SlideShare a Scribd company logo
1 of 95
Download to read offline
KATA PENGANTAR


Kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Propinsi Papua tahun 2010
merupakan kegiatan lanjutan EKPD tahun         sebelumnya yang dimulai sejak    2007.
Penulisan laporan EKPD tahun ini dilakukan oleh tim independen dari Universitas
Cenderawasih.


Kegiatan EKPD 2010 merupakan yang keempat dari pelaksanaan kerjasama antara
Bappenas dan 33 perguruan tinggi di Indonesia yang mana Universitas Cenderawasih
merupakan salah satu dari 33 perguruan tinggi tersebut. Pada prinsipnya kerjasama ini
memberikan makna cukup strategis bagi kedua pihak dalam mengawal proses
pelaksanaan agenda pembangunan di Provinsi Papua. Tim indipenden Universitas
Cenderawasih berusha memberikan penilaian kritis terhadap hasil evaluasi kinerja
pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Papua. Selanjutnya Bappenas
menggunakan hasil evaluasi tersebut sebagai salah satu acuan perbaikan dan
penyempurnaan kebijakan pembangunan nasional. Manfaat penting lainnya dari proses
kerjasama ini yakni terjadi proses pembelajaran bersama       diantara para pihak yang
melakukan kerjasama dalam perspektif yang lebih luas.


Terdapat aspek utama dalam mengevaluasi EKPD 2010 dalam RPJMN 2004-2009 di
daerah Provinsi Papua yaitu untuk menganalisa relevansi antara RPJMN 2010–2014 dan
RPJMD. Esensi evaluasi untuk mengetahui capaian dan relevansi pelaksanaan agenda
pembangunan nasional agenda pembangunan daerah. Utimate goalnya adalah apakah
pelaksanaan agenda pembangunan        sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dan
apakah dampak dari pelaksanaan agenda pembangunan tersebut membawa perubahan
dan kemajuan di masyarakat.


Semoga laporan EKPD ini dapat memberikan manfaat bagi pembangunan di Provinsi
Papua.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          2 
DAFTAR ISI

Kata Pengantar                                                                                                                i

Daftar Isi                                                                                                                   ii


BAB I PENDAHULUAN
     Latar belakang...................................................................................................       4
     Tujuan dan Sasaran..........................................................................................            5
     Keluaran............................................................................................................    6

BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009
  A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI
       1. Indikator.....................................................................................................     7
       2. Analisis Pencapaian Indikator...................................................................                   7
       3. Rekomendasi Kebijakan............................................................................                  9

     B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS
        1. Indikator......................................................................................................   10
        2. Analisis Pencapaian Indikator....................................................................                 10
        3. Rekomendasi
           Kebijakan.............................................................................                            14
     C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
        1. Indikator....................................................................................................     15
        2. Analisis Pencapaian Indikator..................................................................                   15
        3. Rekomendasi Kebijakan...........................................................................                  30
     D. KESIMPULAN.................................................................................................          31

BAB III. RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI
       1. Pengantar.................................................................................................         34
       2. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional………….                                                      36
       3. Rekomendasi
          a. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi Papua..............................                                         74
          b. Rekomendasi Terhadap RPJMN........................................................                              75

BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
      1. Kesimpulan...............................................................................................           77
      2. Rekomendasi............................................................................................             81

LAMPIRAN                                                                                                                     83




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                                                           3 
BAB I
                                           PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Evaluasi
    Menurut Undang - Undang (UU) No. 25                    Tahun      2004      tentang       Sistem
    Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan                        evaluasi     merupakan
    salah   satu dari empat tahapan            perencanaan     pembangunan         yang     meliputi
    penyusunan,       penetapan, pengendalian perencanaan serta              evaluasi pelaksanaan
    perencanaan. Sebagai          suatu tahapan        perencanaan      pembangunan,        evaluasi
    harus    dilakukan     secara      sistematis dengan mengumpulkan           dan menganalisis
    data    serta    informasi    untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan
    kinerja pembangunan tersebut dilaksanakan.
    Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang              Rencana     Pembangunan          Jangka
    Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai
    dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
    Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah
    (Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana
    pelaksanan RPJMN tersebut.
    Saat ini    telah     ditetapkan       Peraturan    Presiden     No. 5 Tahun 2010 tentang
    Rencana Pembangunan            Jangka Menengah Nasional ( RPJMN ) Tahun 2010 –
    2014.    Siklus pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu
    sama dengan siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan                    RPJMN
    2010 - 2014 ini tidak bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka
    Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam
    RPJMD tidak selalu mengacu pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu
    perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas/program antara RPJMN dengan RPJMD
    Provinsi.
2
    Di dalam        pelaksanaan      evaluasi ini,      dilakukan dua    bentuk    evaluasi    yang
    berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional                          (RPJMN).
    Yang pertama        adalah    evaluasi     atas    pelaksanaan    RPJMN      2004 - 2009    dan
    yang kedua penilaian keterkaitan antara RPJMD dengan RPJMN 2010-2014.
    Metode yang digunakan dalam evaluasi                 pelaksanaan RPJMN 2004-2009 adalah
    evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran)
    dengan mengacu pada             tiga   agenda      RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda Aman
    dan Damai; Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                                   4 
Untuk mengukur             kinerja    yang      telah    dicapai     pemerintah        atas pelaksanaan
  ketiga agenda tersebut, diperlukan identifikasi dan analisis indikator pencapaian.
  Sedangkan          metode      yang       digunakan         dalam      evaluasi        relevansi    RPJMD
  Provinsi        dengan      RPJMN       2010 - 2014 adalah           membandingkan keterkaitan 11
  prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya               dengan      prioritas    daerah.     Selain     itu
  juga mengidentifikasi potensi local dan prioritas daerah yang tidak ada dalam
  RPJMN 2010 - 2014. Adapun prioritas nasional dalam RPJMN 2010 - 2014 adalah
  1) Reformasi Birokrasi               dan Tata    Kelola,      2)    Pendidikan, 3)        Kesehatan,     4)
  Penanggulangan Kemiskinan, 5) Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7) Iklim
  Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan                         Hidup      dan Pengelolaan
  Bencana,         10)      Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca - konflik,                      11)
  Kebudayaan,         Kreativitas        dan      Inovasi         Teknologi     dan 3 prioritas lainnya
  yaitu    1) Kesejahteraan             Rakyat     lainnya,       2) Politik, Hukum, dan K eamanan
  lainnya, 3) Perekonomian lainnya.
  Hasil    dari     EKPD 2010           diharapkan      dapat     memberikan          umpan     balik pada
  perencanaan pembangunan daerah untuk                        perbaikan       kualitas     perencanaan di
  daerah.      Selain itu,      hasil     evaluasi        dapat       digunakan     sebagai     dasar bagi
  pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan daerah.
  Pelaksanaan EKPD dilakukan                   secara     eksternal     untuk      memperoleh        masukan
  yang lebih independen terhadap                  pelaksanaan         RPJMN di daerah. Berdasarkan
  hal tersebut, Bappenas cq. Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan melaksanakan
  kegiatan Evaluasi           Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) bekerja sama dengan
  33      Perguruan Tinggi selaku evaluator eksternal dan dibantu oleh stakeholders
  daerah. Pelaksanaan EKPD 2010                   akan     dilaksanakan         dengan     mengacu       pada
  panduan yang terdiri dari Pendahuluan, Kerangka                        Kerja Evaluasi, Pelaksanaan
  Evaluasi, Organisasi dan Rencana Kerja EKPD 2010, Administrasi dan Keuangan
  serta Penutup.


B. Tujuan dan Keluaran Evaluasi
  Tujuan kegiatan ini adalah:
  1. Untuk        melihat    sejauh      mana      pelaksanaan          RPJMN         2004 - 2009      dapat
       memberikan kontribusi pada pembangunan di daerah;
  2. Untuk mengetahui sejauh                   mana keterkaitan prioritas / program (outcome )
       dalam       RPJMN       2010 - 2014 dengan prioritas / program                    yang   ada dalam
       Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                                           5 
Keluaran dari kegiatan evaluasi meliputi:
  1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan          RPJMN 2004 - 2009
     untuk setiap provinsi;
  2. Tersedianya     dokumen      evaluasi    keterkaitan   RPJMD       Provinsi   dengan
     RPJMN 2010 – 2014.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          6 
BAB II
                HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009



   A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI
   1. Indikator
       Untuk mewujudkan Indonesia yang aman dan damai ,terdapat beberapa indikator
       utama yang dipergunakan yaitu : Indeks Kriminalitas, presentase penyelesaian
       kasus kejahatan konvensional, presentase penyelesaian kasus kejahatan
       transnasional dan kasus-kasus korupsi di daerah.
   2. Analisis Pencapaian Indikator
       Untuk mewujudkan pembangunan Indonesia khusus di Papua yang aman dan
       damai maka faktor-faktor tersebut dianalisis sebagai berikut :


          Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai




       Indeks kriminalitas dari tahun 2004-2009 menunjukan peningkatan signifikan dari
       66,70% hingga 100%. Angka peningkatan tersebut disebabkan oleh keterbukaan
       wilayah dan kemudahan       akses informasi serta transportasi pada     beberapa
       wilayah di Papua sebagai konsekuensi pemekaran wilayah. Peningkatan jumlah
       fasilitas transportasi disisi lain juga mendukung pemerataan dan pertumbuhan
       ekonomi daerah, namun         sebaliknya seiring dengan itu      angka kejahatan
       mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada 2 (dua) tahun terkahir atau tahun



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          7 
2007 hingga tahun 2009 laju peningkatan presentase tindak kriminalitas melonjak
       dari 88,84 % hingga mencapai 100% tindak kriminalitas.
       Cenderawasih Pos (media lokal) 15 September 2010 memberitakan bahwa
       terhubungnya akses jalan darat antara kota Jayapura dan beberapa Kabupaten
       seperti ; Kabupaten Jayapura, Keerom dan Sarmi menjadi pemicu meningkatnya
       kasus pencurian kendaraan bermotor.
       Faktor lainnya     yaitu jumlah penduduk di pusat-pusat      kota terus meningkat
       terutama Kota Jayapura sebagai ibu kota Propinsi Papua. Kaum migran yang
       masuk ke jayapura datang dari berbagai daerah baik luar papua maupun papua.
       Kebanyakan dari mereka tidak memiliki pekerjaan tetap yang secara tidak
       langsung berkontribusi terhadap peningkatan angka pengangguran , sedangkan
       lapangan kerja yang tersedia relativ terbatas.
       Kejahatan konvensional yang menonjol terjadi di Papua yaitu woman traficking
       karena adanya keterbukaan wilayah dan peningkatan dana pembangunan setiap
       melalui dana Otonomi Khusus Papua menjadi daya tarik tersendiri bagi para
       pencari kerja dari berbagai profesi termasuk aktivitas woman traficking.
       Selain itu, kasus kejahatan konvensional yang menonjol lainnya yaitu konflik
       horisontal antar suku di kalangan penduduk asli yang mengakibatkan korban jiwa
       dan harta benda. Konflik antar suku merupakan fenomena bola apa dalam sekam
       yang sewaku-waktu dapat saja meledak tergantung dari faktor pemicu dan
       suasana yang mendukung. Arus modernisasi yang demikian kuat dan menjadi
       trend nilai bersama menimbulkan benturan-benturan dengan nilai-nilai lokal yang
       dipahami secara berbeda-beda oleh setiap suku-suku asli di papua. Kondisi
       tersebut menyebabkan benturan nilai tak terhindarkan oleh faktor-faktor pemicu
       yang sensitiv sifatnya.
       Secara kuantitatif sejumlah kasus yang terjadi selama lima tahun periode
       pembangunan dapat diselesaikan oleh aparat penegak hukum secara maksimal,
       namun secara kualitativ kasus-kasus konflik horisontal masih belum maksimal
       hasilnya mengingat keberagaman suku dan budaya menjadi titik rawan terjadinya
       konflik karena tidak didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang
       memadai.
       Upaya penyelesaian kasus kejahatan konvensional dilakukan secara serius dan
       intensiv   oleh institusi   penegak hukum. Hal ini dibuktikan dengan presentase
       penyelesaian kasus kejahatan dari tahun 2004-2009 mampu diselesaikan tuntas.
       Penangan terhadap kasus-kasus tersebut pada tahun 2008 hingga tahun 2009
       sudah mencapai angka 98%. Penanganan kasus-kasus kejahatan konvensional



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          8 
terus dilakukan secara transparan dan terbuka untuk mengeliminir gesekan-
       gesekan yang sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu menjadi komoditas
       politik sehingga turut berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap
       proses pelaksanaan pembangunan di wilayah Papua.


       Sementara itu, untuk tingkat presentase penyelesaian kasus-kasus kejahatan
       trans nasional mampu di atasi dengan baik. Untuk tahun 2004-2009, penyelesaian
       terhadap kasus kejahatan trans nasional mampu diselesaikan 100%. Mengingat
       laju tingkat kejahatan tersebut tidak sebesar tindak kriminalitas di daerah. Papua
       New Guinea sebagai negara tetangga untuk saat ini belum menjadi sebuah
       wilayah yang memiliki daya tarik ekonomi sehingga kejahatan transnasional masih
       dikategorikan belum membahayakan. Oleh karena itu, institusi penegak hukum
       seperti kepolisian dan kejaksaan RI      hingga   saat ini mampu menyelesaikan
       kasus-kasus tersebut secara baik.




   3. Rekomendasi Kebijakan
       Berdasarkan hasil analisis di atas, berikut dirumuskan             beberapa butir
       rekomendasi kebijakan sebagai berikut :
       a. Pemerintah daerah perlu bekerjasama dan berkoordinasi secara intensive
          dengan aparat penegak hukum guna mencermati dinamika pembangunan
          daerah dan perubahan-perubahan yang            demikian cepat        tentu saja
          berimplikasi luas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
       b. Pemerintah daerah perlu meningkatkan sistem pengawasan dan pengamanan
          secara intensive dan       ketat terhadap arus keluar barang dan mobilisasi
          manusia ke Papua melalui beberapa pintu masuk terutama jalur laut dan
          darat di daerah perbatasan.
       c. Perlu ditetapkan      peraturan daerah yang mengatur tentang tata tertib arus
          keluar - masuk barang        ke Papua dan juga kependudukan dan ketenaga
          kerjaan di tingkat propinsi agar dapat menekan tindak kejahatan konvensional
          dan trans nasional.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          9 
B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS
       1. Indikator
          Untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis maka 2 (dua) aspek
          sebagai cermin dari agenda tersebut yaitu : Pelayanan Publik dan Demokrasi.
          Untuk pelayanan publik      menggunakan      beberapa indikator kunci yaitu :
          Kasus-kasus korupsi di Papua, Presentase Kabupaten/ kota yang memiliki
          peraturan daerah satu atap dan presentase instansi (SKPD) Provinsi yang
          memiliki peraturan wajar dengan pengecualian (WDP). Sedangkan demokrasi
          mempergunakan indikator outcome masing-masing                 : melihat Gender
          Development Index (GDI), Gender Empowerment Measurement (GEM) dan
          Index Pembangunan Manusia (IPM).


       2. Analisis Pencapaian Indikator
          a. Penyelesaian Kasus Korupsi

          Motif korupsi yang terjadi di Papua memiliki tipe dan cirri tersendiri.
          Peningkatan terhadap kasus-kasus korupsi sangat significan sebagai akibat
          dari penyalahgunaan wewenang tugas yang diberikan seperti tersaji dalam
          grafik berikut :




                                                                Presentase kasus
                                                                korupsi yang
                                                                tertangani
                                                                dibandingkan
                                                                dengan yang
                                                                dilaporkan (%)




           Dari tabel di atas tentang penangan kasus-kasus korupsi di propinsi Papua
           daerah. Nampak bahwa kasus-kasus korupsi berhasil ditangani aparat



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          10 
penegak hukum meningkat signifikan selama lima tahun. Penanganan kasus
           mencapai 80 % yaitu pada tahun 2008 dan 2009.
           Peningkatan penanganan kasus korupsi di Papua disebabkan oleh adanya
           desakan yang begitu kuat di tengah-tengah masyarakat berkenaan dengan
           maraknya fenomena korupsi yang dilakukan secara terang-terangan terutama
           oleh para pejabat publik dan politisi.
           Hanya saja bila dicermati kritis bahwa jumlah kasus yang dilaporkan tersebut
           relative kecil dibandingkan dengan fakta di lapangan. Ada juga            sejumlah
           kasus yang dilaporkan , namun hanya berakhir pada tingkat penyidikan dan
           penyelidikan dengan berbagai argument hukum yang dianggap belum cukup
           bukti dan    lain-lain.     Tiga kasus menonjol yang berhasil ditangani pihak
           penegak hukum yaitu bupati Yapen, Supiori dan bupati Boven Digoel. Ketiga
           pejabat tersebut kasusnya ditangani langsung oleh Komisi Pemberatasan
           Korupsi sehingga proses hukumnya bisa berjalan lancar, cepat dan efektiv.
           Sejumlah penyebab maraknya fenomena korupsi di Papua , namun seolah-
           olah dibiarkan oleh masyarakat yaitu ;           kultur kekuasaan dan politik yang
           mendukung praktek korupsi dibiarkan terus berlangsung, polarisasi etnis yang
           tinggi dengan kecenderungan ikatan primordial yang kuat menyebabkan
           control sosial menjadi lemah. Selain itu proses akulturasi (masuknya nilai-nilai
           baru yang besifat ekonomi uang) dan yang                tidak kalah penting yaitu
           lemahnya law enforcement dan integritas para penegak hukum (kentalnya
           budaya feodal).



           b. Pelayanan Publik

           Pelayanan    publik       secara   baik   dari   pemerintah   kepada    masyarakat
           menunjukan bukti bahwa pemerintah telah melaksanakan tugas dan fungsi
           untuk lebih bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan dari
           masyarakat. Sistem birokrasi dalam sistem pelayanan baik dalam mekanisme
           pembuatan peraturan daerah satu atap dan presentase instansi (SKPD)
           Provinsi yang memiliki pelaporan wajar tanpa pengecualian terlihat di bawah




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                             11 
grafik                                                                    berikut:




                                                               Presentase
                                                               Kabupaten/ Kota
                                                               yang memiliki
                                                               Peraturan Daerah
                                                               atau Atap (%)

                                                              Presentase Instansi
                                                              (SKPD) Propinsi yang
                                                              memiliki pelaporan
                                                              Wajar Dengan
                                                              Pengecualian (WDF)




           Data pada table diatas tentang pelayanan publik dengan indikator masing-
           masing : peraturan daerah pelayanan satu atap dan laporan penggunaan
           keuangan Negara dengan opini wajar tanpa pengecualian.
           Indikator Peraturan daerah pelayanan satu atap menunjukkan bahwa
           presentase kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah satu atap belum
           terbentuk di seluruh Kabupaten. Satu-satunya Perda satu atap hanya terdapat
           di propinsi yaitu Dispenda Propinsi dan pihak Kepolisian. Kendala-kendalanya
           ; pemerintah propinsi melalui Biro Hukum belum memfasilitasi terbentuknya
           kerangka peraturan daerah satu atap, kualifikasi pendidikan aparatur di
           bidang hukum terbatas, aparatur yang cakap dan kompeten sesuai bidang
           tugas relartiv rendah serta      kurangnya pemahaman aparatur tentang
           semangat    otonomi   daerah    menyebabkan     lemahnya     koordinasi     antar
           tingkatan pemerintahan (propinsi dan kabupaten).
           Selain itu indikator Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dikategori opini wajar
           tanpa pengecualian. Seluruh SKPD di propinsi Papua belum berada pada
           kategori opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Tingkat kemajuan yang
           dicapai umumnya berada pada kategori opini Wajar Dengan Pengecualian
           (WDP). Trend WDP di Papua cenderung meningkat karena pembinaan
           melalui pelatihan dan hasil-hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan
           dan Pembangunan (BPKP) terus ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah untuk




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          12 
didiperbaiki dan disempurnakan sesuai tata kelolah system keuangan negara
           untuk kepentingan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah.


           c. Demokrasi

           Aggenda pembangunan yang adil di Indonesia yang dilaksanakan di propinsi
           Papua yang menampilkan indikator demokrasi disajikan pada grafik bawah
           ini :




                                  Gender Development Index
                                  Gender Empowerment Measurement
                                  Index Pembangunan Manuasia



           Indikator demokrasi yang digunakan masing-masing : Gender Development
           Index (GDI), Gender Empowerment Measurement (GEM) dan Index
           Pembangunan Manusia (IPM).
           Nilai GDI dan GEM memperlihatkan trend perkembangan yang paralel.
           Kedua indikator tersebut perkembangannya fluktuativ selama lima tahun
           dengan tingkat kecenderungan meningkat.
           GDI dan GEM mencapai persentase maksimal pada tahun 2009 yaitu sekiar
           58 – 60 percent. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi peningkatan
           persentase dari kedua indikator output tersebut (GDI dan GEM) yaitu :
           Kebijakan affirmative dalam semangat Otonomi Khusus Papua yakni
           pemberdayaan dan keberpihakan sumber daya manusia. Issu gender tentu
           saja menjadi bagian dari semangat pemberdayaan dimaksud.                Tingkat
           responsive dan sensitie gender pemerintah cukup baik. Selain itu, komitmen
           pemerintah daerah terhadap gender ditandai dengan            peningkatan status
           kantor   pemberdayaan      perempuan      menjadi    Badan      Pemberdayaan



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                           13 
Perempuan. Konsekuensinya ; ruang lingkup menjadi luas, pembiayaan
           meningkat    dan     program-program      peningkatn    kapasitas       perempuan
           meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa porsi pemberdayaan
           dan keberpihakan      kepada perempuan semakin mendapat tempat dalam
           proses pembangunan di Papua.


           Index Pembangunan Manusia menghalami peningkatan                 secara periodik
           hingga pada tahun 2009. IPM Papua menampilkan perubahan peningkatan
           yang berbeda pada periode waktu berjalan. Pada tahun 2004-2007 nilai IPM
           meningkat dari angka 60,90 mencapai 63,41, namun pada tahun 2008
           mengalami penurunan menjadi 57,17.          Penurunan   tersebut       dipengerauhi
           oleh pengelolaan kebijakan pendidikan dianggap belum efektiv yang ditandai
           dengan angka putus sekolah tingkat Sekolah Dasar masih tinggi dan kualitas
           output dari hasil pengelolahan kebijakan pendidikan relative rendah. Faktor
           lainnya, kebijakan pembangunan di bidang kesehatan juga belum optimal
           terutama pelayanan kesehatan dasar di wilayah-wilayah terpencil.
           Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Index pembangunan manusia di
           Papua mengalami peningkatan selama satu periode pemerintahan namun
           peningkatan tersebut         belum signifikan seiring dengan perkembangan
           kemajuan     di era informasi dan tehnologi. Dengan kata lain perkembangan
           IPM      Papua      selama    satu    periode   pemerintahan    relative    lambat
           perkembangannya


           3. Rekomendasi Kebijakan
           Memperhatikan uraian dan analisis yang disajikan diatas, berikut beberapa
           butir rekomendasi yang dapat dikemukakan tentang indikator demokrasi
           sebagai berikut :
           1. Sinyalemen masih maraknya korupsi di Papua, maka             disarankan perlu
              dibentuk suatu    lembaga pengawas independen atau setingkat dengan
              Komisi Pemberatasan Korupsi             di daerah yang diatur            dengan
              Undang - Undang agar dapat mengontrol dan mengawasi setiap pelaku
              pembangunan.      Selain    itu,   perlu diprogramkan secara intensive dan
              kesinambungan peningkatan kapasitas tenaga teknis pengelola keuangan
              daerah.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                            14 
2. Kebijakan affirmative gender yang telah mendapatkan porsi dalam proses
              pembangunan di propinsi Papua       perlu terus dikawal agar peningkatan
              kualitas dari proses tersebut dapat membuahkan hasil maksimal seiring
              dengan berjalannya waktu dan tuntutan jaman.
           3. Perhatian terhadap peningkatan dan pengembangan sumber daya
              manusia Papua perlu ditangani secara mendasar dan komprehensiv
              melalui sebuah konsep yang dapat mensinergikan antara system
              pendidikan modern dan kondisi obyektif daerah (budaya lokal).
           4. Indeks IPM Papua memperlihatkan kecenderungan peningkatan , namun
              lambat kemajuannya. Oleh karena        itu   perlu ada kebijakan dibidang
              pendidikan dan kesehatan yang sinergis dan terintegrasi sehingga dapat
              memperbaiki kualitas hidup rakyat di Papua , terutama penduduk asli
              Papua.




   C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
       1. Indikator
          Untuk mengetahui       tingkat kesejahteraan masyarakat di propinsi Papua
          menggunakan beberapa indikator acuan yaitu : Pendidikan, Pengelolaan
          Sumberdaya Alam meliputi (sektor : Pertanian, Kehutanan dan Kelautan),
          Infrastruktur, Ekonomi Makro, Nilai Investasi, Kesehatan dan Keluarga
          Berencana.


       2. Analisis Pencapaian Indikator
           a. Pendidikan

           Untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu negara atau wilayah dapat
           dilakukan diantaranya     menampilkan angka partisipasi masyarakat yang
           mengenyam pendidikan pada berbagai jenjang. Untuk mengetahui tingkat
           perkembangan pendidikan masyarakat di Papua dapat disajikan pada grafik
           bawah ini :




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          15 
Partisipasi   Pendidikan Masyarakat




           Tingkat partisipasi pendidikan masyarakat     diindikasikan masing-masing :
           Angka Partisipasi Murni tingkat SD, Angka Partisipasi Kasar tingkat SD, rata-
           rata nilai akhir tingkat SMP, rata-rata nilai akhir tingkat menengah, angka
           putus sekolah tingkat SD, angka putus sekolah tingkat SMP dan angka putus
           sekolah tingkat menengah.
           Data pada grafik diatas tentang     tingkat partisipasi masyarakat di dalam
           pendidikan memperlihatkan perkembangan yang fluktuatif.              Beberapa
           indikator output pendidikan memperlihatkan trend positive peningkatannya ,
           namun ada sebagian indikator output lainnya memperlihatkan trend negative
           dalam artian terjadi penurunan.
           Angka partisipasi murni tingkat sekolah dasar cenderung meningkat pada tiga
           tahun terakhir atau dari tahun 2007-2009 yakni sebesar empat percent dari
           80,92 - 84,90%. Kondisi ini berbeda dengan angka partisipasi kasar murid SD
           pada periode waktu yang sama, dimana nilai partisipasi menurun dari 101, 01
           menjadi 97,83%.
           Angka kelulusan dari 3,94 melonjak 2 kali lipat menjadi 6,03 untuk angka
           kelulusan nilai akhir sekolah menengah tingkat pertama selama dua tahun
           berturut-turut pada tahun 2007 dan 2008. Peningkatan angka kelulusan
           tersebut setelah dikonfrontir dengan beberapa guru yang terlibat di tingkat
           SMU mengindikasikan bahwa hasil lulusan tersebut tidak murni hasil kerja
           keras para murid tetapi sebenarnya tingkat kelulusan Ujian Akhir Nasional
           dipengaruhi oleh intervensi   kebijakan terselubung   dari instansi tehnis ke
           sekolah-sekolah untuk membantu kelulusan para siswa.


Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          16 
Kebijakan penanganan angka melek huruf          tidak   mengalami perubahan
           signifikan. Antara tahun 2004 hingga 2007 angka perkembangan melek huruf
           tetap berada pada angka 74 %. Sedangkan di tahun 2008-2009 sedikit
           mengalami peningkatan yaitu 75%. Perhatian pemerintah daerah terhadap
           masalah angka melek huruf ini masih terasa kurang mendapat perhatian yang
           memadai.
           Peningkatan kesejahteraan dan tuntutan terhadap kualifikasi pendidikan para
           guru dalam meningkatkan kualitasnya terus mendapat pemerintah. Hal
           tersebut tercermin dari angka kelayakan guru di tingkat SMP yang cukup baik
           dari tahun 2008-2009 meningkat secara baik hingga mencapai 91,28%.
           Berbagai kebijakan dan program telah dilakukan secara intensive dan serius
           oleh pemerintah daerah melalui instansi tehnis terkait, bahkan alokasi
           anggaran pembangunan melalui sector pendidikan memperoleh porsi terbesar
           dibandingkan dengan sector-sektor prioritas lainnya sepert : kesehatan,
           ekonomi kerakyatan dan infrastruktur dasar.
           Memperhatikan grafik diatas     nampak pengelolaan pendidikan cenderung
           fluktuativ dan hanya menekankan output serta dari pengelolaan menonjolkan
           aspek kuantitativ dari pada proses kualitatif , maka bisa dipastikan bahwa
           perkembangan penyelenggaraan pendidikan di propinsi Papua relative lambat
           kemajuannya. Ada sejumlah faktor yang berpengaruhi terhadap lambatnya
           perkembangan pengelolaan pendidikan di Papua, yakni : Kebijakan dan
           strategi pengelolaan pendidikan masih menggunakan pola yang sama dari
           waku ke waktu, porsi pengelolaan kebijakan pada level pendidikan menengah
           dan tinggi lebih besar dibandingkan dengan pendidikan dasar. Selain itu
           manfaat pengelolaan kebijakan pendidikan cukup terasa di wilayah perkotaan
           dibandingkan dengan wilayah pinggiran dan kampung-kampung, dan masalah
           klasik dari waktu ke waktu yaitu tingkat kesejahteraan termasuk minimnya
           ketersediaan sarana dan prasarana.


           b. Kesehatan

           Pengukuran tentang tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari
           indikator kesehatan masyakat pada suatu daerah. Sektor Kesehatan
           merupakan salah satu leading sector di era otonomi Khusus Papua saat ini.
           Berikut    tampilan grafik tentang perkembangan pembangunan bidang
           kesehatan selama periode tahun 2004-2009, sebagai berikut :



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          17 
Grafik diatas tentang indikator output dari sector kesehatan menunjukan trend
           fluktuativ yang menurun pada dua tahun terakhir 2008-2009. Angka gizi buruk
           dan kurang cenderung menurun. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa
           pemerintah daerah     member perhatian besar melalui         berbagai kebijakan
           untuk menekan angka gizi buruk dan kurang , dan telah memberikan hasil
           positive.
           Sedangkan tingkat kematian mengalami penurunan terutama pada tahun
           2008-2009, namun penurunan angka tersebut relative masih lambat karena
           angka kematian bayi masih cukup tinggi yaitu mencapai hampir 70% dalam
           tahun 2008-2009. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
           nampak jelas bahwa belum memperlihatkan perubahan signifikan terhadap
           penurunan tingkat angka kematian bayi di Papua. Kondisi ini perlu menjadi
           perhatian pemerintah daerah agar dapat mengevaluasi             kebijakan dan
           program yang dilaksanakan selama ini dan merumuskan ulang disesuaikan
           disesuaikan dengan kondisi saat ini dan sumber daya yang tersedia.
           Tingka harapan hidup penduduk di Papua selama lima tahun terakhir
           mengalami perubahan walaupun tingkat perubahannya relative kecil dan
           lambat. Secara keseluruhan menunjukan hasil positi karena tingkat harapan
           hidup penduduk di Papua      yaitu mencapai usia 70 tahun. Artinya bahwa
           peningkatan t ersebut seiring dengan ada kemajuan di bidang kesehatan dan
           diikuti juga dengan pelayanan kesehatan semakin menjangkau masyarakat.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                           18 
Kebijakan lain yang menonjol di bidang kesehatan yaitu        pemberian kartu
           gratis bagi masyarakat miskin.
           Bila dicermati secara kritis tentang pelayanan kesehatan dapat dikatakan
           bahwa pelayanan kesehatan di wilayah perkotaan semakin baik karena
           didukung dengan kebijakan dan keterjangkuan pelayanan serta ketersediaan
           tenaga medis dan sarana kesehatan. Sedangkan di wilayah pinggiran dan
           pedalaman belum optimal pelayanan kesehatan sehingga belum berdampak
           terhadap tingkat kualitas kehidupan masyarakat.
           sejumlah hambatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan di wilayah
           pinggiran yang belum maksimal      yakni antara kebijakan dan implementasi
           belum dapat berjalan maksimal      disebabkan oleh    diantaranya ; birokrasi
           pelayanan yang cukup panjang, terbatasnya tenaga medis pada level
           kampung dan kondisi geografis dengan tingkat kesulitan yang khas pada
           setiap wilayah serta terbatasnya prasarana dan sarana kesehatan.


           c. Keluarga Berencana

           Program keluarga berencana merupakan program nasional dengan tujuan
           utama menekan laju pertumbuhan penduduk dan menciptakan keluarga
           sejahtera. Program Keluarga Berencana di Propinsi papua selama lima tahun
           penyelenggaraan pemerintahan disajikan pada grafik dibawah ini :




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          19 
Penggunaan alat kontrasepsi bagi setiap keluarga di Papua cukup tinggi antar
           tahun 2008 hingga tahun 2009. Meningkatnya penggunaan alat kontrasepsi
           tersebut dari   47 % hingga 50 % berdampak pula bagi laju pertumbuhan
           penduduk di Papua.       Tingkat pertumbuhan dapat diturunkan dari 2,03%
           hingga 1,99 %. Walaupun tingkat presentasi pertumbuhan tidak cukup besar,
           namun penggunaan alat kontrasepsi dianggap cukup berhasil di dalam
           membantu menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Apabila laju ini dapat
           ditekan, maka akan berdampak positif bagi keluarga terutama dapat
           mengurangi beban ekonomi keluarga.
           Penggunaan alat kontrapsi berhasil dilaksanakan hanya bagi pasangan yang
           menggunakan alat kontrasepsi, namun secara keseluruhan pada umumnya
           penduduk di Papua tidak menggunakan alat kontrasepsi. Ada sejumlah
           alasan yaitu masyarakat belum merasa penting dengan program Keluarga
           Berncana, perspektif social budaya masyarakat Papua yang melihat program
           Keluarga Berencana bagi kehidupannya. Tingkatan kepadatan penduduk
           relative rendah sehingga kondisi ini belum menjadi problem pembangunan
           dan juga jumlah penduduk dibandingkan dengan luas wilayah.




           d. Pertanian, Kehutanan dan Kelautan
           Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyakat, dapat diprotet melalui
           beberapa sektor , seperti ; pertanian, kehutanan dan kelautan. Sektor ini
           masih menjadi andalan utama penduduk asli papua menggantungkan
           kehidupannya     dari ketersediaan sumberdaya alam yang melimpah. Untuk
           mengetahui      kontribusu sector-sektor   ini   terhadap pembangunan dapat
           disajikan pada tabel berikut ini :




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          20 
Keterlibatan masyarakat di sektor pertanian cukup positive. Partisipasi ini
           terlihat mengalami peningkatan signifikan dalam 2 (dua) tahun terakhir dari
           nilai 6,16 menjadi 6,67 M. Tingkat partisipasi masyarakat mengelolah hasil
           pertanian dianggap mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
           Namun seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat di sektor pertanian
           tanpa disadari   turut   berdampak signifikan     terhadap peningkatan jumlah
           presentase areal lahan kritis. Pembabatan hutan dan pembukaan lahan baru
           untuk kepentingan aktivitas pertanian terus meningkat belakangan ini tanpa
           disadari mulai merusak ecosystem hutan            dan akan dampak terhadap
           pengrusakan hutan ke depan.              Pada periode waktu tahun 2008-2009
           presentase lahan kritis meningkat        tajam dari 0,12 -0,22 %. Pemanfaatan
           lahan untuk berbagai kebutuhan pembangunan berpengaruh secara signifikan
           terhadap meningkatnya jumlah persentase areal lahan kritis.
           Disamping itu , tindak pidana terhadap kegiatan perikanan            mengalami
           peningkatan selama dua tahun yaitu             tahun 2008-2009. Peningkatan
           persentase kejahatan perikanan disebabkan oleh beberapa kelompok
           masyarakat dengan cara menggunakan bahan peledak guna menangkap
           ikan (destructive fishing).    Kegiatan ini tentu saja dapat menghancurkan
           potensi sumberdaya ikan yang ada selama ini. Mengingat kebutuhan ikan dari
           waktu ke waktu terus meningkat, menyebabkan masyarakat melakukan cara-
           cara tidak terpuji   dalam menangkap ikan.        Masyarakat tidak menyadari
           bahwa cara-cara salah         tersebut    telah melanggar hukum karena telah
           merusak sumberdaya alam dan pesisir laut. Tertangkapnya beberapa kapal



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          21 
asing di wilayah perairan laut Papua menjadi indikasi bahwa perlu dilakukan
           tindakan pengamanan perairan laut         wilayah Indonesia     dari ancaman
           pencurian sumberdaya perikanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
           dua modus utama tindak pidana kelautan yaitu illegal fishing dan destructive
           fishing yang tentu saja dapat mengganggu ekosistem laut.


           e. Infrastruktur

           Dukungan infrastruktur terutama perhubungan darat sangat diperlukan agar
           dapat mendukung pelaksanaan pembangunan wilayah secara utuh sehingga
           dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
           Gambaran pembangunan infrastruktur perhubungan darat di Propinsi Papua
           selama periode lima tahun disajikan pada grafik berikut ini :




           Dukungan infrastruktur jalan darat yang menjadi focus perhatian analisis yaitu
           jalan nasional dan jalan provinsi. Kondisi jalan nasional yang tergolong baik
           selama tahun 2008-2009 menghalami penurunan sekitar 5,73-3,73%.
           Penurunan tersebut dimaksudkan yaitu kondisi jalan tersebut mengalami
           kerusakan dan belum mendapatkan perhatian dalam hal perawatan dan
           pemeliharaan. Jalan Nasional mengalami penurunan kondisi baik jalan



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          22 
tersebut. Jalan nasional dalam kondisi sedang berkisar antara        41,10 -
           11,10%    untuk tahun 2008-2009. Sementara kondisi jalan nasional      yang
           berada dalam keadaan rusak selama dua tahun terakhir 2008 - 2009 berkisar
           antara 53,17 – 54,23 %.     Meningkatnya jumlah jalan nasional yang rusak
           disinyalir disebabkan oleh keterbatasan anggaran pembangunan untuk
           membiaya kegiatan pemeliharan dan perbaikan. Jalan nasional yang rusak
           perlu mendapat perhatian yang serius dalam upaya perbaikan jalan tersebut.
           Disamping itu pula, terdapat jalan-jalan provinsi. Persentase jalan provinsi
           yang tergolong baik berkisar 38,45-38,76% pada tahun 2008-2009. Prasana
           jalan darat tersebut Nampak cukup terawat baik. Jalan provinsi yang berada
           dalam kondisi sedang dan rusak mencapai 24 % dan lebih dari 50%. Oleh
           sebabnya presentase jalan rusak baik jalan nasional dan provinsi perlu untuk
           diperbaiki dalam rangka memberikan pelayanan yang baik bagi peningkatan
           kesejahteraan masyarakat di daerah. Rusaknya infrastruktur jalan darat yang
           ada dapat berpengaruh langsung kepada alur distribusi barang dan jasa , dan
           tentunya saja akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi bagi daerah
           tersebut dan wilayah sekitarnya. Permasalahan dasar yang menyebabkan
           infrastruktur jalan darat dari waktu ke waktu tidak mengalami peningkatan
           signifikan sebenarnya lebih disebabkan oleh lemahnya komitmen pemerintah
           dalam memperhatikan pembangunan infrastruktur dasar di propinsi Papua.


           f. Ekonomi Makro
           Indikator ekonomi makro yang sering digunakan dalam menganalisa
           pertumbuhan ekonomi secara aggregate suatu daerah adalah PDRB (Produk
           Domeistik Regional Bruto). PDRB pada prinsipnya adalah total output yang
           diproduksi oleh propinsi ataupun kabupaten. Gambar berikut memperlihatkan
           kondisi perekonomian Provinsi Papua.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          23 
Produk Domestk Regional Bruto Provinsi Papua berfluktuasi dari tahun 2004-
           2009, dan terjadi peningkatan -1,49 hingga 15,49 untuk tahun 2008-2009. Bila
           dicermati perkembangan pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir
           yakni; pada tahun 2004 terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi Provinsi
           Papua mencapai minus 22%, namun pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi
           Provinsi Papua mencapai skitar 35%.


           Jika melihat share total PDRB, dari tahun 2004-2009 terlihat bahwa sektor
           manufaktur memiliki peran yang sangat signifikan dalam perekonomian
           Provinsi Papua, hal ini disebabkan karena kontribusi perusahaan PT Freeport
           Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara langsung pertumbuhan
           perekonomian Provinsi Papua dipengaruhi oleh perekonomian global. Jika
           melihat presentase manufaktur terhadp total PDRB berfluktuasi. Hal ini terjadi
           karena bervariasinya harga      komoditas tembaga di dunia internasional.
           Seperti terlihat pada grafik diatas harga tembaga di dunia internasional
           mengalami peningkatan di tahun 2005, sehingga hal ini mendongkrak
           perekonomian Provinsi Papua, namun pada tahun 2008, harga tembaganya
           mengalami penurunan. Sebenarnya voulme produksi tembaga hampir sama
           untuk tahun 2005 dan 2008, namun harga tembaga berbeda berakibat pada
           turunnnya pendapatan PT Freeport Indonesia.


           Perkembangan      pendapatan     per   kapita   Provisi   Papua      mengalami
           kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2004 pendapatan perkaipta


Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          24 
penduduk di Provinsi Papua bekisar 11 jutaan rupiah, meningkat menjadi 20
           juta pada tahuna 2005.         Namun untuk tahun 2005-2006, pendapatan
           perkapita Provisi Papua mengalami stagnasi pada posisi 20 juta rupiah per
           tahun.   Hal    ini   disebabkan   karena    kontribusi   sektor     pertambangan.
           Sebenarnya volume produksi sektor pertambangan khususnya tembaga yang
           diolah dari PT Freeport meningkat, namun harga tembaga dipasar
           internasional    rendah    sehingga    berpengaruh        terhadap     menurunnya
           pendapatan per kapita. Disisi lain, meningkatnya harga tembaga berakibat
           meningkatnya pendaptan per kapita pada tahun 2006 sampai dengan 2008.
           Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi papua
           sangat tinggi dipengaruhi oleh kontribusi sector migas melalui PT Freeport
           sebagai penyumbang PDRB terbesar yaitu 68 % (Papua dalam angka, 2008).
           Artinya bahwa hasil PT Freeport dibawa keluar dan selanjutnya dikonversikan
           kedalam bentuk bagi hasil antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
           yang dituangkan kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
           Implikasinya yakni ketergantungan pemerintah daerah semakin tinggi pada
           subsidi pemerintah seperti DAU, DAK, Dana OTSUS, hibah dan lain-lain.
           Ketergantungan tersebut hanya melestarikan mentalitas peramu yang masih
           dominan subsisten dari pada ekonomi produktif.


           Perkembangan inflasi di Provinsi Papua         berfluktuasi dalam kurun waktu
           2004-2009. Pada tahun 2004, inflasi Provinsi Papua dibawah 10%, namun
           pada tahun 2005 inflasi mencapai 14%. Peningkatan laju inflasi di Provinsi
           Papua dipicu oleh terjadi kenaikan di sektor pendidikan dan juga kelompok
           makanan jadi dan rokok. Namun untuk tahun 2006-2007, perkembangan laju
           inflasi di Provinsi Papua relatif stabil. Secara keseluruhan , inflasi diatas 10
           percent dikategorikan sangat tinggi bila disandingkan dengan rata-rata inflasi
           tingkat nasional. Kondisi tersebut telah berlangsung dari waktu ke waktu
           terutama dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan hidup penduduk Papua di
           produksi dan didatangkan dari       luar    Papua. Kebutuhan hidup yang bisa
           dihasilkan di Papua berasal dari sektor pertanian dan perkebunan yang
           sifatnya bahan mentah (raw material) seperti sayur-sayuran atau palawija dan
           sumber protein lainnya yang disediakan oleh alam. Dengan demikian , laju
           inflasi tersebut tetap berada pada kategori yang relatif tinggi karena berkaitan
           dengan biaya produksi, transportasi dan bea masuk pajak, dan lain-lain yang
           ditentukan oleh perkembangan ekonomi makro secara nasional.



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                            25 
g. Investasi

           Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah tentu saja
           harus memperhatikan kegiatan investasi di daerah tersebut. Peningkatan nilai
           investasi memberi gambaran tentang kesejahteraan suatu wilayah atau
           daerah. Berikut tampilan grafik tentang perkembangan investasi di Papua
           selama periode waktu 2004-2009:




           Keadaan investasi di Provinsi Papua seperti pada Gambar diatas bervariasi.
           Realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) tahun 2004 mencapai
           sekitar 2.000 miliar, meningkat mejadi 3.000 miliar pada tahun 2005. Namun
           sejak dari   tahun 2005-2007,    nilai realisasi PMDN mengalami penurunan
           sebesar 1.500 miliar. Menurunya nilai realisasi PMDN disebabkan karena
           faktor ketidakjelasan kepemilikhan hak tanah dan birokrasi perijinan yang
           masih berbelit-belit. Seperti diketahui di Provisisi Papua, dalam mengurus
           kepemilikan tanah     harus memiliki persetujuan dari dua lembaga. Yang
           pertama dari Departement Pertanahan yang mengeluarkan sertifikat tanah.
           Dan yang kedua, harus ada pelepasan tanah dari adat dalam bentuk surat
           pelepasan. Kenyataannya investor mengalami kesulitan dalam memperoleh
           surat pelepasan hak tanah karena sering terjadi konflik diantara suku-suku
           yang memiliki hak ulayat tanah tersebut.         Surat ijin investasi antara
           pemerintah pusat dan daerah dan antara pemerintah propinsi dan kabupaten
           masih menjadi hambatan tersendiri.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          26 
Nilai rencana persetujuan investasi menurun sangat nyata antar tahun 2004
           hingga tahun 2009 dari 5.45 M hingga 0,41M. Namun penurunan rencana
           investasi tidak sejalan dengan nilai realisasi investasi PMDN yang meningkat
           sangat signifikan pada tahun 2008 – 2009 atau berkisar dari 10,18 M hingga
           mencapai 380,73 M. Peningkatan nilai ini memberi dampak pada rencana
           serapan tenaga kerja yang cukup tinggi bagi masyarakat, dimana mengalami
           peningkatan nilai sebesar 2 kali lipat dari $ 89 hingga mencapai $ 196.
           Kondisi ini memberi gambaran tentang modal yang di investasikan dalam
           bentuk serapan tenaga kerja mampu mendorong tingkat kesejahteraan
           masyarakat lebih baik pada dua tahun terakhir. Namun realisasi di dalam
           penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan yang cukup besar dari dua
           tahun terakhir. Penurunan         nilai resapan tenaga kerja dari sekitar $ 25
           menjadi $ 15.


           Kondisi ini dapat memberi dampak secara tidak langsung bagi penyerapan
           tenaga kerja.     Namun penurunan nilai tersebut tidak terlalu berdampak
           langsung bagi penurunan nilai investasi di Provinsi Papua. Kebijakan
           keberpihakan pemerintah daerah kepada masyarakat                 lewat kesempatan
           berusaha termasuk kemudahaan bantuan kredit lunak. Kebijakan tersebut
           tentu   saja    diharapkan     dapat    membantu       meningkatkan   kesejahteraan
           masyarakat. Perhatian juga diberikan pada sektor informal dan peningkatan
           kualifikasi tenaga kerja sehingga diharapkan para pelaku usaha atau calon
           pelaku usaha dapat membuka usaha sendiri. Kebijakan strategis tersebut
           dilakukan dengan tujuan utamanya adalah agar dapat menggerakan kegiatan
           perekonomian daerah. Sehingga ketergantungan masyarakat terhadap
           perusahaan asing dan atau bekerja sebagai karyawan asing bisa bergeser
           kepada pengelolaan usaha mandiri. Kebijakan pemerintah daerah yang pro
           ekonomi    kerakyatan    diharapkan            dapat      mendorong      peningkatan
           kesejahteraan     masyarakat           tentu   saja    akan   berdampak     terhadap
           pertumbuhan ekonomi di daerah.


           Secara umum perkembangan nilai realisasi investasi penanaman modal di
           Provisi Papua dalam kurun waktu 2004-2008 tidak banyak mengalami
           perubahan. Terjadi penuruanan invesati PMA dari tahun             dari tahun 2005
           sampai dengan 2006           dan penurunan tersebut disebabkan karena terjadi
           penurunan harga tembaga di pasar internasional sehingga ini berpengaruh



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                              27 
terhadap penerimaan investasi PMA. Selain PMA di sektor migas , nilai
           persetujuan PMA di sektor perkebunan         mengalami peningkatan di era
           otonomi khusus Papua saat ini, hanya saja realisasi tidak berjalan optimal
           disebabkan oleh berbagai hambatan seperti birokrasi perijinan yang masih
           panjang antara pemerintah pusat dan daerah, hak ulayat, stabilitas politik di
           daerah serta etos kerja pembangunan sehingga menimbulkan ekonomi
           biaya tinggi.




           h. Kesejahteraan Sosial

           Tingkat kesejahteraan rakyat diukur dari presentase penduduk miskin dan
           tingkat pengagguran terbuka. Berikut disajikan dapat diuraikan pada grafik
           berikut ini:




           Presentase penduduk miskin pada 2 (dua) tahun terakhir atau pada periode
           tahun 2008-2009 tidak banyak menampilkan perubahan yang cukup berarti.
           Hal ini dapat dilihat dari angka presentase penduduk miskin berkisar pada
           37,08% dan 37,52%. Dari jumlah tersebut, terdapat 70 % penduduk miskin
           berada di kampung-kampung.
           Berbagai kebijakan penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh
           pemerintah, namun belum mampu mengurangi atau menekan angka



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          28 
kemiskinan, bahkan ketergantungan masyarakat semakin tinggi kepada
           pemerintah seperti; Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), jarring
           pengaman social, dan lain-lain. Kebijakan penanggulangan kemiskinan yang
           dilakukan masih bersifat simbolik dan karikatif tetapi tidak bersifat edukatif
           (BLT, jaringan pengaman social, dll) Orientasi masyarakat ke PNS masih
           cukup tinggi, partisipasi masyarakat ke sekor swasta rendah karena
           dipengaruhi oleh etos kerja pembangunan belum relevan dengan tuntutan
           dunia kerja (mentalitas peramu). Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat
           relatif rendah.
           Selama empat tahun terakhir ini, pemerintah daerah melaksanakan program
           strategis dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan di kampung-kampung
           dengan kebijakan Respek (Rencana Strategi Pembangunan Kampung).
           Pemerintah Daerah Propinsi menyediakan jumlah dana sebesar Rp. 100 juta
           tiap kampung untuk mendukung pelaksanaan kebijakan Respek tersebut.
           Program Respek tersebut disinergikan dengan program PNPM Mandiri pada
           tahun 2008 dengan tujuan yang sama          yaitu penanggulangan kemiskinan.
           Oleh karena iu masih relative dini kalau pemerintah daerah            mengklaim
           keberhasilan program Respek tersebut telah menekan jumlah kelompok
           miskin. Alasannya bahwa          jumlah uang yang telah banyak beredar di
           kampung-kampung selama empat tahun terakhir tidak dengan sendirinya
           telah mengurangi kelompok masyarakat miskin. Pertanyaannya jumlah dana
           tersebut dipergunakan untuk kebutuhan apa saja di kampung-kampung ? .
           Apabila   kebanyakan      dari   dana   tersebut   hanya   dipergunakan       untuk
           kepentingan produktiv , maka hasilnya paling cepat terasa lima tahun berjalan,
           tetapi sebaliknya bila        jumlah uang yang besar dipergunakan untuk
           kepentingan       konsumtiv   atau   semata-mata   pembangunan       fisik,   maka
           sebenarnya belum memberikan jaminan bahwa kelompok warga miskin telah
           dibantu untuk keluar dari belenggu kemiskinan. Ada kemungkinan masyarakat
           miskin tidak mampu membebaskan dirinya dari belenggu kemiskinan karena
           warga miskin       terjebak oleh kebijakan yang membelenggu mereka sendiri
           untuk tetap bergantung kepada pihak pemberi bantuan (pemerintah). Oleh
           karena itu, program Respek dan PNPM Mandiri masih perlu dievaluasi tingkat
           keberhasilan dengan durasi waktu paling lambat lima tahun pelaksanaan
           program tersebut. Program Respek memiliki nilai positive karena program
           tersebut sangat membantu penduduk miskin untuk terlibat memecahkan




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          29 
problem hidupnya sendiri dan menata kehidupannya yang lebih baik ke
           depan.
           Tingkat pengangguran terbuka dari waktu ke waku terus meningkat secara
           signifikan. Kebanyakan dari para penganggur           adalah lulusan-lulusan
           perguruan tinggi dari luar Papua dan dari dalam Papua, dan lulusan SMU
           yang tidak sempat melanjutkan studi pada jenjang perguruan tinggi karena
           berbagai alasan. Selain itu, migran dari luar papua yang melihat peluang
           otonomi khusus Papua dan pemekaran wilayah. Kelompok migran bervariasi
           latar belakangnya seperti para kalangan terdidik (lulusan perguruan tinggi),
           lulsan SLTA dan kalangan kurang terdidik seperti tenaga kerja kasar, dan lain-
           lain.


       3. Rekomendasi Kebijakan
          Beberapa rekomendasi dikemukakan berikut ini sebagai acuan guna
          meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat, meliputi :


          a. Kebijakan pengelolaan pendidikan sebaiknya fokus perhatian porsinya
              lebih besar   pada level pendidikan dasar dan locusnya diarahkan ke
              wilayah-wilayah pinggiran dan kampung-kampung. Selain itu, metode dan
              pola pendekatan penerapannya juga harus berbeda antara wilayah
              perkotaan dan pinggiran dan atau kampung-kampung. Memadukan dan
              mensinergikan system pendidikan modern dan kondisi obyektif          daerah
              (budaya local) sudah saatnya perlu ada langkah-langkah konkrit guna
              mempersiapkan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas ke
              depan.
          b. Kebijakan pembangunan di bidang kesehatan tidak sekedar memberikan
              pelayanan kesehatan kepada penduduk miskin atau penderita, tetapi perlu
              ada keterlibatan sektor-sektor lain seperti pekerjaan umum, perhubungan
              dan intansi tehnis lainnya. Tujuannya agar pelayanan kesehatan baik dari
              aspek kebijakan maupun implementasi menyangkut pelayan kesehatan
              dasar hingga kesejahteraan para medis benar-benar mendapat perhatian
              sehingga pembangunan kesehatan dapat berjalan optimal.
          c. Program penyuluhan         secara intensive kepada para nelayan dan
              masyarakat umum agar menggunakan cara-cara baik dan benar dalam
              menangkap ikan terutama       sesuai dengan lokal wisdom          agar tidak
              merusak ekosistem perairan dan kepentingan generasi selanjutnya.



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          30 
d. Perlu adanya komitmen yang tinggi dan konsisten dari pemerintah pusat
               secepatnya membangun infrastruktur dasar yang menghubungkan antara
               kabupaten di propinsi Papua termasuk propinsi Papua Barat agar dapat
               mengurangi ekonomi biaya tinggi yang selama ini diterima apanya sebagai
               fakta pembangunan.
          e. Kebijakan tentang kredit mikro bagi pengusaha kecil perlu diikuti dengan
               pendampingin      secara intensive     dan perlu melibatkan pihak swasta
               membantu       pemerintah     daerah         membimbing     dan      membina
               pengusaha-pengusaha lokal agar terjadi transfer knowledge dan skill
               sesuai tuntutan perkembangan saat ini.
          f.   Menyediakan fasilitas dan pengadaan formasi           tenaga kesehatan agar
               pelayanan kesehatan bisa      lebih merata dan        menjangkau kampung-
               kampung. Selain     itu , perlu merekrut tenaga-tenaga penyuluh lapangan
               agar dapat melakukan proses pendampingan dan penyuluhan bagi setiap
               keluarga tentang gizi dan permasalahannya sehingga pada akhirnya
               mereka mampu menurunkan angka gizi buruk dan kurang pada bayi.
          g. Kebijakan penanggulangan seperti Respek dan PNPM Mandiri merupakan
               sebuah kebijakan strategis yang perlu dievaluasi untuk menilai tingkat
               keberhasilan dan terus diperbaiki dan disempurnakan untuk kepentingan
               pembangunan       dan   masyarakat      di    Papua     melalui    pendekatan
               pembangunan berbasis kampung serta               perlu diikuti juga dengan
               dukungan penuh dari seluruh jajaran pemerintahan di tingkat Kabupaten.




   D. KESIMPULAN

   Hasil evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat disimpulkan beberapa hal
   sebagai berikut :
   1. Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai yang diuraikan diatas
       memperlihatkan     bahwa index      kriminal ,kejahatan    konvensional dan kasus
       transnasional secara umum dapat diselesaikan dengan baik oleh institusi
       penegak hukum. Dinamika perkembangan pembangunan yang dipengaruhi oleh
       adanya keterbukaan wilayah sebagai hasil pemekaran wilayah dan pelaksanaan
       Otonomi Khusus Papua berdampak terhadap meningkatnya kasus-kasus criminal,
       kejahatan konvensional dan transnasional selama tiga tahun terakhir ini. Kasus
       pencurian bermotor , women trafficking dan transaksi ganja merupakan kasus-



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                            31 
kasus kejahatan yang menonjol dan terus meningkat seiring dengan dinamika
       pembangunan di daerah.
   2. Agenda pembangunan Indonesia yang adil dan demokratis secara umum belum
       menunjukkan kinerja yang baik. Jumlah kasus korupsi berhasil ditangani oleh
       institusi penegak hukum namun fakta di lapangan bahwa fenomena korupsi
       marak terjadi di masyarakat dari pada dugaan korupsi yang dilaporkan kepada
       pihak berwajib.
       Belum ada peraturan daerah pelayanan satu atap di seluruh Kabupaten di propinsi
       Papua. Satu-satunya SKPD yang memiliki pelayanan satu atap yaitu Dinas
       Pendapatan Propinsi Papua bekerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Papua
       yang dikenal dengan Samsat terkait dengan pengurusan-pengurusan administrasi
       kendaraan bermotor dan pajak kendaraan bermotor.
       Seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah di propinsi Papua belum berada pada
       kategori opini pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian. Umumnya, kinerja SKPD
       masih berada pada kategori opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
       Indikator demokrasi menunjukkan kinerja positive melalui Gender Development
       Index (GDI) dan Gender Empowerment Meassurement (GEM). Pemerintah
       Daerah memberikan       perhatian    sungguh-sungguh      kepada pemberdayaan
       perempuan dan hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat partisipasi perempuan
       dalam berbagai aspek kehidupan tidak saja dalam rumah tetapi di luar rumah
       sesuai profesinya masing-masing dan jumlah tersebut terus meningkat.


   3. Secara umum agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat menunjukan kinerja
       positive, namun kemajuan yang dicapai relative lambat dan lebih dominan aspek
       kuantitativ dari pada aspek kualitativ. Indikator pendidikan dan kesehatan
       mengalami perkembangan positiv , namun lambat mencapai kemajuan optimal.
       Hal ini disebabkan oleh strategi dan pola pendekatan, orientasi pembangunan
       yang masih perkotaan dari pada pedalaman dan kampung - kampung.
       Laju pertumbuhan ekonomi relative rendah dan tingkat kontribusi PDRB untuk
       pertumbuhan ekonomi di Papua masih dominan dari PT Feeport sebesar 68%
       sehingga ketergantungan ekonomi Papua sangat tinggi pada subsidi pemerintah
       melalui DAU, DAK, OTSUS dan dana-dana Hibah. Nilai investasi relative rendah
       karena berbagai kendala ; birorakrasi perijinan antara pemerintah pusat dan
       daerah, permasalahan tanah (hak hulayat),faktor keamana dan etos kerja
       pembangunan.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          32 
Infrastruktur jalan darat sebagian besar berada dalam kondisi rusak baik jalan
       propins maupun nasional. Kondisi jalan nasional yang dikategorikan berada dalam
       kondisi baik hanya mencapai11 percent. Kendala-kendala klasik yakni ; lemahnya
       komitmen pemerintah dan keterbatasan anggaran Negara.
       Tingkat   kebutuhan    pembangunan      yang      terus    meningkat       menyebabkan
       masyarakat melakukan penebangan dan pembabatan hutan untuk kepentingan
       pertanian. Aktivitas tersebut   tanpa   disadari oleh masyarakat dan pemerintah
       telah merusak ecosystem hutan dan lingkungan. Kondisi ini sedang terjadi secara
       perlahan-lahan namun pasti bahwa hutan sedang di hancurkan dengan alasan
       pembangunan dan ekonomi.
       Demikian halnya dengan potensi sumber daya laut yang menjadi sumber
       kehidupan manusia      termasuk penduduk di Propinsi Papua                terakit dengan
       aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak (Destructive
       fishing) dan Illegal fishing di perairan Papua terus meningkat dalam tiga tahun
       belakangan ini. Keadaan ini tanpa disadari akan merusak ecosystem di perairan
       laut.
       Persentase penduduk miskin tidak mengalami perubahan selama empat tahun
       belakangan ini yaitu masih tetap berada kisaran 37 percent. Berbagai kebijakan
       dilakukan oleh pemerintah tetapi belum berdampak signifikan terhadap penurunan
       angka kemiskinan. Program Bantuan Langsung Tunai , jaring pengaman social
       dan lain-lain merupakan pendekatan yang sifanya karitatif dan simbolik sehingga
       tidak mengandung unsur edukasi bagi masyarakat. Justru kondisi yang terjadi
       sebaliknya   masyarakat    sangat    tergantung     kepada      si     pemberi    bantuan
       (pemerintah) .
       Kebijakan Respek sebagai kebijakan strategis pemerintah daerah dalam rangka
       menanggulangi         kemiskinan    mengandung            filosophis    dan      semangat
       pemberdayaan bagi      penduduk miskin yang hidup          di kampung-kampung dan
       umumnya adalah penduduk asli papua. Hanya saja program tersebut baru
       berjalan empat tahun sehingga masih memerlukan waktu lima tahun untuk
       mengevaluasi tingkat kemajuan dari keberhasilan dari program tersebut.
       Angka pengangguran terus meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir
       disebabkan oleh lulusan perguruan tinggi dari dalam dan luar Papua,kaum migrant
       dari luar Papua, orientasi pencari kerja lebih kepada PNS, keterbatasan lapangan
       kerja di sector public dan sector swasta belum berkembang pesat di propinsi
       Papua.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                                33 
BAB III

      RELEVANSI RPJMN 2010 -2014 DENGAN RPJMD PROPINSI PAPUA



   1. Pengantar
       Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
       yang dilakukan terencana, intensiv dan berkesinambungan guna mewujudkan
       masyarakat      adil dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan     tersebut,   perlu ada
       acuan dasar sebagai pedoman agar dapat melakukan pengkawalan terhadap
       proses pembangunan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan.
       Kerangka     dasar pembangunan nasional selama lima tahun belakangan ini
       mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
       sebagai dasar untuk mengkawal agenda-agenda prioritas yang harus dicapai
       selama satu periode penyelenggaraan pemerintahan. Agenda prioritas nasional
       menjadi acuan dasar selanjutnya      dijabarkan    ke dalam RPJM Daerah        dan
       disesuaikan dengan kondisi riil dan kebutuhan masing-masing daerah. Tujuan dan
       sasaran dari agenda yang ditetapkan dalam RPJMN maupun RPJMD output akhir
       dapat dilihat dan dinilai      pada akhir periodisasi pemerintahan. Apakah
       perkembangan pembangunan selama periode tersebut hasilnya signifikan sesuai
       agenda pembangunan atau, sebaliknya keseluruhan proses pelaksanaan agenda
       pembangunan menghalami banyak hambatan dan kendala                sehingga     hasil
       akhirnya tidak optimal.
       Kemajuan dan keberhasilan pembangunan di daerah               menjadi tolok ukur
       kemajuan pembangunan nasional. Standart acuan yang digunakan untuk
       mengukur kemajuan dan keberhasilan secara normatif adalah relevansi antara
       muatan agenda       RPJMN     dan RPJMD Propinsi. Ada sejumlah faktor yang
       berpengaruh signifikan terhadap muatan relevansi RPJMN dengan RPJMD yaitu
       kemampuan pemerintah daerah memaknai subtansi materi                RPJMN yang
       dikonversikan     kedalam   RPJMD    Propinsi,    pemahaman      terhadap    konsep
       perencanaan      pembangunan     nasional   dan    tehnis   penyusunan       agenda
       perencanaan pembangunan di daerah, komitmen dan konsisten dalam mengkawal
       agenda pembangunan nasional yang dilaksanakan di daerah dlam kerangka
       acuan RPJMD Propinsi.
       Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah yang telah berlangsung selama beberapa
       tahun ini bertujuan diantaranya ingin mengetahui relevansi antara agenda RPJMN
       dan RPJMD Propinsi Papua.        Apabila relevansi antara RPJMN dan RPJMD



Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          34 
memiliki signifikansi positip, maka hasil capaian agenda pembangunan         yang
       dilaksanakan selama periode      lima tahun pemerintahan       menjadi   gambaran
       tentang keberhasilan pembangunan atau, sebaliknya justru berbagai hambatan
       dan kendala yang djumpai dalam proses pelaksanaan pembangunan. Agenda
       pembangunan boleh saja dianggap relevan dan konsisten dikawal dengan baik ,
       namun hasil capainya menjadi berbeda antara nasional dan daerah. Pada level
       makro atau nasional agenda pembangunan dianggap berhasil karena didukung
       oleh kemajuan daerah-daerah lain, namun pada level daerah itu sendiri , capaian
       hasilnya tidak maksimal yang disebabkan oleh berbagai hambatan. Sebaliknya
       juga bisa jadi tidak   antara agenda RPJMN dan RPJMD           sehingga mengukur
       kemajuan    pembangunan       yang     disandingkan   dengan        perkembangan
       pembangunan secara nasional menjadi cukup sulit.
       Dengan demikian, evaluasi kinerja pembangunan daerah kali ini tentu saja
       menggarisbawahi relevansi pengkawalan antara agenda RPJMN dan RPJMD ,
       karena relevansi tersebut tentu saja menjadi tolok ukur secara signifikan untuk
       menilai keberhasilan pmbangunan pada level normatif. Bab III ini secara khusus
       menyajikan materi agenda pembangunan          dari kedua dokumen tersebut dan
       kemudian memberikan analisis         kritis terhadap relevansi pengkawal RPJMN
       dengan RPJMD Propinsi Papua. Hasl penilaian tersebut selanjutnya diberikan
       usul dan saran dlam bentuk rekomendasi untuk RPJMN dan RPJMD Propinsi
       Papua.




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                          35 
Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional




              RPJMN 2010-2014                                       RPJMD Provinsi 2006 - 2011
                                                                                                                                        Analisis
NO                                                                                                                                                                Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
                                                                                                                                       Kualitatif*)
       Prioritas                                 Prioritas
                         Program Aksi                                                        Program
     Pembangunan                               Pembangunan
                                              MENATA
     PRIORITAS 1. REFORMASI DAN TATA          KEMBALI
1
     KELOLA                                   PEMERINTAH
                                              DAERAH
                    Otonomi Daerah;
                    Penataan otonomi
                    daerah melalui
                    ●Penghentian/pembatas     1. Pembenahan       1. Restrukturisasi dan debirokratisasi pemerintahan daerah
                    an pemekaran wilayah;     sistem                 Kegiatan Pokok :
                                              Pemerintahan           a. Analisis kebutuhan
                                              Daerah pada semua      b. Penyusunan desain OTK Pemda
                                              jajaran dan            c. Penetapan Perda tentang struktur organisasi Pemda
                    ● Peningkatan efisiensi   tingkatan
                      dan efektivitas                             2. Penataan organisasi distrik dan kampung                                           - Implementasi UU No 21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua
                      penggunaan dana                                Kegiatan Pokok :                                                                    yang belum terinternalisasi secara merata pada jajaran
                      perimbangan daerah;                            a. Sinkronisasi peratutan perundang-undangan tentang                                pemerintahan terutama antara pemeritahan propinsi dan
                                                                        organisasi dan manajemen distrik dan Kampung                                     Kabupaten menimbulkan penafsiran dan penerapan berbeda-
                                                                     b. Konsultasi dan kesepa-katan dengan stakeholder
                                                                                                                                                         beda sehingga berdampak terhadap belum efektifnya tata
                                                                     c. Penetapan organisasi distrik dan taat kerja pemerintahan   -    Prioritas
                    ● Penyempurnaan                                     dan kampung                                                                      kelolah penyelenggaraan dalam kerangka pelaksanaan
                                                                                                                                        daerah
                      pelaksanaan pemilihan                                                                                                              OTSUS Papua
                                                                                                                                        yang tidak
                      kepala daerah;                              3. Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik                        - Pemahaman good governance yang masih lemah pada
                                                                     Kegiatan Pokok :                                                   ada di
                                                                                                                                                         seluruh tingkatan pemerintahan dan tidak diimbangi dengan
                                                                     a. Peningkatan Partisipasi masyarakat                              prioritas
                                                                                                                                                         kapasitas dan kompetensi aparatur yang memadai dalam
                                                                     b. Mengarus-utamakan penyelenggaraan pemerintahan                  nasional
                                                                        yang baik                                                                        mengisi perubahan system pemerintahan dari system
                                                                    c. Membangun mekanisme Check and balance                                             sentralistik kepada sysyem yang desentralistik (otonomi
                                                                                                                                                         daerah)menyebabkan penyelenggaraan pemerintahan di
                                                                  4.1. Penataan manajemen pemerintahan                                                   Papua belum        sesuai dengan prinsip-prinsip good
                                                                       Kegiatan Pokok :                                                                  governance
                                                                       a. Penyusunan standar kinerja
                                                                       b. Monitoring dan evaluasi

                                                                  4.2   Perbaikan mekanisme dalam pengambilan keputusan
                                                                        a. Penjaringan asmara
                                                                        b. Konsultasi Publik


     Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                                                                                                             36
c. Penetapan standar akuntabilitas

                                                              5. Program pengendalian Kegiatan pembangunan
                                                                 Kegiatan Pokok :
                                                                 a. Kajian Perencanaan Pembangunan
                                                                 b. Pengumpulan data Perencanaan
                                                                 c. Penyusunan basis data perencanaan
                                                                 d. Penyusunan sistem manajemen data dan jaringan
                                                                    komunikasi data
                                                                 e. Perencanaan dan sinkronisasi program/ kegiatan
                                                                    pembangunan
                                                                 f. Monitoring dan evaluasi



                                         2. Operasi           1. Pemberantasan KKN :
                                            pemberantasan        Kegiatan Pokok :
                                            KKN                a. Peningkatan pemahaman penyelenggara pemerintahan




                                         3. Mendorong            1. Pendayagunaan lembaga –lembaga suprastruktur dan
                                            lembaga-                infrastruktur politik dalam pembinaan demokrasi
                                            lembaga politik         Kegiatan Pokok :
                                            (infrasutruktur         a. Fasilitasi Peningkatan profesionalisme DPRP dan DPRD
                                            dan                     b. Fasilitasi peningkatan peran partaipolitik
                                            suprastruktur
                                            politik)     untuk 2. Peningkatan kedewasaan berpolitik
                                            berfungsi               Kegiatan Pokok :
                                            sebagai lembaga         a. Fasilitasi pemahaman nilai-nilai demokrasi
                                            demokrasi dan           b. Pelaksanaan pendidikan politik rakyat
                                            membangun               c. Fasilitasi Peningkatan partisipasi politik rakyat
                                            budaya       politik
                                            yang        sehat,
                                            dewasa         dan
                                            bermutu.




              Regulasi;
              ● Percepatan               1. Implementasi       1. Fasilitasi penyusunan seluruh PP sesuai amanat UU No.                       Konsekuensi penerapan UU No 21/2001 OTSUS Papua
                harmonisasi dan              Undang Undang        21/2001.                                                                    menyebabkan agenda seting penyelenggaraan pemerintahan
                                             No. 21 Tahun         Kegiatan pokok :
                sinkronisasi peraturan       2001 tentang         a. Pembentukan Tim.
                                                                                                                               Prioritas     harus dikerangkakan menurut amanat UU OTSUS yang mana
                perundang-undangan           Otonomi Khusus,      b. Pengajuan usulan draf PP.                                 Daerah yang    pelaksanaannya harus didukung melalui Peraturan Daerah
                di tingkat pusat dan         di Provinsi Papua    c. Konsultasi dan Pembahasan draf PP.                        tidak ada di   Khusus Papua.
                daerah peraturan             Secara                                                                              Prioritas
                daerah selambat -            Menyeluruh,       2. Fasilitasi penyusunan seluruh Perdasi dan Perdasus sesuai      Nasional     - Penyelenggaraan pemerintahan daerah di propinsi Papua

Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                                                                                                     37
lambatnya 2011;      Konsisten dan     amanat UU No. 21/2001.                                       dilatari oleh semangat Undang-Undang Otonomi Khusus
                                     Konsekuen         Kegiatan pokok :                                             Papua, oleh sebabnya penerapan kebijakan-kebijakan baru
                                                       a. Pembentukan Tim.
                                                       b. Pengajuan usulan draf Perdasi dan Perdasus.
                                                                                                                    yang bersifat nasional di Papua seperti UU Otonomi Daerah
                                                       c. Konsultasi dan Pembahasan draf Perdasi dan Perdasus       hanya menimbulkan beragam tafsir dan penerapan yang
                                                          dengan DPRP dan MRP.                                      berbeda-beda di jajaran pemerintahan terutama antara
                                                                                                                    Propinsi dan Kabupaten
                                                     3. Sosialisasi UU No. 21/ 2001 ke seluruh lapisan masyarakat
                                                        dan instansi pemerintah tingkat pusat dan daerah.
                                                                                                                    Ada program pemekaran wilayah namun kerangka acuan
                                                        Kegiatan pokok :
                                                        a. Pembentukan pusat informasi.                             pemekaran harus mengacu kepada UU OTSUS 2001.
                                                        b. Seminar/lokakarya
                                                        c. Penyuluhan
                                                        d. Publikasi media.

                                                     4. Fasilitasi penyusunan draf amandemen UU No. 21/2001.
                                                        Kegiatan pokok :
                                                        a. Pembentukan Tim.
                                                        b. Pengajuan usulan draf amandemen.
                                                        c. Konsultasi dan Pembahasan draf amandemen.


                                                     5. Fasilitasi, koordinasi dan komunikasi stakeholder dalam
                                                        penyelesaian masalah pemekaran provinsi IJB sesuai UU
                                                        No. 21/2001.
                                                        Kegiatan pokok :
                                                        a. Menyelenggarakan pertemuan intensif antar stakeholder.
                                                        b. Pelaksanaan kesepakatan.
                                                        c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kesepakatan.

                                                     6. Penataan Pemekaran Provinsi Baru
                                                        Kegiatan Pokok :
                                                        a. Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2001 dan UU Tentang
                                                           Pemerintahan Daerah
                                                        b. Kajian Pemekaran Provinsi
                                                        Fasilitasi, Koordinasi dan Komunikasi dengan Stakeholder




              Sinergi Antara Pusat
              dan Daerah;




Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                                                                          38
RPJMN 2010-2014                                         RPJMD Provinsi 2006 - 2011
NO   Prioritas                                                                                                                           Analisis Kualitatif*)              Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
     Pembangu      Program Aksi       Prioritas Pembangunan                                  Program
     nan

                                                            1.Restrukturisasi dan debirokratisasi pemerintahan
                                                            daerah
                                                              Kegiatan Pokok :
                                                              a. Analisis kebutuhan
                                                              b. Penyusunan desain OTK Pemda
                                                              c. Penetapan Perda tentang struktur organisasi
                 ● Penetapan dan                                 Pemda                                                                                                   Perubahan system penyelenggaraan pemeintahan
                                                           2. Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kepemerintahan
                   penerapan                                  yang baik
                                                                                                                                                                          secara signifikan pasca runtuhnya orde baru
                   sistem Indikator   MENATA KEMBALI          Kegiatan Pokok :                                                                                            memerlukan penataan penyelenggaraan
                   Kinerja Utama      PEMERINTAH DAERAH       a. Peningkatan Partisipasi masyarakat                                                                       pemerintahan pada tingkat nasional dan daerah
                   Pelayanan              Pembenahan         b. Mengarus-utamakan penyelenggaraan                                 Ada program Daerah yang                secara bersama-sama.
                   Publik yang               sistem              pemerin-tahan yang baik                                           mendukung            sepenuhnya       Pemberlakukan UU 21/2001 tentang OTSUS
                                             Pemerintahan   c. Membangun mekanisme Check and balance
                   selaras antara                                                                                                  prioritas/program nasional             PAPUA perlu adanya pembenahan
                   pemerintah
                                             Daerah pada    3. Penataan manajemen pemerintahan                                                                            penyelengaraan system pemerintahan yang
                                             semua jajaran       Kegiatan Pokok :
                   pusat dan                 dan tingkatan       c. Penyusunan standar kinerja                                                                            merujuk kepada UU 21/20021 tersebut, tetapi tdk
                   pemerintah                                    d. Monitoring dan evaluasi                                                                               mengorbankan prinsip-prinsip good governance
                   daerah ;                                                                                                                                               dalam system pemerintaan modern.
                                                                     3. Perbaikan mekanisme dalam pengambilan
                                                                         keputusan
                                                                         a. Penjaringan asmara
                                                                         b. Konsultasi Publik
                                                                         c. Penetapan standar akuntabilitas


                 Penegakan            MEMBANGUN TANAH                                                                                                                    Untuk menciptakan stabilitas politik terutama
                 Hukum;               PAPUA YANG AMAN                                                                                                                     saat awal reformasi bergulir.
                                      DAN DAMAI                        1. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka Penanganan                                                Penegakan hukum dilakukan ketika hukum
                                                                          Keamanan
                                                                          Kegiatan :
                                                                                                                                                                          belum berpihak secara adil kepada kaum yang
                                      1. Optimalnya keterlibatan
                                                                          a. Pembentukan PAM Swakarsa                                                                     lemah dan tak berdaya.
                                      masyarakat dalam menjaga
                                      keamanan secara swadaya             b. Pembinaan siskamling                                  Ada program daerah yang               Hukum adat dan hukum positiv belum
                                      dan swakarsa                        c. Pembinaan Kamtibmas                                   mendukung sepenuhnya                   bersinergy dalam konteks penegakan hukum.
                                                                       2. Pendayagunaan instansi terkait dalam rangka              prioritas/program nasional             Hal tersebut disebabkan oleh pengetahuan dan
                                                                          Penanganan Keamanan                                                                             kesadaran hukum masyarakat relatif kurang.
                                                                          Kegiatan :
                                                                          a. Peningkatan koordinasi antar instansi terkait dalam                                         Kondisi-kondisi lokal berkenaan dengan law
                                                                             Penanganan Keamanan                                                                          enforcement yang masih lemah seperti ;
                                                                          b. Peningkatan kapasitas aparat penegak hukum                                                   pelanggaran HAM, Korupsi, dan praktek hukum
                                                                          c. Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana                                                adat dan hukum positip yang belum saling

     Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010
                                                                                                                                                                 39
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen

More Related Content

What's hot

Review Renstra SKPD Tangsel 2011-2016
Review Renstra SKPD Tangsel 2011-2016Review Renstra SKPD Tangsel 2011-2016
Review Renstra SKPD Tangsel 2011-2016Dadang Solihin
 
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.Tri Widodo W. UTOMO
 
Kebijakan Penyusunan Renstra K/L dan SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra K/L dan SKPDKebijakan Penyusunan Renstra K/L dan SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra K/L dan SKPDDadang Solihin
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 
Sekelumit tentang Renstra SKPD berdasarkan Permendagri 54 tahun 2010
Sekelumit tentang Renstra SKPD berdasarkan Permendagri 54 tahun 2010Sekelumit tentang Renstra SKPD berdasarkan Permendagri 54 tahun 2010
Sekelumit tentang Renstra SKPD berdasarkan Permendagri 54 tahun 2010Rusman R. Manik
 
Daftar periksa pelaksanaan pengendalian
Daftar periksa pelaksanaan pengendalianDaftar periksa pelaksanaan pengendalian
Daftar periksa pelaksanaan pengendalianRusman R. Manik
 
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanKajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanTri Widodo W. UTOMO
 
RENSTRA SKPD
 RENSTRA SKPD RENSTRA SKPD
RENSTRA SKPD93220872
 
Penyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRAPenyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRA93220872
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera baratEKPD
 
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengah
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengahLaporan renstra kumkm provinsi jawa tengah
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengahNora Sembadra Mahardhika
 
renjadishub 2018
renjadishub 2018renjadishub 2018
renjadishub 2018Web Master
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurEKPD
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....ACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Riviu renstra 2017
Riviu renstra 2017Riviu renstra 2017
Riviu renstra 2017heli supardi
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANEKPD
 
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan DaerahPerencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan DaerahDadang Solihin
 

What's hot (20)

Review Renstra SKPD Tangsel 2011-2016
Review Renstra SKPD Tangsel 2011-2016Review Renstra SKPD Tangsel 2011-2016
Review Renstra SKPD Tangsel 2011-2016
 
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
 
Kebijakan Penyusunan Renstra K/L dan SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra K/L dan SKPDKebijakan Penyusunan Renstra K/L dan SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra K/L dan SKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 
Sekelumit tentang Renstra SKPD berdasarkan Permendagri 54 tahun 2010
Sekelumit tentang Renstra SKPD berdasarkan Permendagri 54 tahun 2010Sekelumit tentang Renstra SKPD berdasarkan Permendagri 54 tahun 2010
Sekelumit tentang Renstra SKPD berdasarkan Permendagri 54 tahun 2010
 
Daftar periksa pelaksanaan pengendalian
Daftar periksa pelaksanaan pengendalianDaftar periksa pelaksanaan pengendalian
Daftar periksa pelaksanaan pengendalian
 
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanKajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Dampak Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
 
RENSTRA SKPD
 RENSTRA SKPD RENSTRA SKPD
RENSTRA SKPD
 
Penyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRAPenyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRA
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 
Renstra BNN 2015-2019
Renstra BNN 2015-2019Renstra BNN 2015-2019
Renstra BNN 2015-2019
 
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengah
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengahLaporan renstra kumkm provinsi jawa tengah
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengah
 
renjadishub 2018
renjadishub 2018renjadishub 2018
renjadishub 2018
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
 
Evaluasi Sistem LAKIP di Daerah
Evaluasi Sistem LAKIP di DaerahEvaluasi Sistem LAKIP di Daerah
Evaluasi Sistem LAKIP di Daerah
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....
 
Riviu renstra 2017
Riviu renstra 2017Riviu renstra 2017
Riviu renstra 2017
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
 
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan DaerahPerencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah
 

Viewers also liked

HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI TENG...
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI  SULAWESI TENG...HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI  SULAWESI TENG...
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI TENG...EKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI SELATANHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI SELATANEKPD
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTILaporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTIEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPARLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAREKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumsel - Unsri
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumsel - UnsriLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumsel - Unsri
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumsel - UnsriEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BALI
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BALIHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BALI
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BALIEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGMLaporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - UnkhairLaporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - UnkhairEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI PAPUA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI PAPUAHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI PAPUA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI PAPUAEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIBLaporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIBEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DKI JAKARTA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DKI JAKARTAHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DKI JAKARTA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DKI JAKARTAEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN TIMURHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN TIMUREKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USU
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USULaporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USU
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USUEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN BARAT
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN BARATHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN BARAT
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN BARATEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPA
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPALaporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPA
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPAEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULEKPD
 

Viewers also liked (19)

HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI TENG...
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI  SULAWESI TENG...HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI  SULAWESI TENG...
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI TENG...
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI SELATANHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI SELATAN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI SELATAN
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTILaporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPARLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumsel - Unsri
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumsel - UnsriLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumsel - Unsri
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumsel - Unsri
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BALI
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BALIHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BALI
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BALI
 
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGMLaporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - UnkhairLaporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI PAPUA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI PAPUAHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI PAPUA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI PAPUA
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIBLaporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DKI JAKARTA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DKI JAKARTAHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DKI JAKARTA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DKI JAKARTA
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN TIMURHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USU
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USULaporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USU
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USU
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN BARAT
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN BARATHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN BARAT
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KALIMANTAN BARAT
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPA
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPALaporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPA
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua Barat - UNIPA
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
 

Similar to Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaEKPD
 
Kebijakan dan Kerangka Kerja EKPD 2010
Kebijakan dan Kerangka Kerja EKPD 2010Kebijakan dan Kerangka Kerja EKPD 2010
Kebijakan dan Kerangka Kerja EKPD 2010Dadang Solihin
 
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHASLaporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHASEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanEKPD
 
RENJA DINHUT BLORA
RENJA DINHUT BLORARENJA DINHUT BLORA
RENJA DINHUT BLORAJhon Blora
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTAEKPD
 
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBLapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauEKPD
 
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliEKPD
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi baliEKPD
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi acehEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALULaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALUEKPD
 

Similar to Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen (20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
 
Kebijakan dan Kerangka Kerja EKPD 2010
Kebijakan dan Kerangka Kerja EKPD 2010Kebijakan dan Kerangka Kerja EKPD 2010
Kebijakan dan Kerangka Kerja EKPD 2010
 
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHASLaporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2010- Sulsel - UNHAS
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
 
RENJA DINHUT BLORA
RENJA DINHUT BLORARENJA DINHUT BLORA
RENJA DINHUT BLORA
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
 
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBLapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
 
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALULaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU
 

More from EKPD

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiEKPD
 

More from EKPD (6)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
 

Recently uploaded

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 

Recently uploaded (20)

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 

Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen

  • 1.
  • 2. KATA PENGANTAR Kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Propinsi Papua tahun 2010 merupakan kegiatan lanjutan EKPD tahun sebelumnya yang dimulai sejak 2007. Penulisan laporan EKPD tahun ini dilakukan oleh tim independen dari Universitas Cenderawasih. Kegiatan EKPD 2010 merupakan yang keempat dari pelaksanaan kerjasama antara Bappenas dan 33 perguruan tinggi di Indonesia yang mana Universitas Cenderawasih merupakan salah satu dari 33 perguruan tinggi tersebut. Pada prinsipnya kerjasama ini memberikan makna cukup strategis bagi kedua pihak dalam mengawal proses pelaksanaan agenda pembangunan di Provinsi Papua. Tim indipenden Universitas Cenderawasih berusha memberikan penilaian kritis terhadap hasil evaluasi kinerja pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Papua. Selanjutnya Bappenas menggunakan hasil evaluasi tersebut sebagai salah satu acuan perbaikan dan penyempurnaan kebijakan pembangunan nasional. Manfaat penting lainnya dari proses kerjasama ini yakni terjadi proses pembelajaran bersama diantara para pihak yang melakukan kerjasama dalam perspektif yang lebih luas. Terdapat aspek utama dalam mengevaluasi EKPD 2010 dalam RPJMN 2004-2009 di daerah Provinsi Papua yaitu untuk menganalisa relevansi antara RPJMN 2010–2014 dan RPJMD. Esensi evaluasi untuk mengetahui capaian dan relevansi pelaksanaan agenda pembangunan nasional agenda pembangunan daerah. Utimate goalnya adalah apakah pelaksanaan agenda pembangunan sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dan apakah dampak dari pelaksanaan agenda pembangunan tersebut membawa perubahan dan kemajuan di masyarakat. Semoga laporan EKPD ini dapat memberikan manfaat bagi pembangunan di Provinsi Papua. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   2 
  • 3. DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB I PENDAHULUAN Latar belakang................................................................................................... 4 Tujuan dan Sasaran.......................................................................................... 5 Keluaran............................................................................................................ 6 BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 1. Indikator..................................................................................................... 7 2. Analisis Pencapaian Indikator................................................................... 7 3. Rekomendasi Kebijakan............................................................................ 9 B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS 1. Indikator...................................................................................................... 10 2. Analisis Pencapaian Indikator.................................................................... 10 3. Rekomendasi Kebijakan............................................................................. 14 C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1. Indikator.................................................................................................... 15 2. Analisis Pencapaian Indikator.................................................................. 15 3. Rekomendasi Kebijakan........................................................................... 30 D. KESIMPULAN................................................................................................. 31 BAB III. RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI 1. Pengantar................................................................................................. 34 2. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional…………. 36 3. Rekomendasi a. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi Papua.............................. 74 b. Rekomendasi Terhadap RPJMN........................................................ 75 BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan............................................................................................... 77 2. Rekomendasi............................................................................................ 81 LAMPIRAN 83 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   3 
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi Menurut Undang - Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan, pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan tersebut dilaksanakan. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah (Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanan RPJMN tersebut. Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ( RPJMN ) Tahun 2010 – 2014. Siklus pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu sama dengan siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN 2010 - 2014 ini tidak bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam RPJMD tidak selalu mengacu pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas/program antara RPJMN dengan RPJMD Provinsi. 2 Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Yang pertama adalah evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004 - 2009 dan yang kedua penilaian keterkaitan antara RPJMD dengan RPJMN 2010-2014. Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 adalah evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran) dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda Aman dan Damai; Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   4 
  • 5. Untuk mengukur kinerja yang telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan ketiga agenda tersebut, diperlukan identifikasi dan analisis indikator pencapaian. Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010 - 2014 adalah membandingkan keterkaitan 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu juga mengidentifikasi potensi local dan prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN 2010 - 2014. Adapun prioritas nasional dalam RPJMN 2010 - 2014 adalah 1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan, 3) Kesehatan, 4) Penanggulangan Kemiskinan, 5) Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca - konflik, 11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas lainnya yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik, Hukum, dan K eamanan lainnya, 3) Perekonomian lainnya. Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada perencanaan pembangunan daerah untuk perbaikan kualitas perencanaan di daerah. Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan daerah. Pelaksanaan EKPD dilakukan secara eksternal untuk memperoleh masukan yang lebih independen terhadap pelaksanaan RPJMN di daerah. Berdasarkan hal tersebut, Bappenas cq. Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan melaksanakan kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) bekerja sama dengan 33 Perguruan Tinggi selaku evaluator eksternal dan dibantu oleh stakeholders daerah. Pelaksanaan EKPD 2010 akan dilaksanakan dengan mengacu pada panduan yang terdiri dari Pendahuluan, Kerangka Kerja Evaluasi, Pelaksanaan Evaluasi, Organisasi dan Rencana Kerja EKPD 2010, Administrasi dan Keuangan serta Penutup. B. Tujuan dan Keluaran Evaluasi Tujuan kegiatan ini adalah: 1. Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004 - 2009 dapat memberikan kontribusi pada pembangunan di daerah; 2. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas / program (outcome ) dalam RPJMN 2010 - 2014 dengan prioritas / program yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   5 
  • 6. Keluaran dari kegiatan evaluasi meliputi: 1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004 - 2009 untuk setiap provinsi; 2. Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010 – 2014. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   6 
  • 7. BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 1. Indikator Untuk mewujudkan Indonesia yang aman dan damai ,terdapat beberapa indikator utama yang dipergunakan yaitu : Indeks Kriminalitas, presentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional, presentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional dan kasus-kasus korupsi di daerah. 2. Analisis Pencapaian Indikator Untuk mewujudkan pembangunan Indonesia khusus di Papua yang aman dan damai maka faktor-faktor tersebut dianalisis sebagai berikut : Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai Indeks kriminalitas dari tahun 2004-2009 menunjukan peningkatan signifikan dari 66,70% hingga 100%. Angka peningkatan tersebut disebabkan oleh keterbukaan wilayah dan kemudahan akses informasi serta transportasi pada beberapa wilayah di Papua sebagai konsekuensi pemekaran wilayah. Peningkatan jumlah fasilitas transportasi disisi lain juga mendukung pemerataan dan pertumbuhan ekonomi daerah, namun sebaliknya seiring dengan itu angka kejahatan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada 2 (dua) tahun terkahir atau tahun Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   7 
  • 8. 2007 hingga tahun 2009 laju peningkatan presentase tindak kriminalitas melonjak dari 88,84 % hingga mencapai 100% tindak kriminalitas. Cenderawasih Pos (media lokal) 15 September 2010 memberitakan bahwa terhubungnya akses jalan darat antara kota Jayapura dan beberapa Kabupaten seperti ; Kabupaten Jayapura, Keerom dan Sarmi menjadi pemicu meningkatnya kasus pencurian kendaraan bermotor. Faktor lainnya yaitu jumlah penduduk di pusat-pusat kota terus meningkat terutama Kota Jayapura sebagai ibu kota Propinsi Papua. Kaum migran yang masuk ke jayapura datang dari berbagai daerah baik luar papua maupun papua. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki pekerjaan tetap yang secara tidak langsung berkontribusi terhadap peningkatan angka pengangguran , sedangkan lapangan kerja yang tersedia relativ terbatas. Kejahatan konvensional yang menonjol terjadi di Papua yaitu woman traficking karena adanya keterbukaan wilayah dan peningkatan dana pembangunan setiap melalui dana Otonomi Khusus Papua menjadi daya tarik tersendiri bagi para pencari kerja dari berbagai profesi termasuk aktivitas woman traficking. Selain itu, kasus kejahatan konvensional yang menonjol lainnya yaitu konflik horisontal antar suku di kalangan penduduk asli yang mengakibatkan korban jiwa dan harta benda. Konflik antar suku merupakan fenomena bola apa dalam sekam yang sewaku-waktu dapat saja meledak tergantung dari faktor pemicu dan suasana yang mendukung. Arus modernisasi yang demikian kuat dan menjadi trend nilai bersama menimbulkan benturan-benturan dengan nilai-nilai lokal yang dipahami secara berbeda-beda oleh setiap suku-suku asli di papua. Kondisi tersebut menyebabkan benturan nilai tak terhindarkan oleh faktor-faktor pemicu yang sensitiv sifatnya. Secara kuantitatif sejumlah kasus yang terjadi selama lima tahun periode pembangunan dapat diselesaikan oleh aparat penegak hukum secara maksimal, namun secara kualitativ kasus-kasus konflik horisontal masih belum maksimal hasilnya mengingat keberagaman suku dan budaya menjadi titik rawan terjadinya konflik karena tidak didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai. Upaya penyelesaian kasus kejahatan konvensional dilakukan secara serius dan intensiv oleh institusi penegak hukum. Hal ini dibuktikan dengan presentase penyelesaian kasus kejahatan dari tahun 2004-2009 mampu diselesaikan tuntas. Penangan terhadap kasus-kasus tersebut pada tahun 2008 hingga tahun 2009 sudah mencapai angka 98%. Penanganan kasus-kasus kejahatan konvensional Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   8 
  • 9. terus dilakukan secara transparan dan terbuka untuk mengeliminir gesekan- gesekan yang sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu menjadi komoditas politik sehingga turut berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap proses pelaksanaan pembangunan di wilayah Papua. Sementara itu, untuk tingkat presentase penyelesaian kasus-kasus kejahatan trans nasional mampu di atasi dengan baik. Untuk tahun 2004-2009, penyelesaian terhadap kasus kejahatan trans nasional mampu diselesaikan 100%. Mengingat laju tingkat kejahatan tersebut tidak sebesar tindak kriminalitas di daerah. Papua New Guinea sebagai negara tetangga untuk saat ini belum menjadi sebuah wilayah yang memiliki daya tarik ekonomi sehingga kejahatan transnasional masih dikategorikan belum membahayakan. Oleh karena itu, institusi penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan RI hingga saat ini mampu menyelesaikan kasus-kasus tersebut secara baik. 3. Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan hasil analisis di atas, berikut dirumuskan beberapa butir rekomendasi kebijakan sebagai berikut : a. Pemerintah daerah perlu bekerjasama dan berkoordinasi secara intensive dengan aparat penegak hukum guna mencermati dinamika pembangunan daerah dan perubahan-perubahan yang demikian cepat tentu saja berimplikasi luas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. b. Pemerintah daerah perlu meningkatkan sistem pengawasan dan pengamanan secara intensive dan ketat terhadap arus keluar barang dan mobilisasi manusia ke Papua melalui beberapa pintu masuk terutama jalur laut dan darat di daerah perbatasan. c. Perlu ditetapkan peraturan daerah yang mengatur tentang tata tertib arus keluar - masuk barang ke Papua dan juga kependudukan dan ketenaga kerjaan di tingkat propinsi agar dapat menekan tindak kejahatan konvensional dan trans nasional. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   9 
  • 10. B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS 1. Indikator Untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis maka 2 (dua) aspek sebagai cermin dari agenda tersebut yaitu : Pelayanan Publik dan Demokrasi. Untuk pelayanan publik menggunakan beberapa indikator kunci yaitu : Kasus-kasus korupsi di Papua, Presentase Kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah satu atap dan presentase instansi (SKPD) Provinsi yang memiliki peraturan wajar dengan pengecualian (WDP). Sedangkan demokrasi mempergunakan indikator outcome masing-masing : melihat Gender Development Index (GDI), Gender Empowerment Measurement (GEM) dan Index Pembangunan Manusia (IPM). 2. Analisis Pencapaian Indikator a. Penyelesaian Kasus Korupsi Motif korupsi yang terjadi di Papua memiliki tipe dan cirri tersendiri. Peningkatan terhadap kasus-kasus korupsi sangat significan sebagai akibat dari penyalahgunaan wewenang tugas yang diberikan seperti tersaji dalam grafik berikut : Presentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan (%) Dari tabel di atas tentang penangan kasus-kasus korupsi di propinsi Papua daerah. Nampak bahwa kasus-kasus korupsi berhasil ditangani aparat Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   10 
  • 11. penegak hukum meningkat signifikan selama lima tahun. Penanganan kasus mencapai 80 % yaitu pada tahun 2008 dan 2009. Peningkatan penanganan kasus korupsi di Papua disebabkan oleh adanya desakan yang begitu kuat di tengah-tengah masyarakat berkenaan dengan maraknya fenomena korupsi yang dilakukan secara terang-terangan terutama oleh para pejabat publik dan politisi. Hanya saja bila dicermati kritis bahwa jumlah kasus yang dilaporkan tersebut relative kecil dibandingkan dengan fakta di lapangan. Ada juga sejumlah kasus yang dilaporkan , namun hanya berakhir pada tingkat penyidikan dan penyelidikan dengan berbagai argument hukum yang dianggap belum cukup bukti dan lain-lain. Tiga kasus menonjol yang berhasil ditangani pihak penegak hukum yaitu bupati Yapen, Supiori dan bupati Boven Digoel. Ketiga pejabat tersebut kasusnya ditangani langsung oleh Komisi Pemberatasan Korupsi sehingga proses hukumnya bisa berjalan lancar, cepat dan efektiv. Sejumlah penyebab maraknya fenomena korupsi di Papua , namun seolah- olah dibiarkan oleh masyarakat yaitu ; kultur kekuasaan dan politik yang mendukung praktek korupsi dibiarkan terus berlangsung, polarisasi etnis yang tinggi dengan kecenderungan ikatan primordial yang kuat menyebabkan control sosial menjadi lemah. Selain itu proses akulturasi (masuknya nilai-nilai baru yang besifat ekonomi uang) dan yang tidak kalah penting yaitu lemahnya law enforcement dan integritas para penegak hukum (kentalnya budaya feodal). b. Pelayanan Publik Pelayanan publik secara baik dari pemerintah kepada masyarakat menunjukan bukti bahwa pemerintah telah melaksanakan tugas dan fungsi untuk lebih bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan dari masyarakat. Sistem birokrasi dalam sistem pelayanan baik dalam mekanisme pembuatan peraturan daerah satu atap dan presentase instansi (SKPD) Provinsi yang memiliki pelaporan wajar tanpa pengecualian terlihat di bawah Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   11 
  • 12. grafik berikut: Presentase Kabupaten/ Kota yang memiliki Peraturan Daerah atau Atap (%) Presentase Instansi (SKPD) Propinsi yang memiliki pelaporan Wajar Dengan Pengecualian (WDF) Data pada table diatas tentang pelayanan publik dengan indikator masing- masing : peraturan daerah pelayanan satu atap dan laporan penggunaan keuangan Negara dengan opini wajar tanpa pengecualian. Indikator Peraturan daerah pelayanan satu atap menunjukkan bahwa presentase kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah satu atap belum terbentuk di seluruh Kabupaten. Satu-satunya Perda satu atap hanya terdapat di propinsi yaitu Dispenda Propinsi dan pihak Kepolisian. Kendala-kendalanya ; pemerintah propinsi melalui Biro Hukum belum memfasilitasi terbentuknya kerangka peraturan daerah satu atap, kualifikasi pendidikan aparatur di bidang hukum terbatas, aparatur yang cakap dan kompeten sesuai bidang tugas relartiv rendah serta kurangnya pemahaman aparatur tentang semangat otonomi daerah menyebabkan lemahnya koordinasi antar tingkatan pemerintahan (propinsi dan kabupaten). Selain itu indikator Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dikategori opini wajar tanpa pengecualian. Seluruh SKPD di propinsi Papua belum berada pada kategori opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Tingkat kemajuan yang dicapai umumnya berada pada kategori opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Trend WDP di Papua cenderung meningkat karena pembinaan melalui pelatihan dan hasil-hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terus ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah untuk Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   12 
  • 13. didiperbaiki dan disempurnakan sesuai tata kelolah system keuangan negara untuk kepentingan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. c. Demokrasi Aggenda pembangunan yang adil di Indonesia yang dilaksanakan di propinsi Papua yang menampilkan indikator demokrasi disajikan pada grafik bawah ini : Gender Development Index Gender Empowerment Measurement Index Pembangunan Manuasia Indikator demokrasi yang digunakan masing-masing : Gender Development Index (GDI), Gender Empowerment Measurement (GEM) dan Index Pembangunan Manusia (IPM). Nilai GDI dan GEM memperlihatkan trend perkembangan yang paralel. Kedua indikator tersebut perkembangannya fluktuativ selama lima tahun dengan tingkat kecenderungan meningkat. GDI dan GEM mencapai persentase maksimal pada tahun 2009 yaitu sekiar 58 – 60 percent. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi peningkatan persentase dari kedua indikator output tersebut (GDI dan GEM) yaitu : Kebijakan affirmative dalam semangat Otonomi Khusus Papua yakni pemberdayaan dan keberpihakan sumber daya manusia. Issu gender tentu saja menjadi bagian dari semangat pemberdayaan dimaksud. Tingkat responsive dan sensitie gender pemerintah cukup baik. Selain itu, komitmen pemerintah daerah terhadap gender ditandai dengan peningkatan status kantor pemberdayaan perempuan menjadi Badan Pemberdayaan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   13 
  • 14. Perempuan. Konsekuensinya ; ruang lingkup menjadi luas, pembiayaan meningkat dan program-program peningkatn kapasitas perempuan meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa porsi pemberdayaan dan keberpihakan kepada perempuan semakin mendapat tempat dalam proses pembangunan di Papua. Index Pembangunan Manusia menghalami peningkatan secara periodik hingga pada tahun 2009. IPM Papua menampilkan perubahan peningkatan yang berbeda pada periode waktu berjalan. Pada tahun 2004-2007 nilai IPM meningkat dari angka 60,90 mencapai 63,41, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 57,17. Penurunan tersebut dipengerauhi oleh pengelolaan kebijakan pendidikan dianggap belum efektiv yang ditandai dengan angka putus sekolah tingkat Sekolah Dasar masih tinggi dan kualitas output dari hasil pengelolahan kebijakan pendidikan relative rendah. Faktor lainnya, kebijakan pembangunan di bidang kesehatan juga belum optimal terutama pelayanan kesehatan dasar di wilayah-wilayah terpencil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Index pembangunan manusia di Papua mengalami peningkatan selama satu periode pemerintahan namun peningkatan tersebut belum signifikan seiring dengan perkembangan kemajuan di era informasi dan tehnologi. Dengan kata lain perkembangan IPM Papua selama satu periode pemerintahan relative lambat perkembangannya 3. Rekomendasi Kebijakan Memperhatikan uraian dan analisis yang disajikan diatas, berikut beberapa butir rekomendasi yang dapat dikemukakan tentang indikator demokrasi sebagai berikut : 1. Sinyalemen masih maraknya korupsi di Papua, maka disarankan perlu dibentuk suatu lembaga pengawas independen atau setingkat dengan Komisi Pemberatasan Korupsi di daerah yang diatur dengan Undang - Undang agar dapat mengontrol dan mengawasi setiap pelaku pembangunan. Selain itu, perlu diprogramkan secara intensive dan kesinambungan peningkatan kapasitas tenaga teknis pengelola keuangan daerah. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   14 
  • 15. 2. Kebijakan affirmative gender yang telah mendapatkan porsi dalam proses pembangunan di propinsi Papua perlu terus dikawal agar peningkatan kualitas dari proses tersebut dapat membuahkan hasil maksimal seiring dengan berjalannya waktu dan tuntutan jaman. 3. Perhatian terhadap peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia Papua perlu ditangani secara mendasar dan komprehensiv melalui sebuah konsep yang dapat mensinergikan antara system pendidikan modern dan kondisi obyektif daerah (budaya lokal). 4. Indeks IPM Papua memperlihatkan kecenderungan peningkatan , namun lambat kemajuannya. Oleh karena itu perlu ada kebijakan dibidang pendidikan dan kesehatan yang sinergis dan terintegrasi sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup rakyat di Papua , terutama penduduk asli Papua. C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1. Indikator Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat di propinsi Papua menggunakan beberapa indikator acuan yaitu : Pendidikan, Pengelolaan Sumberdaya Alam meliputi (sektor : Pertanian, Kehutanan dan Kelautan), Infrastruktur, Ekonomi Makro, Nilai Investasi, Kesehatan dan Keluarga Berencana. 2. Analisis Pencapaian Indikator a. Pendidikan Untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu negara atau wilayah dapat dilakukan diantaranya menampilkan angka partisipasi masyarakat yang mengenyam pendidikan pada berbagai jenjang. Untuk mengetahui tingkat perkembangan pendidikan masyarakat di Papua dapat disajikan pada grafik bawah ini : Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   15 
  • 16. Partisipasi Pendidikan Masyarakat Tingkat partisipasi pendidikan masyarakat diindikasikan masing-masing : Angka Partisipasi Murni tingkat SD, Angka Partisipasi Kasar tingkat SD, rata- rata nilai akhir tingkat SMP, rata-rata nilai akhir tingkat menengah, angka putus sekolah tingkat SD, angka putus sekolah tingkat SMP dan angka putus sekolah tingkat menengah. Data pada grafik diatas tentang tingkat partisipasi masyarakat di dalam pendidikan memperlihatkan perkembangan yang fluktuatif. Beberapa indikator output pendidikan memperlihatkan trend positive peningkatannya , namun ada sebagian indikator output lainnya memperlihatkan trend negative dalam artian terjadi penurunan. Angka partisipasi murni tingkat sekolah dasar cenderung meningkat pada tiga tahun terakhir atau dari tahun 2007-2009 yakni sebesar empat percent dari 80,92 - 84,90%. Kondisi ini berbeda dengan angka partisipasi kasar murid SD pada periode waktu yang sama, dimana nilai partisipasi menurun dari 101, 01 menjadi 97,83%. Angka kelulusan dari 3,94 melonjak 2 kali lipat menjadi 6,03 untuk angka kelulusan nilai akhir sekolah menengah tingkat pertama selama dua tahun berturut-turut pada tahun 2007 dan 2008. Peningkatan angka kelulusan tersebut setelah dikonfrontir dengan beberapa guru yang terlibat di tingkat SMU mengindikasikan bahwa hasil lulusan tersebut tidak murni hasil kerja keras para murid tetapi sebenarnya tingkat kelulusan Ujian Akhir Nasional dipengaruhi oleh intervensi kebijakan terselubung dari instansi tehnis ke sekolah-sekolah untuk membantu kelulusan para siswa. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   16 
  • 17. Kebijakan penanganan angka melek huruf tidak mengalami perubahan signifikan. Antara tahun 2004 hingga 2007 angka perkembangan melek huruf tetap berada pada angka 74 %. Sedangkan di tahun 2008-2009 sedikit mengalami peningkatan yaitu 75%. Perhatian pemerintah daerah terhadap masalah angka melek huruf ini masih terasa kurang mendapat perhatian yang memadai. Peningkatan kesejahteraan dan tuntutan terhadap kualifikasi pendidikan para guru dalam meningkatkan kualitasnya terus mendapat pemerintah. Hal tersebut tercermin dari angka kelayakan guru di tingkat SMP yang cukup baik dari tahun 2008-2009 meningkat secara baik hingga mencapai 91,28%. Berbagai kebijakan dan program telah dilakukan secara intensive dan serius oleh pemerintah daerah melalui instansi tehnis terkait, bahkan alokasi anggaran pembangunan melalui sector pendidikan memperoleh porsi terbesar dibandingkan dengan sector-sektor prioritas lainnya sepert : kesehatan, ekonomi kerakyatan dan infrastruktur dasar. Memperhatikan grafik diatas nampak pengelolaan pendidikan cenderung fluktuativ dan hanya menekankan output serta dari pengelolaan menonjolkan aspek kuantitativ dari pada proses kualitatif , maka bisa dipastikan bahwa perkembangan penyelenggaraan pendidikan di propinsi Papua relative lambat kemajuannya. Ada sejumlah faktor yang berpengaruhi terhadap lambatnya perkembangan pengelolaan pendidikan di Papua, yakni : Kebijakan dan strategi pengelolaan pendidikan masih menggunakan pola yang sama dari waku ke waktu, porsi pengelolaan kebijakan pada level pendidikan menengah dan tinggi lebih besar dibandingkan dengan pendidikan dasar. Selain itu manfaat pengelolaan kebijakan pendidikan cukup terasa di wilayah perkotaan dibandingkan dengan wilayah pinggiran dan kampung-kampung, dan masalah klasik dari waktu ke waktu yaitu tingkat kesejahteraan termasuk minimnya ketersediaan sarana dan prasarana. b. Kesehatan Pengukuran tentang tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari indikator kesehatan masyakat pada suatu daerah. Sektor Kesehatan merupakan salah satu leading sector di era otonomi Khusus Papua saat ini. Berikut tampilan grafik tentang perkembangan pembangunan bidang kesehatan selama periode tahun 2004-2009, sebagai berikut : Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   17 
  • 18. Grafik diatas tentang indikator output dari sector kesehatan menunjukan trend fluktuativ yang menurun pada dua tahun terakhir 2008-2009. Angka gizi buruk dan kurang cenderung menurun. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah daerah member perhatian besar melalui berbagai kebijakan untuk menekan angka gizi buruk dan kurang , dan telah memberikan hasil positive. Sedangkan tingkat kematian mengalami penurunan terutama pada tahun 2008-2009, namun penurunan angka tersebut relative masih lambat karena angka kematian bayi masih cukup tinggi yaitu mencapai hampir 70% dalam tahun 2008-2009. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya nampak jelas bahwa belum memperlihatkan perubahan signifikan terhadap penurunan tingkat angka kematian bayi di Papua. Kondisi ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah agar dapat mengevaluasi kebijakan dan program yang dilaksanakan selama ini dan merumuskan ulang disesuaikan disesuaikan dengan kondisi saat ini dan sumber daya yang tersedia. Tingka harapan hidup penduduk di Papua selama lima tahun terakhir mengalami perubahan walaupun tingkat perubahannya relative kecil dan lambat. Secara keseluruhan menunjukan hasil positi karena tingkat harapan hidup penduduk di Papua yaitu mencapai usia 70 tahun. Artinya bahwa peningkatan t ersebut seiring dengan ada kemajuan di bidang kesehatan dan diikuti juga dengan pelayanan kesehatan semakin menjangkau masyarakat. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   18 
  • 19. Kebijakan lain yang menonjol di bidang kesehatan yaitu pemberian kartu gratis bagi masyarakat miskin. Bila dicermati secara kritis tentang pelayanan kesehatan dapat dikatakan bahwa pelayanan kesehatan di wilayah perkotaan semakin baik karena didukung dengan kebijakan dan keterjangkuan pelayanan serta ketersediaan tenaga medis dan sarana kesehatan. Sedangkan di wilayah pinggiran dan pedalaman belum optimal pelayanan kesehatan sehingga belum berdampak terhadap tingkat kualitas kehidupan masyarakat. sejumlah hambatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan di wilayah pinggiran yang belum maksimal yakni antara kebijakan dan implementasi belum dapat berjalan maksimal disebabkan oleh diantaranya ; birokrasi pelayanan yang cukup panjang, terbatasnya tenaga medis pada level kampung dan kondisi geografis dengan tingkat kesulitan yang khas pada setiap wilayah serta terbatasnya prasarana dan sarana kesehatan. c. Keluarga Berencana Program keluarga berencana merupakan program nasional dengan tujuan utama menekan laju pertumbuhan penduduk dan menciptakan keluarga sejahtera. Program Keluarga Berencana di Propinsi papua selama lima tahun penyelenggaraan pemerintahan disajikan pada grafik dibawah ini : Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   19 
  • 20. Penggunaan alat kontrasepsi bagi setiap keluarga di Papua cukup tinggi antar tahun 2008 hingga tahun 2009. Meningkatnya penggunaan alat kontrasepsi tersebut dari 47 % hingga 50 % berdampak pula bagi laju pertumbuhan penduduk di Papua. Tingkat pertumbuhan dapat diturunkan dari 2,03% hingga 1,99 %. Walaupun tingkat presentasi pertumbuhan tidak cukup besar, namun penggunaan alat kontrasepsi dianggap cukup berhasil di dalam membantu menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Apabila laju ini dapat ditekan, maka akan berdampak positif bagi keluarga terutama dapat mengurangi beban ekonomi keluarga. Penggunaan alat kontrapsi berhasil dilaksanakan hanya bagi pasangan yang menggunakan alat kontrasepsi, namun secara keseluruhan pada umumnya penduduk di Papua tidak menggunakan alat kontrasepsi. Ada sejumlah alasan yaitu masyarakat belum merasa penting dengan program Keluarga Berncana, perspektif social budaya masyarakat Papua yang melihat program Keluarga Berencana bagi kehidupannya. Tingkatan kepadatan penduduk relative rendah sehingga kondisi ini belum menjadi problem pembangunan dan juga jumlah penduduk dibandingkan dengan luas wilayah. d. Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyakat, dapat diprotet melalui beberapa sektor , seperti ; pertanian, kehutanan dan kelautan. Sektor ini masih menjadi andalan utama penduduk asli papua menggantungkan kehidupannya dari ketersediaan sumberdaya alam yang melimpah. Untuk mengetahui kontribusu sector-sektor ini terhadap pembangunan dapat disajikan pada tabel berikut ini : Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   20 
  • 21. Keterlibatan masyarakat di sektor pertanian cukup positive. Partisipasi ini terlihat mengalami peningkatan signifikan dalam 2 (dua) tahun terakhir dari nilai 6,16 menjadi 6,67 M. Tingkat partisipasi masyarakat mengelolah hasil pertanian dianggap mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat di sektor pertanian tanpa disadari turut berdampak signifikan terhadap peningkatan jumlah presentase areal lahan kritis. Pembabatan hutan dan pembukaan lahan baru untuk kepentingan aktivitas pertanian terus meningkat belakangan ini tanpa disadari mulai merusak ecosystem hutan dan akan dampak terhadap pengrusakan hutan ke depan. Pada periode waktu tahun 2008-2009 presentase lahan kritis meningkat tajam dari 0,12 -0,22 %. Pemanfaatan lahan untuk berbagai kebutuhan pembangunan berpengaruh secara signifikan terhadap meningkatnya jumlah persentase areal lahan kritis. Disamping itu , tindak pidana terhadap kegiatan perikanan mengalami peningkatan selama dua tahun yaitu tahun 2008-2009. Peningkatan persentase kejahatan perikanan disebabkan oleh beberapa kelompok masyarakat dengan cara menggunakan bahan peledak guna menangkap ikan (destructive fishing). Kegiatan ini tentu saja dapat menghancurkan potensi sumberdaya ikan yang ada selama ini. Mengingat kebutuhan ikan dari waktu ke waktu terus meningkat, menyebabkan masyarakat melakukan cara- cara tidak terpuji dalam menangkap ikan. Masyarakat tidak menyadari bahwa cara-cara salah tersebut telah melanggar hukum karena telah merusak sumberdaya alam dan pesisir laut. Tertangkapnya beberapa kapal Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   21 
  • 22. asing di wilayah perairan laut Papua menjadi indikasi bahwa perlu dilakukan tindakan pengamanan perairan laut wilayah Indonesia dari ancaman pencurian sumberdaya perikanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dua modus utama tindak pidana kelautan yaitu illegal fishing dan destructive fishing yang tentu saja dapat mengganggu ekosistem laut. e. Infrastruktur Dukungan infrastruktur terutama perhubungan darat sangat diperlukan agar dapat mendukung pelaksanaan pembangunan wilayah secara utuh sehingga dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Gambaran pembangunan infrastruktur perhubungan darat di Propinsi Papua selama periode lima tahun disajikan pada grafik berikut ini : Dukungan infrastruktur jalan darat yang menjadi focus perhatian analisis yaitu jalan nasional dan jalan provinsi. Kondisi jalan nasional yang tergolong baik selama tahun 2008-2009 menghalami penurunan sekitar 5,73-3,73%. Penurunan tersebut dimaksudkan yaitu kondisi jalan tersebut mengalami kerusakan dan belum mendapatkan perhatian dalam hal perawatan dan pemeliharaan. Jalan Nasional mengalami penurunan kondisi baik jalan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   22 
  • 23. tersebut. Jalan nasional dalam kondisi sedang berkisar antara 41,10 - 11,10% untuk tahun 2008-2009. Sementara kondisi jalan nasional yang berada dalam keadaan rusak selama dua tahun terakhir 2008 - 2009 berkisar antara 53,17 – 54,23 %. Meningkatnya jumlah jalan nasional yang rusak disinyalir disebabkan oleh keterbatasan anggaran pembangunan untuk membiaya kegiatan pemeliharan dan perbaikan. Jalan nasional yang rusak perlu mendapat perhatian yang serius dalam upaya perbaikan jalan tersebut. Disamping itu pula, terdapat jalan-jalan provinsi. Persentase jalan provinsi yang tergolong baik berkisar 38,45-38,76% pada tahun 2008-2009. Prasana jalan darat tersebut Nampak cukup terawat baik. Jalan provinsi yang berada dalam kondisi sedang dan rusak mencapai 24 % dan lebih dari 50%. Oleh sebabnya presentase jalan rusak baik jalan nasional dan provinsi perlu untuk diperbaiki dalam rangka memberikan pelayanan yang baik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Rusaknya infrastruktur jalan darat yang ada dapat berpengaruh langsung kepada alur distribusi barang dan jasa , dan tentunya saja akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi bagi daerah tersebut dan wilayah sekitarnya. Permasalahan dasar yang menyebabkan infrastruktur jalan darat dari waktu ke waktu tidak mengalami peningkatan signifikan sebenarnya lebih disebabkan oleh lemahnya komitmen pemerintah dalam memperhatikan pembangunan infrastruktur dasar di propinsi Papua. f. Ekonomi Makro Indikator ekonomi makro yang sering digunakan dalam menganalisa pertumbuhan ekonomi secara aggregate suatu daerah adalah PDRB (Produk Domeistik Regional Bruto). PDRB pada prinsipnya adalah total output yang diproduksi oleh propinsi ataupun kabupaten. Gambar berikut memperlihatkan kondisi perekonomian Provinsi Papua. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   23 
  • 24. Produk Domestk Regional Bruto Provinsi Papua berfluktuasi dari tahun 2004- 2009, dan terjadi peningkatan -1,49 hingga 15,49 untuk tahun 2008-2009. Bila dicermati perkembangan pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir yakni; pada tahun 2004 terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua mencapai minus 22%, namun pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua mencapai skitar 35%. Jika melihat share total PDRB, dari tahun 2004-2009 terlihat bahwa sektor manufaktur memiliki peran yang sangat signifikan dalam perekonomian Provinsi Papua, hal ini disebabkan karena kontribusi perusahaan PT Freeport Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara langsung pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua dipengaruhi oleh perekonomian global. Jika melihat presentase manufaktur terhadp total PDRB berfluktuasi. Hal ini terjadi karena bervariasinya harga komoditas tembaga di dunia internasional. Seperti terlihat pada grafik diatas harga tembaga di dunia internasional mengalami peningkatan di tahun 2005, sehingga hal ini mendongkrak perekonomian Provinsi Papua, namun pada tahun 2008, harga tembaganya mengalami penurunan. Sebenarnya voulme produksi tembaga hampir sama untuk tahun 2005 dan 2008, namun harga tembaga berbeda berakibat pada turunnnya pendapatan PT Freeport Indonesia. Perkembangan pendapatan per kapita Provisi Papua mengalami kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2004 pendapatan perkaipta Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   24 
  • 25. penduduk di Provinsi Papua bekisar 11 jutaan rupiah, meningkat menjadi 20 juta pada tahuna 2005. Namun untuk tahun 2005-2006, pendapatan perkapita Provisi Papua mengalami stagnasi pada posisi 20 juta rupiah per tahun. Hal ini disebabkan karena kontribusi sektor pertambangan. Sebenarnya volume produksi sektor pertambangan khususnya tembaga yang diolah dari PT Freeport meningkat, namun harga tembaga dipasar internasional rendah sehingga berpengaruh terhadap menurunnya pendapatan per kapita. Disisi lain, meningkatnya harga tembaga berakibat meningkatnya pendaptan per kapita pada tahun 2006 sampai dengan 2008. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi papua sangat tinggi dipengaruhi oleh kontribusi sector migas melalui PT Freeport sebagai penyumbang PDRB terbesar yaitu 68 % (Papua dalam angka, 2008). Artinya bahwa hasil PT Freeport dibawa keluar dan selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk bagi hasil antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang dituangkan kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Implikasinya yakni ketergantungan pemerintah daerah semakin tinggi pada subsidi pemerintah seperti DAU, DAK, Dana OTSUS, hibah dan lain-lain. Ketergantungan tersebut hanya melestarikan mentalitas peramu yang masih dominan subsisten dari pada ekonomi produktif. Perkembangan inflasi di Provinsi Papua berfluktuasi dalam kurun waktu 2004-2009. Pada tahun 2004, inflasi Provinsi Papua dibawah 10%, namun pada tahun 2005 inflasi mencapai 14%. Peningkatan laju inflasi di Provinsi Papua dipicu oleh terjadi kenaikan di sektor pendidikan dan juga kelompok makanan jadi dan rokok. Namun untuk tahun 2006-2007, perkembangan laju inflasi di Provinsi Papua relatif stabil. Secara keseluruhan , inflasi diatas 10 percent dikategorikan sangat tinggi bila disandingkan dengan rata-rata inflasi tingkat nasional. Kondisi tersebut telah berlangsung dari waktu ke waktu terutama dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan hidup penduduk Papua di produksi dan didatangkan dari luar Papua. Kebutuhan hidup yang bisa dihasilkan di Papua berasal dari sektor pertanian dan perkebunan yang sifatnya bahan mentah (raw material) seperti sayur-sayuran atau palawija dan sumber protein lainnya yang disediakan oleh alam. Dengan demikian , laju inflasi tersebut tetap berada pada kategori yang relatif tinggi karena berkaitan dengan biaya produksi, transportasi dan bea masuk pajak, dan lain-lain yang ditentukan oleh perkembangan ekonomi makro secara nasional. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   25 
  • 26. g. Investasi Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah tentu saja harus memperhatikan kegiatan investasi di daerah tersebut. Peningkatan nilai investasi memberi gambaran tentang kesejahteraan suatu wilayah atau daerah. Berikut tampilan grafik tentang perkembangan investasi di Papua selama periode waktu 2004-2009: Keadaan investasi di Provinsi Papua seperti pada Gambar diatas bervariasi. Realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) tahun 2004 mencapai sekitar 2.000 miliar, meningkat mejadi 3.000 miliar pada tahun 2005. Namun sejak dari tahun 2005-2007, nilai realisasi PMDN mengalami penurunan sebesar 1.500 miliar. Menurunya nilai realisasi PMDN disebabkan karena faktor ketidakjelasan kepemilikhan hak tanah dan birokrasi perijinan yang masih berbelit-belit. Seperti diketahui di Provisisi Papua, dalam mengurus kepemilikan tanah harus memiliki persetujuan dari dua lembaga. Yang pertama dari Departement Pertanahan yang mengeluarkan sertifikat tanah. Dan yang kedua, harus ada pelepasan tanah dari adat dalam bentuk surat pelepasan. Kenyataannya investor mengalami kesulitan dalam memperoleh surat pelepasan hak tanah karena sering terjadi konflik diantara suku-suku yang memiliki hak ulayat tanah tersebut. Surat ijin investasi antara pemerintah pusat dan daerah dan antara pemerintah propinsi dan kabupaten masih menjadi hambatan tersendiri. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   26 
  • 27. Nilai rencana persetujuan investasi menurun sangat nyata antar tahun 2004 hingga tahun 2009 dari 5.45 M hingga 0,41M. Namun penurunan rencana investasi tidak sejalan dengan nilai realisasi investasi PMDN yang meningkat sangat signifikan pada tahun 2008 – 2009 atau berkisar dari 10,18 M hingga mencapai 380,73 M. Peningkatan nilai ini memberi dampak pada rencana serapan tenaga kerja yang cukup tinggi bagi masyarakat, dimana mengalami peningkatan nilai sebesar 2 kali lipat dari $ 89 hingga mencapai $ 196. Kondisi ini memberi gambaran tentang modal yang di investasikan dalam bentuk serapan tenaga kerja mampu mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat lebih baik pada dua tahun terakhir. Namun realisasi di dalam penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan yang cukup besar dari dua tahun terakhir. Penurunan nilai resapan tenaga kerja dari sekitar $ 25 menjadi $ 15. Kondisi ini dapat memberi dampak secara tidak langsung bagi penyerapan tenaga kerja. Namun penurunan nilai tersebut tidak terlalu berdampak langsung bagi penurunan nilai investasi di Provinsi Papua. Kebijakan keberpihakan pemerintah daerah kepada masyarakat lewat kesempatan berusaha termasuk kemudahaan bantuan kredit lunak. Kebijakan tersebut tentu saja diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perhatian juga diberikan pada sektor informal dan peningkatan kualifikasi tenaga kerja sehingga diharapkan para pelaku usaha atau calon pelaku usaha dapat membuka usaha sendiri. Kebijakan strategis tersebut dilakukan dengan tujuan utamanya adalah agar dapat menggerakan kegiatan perekonomian daerah. Sehingga ketergantungan masyarakat terhadap perusahaan asing dan atau bekerja sebagai karyawan asing bisa bergeser kepada pengelolaan usaha mandiri. Kebijakan pemerintah daerah yang pro ekonomi kerakyatan diharapkan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat tentu saja akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Secara umum perkembangan nilai realisasi investasi penanaman modal di Provisi Papua dalam kurun waktu 2004-2008 tidak banyak mengalami perubahan. Terjadi penuruanan invesati PMA dari tahun dari tahun 2005 sampai dengan 2006 dan penurunan tersebut disebabkan karena terjadi penurunan harga tembaga di pasar internasional sehingga ini berpengaruh Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   27 
  • 28. terhadap penerimaan investasi PMA. Selain PMA di sektor migas , nilai persetujuan PMA di sektor perkebunan mengalami peningkatan di era otonomi khusus Papua saat ini, hanya saja realisasi tidak berjalan optimal disebabkan oleh berbagai hambatan seperti birokrasi perijinan yang masih panjang antara pemerintah pusat dan daerah, hak ulayat, stabilitas politik di daerah serta etos kerja pembangunan sehingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi. h. Kesejahteraan Sosial Tingkat kesejahteraan rakyat diukur dari presentase penduduk miskin dan tingkat pengagguran terbuka. Berikut disajikan dapat diuraikan pada grafik berikut ini: Presentase penduduk miskin pada 2 (dua) tahun terakhir atau pada periode tahun 2008-2009 tidak banyak menampilkan perubahan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari angka presentase penduduk miskin berkisar pada 37,08% dan 37,52%. Dari jumlah tersebut, terdapat 70 % penduduk miskin berada di kampung-kampung. Berbagai kebijakan penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah, namun belum mampu mengurangi atau menekan angka Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   28 
  • 29. kemiskinan, bahkan ketergantungan masyarakat semakin tinggi kepada pemerintah seperti; Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), jarring pengaman social, dan lain-lain. Kebijakan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan masih bersifat simbolik dan karikatif tetapi tidak bersifat edukatif (BLT, jaringan pengaman social, dll) Orientasi masyarakat ke PNS masih cukup tinggi, partisipasi masyarakat ke sekor swasta rendah karena dipengaruhi oleh etos kerja pembangunan belum relevan dengan tuntutan dunia kerja (mentalitas peramu). Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat relatif rendah. Selama empat tahun terakhir ini, pemerintah daerah melaksanakan program strategis dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan di kampung-kampung dengan kebijakan Respek (Rencana Strategi Pembangunan Kampung). Pemerintah Daerah Propinsi menyediakan jumlah dana sebesar Rp. 100 juta tiap kampung untuk mendukung pelaksanaan kebijakan Respek tersebut. Program Respek tersebut disinergikan dengan program PNPM Mandiri pada tahun 2008 dengan tujuan yang sama yaitu penanggulangan kemiskinan. Oleh karena iu masih relative dini kalau pemerintah daerah mengklaim keberhasilan program Respek tersebut telah menekan jumlah kelompok miskin. Alasannya bahwa jumlah uang yang telah banyak beredar di kampung-kampung selama empat tahun terakhir tidak dengan sendirinya telah mengurangi kelompok masyarakat miskin. Pertanyaannya jumlah dana tersebut dipergunakan untuk kebutuhan apa saja di kampung-kampung ? . Apabila kebanyakan dari dana tersebut hanya dipergunakan untuk kepentingan produktiv , maka hasilnya paling cepat terasa lima tahun berjalan, tetapi sebaliknya bila jumlah uang yang besar dipergunakan untuk kepentingan konsumtiv atau semata-mata pembangunan fisik, maka sebenarnya belum memberikan jaminan bahwa kelompok warga miskin telah dibantu untuk keluar dari belenggu kemiskinan. Ada kemungkinan masyarakat miskin tidak mampu membebaskan dirinya dari belenggu kemiskinan karena warga miskin terjebak oleh kebijakan yang membelenggu mereka sendiri untuk tetap bergantung kepada pihak pemberi bantuan (pemerintah). Oleh karena itu, program Respek dan PNPM Mandiri masih perlu dievaluasi tingkat keberhasilan dengan durasi waktu paling lambat lima tahun pelaksanaan program tersebut. Program Respek memiliki nilai positive karena program tersebut sangat membantu penduduk miskin untuk terlibat memecahkan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   29 
  • 30. problem hidupnya sendiri dan menata kehidupannya yang lebih baik ke depan. Tingkat pengangguran terbuka dari waktu ke waku terus meningkat secara signifikan. Kebanyakan dari para penganggur adalah lulusan-lulusan perguruan tinggi dari luar Papua dan dari dalam Papua, dan lulusan SMU yang tidak sempat melanjutkan studi pada jenjang perguruan tinggi karena berbagai alasan. Selain itu, migran dari luar papua yang melihat peluang otonomi khusus Papua dan pemekaran wilayah. Kelompok migran bervariasi latar belakangnya seperti para kalangan terdidik (lulusan perguruan tinggi), lulsan SLTA dan kalangan kurang terdidik seperti tenaga kerja kasar, dan lain- lain. 3. Rekomendasi Kebijakan Beberapa rekomendasi dikemukakan berikut ini sebagai acuan guna meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat, meliputi : a. Kebijakan pengelolaan pendidikan sebaiknya fokus perhatian porsinya lebih besar pada level pendidikan dasar dan locusnya diarahkan ke wilayah-wilayah pinggiran dan kampung-kampung. Selain itu, metode dan pola pendekatan penerapannya juga harus berbeda antara wilayah perkotaan dan pinggiran dan atau kampung-kampung. Memadukan dan mensinergikan system pendidikan modern dan kondisi obyektif daerah (budaya local) sudah saatnya perlu ada langkah-langkah konkrit guna mempersiapkan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas ke depan. b. Kebijakan pembangunan di bidang kesehatan tidak sekedar memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk miskin atau penderita, tetapi perlu ada keterlibatan sektor-sektor lain seperti pekerjaan umum, perhubungan dan intansi tehnis lainnya. Tujuannya agar pelayanan kesehatan baik dari aspek kebijakan maupun implementasi menyangkut pelayan kesehatan dasar hingga kesejahteraan para medis benar-benar mendapat perhatian sehingga pembangunan kesehatan dapat berjalan optimal. c. Program penyuluhan secara intensive kepada para nelayan dan masyarakat umum agar menggunakan cara-cara baik dan benar dalam menangkap ikan terutama sesuai dengan lokal wisdom agar tidak merusak ekosistem perairan dan kepentingan generasi selanjutnya. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   30 
  • 31. d. Perlu adanya komitmen yang tinggi dan konsisten dari pemerintah pusat secepatnya membangun infrastruktur dasar yang menghubungkan antara kabupaten di propinsi Papua termasuk propinsi Papua Barat agar dapat mengurangi ekonomi biaya tinggi yang selama ini diterima apanya sebagai fakta pembangunan. e. Kebijakan tentang kredit mikro bagi pengusaha kecil perlu diikuti dengan pendampingin secara intensive dan perlu melibatkan pihak swasta membantu pemerintah daerah membimbing dan membina pengusaha-pengusaha lokal agar terjadi transfer knowledge dan skill sesuai tuntutan perkembangan saat ini. f. Menyediakan fasilitas dan pengadaan formasi tenaga kesehatan agar pelayanan kesehatan bisa lebih merata dan menjangkau kampung- kampung. Selain itu , perlu merekrut tenaga-tenaga penyuluh lapangan agar dapat melakukan proses pendampingan dan penyuluhan bagi setiap keluarga tentang gizi dan permasalahannya sehingga pada akhirnya mereka mampu menurunkan angka gizi buruk dan kurang pada bayi. g. Kebijakan penanggulangan seperti Respek dan PNPM Mandiri merupakan sebuah kebijakan strategis yang perlu dievaluasi untuk menilai tingkat keberhasilan dan terus diperbaiki dan disempurnakan untuk kepentingan pembangunan dan masyarakat di Papua melalui pendekatan pembangunan berbasis kampung serta perlu diikuti juga dengan dukungan penuh dari seluruh jajaran pemerintahan di tingkat Kabupaten. D. KESIMPULAN Hasil evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai yang diuraikan diatas memperlihatkan bahwa index kriminal ,kejahatan konvensional dan kasus transnasional secara umum dapat diselesaikan dengan baik oleh institusi penegak hukum. Dinamika perkembangan pembangunan yang dipengaruhi oleh adanya keterbukaan wilayah sebagai hasil pemekaran wilayah dan pelaksanaan Otonomi Khusus Papua berdampak terhadap meningkatnya kasus-kasus criminal, kejahatan konvensional dan transnasional selama tiga tahun terakhir ini. Kasus pencurian bermotor , women trafficking dan transaksi ganja merupakan kasus- Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   31 
  • 32. kasus kejahatan yang menonjol dan terus meningkat seiring dengan dinamika pembangunan di daerah. 2. Agenda pembangunan Indonesia yang adil dan demokratis secara umum belum menunjukkan kinerja yang baik. Jumlah kasus korupsi berhasil ditangani oleh institusi penegak hukum namun fakta di lapangan bahwa fenomena korupsi marak terjadi di masyarakat dari pada dugaan korupsi yang dilaporkan kepada pihak berwajib. Belum ada peraturan daerah pelayanan satu atap di seluruh Kabupaten di propinsi Papua. Satu-satunya SKPD yang memiliki pelayanan satu atap yaitu Dinas Pendapatan Propinsi Papua bekerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Papua yang dikenal dengan Samsat terkait dengan pengurusan-pengurusan administrasi kendaraan bermotor dan pajak kendaraan bermotor. Seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah di propinsi Papua belum berada pada kategori opini pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian. Umumnya, kinerja SKPD masih berada pada kategori opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Indikator demokrasi menunjukkan kinerja positive melalui Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Meassurement (GEM). Pemerintah Daerah memberikan perhatian sungguh-sungguh kepada pemberdayaan perempuan dan hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat partisipasi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan tidak saja dalam rumah tetapi di luar rumah sesuai profesinya masing-masing dan jumlah tersebut terus meningkat. 3. Secara umum agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat menunjukan kinerja positive, namun kemajuan yang dicapai relative lambat dan lebih dominan aspek kuantitativ dari pada aspek kualitativ. Indikator pendidikan dan kesehatan mengalami perkembangan positiv , namun lambat mencapai kemajuan optimal. Hal ini disebabkan oleh strategi dan pola pendekatan, orientasi pembangunan yang masih perkotaan dari pada pedalaman dan kampung - kampung. Laju pertumbuhan ekonomi relative rendah dan tingkat kontribusi PDRB untuk pertumbuhan ekonomi di Papua masih dominan dari PT Feeport sebesar 68% sehingga ketergantungan ekonomi Papua sangat tinggi pada subsidi pemerintah melalui DAU, DAK, OTSUS dan dana-dana Hibah. Nilai investasi relative rendah karena berbagai kendala ; birorakrasi perijinan antara pemerintah pusat dan daerah, permasalahan tanah (hak hulayat),faktor keamana dan etos kerja pembangunan. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   32 
  • 33. Infrastruktur jalan darat sebagian besar berada dalam kondisi rusak baik jalan propins maupun nasional. Kondisi jalan nasional yang dikategorikan berada dalam kondisi baik hanya mencapai11 percent. Kendala-kendala klasik yakni ; lemahnya komitmen pemerintah dan keterbatasan anggaran Negara. Tingkat kebutuhan pembangunan yang terus meningkat menyebabkan masyarakat melakukan penebangan dan pembabatan hutan untuk kepentingan pertanian. Aktivitas tersebut tanpa disadari oleh masyarakat dan pemerintah telah merusak ecosystem hutan dan lingkungan. Kondisi ini sedang terjadi secara perlahan-lahan namun pasti bahwa hutan sedang di hancurkan dengan alasan pembangunan dan ekonomi. Demikian halnya dengan potensi sumber daya laut yang menjadi sumber kehidupan manusia termasuk penduduk di Propinsi Papua terakit dengan aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak (Destructive fishing) dan Illegal fishing di perairan Papua terus meningkat dalam tiga tahun belakangan ini. Keadaan ini tanpa disadari akan merusak ecosystem di perairan laut. Persentase penduduk miskin tidak mengalami perubahan selama empat tahun belakangan ini yaitu masih tetap berada kisaran 37 percent. Berbagai kebijakan dilakukan oleh pemerintah tetapi belum berdampak signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan. Program Bantuan Langsung Tunai , jaring pengaman social dan lain-lain merupakan pendekatan yang sifanya karitatif dan simbolik sehingga tidak mengandung unsur edukasi bagi masyarakat. Justru kondisi yang terjadi sebaliknya masyarakat sangat tergantung kepada si pemberi bantuan (pemerintah) . Kebijakan Respek sebagai kebijakan strategis pemerintah daerah dalam rangka menanggulangi kemiskinan mengandung filosophis dan semangat pemberdayaan bagi penduduk miskin yang hidup di kampung-kampung dan umumnya adalah penduduk asli papua. Hanya saja program tersebut baru berjalan empat tahun sehingga masih memerlukan waktu lima tahun untuk mengevaluasi tingkat kemajuan dari keberhasilan dari program tersebut. Angka pengangguran terus meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir disebabkan oleh lulusan perguruan tinggi dari dalam dan luar Papua,kaum migrant dari luar Papua, orientasi pencari kerja lebih kepada PNS, keterbatasan lapangan kerja di sector public dan sector swasta belum berkembang pesat di propinsi Papua. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   33 
  • 34. BAB III RELEVANSI RPJMN 2010 -2014 DENGAN RPJMD PROPINSI PAPUA 1. Pengantar Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan terencana, intensiv dan berkesinambungan guna mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu ada acuan dasar sebagai pedoman agar dapat melakukan pengkawalan terhadap proses pembangunan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Kerangka dasar pembangunan nasional selama lima tahun belakangan ini mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebagai dasar untuk mengkawal agenda-agenda prioritas yang harus dicapai selama satu periode penyelenggaraan pemerintahan. Agenda prioritas nasional menjadi acuan dasar selanjutnya dijabarkan ke dalam RPJM Daerah dan disesuaikan dengan kondisi riil dan kebutuhan masing-masing daerah. Tujuan dan sasaran dari agenda yang ditetapkan dalam RPJMN maupun RPJMD output akhir dapat dilihat dan dinilai pada akhir periodisasi pemerintahan. Apakah perkembangan pembangunan selama periode tersebut hasilnya signifikan sesuai agenda pembangunan atau, sebaliknya keseluruhan proses pelaksanaan agenda pembangunan menghalami banyak hambatan dan kendala sehingga hasil akhirnya tidak optimal. Kemajuan dan keberhasilan pembangunan di daerah menjadi tolok ukur kemajuan pembangunan nasional. Standart acuan yang digunakan untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan secara normatif adalah relevansi antara muatan agenda RPJMN dan RPJMD Propinsi. Ada sejumlah faktor yang berpengaruh signifikan terhadap muatan relevansi RPJMN dengan RPJMD yaitu kemampuan pemerintah daerah memaknai subtansi materi RPJMN yang dikonversikan kedalam RPJMD Propinsi, pemahaman terhadap konsep perencanaan pembangunan nasional dan tehnis penyusunan agenda perencanaan pembangunan di daerah, komitmen dan konsisten dalam mengkawal agenda pembangunan nasional yang dilaksanakan di daerah dlam kerangka acuan RPJMD Propinsi. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah yang telah berlangsung selama beberapa tahun ini bertujuan diantaranya ingin mengetahui relevansi antara agenda RPJMN dan RPJMD Propinsi Papua. Apabila relevansi antara RPJMN dan RPJMD Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   34 
  • 35. memiliki signifikansi positip, maka hasil capaian agenda pembangunan yang dilaksanakan selama periode lima tahun pemerintahan menjadi gambaran tentang keberhasilan pembangunan atau, sebaliknya justru berbagai hambatan dan kendala yang djumpai dalam proses pelaksanaan pembangunan. Agenda pembangunan boleh saja dianggap relevan dan konsisten dikawal dengan baik , namun hasil capainya menjadi berbeda antara nasional dan daerah. Pada level makro atau nasional agenda pembangunan dianggap berhasil karena didukung oleh kemajuan daerah-daerah lain, namun pada level daerah itu sendiri , capaian hasilnya tidak maksimal yang disebabkan oleh berbagai hambatan. Sebaliknya juga bisa jadi tidak antara agenda RPJMN dan RPJMD sehingga mengukur kemajuan pembangunan yang disandingkan dengan perkembangan pembangunan secara nasional menjadi cukup sulit. Dengan demikian, evaluasi kinerja pembangunan daerah kali ini tentu saja menggarisbawahi relevansi pengkawalan antara agenda RPJMN dan RPJMD , karena relevansi tersebut tentu saja menjadi tolok ukur secara signifikan untuk menilai keberhasilan pmbangunan pada level normatif. Bab III ini secara khusus menyajikan materi agenda pembangunan dari kedua dokumen tersebut dan kemudian memberikan analisis kritis terhadap relevansi pengkawal RPJMN dengan RPJMD Propinsi Papua. Hasl penilaian tersebut selanjutnya diberikan usul dan saran dlam bentuk rekomendasi untuk RPJMN dan RPJMD Propinsi Papua. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010   35 
  • 36. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011 Analisis NO Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Kualitatif*) Prioritas Prioritas Program Aksi Program Pembangunan Pembangunan MENATA PRIORITAS 1. REFORMASI DAN TATA KEMBALI 1 KELOLA PEMERINTAH DAERAH Otonomi Daerah; Penataan otonomi daerah melalui ●Penghentian/pembatas 1. Pembenahan 1. Restrukturisasi dan debirokratisasi pemerintahan daerah an pemekaran wilayah; sistem Kegiatan Pokok : Pemerintahan a. Analisis kebutuhan Daerah pada semua b. Penyusunan desain OTK Pemda jajaran dan c. Penetapan Perda tentang struktur organisasi Pemda ● Peningkatan efisiensi tingkatan dan efektivitas 2. Penataan organisasi distrik dan kampung - Implementasi UU No 21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua penggunaan dana Kegiatan Pokok : yang belum terinternalisasi secara merata pada jajaran perimbangan daerah; a. Sinkronisasi peratutan perundang-undangan tentang pemerintahan terutama antara pemeritahan propinsi dan organisasi dan manajemen distrik dan Kampung Kabupaten menimbulkan penafsiran dan penerapan berbeda- b. Konsultasi dan kesepa-katan dengan stakeholder beda sehingga berdampak terhadap belum efektifnya tata c. Penetapan organisasi distrik dan taat kerja pemerintahan - Prioritas ● Penyempurnaan dan kampung kelolah penyelenggaraan dalam kerangka pelaksanaan daerah pelaksanaan pemilihan OTSUS Papua yang tidak kepala daerah; 3. Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik - Pemahaman good governance yang masih lemah pada Kegiatan Pokok : ada di seluruh tingkatan pemerintahan dan tidak diimbangi dengan a. Peningkatan Partisipasi masyarakat prioritas kapasitas dan kompetensi aparatur yang memadai dalam b. Mengarus-utamakan penyelenggaraan pemerintahan nasional yang baik mengisi perubahan system pemerintahan dari system c. Membangun mekanisme Check and balance sentralistik kepada sysyem yang desentralistik (otonomi daerah)menyebabkan penyelenggaraan pemerintahan di 4.1. Penataan manajemen pemerintahan Papua belum sesuai dengan prinsip-prinsip good Kegiatan Pokok : governance a. Penyusunan standar kinerja b. Monitoring dan evaluasi 4.2 Perbaikan mekanisme dalam pengambilan keputusan a. Penjaringan asmara b. Konsultasi Publik Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 36
  • 37. c. Penetapan standar akuntabilitas 5. Program pengendalian Kegiatan pembangunan Kegiatan Pokok : a. Kajian Perencanaan Pembangunan b. Pengumpulan data Perencanaan c. Penyusunan basis data perencanaan d. Penyusunan sistem manajemen data dan jaringan komunikasi data e. Perencanaan dan sinkronisasi program/ kegiatan pembangunan f. Monitoring dan evaluasi 2. Operasi 1. Pemberantasan KKN : pemberantasan Kegiatan Pokok : KKN a. Peningkatan pemahaman penyelenggara pemerintahan 3. Mendorong 1. Pendayagunaan lembaga –lembaga suprastruktur dan lembaga- infrastruktur politik dalam pembinaan demokrasi lembaga politik Kegiatan Pokok : (infrasutruktur a. Fasilitasi Peningkatan profesionalisme DPRP dan DPRD dan b. Fasilitasi peningkatan peran partaipolitik suprastruktur politik) untuk 2. Peningkatan kedewasaan berpolitik berfungsi Kegiatan Pokok : sebagai lembaga a. Fasilitasi pemahaman nilai-nilai demokrasi demokrasi dan b. Pelaksanaan pendidikan politik rakyat membangun c. Fasilitasi Peningkatan partisipasi politik rakyat budaya politik yang sehat, dewasa dan bermutu. Regulasi; ● Percepatan 1. Implementasi 1. Fasilitasi penyusunan seluruh PP sesuai amanat UU No. Konsekuensi penerapan UU No 21/2001 OTSUS Papua harmonisasi dan Undang Undang 21/2001. menyebabkan agenda seting penyelenggaraan pemerintahan No. 21 Tahun Kegiatan pokok : sinkronisasi peraturan 2001 tentang a. Pembentukan Tim.  Prioritas harus dikerangkakan menurut amanat UU OTSUS yang mana perundang-undangan Otonomi Khusus, b. Pengajuan usulan draf PP. Daerah yang pelaksanaannya harus didukung melalui Peraturan Daerah di tingkat pusat dan di Provinsi Papua c. Konsultasi dan Pembahasan draf PP. tidak ada di Khusus Papua. daerah peraturan Secara Prioritas daerah selambat - Menyeluruh, 2. Fasilitasi penyusunan seluruh Perdasi dan Perdasus sesuai Nasional - Penyelenggaraan pemerintahan daerah di propinsi Papua Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 37
  • 38. lambatnya 2011; Konsisten dan amanat UU No. 21/2001. dilatari oleh semangat Undang-Undang Otonomi Khusus Konsekuen Kegiatan pokok : Papua, oleh sebabnya penerapan kebijakan-kebijakan baru a. Pembentukan Tim. b. Pengajuan usulan draf Perdasi dan Perdasus. yang bersifat nasional di Papua seperti UU Otonomi Daerah c. Konsultasi dan Pembahasan draf Perdasi dan Perdasus hanya menimbulkan beragam tafsir dan penerapan yang dengan DPRP dan MRP. berbeda-beda di jajaran pemerintahan terutama antara Propinsi dan Kabupaten 3. Sosialisasi UU No. 21/ 2001 ke seluruh lapisan masyarakat dan instansi pemerintah tingkat pusat dan daerah. Ada program pemekaran wilayah namun kerangka acuan Kegiatan pokok : a. Pembentukan pusat informasi. pemekaran harus mengacu kepada UU OTSUS 2001. b. Seminar/lokakarya c. Penyuluhan d. Publikasi media. 4. Fasilitasi penyusunan draf amandemen UU No. 21/2001. Kegiatan pokok : a. Pembentukan Tim. b. Pengajuan usulan draf amandemen. c. Konsultasi dan Pembahasan draf amandemen. 5. Fasilitasi, koordinasi dan komunikasi stakeholder dalam penyelesaian masalah pemekaran provinsi IJB sesuai UU No. 21/2001. Kegiatan pokok : a. Menyelenggarakan pertemuan intensif antar stakeholder. b. Pelaksanaan kesepakatan. c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kesepakatan. 6. Penataan Pemekaran Provinsi Baru Kegiatan Pokok : a. Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2001 dan UU Tentang Pemerintahan Daerah b. Kajian Pemekaran Provinsi Fasilitasi, Koordinasi dan Komunikasi dengan Stakeholder Sinergi Antara Pusat dan Daerah; Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 38
  • 39. RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011 NO Prioritas Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Pembangu Program Aksi Prioritas Pembangunan Program nan 1.Restrukturisasi dan debirokratisasi pemerintahan daerah Kegiatan Pokok : a. Analisis kebutuhan b. Penyusunan desain OTK Pemda c. Penetapan Perda tentang struktur organisasi ● Penetapan dan Pemda  Perubahan system penyelenggaraan pemeintahan 2. Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kepemerintahan penerapan yang baik secara signifikan pasca runtuhnya orde baru sistem Indikator MENATA KEMBALI Kegiatan Pokok : memerlukan penataan penyelenggaraan Kinerja Utama PEMERINTAH DAERAH a. Peningkatan Partisipasi masyarakat pemerintahan pada tingkat nasional dan daerah Pelayanan  Pembenahan b. Mengarus-utamakan penyelenggaraan Ada program Daerah yang secara bersama-sama. Publik yang sistem pemerin-tahan yang baik mendukung sepenuhnya  Pemberlakukan UU 21/2001 tentang OTSUS Pemerintahan c. Membangun mekanisme Check and balance selaras antara prioritas/program nasional PAPUA perlu adanya pembenahan pemerintah Daerah pada 3. Penataan manajemen pemerintahan penyelengaraan system pemerintahan yang semua jajaran Kegiatan Pokok : pusat dan dan tingkatan c. Penyusunan standar kinerja merujuk kepada UU 21/20021 tersebut, tetapi tdk pemerintah d. Monitoring dan evaluasi mengorbankan prinsip-prinsip good governance daerah ; dalam system pemerintaan modern. 3. Perbaikan mekanisme dalam pengambilan keputusan a. Penjaringan asmara b. Konsultasi Publik c. Penetapan standar akuntabilitas Penegakan MEMBANGUN TANAH  Untuk menciptakan stabilitas politik terutama Hukum; PAPUA YANG AMAN saat awal reformasi bergulir. DAN DAMAI 1. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka Penanganan  Penegakan hukum dilakukan ketika hukum Keamanan Kegiatan : belum berpihak secara adil kepada kaum yang 1. Optimalnya keterlibatan a. Pembentukan PAM Swakarsa lemah dan tak berdaya. masyarakat dalam menjaga keamanan secara swadaya b. Pembinaan siskamling Ada program daerah yang  Hukum adat dan hukum positiv belum dan swakarsa c. Pembinaan Kamtibmas mendukung sepenuhnya bersinergy dalam konteks penegakan hukum. 2. Pendayagunaan instansi terkait dalam rangka prioritas/program nasional Hal tersebut disebabkan oleh pengetahuan dan Penanganan Keamanan kesadaran hukum masyarakat relatif kurang. Kegiatan : a. Peningkatan koordinasi antar instansi terkait dalam  Kondisi-kondisi lokal berkenaan dengan law Penanganan Keamanan enforcement yang masih lemah seperti ; b. Peningkatan kapasitas aparat penegak hukum pelanggaran HAM, Korupsi, dan praktek hukum c. Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana adat dan hukum positip yang belum saling Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 39