SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial dan selalu membutuhkan
bantuan dan kehadiran orang lain. Manusia sebagai mahkluk hidup di dunia tidak
pernah dalam keadaan berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kelompok.
Chaplin (2004: 470) mendefinisikan kelompok sosial sebagai suatu kumpulan
individu yang saling berinteraksi dan memiliki beberapa sifat serta karakteristik
yang sama atau yang mengejar tujuan yang sama.
Setiap individu menemukan suatu kenyamanan dengan bergabung dan
berinteraksi dalam suatu kelompok, karena didalam kelompok seseorang akan
merasa bahwa dirinya disukai dan diterima. Perasaan disukai dan diterima semacam
ini sangat penting bagi semua usia dalam rentang kehidupan manusia. Kohesi
kelompok merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga keutuhan
kelompok.
Dalam berkelompok juga terdapat identitas sosial yang mempengaruhi
kepribadian individu. Identitas sosial merupakan seperangkat pengetahuan
mengenai sejauh mana individu dalam suatu kelompok mengetahui tentang
kelompoknya tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok ? Apa saja hal-hal yang terkait
dengan kohesivitas itu ?
2. Apa yang dimaksud dengan identitas sosial ? Apa saja hal-hal yang terkait dengan
identitas sosial itu ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok dan hal-hal yang
terkait dengannya.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan identitas sosial dan hal-hal yang terkait
dengannya.
2
BAB II
ISI
2.1 Kohesivitas
1. Definisi
Pengertian kohesivitas menurut para ahli :
a. Kohesi Kelompok
Collins dan Raven (1964) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai
kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam
kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
b. Kohesi Kelompok
Kohesi kelompok merupakan perasaan bersama-sama dalam kelompok dan
merupakan kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok.
Taylor, Peplau & Sears (1997: 109) mendefinisikan kohesivitas sebagai kekuatan
(baik positif ataupun negatif) yang menyebabkan anggota menetap pada suatu
kelompok. Kohesivitas bergantung pada tingkat keterikatan individu yang dimiliki
setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang
positif.
c. Kohesi Kelompok
Hartinah (2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok sebagai sejumlah
faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota
kelompok tersebut.
Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:
1. Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok.
2. Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.
3. Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.
Jadi, dapat disimpulkan, pengertian kohesivitas adalah faktor-faktor yang
dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota
sehingga terbentuklah kelompok.
3
2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Tingkat Ketertarikan dalam Kohesivitas Kelompok
Ketertarikan pada kelompok ditentukan oleh kejelasan tujuan kelompok,
kejelasan keberhasilan pencapaian tujuan, karakteristik kelompok yang mempunyai
hubungan dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi, kerjasama antara anggota
kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih menguntungkan dibandingkan
kelompok lainnya (Hartinah, 2009:72).
Kohesivitas bergantung pada tingkat ketertarikan individu yang dimiliki
setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang
positif. Adapun ketertarikan itu sendiri dipengaruhi oleh tiga hal yaitu :
1) Tingkat rasa suka satu sama lain diantara anggota kelompok. Apabila anggota
kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan
persahabatan, kohesivitasnya akan tinggi.
2) Tujuan instrumental kelompok. Kelompok seringkali digunakan sebagai sarana
untuk mencapai tujuan, sebagai cara untuk memperoleh pendapatan atau untuk
melakukan pekerjaan yang kita sukai. Ketertarikan kita terhadap suatu kelompok
bergantung pada kesesuaian antara kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan
kegiatan dan tujuan kelompok.
3) Keefektifan dan keselarasan interaksi dalam kelompok. Semua orang akan lebih
suka bergabung dalam kelompok yang bekerja secara efisien daripada dengan
kelompok yang menghabiskan waktu dan menyalahgunakan keterampilan kita.
Segala sesuatu yang meningkatkan kepuasaan dan semangat kelompok akan
meningkatkan kohesi kelompok.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok
Menurut Bordens dan Horowitz, 2008 ada beberapa yang mempengaruhi
kohesivitas anggota kelompok, yaitu :
 Ketertarikan antar anggota kelompok
Hubungan interpersonal anggota satu sama lain yang berlandaskan
ketertarikan, akan berpotensi menimbulkan kohesivitas. Semakin kuat
ketertarikannya, maka semakin kuat kohesivitas anggota kelompok.
 Kedekatan anggota
4
Kedekatan fisik dan psikologis sesama anggota kelompok juga dapat
mempengaruhi kohesivitas anggota kelompok.
 Ketaatan pada norma kelompok
Anggota kelompok yang patuh pada norma kelompok cenderung memiliki
kohesivitas kelompok.
 Kesuksesan kelompok mecapai tujuan
Kelompok yang berhasil mencapai tujuan memiliki dampai psikologis
kepada anggotanya, salah satunya kebersamaan, dan kohesi anggota
semakin meningkat.
 Identifikasi anggota terhadap kelompok : kesetiaan kelompok
Anggota yang memiliki identifikasi kuat terhadap kelompok cenderung
memiliki kohesivitas tinggi.
4. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Kohesi Kelompok
Beberapa hal yang berkaitan dengan kohesi kelompok (Carolina
Nitimiharjo dan Jusman Iskandar, 1993: 24-27) :
a. Tingkat kohesi kelompok.
Dalam hal Kohesi, umumnya orang menunjuk pada tingkatan yakni anggota
kelompok termotivasi untuk tetap tinggal didalam kelompok. Anggota kelompok
pada kelompok yang kohesinya tinggi lebih energik didalam aktivitas kelompok,
jarang absen dalam pertemuan kelompok dan merasa senang apabila kelompok
berhasil dan merasa sedih apabila kelompoknya gagal (Shaw, 1979). Kelompok
dengan kohesi yang tinggi, anggotanya kooperatif dan akrab, serta saling
menghargai antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Pada kelompok
yang kohesinya rendah biasanya ada rasa saling bermusuhan dan agresif, dan
biasanya ada rasa kesenangan ketika anggota yang lain berbuat kesalahan.
Selanjutnya (Shaw,1979) menjelaskan bahwa kohesi kelompok yang tinggi
ditandai dengan curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua anggota
kelompok mengikuti rencana yang telah disetujuinya. Kelompok dengan kohesi
yang tinggi pemimpinya berperilaku demokratis, sedangkan pada kelompok dengan
kohesi rendah pemimpinnya berperilaku seperti ‘bos’ dan cendrung autokratik.
5
Ada beberapa metode didalam meningkatkan kohesi kelompok. Cara paling
efektif adalah membentuk hubungan kooperatif diantara kelompok. Beberapa cara
lainnya adalah memperdalam kepercayaan diantara anggota kelompok,
mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi diantara anggota kelompok, meningkatkan
ekspresi saling inklusi dan menerima diantara anggota kelompok, memperluas
saling mempengaruhi diantara anggota kelompok dan mengembangkan norma-
norma kelompok yang menunjang ekspresi individu diantara anggota kelompok.
b. Kebutuhan interpersonal
Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan membutuhkan manusia lainnya,
karena semua manusia hidup dalam masyarakat, mereka harus memiliki
keseimbangan antara dirinya dengan masyarakat. Hakikat sosial manusia
dikarenakan kebutuhan-kebutuhan interpersonal. Ada tiga dasar kebutuhan
interpersonal, yaitu inklusi, control dan afeksi.
Kebutuhan inklusi berkisar pada keanggotaan siapa didalam dan siapa diluar
kelompok, siapa yang memiliki dan siapa yang tidak, siapa yang merupakan dari
kebersamaan dan siapa yang tidak. Beberapa anggota menghendaki agar kelompok
memiliki jalinan yang inklusif dan beberapa menghendaki jalinan yang lepas.
Kebutuhan control bertentangan dengan kekuatan hubungan didalam
kelompok, siapa yang berkuasa. Beberapa anggota menghendaki mempunyai
pengaruh terhadap banyak orang dan beberapa menghendaki tidak mempunyai
pengaruh terhadap siapa pun.
Kebutuhan afeksi menunjukkan hubungan terbuka dan bersifat pribadi
didalam kelompok. Beberapa anggota menghendaki hubungan yang hangat dan
terbuka dan beberapa lainnya menghendaki hubungan yang dingin dan ada jarak.
c. Mengembangkan dan memelihara kepercayaan
Kepercayaan adalah aspek penting bagi sebuah kelompok karena
merupakan kondisi yang dapat membuat kerjasama stabil dan berkomunikasi
dengan efektif. Makin tinggi tingkat kepercayaan diantara anggota kelompok.
Makin stabil kerjasama dan komunikasi yang efektif di antara anggota kelompok .
kelompok yang kooperatif adalah kelompok yang memiliki keterbukaan, tingkah
laku mempercayai didefinisikan sebagai ekspresi menerima, mendukung, dan
6
kooperatif. Meningkat dan memelihara kepercayaan berarti memperhatikan
keterbukaan, ekspresi menerima, dan mendukung.
d. Konsekuensi dari kohesi kelompok
Didalam sebuah kelompok, anggota kelompok yang kohesif lebih siap
untuk selalu bertartisipasi didalam pertemuan-pertemuan kelompok. Kelompok
yang kohesif memiliki anggota yang loyal terhadap kelompok, mempunyai rasa
tanggung jawab kelompok, mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas
kelompok dan merasa puas atas pekerjaan kelompok. Dengan ciri-ciri tersebut
dapat menyebabkan meningkatkan produktifitas kelompok.
Kelompok yang memiliki kohesi tinggi merupakan sumber rasa aman
terhadap anggota kelompok yang lain. Penerimaan anggota lain terhadap diri
seseorang dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok dan menjadikan
anggota-anggotanya lebih kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan lebih
mudah mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di dalam kelompok.
2.2 Identitas Sosial
1. Definisi
Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada
tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial
dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial)
adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka
tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi
nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan
keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu
kelompok tertentu.
Hogg dan Abram (1990) menjelaskan social identity sebagai rasa
keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari pengetahuan seseorang dalam
berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain, bahkan tanpa perlu
memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai minat.
Menurut William James (dalam Walgito, 2002), social identity lebih diartikan
sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang
dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan
7
keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya, rumahnya,
pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya, uangnya dan lain–
lain. Sementara Fiske dan Taylor (1991) menekankan nilai positif atau negatif dari
keanggotaan seseorang dalam kelompok tertentu.
Untuk menjelaskan identitas sosial, terdapat konsep penting yang berkaitan,
yaitu kategori sosial. Turner (dalam Tajfel, 1982) dan Ellemers dkk., (2002)
mengungkapkan kategori sosial sebagai pembagian individu berdasarkan ras, kelas,
pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Kategori sosial berkaitan dengan
kelompok sosial yang diartikan sebagai dua orang atau lebih yang mempersepsikan
diri atau menganggap diri mereka sebagai bagian satu kategori sosial yang sama.
Seorang individu pada saat yang sama merupakan anggota dari berbagai kategori
dan kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990). Kategorisasi adalah suatu proses
kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam kategori-
kategori tertentu yang bermakna (Turner dan Giles, 1985; Branscombe dkk., 1993).
Pada umumnya, individu-individu membagi dunia sosial ke dalam dua kategori
yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita adalah ingroup, sedangkan mereka adalah
outgroup. Berdasarkan uraian beberapa tokoh mengenai pengertian social identity,
maka dapat disimpulkan bahwa social identity adalah bagian dari konsep diri
seseorang yang berasal dari pengetahuan atas keanggotaannya dalam suatu
kelompok sosial tertentu, yang di dalamnya disertai dengan nilai-nilai, emosi,
tingkat keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga terhadap keanggotaannya
dalam kelompok tersebut.
2. Dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity
Menurut Jackson and Smith (dalam Barron and Donn, 1991) ada empat
dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity, yaitu:
a. Persepsi dalam konteks antar kelompok
Dengan mengidentifikasikan diri pada sebuah kelompok, maka status dan
gengsi yang dimiliki oleh kelompok tersebut akan mempengaruhi persepsi setiap
individu didalamnya. Persepsi tersebut kemudian menuntut individu untuk
memberikan penilaian, baik terhadap kelompoknya maupun kelompok yang lain.
8
b. Daya tarik in-group
Secara umum, in group dapat diartikan sebagai suatu kelompok dimana
seseorang mempunyai perasaan memiliki dan “common identity” (identitas umum).
Sedangkan out group adalah suatu kelompok yang dipersepsikan jelas berbeda
dengan “in group”. Adanya perasaan “in group” sering menimbulkan “in group
bias”, yaitu kecenderungan untuk menganggap baik kelompoknya sendiri. Menurut
Henry Tajfel (1974) dan Michael Billig (1982) in group bias merupakan refleksi
perasaan tidak suka pada out group dan perasaan suka pada in group. Hal tersebut
terjadi kemungkinan karena loyalitas terhadap kelompok yang dimilikinya yang
pada umumnya disertai devaluasi kelompok lain.
Berdasarkan Social Identity Theory, Henry Tajfel dan John Tunner (1982)
mengemukakan bahwa prasangka biasanya terjadi disebabkan oleh “in group
favoritism”, yaitu kecenderungan untuk mendiskriminasikan dalam perlakuan yang
lebih baik atau menguntungkan in group di atas out group. Berdasarkan teori
tersebut, masing-masing dari kita akan berusaha meningkatkan harga diri kita,
yaitu: identitas pribadi (personal identity) dan identitas sosial (social identity) yang
berasal dari kelompok yang kita miliki. Jadi, kita dapat memperteguh harga diri kita
dengan prestasi yang kita miliki secara pribadi dan bagaimana kita membandingkan
dengan individu lain.
c. Keyakinan saling terkait
Social identity merupakan keseluruhan aspek konsep diri seseorang yang
berasal dari kelompok sosial mereka atau kategori keanggotaan bersama secara
emosional dan hasil evaluasi yang bermakna. Artinya, seseorang memiliki
kelekatan emosional terhadap kelompok sosialnya. Kelekatan itu sendiri muncul
setelah menyadari keberadaannya sebagai anggota suatu kelompok tertentu. Orang
memakai identitas sosialnya sebagai sumber dari kebanggaan diri dan harga diri.
Semakin positif kelompok dinilai maka semakin kuat identitas kelompok yang
dimiliki dan akan memperkuat harga diri. Sebaliknya jika kelompok yang dimiliki
dinilai memiliki prestise yang rendah maka hal itu juga akan menimbulkan
identifikasi yang rendah terhadap kelompok. Dan apabila terjadi sesuatu yang
9
mengancam harga diri maka kelekatan terhadap kelompok akan meningkat dan
perasaan tidak suka terhadap kelompok lain juga meningkat.
d. Depersonalisasi
Ketika individu dalam kelompok merasa menjadi bagian dalam sebuah
kelompok, maka individu tersebut akan cenderung mengurangi nilai-nilai yang ada
dalam dirinya, sesuai dengan nilai yang ada dalam kelompoknya tersebut. Namun,
hal ini juga dapat disebabkan oleh perasaan takut tidak ‘dianggap’ dalam
kelompoknya karena telah mengabaikan nilai ataupun kekhasan yang ada dalam
kelompok tersebut. Keempat dimensi tersebut cenderung muncul ketika individu
berada ditengah-tengah kelompok dan ketika berinteraksi dengan anggota
kelompok lainnya.
3. Motivasi Melakukan Social Identity
Social identity dimotivasi oleh dua proses yaitu self-enhacement dan
uncertainty reduction yang menyebabkan individu untuk berusaha lebih baik
dibandingkan kelompok lain. Motivasi ketiga yang juga berperan adalah optimal
distinctiveness. Ketiga motivasi ini akan dijelaskan sebagai berikut (Burke, 2006):
a. Self-enhancement dan positive distinctiveness
Positive distinctiveness mencakup keyakinan bahwa ”kelompok kita” lebih
baik dibandingkan “kelompok mereka”. Kelompok dan anggota yang berada di
dalamnya akan berusaha untuk mempertahankan positive distinctiveness tersebut
karena hal itu menyangkut dengan martabat, status, dan kelekatan dengan
kelompoknya. Positive distinctiveness seringkali dimotivasi oleh harga diri anggota
kelompok. Ini berarti bahwa harga diri yang rendah akan mendorong terjadinya
identifikasi kelompok dan perilaku antar kelompok. Dengan adanya identifikasi
kelompok, harga diri pun akan mengalami peningkatan. Self-enhancement tak dapat
disangkal juga terlibat dalam proses identitas sosial. Karena motif individu untuk
melakukan social identity adalah untuk memberikan aspek positif bagi dirinya,
misalnya meningkatkan harga dirinya, yang berhubungan dengan self enhancement
(Burke, 2006).
10
b. Uncertainty Reduction
Motif social identity yang lain adalah uncertainty reduction. Motif ini secara
langsung berhubungan dengan kategorisasi sosial. Individu berusaha mengurangi
ketidakpastian subjektif mengenai dunia sosial dan posisi mereka dalam dunia
sosial. Individu suka untuk mengetahui siapa mereka dan bagaimana seharusnya
mereka berperilaku. Selain mengetahui dirinya, mereka juga tertarik untuk
mengetahui siapa orang lain dan bagaimana seharusnya orang lain tersebut
berperilaku. Kategorisasi sosial dapat menghasilkan uncertainty reduction karena
memberikan group prototype yang menggambarkan bagaimana orang (termasuk
dirinya) akan/dan seharusnya berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain.
Dalam uncertainty reduction, anggota kelompok terkadang langsung menyetujui
status keanggotaan mereka karena menentang status kelompok berarti
meningkatkan ketidakpastian self-conceptualnya. Individu yang memiliki
ketidakpastian self-conceptual akan termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian
dengan cara mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang statusnya tinggi
atau rendah. Kelompok yang telah memiliki kepastian self-conceptual akan
dimotivasi oleh self-enhancement untuk mengidentifikasi dirinya lebih baik
terhadap kelompoknya (Burke, 2006).
c. Optimal Distinctiveness
Motif ketiga yang terlibat dalam proses social identity adalah optimal
distinctiveness. Menurut Brewer (1991), individu berusaha menyeimbangkan dua
motif yang saling berkonflik (sebagai anggota kelompok atau sebagai individu)
dalam meraih optimaldistinctiveness (dalam Burke, 2006). Individu berusaha untuk
menyeimbangkan kebutuhan mempertahankan perasaan individualitas dengan
kebutuhan menjadi bagian dalam kelompok yang akan menghasilkan definisi
dirinya sebagai anggota kelompok (Ellemers, 1999).
11
4. Komponen Identitas Sosial
Tajfel (1978) mengembangkan social identity theory sehingga terdiri dari
tiga komponen yaitu cognitive component (self categorization), evaluative
component (group self esteem), dan emotional component (affective component)
yaitu:
a. Cognitive component
Kesadaran kognitif akan keanggotaannya dalam kelompok, seperti self
categorization. Individu mengkategorisasikan dirinya dengan kelompok tertentu
yang akan menentukan kecenderungan mereka untuk berperilaku sesuai dengan
keanggotaan kelompoknya. (dalam Ellemers, 1999). Komponen ini juga
berhubungan dengan self stereotyping yang menghasilkan identitas pada diri
individu dan anggota kelompok lain yang satu kelompok dengannya. Self
stereotyping dapat memunculkan perilaku kelompok (Hogg, 2001).
b. Evaluative component
Merupakan nilai positif atau negatif yang dimiliki oleh individu terhadap
keanggotaannya dalam kelompok, seperti group self esteem. Evaluative component
ini menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki individu terhadap keanggotaan
kelompoknya (dalam Ellemers, 1999).
c. Emotional component
Merupakan perasaan keterlibatan emosional terhadap kelompok, seperti
affective commitment. Emotional component ini lebih menekankan pada seberapa
besar perasaan emosional yang dimiliki individu terhadap kelompoknya (affective
commitment). Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam kelompok yang
dievaluasi secara positif karena kelompok lebih berkontribusi terhadap social
identity yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa identitas individu sebagai anggota
kelompok sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya yang kuat
terhadap kelompoknya walaupun kelompoknya diberikan karakteristik negatif
(dalam Ellemers, 1999).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Kohesivitas adalah faktor-faktor yang dimiliki kelompok yang membuat
anggota kelompok tetap menjadi anggota sehingga terbentuklah kelompok.
 Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:
a) Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari
kelompok.
b) Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.
c) Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.
 Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari
konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang
keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi
nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan
dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan
dalam suatu kelompok tertentu.

More Related Content

What's hot

Dinamika Kelompok 1.pptx
Dinamika Kelompok 1.pptxDinamika Kelompok 1.pptx
Dinamika Kelompok 1.pptx
CandraGustiana
 
Social influences
Social influencesSocial influences
Social influences
hudayoi
 
Metode riset psikologi sosial
Metode riset psikologi sosialMetode riset psikologi sosial
Metode riset psikologi sosialelmakrufi
 
Keterikatan Sosial Hubungan Interpersonal (Psikologi Sosial)
Keterikatan Sosial Hubungan Interpersonal (Psikologi Sosial)Keterikatan Sosial Hubungan Interpersonal (Psikologi Sosial)
Keterikatan Sosial Hubungan Interpersonal (Psikologi Sosial)atone_lotus
 
Pengukuran Psikologi
Pengukuran PsikologiPengukuran Psikologi
Pertemuan 3 psikometri
Pertemuan 3 psikometriPertemuan 3 psikometri
Pertemuan 3 psikometri
W Diana Ratri M.Psi, Psikolog
 
Psikologi kelompok
Psikologi kelompokPsikologi kelompok
Psikologi kelompokApratama C T
 
teori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich frommteori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich frommNaeya Hasbi
 
Hubungan Budaya dengan Psikologi
Hubungan Budaya dengan Psikologi Hubungan Budaya dengan Psikologi
Hubungan Budaya dengan Psikologi
Wulandari Rima Kumari
 
Proses Terbentuknya Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Proses Terbentuknya Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi SosialProses Terbentuknya Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Proses Terbentuknya Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosialatone_lotus
 
Contoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertContoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertrina_nurjanah96
 
Makalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosialMakalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosial
istiyuliawati
 
Desain dan Struktur Organisasi
Desain dan Struktur OrganisasiDesain dan Struktur Organisasi
Desain dan Struktur Organisasi
Shifa Awaliyah Liengling
 
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI
musniumar
 
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
novyaindri29
 
Sensasi dan persepsi
Sensasi  dan persepsi Sensasi  dan persepsi
Sensasi dan persepsi suher lambang
 
Pengembangan Organisasi | Struktur dan Desain Organisasi
Pengembangan Organisasi | Struktur dan Desain OrganisasiPengembangan Organisasi | Struktur dan Desain Organisasi
Pengembangan Organisasi | Struktur dan Desain Organisasi
Ahmad Baidowi
 
Jenis observasi (2)- data yg dpr diobservasi
Jenis observasi (2)- data yg dpr diobservasiJenis observasi (2)- data yg dpr diobservasi
Jenis observasi (2)- data yg dpr diobservasiazizyzy09
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 

What's hot (20)

Dinamika Kelompok 1.pptx
Dinamika Kelompok 1.pptxDinamika Kelompok 1.pptx
Dinamika Kelompok 1.pptx
 
Social influences
Social influencesSocial influences
Social influences
 
Metode riset psikologi sosial
Metode riset psikologi sosialMetode riset psikologi sosial
Metode riset psikologi sosial
 
Keterikatan Sosial Hubungan Interpersonal (Psikologi Sosial)
Keterikatan Sosial Hubungan Interpersonal (Psikologi Sosial)Keterikatan Sosial Hubungan Interpersonal (Psikologi Sosial)
Keterikatan Sosial Hubungan Interpersonal (Psikologi Sosial)
 
Pengukuran Psikologi
Pengukuran PsikologiPengukuran Psikologi
Pengukuran Psikologi
 
Pertemuan 3 psikometri
Pertemuan 3 psikometriPertemuan 3 psikometri
Pertemuan 3 psikometri
 
Psikologi kelompok
Psikologi kelompokPsikologi kelompok
Psikologi kelompok
 
teori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich frommteori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich fromm
 
Hubungan Budaya dengan Psikologi
Hubungan Budaya dengan Psikologi Hubungan Budaya dengan Psikologi
Hubungan Budaya dengan Psikologi
 
Proses Terbentuknya Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Proses Terbentuknya Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi SosialProses Terbentuknya Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Proses Terbentuknya Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
 
Contoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertContoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldert
 
Makalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosialMakalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosial
 
PIO Well being
PIO Well beingPIO Well being
PIO Well being
 
Desain dan Struktur Organisasi
Desain dan Struktur OrganisasiDesain dan Struktur Organisasi
Desain dan Struktur Organisasi
 
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI
 
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
 
Sensasi dan persepsi
Sensasi  dan persepsi Sensasi  dan persepsi
Sensasi dan persepsi
 
Pengembangan Organisasi | Struktur dan Desain Organisasi
Pengembangan Organisasi | Struktur dan Desain OrganisasiPengembangan Organisasi | Struktur dan Desain Organisasi
Pengembangan Organisasi | Struktur dan Desain Organisasi
 
Jenis observasi (2)- data yg dpr diobservasi
Jenis observasi (2)- data yg dpr diobservasiJenis observasi (2)- data yg dpr diobservasi
Jenis observasi (2)- data yg dpr diobservasi
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 

Viewers also liked

Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi SosialKohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosialatone_lotus
 
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007apotek agam farma
 
Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas KelompokKohesivitas Kelompok
Kohesivitas Kelompok
Dea Narda
 
Identitas sosial
Identitas sosialIdentitas sosial
Identitas sosialiin70
 
Kohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam KelompokKohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam KelompokTiti Imansari
 
Perilaku kelompok dalam organisasi
Perilaku kelompok dalam organisasiPerilaku kelompok dalam organisasi
Perilaku kelompok dalam organisasi
Pangeran Susilo
 
Tpi presentation web 4
Tpi presentation web 4Tpi presentation web 4
Tpi presentation web 4
TransitionalPropertyInvestments
 
faculty development guide
faculty development guidefaculty development guide
faculty development guideamita marwaha
 
Food Security for Humanity-full paper
Food Security for Humanity-full paperFood Security for Humanity-full paper
Food Security for Humanity-full paperamita marwaha
 
JulieTsai.GraphicTop
JulieTsai.GraphicTopJulieTsai.GraphicTop
JulieTsai.GraphicTopjulie tsai
 
paper on supply chain
paper on supply chainpaper on supply chain
paper on supply chainamita marwaha
 
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổi
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổiThừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổi
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổialonzo779
 
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paper
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paperGLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paper
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paperamita marwaha
 
історія січових стрільців 14
історія січових стрільців  14історія січових стрільців  14
історія січових стрільців 14
larisa1975
 
Eganyan Lina Presentatie
Eganyan Lina PresentatieEganyan Lina Presentatie
Eganyan Lina Presentatie
linaeganyan
 
To Live or to Survive
To Live or to SurviveTo Live or to Survive
To Live or to Surviveamita marwaha
 
Jefrey Santos Contrived Experiences
Jefrey Santos Contrived ExperiencesJefrey Santos Contrived Experiences
Jefrey Santos Contrived ExperiencesJefreyPS15
 

Viewers also liked (20)

Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi SosialKohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
 
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007
 
Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas KelompokKohesivitas Kelompok
Kohesivitas Kelompok
 
Identitas sosial
Identitas sosialIdentitas sosial
Identitas sosial
 
Syarat pemekaran wilayah
Syarat pemekaran wilayahSyarat pemekaran wilayah
Syarat pemekaran wilayah
 
Kohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam KelompokKohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam Kelompok
 
Perilaku kelompok dalam organisasi
Perilaku kelompok dalam organisasiPerilaku kelompok dalam organisasi
Perilaku kelompok dalam organisasi
 
Tpi presentation web 4
Tpi presentation web 4Tpi presentation web 4
Tpi presentation web 4
 
faculty development guide
faculty development guidefaculty development guide
faculty development guide
 
Sherif William
Sherif WilliamSherif William
Sherif William
 
JulieTsai.BRA
JulieTsai.BRAJulieTsai.BRA
JulieTsai.BRA
 
Food Security for Humanity-full paper
Food Security for Humanity-full paperFood Security for Humanity-full paper
Food Security for Humanity-full paper
 
JulieTsai.GraphicTop
JulieTsai.GraphicTopJulieTsai.GraphicTop
JulieTsai.GraphicTop
 
paper on supply chain
paper on supply chainpaper on supply chain
paper on supply chain
 
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổi
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổiThừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổi
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổi
 
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paper
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paperGLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paper
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paper
 
історія січових стрільців 14
історія січових стрільців  14історія січових стрільців  14
історія січових стрільців 14
 
Eganyan Lina Presentatie
Eganyan Lina PresentatieEganyan Lina Presentatie
Eganyan Lina Presentatie
 
To Live or to Survive
To Live or to SurviveTo Live or to Survive
To Live or to Survive
 
Jefrey Santos Contrived Experiences
Jefrey Santos Contrived ExperiencesJefrey Santos Contrived Experiences
Jefrey Santos Contrived Experiences
 

Similar to Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

dinamika kelompok alih kelompok
dinamika kelompok alih kelompokdinamika kelompok alih kelompok
dinamika kelompok alih kelompok
BBPP_Batu
 
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
ssuserf76850
 
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdfMicrosoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
SipilNasionalis1
 
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptx
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptxPERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptx
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptx
BagasEkoSaputroWijay
 
Dasar pembentukan sosial
Dasar pembentukan sosialDasar pembentukan sosial
Dasar pembentukan sosial
DedeSopianmaulana
 
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docxMAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
rafiatazzindanisima
 
Makalah ttg pemikiran kelompok
Makalah ttg pemikiran kelompokMakalah ttg pemikiran kelompok
Makalah ttg pemikiran kelompok
Josephine Fiona Ketaren
 
Perilaku kelompok
Perilaku kelompokPerilaku kelompok
Perilaku kelompok
gunadarma university
 
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompokppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
RatnaWulandari54
 
Bahan komsel Persekutuan Pemuda/Remaja Tahun 2024
Bahan komsel Persekutuan Pemuda/Remaja Tahun 2024Bahan komsel Persekutuan Pemuda/Remaja Tahun 2024
Bahan komsel Persekutuan Pemuda/Remaja Tahun 2024
VeraKrestina1
 
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasiKuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
Mukhrizal Effendi
 
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaBab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Universitas Islam Balitar
 
Dinamika Kelompok Pet Poling.ppt
Dinamika Kelompok Pet Poling.pptDinamika Kelompok Pet Poling.ppt
Dinamika Kelompok Pet Poling.ppt
Petrus Poling Wairmahing
 
Dimensi dinkel
Dimensi dinkelDimensi dinkel
Dimensi dinkelGiNastia
 
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.pptBAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
Satya Hanif
 

Similar to Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial (20)

dinamika kelompok alih kelompok
dinamika kelompok alih kelompokdinamika kelompok alih kelompok
dinamika kelompok alih kelompok
 
kelompok sosial
kelompok sosialkelompok sosial
kelompok sosial
 
Dinamika kelp.
Dinamika kelp.Dinamika kelp.
Dinamika kelp.
 
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
 
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdfMicrosoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
 
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptx
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptxPERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptx
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptx
 
Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompokKomunikasi kelompok
Komunikasi kelompok
 
Dasar pembentukan sosial
Dasar pembentukan sosialDasar pembentukan sosial
Dasar pembentukan sosial
 
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docxMAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
 
Makalah ttg pemikiran kelompok
Makalah ttg pemikiran kelompokMakalah ttg pemikiran kelompok
Makalah ttg pemikiran kelompok
 
Dinamika kelompok 4
Dinamika kelompok 4Dinamika kelompok 4
Dinamika kelompok 4
 
Tugas 2
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2
 
Perilaku kelompok
Perilaku kelompokPerilaku kelompok
Perilaku kelompok
 
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompokppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
 
Bahan komsel Persekutuan Pemuda/Remaja Tahun 2024
Bahan komsel Persekutuan Pemuda/Remaja Tahun 2024Bahan komsel Persekutuan Pemuda/Remaja Tahun 2024
Bahan komsel Persekutuan Pemuda/Remaja Tahun 2024
 
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasiKuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
 
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaBab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
 
Dinamika Kelompok Pet Poling.ppt
Dinamika Kelompok Pet Poling.pptDinamika Kelompok Pet Poling.ppt
Dinamika Kelompok Pet Poling.ppt
 
Dimensi dinkel
Dimensi dinkelDimensi dinkel
Dimensi dinkel
 
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.pptBAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
 

More from Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Metode Eksperimen dalam Psikologi
Metode Eksperimen dalam PsikologiMetode Eksperimen dalam Psikologi
Metode Eksperimen dalam Psikologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
SOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDERSOMATOFORM DISORDER
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa KeagamaanPengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
Emosi, hawa nafsu, syahwat
Emosi, hawa nafsu, syahwatEmosi, hawa nafsu, syahwat
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk PembelajaranPendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
Tugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworthTugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworth
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan AgamaProblematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKANPERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 

More from Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (9)

Metode Eksperimen dalam Psikologi
Metode Eksperimen dalam PsikologiMetode Eksperimen dalam Psikologi
Metode Eksperimen dalam Psikologi
 
SOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDERSOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDER
 
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa KeagamaanPengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
 
Emosi, hawa nafsu, syahwat
Emosi, hawa nafsu, syahwatEmosi, hawa nafsu, syahwat
Emosi, hawa nafsu, syahwat
 
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk PembelajaranPendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
 
Tugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworthTugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworth
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan Diroyah
 
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan AgamaProblematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
 
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKANPERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdfAnnisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
annisaqatrunnadam5
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
VenyHandayani2
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
kusnen59
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdfAnnisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 

Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial dan selalu membutuhkan bantuan dan kehadiran orang lain. Manusia sebagai mahkluk hidup di dunia tidak pernah dalam keadaan berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kelompok. Chaplin (2004: 470) mendefinisikan kelompok sosial sebagai suatu kumpulan individu yang saling berinteraksi dan memiliki beberapa sifat serta karakteristik yang sama atau yang mengejar tujuan yang sama. Setiap individu menemukan suatu kenyamanan dengan bergabung dan berinteraksi dalam suatu kelompok, karena didalam kelompok seseorang akan merasa bahwa dirinya disukai dan diterima. Perasaan disukai dan diterima semacam ini sangat penting bagi semua usia dalam rentang kehidupan manusia. Kohesi kelompok merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga keutuhan kelompok. Dalam berkelompok juga terdapat identitas sosial yang mempengaruhi kepribadian individu. Identitas sosial merupakan seperangkat pengetahuan mengenai sejauh mana individu dalam suatu kelompok mengetahui tentang kelompoknya tersebut. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok ? Apa saja hal-hal yang terkait dengan kohesivitas itu ? 2. Apa yang dimaksud dengan identitas sosial ? Apa saja hal-hal yang terkait dengan identitas sosial itu ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok dan hal-hal yang terkait dengannya. 2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan identitas sosial dan hal-hal yang terkait dengannya.
  • 2. 2 BAB II ISI 2.1 Kohesivitas 1. Definisi Pengertian kohesivitas menurut para ahli : a. Kohesi Kelompok Collins dan Raven (1964) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. b. Kohesi Kelompok Kohesi kelompok merupakan perasaan bersama-sama dalam kelompok dan merupakan kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok. Taylor, Peplau & Sears (1997: 109) mendefinisikan kohesivitas sebagai kekuatan (baik positif ataupun negatif) yang menyebabkan anggota menetap pada suatu kelompok. Kohesivitas bergantung pada tingkat keterikatan individu yang dimiliki setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang positif. c. Kohesi Kelompok Hartinah (2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok sebagai sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota kelompok tersebut. Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok: 1. Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok. 2. Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok. 3. Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok. Jadi, dapat disimpulkan, pengertian kohesivitas adalah faktor-faktor yang dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota sehingga terbentuklah kelompok.
  • 3. 3 2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Tingkat Ketertarikan dalam Kohesivitas Kelompok Ketertarikan pada kelompok ditentukan oleh kejelasan tujuan kelompok, kejelasan keberhasilan pencapaian tujuan, karakteristik kelompok yang mempunyai hubungan dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi, kerjasama antara anggota kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih menguntungkan dibandingkan kelompok lainnya (Hartinah, 2009:72). Kohesivitas bergantung pada tingkat ketertarikan individu yang dimiliki setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang positif. Adapun ketertarikan itu sendiri dipengaruhi oleh tiga hal yaitu : 1) Tingkat rasa suka satu sama lain diantara anggota kelompok. Apabila anggota kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan persahabatan, kohesivitasnya akan tinggi. 2) Tujuan instrumental kelompok. Kelompok seringkali digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, sebagai cara untuk memperoleh pendapatan atau untuk melakukan pekerjaan yang kita sukai. Ketertarikan kita terhadap suatu kelompok bergantung pada kesesuaian antara kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan kegiatan dan tujuan kelompok. 3) Keefektifan dan keselarasan interaksi dalam kelompok. Semua orang akan lebih suka bergabung dalam kelompok yang bekerja secara efisien daripada dengan kelompok yang menghabiskan waktu dan menyalahgunakan keterampilan kita. Segala sesuatu yang meningkatkan kepuasaan dan semangat kelompok akan meningkatkan kohesi kelompok. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok Menurut Bordens dan Horowitz, 2008 ada beberapa yang mempengaruhi kohesivitas anggota kelompok, yaitu :  Ketertarikan antar anggota kelompok Hubungan interpersonal anggota satu sama lain yang berlandaskan ketertarikan, akan berpotensi menimbulkan kohesivitas. Semakin kuat ketertarikannya, maka semakin kuat kohesivitas anggota kelompok.  Kedekatan anggota
  • 4. 4 Kedekatan fisik dan psikologis sesama anggota kelompok juga dapat mempengaruhi kohesivitas anggota kelompok.  Ketaatan pada norma kelompok Anggota kelompok yang patuh pada norma kelompok cenderung memiliki kohesivitas kelompok.  Kesuksesan kelompok mecapai tujuan Kelompok yang berhasil mencapai tujuan memiliki dampai psikologis kepada anggotanya, salah satunya kebersamaan, dan kohesi anggota semakin meningkat.  Identifikasi anggota terhadap kelompok : kesetiaan kelompok Anggota yang memiliki identifikasi kuat terhadap kelompok cenderung memiliki kohesivitas tinggi. 4. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Kohesi Kelompok Beberapa hal yang berkaitan dengan kohesi kelompok (Carolina Nitimiharjo dan Jusman Iskandar, 1993: 24-27) : a. Tingkat kohesi kelompok. Dalam hal Kohesi, umumnya orang menunjuk pada tingkatan yakni anggota kelompok termotivasi untuk tetap tinggal didalam kelompok. Anggota kelompok pada kelompok yang kohesinya tinggi lebih energik didalam aktivitas kelompok, jarang absen dalam pertemuan kelompok dan merasa senang apabila kelompok berhasil dan merasa sedih apabila kelompoknya gagal (Shaw, 1979). Kelompok dengan kohesi yang tinggi, anggotanya kooperatif dan akrab, serta saling menghargai antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Pada kelompok yang kohesinya rendah biasanya ada rasa saling bermusuhan dan agresif, dan biasanya ada rasa kesenangan ketika anggota yang lain berbuat kesalahan. Selanjutnya (Shaw,1979) menjelaskan bahwa kohesi kelompok yang tinggi ditandai dengan curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua anggota kelompok mengikuti rencana yang telah disetujuinya. Kelompok dengan kohesi yang tinggi pemimpinya berperilaku demokratis, sedangkan pada kelompok dengan kohesi rendah pemimpinnya berperilaku seperti ‘bos’ dan cendrung autokratik.
  • 5. 5 Ada beberapa metode didalam meningkatkan kohesi kelompok. Cara paling efektif adalah membentuk hubungan kooperatif diantara kelompok. Beberapa cara lainnya adalah memperdalam kepercayaan diantara anggota kelompok, mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi diantara anggota kelompok, meningkatkan ekspresi saling inklusi dan menerima diantara anggota kelompok, memperluas saling mempengaruhi diantara anggota kelompok dan mengembangkan norma- norma kelompok yang menunjang ekspresi individu diantara anggota kelompok. b. Kebutuhan interpersonal Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan membutuhkan manusia lainnya, karena semua manusia hidup dalam masyarakat, mereka harus memiliki keseimbangan antara dirinya dengan masyarakat. Hakikat sosial manusia dikarenakan kebutuhan-kebutuhan interpersonal. Ada tiga dasar kebutuhan interpersonal, yaitu inklusi, control dan afeksi. Kebutuhan inklusi berkisar pada keanggotaan siapa didalam dan siapa diluar kelompok, siapa yang memiliki dan siapa yang tidak, siapa yang merupakan dari kebersamaan dan siapa yang tidak. Beberapa anggota menghendaki agar kelompok memiliki jalinan yang inklusif dan beberapa menghendaki jalinan yang lepas. Kebutuhan control bertentangan dengan kekuatan hubungan didalam kelompok, siapa yang berkuasa. Beberapa anggota menghendaki mempunyai pengaruh terhadap banyak orang dan beberapa menghendaki tidak mempunyai pengaruh terhadap siapa pun. Kebutuhan afeksi menunjukkan hubungan terbuka dan bersifat pribadi didalam kelompok. Beberapa anggota menghendaki hubungan yang hangat dan terbuka dan beberapa lainnya menghendaki hubungan yang dingin dan ada jarak. c. Mengembangkan dan memelihara kepercayaan Kepercayaan adalah aspek penting bagi sebuah kelompok karena merupakan kondisi yang dapat membuat kerjasama stabil dan berkomunikasi dengan efektif. Makin tinggi tingkat kepercayaan diantara anggota kelompok. Makin stabil kerjasama dan komunikasi yang efektif di antara anggota kelompok . kelompok yang kooperatif adalah kelompok yang memiliki keterbukaan, tingkah laku mempercayai didefinisikan sebagai ekspresi menerima, mendukung, dan
  • 6. 6 kooperatif. Meningkat dan memelihara kepercayaan berarti memperhatikan keterbukaan, ekspresi menerima, dan mendukung. d. Konsekuensi dari kohesi kelompok Didalam sebuah kelompok, anggota kelompok yang kohesif lebih siap untuk selalu bertartisipasi didalam pertemuan-pertemuan kelompok. Kelompok yang kohesif memiliki anggota yang loyal terhadap kelompok, mempunyai rasa tanggung jawab kelompok, mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas kelompok dan merasa puas atas pekerjaan kelompok. Dengan ciri-ciri tersebut dapat menyebabkan meningkatkan produktifitas kelompok. Kelompok yang memiliki kohesi tinggi merupakan sumber rasa aman terhadap anggota kelompok yang lain. Penerimaan anggota lain terhadap diri seseorang dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok dan menjadikan anggota-anggotanya lebih kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan lebih mudah mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di dalam kelompok. 2.2 Identitas Sosial 1. Definisi Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu. Hogg dan Abram (1990) menjelaskan social identity sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari pengetahuan seseorang dalam berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai minat. Menurut William James (dalam Walgito, 2002), social identity lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan
  • 7. 7 keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya, uangnya dan lain– lain. Sementara Fiske dan Taylor (1991) menekankan nilai positif atau negatif dari keanggotaan seseorang dalam kelompok tertentu. Untuk menjelaskan identitas sosial, terdapat konsep penting yang berkaitan, yaitu kategori sosial. Turner (dalam Tajfel, 1982) dan Ellemers dkk., (2002) mengungkapkan kategori sosial sebagai pembagian individu berdasarkan ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Kategori sosial berkaitan dengan kelompok sosial yang diartikan sebagai dua orang atau lebih yang mempersepsikan diri atau menganggap diri mereka sebagai bagian satu kategori sosial yang sama. Seorang individu pada saat yang sama merupakan anggota dari berbagai kategori dan kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990). Kategorisasi adalah suatu proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam kategori- kategori tertentu yang bermakna (Turner dan Giles, 1985; Branscombe dkk., 1993). Pada umumnya, individu-individu membagi dunia sosial ke dalam dua kategori yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita adalah ingroup, sedangkan mereka adalah outgroup. Berdasarkan uraian beberapa tokoh mengenai pengertian social identity, maka dapat disimpulkan bahwa social identity adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan atas keanggotaannya dalam suatu kelompok sosial tertentu, yang di dalamnya disertai dengan nilai-nilai, emosi, tingkat keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga terhadap keanggotaannya dalam kelompok tersebut. 2. Dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity Menurut Jackson and Smith (dalam Barron and Donn, 1991) ada empat dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity, yaitu: a. Persepsi dalam konteks antar kelompok Dengan mengidentifikasikan diri pada sebuah kelompok, maka status dan gengsi yang dimiliki oleh kelompok tersebut akan mempengaruhi persepsi setiap individu didalamnya. Persepsi tersebut kemudian menuntut individu untuk memberikan penilaian, baik terhadap kelompoknya maupun kelompok yang lain.
  • 8. 8 b. Daya tarik in-group Secara umum, in group dapat diartikan sebagai suatu kelompok dimana seseorang mempunyai perasaan memiliki dan “common identity” (identitas umum). Sedangkan out group adalah suatu kelompok yang dipersepsikan jelas berbeda dengan “in group”. Adanya perasaan “in group” sering menimbulkan “in group bias”, yaitu kecenderungan untuk menganggap baik kelompoknya sendiri. Menurut Henry Tajfel (1974) dan Michael Billig (1982) in group bias merupakan refleksi perasaan tidak suka pada out group dan perasaan suka pada in group. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena loyalitas terhadap kelompok yang dimilikinya yang pada umumnya disertai devaluasi kelompok lain. Berdasarkan Social Identity Theory, Henry Tajfel dan John Tunner (1982) mengemukakan bahwa prasangka biasanya terjadi disebabkan oleh “in group favoritism”, yaitu kecenderungan untuk mendiskriminasikan dalam perlakuan yang lebih baik atau menguntungkan in group di atas out group. Berdasarkan teori tersebut, masing-masing dari kita akan berusaha meningkatkan harga diri kita, yaitu: identitas pribadi (personal identity) dan identitas sosial (social identity) yang berasal dari kelompok yang kita miliki. Jadi, kita dapat memperteguh harga diri kita dengan prestasi yang kita miliki secara pribadi dan bagaimana kita membandingkan dengan individu lain. c. Keyakinan saling terkait Social identity merupakan keseluruhan aspek konsep diri seseorang yang berasal dari kelompok sosial mereka atau kategori keanggotaan bersama secara emosional dan hasil evaluasi yang bermakna. Artinya, seseorang memiliki kelekatan emosional terhadap kelompok sosialnya. Kelekatan itu sendiri muncul setelah menyadari keberadaannya sebagai anggota suatu kelompok tertentu. Orang memakai identitas sosialnya sebagai sumber dari kebanggaan diri dan harga diri. Semakin positif kelompok dinilai maka semakin kuat identitas kelompok yang dimiliki dan akan memperkuat harga diri. Sebaliknya jika kelompok yang dimiliki dinilai memiliki prestise yang rendah maka hal itu juga akan menimbulkan identifikasi yang rendah terhadap kelompok. Dan apabila terjadi sesuatu yang
  • 9. 9 mengancam harga diri maka kelekatan terhadap kelompok akan meningkat dan perasaan tidak suka terhadap kelompok lain juga meningkat. d. Depersonalisasi Ketika individu dalam kelompok merasa menjadi bagian dalam sebuah kelompok, maka individu tersebut akan cenderung mengurangi nilai-nilai yang ada dalam dirinya, sesuai dengan nilai yang ada dalam kelompoknya tersebut. Namun, hal ini juga dapat disebabkan oleh perasaan takut tidak ‘dianggap’ dalam kelompoknya karena telah mengabaikan nilai ataupun kekhasan yang ada dalam kelompok tersebut. Keempat dimensi tersebut cenderung muncul ketika individu berada ditengah-tengah kelompok dan ketika berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya. 3. Motivasi Melakukan Social Identity Social identity dimotivasi oleh dua proses yaitu self-enhacement dan uncertainty reduction yang menyebabkan individu untuk berusaha lebih baik dibandingkan kelompok lain. Motivasi ketiga yang juga berperan adalah optimal distinctiveness. Ketiga motivasi ini akan dijelaskan sebagai berikut (Burke, 2006): a. Self-enhancement dan positive distinctiveness Positive distinctiveness mencakup keyakinan bahwa ”kelompok kita” lebih baik dibandingkan “kelompok mereka”. Kelompok dan anggota yang berada di dalamnya akan berusaha untuk mempertahankan positive distinctiveness tersebut karena hal itu menyangkut dengan martabat, status, dan kelekatan dengan kelompoknya. Positive distinctiveness seringkali dimotivasi oleh harga diri anggota kelompok. Ini berarti bahwa harga diri yang rendah akan mendorong terjadinya identifikasi kelompok dan perilaku antar kelompok. Dengan adanya identifikasi kelompok, harga diri pun akan mengalami peningkatan. Self-enhancement tak dapat disangkal juga terlibat dalam proses identitas sosial. Karena motif individu untuk melakukan social identity adalah untuk memberikan aspek positif bagi dirinya, misalnya meningkatkan harga dirinya, yang berhubungan dengan self enhancement (Burke, 2006).
  • 10. 10 b. Uncertainty Reduction Motif social identity yang lain adalah uncertainty reduction. Motif ini secara langsung berhubungan dengan kategorisasi sosial. Individu berusaha mengurangi ketidakpastian subjektif mengenai dunia sosial dan posisi mereka dalam dunia sosial. Individu suka untuk mengetahui siapa mereka dan bagaimana seharusnya mereka berperilaku. Selain mengetahui dirinya, mereka juga tertarik untuk mengetahui siapa orang lain dan bagaimana seharusnya orang lain tersebut berperilaku. Kategorisasi sosial dapat menghasilkan uncertainty reduction karena memberikan group prototype yang menggambarkan bagaimana orang (termasuk dirinya) akan/dan seharusnya berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam uncertainty reduction, anggota kelompok terkadang langsung menyetujui status keanggotaan mereka karena menentang status kelompok berarti meningkatkan ketidakpastian self-conceptualnya. Individu yang memiliki ketidakpastian self-conceptual akan termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian dengan cara mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang statusnya tinggi atau rendah. Kelompok yang telah memiliki kepastian self-conceptual akan dimotivasi oleh self-enhancement untuk mengidentifikasi dirinya lebih baik terhadap kelompoknya (Burke, 2006). c. Optimal Distinctiveness Motif ketiga yang terlibat dalam proses social identity adalah optimal distinctiveness. Menurut Brewer (1991), individu berusaha menyeimbangkan dua motif yang saling berkonflik (sebagai anggota kelompok atau sebagai individu) dalam meraih optimaldistinctiveness (dalam Burke, 2006). Individu berusaha untuk menyeimbangkan kebutuhan mempertahankan perasaan individualitas dengan kebutuhan menjadi bagian dalam kelompok yang akan menghasilkan definisi dirinya sebagai anggota kelompok (Ellemers, 1999).
  • 11. 11 4. Komponen Identitas Sosial Tajfel (1978) mengembangkan social identity theory sehingga terdiri dari tiga komponen yaitu cognitive component (self categorization), evaluative component (group self esteem), dan emotional component (affective component) yaitu: a. Cognitive component Kesadaran kognitif akan keanggotaannya dalam kelompok, seperti self categorization. Individu mengkategorisasikan dirinya dengan kelompok tertentu yang akan menentukan kecenderungan mereka untuk berperilaku sesuai dengan keanggotaan kelompoknya. (dalam Ellemers, 1999). Komponen ini juga berhubungan dengan self stereotyping yang menghasilkan identitas pada diri individu dan anggota kelompok lain yang satu kelompok dengannya. Self stereotyping dapat memunculkan perilaku kelompok (Hogg, 2001). b. Evaluative component Merupakan nilai positif atau negatif yang dimiliki oleh individu terhadap keanggotaannya dalam kelompok, seperti group self esteem. Evaluative component ini menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki individu terhadap keanggotaan kelompoknya (dalam Ellemers, 1999). c. Emotional component Merupakan perasaan keterlibatan emosional terhadap kelompok, seperti affective commitment. Emotional component ini lebih menekankan pada seberapa besar perasaan emosional yang dimiliki individu terhadap kelompoknya (affective commitment). Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam kelompok yang dievaluasi secara positif karena kelompok lebih berkontribusi terhadap social identity yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa identitas individu sebagai anggota kelompok sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya yang kuat terhadap kelompoknya walaupun kelompoknya diberikan karakteristik negatif (dalam Ellemers, 1999).
  • 12. 12 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan  Kohesivitas adalah faktor-faktor yang dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota sehingga terbentuklah kelompok.  Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok: a) Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok. b) Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok. c) Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.  Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu.