2. Letak Geografis
• Letak geografis kerajaan Gowa Tallo
(Makassar) terletak di Sulawesi Selatan yang
memiliki posisi yang penting karena dekat
dengan jalur pelayaran perdagangan
Nusantara.
3.
4. Awal Mula Gowa Tallo
• Di Sulawesi selatan pada awalnya terdiri dari
beberapa kerajaan seperti Gowa, Tallo, Luwu,
Bone, dan Soppeng.
• Gowa dan Tallo bergabung menjadi satu
dengan nama Gowa Tallo sedangan kerajaan
Soppeng, Wajo dan Bone bergabung menjadi
satu dengan nama Tellum Pacceu
5. • Kerajaan Luwu ditaklukkan kerajaan Gowa
Tallo, lalu kerajaan Majo menjadi daerah
taklukkan Gowa menurut hikayat Wajo.
• Ketiga kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng
mengadakan persatuan untuk
mempertahankan kemerdekaannya yang
disebut Perjanjian Tellumpocco sekitar 1582.
6. • Sejak kerajaan Gowa resmi sebagai kerajaan
bercorak islam pada 1605, maka Gowa
meluaskan pengaruh politiknya, agar kerajaan-
kerajaan lainnya memeluk islam dan tunduk
kepada kerajaan Gowa Tallo.
• Kerajaan-kerajaan yang tunduk kepada
kerajaan Gowa Tallo antara lain Wajo pada 10
Mei 1610, dan Bone pada 23 November 1611.
9. • Perkembangan kerajaan Makassan tidak
terlepas dari peranan raja-raja yang
memerintah. Berikut adalah raja-raja yang
pernah memerintah kerajaan Makassar :
– Sultan Alauddin (1591-1639 M)
– Sultan Muhammad Said (1639-1653 M)
– Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)
– Sutan Mapasomba (1669 M)
11. • Masa pemeritahannya pada tahun 1639-1655
masehi.
• Pada masa pemerintahannya, perkembangan
Makkasar maju pesat sebagai badar transit,
bahkan Sultan Muhammad Said juga pernah
mengirimkan pasukan ke Maluku untuk
membantu rakyat Maluku berperang melawan
Belanda.
14. • Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur
serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan
Makasar.
• Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone. Perluasan
daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.
• Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di
Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal
sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing.
• Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang
dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon.
15. • Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia
Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar.
Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan
Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya
peperangan.
• Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku. Dalam peperangan
melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya
untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku.
• Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian
Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan
padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur.
16. • Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar
yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan
kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar).
• Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar
mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari
kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan
VOC untuk menghancurkan Makasar.
• Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai
ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar
harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian
Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan
Makasar.
17. • Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
1. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
2. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
3. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti
Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
4. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
• Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar
terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan
Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan
perlawanan melawan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat
Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran.
Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan
Makasar mengalami kehancurannya.
19. • Letak Kerajaan Makkasar sangat strategis, yaitu
ditengah-tengah jalur perdagangan antara Maluku dan
Malaka, sehingga kerajaan tersebut berkembangg
menjadi pusat perdagangan. Kehidupan ekonomi
Kerajaan Makkasar bertumpu pada kegiatan
perdagangan dan pelayaran.
• Dengan berkembangnya Makkasar sebagai pusat
perdagangan di wilayah timur Indonesia
mengakibatkan pedagang-pedagang asing (Portugis,
Inggris, dan Denmark) berdagang di Makkasar.
• Dengan kapal jenis penisi dan lambo, para pedagang
Makkasar memegang peran penting dalam
perdagangan di Indonesia. Untuk mengatur pelayaran
dan perdagangan, Kerajaan Makkasar menyusun
hukum perniagaan yang disebut Ade Allopiloping
Bicaranna Pabbahi’e.
21. • Kehidupan sosial kerajaan Makassar adalah
Feodal. Masyarakat Makassar dibedakan atas tiga
lapisan atau kelas. Kelas tertinggi bergelar
Karaeng yang terdiri dari kaum bangsawan,
Tumasaraq adalah gelar untuk rakyat biasa, dan
Ata untuk hambasahaya.
• Raja Makassar setelah masuk islam bergelar
Sultan yang dalam menjalankan
pemerintahannya dibantu oleh suatu dewan yang
disebut Kasuwiyang Salapanga (majelis sembilan)
atau Bate Salapanga.
23. • Kebudayaan Makassar dipengaruhi oleh
kondisi kerajaan yang bersifat maritim,
yaitu pembuatan alat penangkap ikan
dan kapal Pinisi.
• Kapal Pinisi ini sampai sekarang masih
menjadi salah satu kebanggan bangsa
Indonesia. Masyarakat kerajaan
Makassar juga mengembangkan seni
sastra yaitu kitab Lontara.
26. • Faktor kemajuan, beberapa faktor penyebab
kemajuaan kerajaan ini adalah :
1. Kerajaan Makassar sebagai pusat persinggahan para
pedagang internasional.
2. Kerajaan Makassar sebagai pusat perdagangan
wilayah timur
• Faktor kemunduran, beberapa faktor penyebab
kemunduran kerajaan ini adalah :
1. Di kerajaan Makassar terjadi pertentangan keluarga
bangsawan,
2. Tidak ada regenerasi yang cakap.
28. • Peninggalan sejarah dari Kerajaan Makassar itu, sudah
hancur, namun masih jelas menunjukkan bahwa di
sana pernah ada berdiri kerajaan.
• Pengamat sejarah dan purbakala Sulsel, Drs Andi
Amiruddin Burhanuddin, MSi, di Makassar
mengatakan, situs peninggalan sejarah kerajaan Tallo
yang masih tersisa di antaranya susunan batu-batu
tembok benteng Tallo, sumur Baraniaya (bungung
Baraniaya), batu pelantikan raja-raja Tallo, sedang
bekas istana Raja Tallo, kini sudah tinggal onggokan-
onggokan batu .
• Selain itu, di dalam wilayah bekas kerajaan Tallo itu
terdapat pula kuburan dari Datuk Ribandang, salah
seorang dari tiga sekawan ulama yang pertama kali
menyebarkan agama Islam di Kerajaan Tallo dan Gowa
yang kemudian menjadi agama resmi di Sulsel ini