2. Proses pemecahan masalah dalam kelompok. Biasanya memelihara persatuan adalah hal penting karena berkaitan dengan keutuhan dari kelompok. Individu seyogyanya tak mempersulit proses pengambilan keputusan di dalam kelompok. Ketika kohesivitas sudah tinggi, maka akan ada kesamaan persepsi dan perasaan mengenai suatu masalah sehingga dalam penyelesaiannya, mereka akan cenderung memelihara kestabilan kelompok daripada memperpanjang ketegangan dengan memberikan masukkan yang lain. Para anggota kelompok cenderung akan bersikap baik dan tidak ingin mengganggu jalannya pengambilan keputusan. Di sini, terdapat istilah affiliative constraints yang berarti bahwa anggota kelompok lebih memilih untuk menahan pendapatnya karena takut ditolak. Hal tersebut menyebabkan kecenderungan dari anggota kelompok untuk memberikan perhatian lebih pada pemeliharaan kelompok daripada menaruh perhatian pada isu yang sedang dibicarakan/dipertimbangkan. Oleh karena itu anggota kelompok akan mengikuti keputusan dari pemimpin ketika pengambilan keputusan tiba.
3.
4. Faktor Struktural. Menurut Janis, karakteristik struktural yang spesifik (yang berupa kesalahan) akan mendorong terjadinya groupthink. Faktor-faktor ini termasuk: (1) group insulation yaitu kemampuan kelompok untuk tidak terpengaruh oleh dunia luar. Kelompok akan kebal terhadap pengaruh dari luar meskipun mereka sering bertemu dengan banyak orang di luar kelompok mereka, ataupun terdapat orang luar kelompok yang ada dalam organisasi tetapi tidak dimintai partisipasinya. (2) lack of impartial leadership yang berarti bahwa anggota-anggota kelompok dipimpin oleh seorang yang memiliki mniat pribadi terhadap hasil akhir dari pengambilan keputusan kelompok tersebut. (3) lack of decision making proceduresbeberapa kelompok memiliki sedikit (jika ada) prosedur untuk mengambil keputusan. Menurut Dennis Gouran dan Randy Hirokawa, jika suatu kelompok menyadari adanya masalah, mereka masih harus mencari tahu penyebabnya dan sejauh apa masalah itu. Oleh karena itu, kelompok padat dipengaruhi oleh suara-suara yang dominan dan mengikuti mereka yang memilih untuk mengemukakan pendapatnya.
5.
6. Mendukung adanya pelaporan terhadap kecurangan (whistle-blowing) dalam kelompok. Maksudnya, para anggota kelompok harus dimotivasi untuk menyuarakan keberatan mereka dibandingkan dengan menerima mentah-mentah suatu pendapat.
7. Menerima adanya keberatan di dalam kelompok. Kelompok harus mengizinkan adanya conscientious objector yaitu penolakan dari anggota kelompok untuk berpartisipasi karena melanggar nurani pribadi.
8. Menyeimbangan konsensus dan suara mayoritas. Kelompok tidak seharusnya mencari konsensus karena konsensus menuntut semua anggota kelompok untuk setuju akan sebuah keputusan dan anggota-anggota kelompok seringkali merasa tertekan untuk sepakat, sebaiknya kelompok berusaha untuk mencapai suara mayoritas untuk kesepakatan bersana agar kelompok tersebut dapat berfungsi sebagai sebuah tim.