Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan Islam yang berpusat di Makassar, Sulawesi Selatan. Kerajaan ini didirikan pada abad ke-14 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 hingga abad ke-17. Beberapa peninggalan bersejarah dari kerajaan ini antara lain Benteng Ujung Pandang, Masjid Katangka, dan Makam Raja-Raja Tallo.
8. Kerajaaniniterletakdi daerah Sulawesi
Selatan.Makassar sebenarnya adalah
ibukotaGowa yang dulu disebut sebagai
Ujungpandang.Secara geografis Sulawesi
Selatanmemilikiposisiyang penting,
karenadekat denganjalurpelayaran
perdaganganNusantara.Bahkan daerah
Makassarmenjadipusatpersinggahan
para pedagang, baikyang berasal dari
Indonesiabagian timurmaupunpara
pedagangyangberasal dari daerah
9.
10. TOM PIRES
Sumberasing terulispertamadariBaratberasaldaricatatanTomePires.Diamenyebutkantentang
bagaimanakemapuanpelayarandanperdaganganyangdilakukanoleh orang-orangMakassar. Dalam
bukuIslamisasikerajaanGowa,Prof.DR.AhmadM. Swang,M.A ( 2005;72) TomePiresdalam
perjalanannyadariMalakakeLautJawapadatahun1513telahmenemukanorang-orangMakassar
sebagaipelautulung.Keteranganini dianggapketerangantertulisBaratyangtertua.Piresmenyebutkan:
“Orang-orangMakassartelahberdagangsampaikeMalaka,Jawa,Borneo,Negeri Siamdanjuga semua
tempatyangterdapatantaraPahangdanSiam,dalamProf.DR.AhmadM.Swang,M.A ( 2005;72)”
11. Sumber berita dari catatan Tome Pires mungkin lebih menitikberatkan kepada
sebuah kerajaan di Sulawesi belum resmi memeluk agama Islam, karena secara
resmi kedua raja dari Gowa dan Tallo memeluk agama Islam pada tanggal 22
September 1605 M. Negeri tersebut kaya akan beras putih dan juga bahan-bahan
makanan lainnya, banyak daging dan juga banyak kapur barus hitam. Mereka
memasok barang dagangan dari luar, antara lain jenis pakaian dari Cambay,
Bengal, dan Keling. Mengingat jaringan perdagangan dari Cina sudah lama,
barang-barang berupa keramik juga diimpor dan hal itu dapat dibuktikan dengan
banyaknya temuan keramik dari masa Dinasti Sung dan Ming dari daerah
Sulawesi Selatan
13. Dalam hubungan ini Noorduyn menulis:
“Zowel uit Portugese als uit Makasaarse
bronnen is bekend, dat reeds vrij vmeg in de
16de eeuw Maleise, dus Muslimse, handelaars
zich in Makasar en elders op de kust van Z.
Celebes gevestigd hadden.”
“Baik sumber-sumber Portugis ataupun sumber-
sumber Makassar telah dikenal, sudah sejak
awal abad XVI para pedagang Melayu, jadi
orangorang muslim, sudah menetap di
Makassar dan tempat-tempat lainnya di pesisir
barat daya Sulawesi”.
14. Tampaknya, sumber Makassar yang dimaksud
Noorduyn di atas berasal dari Lontara Makassar,
yaitu Pattorioloanga ri Togowaya (Sejarah Gowa).
Dalam lontara tersebut terdapat keterangan bahwa
pada masa pemerintahan Raja Gowa X (1546-
1565), bernama Tonipalangga I Manriogau Daeng
Bonto Karaeng Lakiung, telah datang seorang
utusan orang-orang Melayu, Datuk Anakkoda
Bonang, menghadap kepadanya agar diberi hak
atas sebuah kawasan perkampungan di Makassar,
seperti dikisahkan dalam lontara:
15.
16. Berdasarkan hasil penelitian sejarah, baik
melalui lontarak maupun cerita yang
berkembang di masyarakat, dapat
diketahui bahwa munculnya nama Gowa
dimulai pada tahun 1320, yakni pada masa
pemerintahan Raja Gowa pertama
bernama Tumanurunga.
Konon, sebelum Tumanurunga hadir di
Butta Gowa, ada sembilan negeri kecil
yang kini lebih dikenal dengan istilah
Kasuwiang Salapanga yakni : Kasuwiang
Tombolo, Lakiung, Samata, Parang-parang,
Data, Agang Je’ne, Bisei, Kalling dan Sero.
17.
18. Menjelang abad XVI, pada masa pemerintahan Raja
Gowa VI, Tunatangka Lopi, membagi wilayahnya
menjadi dua bagian terhadap dua orang putranya,
yaitu Batara Gowa dan Karaeng Loe Ri Sero. Batara
Gowa melanjutkan kekuasaan ayahnya yang
meninggal dunia. Wilayahnya meliputi (1)
Paccelekang, (2) Patalassang, (3) BontomanaiIlau,
(4) Bontomanai Iraya, (5) Tombolo, dan (6) Mangasa.
Adiknya, Karaeng Loe ri Sero, mendirikan kerajaan
baru yang bernama kerajaan Tallo dengan wilayah
sebagai berikut: (1) Saumata,(2) Pannampu, (3)
Moncong Loe, dan (4) Parang Loe.
19. Beberapa kurun waktu, kedua kerajaan itu
terlibat pertikaian dan baru berakhir pada
masa pemerintahan Raja Gowa IX Karaeng
Tumapakrisik Kallonna. Setelah melalui
perang, beliau berhasil menaklukkan
pemerintahan raja Tallo III I Mangayaoang
Berang Karaeng Tunipasuru.
20. Sejak itu, terbentuklah koalisi antara Kerajaan Gowa
dan Tallo, dengan ditetapkannya bahwa Raja Tallo
menjadi Karaeng Tumabbicara butta atau
Mangkubumi (Perdana menteri) Kerajaan Gowa.
Begitu eratnya hubungan kedua kerajaan ini sebagai
kerajaan kembar, sehingga lahir pameo di kalangan
rakyat Gowa dan Tallo dalam peribahasa “Dua Raja
tapi hanya satu rakyat (Ruwa Karaeng Se’re Ata).
Kesepakatan ini diperkuat oleh sebuah perjanjian
yang dibuat dua kerajaan ini ,”iami anjo nasitalli’mo
karaenga ri Gowa siagang karaenga ri Tallo,
gallaranga iangaseng ribaruga nikelua. Ia iannamo
tau ampasiewai Goa-Tallo, iamo macalla rewata”.
21. Sultan Alauddin dengan nama asli Karaeng
Ma’towaya Tumamenanga ri Agamanna. Ia
merupakan Raja Gowa Tallo yang pertama
kali memeluk agama islam yang memerintah
dari tahun 1591 – 1638. dibantu oleh Daeng
Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan
Abdullah.
22. MASA KEJAYAAN
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya
pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669).
Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah
yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang
keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu,
Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut
sampai ke Nusa Tenggara Barat. Daerah kekuasaan Makasar
luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang
sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang
kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah
berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat
kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh
adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul
pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan
menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut
terjadi di daerah Maluku.
23. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin
sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan
Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin
terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka
Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari
Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan
Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara
Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar).
Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar
mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri
dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka
bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai
ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan
Makasar harus mengakui kekalahannya dan
menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu
sangat merugikan kerajaan Makasar.
27. Kerajaan Makasar merupakan kerajaan
Maritim dan berkembang sebagai pusat
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal
ini ditunjang oleh beberapa faktor :
letak yang strategis,
memiliki pelabuhan yang baik
jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun
1511
yang menyebabkan banyak pedagang-
pedagang
yang pindah ke Indonesia Timur.
28. Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang
sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi
oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris,
Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang
di Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur
berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’
ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga
dengan adanya hukum niaga tersebut, maka
perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami
perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan
kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai
daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi
Selatan.
30. Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat
Makasar adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha
untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari
mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran
hidupnya. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan
untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi
dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat
yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat
Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut
PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya
terhadap norma-norma tersebut.Di samping norma tersebut,
masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri
dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan
keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan
rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat
lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan
golongan “Ata”.
31. Dari segi kebudayaan, maka masyarakat
Makasar banyak menghasilkan benda-benda
budaya yang berkaitan dengan dunia
pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat
kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang
Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan
Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo merupakan
kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal
sampai mancanegara.
33. BENTENG
pantai sebelah barat
Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada
tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9
yang bernama I manrigau Daeng
Bonto Karaeng Lakiung
Tumapa'risi' kallonna. Awalnya
benteng ini berbahan dasar tanah
liat, namun pada masa
pemerintahan Raja Gowa ke-14
Sultan Alauddin konstruksi benteng
ini diganti menjadi batu padas yang
bersumber dari Pegunungan Karst
yang ada di daerah Maros.
Benteng Ujung Pandang ini
berbentuk seperti
seekor penyu yang hendak
merangkak turun ke lautan. Dari
segi bentuknya sangat jelas
filosofi Kerajaan Gowa, bahwa
penyu dapat hidup di darat maupun
di laut. Begitu pun dengan
Kerajaan Gowa yang berjaya di
daratan maupun di lautan. Nama
asli benteng in i adalah Benteng
34. MASJID KATANGKA
Mesjid Katangka didirikan
pada tahun 1605 M.
Sejak berdirinya telah
mengalami beberapa kali
pemugaran. Pemugaran
itu berturut-turut
dilakukan oleh Sultan
Mahmud (1818), Kadi
Ibrahim (1921), Haji
Mansur Daeng Limpo,
Kadi Gowa (1948), dan
Andi Baso,
Pabbicarabutta Gowa
(1962) sangat sulit
mengidentifikasi bagian
paling awal (asli)
bangunan mesjid tertua
Kerajaan Gowa ini.
35. MAKAM RAJA-RAJA TALLO
Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah
kompleks makam kuno yang dipakai
sejak abad XVII sampai dengan abad
XIX Masehi. Letaknya di RK 4
Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo,
Kota Madya Ujungpandang. Lokasi
makam terletak di pinggir barat muara
sungai Tallo atau pada sudut timur
laut dalam wilayah benteng Tallo.
Ber¬dasarkan basil penggalian
(excavation) yang dilakukan oleh
Suaka Peninggalan sejarah dan
Purbakala (1976¬-1982) ditemukan
gejala bah wa komplek makam
ber¬struktur tumpang-tindih.
Sejumlah makam terletak di atas
pondasi bangunan, dan kadang-
kadang ditemukan fondasi di atas
bangunan makam.