Walikota Kendari dan Wakil Walikota Kendari yang diproses sejak tahun 2008, memperlihatkan adanya diskriminasi. Kasus gratifikasi mantan walikota yang nilainya lebih besar, tersendat-sendat, sangat lamban dan mengundang keterlibatan massa demonstran untuk menekan pihak kejaksaan agar serius menangani kasus gratifikasi mantan Walikota Kendari. Sebaliknya kasus gratifikasi mantan Wakil Wakil Walikota Kendari yang nilainya lebih kecil, ternyata berjalan lebih cepat sampai Laporan Akhir EKPD 2009 11
  • 13. penahanan pada rumah tahanan (Rutan) Kelas II Kendari (Kendari Pos, 30 Oktober 2009). Demikian pula dugaan kasus korupsi Bupati Bombana yang melibatkan anaknya (Haikal Atikurrahman) sudah dilaporkan oleh berbagai kompenen masyarakat Bombana disertai bukti-bukti awal adanya dugaan korupsi APBD sebesar 7,6 milyar, ternyata sampai saat ini belum ada kejelasan sehingga pihak Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara mendapat tekanan berupa unjuk rasa dari salah satu komponen masyarakat Kabupaten Bombana yaitu Komite untuk Demokrasi, Keadilan dan Transparansi Anggaran (Kendari Pos, 27 Oktober 2009) c) Faktor transparansi dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi oleh aparat penegak hukum pada Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara, masih memperlihatkan adanya indikasi yang tidak transparan. Data yang dikumpulkan memperlihatkan bahwa laporan yang diterima oleh pihak Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara dari berbagai komponen masyarakat tentang adanya dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh beberapa Bupati Kepala Daerah selama kurun waktu 2009, antara lain Bupati Konawe, Bupati Konawe Selatan, Bupati Bombana dan Bupati Buton Utara, ternyata belum ada kejelasan status penanganannya sampai saat ini (Antara lain Kendari Pos, 27 Oktober 2009). d) Faktor rasa keadilan masyarakat dalam penanganan dan pemberian putusan putusan oleh lembaga peradilan di Daerah Sulawesi Tengagra, kelihatan masih menjadi sorotan masyarakat di daerah ini. Kasus dugaan korupsi APBD tahun 2007-2008 sebesar Rp. 7,6 milyar yang melibatkan Haikal Atikurrahman (anak kandung Bupati Bombana), diduga bahwa pihak Kejaksaan Tinggi Sualwesi Tenggara tengah mengurus Surat Penghentian Penyidikan Perkara (SP3). Dengan data korupsi yang begitu besar itu, dan seharusnya menjadi hak-hak masyarakat melalui pelayanan publik yang dituangkan dalam APBD Kabupaten Bombnana tahun 2007-2008, diduga diselewengkan untuk memperkaya diri sendiri oleh Bupati Bombana yang melibatkan anaknya (Kendari Pos, 27 Oktober 2009). Untuk menilai kinerja pemberantasan tidak pidana korupsi di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu lima tahun (2004 – 2009) dapat dilihat melalui penyajian data berikut ini, dengan membandingkan antara jumlah kasus yang diporkan kepada pihak Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara, Laporan Akhir EKPD 2009 12
  • 14. dengan jumlah kasus yang ditangani sampai pada tingkat penyidikan dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut : Tabel 1. Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi pada Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara dan Nasional yang ditangani dibanding dengan yang dilaporkan dalam kurun waktu 2004-2008 Kasus Tindak Pidana Korupsi Trend Jumlah Kasus Tindak Tahun yang ditangani Pidana Korupsi Sultra Nasional Dilaporakan Ditangani 2004 69.44 97.00 - - 2005 71.43 97.00 -0.03 0.00 2006 44.44 94.00 0.38 0.03 2007 60.00 94.00 -0.35 0.00 2008 78.26 94.00 -0.30 0.00 Sumber : Kejaksaan Tinggi Sultra dan Bappenas tahun 2009 Trend perkembangan jumlah kasus tindak pidana korupsi yang ditangani dibandingkan dengan jumlah dilaporkan kepada pihak Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara selama lima tahun terakhir (2004-2009) dapat dilihat melalui grafik yang disajikan berikut ini : 120 0.6 100 0.4 80 0.2 60 0 40 20 -0.2 0 -0.4 2004 2005 2006 2007 2008 Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi yang di Tangani di Sultra Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi yang di Tangani Nasional Tren Provinsi Tren Nasional Gambar 1. Tren Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi yang di tangani oleh pengadilan Sultra dan Nasional Kurun Waktu 2004-2009 Berdasarkan trend perkembangan kasus tindak pidana korupsi tersebut, dapat dijelaskan bahwa kinerja pelayanan publik pada bidang pemberantasan tindak pidana korupsi di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara selama lima tahun Laporan Akhir EKPD 2009 13
  • 15. terakhir (2004-2009) mengalami fluktuasi turun naik yang dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori kinerja sebagai berikut: (1) Dari tahun 2004 mengalami penurunan secara terus menerusi selama 3 tahun berturut-turut (2005, 2006, 2007). (2) Kemudian mengalami peningkatan kembali mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009. Kedua: Persentase jumlah aparat pemerintah daerah yang berijazah minimal S-1. Data yang diperoleh dari berbagai kantor/instansi yang terkait memperlihatkan bahwa jumlah aparat Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang berijazah minimal S-1 dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini (2004-2009) sudah tergolong cukup memadai dan sejalan dengan rencana strategis daerah yang dituangkan dalam Renstrada tahun 2004-2009. Oleh karena itu, secara umum dapat dikatakan bahwa capaian indikator ini sudah sejalan dengan target dan sasaran yang telah ditetapkan melalui RPJMD 2004- 2009 oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, namum belum mencapai target dan sasaran secara optimal. Disadari sesungguhnya bahwa capaian indikator ini masih dibawah dari target dan sasaran nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. Berbagai faktor penentu yang berpengaruh terhadap capaian indikator ini, dapat dijelaskan menurut data yang diperoleh dari kantor/instansi yang terkait sebagai berikut : (1) Masih terbatasnya anggaran pengembangan kapasitas aparatur yang mampu dialokasikan setiap tahunnya, sehingga jumlah aparat (pegawai) yang dapat diikutkan dalam program pengembangan kapasitas melalui penyediaan anggaran program pemngembangan kemampuan sumber daya aparatur, juga masih terbatas. Di lain sisi, organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 3 (tiga) sekretariat, 14 (empat belas) dinas, 10 (sepuluh) badan dan 4 (empat) kantor, membutuhkan tenaga yang memiliki kemampuan profesional dengan basis pendidikan minimal S-1. Sejalan dengan itu, program pengembangan sumber daya aparatur yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara telah menunjukkan hasil yang cukup memadai. Penomena untuk tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah pegawai di lingkungan organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 5.396 orang, Laporan Akhir EKPD 2009 14
  • 16. hanya 1.025 orang (19%) yang berpendidikan minimal S1. Ini berarti bahwa yang berpendidikan di bawah dari S1 mencapai jumlah 4.371 orang (81%) dari total pegawai. Demikian pula penomena tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah pegawai tetap pada organisasi Pemerintahan Provinsi Sulawsi Tenggara sebanyak 6.737 orang atau naik sebesar 19% dari total pegawai pada tahun 2006. Jumlah pegawai yang berpendidikan minimal S- 1 pada tahun 2007 sebanyak 2.381 orang atau 24 % dari jumlah pegawai seluruhnya. Ini beratri bahwa yang berpendidikan dibawah dari S-1 masih mendominasi (76%) dari jumlah pegawai pada organisasi pemerintah di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Data menunjukkan bahwa telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan tentang jumlah aparat pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang berijazah minimal S-1 selama kurun waktu 2004-2009 sebagai berikut: Tahun 2004 sebanyak 12% ; Tahun 2005 sebanyak 15 %; tahun 2006 sebanyak 19%; tahun 2007 sebanyak24%; tahun 2008 sebanyak 29%, dan tahun 2009 sebanyak 33%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ; Tabel 2. Persentase Aparat Pemerintah Daerah Provinsi Sultra yang Berijazah Monimal S-1 tahun 2004-2009 Persentase Aparat Pemerintah Trend Persentase Aparat Daerah Provinsi Sultra yang Pemerintah Daerah Provinsi Tahun Berijazah Monimal S-1 Sultra yang Berijazah Monimal S-1 Sultra Nasional Sultra Nasional 2004 12 29.9 - - 2005 15 31 -0.25 -0.04 2006 19 31.93 -0.27 -0.03 2007 24 30.6 -0.26 0.04 2008 29 30.99 -0.21 -0.01 Sumber : Kantor Sekretariat Daerah Sultra dan Bappenas tahun 2009 (2) Masih terbatasnya jumlah tenaga tetap pada setiap unit kerja, sehingga pemberian kesempatan pengembangan kapasitas aparatur melalui jalur pendidikan formal, hanya dalam bentuk izin belajar, dalam arti pegawai hanya diizinkan meninggalkan tugas pada jam-jam perkuliahan. Selebihnya tetap digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas pada unit kerjanya masing-masing. Kondisi kepegawaian pada tahun 2007 menyebabkan membengkaknya jumlah tenaga kontrak yang mencapai 507 orang, dan meningkat menjadi 1.834 orang pada tahun 2008. Laporan Akhir EKPD 2009 15
  • 17. Ketiga: Persentase jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap. Terbatasanya jumlah sumber daya manusia aparatur yang memiliki kemampuan teknis profesional pada organisai pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu faktor yang menghambat proses terwujudnya sistem pelayanan satu atap di setiap daerah kabupaten/kota. Namun demikian, berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan dalam rangka evaluasi ini memperjelas bahwa pelaksanaan pelayanan satu atap oleh daerah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan sesuai dengan kondisi kemampuan dan ketersediaan sumber daya manusia di setiap daerah kabupaten/kota. Perkembangan jumlah daerah kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara dipicu oleh oleh kebijakan politik berupa pemekaran daerah otonom sejak tahun 2005. Data menunjukkan dari 1 Daerah Kota dan 4 Daerah Kabupaten pada tahun 2001, kini menjadi 2 Daerah Kota dan 8 Daerah Kabupaten pada tahun 2005. Selanjutnya pada tahun 2006 menjadi 2 Daerah Kota dan 10 Daerah Kabupaten setelah Kabupaten Konawe Utara dan Buton Utara ditetapkan sebagai Daerah Otonom Masalah utama yang dihadapi dalam upaya mengefektifkan sistem pelayanan satu atap pada setiap daerah kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan data/informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini, adalah belum adanya komitmen para kepala daerah yang disebabkan oleh adanya tarik-menarik kepentingan para kepala dinas/kantor/badan yang terkait dengan sistem pelayanan satu atap. Selanjunya data yang menunjukkan capaian indikator ini tergambar melalui trend perkembangan jumlah kabupaten kota yang menerpkan sistem pelayanan satu atap yang dituangkan dalam peraturan daerah. Data yang diperoleh memperlihatkan bahwa jumlah daerah kabupaten/kota yang memiliki perda pelayanan satu atap di Provinsi Sulawesi Tenggara, baru terbatas pada 2 kota, yaitu Kota Kendari dan Kota Bau-Bau dengan penjelasan sebagai berikut: (1) Kota Kendari menerapkan sistem pelayanan satu atap sejak tahun 2002 dengan melibatkan 12 jenis perizinan yang dikelola oleh berbagai dinas/instansi. Kemudian berkembang terus, dan pada tahun 2005 menjadi 40 jenis perizinan dan selanjutnya sampai pada tahun 2009 sudah menjadi 67 jenis perizinan yang dikelola dengan sitem pelayanan satu atap. Sejak tahun 2004 belum ada kabupaten/kota yang memiliki perda pelayanan satu atap; (2) Laporan Akhir EKPD 2009 16
  • 18. Kota Bau-Bau menerapkan sistem pelayanan satu atap sejak tahun tahun 2003 yang diatur dengan perda yang didalamnya mencakup 12 jenis perizinan. Dengan demikian, hingga saat ini masih terdapat 10 kabupaten di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang belum memiliki perda pelayanan satu atap. Demokrasi Darsi sisi pengembangan sistem demokrsi dalam pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk kurun waktu 2004-2009, diarahkan pada peningkatan dan pengembangan demokrasi dan peranserta semua lapisan masyarakat dalam berbagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang merupakan kondisi ideal bagi tumbuh kembangnya sistem demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan lokal. Indikator yang dijadikan sebagai rujukan untuk mengevaluasi tingkat demokrasi dalam penyelenggaran pemerintahan daerah, dirahkan pada 5 (lima) indikator, yaitu: (1) Gender Development Indeks (GDI); (2) Gender Empowerment Meassurement (GEM); (3) Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilkada provinsi; (4) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan legislatif; (5) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan presiden. Berkaitan dengan isu gender sebagai salah satu indikator tingkat demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka pihak Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara telah memperlihatkan adanya komitmen untuk memberi perhatian terhadap isu gender di daerah ini. Berkaitan dengan itu, pemerintah daerah menetpkan kebijakan-kebijakan umum di bidang gender, yang bertujuan untuk meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan daerah yang diemban oleh lembaga yang secara struktural mempunyai tugas dan fungsi untuk memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Bertolak dari kebijakan umum yang diuraian di atas, maka selanjutnya disusun rencana strategis daerah (Renstrada). Melalui Renstrada tersebut ditetapkan target dan sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu 20004-2009 sebagai berikut: (a) mewujudkan kemitrasejajaran antara perempuan dan laki-laki melalui jalinan pola sikap dan perilaku yang saling peduli, saling menghargai, saling menghormati dan saling mengisi, baik di tingkat keluarga, masyarakat, maupun dalam proses pembangunan; (b) meningkatkan stabilitas dan kontrol yang memungkinkan perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki untuk bersama-sama berperan dalam Laporan Akhir EKPD 2009 17
  • 19. pembangunan sesuai dengan kodrat dan martabatnya, tanpa melupakan peran bersama dalam mewujudkan keluarga sejahtera yang beriman sehat dan bahagia; (c) memberdayakan lembaga-lembaga pengelola kemajuan perempuan agar lebih berperan, berkualitas dan mandiri yang diwujudkan melalui program- program GDI (Gender Development Indeks) dan program GEM (Gender Empowerment Meassurement; (d) meningkatkan perlindungan terhadap perempuan untuk mencegah terjadinya diskriminasi dan tindakan pelecehan atau kekerasan terhadap perempuan; (e) terjaminnya keadilan gender dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik; (f) menurunnya kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki yang diukur dengan angka GDI dan GDM. Selanjutnya, berkaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dalam kurun waktu 2004-2009, menunjukkan adanya komitmen Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam menumbuhkan hak-hak demokrasi bagi masyarakat di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Kebijakan pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam jangka waktu 2004-2009, dijabarkan dalam rencana strategis daeah (Renstrada) yang mempunyai sejumlah target dan sasaran sebagai berikut: (a) mengembangkan iklim dan budaya politik yang demokratis dengan mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan masyarakat; (b) meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik masyarakat dengan mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan masyarakat dan pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat melaksanakan funmgsinya dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik masyarakat; (d) meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga negara Republik Indonesia mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa, pembauran bangsa dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus pada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Target dan sasaran pembangunan bidang politik yang ditetapkan oleh pihak pemerintah di daerah ini, telah sejalan dengan capaian- capain selama kurun waktu 2004-2009 namun belum optimal dan tentunya telah Laporan Akhir EKPD 2009 18
  • 20. sejalan pula dengan terget dan sasaran nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, yang sasarannya meliputi : (a) terlaksananya peran dan fungsi lembaga penyelenggara negara dan lembaga kemasyarakatan sesuai dengan konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (b) meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan politik; (c) terlaksananya pemilihan umum yang demokratis, jujur, dan adil pada tahun 2009. Indikator yang dijadikan rujukan dalam mengukur tingkat demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Daerah provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari 5 (lima) indikator yang meliputi : (1) Gender development indeks (GDI); (2) Gender impowerment Meassurement (GEM); (3) Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilkada provinsi; (4) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan legislatif; (5) Tingkat partisipasi masyarakat dalm pemilihan pesiden. Capian indikator-indikator tersebut merupakan ukuran terhadap tingkat demokrasi dalam enyelenggaraan pemerinahan di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Data yang diperoleh dari berbagai kantor/instansi yang terkait dengan aspek demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah ini dalam kurun waktu 2004-2009, menunjukkan kondisi sebagai berikut : Pertama: Indikator gender development indeks (GDI). Berdasarkan target dan sasaran yang ditetpkan melalui rencana strategis daerah 2004-2009, maka selanjutnya dapat dikemukakan data capaian-capaian dalam kurun waktu 2004- 2009. Namun sebelumya perlu dijelaskan bahwa lembaga yang bertanggung jawab dalam bidang pemberdayaan perempuan di daerah ini, baru terbentuk secara formal pada tahun 2006. Dengan demikian data yang disajikan dalam laporan evaluasi ini hanya meliputi data tahun 2006-2009. Program-program yang ditetapkan dan dilaksanakan berkaitan dengan indikator gender development indeks (GDI) di daerah ini adalah meliputi program dan kegiatan yang diarahkan pada upaya pencapaian target dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari aspek kelembagaan, ternyata pembentukan lembaga formal yang bertanggung jawab dalam urusan peranan wanita di daerah ini belum terbentuk sebelum tahun 2006. Artinya sebelum tahun 2006 belum ada program-program yang terkait dengan upaya perbaikan endeks pembangunan gender/peranan perempuan dalam pembangunan daerah. (b) Sejak tahun 2006 telah terbentuk kelembagaan dalam struktur organisasi pemerintahan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang secara formal menangani urusan gender yang Laporan Akhir EKPD 2009 19
  • 21. berstatus badan, dengan nama “Badan Pemberdayaan Perempuan”. Badan inilah yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang terkait dengan pembangunan kualitas perempuan dalam rangka gender development indeks (GDI) di daerah Provinsi Sulawesi tenggara. Program- program yang ditujukan pada upaya pembangunan kualitas sumber daya perempuan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasran GDI di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009 dikelola oleh 15 lembaga. Lembaga tersebut melaksanakan dua jenis prgram, yaitu program-program yang berorientasi pada pencapaian target dan sasaran GDI (gender development indeks) dan program-program yang berorientasi pada upaya pencapaian target dan sasaran Gender impowerment Meassurement (GEM). Data tentang lembaga penyelenggara program yang dimaksud. selengkapnya disajikan berikut ini : Tabel 3. Lembaga Penyelenggara Program Gender Development Indeks (GDI) dan Program Gender impowerment Meassurement (GEM) di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006 - 2009 No Nama Lembaga Alamat Penanggung Jawab 01 Aliansi Perempuan Sultra BPKB Sultra Nuhiddin 02 BKM Madani Kel. Benuanirae Abd. Malik 03 SKB Muna Raha La Sidale 04 SKB Bombana Kasipute Muh. Jalil 05 SKB Konsel Ranomeeto Kadir M. 06 PKBM Adhe Arifta Kel. Abeli La Sambawe 07 PKBM Binar Kel. Lapulu Fahmi 08 PKBM Aisyiyah Kec. Ranomeeto Farida Halik S.Pd. 09 YP Musilmat NU Balai Kota II/7 Hj. Suhaedar SH 10 PKBM Asmik Mubarak Kel. Dapudapura A. Merlina Arfan 11 LKP Bina Remaja Kel. Wua-Wua Muharni Mahmud 12 LKP Beringin Cerdas Kel. Watubangga Nursani Sela 13 PKBM Rajawali Desa Wonuasari Kuswara 14 PKBM Bunga Karang Desa Bobolio Hanapia. A. Ma 15 PKBM Cahaya Mata Desa Mataiwoi Hj. Neraeni, S. Pd Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan Sultra, 2009. Capaian indikator GDI di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2006 sampai dengan 2009, dapat dijelaskan bahwa dilihat dari aspek kelembagaan, ternyata ada lima lembaga penyelengara program GDI yang melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian target dan sasaran GDI di daerah ini. Lembaga-lembaga tersebut yaitu: (1) LKP Bina Remaja, (2) LKP Laporan Akhir EKPD 2009 20
  • 22. Beringin Cerdas, (3) PKBM Rajawali, (4) PKBM Bunga Karang, dan (5) PKBM Cahaya Mata. Jenis-jenis program yang diselenggarakan sebagai berikut: a. Tahun 2004 belum ada kegiatan secara melembaga. b. Tahun 2005 belum ada kegiatan secara melembaga. c. Tahun 2006 ada 5 jenis kegiatan yang dilakukan dengan orientasi untuk mewujudkan GDI, berupa pendidikan keluarga berwawasan gender (PKBG), dengan rincian kegiatan berupa: (1) sosialisasi konsep gender, (2) Workshop peningkatan sensitifitas gender, (3) Sosialisasi kebijakan Pemerintah Daerah di bidang gender, (4) Sosialisasi bahan ajar responsifitas gender, (5) Fokus group discussion (FGD). d. Tahun 2007 ada 7 jenis program yang diselenggarakan oleh kelima lembaga tersebut yaitu. Selain meneruskan pelaksanaan 5 jenis kegiatan pada tahun 2006, dilakukan pula pengembangan jenis kegiatan lainnya dalam bentuk: (1) diskusi tentang peranan perempuan dalam pendidikan keluarga, (2) Diskusi tentang peranan perempuan dalam kehidupan politik lokal. e. Tahun 2008 tetap ada 7 jenis kegiatan GDI di daerah ini ,yang dilakukan oleh kelima lembaga yang dikemukakan di atas, yaitu tetap melanjutkan tujuh jenis kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2007. f. Tahun 2009, ada 8 jenis kegiatan GDI yang dilaksanakan oleh kelima lembaga tersebut. Selain melanjutkan 7 jenis kegiatan tahun 2008, juga dikembangakan dengan 1 jenis kegiatan baru berupa pelatihan kepemimpinan perempuan. Walaupun jenis kegiatan GDI yang dilakukan oleh kelima lembaga yang bergerak dalam bidang GDI di daerah provinsi Sulawesi Tenggara cenderung tidak banyak variasi, namun yang bervariasi adalah objek atau sasaran penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut. Variasinya berupa daerah/wilayah penyelenggaraan (diselenggarakan secara bergilir di berbagai daerah). Berdasarkan data capaian dari indikator GDI, dapat dikatakan bahwa walaupun belum sepenuhnya mencapai target dan sasaran RPJMD 2004-2009, namun telah menunjukkan adanya kemajuan yang cukup signifikan dari tahun ketahun. Kemajuan tersbut tentunya pula telah berada pada garis kebijakan nasional, namun masih dibawah dari target dan sasaran nasional berdasarkan RPJMN 2004-2009. Kedua: Gender Empowerment Meassurement (GEM): Target dan sasaran yang hendak dicapai dalam upaya mewujudkan GEM di Daerah Privinsi Sulawesi Laporan Akhir EKPD 2009 21
  • 23. Tenggara dituangkan dalam Rencana Strategis Daerah (Renstrada) 2004-2009. Data capaian-capain program GEM dalam kurun waktu 2004-2009 yang diperoleh dari kantor/instansi yang terklait dapat dijelaskan bahwa secara umum memperlihatkan adanya kemajuan yang signifikan dari tahun ke tahun selama kurun waktu 2006-2009. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa lembaga yang bertanggung jawab dalam bidang pemberdayaan perempuan di daerah ini, baru terbentuk secara formal pada tahun 2006. Dengan demikian data yang disajikan dalam laporan evaluasi ini terkait pelaksanaan program GEM, hanya meliputi data tahun 2006-2009. Data untuk tahun sebelumnya tidak ditemukan dalam kegiatan pengumpulan data evaluasi ini. Program-program yang ditetapkan dan dilaksanakan berkaitan dengan indikator Gender Empowerment Meassurement (GEM) di daerah ini adalah meliputi program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai target dan sasaran perwujudan GEM. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa: (a) Dari aspek kelembagaan yang secara khusus bertanggung jawab di bidang pemberdayaan perempuan, ternyata belum terbentuk sebelum tahun 2006. Dengan demikian sebelum tahun 2006 belum ada program-program yang terkait dengan upaya pemberdayaan kaum perempuan dalam pembangunan daerah. (b) Sejak tahun 2006 telah terbentuk kelembagaan dalam struktur organisasi pemerintahan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang secara formal menangani urusan gender yang berstatus badan, dengan nama “Badan Pemberdayaan Perempuan”. Badan inilah yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang terkait dengan perempuan kaum perempuan dalam rangka mewujudkan Gender Eimpowerment Meassurement (GEM) di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Program-program yang ditujukan pada upaya pemberdayaan perempuan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasran GEM di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009 dikelola oleh 15 lembaga. Lembaga tersebut telah disebutkan pada bagian terdahulu. Lembaga-lembaga itu dibina dan dikoordinasikan oleh Badan Pemberdayaan Kaum Perempuan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kelimabelas lembaga itu, melaksanakan dua jenis program, yaitu program yang berorientasi pada pencapaian target dan sasaran gender development indeks (GDI) dan program-program yang berorientasi pada upaya pencapaian target dan sasaran Gender impowerment Meassurement (GEM). Data tentang lembaga Laporan Akhir EKPD 2009 22
  • 24. penyelenggara program GEM yang dimaksud, selengkapnya telah disajikan pada tabel sebelumnya. Capaian indikator GEM di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2006 sampai dengan 2009, dapat dijelaskan bahwa dilihat dari aspek kelembagaan, ternyata ada lima belas lembaga penyelengara program GFM yang melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian target dan sasaran GEM di daerah ini. Lembaga-lembaga tersebut yaitu : (1) Aliansi Perempuan Sultra, (2) BKM Madani, (3) SKB Muna, (4) SKB Bombana, (5) SKB Konsel, (6) PKBM Adhe Arifta, (7) PKBM Binar, (8) PKBM Aisyiyah, (9) YP Musilmat NU, (10) PKBM Asmik Mubarak, (11) LKP Bina Remaja, (12) LKP Beringin Cerdas, (13) PKBM Rajawali, (14) PKBM Bunga Karang, (15) PKBM Cahaya Mata. Kelima belas lembaga itu secara langsung mendapat pembinaan sekalis dikoordinasikan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Sulawesi Tenggara. Jenis-jenis kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka mewujudkan program pemberdayaan kaum perempuan mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, meliputi kegiatan-kegiatan dalam bentuk kersus/pelatihan keterampilan perempuan, dengan frekuensi sebagai berikut: (1) Tahun 2006 sebanyak 9 kali kegiatan kursus/pelatihan keterampilan; (2) Tahun 2007 sebanyak 12 kali kegiatan kursus/keterampilan; (3) Tahun 2008 sebanyak 16 kali kegiatan kursus/keterampilan; (4) Tahun 2009 sebanyak 15 kali kursus/pelatihan keterampilan. Walupun data frekuensi kegiatan GEM menunjukkan angka yang meningkat dari tahun ke tahun, namun belum ada perhitungan angka GDI dan GEM yang diperoleh dalam evaluasi ini. Hambatan utama yang dihadapi oleh pihak Badan Pemberdayaan Perempuan di daerah ini adalah belum cukupnya tenaga pengelola yang mempunya kemampuan untuk menunjang kinerja lembaga secara memadai. Berdasarkan data capaian dari indikator GEM, dapat dikatakan bahwa walaupun belum sepenuhnya mencapai target dan sasaran RPJMD 2004-2009, namun telah menunjukkan adanya kemajuan yang cukup signifikan dari tahun ketahun. Kemajuan tersbut tentunya pula telah berada pada garis kebijakan nasional, namun masih dibawah dari target dan sasaran nasional berdasarkan RPJMN 2004-2009. Ketiga: Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Kepala Daerah Provinsi (Pilkada Provinsi. Target dan sasaran indikator ini diarahkan Laporan Akhir EKPD 2009 23
  • 25. pada upaya pencapaian target dan sasaran pembangunan daerah yang dituangkan dalam rencana strategis daerah (Renstrada) 2004-2009, yang di dalamnya bentuk kebijakan pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam jangka waktu 2004-2009, dengan penjabaran sebagai berikut : (a) mengembangkan iklim dan budaya politik yang demokratis dengan mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan masyarakat; (b) meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik masyarakat dengan mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan masyarakat dan pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat melaksanakan funmgsinya dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik masyarakat; (d) meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga negara Republik Indonesia mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa, pembauran bangsa dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus pada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kebijakan tersbut sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah pusasat yang selanjutnya dioperasionalisasikan dalam bentuk program dan kegiatan dalam bentuk penyelenggaraan Pilkada Provinsi, Pilkada Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Capaian indikator pemilihan kepala daerah provinsi (pemilihan gubernur dan wakil gubernur) di daerah ini menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat (wajib pilih) yang positif. Artinya jika dibandingkan antara jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) dengan jumlah wajib pilih yang menggunakan hak pilihnya, memperlihatkan angka yang relatif tidak jauh berbeda. Untuk lebih jelasnya, capaian indikator ini dapat dilhat melalui data pemilihan kepala daerah Provinsi Sulawesi Tenggara (pemilihan gubernur dan wakil gubernur) yang berlangsung pada tahun 2007 yang lalu. Dalam hubungan ini, data yang tersedia pada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi Sulawesi Tenggara sehubungan dengan penyelenggaran pemilihan gubernur dan wakil gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007 yang lalu, jumlah wajib pilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), sebanyak 1.565.918 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 1.390.489 orang. Angka ini menunjukkan bahwa angka partisipasi Laporan Akhir EKPD 2009 24
  • 26. wajib pilih dalam penyelenggaran pilkada tersebut, adalah 88%. Artinya jumlah wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak pilihnya adalah 88%. Angka ini memperlihatkan adanya wajib pilih golput sebesar 12%. Jika dibandingkan dengan angka golput dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur di berbagai daerah provinsi lannya, baik di Sulawesi Selatan maupun di pulau Jawa yang angka golputnya mencapai 38% sampai 40%, maka dapat dikatakan bahwa pilkada Provinsi Sulawesi Tenggara yang diselenggarakan pada tahun 2007 yang lalu tergolong berhasil dengan baik. Adapun masalah utama yang dihadapi sehingga masih adanya angka golput sebesar 12% tersebut, antara lain dapat ditunjukan melalui hasil evalusi akhir menunjukkan bahwa kondisi tingginya angka golput dalam pemilu adalah disebabkan oleh kurang optimalnya kinerja KPU Daerah bersama pemerintah daerah dalam mempersiapkan penyelenggaraan pemilu. Penomena menunjukkan bahwa di setiap TPS di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, banyak wajib pilih yang hadir dan berkeinginan untuk menyalurkan hak suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena tidak memiliki kartu suara. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingakat kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu di Sulawesi Tenggara cukup tinggi, tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan kerja penyelenggara pemilu, baik KPU Daerah maupun pemerintah daerah dalam mempersiapkan penyelenggaraan pemilu. Kelemahan yang paling menonjol adalah pada tahapan pemutahiran data peserta pemilu yang tidak dilakukan secara optimal dan profesional. Penomena menunjukan, banyak pemilih yang terdaftar dan mendapat kartu undangan dalam penyelenggaraan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2004 yang lalu, ternyata tidak terdaftar lagi dan tidak mendapat kartu undagan pemilu dalam penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur pada tahun 2007. Sebaliknya dijumpai adanya sejumlah kartu undangan pemilih bagi warga masyarakat yang telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Mereka yang mengalami kasus seperti ini digolongkan sebagai wajib pilih yang golput dan inilah salah satu penyebab angka golput relatif tinggi dalam penyelengaraan pilkada di daerah ini. Penomena ini menunjukkan buruknya kinerja KPU Daerah dan pemerintah daerah dalam mempersiapkan penyelenggaraan pemilu. Keempat: Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan legislatif. Indikator ini diarahkan pada upaya pencapaian target dan sasaran Laporan Akhir EKPD 2009 25
  • 27. pembangunan di bidang plitik yang dituangkan dalam rencana strategis daerah (Renstrada) 2004-2009, yang di dalamnya menunjukkan kebijakan pencapaian target dan sasaran pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam jangka waktu 2004-2009, berupa: (a) mengembangkan iklim dan budaya politik yang demokratis dengan mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan masyarakat; (b) meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik masyarakat dengan mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan masyarakat dan pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat melaksanakan funmgsinya dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik masyarakat; (d) meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga negara Republik Indonesia mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa, pembauran bangsa dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus pada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kebijakan tersbut sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah pusasat yang selanjutnya dioperasionalisasikan dalam bentuk program dan kegiatan dalam bentuk penyelenggaraan Pilkada Provinsi, Pilkada Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Capaian indikator penyelenggaraan pemilihan legislatif di daerh ini menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat (wajib pilih) yang bervariasi antara pemilu legislatif tahun 2004 dengan pemilu legislatif tahun 2009. Untuk lebih jelasnya, capaian indikator ini dapat dilhat melalui data pemilihan legislatif di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang berlangsung pada tahun 2004 dan 2009 yang lalu. Dalam hubungan ini, data yang tersedia pada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi Sulawesi Tenggara sehubungan dengan penyelenggaran pemilihan legislatif memperlihatkan bahwa jumlah wajib pilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada tahun 2004 sebanyak 1.320.562 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 1.263.426 orang. Angka ini menunjukkan bahwa angka partisipasi wajib pilih dalam penyelenggaran pemilu legislatif tahun 2004 sebesar 96%. Angka ini memperlihatkan bahwa wajib pilih yang golput hanya sebesar 4%. Rendahnya angka golput tersebut menunjukkan membaiknya Laporan Akhir EKPD 2009 26
  • 28. kinerja KPUD dan membaiknya dukungan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemilu legislatif. Selanjutnya pada pemilu legislatif tahun 2009, jumlah wajib pilih yang terdaftar dalam Daftar Pemili Tetap (DPT) sebanyak 1.901.060 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih yang menggunakan haknya sebanyak 1.484.636 orang. Dengan demikian angka partisipasi masyarakat hanya sebesar 78%, atau terdapat jumlah angka golput sebanyak 22%. Jika dibandingkan antara angka golput dalam pemilu legislatif tahun 2004, terdapat peningkatan jumlah wajib pilih yang gulput sebesar 18%. Hal ini menunjukkan bawa kinerja KPUD Provinsi dan dukngan pemerintah daerah mengalami penurunan yang berdampak pada menurunnya tingkat partisipasi masyarakat dalam proses politik melalui pemilu legislative Masalah utama utama yang dihadapi sehingga masih adanya angka golput yang cukup sebesar (22%) pada pemilu legislatif 2009, dapat dilihat melalui hasil evalusi akhir yang menunjukkan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh kurang optimalnya persiapan dan kurang profesionalnya KPU Daerah dalam mempersiapkan penyelenggaran pemilu legislatif, termasuk pula kurangnya dukungan pemerintah daerah dalam mempersiapkan penyelenggaraannya. Penomena menunjukkan bahwa di setiap TPS di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, banyak wajib pilih yang hadir dan berkeinginan untuk menyalurkan hak suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena tidak memiliki kartu suara. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingakat kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu di Sulawesi Tenggara cukup tinggi, tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan kerja penyelenggara pemilu, baik KPU Daerah maupun pemerintah daerah dalam mempersiapkan penyelenggaraan pemilu. Kelemahan yang paling menonjol adalah pada tahapan pemutahiran data yang tidak dilakukan secara optimal dan profesional. Penomena menunjukan, banyak pemilih yang terdaftar dan mendapat kartu undangan dalam penyelenggaraan pemilu legislatif 2004 yang lalu, ternyata tidak terdaftar lagi dan tidak mendapat kartu undagan pemilu dalam penyelenggaraan pemilu legislatif tahun 2009. Kelima: Tingkat partisipasi masyarakat dalm pemilihan pesiden. Indikator ini diarahkan pada upaya pencapaian target dan sasaran pembangunan di bidang plitik yang dituangkan dalam rencana strategis daerah (Renstrada) 2004-2009, yang di dalamnya menunjukkan upaya pencapaian target dan sasaran pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Laporan Akhir EKPD 2009 27
  • 29. jangka waktu 2004-2009, Target dan sasaran itu mencakup: (a) mengembangkan iklim dan budaya politik yang demokratis dengan mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan masyarakat; (b) meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik masyarakat dengan mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan masyarakat dan pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat melaksanakan funmgsinya dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik masyarakat; (d) meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga negara Republik Indonesia mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa, pembauran bangsa dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus pada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kebijakan tersbut sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah pusasat yang selanjutnya dioperasionalisasikan dalam bentuk program dan kegiatan dalam bentuk penyelenggaraan Pilkada Provinsi, Pilkada Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Capaian indikator penyelenggaraan pemilihan presiden di daerh ini menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat (wajib pilih) yang bervariasi antara pemilu presiden tahun 2004 dengan pemilu presiden tahun 2009. Untuk lebih jelasnya, capaian indikator ini dapat dilhat melalui data penyelenggaraan pemilu presiden di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang berlangsung pada tahun 2004 dan 2009 yang lalu. Data yang tersedia pada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi Sulawesi Tenggara sehubungan dengan penyelenggaran pemilu presiden memperlihatkan bahwa jumlah wajib pilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada tahun 2004 sebanyak 1.329.652 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 1.313.823 orang. Data ini menunjukkan bahwa angka partisipasi wajib pilih dalam penyelenggaran pemilu presiden tahun 2004 sebesar 98%. Dengan demikian wajib pilih yang golput hanya sebesar 2%. Selanjutnya pada pemilu presiden tahun 2009, jumlah wajib pilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 1.908.679 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih yang menggunakan haknya sebanyak 1.565.918 orang. Dengan demikian angka partisipasi masyarakat sebesar 82%, atau terdapat Laporan Akhir EKPD 2009 28
  • 30. angka golput sebanyak 18%. Jika dibandingkan angka golput antara pemilu presiden tahun 2004 dengan pemilu presiden tahun 2009, terdapat penurunan angka partisipasi masyarakat dari 98% menjadi 82%, sehingga angka golput meningkat dari 2% menjadi 18%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa angka partisipasi masyarakat dalam pemilu presiden tahun 2004 tergolong sangat tinggi, sedangkan untuk tahun 2009 tergolong tinggi. Kondisi ini menunjukkan bawa kinerja KPUD Provinsi Sulawesi Tenggara dalam penyelenggaraan pemilu presiden secara umum tergolong baik sejalan dengan baiknya dukngan dari pihak pemerintah daerah. Masalah utama yang dihadapi sehingga masih adanya angka golput sebesar (18%) pada pemilu presiden 2009, disebabkan oleh kurang optimalnya kinerja KPU Daerah dalam pemutahiran daftar pemilu tetap (DPT). Penomena menunjukkan bahwa di setiap TPS di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, banyak wajib pilih yang hadir dan berkeinginan untuk menyalurkan hak suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena tidak terdaftar dalam DPT. Secara keseluruhan tren capaian indicator hasil (outcomes) tingkat pelayanan public dan demokrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara dibandingkan nasional dapat digambarkan sebagai berikut ; 70.00 5 60.00 0 50.00 -5 40.00 -10 30.00 -15 20.00 -20 10.00 -25 - -30 2004 2005 2006 2007 2008 Persentase Tingkat Pelayanan Publik Provinsi Sultra (outcomes) Persentase Tingkat Pelayanan Publik Nasional (outcomes) Tren Provinsi Sultra Tren Nasional Gambar 2. Tren perkembangan indikator hasil (output) pelayanan publik di Sulawesi tenggara dan Nasional Trend capaian pembangunan daerah Provinsi Sultra di bidang pelayanan publik yang terdiri dari tiga indikator yaitu: (1) persentase jumlah kasus korupsi yang ditangani dibandingkan dengan yang dilaporkan; (2) persentase aparat yang berijazah minimal S-1; dan (3) persentase jumlah kabupaten kota yang Laporan Akhir EKPD 2009 29
  • 31. memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, ternyata belum sepenuhnya sejalan dengan dengan capaian pembangunan nasional. Meskipun belum diperoleh angka pembanding secara nasional tentang capaian-capaian pembangunan yang terkait dengan pelayanan publik seperti yang dijadikan rujukan dlam evaluasi ini, namun dilihat dari target dan sasaran yang ingin dicapai melalui RPJMN 2004-2009, dapat disimpulkan bahwa capaian daerah Provinsi sulawesi Tenggara masih dibawah dari standar capaian nasional. Namun jika dilihat secara spesifik dari capaan ketiga indikator pelayanan publik di daerah ini, maka yang sudah sejalan dengan target dan capaian nasional adalah indikator persentase dari aparat daerah daerah yang berijazah minmal S-1. Trend perkembangan aparat yang berijazah minimal S-1 dapat dilihat selama kurun waktu 2004-2009 sebagai berikut: Tahun 2004 sebanyak 12% ; Tahun 2005 naik menjadi 15 %; tahun 2006 meningkat menjadi 19%; tahun 2007 meningkat lagi 24%; demikian pula tahun 2008 naik lagi menjadi 29%, dan tahun 2009 menjadi 33%. Capaian pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara di bidang pelayanan publik yang mencakup tiga indikator, yaitu : (1) persentase jumlah kasus korupsi yang ditangani dibandngkan dengan yang dilaporkan; (2) persentase aparat yang berijazah minimal S-1; dan (3) persentase jumlah kabupaten kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, secara umum dapat digolongkan mengalami kemajuan dibandingkan tahun atau periode sebelmnya, namun tidak berlaku merata untuk tiga indikator tersebut, sebagai berikut: (1) Untuk indikator persentase jumlah kasus korupsi yang ditangani dibandingkan dengan yang dilaporkan, menunjukkan trend yang fluktuatif selama kurun waktu 2004-2009. Diawali dengan angka yang reltif tinnggi pada tahun 2004, kemudian menurun pada tahun 2005 dan 2006 dan 2007, kemudian meningkat kembali pada tahun 2007 dan seterusnya sampai dengan tahun 2009. Kondisi fluktuasi ini berlaku baik untuk kasus yang dilaporkan maupun kasus yang ditangani. (2) Sedangkan untuk indikator persentase jumlah aparat yang berijazah minimal S-1 memperlihatkan capaian yang lebih baik dari tahun sebeumnya selama periode 2004-2009. Artinya, indikator ini memperlihatkan angka perbaikan dari tahun ke tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk indikator ini selalu memperlihatkan perbaikan capaian tahun sebelumnya. (3) Untuk indikator persentase jumlah kabupaten kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, ternyata belum Laporan Akhir EKPD 2009 30
  • 32. menunjukkan capaian yang lebik baik dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam kurun waktu 2004-2009, hanya 2 kota yang sudah pempunyai peraturan daerah pelayanan satu atap, yaitu Kota Kendari dan Kota Bau-Bau. Dengan demikian sebanyak 10 kabupaten di daerah ini belum memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap. Tren capaian pembangunan demokrasi di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2004-2009, digambakan melalui capaian 5 indikator yang dijadikan rujukan dalam pelaksanaan evaluasi ini. Capaian dari masing-masing 5 indikator yang menentukan tingkat demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah ini menunjukkan kondisi yang beragam. Dengan demikian maka relevansinya terhadap capaian nasional di bidang demokrasi tentunya bervariasi dari setiap indikator. Secara rinci, setiap indikator dapat dilihat relevansinya dengan capaian nasional sebagai berikut: (1) Tren capaian pembangunan daerah untuk indikator Gender Development Indeks (GDI) di daerah ini dapat dikatakan masih dibawah dari capaian nasional. Program pembangunan yang ditujukan untuk peningkatan capaian GDI belum terwujud sesuai dengan target dan sasaran yang diinginkan. Upaya untuk mewujudkan pembangunan bidang GDI masih terbatas pada kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lambaga swadaya masyarakat (LSM) yang dalam operasionalnya melibatkan instansi pemerintah yang terkait. Sedangkan keterlibatan lembaga pemerintahan juga masih sangat terbatas karena keterbatasan anggara. Dengan keadaan seperti ini maka pengukuran kemajuan GDI belum dilakukan (2) Tren capaian indikator Gender Empowerment Meassurement (GEM) di daerah ini, juga mengalami hal yang sama dengan GDI. Oleh karena itu, tren capaian program GEM masih jauh dibawah capaian nasional. Bahkan pengukuran tingkat kemajuan GEM belum ada. (3) Indikator tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilkada provinsi, telah sejalan dengan capaian secara nasional. Capaian indikator ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada gubernur tahun 2007 sebesar 88%. Angka ini sejalan, bahkan melampaui capaian partisipasi masyarakat dalam pemilu secara nasional. (4) Indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan legislatif di daerah ini, bervariasi. Pemilu legislatif tahun 2004 menunjukkan angka partisipasi masyarakat sebesar 96% atau melampaui angka partisipasi masyarakat secara nasional dalam pilpres. Sedangkan pemilu legislatif tahun 2009, angka partisipasi masyarakat menurun Laporan Akhir EKPD 2009 31
  • 33. menjadi 78% atau berada di bawah capaian pemilu nasional. (5) Indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan presiden untuk pemilu 2004 mencapai angka 98% atau jauh diatas angka partisipasi masyarakat secara nasional. Sedangkan pemilu presiden tahun 2009, angka partisipasi masyarakat turun menjadi 82% namun angka ini relatif masih sejalan dengan angka partisipasi masyarakat secara nasional. Capaian pembangunan daerah Privinsi Sulawesi Tenggara Tenggara bidang demokrasi, diukur dari 5 indikator. Kelima indikator itu memperlihatkan capaian yang bervariasi. Oleh karena itu untuk dua indikator yang terkait dengan isu gender, yaitu Gender Development Indeks (GDI) dan Gender Epowerment Meassurement (GEM) dapat diakui telah mengalam kemajuan dibanding tahun/periode sebelumnya, namun belum sesuai dengan target dan sasaran yang ingin dicapai oleh pemerintah daerah. Demikian pula tiga indikator lainnya, yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada, pemilu legislatif dan pemilu presiden, secara umum menunjukkan penurunan angka partisipasi masyarakat jika dibandingkan antara pemilu sebelumnya (pemilu legislatif dan pemilu presiden 2004 dan 2009). Tentunya kondisi ini tidak memenuhi indikator efektivitas. 2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Dari tiga indikator yang dijadikan ukuran dalam menilai kinerja pada bidang pelaynan publik selama kurun waktu 2004-2009 di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, terlihat bahwa indikator yang tergolong spesifik dan menonjol adalah indikator ‘persetase jumlah aparat yang beijazah minimal S1” yang secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2004-2009. Capain indikator yang spesifik dan menonjol tersebut, tidak terlepas dari adanya kebijakan pemerintah daerah yang secara konsisten dari tahun ke tahun menyiapkan alokasi anggaran untuk pengembangan kapasitas aparatur di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, baik pengembangan melalui jalur pendidikan formal maupun pengembangan melalui jalur pendidikan informal. Jalur pendidikan formal meliputi pendidikan lanjut ke jenjang S-1 bagi tamatan SMA dan sederajat serta pendidikan lanjut ke jenjang S-2 bagi tamatan S-1. Secara rinci persentase aparat daerah yang berijazah minimal S-1 dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ; Laporan Akhir EKPD 2009 32
  • 34. Persentase Aparat Daerah Berijazah S-1 di Sultra 35 33 30 29 25 24 20 19 15 15 12 10 5 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gambar 3 : Persentase aparat daerah yang berijazah minimal S-1 di Sulawesi Tenggara kurun waktu 2004-2009 Untuk mendukung program pengembangan kemampuan sumber daya aparatur, maka dalam penyusunan APBD oleh pihak pemerintah memberi perhatian khusus melalui alokasi anggaran. Keberhasilan capaian indikator ini tidak terlepas dari dukungan politik pihak legislatif (DPRD) yang turut memberi persetujuan terhadap pengajuan anggaran yang dilakukan oleh pihak eksekutif. Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan kemampuan/kualitas sumber daya aparatur di daerah ini, tidak sekedar diupayakan melalui penyediaan anggaran setiap tahunnya, tetapi ditindaklanjuti malalui kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Melalui kerjasama tersebut memberi kesempatan kepada perguruan tinggi setempat untuk mengembangkan program studi tertentu dalam bentuk pembukaan kelas-kelas ekstensi. Berdasarkan capaian 5 indikator yang dijadikan rujukan dalam mengevalusi tingkat demokrasi di Provinsi Sultra, maka indikator yang tergolong menonjol dibandingkan dengan indikator lainnya, adalah indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan presiden. Fenomena yang menonjol dari indikator ini adalah penyelenggaraan pemilu presiden pada tahun 2004, ternyata angka partisipasi masyarakat mencapai 98%. Ini artinya bahwa angka golput hanya 2%. Kondisi ini memperlihatkan keberhasilan penyelenggaraan pemilu di tingkat lokal yang melampaui keberhasilan pemilu tingkat nasional. Dengan demikian angka partisipasi masyarakat sebesar 82%. Walaupun angka partisipasi masyarakat kelihatannya menurun pada pemilu presiden tahun 2009, namun angka tersebut masih pada batas yang tergolong tinggi, dimana angka golput hanya sekitar 18%. Laporan Akhir EKPD 2009 33
  • 35. 2.1.3. Rekomendasi Kebijakan Dengan berpedoman pada data capaian indicator hasil pelayanan public dan demokrasi di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, maka terlihat adanya beberapa indikator yang perlu mendapat perhatian oleh pemerintah daerah untuk ditingkatkan. Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang dipandang perlu untuk direkomendasikan sebagai berikut : 1. Perlu peningkatan penaganan yang serius terhadap kasus korupsi yang telah dilaporkan oleh masyarakat dengan cepat, tetap, adil, transparan dan tanpa tebang pilih. 2. Perlu pengembangan wawasan dan pengetahuan hukum bagi parat aparat penegak hukum, sehingga tidak semata-mata terpaku pada pasal-pasal aturan hukum, tetapi mampu melakukan penafsiran aturan hukum berdasarkan nilai-nilai keadilan yang lebih luas dan komprehensif atau dikenal sebagai rasa keadilan masyarakat. . 3. Perlu adanya komitmen pemeritah daerah untuk menaikkan jumlah anggaran pengembangan kapasistas aparatur secara konsisten dan berkesinambungan dari tahun ke tahun dan dilakukan secara simultan antara jalur pendidikan formal (dari tingkatan SMA dan sederajat ke jenjang S-1, S-2 dan S-3 secara proporsional) dan jalur pendidikan infromal (diklat teknis profesional dan penjenjangan/sespim). 4. Perlu untuk diefektifkan sistem pelayanan satu atap di setiap kabupaten/kota yang diiringi dengan kebijakan membuka peluang atau memperbesar kesempatan bagi staf/pegawai untuk mengikuti diklat- diklat teknis profesional. 5. Perlu pembenahan kelembagaan terkait pembangunan gender di daerah ini, baik pembenahan struktur organisasinya, maupun rekruitmen tenaga-tenaga profesional yang benar-benar memahami konsep dan isu Gender Development Indeks (GDI) dan konsep/issu Gender Empowerment Meassurement (GEM). 6. Perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja KPUD, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten kota se Provinsi Sulawesi Tenggara. Evaluasi ditujukan pada kemampuan profesional dalam mengemban fungsi KPU sebagai lembaga politik. Laporan Akhir EKPD 2009 34
  • 36. 2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 2.2.1. Capaian Indikator PENDIDIKAN Salah satu komponen mendasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui peningkatan kualtas pendidikan. Berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan, Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah ini. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, Pemerintah Daerah menetapkan rencana strategis Daerah (Renstrada) di bidang pendidikan yang memuat kebijakan Pemerintah Daerah di bidang Pendidikan, antara lain; (i) kebijakan dalam pemerataan da perluasan akses, (ii) kebijakan dalam peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, (iii) kebijakan dalam penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik.Kebijakan ini sudah sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat di bidang pendidikan sebagai pilar untuk meningkatkan indeks pembangungunan manusia Indonesia. Kebijakan tersebut kemudian dijabarkan kepada beberapa progam dan kegiatan. Meskipun Pemerintah Daerah memiliki komitmen sebagaimana yang tertuang di dalam rencana strategis daerah (Renstrada), tetapi secara umum masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara di bidang pendidikan adalah berkaitan dengan belum meratanya akses masyarakat terhadap pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil. Selain itu, masalah lainnya adalah berkaitan dengan masih sarana dan prasarana pendidikan sehingga mempengaruhi kualitas pendidikan di daerah ini. Untuk melihat kondisi existing capaian pendidikan 5 tahun terakhir di Sulawesi Tenggara dapat diketahui dari capaian indikator pendidikan, yaitu indikator angka partisipasi murni (APM), angka partispasi kasar (APK), rata-rata nilai akhir yang diperoleh siswa, persentase lulusan yang dicapai siswa pada ujian akhir, angka putus sekolah, angka melek aksara bagi penduduk usia 15 tahun ke atas, dan persentase jumlah guru yang layak mengajar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui bahwa ada peningkatan kualitas pendidikan dilihat dari beberapa indikator pendidikan dari tahun ke tahun di daerah ini dan peningkatan ini sudah sejalan dengan target dan tujuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Namun demikian diakui bahwa masih ada beberapa indikator yang belum sesuai dengan target yang nasional yang telah dicapai dan Laporan Akhir EKPD 2009 35
  • 37. ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Data dari setiap indikator dapat dilihat sebagai berikut. - Persentase angka partisipasi Murni (APM) SD. - Persentase rata-rata nilai akhir - Persentase angka putus sekolah - Persentase angka melek aksara 15 tahun ke atas - Persentase jumlah guru yang layak mengajar Adapun pencapaian kelima indikator output dan putcomes Provinsi Sulawesi Tenggara dan nasional secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara dan dari Bappenas Angka Partisipasi Murni (APM) SD Tahun 2004- 2008 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase APM SD di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun Persentase APM SD Sultra Nasional 2004 95,44 93,00 2005 95,31 93,30 2006 95,18 93,54 2007 95,94 93,75 2008 93,81 93,98 Sumber : Kantor Dinas Pendidikan Sultra dan Bappenas 2009 Indikator Angka Partisipasi Murni (APM) SD yang dicapai oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan capaian yang melebihi/di atas dari capaian nasional. APM SD di Sulawesi Tenggara pada tahun 2004 mencapai 95,44 %, tahun 2005 mencapai 95,31 %, tahun 2006 mencapai 95,18 %, tahun 2007 mencapai 95,94 %, tahun 2008 mencapai 93,81 %. Data APM SD pada tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan dengan data APM SD empat tahun. Meskipun demikian secara nasional masih sesuai dengan capaian APM SD secara nasional, yakni 93,96 %. Dibandingkan dengan APM SD di daerah ini yang mencapai rata-rata 95,25 %, maka jika dilihat dari Angka Partispasi Kasar (APK) SD pada tahun 2008 misalnya menunjukkan angka yang lebih tinggi, yakni 101,32 %. Laporan Akhir EKPD 2009 36
  • 38. Rata-Rata Nilai Akhir SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara, rata-rata nilai akhir SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase Rata-Rata Nilai Akhir SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun Persentase Rata-Rata Nilai Akhir di Persentase Rata-Rata Nilai Sultra Akhir Nasional SMP/MTs SMA/SMK/MA SMP/MTs SMA/SMK/MA 2004 4,09 4,30 4,80 4,77 2005 5,67 5,55 5,42 5,77 2006 5,67 5,74 5,42 5,94 2007 5,67 6,32 5,42 6,28 2008 6,35 6,33 6,05 6,35 Sumber : Kantor Dinas Pendidikan Sultra dan Bappenas 2009 Indikator rata-rata nilai akhir (ujian nasional) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seperti pada table 5. Capaian rata-rata nilai akhir di Sultra sudah sesuai dengan target yang diinginkan oleh Pemerintah Daerah dan capaian tersebut juga sejalan dengan capaian secara nasional, bahkan melebihi rata-rata nasional. Begitu pula rata-rata nilai akhir untuk jenjang SMA/SMK/MA dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan/peningkatan. Capaian rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA pada tahun 2004 sebesar 4,30, tahun 2005 rata-rata nilai akhir menjadi 5,55, kemudian capaian tersebut naik lagi pada tahun 2006 mencapai 5,74, tahun 2007 naik lagi menjadi 6,32, dan pada tahun 2008 naik sedikit menjadi 6,33. kenaikan capaian rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA tersebut cukup berarti sesuai dengan target dan yang diinginkan oleh Pemerintah Daerah. Dibandinkan dengan capaian rata-rata nilai akhir secara nasional, maka capaian rata-rata nilai akhir di Sulawesi Tenggara sudah sejalan dengan capaian nasional. Begitu pula jika dilihat dari angka persentase kelulusan yang dicapai di daerah in tiga tahun terakhir terus meningkat. Pada Tahun 2006, persentase kelulusan SMP/MTs/SMPLB mencapai 87,39 %, angka ini naik pada tahun 2007 yang mencapai 92,02 % dan naik lagi angka pesentase kelulusan pada tahun 2008, yakni mencapai 97,24 %. Pencapaian kenaikan angka persentase kelulusan tiga tahun terakhir ini menunjukkan prestasi yang baik dan sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Dnas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan Akhir EKPD 2009 37
  • 39. Angka Putus Sekolah di Sulawesi Tenggara dan Nasional Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara, angka putus sekolah SD Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel berikut ;. Tabel 6. Persentase Angka Putus Sekolah di Sulawesi Tenggara dan Nasional dalam Kurun Waktu Tahun 2004-2009 Persentase Angka Putus Persentase Angka Putus Sekolah Sekolah Prov. Sultra Nasional Tahun SD SMP/ SMA/ SD SMP/ SMA/ MTs SMK/MA MTs SMK/MA 2004 1,29 8,46 6,39 2,97 2,83 3,14 2005 8,18 3,71 2,20 3,17 1,97 3,08 2006 1,57 4,35 3,19 2,41 2,88 3,33 2007 1,35 3,46 5,66 1,81 3,94 2,68 2008 1,32 1,97 2,49 - - Sumber : Diknas Sulawesi Tenggara Berdasarkan Table 6 Indikator angka putus sekolah di Sulawesi Tenggara mengalami fluktuasi untuk angka putus sekolah jenjang pendidikan dasar (SD) dan pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup berarti.. Penurunan angka putus sekolah tersebut sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara. Untuk angka putus sekolah jenjang SMP/MTs juga mengalami fluktuasi capaian, tetapi fluktuasi capaian tersebut hanya terjadi pada tahun 2005-2007. Pada tahun 2004, angka putus sekolah SMP/MTs mencapai 8,46 %, angka putus sekolah ini mengalami penurunan sehingga pada tahun 2005 angka putus sekolah tersebut sebesar 3,71 %, tapi pada tahun 2006 naik angkanya dan pada tahun 2006 tersebut mencapai 4,35 %, tahun 2007 turun menjadi 3,46 %, dan pada tahun 2008 mencapai 1,97 %. Untuk angka putus sekolah jenjang SMA/SMK/MA juga mengalami fluktuasi jumlah capaiannya. Angka putus sekolah SMA/SMK/MA pada tahun 2004 mencapai 6,39 %, turun pada tahun 2005 menjadi 2,20 %, naik pada tahun 2006 mencapai 3,19, naik lagi pada tahun 2007 mencapai 5,66 %, tetapi pada tahun 2008 menurun menjadi 2,49 %. Dibandingkan dengan capaian secara nasional, khusus untuk persentase angka putus sekolah tingkat SD sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian nasional. Akan tetapi untuk persentase angka putus sekolah untuk tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA jumlah persentasenya di Sulawesi Tenggara masih relatif lebih besar dibandingkan dengan persentase secara nasional. Laporan Akhir EKPD 2009 38
  • 40. Angka Melek Aksara di Sulawesi Tenggara dan Nasional Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara dan data Bappenas, angka melek aksara 15 tahun ke atas Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel berikut ;. Tabel 7. Persentase Angka Melek Aksara 15 Tahun KeAtas di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun Persentase Angka Melek Aksara 15 Tahun Ke Atas Sultra Nasional 2004 90,73 90,40 2005 91,33 90.90 2006 92,03 91,50 2007 93,05 91,87 2008 94,50 92,19 Sumber : Diknas Sulawesi Tenggara Indikator angka melek aksara usia penduduk 15 tahun ke atas mengalami peningkatan capaiannya dari waktu ke waktu. Capaian ini sudah sesuai dengan target Pemerintah Daerah. Angka melek aksara usia 15 tahu ke atas tahun 2004 mencapai 90,73 %, naik pada tahun 2005 mencapai 91,33 %, dan naik lagi pada tahun 2006 mencapai 92,03 %, terus naik lagi tahun 2007 mencapai 93,05 %, dan pada tahun 2008 mencapai 94,50 %. Hal ini tidak terlepas dari semakin responsifnya masyarakat Sulawesi Tenggara terhadap pentingnya pendidikan. Dibandingkan dengan capaian persentase angka melek aksara isa 15 tahu ke atas, maka capaian angka melek aksara usia 15 tahun ke atas di Sulawesi Tenggara sedikit di atas capaian angka nasional. Jumlah Guru Yang layak Mengajar di Sulawesi Tenggara dan Nasional Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara, jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar di Sulawesi Tenggara dan Nasional dalam Kurun Waktu Tahun 2004-2009 Tahun Persentase Jumlah Guru Yang Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar Prov. Sultra Layak Mengajar Nasional SMP/MTs SMA/SMK/MA SMP/MTs SMA/SMK/MA 2004 81,64 81,84 81,12 69,47 2005 81,54 84,82 81,01 72,44 2006 80,92 86,51 78,04 82,55 2007 91,30 90,15 86,26 84,05 2008 92,30 91,40 - - Sumber : Diknas Sulawesi Tenggara Laporan Akhir EKPD 2009 39