Dokumen tersebut membahas konsep penilaian berdasarkan pendekatan HOTS (Higher Order Thinking Skills) yang mencakup kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, pemecahan masalah, dan penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Dokumen juga menjelaskan karakteristik soal penilaian HOTS yang bersifat non-algoritmatik, kompleks, dan terbuka serta mengukur tingkat kognitif analisis, evaluasi, dan k
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
Konsep penilaian berdasarkan pendekatan hots, literasi dan karakter
1. KONSEP PENILAIAN
BERDASARKAN
PENDEKATAN HOTS
KEMAMPUAN SISWA YANG
DILIBATKAN DALAM PENILAIAN
BERBASIS HOTS
1. kemampuan berpikir kritis
2. logis
3. reflektif
4. metakognitif
5. kreatif
6. pemecahan masalah tidak rutin
7. nonalgoritmatik
8. analisis
9. evaluasi
10. mencipta
11. melibatkan pembentukan konsep
12. pemikiran kritis
13. kreativitas/brainstorming
14. penyelesaian masalah
15. representasi mental
16. penggunaan aturan
17. penalaran
18. pemikiran logis, dan / atau
membutuhkan pemikiran ke tingkat yang
lebih tinggi daripada hanya menyatakan
kembali fakta
KEMAMPUAN YANG
DILIBATKAN DALAM SOAL-
SOAL ASESMEN BERBASIS
HOTS
1. transfer satu konsep ke konsep lainnya
2. memproses dan menerapkan informasi
3. mencari kaitan dari berbagai informasi
yang berbeda-beda
4. menggunakan informasi untuk
menyelesaikan masalah
5. menelaah ide dan informasi secara
kritis
SIFAT-SIFAT YANG HARUS ADA
DI DALAM SOAL HOTS
1. non algorithmic
2. cenderung kompleks
3. memiliki solusi yang mungkin lebih dari
satu (open ended approach)
4. membutuhkan usaha untuk
menemukan struktur dalam
ketidakteraturan
5. mengukur keterampilan berpikir
tingkat tinggi
6. berbasis permasalahan kontekstual
7. menggunaan bentuk soal beragam
8. mengukur level kognitif C-4 (
menganalisis), C-5 (mengevaluasi), dan C-
6 (mengkreasi)
LIMA KARAKTERISTIK
KONTEKSTUAL DALAM
ASESMEN BERBASIS HOTS
1. Relating : asesmen terkait langsung
dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata.
2. Experiencing : asesmen yang
ditekankan kepada penggalian (
exploration), penemuan (discovery), dan
penciptaan (creation).
3. Applying : asesmen yang menuntut
kemampuan peserta didik untuk
menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh di dalam kelas untuk
menyelesaikan masalah-masalah nyata.
4. Communicating : asesmen yang
menuntut kemampuan peserta didik
untuk mampu mengomunikasikan
kesimpulan model pada kesimpulan
konteks masalah.
5. Transfering : asesmen yang menuntut
kemampuan peserta didik untuk
mentransformasi konsep-konsep
pengetahuan dalam kelas ke dalam
situasi atau konteks baru.
LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT
SOAL HOTS (ASPEK PENILAIAN
PENGETAHUAN)
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-
soal HOTS
2. Menyusun kisi-kisi soal
3. Memilih stimulus yang menarik dan
kontekstual
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan
kisi-kisi soal
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik)
atau kunci jawaban
ASPEK PENILAIAN SIKAP
Penilaian sikap terdiri dari dua bagian
yaitu sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (
KI-2). Instrumen utama penilaian sikap
adalah instrumen observasi sedangkan
jurnal, penilaian diri, dan penilaian
antarteman menjadi instrumen penilaian
pendukung.
ASPEK PENILAIAN
KETERAMPILAN
Penilaian keterampilan dilakukan melalui
penilaian praktik, produk, dan proyek. Hal
tersebut disesuaikan dengan IPK yang
telah ditentukan pada RPP dan sesuai
dengan model pembelajaran yang
digunakan. Penilaian yang relevan
dengan penilaian keterampilan yaitu KD-
KD pada KI-4 yang berbentuk praktek.
KONSEP PENILAIAN BERDASARKAN PENDEKATAN LITERASI ADA
DI HALAMAN SELANJUTNYA...
FADIA RIZQI AYU - 185110700111017
2. KONSEP PENILAIAN
BERDASARKAN
PENDEKATAN
LITERASI
PRINSIP - PRINSIP METODE SUBJEK FOKUS ASESMEN KOMPONEN ASESMEN INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Objektif
2. Berkesinambungan
3. Menyeluruh/komprehensif
4. Akuntabel
5. Perbaikan
1. Observasi/pengamatan : dalam proses
penilaian dan evaluasi, penilai melakukan
kunjungan situs, mengadakan
pengamatan, dan mencatat faktafakta
sebagaimana adanya.
2. Dokumentasi : penilaian dan evaluasi
dapat dilakukan dengan menilai dan
mengevaluasi berbagai macam
dokumentasi yang bisa menjadi
instrumen untuk menentukan penilaian.
Dokumentasi ini bisa berupa portofolio,
foto kegiatan, video, dan laporan-laporan
kegiatan serta dokumen lain yang relevan.
3. Wawancara dengan pemangku
kepentingan : dalam mengadakan
penilaian dan evaluasi, penilai melakukan
wawancara dengan pelaku dan
pemangku kepentingan pendidikan yang
relevan untuk menemukan dan
memahami lebih dekat implementasi
GLN di tiap-tiap ranah.
4. Kuesioner : penilai bisa memberikan
kuesioner yang akan diisi oleh pelaku GLN
agar dapat memberikan gambaran lebih
menyeluruh tentang bagaimana GLN
diimplementasikan di tiap-tiap ranah.
5. Riset terfokus dan studi etnografis :
penilai melakukan studi terfokus dengan
membuat semacam riset tentang tema-
tema atau praktik-praktik GLN yang
sudah ada, membahas, dan menilainya
sehingga hasil riset itu bisa menjadi
sumber rujukan pembelajaran atau
duplikasi praktik baik. Penilai juga bisa
melakukan proses penilaian dengan
mempergunakan studi etnografis dengan
membuat narasi dan cerita tentang apa
yang dilihat dan dialami dalam sebuah
lingkungan literasi, baik itu di sekolah, di
keluarga, maupun di masyarakat.
6. Telaah data sekunder dari berbagai
macam lembaga yang relevan GLN
mempergunakan data-data sekunder
untuk mengukur tingkat literasi nasional,
misalnya, data-data PISA, PIRLS, TIMMS,
BPS, Ujian Nasional, dan lain-lain.
Penilai dibagi sesuai dengan relevan dan
tanggung jawab ranah masing-masing.
Kemendikbud melakukan penilaian dan
evaluasi menyeluruh minimal satu tahun
sekali. Mereka yang menilai dan
mengevaluasi implementasi GLN di setiap
ranah adalah sebagai berikut :
1. Kemendikbud (Puslitjak, Puspendik, dan
Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa)
2. dinas pendidikan
3. pengawas sekolah
4. kepala sekolah dan guru
5. komunitas sekolah
6. komite sekolah
7. lembaga-lembaga pemerintahan
8. organisasi masyarakat sipil yang
bergiat di bidang literasi
Fokus penilaian dan evaluasi dilakukan
melalui tiga ranah sebagai berikut :
1. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Gerakan Literasi Sekolah merupakan
keseluruhan kegiatan literasi yang terjadi
di unit pendidikan terkecil, yaitu tingkat
sekolah. Tingkat ini umumnya dipahami
sebagai saat di mana peserta didik mulai
memasuki pintu gerbang sekolah sampai
ia menyelesaikan kegiatan di sekolah.
2. Gerakan Literasi Keluarga (GLK)
Gerakan Literasi Keluarga merupakan
keseluruhan kegiatan literasi yang terjadi
di dalam keluarga-keluarga di Indonesia,
baik itu yang dilakukan di rumah maupun
yang terjadi di lingkungan masyarakat.
3. Gerakan Literasi Masyarakat (GLM)
Gerakan Literasi Masyarakat adalah
kegiatan literasi di masyarakat yang
melibatkan berbagai macam pelaku
tanpa memandang usia.
Gerakan Literasi Nasional dinilai dan
dievaluasi berdasarkan komponen-
komponen yang relevan yang sudah
dipetakan dalam tiap-tiap ranah GLN.
Tiap-tiap komponen ini kemudian dibagi
menjadi indikator-indikator keberhasilan
yang sifatnya konkret dan dapat dinilai
dan dievaluasi. Tiap-tiap komponen
terdiri atas lima strategi pendekatan
sebagai berikut :
1. penguatan kapasitas
2. peningkatan jumlah dan ragam
sumber belajar
3. perluasan akses
4. penguatan pelibatan publik
5. penguatan tata kelola
Tiap-tiap komponen di dalam literasi
dijabarkan ke dalam indikator-indikator
konkret yang bisa diamati, terukur, dan
dapat dilaksanakan. Indikator
keberhasilan ada yang bersifat kuantitatif
dan kualitatif.
KONSEP PENILAIAN BERDASARKAN PENDEKATAN KARAKTER ADA DI HALAMAN
SELANJUTNYA...
3. KONSEP PENILAIAN
BERDASARKAN
PENDEKATAN
KARAKTER
INSTRUMEN ASESMEN
BERBASIS KARAKTER
1. instrumen minat
2. instrumen sikap
3. instrumen konsep diri
4. instrumen nilai
5. instrumen moral
EMPAT KOMPONEN KARAKTER
YANG DIHASILKAN DARI
KERJASAMA ORANGTUA DAN
GURU
1. konsep
2. minat
3. nilai
4. konsep diri
LANGKAH-LANGKAH
PENGEMBANGAN INSTRUMEN
ASESMEN BERBASIS
KARAKTER
1. Menentukan spesifikasi instrumen
2. Menulis instrumen
3. Menentukan skala instrumen
4. Menentukan sistem penskoran
5. Mentelaah instrumen
6. Melakukan ujicoba
7. Menganalisis instrumen
8. Merakit instrumen
9. Melaksanakan pengukuran
10. Menafsirkan hasil pengukuran
SPESIFIKASI INSTRUMEN
1. Instrumen sikap : bertujuan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap
suatu objek, misalnya kegiatan sekolah.
Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif
bisa negatif. Hasil pengukuran sikap
berguna untuk menentukan strategi
pembelajaran yang tepat untuk siswa.
2. Instrumen minat : bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang minat
peserta didik terhadap mata pelajaran
yang selanjutnya digunakan untuk
meningkatkan minat peserta didik
terhadap suatu mata pelajaran.
3. Instrumen konsep diri : bertujuan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi
terhadap potensi yang ada dalam dirinya.
Informasi kekuatan dan kelemahan
peserta didik digunakan untuk
menentukan program yang sebaiknya
ditempuh oleh peserta didik tersebut. Hal
ini berdasarkan informasi karakteristik
siswa yang diperoleh dari hasil
pengukuran. Karakteristik potensi peserta
didik sangat penting untuk menentukan
jenjang karirnya.
4. Instrumen nilai : bertujuan untuk
mengungkap nilai dan keyakinan
individu. Informasi yang diperoleh berupa
nilai dan keyakinan yang positif dan yang
negatif. Hal-hal yang positif diperkuat,
sedang yang negatif diperlemah dan
akhirnya dihilangkan.
5. Instrumen moral : dimaksudkan untuk
mengungkap moral. Informasi moral
seseorang diperoleh melalui pengamatan
perbuatan yang ditampilkan dan laporan
diri, yaitu mengisi kuesioner. Informasi
hasil pengamatan bersama dengan hasil
kuesioner menjadi informasi penting
tentang moral seseorang.
PENULISAN INSTRUMEN
1. Instrumen sikap
Definisi konseptual: sikap mengacu
pada kecenderungan merespons secara
konsisten baik menyukai atau tidak
menyukai suatu objek. Instrumen sikap
dimaksudkan untuk mengetahui sikap
siswa terhadap suatu objek, misalnya
kegiatan sekolah. Sikap dapat positif
dapat negatif.
Definisi operasional: sikap adalah
perasaan positip atau negatif terhadap
suatu objek. Objek dapat berupa kegiatan
atau mata pelajaran. Cara yang mudah
untuk mengetahui sikap peserta didik
adalah melalui kusioner.
2. Instrumen minat
Definisi konseptual: minat adalah watak
yang tersusun melalui pengalaman yang
mendorong individu mencari objek,
aktivitas, pengertian, keterampilan untuk
tujuan perhatian atau penguasaan.
Definisi operasional: minat adalah
keingintahuan seseorang tentang
keadaan suatu objek. Indikator minat,
misalnya minat terhadap matematika
contoh sebagai berikut :
(1) Manfaat belajar matematika.
(2) Usaha memahami matematika
(3) Membaca buku matematika
(4) Bertanya di kelas
(5) Bertanya pada teman
(6) Bertanya pada orang lain
(7) Mengerjakan soal matematika
3. Instrumen konsep diri
Definisi konsep diri: persepsi seseorang
terhadap dirinya sendiri yang
menyangkut keunggulan dan
kelemahannya.
Definisi operasional: konsep diri adalah
pernyataan tentang kemampuan diri
sendiri yang menyangkut mata pelajaran.
4. Instrumen nilai
Definisi konseptual: nilai adalah
keyakinan yang ada dalam terhadap
suatu pendapat, kegiatan, atau suatu
objek.
Definsi operasional: nilai adalah
keyakinan seseorang tentang keadaan
suatu objek atau kegiatan. Misalnya,
keyakinan akan kemampuan siswa,
keyakinan tentang kinerja guru.
Kemungkinan ada yang berkeyakinan
bahwa prestasi siswa sulit untuk
ditingkatkan. atau ada yang berkeyakinan
bahwa guru sulit untuk melakukan
perubahan.
5. Instrumen moral
Instrumen ini bertujuan untuk
mengetahui nilai moral peserta didik.
Moral
didefinisikan sebagai pendapat, tindakan
yang dianggap baik dan yang dianggap
tidak baik. Indikator nilai moral sesuai
dengan definisi di atas adalah sebagai
berikut :
(1) Memegang janji
(2) Membantu orang lain
(3) Menghormati orang lain
(4) Kejujuran
TELAAH INSTRUMEN
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menelaah sebagai berikut :
1. apakah butir pertanyaan atau
pernyataan sesuai dengan indikator
2. bahasa yang digunakan apa sudah
komunikatif dan menggunakan tata
bahasa yang benar
3. apakah butir peranyaaan atau
pernyataan tidak bias
4. apakah format instrumen menarik
untuk dibaca
5. apakah jumlah butir sudah tepat
sehinggga tidak menjemukan
menjawabnya
SKALA PENGUKURAN
Secara garis besar skala instrumen yang
sering digunakan dalam penelitian, yaitu
Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala
Beda semantik. Skala Thurstone terdiri
dari 7 kategori, yang paling banyak
bernilai 7 dan yang paling kecil bernilai 1.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi. 2013. Evaluasi Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Gorontalo : UNG Press
Gorontalo
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2017. Pedoman Penilaian
dan Evaluasi Gerakan Literasi Nasional.
Jakarta: Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2019. Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan Kemendikbud.
Ahmad, Deni Nasir, Luluk Setyowati, Aster
Pujaning dan Heri Suhendri. 2020.
Analisis Sistem Penilaian HOTS (Higher
Order Thinking Skills) Dalam Mengukur
Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif.
Jurnal Biotik, Vol 8 No. 1 April 2020, UIN Ar-
Raniry (https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.
php/biotik/article/view/6600)
Mardapi, Djemari. 2010. Bahan tulisan
Penilaian Pendidikan Karakter : Penilaian
Pendidikan Karakter. Universitas Negeri
Yogyakarta (http://staff.uny.ac.id/sites/
default/files/tmp/Penilaian_karakter.pdf