Saya lulusan 2018 S1 Pendidikan Manajemen Perkantoran di Universitas Pendidikan Indonesia. Disini saya akan membagikan semua materi yang sudah saya dan teman kelas saya kerjakan selama masa kuliah. Semoga bermanfaat. :)
Saya lulusan 2018 S1 Pendidikan Manajemen Perkantoran di Universitas Pendidikan Indonesia. Disini saya akan membagikan semua materi yang sudah saya dan teman kelas saya kerjakan selama masa kuliah. Semoga bermanfaat. :)
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didikwiyadnya
Makalah ini menyajikan bagaimana peranan layanan konseling terhadap kesehatan mental peserta didik. Referensi definisi kesehatan mental juga disajikan dalam makalah ini.
Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini lengkap, silahkan hubungi : wiyadnya.gene@yahoo.com
Penggunaan makalah ini sebagai referensi dalam penulisan ilmiah (seperti makalah, skripsi) dan populer (majalah, blog), mohon dicantumkan dalam daftar pustaka / referensi sebagai berikut :
Wiyadnya, I Gde. 2012. "Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik", Makalah tidak dipublikasikan, Jakarta: STAH Dharma Nusantara.
Memahami konflik, stress, dan trauma sekolah dasarom makplus
Konflik, Stress yang tidak seimbang, dan trauma merupakan peristiwa psikologi yang mungkin dialami oleh peserta didik disekolah dasar. Jika peserta didik mengalmi konflik, maka mereka akan terjebak dalam suasana bingung berkepanjangan dan pada gilirannya mereka mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan. Dan jika peserta didik mengalami stress yang tidak seimbang, maka mereka akan terjebak dalam posisi salah suai (maladjustment). Jika pserta peserta didik mengalami peristiwa traumatic mereka mengalami trauma. Pada situasi ini individu menjadi tidak produktif, bahkan bisa jadi terperangkap dalam suasana depresi yang amat mendalam
Komunikasi ialah satu cara manusia berhubungan yang melibatkan pengertian atau maksud, dengan syarat mereka perlu setuju dengan definisi istilah-istilah yang digunakan berdasarkan sesuatu yang simbolik seperti isyarat, huruf, nomor, dan perkataan yang melambangkan atau menyerupai ide-ide yang dapat menyampaikan maksud.
Sesudah mempelajari bab ini Anda akan dapat:
Mendefinisikan kelompok, dan mengenal tipe kelompok yang berbeda.
Identifikasi lima tahap pengembangan kelompok.
Memperlihatkan bagaimana peranan perubahan kebutuhan dalam situasi yang berbeda.
Mendemonstrasikan bagaimana norma dan status memaksakan pengaruh pada perilaku individu.
2.2 Identitas Sosial
1. Definisi
Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu.
Hogg dan Abram (1990) menjelaskan social identity sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari pengetahuan seseorang dalam berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai minat. Menurut William James (dalam Walgito, 2002), social identity lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya, uangnya dan lain–lain. Sementara Fiske dan Taylor (1991) menekankan nilai positif atau negatif dari keanggotaan seseorang dalam kelompok tertentu.
Untuk menjelaskan identitas sosial, terdapat konsep penting yang berkaitan, yaitu kategori sosial. Turner (dalam Tajfel, 1982) dan Ellemers dkk., (2002) mengungkapkan kategori sosial sebagai pembagian individu berdasarkan ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Kategori sosial berkaitan dengan kelompok sosial yang diartikan sebagai dua orang atau lebih yang mempersepsikan diri atau menganggap diri mereka sebagai bagian satu kategori sosial yang sama. Seorang individu pada saat yang sama merupakan anggota dari berbagai kategori dan kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990). Kategorisasi adalah suatu proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam kategori-kategori tertentu yang bermakna (Turner dan Giles, 1985; Branscombe dkk., 1993). Pada umumnya, individu-individu membagi dunia sosial ke dalam dua kategori yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita adalah ingroup, sedangkan mereka adalah outgroup. Berdasarkan uraian beberapa tokoh mengenai pengertian social identity, maka dapat disimpulkan bahwa social identity adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan atas keanggotaannya dalam suatu kelompok sosial tertentu, yang di dalamnya disertai dengan nilai-nilai, emosi, tingkat keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga terhadap keanggotaannya dalam kelompok tersebut.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
2. KLASIFIKASI KELOMPOK
Kelompok Primer dan Kelompok
Sekunder
Kelompok Primer: Hubungan
dengan keluarga, kawan-kawan
sepermainan, tetangga yang dekat
(dikampung) lebih dekat, lebih
personal dan menyentuh hati
Kelompok Sekunder: Lawan dari
kelompok primer, tidak dekat, tidak
personal,tidak menyentuh hati,
3. Perbedaan Primer dan Sekunder
dari segi karakteristik
komunikasinya
Kualitas komunikasi pada kelompok
primer bersifat dalam dan meluas.
Komunikasi pada kelompok primer
bersifat personal, sedangkan
sekunder impersonal
Komunikasi pada kelompok primer
lebih menekankan aspek hubungan
daripada aspek isi.
Ekspresif >< instrumental
4. Ingroup dan outgroup
Kelompok kita dan kelompok
mereka
Ingroup bisa kelompok primer
(keluarga kita) dan sekunder
(fakultas kita)
Perasaan ingroup
diuangkapkan dengan
solidaritas, kesetiaan,
kesenangan dan kerjasama
5. Kelompok keanggotaan dan
kelompok rujukan
Kelompok rujukan ; kelompok yang
digunakan sebagai alat ukur
(standard) untuk menilai diri sendiri
dan membentuk sikap.
Kelompok dimana kita menjadi
anggota di dalamnya
6. Kelompok Deskriptif dan
Kelompok Preskriptif
Deskriptif : proses
pembentukannya secara
alamiah
Preskriptif : kelompok menurut
langkah-langkah rasional yang
harus dilewati anggotanya untuk
mencapai tujuannya
7. Kelompok deskriptif:
Kelompok sepintas (casual group):
dibentuk hanya untuk membina
hubungan yang hangat
Kelompok katartis: untuk
melepaskan tekanan batin atau
frustasi anggota-anggotanya
Kelompok belajar : untuk
menambah informasi
Kelompok pembuat kebijaksanaan
dan kelompok aksi : untuk
menyelesaikan tugas untuk
perumusan kebijakan atau tindakan
8. Kelompok Presriptif
Diskusi meja bundar
Simposium
Diskusi panel
Forum
Kolokium
Prosedur parlementer
9. Pengaruh kelompok pada perilaku
komunikasi
Konformitas
Fasilitasi sosial
Polarisasi
11. Faktor personal: karakteristik anggota
kelompok
Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz merumuskan teori
FIRO (Fundamental Interpersonal
Relations Orientation), menurut teori ini
orang memasuki kelompok karena:
Inklusi – ingin masuk, menjadi bagian
dari kelompok
Control-ingin mengendalikan orang lain
dalam suatu tatanan hierarkis
Affection-ingin memperoleh keakraban
emosional dari anggota kelompok yang
lain.